Anda di halaman 1dari 39

TUGAS

HIMPUNAN PERENCANAAN JALAN INDONESIA


(HPJI)

PROGRAM DOPLOMA III

Disusun Oleh : Kelompok 4

1. Benyamin Epindonta Ginting (1805022032)


2. Gidion Sinaga (1805022041)
3. Kevin Agatha Sihombing (1805022053)
4. Masreni Br Tarigan (1805022007)
5. Muhammad Iqbal (1805022055)
6. Ridho Abdillah Dalimunthe (1805022049)
7. Yehezkiel Sembiring (1805022039)

Dosen Pengampu:
Drs. Yulfalentino, ST, MT

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “Himpunan Pekerjaan Jalan Indonesia“. Makalah ini
disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Keteknikan.
Dalam menyusun makalah ini kami banyak memperoleh bantuan serta
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin menyampaikan
ucapan terimakasih kepada :
1. Dosen mata kuliah EP & Kewirausahaan yakni Bapak Drs. Yulfalentino,
ST, MT yang telah banyak meluangkan waktu guna memberikan
bimbingan kepada kami dalam penyusunan makalah ini.
2. Rekan – rekan mahasiswa teknik sipil kelas SI 6D, terkhusus kepada
teman- teman anggota kelompok 4

Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki banyak
kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisannya.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
guna sempurnanya makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat,
bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Medan, 29 Maret 2021


Hormat kami,

Kelompok 4

i
ABSTRAK

Jasa konstruksi adalah sebuah sektor yang memegang peran penting dalam
pembangunan Indonesia. Melalui sektor inilah, secara fisik kemajuan pembangunan
Indonesia dapat dilihat langsung, keberadaan gedung-gedung yang tinggi, jembatan,
infrastruktur seperti jalan tol, sarana telekomunikasi adalah hal-hal aktual yang
menandakan denyut ekonomi Indonesia tengah berlangsung.

Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia (HPJI) merupakan organisasi profesi bagi


para perencana, pelaksana, pengembang jalan dan transportasi, serta perusahaan dan institusi
yang menaruh minat dalam pengembangan prasarana jalan dan transportasi di Indonesia.

Sebagai salah satu organisasi penyedia jasa dalam pembangunan dan pengembangan
jalan di Indonesia, HPJI mempunyai kewenangan untuk menerbitkan Sertifikat Keahlian dan
Sertifikat Keterampilan kepada anggotanya khususnya dalam bidang Jalan dan Jembatan.

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
ABSTRAK ............................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ v
LAMPIRAN .......................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang HPJI ......................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 5


A. Sejarah Perkembangan .............................................................. 3
B. Visi dan Misi HPJI .................................................................... 5
C. Bentuk dan Lambang HPJI ......................................................... 6
D. Kode Etik dan Kaidah Tata Laku HPJI ..................................... 7
E. Anggaran Dasar HPJI ................................................................. 10
F. Himpunan Pekerjaan Jalan Indonesia (HPJI)
Cabang Sumatera Utara ............................................................... 12

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 13


A. Kesimpulan ...................................................................................... 13

iv
DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 1. Stake Holders HPJI ........................................................ 5


2. Gambar 2. Lambang HPJI ............................................................... 7

v
LAMPIRAN

1. UNDANG UNDANG LEMBAGA HPJI ........................................ 14


2. Anggaran Dasar HPJI ...................................................................... 24

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk sosial. Sebagai mahluk sosial tentu manusia tidak dapat hidup
sendiri. Mereka akan saling ketergantungan satu sama lain untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati.
Manusia memiliki naluri untuk hidup dengan orang lain. Naluri manusia untuk selalu hidup
dengan orang lain disebut gregariousness sehingga manusia disebut juga social animal atau
hewan sosial. Karena sejak dilahirkan, manusia sudah mempunyai dua hasrat atau keinginan
pokok yaitu keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain dan keinginan untuk menjadi
satu dengan suasana alam sekelilingnya.
Manusia merupakan makhluk yang bersegi jasmaniah dan rohaniah. Segi rohaniah manusia
terdiri dari pikiran dan perasaan. Apabila diserasikan, akan menghasilkan kehendak yang
kemudian menjadi sikap tindak. Sikap tindak itulah yang kemudian menjadi landasan gerak
segi jasmaniah manusia.
Hubungan kesinambungan antara manusia dengan manusia lainnya akan menghasilkan pola
pergaulan yang dinamakan interaksi sosial. Dalam melakukan interaksi sosial terjadi hubungan
antar manusia (lebih dari 1 pelaku). Proses tersebutlah yang mejadi awal terbentuknya
kelompok sosial. Kelompok sosial adalah himpunan atau kesatuan manusia yang hidup
bersama. Ada aksi dan ada reaksi. Pelakunya lebih dari satu. Antara individu dengan individu,
individu dengan kelompok dan antara kelompok dengan kelompok.
Sifat dan struktur kelompok sosial berbeda-beda. Ada yang terbentuk dengan di sengaja,
atau tidak disengaja. Ada yang terorganisir, ada yang tidak. Ada kelompok yang terikat secara
lahiriah dan ada yang terikat secara batin. Dan banyak lagi perbedaan-perbedaan yang terdapat
pada kelompok sosial. Perbedaan tersebut disebabkan karena sifat kelompok sosial yang
dinamis atau sering berubah-ubah setiap waktu.
Berkenaan dengan latar belakang diatas, maka perlu disusun makalah yang mampu menjadi
pendoman bagi mahasiswa Sipil untuk lebih peka dan mengkaji lebih dalam berkenaan dengan
masalah-masalah sosial yang ada di masyarakat khususnya mengenai proyek atau pekerjaan

1
jalan yang sering kita temui dalam kehidupan Ketekniksipilan. Oleh sebab itu saya menulis
sebuah makalah berkenaan dengan salah satu organisasi umum di Indonesia tentang Teknik
Sipil yang berjudul “Himpunan Pekerjaan Jalan Indonesia”.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. SEJARAH PERKEMBANGAN

Untuk menciptakan sinergi di antara para ahli, di bentuklah sebuah organisasi profesi
di bidang jalan 39 tahun yang lalu, dengan nama Himpunan Pengembangan Jalan
Indonesia yang disingkat HPJI, yang diprakarsai oleh DR. Ir. Poernomosidhi Hadjisarosa,
Ir. Suryatin Sastromijoyo dan beberapa tokoh yang terhormat lainnya.

