Anda di halaman 1dari 5

Analisis Kerjasama China-Indonesia Melalui Kebijakan Xi Jinping dalam Perekonomian

(Studi kasus: Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung)

Pendahuluan

Perkembangan teknologi menyebabkan berkambangnya pula hubungan antar negara.


Salah satu faktor yang menjadi penyebab adanya kerjasama yang dilakukan antar negara adanya
kepentingan perekonomian yang digunakan dalam beberapa urusan internasional seperti:
perdagangan dan pembangunan infrastruktur. Dibangunnya sarana publik yang memadai dapat
memberikan dampak yang baik terhadap kelancaran mobilisasi masyarakatnya. Indonesia
merupakan negara yang telah banyak melakukan hubungan diplomatik dengan negara banyak di
dunia. Jalinan hubungan kerjasama Indonesia memiliki berbagai macam maksud untuk
menguntungkan kedua belah pihak. Salah satu negara yang memiliki jalinan kerjasama dengan
Indonesia adalah China yang telah menjalin hubungan kerasama sejak tahun 1950 yang telah
bekerjasam di berbagai macam bidang baik perekonomian, militer, dan lain sebagainya (Kalicya,
2020).

Presiden China yaitu Xi Jinping mengemukakan gagasannya pada tahun 2013 yaitu
kerjasama perekonomian yaitu One Belt One Road (OBOR) yang digunakan untuk
menghubungkan perekonomian China dengan negara lainnya baik yang berada di Eropa, Asia,
dan Afrika. Tujuan dari gagasan ini adalah untuk melakukan kerjasama pembangunan
insfrastruktur dan ekonomi. Kebijakan luar negeri OBOR China berfokus pada 2 hal, yaitu: the
Silk Road Economic Belt dan the 21st Century Maritim Silk Road. Disamping itu, strategi China
dalam menerapkan kerjasama ini adalah untuk memberikan kemudahan kepada China dalam
melakukan hubungan negara yang bekerjasama dengan China. Salah satu proyek insfrasturktur
antara China dan Indonesia adalah pembangunan infrastruktur kereta cepat Jakarta-Bandung
yang ditujukan untuk meminimalisir estimasi perjalanan dimana Jakarta dan Bandung
merupakan kota yang memiliki mobilitas yang cukup tinggi sehingga dibutuhkan alat
transportasi yang memadai. Untuk dapat melaksanakan kebijakan tersebut, maka Indonesia
menempuh jalan berhutang kepada China untuk dapat membangun proyek kereta cepat Jakarta-
Bandung (Wijaya, 2020 ).
Adanya pengembangan infrasruktur kereta cepat Jakarta-Bandung menurut pendapat
pribadi peneliti tidak perlu untuk dilakukan. Mengingat jarak Bandung-Jakarta bilamana
ditempuh menggunakan kereta normal estimasi sampai adalah 3-3,5 jam. Hubungan ekonomi
internasional yang terjadi antara Jakarta-Bandung dapat ditempuh dengan estimasi waktu 3-3,5
jam. Kerjasama Indonesia-China untuk membangun infrastruktur dengan melakukan pinjaman
kepada China banyak menuai kontra dari banyak masyarakat. Hal ini dikarenakan hutang
Indonesia di luar negeri masih berjumlah 5.542 triliun sedangkan pembangunan kereta cepat
Jakarta-Bandung yang menyebabkan pembengkakan hutang luar negeri baik hutang pokok serta
bunga yang harus dibayarkan oleh Indonesia. Oleh karena itu, di dalam penulisan ini penulis
mencoba untuk menuangkan argumentasi kontra dikarenakan adanya proyek pembangunan
kereta cepat Jakarta-Bandung.

