Disusun Oleh:
UNIVERSITAS NASIONAL
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah - Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Belt and Road Initiative
China Bagi Indonesia” ini selesai tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Bahasa Indonesia. Saya
mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Irma Indrayani, S.I.P.,
M.Si. ,selaku dosen mata kuliah teori ekonomi politik internasional. Saya berharap tugas
yang telah diberikan ini dapat memnambah pengetahuan dan wawasan bagi kita semua. Saya
menyadari, bahwa makalah yang saya buat masih belum dikatakan sempurna, makalah ini
disusun semaksimal mungkin, apabila terdapat kesalahan atau kekurangan di dalamnya.
Kritik dan saran yang diberikan kepada saya akan sangat bermanfaat dan membuat
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
JUDUL………………………………………………………………………….i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………...ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian………………………………………………………..4
1.2 Masalah Penelitian……………………………………………………………….5
1.3 Pertanyaan Penelitian……………………………………………………….........5
1.4 Tujuan Penelitian………………………………………………………………...5
BAB V KEKSIMPULAN
5.1 Kesimpulan Umum Hasil Penelitian…………………………………………..13
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………14
BAB I
PENDAHULUAN
Bagaimana pengaruh skema Belt and Road Initiative China bagi Indonesia?
Berdasarkan uraian pertanyaan penelitian diatas, tujuan dari penelitian ini bagi
peneliti dan pembaca adalah untuk mengetahui bagaimana skema dari program Belt and Road
Initiative China di Indonesia.
BAB II
STUDI PUSTAKA/TINJAUAN LITERATUR
2.1 Review Teori
Dalam penelitian ini, berfokus pada bagaimana Indonesia sebagai negara anggota
program Belt and Road Initiative China mengoptimalkan kerjasama diantara keduanya,
yang mana tidak menyangkut dengan negara china saja melainkan dengan negara lainnya
yang terhubung. Diketahui China melakukan program ini karena memiliki tujuan untuk
memperkuat pengaruh ekonomi Beijing sendiri dengan cara melakukan pembangunan
infrasturktur secara luas dan menyeluruh di seluruh negara yang dilewati jalur tersebut.
Dalam pidatonya sendiri, Xi Jinping menegaskan Belt and Road Initiative dalam
perdamaian dan kerjasama, keterbukaan dan inklusivitas serta saling belajar dan saling
menguntungkan. Kemudian pada november 2014, Tiongkok menggelontorkan dana
untuk proyek BRI tersebut sebesar USD 40 Miliar. Di akhir tahun 2015, China kemudian
mendirikan sebuah lembaga keuangan multilateral baru yaitu Asian Innfrastructure
Investment Bank (AIIB). Proyek China tersebut yang membuka jalur kereta api
terpanjang di dunia hingga menghubungkan China sampai dengan Eropa dapat membuka
peluang bisnis bagi perusahaan-perusahaan di sepanjang jalur tersebut baik jalur sutra
darat di utara maupun sutra maritim di selatan. Banyak dari pemimpin organisasi
internasional yang mengatakan bahwa inisiatif One Belt One Road ini merupakan ide
yang dapat mendukung dan mendorong terhahdap peningkatan Human Sustainable
Development melalui kerjasama.
Dalam jurnal yang berjudul “Optimalisasi manfaat one belt one road initiative
bagi Indonesia” karya Lukman Adam menjelaskan bahwa Indonesia bisa mengambil manfaat
optimal dari inisiatif China tersebut, karena program OBOR tersebut menyediakan alternatif
pembiayaan dan dapat memfasilitasi akses distribusi barang Indonesia ke Asia dan
Eropa.Namun, ditemukannya masalah terkait investasi OBOR, yaitu tingginya tingkat tingkat
resiko investasi di Indonesia dan tidak optimalnya implementasi kebijakan investasi dan
infrastruktur. Di lapangan kekndala yang dihadapi Indonesia adalah pembebasan lahan,
kurangnya koordinasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, skeptisme asal
pembiayaan, arah kebijakan daerah yang berubah-ubah, dan keberadaan peraturan daerah
yang dapat menghambat investasi. Sehingga perlu dilakukannya upaya untuk mengatasi hal
ytersebut dengan cara menguatkan koordinansi antara pemerintah pusat dan daerah. Di masa
depan, keikutsertaan pemeirntah daerah dalam kegiatan investasi asing harus ditingkatkan,
agar tidak terjadi kesalahpahaman.