Himpunan sebagai wadah bagi pengembangan profesi dan keahlian di bidang jalan
dituntut pengabdian yang terbaik HPJI kepada masyarakat bangsa dan negara melalui
setiap anggota sesuai bidang profesi masing-masing untuk mewujudkan pembinaan
jaringan jalan diseluruh tanah air Indonesia.

Organisasi HPJI telah berkembang dengan terbentuknya 33 Dewan Pengurus Daerah


diseluruh Indonesia yang semuanya kini sudah mandiri, dengan harapan dapat
memberikan kontribusi bagi pemerintah daerah.

Dari aspek kualitas keanggotaan HPJI berkembang pesat dimulai dari 150 orang pada
tahun 1975, kini berkembang menjadi lebih dari 22.000 anggota yang tersebar di seluruh
Indonesia.

Di dalamnya di tingkat nasional, HPJI juga berkiprah di tingkat Internasional seperti


dalam organisasi The Road Engineering Association Asian and Australasia (REAAA)
yang berpusat di Kuala Lumpur, International Road Federation (IRF) yang berpusat di
Washington DC, Permanent International Association and Road Congresses (PIARC)
yang kemudian disebut World Road Association (WRA) yang berpusat di Paris dan
International Tunnelling Association (ITA) yang berpusat di Netherland.

Sumbangsih pemikiran HPJI pun tidak hanya tertuang dalam 2.097 makalah ilmiah,
yang dibahas dalam Konferensi nasional maupun makalah ilmiah yng dibahas dalam
Konferensi Regional, tetapi juga turut memberikan masukan positif dalam menyusun UU
tentang Jasa Konstruksi yang disahkan tahun 1999, termasuk dalam pembentukan
Lembaga Jasa Konstruksi.

Sebagai Asosiasi Profesi HPJI sejak 2 Mei 2002 telah mendapatkan penetapan
akreditasi oleh LPJK Nasional, melalui keputusan Dewan Lembaga Pengembangan Jasa
Konstruksi Nasional no. 28/KPTS/LPJK/D/V/2002, untuk kemudian terakreditasi pula 28

3
Dewan Pengurus Daerah HPJI dan saat ini telah melaksanakan program sertifikasi
keahlian Jalan dan Jembatan. Selanjutnya, di dalam perkembangannya HPJI terus
bersinergi dengan program LPJK-N. Realisasi program sertifikasi DPD telah membuahkan
hasil yang cukup baik yaitu ahli pelaksana sebanyak lebih dari 13.400 orang dan ahli
pengawas sebanyak lebih dari 10.200 orang serta ahli perencana sebanyak lebih dari 3.500
orang.

HPJI sejak awal menyadari benar akan pentingnya komunikasi antar anggota serta
desiminasi dan sosialisasi kegiatan dan terobosan pemikiran para anggota, sehingga
diterbitkan Majalah Jalan dan Transportasi pada bulan november tahun 1982, 7 tahun
setelah berdirinya HPJI. Tema yang dipilih pada edisi perdana ketika itu adalah Jalan
Sebagai Struktur Wilayah. HPJI telah berhasil menerbitkan sebanyak 115 edisi yang
didistribusikan kepada para anggota HPJI sampai ke Kabupaten/Kodya di seluruh
Indonesia.

Lantas bagaimana visi dan misi HPJI dalam meningkatkan kiprah dan perannya dalam
mengisi pembangunan nasional kedepan ? Dalam usia lebih dari tiga puluh lima tahun ini
HPJI tentu mampu dan mandiri dalam mengemban kewajiban sesuai dengan tujuan dan
usaha Himpunan, namun demikian tantangan yang menghalang kedepan tentu tidak
semakin ringan sejalan dengan perkembangan zaman dalam era globalisasi.

Mengingat perjuangan yang diemban HPJI perlu semangat darma bhakti yang luhur
dari para pengurusnya, tentunya tidak pernah lepas dari sejarah pendirian serta darma
bhakti pengurus terdahulu yang menjadi panutan.

Membangun jaringan jalan yang modern harus direncanakan secara matang yang
melibatkan banyak pihak, namun dengan motifasi dan semangat yang tinggi HPJI
senantiasa akan memberikan nilai tambah bagi para anggotanya, mengupayakan
pengembangan teknologi jalan, menjaring keserasian unsur pengembangan jalan dan
mendukung perubahan-perubahan menuju efisiensi dalam segala bidang, dengan demikian
HPJI akan dapat memberikan yang terbaik dalam peranan dan sumbangsihnya, serta siap
menghadapi tantangan kedepan dan bersama pemerintah mengisi pembangunan negara

4
B. VISI DAN MISI HPJI

3. Visi HPJI ( Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia )

Terwujudnya Profesionalisme Anggota HPJI sebagai Pelaku Ahli Bidang Jalan


Dan Jembatan sehingga :

i. Kompeten dan Taat dalam menerapkan Kaidah Kaidah Mutu


ii. Berpola Tindak yang mencerminkan Penghayatan Mendalam terhadap
Kode Etik HPJI
iii. Mampu Memenangkan Persaingan dalam Pasar Global dengan fasilitasi
HPJI sebagai Asosiasi Profesi yang Efektif, Efisien dan Mandiri

4. Misi HPJI ( Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia )

Terwujudnya ketahanan dan kemandirian energi batubara, peningkatan nilai


tambah mineral yang berwawasan lingkungan untuk memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.