Pembahasan

Ditinjau dari ekonomi politik internasional (EPI), Indonesia telah melakukan hubungan
antara China untuk melakukan pembangunan infrastruktur dimana China akan mendapatkan
keuntungan pada jalur sutra yang dapat memberikan manfaat kepada negaranya untuk
memudahkan kepentingannya pada negara mitra. Sedangkan, Indonesia akan menerima manfaat
dari adanya pembangunan infrastruktur kereta cepat Jakarta-Bandung yang dianggap sebagai
wilayah dengan mobilitas yang tinggi. Pembangunan proyek ini China menawarkan pinjaman
kepada Indonesia melalui China Development Bank (CDB) (Intan, 2023). Berdasarkan
financedetik.com menyebutkan bahwa 75% yang digunakan untuk membangun proyek KCBJ
memiliki bunga 0,1%. Pada tahun 2017, CDB memberikan perjanjian pinjaman kepada
Indonesia bernilai US$ 3,96 miliar dengan PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) dimana
Indonesia memiliki enam puluh persen saham dari proyek tersebut, dan empat puluh persen
saham dimiliki oleh China. Pinjaman yang diberikan oleh CDB disalurkan melalui 2 tahap
dengan tahap pertama jatuh tempo dalam 10 tahun dan tahap kedua jatuh tempo pada 40 tahun
(Laucereno., 2021).

Menurut penulis, pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung (KCJB) tidak perlu


dilakukan walaupun kedua kota memiliki mobilisasi yang tinggi. Argumen kontra yang
dikemukakan oleh penulis dikarenakan jarak antara Jakarta-Bandung masih bisa dijangkau
dengan kereta api yang menghabiskan estimasi tiba yaitu 3-3,5 jam dengan menggunakan KA
Parahyangan. Dengan jarak tempuh 150km dan estimasi waktu yang terbilang cukup singkat
menyebabkan peneliti memiliki anggapan bahwa proyek PT KCIC belum terlalu mendesak dan
sangat penting untuk dilakukan walaupun hal ini dapat memberikan estimasi jarak tempuh
Jakarta-Bandung menjadi 46 menit (Bramasta, 2022). Disamping itu, kereta cepat hanya
menjangkau hingga daerah Tegalluar yang dikenal sebagai daerah dengan kemacetan parah. Hal
ini menyebabkan bilamana penumpang kereta cepat Jakarta-Bandung berada di kereta selama 30
menit, namun saat keluar dari stasiun Tegalluar penumpang diharuskan untuk menghadapi macet
dengan estimasi hingga berjam-jam untuk ke pusat kota. Disamping kereta cepat Jakarta-
Bandung yang bersaing dengan KA Parahyangan, KCJB juga bersaing dengan adanya Tol
Cipularang sehingga proyek KCJB akan terancam sepi penumpang dikarenakan tarif yang lebih
mahal dibandingkan dengan KA Parahyangan (Idris, 2021).

Disamping tidak mendesaknya proyek KCJB, proyek ini mengalami keterlambatan dalam
penyelesaian proyek sehingga menyebabkan membengkaknya biaya yang harus dikeluarkan
untuk membiayai proyek ini. Faktor-faktor yang menyebabkan terlambatnya pengerjaan proyek
KCJB adalah: a) pandemi covid yang menyebabkan 491 pekerja positif covid, b) kesalahan
terhadap masalah geologis dan clayshale pada terowongan 2, 4 dan 6, c) penolakan warga untuk
direlokasi di daerah Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT), dan d) pembengkakan biaya
sekitar 21,74T sehingga estimasi biaya awal pembangunan KCJB adalah 90,76T menjadi 112,5T
(kompasiana, 2023). Berdasarkan penjelasan tersebut, kita dapat mengetahui bahwa berdasarkan
laporan yang dilaporkan dari portal berita liputan6.com terkait hutang luar negeri Indonesia pada
tahun 2020 mengalami pembengkakan menjadi sebesar USD 413,4 miliar atau Rp. 6.074 triliun
setelah adanya proyek KCJB. Hutang luar negeri tersebut memiliki dua jenis utang, yaitu:
hutang luar negeri yang diharuskan untuk dibayar dengan tempo waktu dekat dan waktu panjang.
Perlu diketahui pula bahwa Indonesia menduduki posisi ke-6 negara yang memiliki utang luar
negeri terbesar (Kencana, 2020).

