Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“BAHAYA ONE BELT ONE ROAD (OBOR)”

OLEH:

ANDI MUH. RIZQY (196602068)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


ENAM ENAM KENDARI

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan
pembuatan makalah yang berjudul “Bahaya One Belt One Road (OBOR)” ini
dalam bentuk maupun isinya yang masih sangat sederhana. Semoga makalah ini
bisa dipergunakan sebagai salah satu media pembelajaran.

Makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu kami
mengharapkan kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran guna untuk
memperbaiki makalah ini agar menjadi lebih baik kedepannya.

Kendari, Januari 2020

Penyusun

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cina adalah salah satu negara yang tengah mengalami perkembangan pesat
selama beberapa tahun terakhir. Pesatnya perkembangan Cina membuat negara ini
tergolong sebagai salah satu emerging power yang memiliki pengaruh besar bagi
dunia internasional. Bahkan negara ini menjadi salah satu negara yang digadang
dapat menyaingi kekuatan Amerika Serikat yang telah menjadi negara paling
dominan sejak pasca Perang Dunia II. Kekuatan ekonomi yang sangat baik,
disertai dengan upaya pengembangan pada sektor keamanan, membuat Cina di
mata dunia menjadi negara yang posisinya sangat diperhitungkan saat ini. Dari
sektor ekonomi sendiri, telah banyak inisiasi dan gagasan Cina yang membuat
keadaan perekonomian Cina, bahkan dunia, mengalami dinamika yang menarik
untuk dikaji. Salah satu inisiasi yang sedang dilancarkan oleh Cina adalah gagasan
OBOR. One Belt One Road, atau yang biasa disingkat OBOR, pertama kali
dikemukakan oleh Xi Jinping selama kunjungannya ke Kazakhstan dan Indonesia
pada September dan Oktober 2013.
Secara umum, gagasan OBOR adalah komitmen yang dikeluarkan oleh
Cina untuk mengurangi kemacetan perdagangan Eurasia dengan meningkatkan
dan membangun jaringan kerjasama yang melewati kawasan Asia Tengah, Barat,
dan Tenggara, yang juga sampai ke Timur Tengah serta Afrika Timur dan Utara.
Komitmen ini akan diwujudkan dengan pembangunan infrastruktur yang
kemudian akan membentuk jalur sutra baru bagi perdagangan dunia. Selain itu,
melalui OBOR juga diharapkan negara tuan rumah yang menerima pembangunan
dapat membuka diri terhadap investor Cina. Gagasan OBOR sendiri dibagi
menjadi dua rute yang berbeda, yakni Silk Road Economic Road, yang mewakili
pembangunan lewat darat, dan Maritime Silk Road, yang mewakili pembangunan
jalur laut. Gagasan ini diindikasi dapat mengubah rute umum dalam perdagangan
internasional, dari yang sebelumnya melalui laut, menjadi lebih ke darat.

3
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian one belt one road?
2. Apa tujuan dari one belt one road?
3. Apa saja keuntungan dan kerugian one belt one road bagi Indonesia?
4. Bagaimana rute dari one belt one road?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui dan mendeskripsikan pengertian one belt one road


2. Mengetahui dan mendeskripsikan tujuan dari one belt one road
3. Mengetahui dan mendeskripsikan keuntungan dan kerugian one belt one
road bagi Indonesia
4. Mengetahui rute dari one belt one road

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian One Belt One Road


Obor merupakan program yang diinisiasi Presiden China Xi Jinping pada
2013 lalu. Program ini bertujuan membangun infrastruktur darat, laut, dan
udara secara besar-besaran untuk meningkatkan dan memperbaiki jalur
perdagangan dan ekonomi antar negara di Asia dan sekitarnya.
Kelebihan program ini sendiri adalah menyediakan dana yang besar bagi
anggotanya. China bahkan dikabarkan menggelontorkan dana sebesar
US$150 miliar atau setara Rp 2.137,6 triliun per tahun. Dana itu bisa
dipinjam negara peserta program tersebut untuk membangun infrastruktur
mereka.
Sementara itu, untuk Indonesia, OBOR sudah sangat membantu dalam
membangun sejumlah proyek, di antaranya adalah proyek Kereta Cepat
Jakarta-Bandung, proyek PLTA Sungai Klayan, dan Pembangunan kawasan
industri Tanah Kuning. Pendanaan proyek-proyek tersebut dilakukan dengan
skema business to business atau B to B.
Mengutip laporan Business Insider, mega proyek Belt and Road ini
menghubungkan 70 negara Asia, Eropa, dan Afrika. Beberapa negara yang
tergabung di proyek ini termasuk China, India, Pakistan, Rusia, Selandia Baru
dan Polandia. Bersama-sama mereka menyumbang setidaknya sepertiga dari
PDB dunia.