Penelitian ini erat kaitannya dengan teori Liberalisme sebagai alat kajian dalam
membahas program OBOR China tersebut. Teori Liberalisme sendiri merupakan teori yang
mengkonseptualisasikan keamanan internasional kepada negara. Kelompok liberal
menekankan pentingnya dimensi ekonomi dari kerja sama antar negara dalam rangka
mencapai kepentingan keamanan bersama dan oleh karena itu menciptakan sistem
internasional yang stabil. Kelompok ini meliihat adanya penurunan kekuatan militer sebagai
alat politik luar nengeri seiring dengan keinginan negara-negara untuk meningkatkan
interaksi perekonomian guna menciptakan dunia yang lebih sejahtera. Dalam pandangan ini,
negara-negara secara berkelanjutan membangun kerja sama ekonomi di segala tingkatan
dalam sistem internasional, sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya konflik antar
negara karena keuntungan yang diperoleh dengan bekerja sama akan hilang jika terjadi
konflik antar negara.
2.4 Kerangka Konseptual
Kegiatan investasi di
Indonesia:
1. Trans-Sumatra Toll
Road
2. Sunda Strait Bridge
3. Jakarta -Bandung
Diperlukannya penguatan koordinasi
HSR
antara pemerintah pusat dengan
4. Kertajati Airport pemerintah daerah. Di masa yang akan
datang, diperlukan juga keikutsertaan
5. East-West MRT
pemerintah daerah dalam kegiatan
investasi asing harus ditingkatkan, agar
tidak terjadi kesalahpahaman.
Kendala di Indonesia
1. Pembebasan lahan
2. Skeptisme asal
pembiayaan
3. Kurang koordinasi
pemerintah pusat dan
daerah
4. Kebijakakn daerah
yang berubah ubah
Indonesia memiliki kinerja ekonomi yang cukup baik, ditinjau dari GDP nominal senilai US$
888 dan pertumbuhan GDP rill senilai 5,3% dengan jumlah penduduk 285,2 juta dengan total
utang luar negeri sebesar US$ 343,5. Namun, Indonesia memiliki tingkatresiko sebesar 50%
dimana lebih tinggi dibanding negara seperti malaysia, filipina, thailand dan singapore. Untuk
memperbaiki indikator ini diperlukan kerja keras dari pemerintah pusat dan pemerintah
daerah serta masyarakat. Kebijakan yang ditetapkan olelh pemerintah pusat diterjemahkan
oleh pemerintah daerah sesuai kewenangannya dan dilaksanakan oleh pelaku usaha dan
masyarakat. Pemerintah pusat harus memberikan pemahaman yang baik pada pemerintah
daerah dan pelaku usaha agar memahami manfaat dari keinginan pemerintah meningkatkan
indikator investasi Indonesia. Karena bukan hanya investasi dari China saja yang harus
ditingkatkan, melainkan juga negara lainnya. APBN yang terbatas dan lebih banynak
digunakan untuk pembiayaan rutin menyebabkan perlunya pemerintah meningkatkan
investasi untuk meningkatkan pembiayaan pembangunan. Sebagai contoh, dalam APBN
tahun 2017, dengan total anggaran yang dibelanjakan mencapai Rp2.080 triliun, belanja
pemerintah untuk belanja pegawai dan operasional mencapai Rp1.315 triliun, dengan belanja
pegawai mencangkup 26,1% dari total anggaran belanja pemerintah pusat. Bahkan ditingkat
kabupaten dan kota, ada 131 daderah yang rasio belanja pegawainya lebih dari setengah
APBD. Sejumlah instrumen untuk menekan belanja pegawai dan operasional yang sempat
dilakukan oleh pemerintah pada awal periode 2014-2019 merupakan tindakan yang baik
seperti melakukan pengetatan terhadap pengeluaran belanja operasional. Di masa depan,
pemerintah harus berani menekan belanja pegawai dan operasional untuk mengalihkan pada
belanja pembangunan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
One belt one road merupakan inisiatif kebijakan luar negeri dan ekonomi china. Tujuan
OBOR yang paling dapat dicapai adalah kontribusinya untuk meningkatkan kemampuan
manufaktur China. Kurangnya kepercayaan politik anatara china dengan beberapa negara
lainnya serta ketidakstabilan dan ancaman keamanan merupakan hambatan yang cukup besar.