Gambar 1. Stake Holders HPJI

5
C. BENTUK DAN LAMBANG HPJI

Dari penjelasan ringkas mengenai bagaimana pembangunan jalan di Indonesia


khususnya dikaitkan dengan pengembangan sistem jaringan dan teknologinya ada
beberapa titik awal (milestone) yang mewarnai kebangkitan spektakuler pengembangan
jalan di Indonesia. Di antara yang sangat jelas menunjukkan kemampuan bangsa
Indonesia adalah pembangunan Jembatan Semanggi di Jakarta, yang direncanakan oleh
tenaga akhli bangsa Indonesia. Ir. Sutami yang bertindak sebagai perencana adalah
akhli teknik sipil yang membidani pembangunan jembayan tersebut dimulai pada tahun
1964, dan menjadi jembatan satu satunya yang bertingkat dengan bentuk daun
semanggi.

Sejalan dengan pemikiran tersebut dan dikaitkan dengan ide pembentukan suatu
wadah profesi yang selalu terkait dengan pengembangan jalan, maka para pendiri
menggunakan titik bangkit pengembangan ilmu konstruksi jalan dan jembatan tersebut
sebagai alat untuk selalu mengingatkan profesional pengembang jalan untuk selalu
bertindak inovatif dan kreatif Lambang jembatan semanggi yang kemudian digunakan
sebagai lambang himpunan dianggap dapat mewakili keinginan para pendiri dan para
anggota untuk bekerja selalu dalam semangat tinggi (Gambar 2. Lambang HPJI).

Secara makro dapat dikatakan bahwa penggunaan gambar jembatan berbentuk


semanggi dan dibangun di Jakarta tersebut dapat diartikan sebagai berikut :
i. bentuk gambar semanggi : adalah lambang dari kemampuan para pengembang jalan
di Indonesia dalam membangun sarana dan prasarana jalan dengan teknologi yang
selalu mutakhir.
ii. Jembatan semanggi : jembatan ini digambarkan mempunyai banyak jaringan yang
mengarah ke berbagai jurusan yang menggambarkan bahwa himpunan sangat
terbuka bagi semua masyarakat yang berkepentingan dan mempunyai dedikasi
dalam upaya pengambangan jariangan jalan di Indonesia.
iii. Jembatan semanggi dengan daun kecil di tengahnya dapat diartikan bahwa himpunan
selalu berusaha untuk melakukan iterasi dalam berbagai perkembangan
pengembangan jalan sehingga dapat menemukan suatu penyelesaian yang dapat
memenuhi berbagai kriteria.
iv. Bentuk eleptik yang membatasi jembatan semanggi diartikan bahwa himpunan
sangat lentur dalam berbagai langkah kebijakannya, dalam menyesuaikan dengan
kondisi yang dihadapi dan perkembangan teknologi pengembangan jalan.
v. Warna hitam dan abu abu yang mendominasi lambang ini dapat diartikan bahwa
himpunan dan anggotannya adalah komponen-komponen profesional yang selalu
teguh pada prinsip-prinsip ilmu dan kebenaran ilmu.

6
Gambar 2. Lambang HPJI

D. KODE ETIK DAN KAIDAH TATA LAKU HPJI

Sebagai standar moral bagi setiap anggota yang tergabung dalam organisasi
profesi HPJI, disusunlah PRINSIP DASAR tentang norma dan nilai luhur yang
disepakati bersama untuk menjadi pegangan, dihayati, dan harus selalu dijunjung tinggi
dalam melaksanakan kegiatan profesi sebagaimana berikut ini :

I. Prinsip Dasar
Pokok dasar yang menjadi alas dalam organisasi HPJI ( Himpunan
Pengembangan Jalan Indonesia ) ini antara lain :
1) Menjunjung tinggi keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
2) Menggunakan pengetahuan dan kemampuan untuk kesejahteraan umat
manusia secara berkelanjutan.
3) Bekerja secara profesional untuk kepentingan masyarakat, bangsa, negara
dan organisasi.
4) Meningkatkan pengetahuan dan kompetensi serta menjunjung tinggi
martabat profesinya.

Selanjutnya Prinsip Dasar di atas dijabarkan lebih lanjut dalam KODE ETIK berikut
ini.

II. Kode Etik HPJI


Kode etik yang diterapkan oleh HPJI dalam struktur organisasinya antara lain :
1) Anggota HPJI wajib bertindak konsekuen, jujur dan adil dalam
menjalankan profesinya.
2) Anggota HPJI wajib menghormati profesi lain dan tidak boleh merugikan
nama baik serta profesi orang lain.

7
3) Anggota HPJI wajib memperhatikan dengan sungguh-sungguh dan tidak
merugikan kepentingan umum khususnya yang menyangkut lingkungan.
4) Anggota HPJI setia dan taat pada peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku.
5) Anggota HPJI harus bersedia memberi bimbingan dan pelatihan untuk
peningkatan profesionalisme sesama anggota.
6) Anggota HPJI wajib memenuhi baku kinerja dan tanggung jawab profesi
dengan integritas tinggi dan tidak akan menerima pekerjaan di luar bidang
keahlian teknisnya.
7) Anggota HPJI wajib menjunjung tinggi martabat profesi, bersikap
terhormat, dapat dipercaya, dan bertanggung jawab secara profesional
berasaskan kaidah keilmuan, kepatutan dan kejujuran intelektual.
8) Anggota HPJI dengan menggunakan pengetahuan & keahlian yang
dimilikinya wajib menyampaikan pendapat dan pernyataan dengan jujur
berdasarkan bukti dan tanpa membedakan.

