Perkembangan globalisasi di Indonesia dapat dilihat dari berbagai bentuk, salah satu
yang paling sering kita temui adalah bidang ekonomi. Hal ini meliputi isu yang terkait
dengan hubungan antara negara industri dengan negara non industri, masalah keuangan
internasional, masalah perdagangan internasional, dominasi negara, serta peran dari
perusahaan multinasional yang merupakan konsekuensi dari globalisasi ekonomi.
Globalisasi menghapus sekat segala macam aspek kehidupan, termasuk
perkembangan teknologi transportasi. Di Asia, salah satu proyek jaringan kereta api
terbesar adalah Pan Asia Railways atau Trans Asian Railways, yakni gagasan untuk
membangun jaringan rel kereta api sepanjang 14.000 km yang membentang antara
Singapura hingga Turki. Indonesia masuk pada rute Asia Tenggara dengan panjang
jaringan rel 12.600 km (Prasodjo & Najamuddin 2021). Berangkat dari kondisi tersebut,
secara tidak langsung, globalisasi mempengaruhi karakteristik bisnis dan
pengembangan kereta api nasional.
Indonesia sebagai negara kepulauan dengan sumber daya alam melimpah dan
letak negara yang strategis acapkali masih menemui permasalahan, salah satunya adalah
pemerataan akibat kondisi alam sehingga sulit menjangkau tiap daerah. Mudahnya
akses infrastruktur akan mempermudah masyarakat untuk mobilisasi, yang juga akan
berdampak terhadap kemajuan negara dalam berbagai bidang seperti politik,
sosial-budaya, dan ekonomi. Dengan pertimbangan bahwa Kota Jakarta dan Bandung
adalah kota yang penduduknya paling banyak melakukan mobilisasi serta
perkembangan pesat kedua kota tersebut, maka pemerintah membangun proyek
infrastruktur Indonesia yakni proyek kereta cepat Jakarta-Bandung.
PENUTUP
Meski pembangunan proyek KCJB dibangun berdasarkan kepentingan masyarakat,
tetapi pada praktiknya justru menyalahi asas demokrasi. Mulai dari aktivis lingkungan,
pejabat, bahkan masyarakat sudah mempertanyakan urgensi dari pembangunan proyek
KCJB namun pemerintah tetap merealisasikan proyek KCJB.
Pemerintah Indonesia berencana memperpanjang lajur kereta cepat hingga ke
Surabaya. Wacana ini ditolak oleh aktivis lingkungan melalui Manajer Kampanye
WALHI Nasional Dwi Sawung justru menurutnya pembangunan kereta cepat jakarta
surabaya tidak diteruskan. Hal ini dikarenakan memakan biaya yang mahal, ia juga
menduga dampak lingkungan yang akan ditimbulkan lebih besar dari proyek KCJB.
Pendapat lain menyarankan untuk evaluasi ulang, salah satunya adalah Kepala
Pusat Studi Transportasi dan Logistik Universitas Gadjah Mada (Pustral UGM) Ikaputra
menyarankan untuk melakukan evaluasi terlebih dahulu mengenai proyek KCJB
sebelum rute diteruskan ke Surabaya. Hal ini juga didukung oleh Djoko Setijowarno
sebagai pengamat transportasi, harus adanya evaluasi terutama pada sektor transportasi
di daerah luar Pulau Jawa.
REFERENSI
Kurniawati, Skolastika Lilienasih. "Indonesia di Antara Jepang dan Tiongkok:
Persaingan Pembangunan Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung." PhD diss.,
Universitas Airlangga, 2018.
Prasodjo, Haryo, dan Najamuddin Khairur Rijal. "Analisis Kebijakan Indonesia Bekerja
Sama dengan Jepang dalam Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya." Insignia:
Journal of International Relations 8, no. 2 (2021): 145-162.
Sanjaya, Fondy, and Viani Puspitasari. "Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung Dalam Perspektif Kritis
Environmentalisme." Padjadjaran Journal of International Relations 2, no. 2
(2020): 170-186.
https://www.bbc.com/indonesia/articles/cldxvwk6xvxo
https://www.cnbcindonesia.com/news/20221219132938-4-398132/2-orang-tewas-kecel
akaan-proyek-kereta-cepat-jakarta-bandung