Kesimpulan

Proyek KCJB merupakan proyek yang digunakan untuk memperbaiki perkembangan


insfrastruktur Indonesia. Namun sayangnya, pembiayaan proyek KCJB dibiayai melalui bantuan
hutang dari Bank Development China (BDC). Hutang yang digunakan dalam pembangunan
KCJB menyebabkan argumentasi kontra dari penulis dikarenakan keberadaan KCJB tidak terlalu
mendesak mengingat masih terdapat kereta yang melayani jarak Jakarta-Bandung yaitu KA
Parahyangan dan Tol Cipularang. Selain itu, pembangunan insfrastruktur seharusnya lebih
dikembangkan di daerah Indonesia yang lain seperti bagian Timur Indonesia yang masih
mengalami insfrastruktur. Oleh karena itu, proyek KCJB bagi penulis masih diperlukan kajian
ulang sehingga program pemerataan infrastruktur di Indonesia merata dan tidak adanya
anggapan “jawasentris” bilamana pemerintah hutang luar negeri dapat dimanfaatkan sebaik
mungkin. Seperti yang kita ketahui, bahwa Indonesia telah memasuki 10 besar negara dengan
posisi ke-6 negara yang memiliki hutang terbesar. Sangat disayangkan bilamana pinjaman yang
berasal dari luar negeri tidak dimanfaatkan sebaik mungkin untuk memeratakan infrastruktur di
seluruh wilayah Indonesia. Pemerataan infrastruktur di Indonesia perlu untuk dilakukan untuk
menghindari rasa iri dari satu daerah dengan daerah lainnya.

References
Bramasta, D. B. (2022, April 09 ). Naik Kereta Cepat Jakarta-Bandung Cuma 46 Menit, Berapa
Kecepatannya? Retrieved from kompas.com:
https://www.kompas.com/tren/read/2022/04/09/160200065/naik-kereta-cepat-jakarta-
bandung-cuma-46-menit-berapa-kecepatannya-#:~:text=Dituliskan%20dalam%20laman
%20resmi%20KCIC%2C%20kcic.co.id%2C%20kereta%20cepat,di%20setiap
%20stasiun%2C%20waktu%20tempuhnya%2

Idris, M. (2021, Oktober 16). Kenapa Kereta Cepat Jakarta-Bandung Dijuluki Proyek
"Nanggung"? Retrieved from kompas.com:
https://money.kompas.com/read/2021/10/16/103748226/kenapa-kereta-cepat-jakarta-
bandung-dijuluki-proyek-nanggung?page=all#:~:text=Kenapa%20Kereta%20Cepat
%20Jakarta-Bandung%20Dijuluki%20Proyek%20%22Nanggung%22%3F%201,ada
%20saat%20ini.%20...%203%20Stasiun%20

Intan, G. (2023, Februari 17). Biaya Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Membengkak,
Indonesia Ajukan Utang . Retrieved from voaindonesia:
https://www.voaindonesia.com/a/biaya-proyek-kereta-cepat-jakarta-bandung-
membengkak-indonesia-ajukan-utang-/6967277.html
Kalicya, G. &. (2020). ahap-Tahap Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Utilitas Kereta Cepat
Jakarta-Bandung. Jurnal Hukum Adigama, 3(1), 1457-1479.

Kencana, M. R. (2020, Oktober 21). Headline: Utang Indonesia Termasuk yang Terbesar di
Dunia, Masih Aman dan Wajar? . Retrieved from liputan6.com:
https://www.liputan6.com/bisnis/read/4387463/headline-utang-indonesia-termasuk-yang-
terbesar-di-dunia-masih-aman-dan-wajar

kompasiana. (2023, Februari 18). Mengupas Pro dan Kontra Proyek Kereta Cepat Jakarta-
Bandung. Retrieved from kompasiana.com:
https://www.kompasiana.com/narasimhakusumaaliwarga3238/63f100214addee4a105ed0
f2/mengupas-pro-dan-kontra-proyek-kereta-cepat-jakarta-bandung?
page=4&page_images=1

Laucereno., F. S. (2021, Oktober 15). Utang Tersembunyi dari China buat Proyek Kereta Cepat,
Ini Kronologinya. Retrieved from finance.detik.com:
https://finance.detik.com/infrastruktur/d-5768862/utang-tersembunyi-dari-china-buat-
proyek-kereta-cepat-ini-kronologinya

Wijaya, H. (2020 ). Aktualisasi Kebijakan China One Belt And One Road di Indonesia Melalui
Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Dinamika Global: Jurnal Ilmu Hubungan
Internasional, 5(01), 109-122.

Anda mungkin juga menyukai