III. Kaidah Umum Tata Laku


Pedoman umum ini merupakan penjabaran Kode Etik yang dapat
dipakai sebagai panduan secara umum untuk menghadapi situasi dan kondisi
beragam yang timbul di suatu saat dalam menjalankan tugas profesi.

Setiap anggota organisasi profesi harus tunduk dan menjunjung tinggi


kode etik organisasi. Kode etik HPJI harus menjiwai setiap langkah para
anggota HPJI dalam mengemban tugas- tugas keprofesionalannya. Tindak
keprofesionalannya bercirikan antara lain :
1) Kejujuran (honesty)
2) Keadilan (fairness)
3) Satunya pikiran, ucapan dan tindakan (integrity)
4) Dapat dipertanggungjawabkan (accountability)
5) Kebertanggung-jawaban (responsibility)
6) Kesetiaan kepada bangsa dan negara (loyalty)
7) Tepat janji (committed)
8) Menghormati orang lain (respect to other)
9) Mengutamakan kepentingan masyarakat (community)
10) Menjanjikan karya terbaik (pursuit of excellence)
11) Mendukung perkembangan ilmu pengetahuan
12) Mengupayakan dan menjaga pelestarian lingkungan.
13) Pedoman umum ini memuat kaidah-kaidah dalam hubungan-hubungan
pelaksanaan tugas anggota HPJI dengan masyarakat, rekan seprofesi dan
profesi lain yang terkait serta hubungan dengan pemberi tugas.

8
Hubungan yang dihimpun dalam organisai HPJI ini anatara lain :

I. Hubungan dengan Rekan


Hubungan yang dilakukan antara rekan HPJI yaitu :
1) Anggota HPJI wajib menghormati undang-undang hak cipta (Intellectual
Property Right).
2) Anggota HPJI wajib memberi kesempatan dan atau bimbingan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan rekan-rekan dan bawahannya.
3) Anggota HPJI wajib mengikuti kemajuan, perkembangan ilmu
pengetahuan dan keterampilan di bidang profesinya.
4) Anggota HPJI tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat) hasil karya
orang lain sebagai hasil karyanya.
5) Anggota HPJI tidak akan melakukan persaingan yang tidak sehat dan
tidak wajar dengan rekannya.
6) Anggota HPJI tidak akan turut dalam suatu pekerjaan atau usaha dengan
rekan-rekan yang tidak mengindahkan kode etik.
7) Anggota HPJI wajib menyampaikan pengaduan terjadinya pelanggaran
kode etik kepada Pengurus (DPP/DPD) ataupun Majelis Kehormatan
HPJI.
8) Anggota HPJI dapat melanjutkan pekerjaan sesama rekan setelah ada
penyelesaian hubungan kerja antara pemberi tugas dengan anggota HPJI
yang bersangkutan.

II. Hubungan dengan Pemberi Tugas


Hubungan yang dilakukan pemberi tugas antara rekan HPJI yaitu :
1) Anggota HPJI wajib mencurahkan segala perhatian, kemampuan,
pengetahuan, kepandaian dan pengalaman yang ada padanya untuk
penyelesaian tugas.
2) Anggota HPJI wajib bersifat jujur tentang keahlian dan kemampuannya
dan tidak akan menerima tugas pekerjaan di luar keahlian dan
kemampuannya.
3) Anggota HPJI wajib memenuhi janjinya dalam menyelesaikan tugas yang
dipercayakan dan menjadi tanggung jawabnya.
4) Anggota HPJI wajib menolak suatu penugasan yang dapat menimbulkan
pertentangan kepentingan dengan pemberi tugas, masyarakat dan
lingkungan.
5) Anggota HPJI wajib menyampaikan laporan secara jujur dan objektif
berkaitan dengan tugasnya kepada pemberi tugas.
6) Anggota HPJI tidak boleh menerima imbalan atau honorarium di luar
ketentuan atau perjanjian kontraktor yang berlaku.
7) Anggota HPJI dalam proses pelaksanaan tugasnya harus mengacu pada
prinsip pemilihan solusi konstruksi yang paling efektif dan efisien setelah
melalui penelaahan berbagai alternatif yang mungkin.

9
III. Hubungan dengan Masyarakat
Hubungan yang dilakukan antara anggota HPJI dengan masyarakat yaitu :
1) Anggota HPJI dalam melaksanakan tugas profesinya wajib melindungi
kepentingan masyarakat luas di atas kepentingan pihak-pihak lain.
2) Anggota HPJI memperhatikan dengan sungguh-sungguh aspirasi
masyarakat.
3) Anggota HPJI harus mengutamakan kepentingan bangsa dan negara
diatas kepentingan pribadi maupun golongan.
4) Anggota HPJI dalam menjalankan tugas dan kewajibannya harus
menjaga/mempertahankan kemandirian berpikir dan kebebasan
bersikap.
5) Anggota HPJI harus bertekad untuk menghasilkan karya terbaiknya
yang mampu disajikan.
6) Anggota HPJI wajib mempertanggungjawabkan karyanya secara moral
kepada masyarakat dan diri pribadinya.
7) Anggota HPJI wajib memanfaatkan sumber daya secara optimal dengan
sehemat mungkin menggunakan sumber daya alam.
8) Anggota HPJI wajib mendahulukan tanggung jawab dan kewajiban
daripada hak dan kepentingan diri sendiri.
9) Anggota HPJI dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya wajib
mengenal dan memperhatikan adat istiadat serta aspek-aspek sosial
masyarakat di daerah wilayah kerjanya.
10) Anggota HPJI wajib menghormati dan melindungi warisan budaya
bangsa.
11) Anggota HPJI wajib menjunjung tinggi dan menjaga kehormatan,
keahlian dan nama baik pribadinya dan organisasi.
12) Anggota HPJI wajib menjunjung tinggi hak asasi masyarakat,
lingkungan kerjanya dan bawahan.