2.2 Tujuan One Belt One Road


Tujuan dari One Belt One Road sendiri adalah untuk membangun sebuah
pasar besar yang bersatu dan memanfaatkan sepenuhnya pasar internasional
dan domestik, melalui pertukaran dan integrasi budaya, untuk meningkatkan
saling pengertian dan kepercayaan negara-negara anggota, berakhir dengan

5
sebuah pola inovatif dengan aliran modal masuk, kumpulan bakat, dan basis
data teknologi.

2.3 Dampak Positif dan Negatif One Belt One Road


A. Dampak Positif
Proyek OBOR memiliki fokus pada pemanfaatan simpanan devisa
Tiongkok yang dapat dikatakan melimpah. Simpanan devisa tersebut
kemudian digunakan oleh Pemerintah Tiongkok untuk memberi pinjaman
pada Negara2 berkembang yang dilewati oleh rute OBOR, untuk
membangun infrastruktur. Pembangunan infrastruktur tersebut melibatkan
perusahaan-perusahaan asal Tiongkok.
OBOR menawarkan 2 tipe proposal kerja sama kepada Negara2
yang menjadi target, yaitu Silk Road Economic Belt (SREB), atau
pembangunan sarana dan prasarana yang berhubungan dengan transportasi
darat, dan Maritime Silk Road (MSR), yakni pembangunan infrastruktur
yang berhubungan dengan transportasi di laut. Rencananya, OBOR
dirancang untuk menghabiskan dana hingga US$ 4,4 triliun (Rp 62,7 ribu
triliun).
Dilihat dari besarnya dana, pemerintah Indonesia sangat berpotensi
mendapatkan dana investasi untuk membiayai proyek-proyek infrastruktur,
terutama di rute yang dilewati oleh OBOR. Seperti yang sudah banyak
diberitakan, bahwa di pemerintahan era Joko Widodo (Jokowi) banyak
digalakkan pembangunan infrastruktur yang ada kaitannya dengan
transportasi, terutama transportasi darat dan laut.
Dana melimpah yang ditawarkan oleh proposal OBOR, terutama
hubungan diplomatik yang baik antara Indonesia dan Tiongkok, dapat
dimanfaatkan dengan optimal sesuai dengan visi Pemerintahan Jokowi,
yakni mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia. Pembangunan
yang dapat diwujudkan dalam mencapai visi tersebut, dapat dilakukan
dengan membangun pelabuhan-pelabuhan baru dan tol laut. Pembangunan

6
pelabuhan baru yang ditawarkan dalam MSR (Maritime Silk Road) adalah
rencana pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung di Sumatera Utara, dan
Pelabuhan Bitung di Sulawesi Utara. Pembangunan kedua pelabuhan
tersebut bertujuan untuk menciptakan pemerataan ekonomi antar daerah,
khususnya di luar Pulau Jawa.
Selain itu, tol laut juga dapat diwujudkan lewat MSR. Gagasan tol
laut yang mencita-citakan terpangkasnya biaya logistik dan
mengefisienkan rantai distribusi, terutama untuk daerah Indonesia tengah
dan timur, dapat tercapai dalam beberapa tahun kedepan.
Tak hanya berkutat dengan pembangunan, efek kerja sama OBOR
juga dapat dirasakan lewat efek proyek2 turunannya. Adanya
pembangunan infrastruktur yang memadai, diharapkan dapat menarik
wisatawan, baik lokal maupun mancanegara, agar dapat meningkatkan
perekonomian dan kesejahteraan daerah yang dibangun tersebut.
Konektivitas, atau sederhananya, suatu daerah dapat terjangkau dari
daerah lain dengan mudah adalah efek berikutnya dari pembangunan yang
dilakukan. Adanya pelabuhan dan sarana transportasi laut yang memadai,
artinya dapat meningkatkan aktivitas masyarakat serta menghidupkan
kembali slogan masa lalu, “Nenek moyangku seorang pelaut” yang dirasa
relevan jika cita-cita Poros Maritim terwujud.

B. Dampak Negatif

Pinjaman dalam bentuk apapun, tentu memiliki risiko, entah kecil


maupun besar. Seperti jika pembaca meminjam sejumlah uang kepada
teman, tentu ada syarat dan ketentuan yang harus dipatuhi. Misalnya, ada
bunga dengan persenan tertentu, atau hal yang harus dilakukan jika belum
dapat melunasi utang yang sudah jatuh tempo. Begitu juga dalam konteks
hubungan antar Negara.