Perbankan China kemungkinan akan memainkan peran kunci dalam menentukan
keberhasilan OBOR. Meskipun mereka telah menyatakan dukungan publik terhadap visi
OBOR, beberapa pihak mendesak agar perbankan China berhati-hati dalam membiayai
proyek tersebut di negara OBOR. Berikut kendala yang dapat menghambat daya tarik
Indonesia sebagai tujuan investasi yang berhubungan dengan rencana konektivitas OBOR
adalah:
1. Pembebasan Lahan
Pembebasan lahan merupakan hambatan yang serius bagi bannyak investasi
infrstruktur di Indonesia dengan persentase pembiayaan yang harus dikeluarkan
mencapai 30 sampai 40 persen dari total keseluruhan biaya investasi. Walaupun pada
tahaun 2012 sudah diundangkan UU No.2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Umum
yang memberikan batas waktu pengadaan dan pembelian lahan, penilaian harga lahan
secara independen dan pertanggungjawaban dalam setiap kegiatan. Namun, dalam
pelaksanaannya sangat bergantung pada kejelasan kerangka kerja operasional dan
kemampuan pelaksana kunci. Kasus pembangkit tenaga listrik Batang, sebesar
2x1000 MW di Provinsi Jawa Tengah, seperti menunjukan kompleksitas
permasalahan pembebasan lahan di Indonesia. Butuh waktu hampir lima tahun bagi
investor untuk menyelesaikan permasalahan lahan. Selain hal tersebut, kurangnya
data kepemilikan tanah yang jelas, terkonsolidasi dan secara nasional merupakan
tantangan berkelanjutan yang perlu ditangani dengan cepat.
2. Koordinasi
Kurangnya koordinasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah menjadi
hambatan utama bagi banyak proyek infrastruktur. Indonesia memiliki proses
perizinan Public Private Partnership (PPP) yang tidak praktis, yang memerlukan lebih
dari 40 izin dari lisensi dari berbagai instansi pemerintah. Untuk mengatasi masalah
koordinasi ini, pemerintah pusat membentuk Komite Percepatan Penyediaan
Infrastruktur Prioritas (KPPIP) pada tahun 2016 untuk memmantau,
mengoordinasikan dan mempercepat proses implementasi.
3. Skeptisme karena pembiayaan berasal dari China
Sentimen anti china sekarang dihidupkan lagi melalui pihak yang tidak senang
terhadap pemerintahan sekarang dengan gambaran bahwa investasi china sebagai
penjajahan modern.
4. Arah kebijakan ditentukan oleh pemimpin daerah
Kasus reklamasi teluk jakarta merupakan contoh dari kejadian bahwa kebijakan
strategis daerah sangat tergantung pada pemimpin daerah, meskipun kekuasaan
mereka hanya 5 tahun.
5. Keberadaan peraturan daerah yang dapat menghambat investasi
Banyak peraturan daerah yang menghambat investasi hingga membuat pelaku usaha
mengeluh, baik pelaku usaha asing maupun dalam negeri.
BAB V
KESIMPULAN
Adam Lukman. 2017. “Optimalisasi Manfaat One Belt, One Road Initiative Bagi
Indonesia”. Kajian Vol.22 No.3 September 2017 hal. 181-193
Kurniawan Yandry. 2016. “One Belt One Road (OBOR): Agenda Keamanan Liberal
Tiongkok?”. Politica Vol. 7 No. 2 November 2016