E. ANGGARAN DASAR HPJI

Bahwa sesungguhnya pengabdian kepada bangsa dan negara adalah kewajiban


setiap warga negara Indonesia yang harus dilaksanakan dan dikembangkan menurut
bidang profesi, keterampilan kerja dan keahlian kerja masing-masing untuk
mewujudkan tujuan pembangunan nasional.

Bahwa prasarana transportasi, khususnya jalan, jembatan, terowongan jalan,


landasan terbang dan jalan rel, sebagai prasarana penting dalam pembangunan dan
kehidupan bangsa, pada hakikatnya mempunyai peran yang penting dalam usaha
memenuhi kebutuhan masyarakat, mewujudkan keseimbangan tingkat pertumbuhan
antar daerah guna meratakan hasil-hasil pembangunan, memantapkan komunikasi

10
sebagai alat pemersatu bangsa, memantapkan usaha pertahanan dan keamanan nasional
serta keandalan ketahanan nasional dan mewujudkan Wawasan Nusantara, yang secara
keseluruhan mempunyai arti penting bagi kesejahteraan bangsa dan negara. Karena itu,
usaha pengembangan prasarana transportasi serta peningkatan dan pembinaan
kemampuan profesi, keterampilan kerja dan keahlian kerja di bidang prasarana
transportasi di Indonesia perlu ditetapkan sebagai tujuan pengabdian dan dharma bakti
kepada bangsa dan negara.

Bahwa untuk mencapai kinerja pengembangan prasarana transportasi secara


berdaya guna dan berhasil guna yang menyertakan berbagai profesi, keterampilan kerja
dan keahlian kerja diperlukan pengertian yang mendalam tentang peranan, tugas dan
kewajiban menurut profesi, keterampilan kerja dan keahlian kerja masing-masing serta
disadari perlunya keselarasan dalam memanfaatkan dan meningkatkan kemampuan
untuk selanjutnya dengan semangat gotong royong di galang dan dikerahkan sebagai
usaha bersama guna di dharmabakti kan kepada pembangunan bangsa dan negara.
Oleh karena itu, menyadari akan pentingnya peranan pengembangan prasarana
transportasi dalam pembangunan negara dan bangsa Indonesia, maka dengan rahmat
Tuhan Yang Maha Esa di himpunlah berbagai profesi, keterampilan kerja dan keahlian
kerja yang menyangkut berbagai aspek pengembangan prasarana transportasi dalam
wadah asosiasi profesi ini dengan Anggaran Dasar dapat dilihat dari peraturan tertulis
yang terlampir ( Bab VIII tentang Anggaran Rumah Tangga pasal 24).

11
F. HIMPUNAN PEKERJAAN JALAN INDONESIA ( HPJI ) CABANG
SUMATERA UTARA

Ketua DPP HPJI, Ir. Taufik Widjojono, mengukuhkan pengurus HPJI Provinsi
Sumatera Utara Periode 2018 – 2022 pada tanggal 21 februari 2019 dengan
kepengurusan sebagai berikut :

Ketua Umum
Ir. Umar Zunaidi Hasibuan

Wakil Ketua I Bidang Pengembamgan Teknologi dan Standardisasi


Ir. Zulkarnain A Muis, M.EngSc.

Wakil Ketua II Bidang Keselamatan Jalan Lalulintas dan Transportasi


Ir. Iswahyudi, MSi.

Wakil Ketua III Bidang Kegiatan Ilmiah dan Publikasi


Ir. Bambang Pardede, MEng.

Wamil Ketua IV Bidang Kerjasama Instituai Kemitraan dan Perguruan Tinggi


Ir. Meutia Fadhillah, MengSC

Wakil Ketua V Bidang Sertifikasi


Ir. Ibnu S Hutomo, MM

Sekretaris
Ir. Burhan Batubara

Bèndahara
Makmun Sukarna

Ketua DPD HPJI Sumut, Umar Zunaidi Hasibuan usai Pengukuhan Pengurus
DPD HPJI Sumut periode 2018-2022, di Le Polonia Hotel, Medan, mengatakan DPD
Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia (HPJI) Sumut mendukung apa yang dicita-
citakan Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Edy Rahmayadi untuk menjadikan Sumut
bermartabat di bidang jalan. Agar pembangunan jalan dapat berjalan mulus, harus ada
sinergitas antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota.

12
BAB I
PENUTUP

KESIMPULAN

HIMPUNAN PENGEMBANGAN JALAN INDONESIA (HPJI)


Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI (BSA-P HPJI) adalah badan sertifikasi
yang bertanggung jawab atas Profil Usaha dan terselenggaranya sertifikasi tenaga
profesi dalam lingkup layanan jalan dan jembatan dan sudah terkreditasi pada
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK). Badan Asosiasi Daerah HPJI
(BSA-D HPJI) yang merupakan kepanjangan tangan BSA-P adalah
penyelenggara pelaksanaan pembekalan dan pengujian. Sebagai pelaksana harian
pembekalan dan pengujian adalah UPP (Unit Pembekalan dan Pengujian.

13
LAMPIRAN

UNDANG – UNDANG LEMBAGA HPJI

BAB I
NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN
Pasal 1
Nama
Nama asosiasi profesi ini adalah 'HIMPUNAN PENGEMBANGAN JALAN
INDONESIA', disingkat HPJI dengan terjemahan resmi dalam ba•hasa Inggris
'INDONESIA ROAD DEVELOPMENT ASSOCIATION' disingkat IRDA.

