OLEH:
2019
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan
pembuatan makalah yang berjudul “Bahaya One Belt One Road (OBOR)” ini
dalam bentuk maupun isinya yang masih sangat sederhana. Semoga makalah ini
bisa dipergunakan sebagai salah satu media pembelajaran.
Makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu kami
mengharapkan kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran guna untuk
memperbaiki makalah ini agar menjadi lebih baik kedepannya.
Penyusun
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian one belt one road?
2. Apa tujuan dari one belt one road?
3. Apa saja keuntungan dan kerugian one belt one road bagi Indonesia?
4. Bagaimana rute dari one belt one road?
1.3 Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
sebuah pola inovatif dengan aliran modal masuk, kumpulan bakat, dan basis
data teknologi.
6
pelabuhan baru yang ditawarkan dalam MSR (Maritime Silk Road) adalah
rencana pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung di Sumatera Utara, dan
Pelabuhan Bitung di Sulawesi Utara. Pembangunan kedua pelabuhan
tersebut bertujuan untuk menciptakan pemerataan ekonomi antar daerah,
khususnya di luar Pulau Jawa.
Selain itu, tol laut juga dapat diwujudkan lewat MSR. Gagasan tol
laut yang mencita-citakan terpangkasnya biaya logistik dan
mengefisienkan rantai distribusi, terutama untuk daerah Indonesia tengah
dan timur, dapat tercapai dalam beberapa tahun kedepan.
Tak hanya berkutat dengan pembangunan, efek kerja sama OBOR
juga dapat dirasakan lewat efek proyek2 turunannya. Adanya
pembangunan infrastruktur yang memadai, diharapkan dapat menarik
wisatawan, baik lokal maupun mancanegara, agar dapat meningkatkan
perekonomian dan kesejahteraan daerah yang dibangun tersebut.
Konektivitas, atau sederhananya, suatu daerah dapat terjangkau dari
daerah lain dengan mudah adalah efek berikutnya dari pembangunan yang
dilakukan. Adanya pelabuhan dan sarana transportasi laut yang memadai,
artinya dapat meningkatkan aktivitas masyarakat serta menghidupkan
kembali slogan masa lalu, “Nenek moyangku seorang pelaut” yang dirasa
relevan jika cita-cita Poros Maritim terwujud.
B. Dampak Negatif
7
Dalam hal ini, tawaran bantuan pembangunan oleh proposal
OBOR dapat dipandang sebagai sarana Negara Tiongkok untuk memberi
pinjaman utang kepada negara lain, yang tentunya memiliki syarat dan
ketentuan yang harus dipatuhi. Sudah menjadi rahasia umum, dalam
konteks hubungan internasional, saat sebuah Negara donatur atau
organisasi internasional yang berinisiatif mengucurkan atau meminjamkan
dana segar ke sebuah Negara berkembang, akan ada banyak pihak yang
menganalisis bahwa dana yang dikucurkan tersebut sebenarnya sebagai
langkah untuk mengatur atau untuk mendikte arah berjalan dan
berkembangnya Negara penerima dana.
Salah satu contoh dalam kaitannya dengan OBOR, adalah
pembangunan Bandara Internasional Mattala Rajapaksa di Sri Lanka yang
memakai pinjaman sebesar S$ 190 juta (Rp 2,7 triliun) dengan bunga
sebesar 6,3 persen. Bandara yang disebut sebagai salah satu bandara
tersepi di dunia tersebut akhirnya kembali disewakan kepada Tiongkok
dengan jangka waktu selama 99 tahun.
Langkah Sri Lanka dalam memberikan hak sewa tersebut, memang
akibat dari kegagalan Sri Lanka yang tak pandai dalam merencanakan
suatu proyek besar, meski banyak pihak menilai proyek tersebut tak lebih
dari ambisi besar dari Tiongkok untuk mengekspansi ekonominya ke
seluruh dunia.
Bagaimana dengan Indonesia?