7
Dalam hal ini, tawaran bantuan pembangunan oleh proposal
OBOR dapat dipandang sebagai sarana Negara Tiongkok untuk memberi
pinjaman utang kepada negara lain, yang tentunya memiliki syarat dan
ketentuan yang harus dipatuhi. Sudah menjadi rahasia umum, dalam
konteks hubungan internasional, saat sebuah Negara donatur atau
organisasi internasional yang berinisiatif mengucurkan atau meminjamkan
dana segar ke sebuah Negara berkembang, akan ada banyak pihak yang
menganalisis bahwa dana yang dikucurkan tersebut sebenarnya sebagai
langkah untuk mengatur atau untuk mendikte arah berjalan dan
berkembangnya Negara penerima dana.
Salah satu contoh dalam kaitannya dengan OBOR, adalah
pembangunan Bandara Internasional Mattala Rajapaksa di Sri Lanka yang
memakai pinjaman sebesar S$ 190 juta (Rp 2,7 triliun) dengan bunga
sebesar 6,3 persen. Bandara yang disebut sebagai salah satu bandara
tersepi di dunia tersebut akhirnya kembali disewakan kepada Tiongkok
dengan jangka waktu selama 99 tahun.
Langkah Sri Lanka dalam memberikan hak sewa tersebut, memang
akibat dari kegagalan Sri Lanka yang tak pandai dalam merencanakan
suatu proyek besar, meski banyak pihak menilai proyek tersebut tak lebih
dari ambisi besar dari Tiongkok untuk mengekspansi ekonominya ke
seluruh dunia.
Bagaimana dengan Indonesia?
Pemerintahan Jokowi sejak awal berkuasa memang dikenal dengan
‘pembangunan dimana-mana’. Banyak dari proyek pembangunan tersebut
yang sudah dapat digunakan (dirasakan manfaatnya) oleh masyarakat.
Mulai dari jaringan tol Trans Jawa, Light Rail Transit (LRT) Palembang,
Bandara Kertajati Bandung, hingga Mass Rapid Transit (MRT) di Jakarta.
Salah satu proyek pembangunan yang ada kaitannya dengan
OBOR, adalah proyek kereta cepat Jakarta-Bandung, yang katanya
mendapat kucuran dana sebesar US$ 1 miliar (Rp 14 triliun). Dari proyek

8
LRT hingga kereta cepat, banyak pihak yang menilai bahwa proyek2
tersebut tidak terlalu tepat guna untuk masyarakat, dan tidak terlalu
memiliki efek pada perekonomian dan kesejahteraan di daerah sekitarnya.
Penilaian yang sama saat pembangunan infrastruktur tol laut di
sebagian daerah di Indonesia tengah dan timur, tak terlalu berefek pada
daerah-daerah yang dibangun proyek tersebut. Tentu muncul kekhawatiran
Indonesia akan jatuh pada debt trap, atau perangkap utang yang tidak
sanggup terbayar, seperti pada kasus bandara Sri Lanka diatas. Sudah
membangun proyek mahal-mahal, malah berujung dikuasai oleh
perusahaan asing (disewakan selama 1 abad, utang ditanggung cucu-cicit).
Belum ditambah adanya sentimen dan narasi ANTI CINA yang
masih ada di sebagian masyarakat (khususnya arus bawah) kita. Sentimen
dan narasi tersebut memiliki efek turunan yang tidak main-main, seperti
misalnya pemboikotan dan demonstrasi yang berkepanjangan.
Jika itu masih belum cukup, pelaksanaan pembangunan
infrastruktur di Indonesia masih lekat dengan praktik-praktik korupsi.
Pembangunan yang harusnya mensejahterakan masyarakat, malah menjadi
‘bagi-bagi lahan’; apalagi dana yang diterima biasanya dalam bentuk mata
uang asing.
Hal-hal tersebut sekiranya menambah perkiraan dampak negatif
dari OBOR yang sebenarnya punya dampak negatif sendiri dari proposal
kerja sama OBOR-nya. Setiap hal tentu memiliki 2 sisi, sisi positif dan
negatif. Bak pisau bermata 2. Kedua sisi tersebut tentunya ada di ambisi
ekspansi Tiongkok, yang kemudian memiliki dampak pada Negara kita ini.
Sudah menjadi kewajiban bagi pemerintah Indonesia untuk merancang dan
memiliki langkah yang baik dalam menyikapi dan berdiplomasi dengan
Negara adidaya baru tersebut. Tentunya dengan mempertimbangkan
kepentingan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia sendiri.

9
3.4 Rute One Belt One Road

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan dan Saran

a. Kesimpulan
Obor merupakan program yang diinisiasi Presiden China Xi
Jinping pada 2013 lalu. Program ini bertujuan membangun infrastruktur
darat, laut, dan udara secara besar-besaran untuk meningkatkan dan
memperbaiki jalur perdagangan dan ekonomi antar negara di Asia dan
sekitarnya.
b. Saran
Sepatutnya proyek-proyek dari One Belt One Road, terutama yang
menjadi proyek strategis nasional harus dapat dipantau oleh publik agar
mendapat pengawasan yang maksimal dan menindak lanjuti efek samping
dari bantuan yang diberikan China kepada Indonesia.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://www.cnbcindonesia.com/news/20190513181838-4-72178/apa-itu-obor-
jalur-sutra-modern-china-yang-jadi-polemik-ri

https://id.wikipedia.org/wiki/Prakarsa_Sabuk_dan_Jalan

https://www.tionghoa.info/dampak-positif-dan-negatif-penerapan-one-belt-one-
road-obor-tiongkok-pada-indonesia/

https://www.topchinatravel.com

12

Anda mungkin juga menyukai