Pasal 2 Waktu
HPJI didirikan di Jakarta pada tanggal 5 September 1975 untuk jangka waktu yang tidak
ditentukan.

Pasal 3 Tempat Kedudukan


HPJI pusat berkedudukan di ibukota negara Republik Indonesia.
Di setiap Provinsi dapat dibentuk HPJI tingkat daerah yang ber•kedudukan di ibukota
Provinsi.
Di setiap Kabupaten/Kota dapat ditetapkan Koordinator Kabupaten/Kota yang
berkedudukan di ibukota Kabupaten/Kota sebagai bagian dari kepengurusan HPJI
tingkat daerah.

BAB II
AZAS, TUJUAN DAN USAHA
Pasal 4
Azas

HPJI berazaskan Pancasila.

Pasal 5
Tujuan
HPJI bertujuan :
membina dan meningkatkan profesionalisme anggotanya di bidang pengembangan
prasarana transportasi;
memperjuangkan kepentingan dan aspirasi anggota.

14
Pasal 6
Usaha
Untuk mencapai tujuan tersebut pada pasal 5, HPJI melakukan usaha-usaha :
menegakkan kode etik HPJI dan kaidah tata laku profesi HPJI dalam pelaksanaan tugas
anggota. meningkatkan dan mengembangkan prasarana transportasi dalam keilmuan
dan pemakaiannya. membantu usaha pengembangan dan peningkatan pengetahuan,
keahlian dan keterampilan serta kemantapan sistem pengusaha•an di bidang prasarana
transportasi bagi anggota-anggotanya;
mengadakan kerjasama dengan organisasi-organisasi regional maupun internasional
yang berkecimpung dalam masalah pengembangan prasarana transportasi;
menyelenggarakan konferensi, lokakarya, simposium, seminar atau pertemuan-
pertemuan ilmiah lainnya yang diadakan menurut keperluan;
menyelenggarakan publikasi di bidang pengembangan prasarana transportasi, baik
untuk keperluan di dalam organisasi maupun untuk masyarakat luas;
mengembangkan pusat data, pertukaran informasi dan pengembangan ide-ide baru bagi
anggotanya yang berhubungan dengan masalah pengembangan prasarana transportasi;
menyelenggarakan sertifikasi di bidang pengembangan prasarana transportasi bagi
anggota perorangan untuk mendapat pengakuan dan penghargaan
berdasarkan kemampuan profesionalnya;
memberikan penghargaan kepada anggotanya atas jasa, karya serta dedikasi yang tinggi
dalam usaha pembinaan dan pengembangan organisasi HPJI.
memberikan penghargaan kepada perorangan atas karya yang bernilai tinggi dan
berdaya guna luas di bidang prasarana transportasi.
membantu advokasi di bidang pengembangan prasarana transportasi bagi anggota; dan
usaha-usaha lain yang dianggap perlu

BAB III
KODE ETIK DAN LAMBANG ORGANISASI

Pasal 7
Kode Etik

Dalam menjalankan profesinya setiap anggota HPJI terikat pada Kode Etik dan Kaidah
Tata Laku HPJI yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Anggaran Dasar
ini

Pasal 8
Lambang Organisasi
HPJI memiliki lambang organisasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Anggaran Dasar ini.

15
BAB IV
KEANGGOTAAN

Pasal 9
Jenis Anggota
(1) Anggota HPJI terdiri atas anggota biasa;
anggota luar biasa; anggota mahasiswa, dan anggota kehormatan.
(2) Syarat-syarat tentang keanggotaan ditetapkan dalam Anggaran Rumah
Tangga.

Pasal 10
Hak dan Kewajiban Anggota
Hak dan kewajiban anggota ialah :
setiap anggota biasa dan anggota kehormatan mempunyai hak suara dalam rapat
umum daerah, hak dipilih menjadi peserta penuh dalam Rapat Umum Nasional/Rapat
Umum Nasional Istimewa, hak memilih dan dipilih sebagai anggota pengurus Dewan
Pengurus Daerah, dan hak dipilih sebagai anggota pengurus Dewan Pengurus Pusat;
setiap anggota biasa berhak untuk mengajukan permohonan sertifikasi keahlian di
bidang jembatan, terowongan jalan, landasan terbang, dan jalan rel sesuai dengan
klasifikasinya; setiap anggota biasa yang telah memiliki sertifikat keahlian, berhak
mencantumkan nama HPJI dibelakang namanya, dan berhak untuk memperoleh
perlindungan dan pembelaan dalam melaksanakan tugas profesinya sepanjang tidak
bertentangan atau melanggar ketentuan dan peraturan/perundangan yang berlaku;
setiap anggota mempunyai hak untuk turut serta dalam segala kegiatan HPJI;
setiap anggota kecuali anggota mahasiswa, berhak untuk memperoleh perlindungan
dan pembelaan dalam melaksanakan tugas profesinya sepanjang tidak bertentangan
atau melanggar ketentuan dan peraturan/perundangan yang berlaku;
setiap anggota berhak membela diri dalam prosedur pengenaan sanksi organisasi atas
dirinya; setiap anggota mempunyai kewajiban untuk menjunjung tinggi nama baik
HPJI, melaksanakan kode etik dan kaidah tata laku profesi; dan
setiap anggota berkewajiban untuk menghormati, menaati dan melaksanakan
Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, peraturan-peraturan dan keputusan-
keputusan yang sah dari HPJI

Pasal 11
Berakhirnya Keanggotaan
Keanggotaan berakhir karena:
permintaan sendiri;
meninggal dunia;
diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri;
diberhentikan tidak dengan hormat,
anggota luar biasa badan hukum, perusahaan atau organisasi dinyatakan bubar,

16
anggota mahasiswa pada saat yang bersangkutan telah berubah status
kemahasiswaannya oleh sebab telah menyelesaikan studi atau oleh sebab sebab
lainnya.