Pemerintahan Jokowi sejak awal berkuasa memang dikenal dengan
‘pembangunan dimana-mana’. Banyak dari proyek pembangunan tersebut
yang sudah dapat digunakan (dirasakan manfaatnya) oleh masyarakat.
Mulai dari jaringan tol Trans Jawa, Light Rail Transit (LRT) Palembang,
Bandara Kertajati Bandung, hingga Mass Rapid Transit (MRT) di Jakarta.
Salah satu proyek pembangunan yang ada kaitannya dengan
OBOR, adalah proyek kereta cepat Jakarta-Bandung, yang katanya
mendapat kucuran dana sebesar US$ 1 miliar (Rp 14 triliun). Dari proyek
8
LRT hingga kereta cepat, banyak pihak yang menilai bahwa proyek2
tersebut tidak terlalu tepat guna untuk masyarakat, dan tidak terlalu
memiliki efek pada perekonomian dan kesejahteraan di daerah sekitarnya.
Penilaian yang sama saat pembangunan infrastruktur tol laut di
sebagian daerah di Indonesia tengah dan timur, tak terlalu berefek pada
daerah-daerah yang dibangun proyek tersebut. Tentu muncul kekhawatiran
Indonesia akan jatuh pada debt trap, atau perangkap utang yang tidak
sanggup terbayar, seperti pada kasus bandara Sri Lanka diatas. Sudah
membangun proyek mahal-mahal, malah berujung dikuasai oleh
perusahaan asing (disewakan selama 1 abad, utang ditanggung cucu-cicit).
Belum ditambah adanya sentimen dan narasi ANTI CINA yang
masih ada di sebagian masyarakat (khususnya arus bawah) kita. Sentimen
dan narasi tersebut memiliki efek turunan yang tidak main-main, seperti
misalnya pemboikotan dan demonstrasi yang berkepanjangan.
Jika itu masih belum cukup, pelaksanaan pembangunan
infrastruktur di Indonesia masih lekat dengan praktik-praktik korupsi.
Pembangunan yang harusnya mensejahterakan masyarakat, malah menjadi
‘bagi-bagi lahan’; apalagi dana yang diterima biasanya dalam bentuk mata
uang asing.
Hal-hal tersebut sekiranya menambah perkiraan dampak negatif
dari OBOR yang sebenarnya punya dampak negatif sendiri dari proposal
kerja sama OBOR-nya. Setiap hal tentu memiliki 2 sisi, sisi positif dan
negatif. Bak pisau bermata 2. Kedua sisi tersebut tentunya ada di ambisi
ekspansi Tiongkok, yang kemudian memiliki dampak pada Negara kita ini.
Sudah menjadi kewajiban bagi pemerintah Indonesia untuk merancang dan
memiliki langkah yang baik dalam menyikapi dan berdiplomasi dengan
Negara adidaya baru tersebut. Tentunya dengan mempertimbangkan
kepentingan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia sendiri.
9
3.4 Rute One Belt One Road
10
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Obor merupakan program yang diinisiasi Presiden China Xi
Jinping pada 2013 lalu. Program ini bertujuan membangun infrastruktur
darat, laut, dan udara secara besar-besaran untuk meningkatkan dan
memperbaiki jalur perdagangan dan ekonomi antar negara di Asia dan
sekitarnya.
b. Saran
Sepatutnya proyek-proyek dari One Belt One Road, terutama yang
menjadi proyek strategis nasional harus dapat dipantau oleh publik agar
mendapat pengawasan yang maksimal dan menindak lanjuti efek samping
dari bantuan yang diberikan China kepada Indonesia.
11
DAFTAR PUSTAKA
https://www.cnbcindonesia.com/news/20190513181838-4-72178/apa-itu-obor-
jalur-sutra-modern-china-yang-jadi-polemik-ri
https://id.wikipedia.org/wiki/Prakarsa_Sabuk_dan_Jalan
https://www.tionghoa.info/dampak-positif-dan-negatif-penerapan-one-belt-one-
road-obor-tiongkok-pada-indonesia/
https://www.topchinatravel.com
12