BAB V
BENTUK DAN SIFAT ORGANISASI

Pasal 12
Bentuk dan Sifat Organisasi

(1) Bentuk organisasi HPJI adalah himpunan yang terbuka dan terdesentralisasi.
(2) Sifat organisasi HPJI adalah organisasi profesi, independen dan non partai
politik.

BAB VI
ORGANISASI DAN KEPENGURUSAN

Pasal 13
Perangkat Organisasi
HPJI mempunyai perangkat organisasi yang terdiri atas :
a. di tingkat nasional :
Rapat Umum Nasional;
Dewan Pengurus Pusat disingkat DPP
Majelis Kehormatan; dan
Dewan Penasehat DPP.
b. di tingkat daerah :
Rapat Umum Daerah;
Dewan Pengurus Daerah disingkat DPD; dan
Dewan Penasehat DPD.

Pasal 14
Rapat Umum Nasional
(1) Rapat Umum Nasional adalah perangkat organisasi tertinggi HPJI.
(2) Rapat Umum Nasional bertugas :

menetapkan Garis-Garis Besar Kebijakan dan Program HPJI;


mengevaluasi pertanggungjawaban pelaksanaan program dan pelaksanaan anggaran
pendapatan dan belanja HPJI;
menetapkan pedoman penyusunan anggaran pendapatan dan belanja HPJI, termasuk
pedoman dalam menerapkan besarnya uang pangkal dan uang iuran serta perbandingan
pembagian pene•rimaan uang pangkal dan uang iuran untuk alokasi DPP dan DPD
untuk selama 4 (empat) tahun;

17
memilih seorang Ketua Umum merangkap Ketua Formatur dan 2 (dua) anggota Tim
Formatur untuk menyusun DPP;
mengesahkan DPP yang disusun Tim Formatur; dan menetapkan anggota Majelis
Kehormatan yang diusulkan DPP.
(3) Rapat Umum Nasional diadakan sekali dalam 4 (empat) tahun.
(4) Rapat Umum Nasional dihadiri oleh :
Utusan daerah sebagai peserta penuh yang masing-masing mempunyai 1 (satu) hak
suara ditetapkan oleh rapat DPD; setiap HPJI tingkat daerah yang mempunyai jumlah
anggota 500 (lima ratus) orang atau kurang diwakili oleh minimum 5 (lima) utusan;
untuk HPJI tingkat daerah yang mempunyai anggota lebih dari 500 (lima ratus), jumlah
utusan daerah sebagai peserta penuh ditetapkan dengan rumus 5+(Jumlah anggota-
500)/200 dibulatkan ke atas; pengurus DPP HPJI sebagai peserta penuh yang tidak
mempunyai hak suara kecuali bilamana yang bersangkutan ditetapkan sebagai utusan
daerah;
anggota HPJI bukan utusan daerah yang berminat hadir dalam Rapat Umum Nasional
sebagai peserta peninjau dengan terlebih dahulu mendaftarkan diri kepada panitia
pe•nyelenggara Rapat Umum Nasional; dan
undangan-undangan lain yang ditetapkan DPP HPJI sebagai peserta peninjau.
(5) Rapat Umum Nasional dipimpin oleh Pimpinan Sidang yang dipilih dari antara
peserta penuh;
(6) Rapat Umum Nasional Istimewa dapat diadakan untuk menyelesaikan masalah
mendesak dan semata-mata dimaksudkan untuk menyelesaikan masalah tersebut;
(7) Rapat Umum Nasional Istimewa dapat diselenggarakan apabila diusulkan oleh
lebih dari ½ (setengah) jumlah DPD, atau diputuskan oleh DPP dalam rapat yang
dihadiri oleh lebih dari 2/3 (dua per tiga) jumlah anggota DPP;
(8) Rapat Umum Nasional/Rapat Umum Nasional Istimewa adalah sah jika dihadiri
oleh lebih dari ½ (setengah) jumlah utusan daerah peserta penuh.

Pasal 15
Rapat Umum Daerah
(1) Rapat Umum Daerah adalah perangkat organisasi tertinggi HPJI di daerah.
(2) Rapat Umum Daerah bertugas :

menetapkan Garis-Garis Besar Kebijakan dan Program HPJI tingkat daerah sejalan
dengan Garis-Garis Besar Kebijakan dan Program HPJI;
mengevaluasi pertanggungjawaban pelaksanaan program dan pelaksanaan
anggaran pendapatan dan belanja HPJI tingkat daerah;
menetapkan pedoman penyusunan anggaran pendapatan dan belanja HPJI tingkat
daerah selama 4 (empat) tahun;
memilih seorang Ketua merangkap sebagai Ketua Formatur dan 2 (dua) anggota Tim
Formatur untuk menyusun DPD; dan
mengesahkan DPD yang disusun oleh Tim Formatur.
(3) Rapat Umum Daerah diadakan sekali dalam 4 (empat) tahun.
(4) Rapat Umum Daerah dihadiri oleh :

18
anggota biasa dan anggota kehormatan sebagai peserta penuh yang masing-masing
mempunyai 1 (satu) hak suara;
anggota luar biasa dan anggota mahasiswa yang berminat hadir dalam Rapat Umum
Daerah sebagai peserta peninjau dengan terlebih dahulu mendaftarkan diri kepada
panitia penyelenggara Rapat Umum Daerah; dan
undangan-undangan lain yang ditetapkan DPD sebagai peserta peninjau.
(5) Rapat Umum Daerah dipimpin oleh Pimpinan Sidang yang dipilih dari antara
peserta penuh.
(6) Rapat Umum Daerah Istimewa dapat diadakan untuk me•nyelesaikan masalah
mendesak dan semata-mata dimaksudkan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
7) Rapat Umum Daerah Istimewa dapat diselenggarakan apabila diusulkan oleh DPD
dalam rapat yang dihadiri oleh lebih dari 2/3 (dua per tiga) jumlah anggota DPD, atau
diusulkan oleh lebih dari 2/3 (dua per tiga) jumlah anggota biasa dan anggota
kehormatan;
(8) Rapat Umum Daerah/Rapat Umum Daerah lstimewa adalah sah jika dihadiri oleh
lebih dari ½ (setengah) jumlah anggota biasa di daerah tersebut.

Pasal 16
Dewan Pengurus Pusat
(1) HPJI tingkat pusat dipimpin oleh Dewan Pengurus Pusat (DPP).
(2) DPP sekurang-kurangnya terdiri atas :

Ketua Umum; Ketua;


Sekretaris Umum;
Sekretaris;
Bendahara; dan
Anggota Pengurus.
(3) Ketua Umum dapat dipilih kembali untu I (satu) kali masa bakti
(4) DPP yang ditetapkan mempunyai masa bakti selama 4 (empat) tahun.
(5) DPP mempertanggungjawabkan segala aktivitasnya kepada Rapat Umum
Nasional pada akhir masa bakti.
(6) DPP dapat melengkapi struktur kepengurusan sesuai dengan kebutuhan.
(7) Rapat DPP diadakan sekurang-kurangnya satu kali dalam 3 (tiga) bulan.

Pasal 17
Dewan Pengurus Daerah
(1) Di setiap daerah propinsi yang telah mempunyai jumlah anggota biasa dan
anggota kehormatan minimum 20 dua puluh) orang, dapat dibentuk HPJI tingkat
daerah.
(2) HPJI tingkat daerah dipimpin oleh Dewan Pengurus Daerah (DPD).
(3) DPD sekurang-kurangnya terdiri atas :
Ketua;
Sekretaris;

19
Bendahara;
Koordinator Wilayah Kabupaten/Kota; dan Anggota Pengurus.
(4) DPD juga mewakili DPP dalam pelaksanaan tugas pengurus pusat di daerah.
(5) DPD yang ditetapkan mempunyai masa bakti 4 (empat) tahun.
(6) DPD mempertanggungjawabkan segala aktivitasnya kepada Rapat Umum
Daerah pada akhir masa bakti.
(7) DPD dapat melengkapi struktur kepengurusan sesuai dengan kebutuhan.
(8) Rapat DPD diadakan sekurang-kurangnya satu kali dalam 3 (tiga) bulan.

Pasal 18
Majelis Kehormatan HPJI
(1) Majelis Kehormatan HPJI adalah perangkat organisasi HPJI yang menyangkut
penegakan Kode Etik HPJI dan berfungsi mengambil keputusan-keputusan mengenai
kasus- kasus yang menyangkut Kode Etik untuk dilaksanakan oleh Dewan Pengurus
Pusat HPJI.
(2) Anggota Majelis Kehormatan HPJI harus memenuhi persyaratan :

berpengalaman luas dalam menjalankan profesinya di salah satu atau lebih bidang
pengembangan prasarana transportasi;
tidak mempunyai cacat dalam profesi dan hukum;
mempunyai kepribadian dan integritas yang tidak meragukan; dan tidak pernah
merugikan nama baik HPJI.
(3) Anggota Majelis Kehormatan HPJI bertanggung jawab kepada Rapat Umum
Nasional ;
(4) Majelis Kehormatan HPJI terdiri atas sekurang-kurangnya tiga orang dan
sebanyak- banyaknya tujuh orang ;
(5) Masa bakti Majelis Kehormatan HPJI sama dengan masa bakti Dewan Pengurus
Pusat.

Pasal 19
Dewan Penasehat DPP

(1) Dewan Penasehat DPP adalah perangkat organisasi HPJI tingkat pusat yang
berfungsi memberikan saran-saran dan atau nasehat-•nasehat kepada DPP.
(2) Anggota Dewan Penasehat DPP ditetapkan oleh Dewan Pengurus Pusat
(3) Dewan Penasehat DPP dipimpin oleh seorang Ketua yang dipilih dari antara
anggotanya.
(4) Masa bakti Dewan Penasehat DPP adalah sama dengan masa bakti DPP yang
mengangkatnya.

Pasal 20
Dewan Penasehat DPD
(1) Dewan Penasehat DPD adalah perangkat organisasi HPJI tingkat daerah yang
berfungsi memberikan saran-saran dan atau nasehat•-nasehat kepada DPD.

20
(2) Anggota Dewan Penasehat DPD ditetapkan oleh Dewan Pengurus Daerah
(3) Dewan Penasehat DPD dipimpin oleh seorang Ketua yang dipilih di antara
anggotanya.

(4) Masa bakti Dewan Penasehat DPD adalah sama dengan masa bakti DPD yang
mengangkatnya.

Pasal 21
Badan Tetap
(1) Badan Pelaksana Kepengurusan dan Badan Tetap lain dapat dibentuk baik oleh
DPP maupun oleh DPD untuk membantu pelaksanaan tugas-tugasnya.
(2) Setiap Badan Tetap yang dibentuk dipimpin oleh seorang Direktur Eksekutif
yang profesional dan bekerja secara penuh waktu untuk suatu jangka waktu yang
tertentu, diangkat/diberhentikan dan bertanggung jawab kepada DPP/DPD.

Pasal 22
Forum dan Komite
(1) Forum adalah wadah komunikasi antar anggota atau antar pengurus dan anggota
untuk membahas masalah-masalah yang menyangkut kepentingan bersama, dapat
dibentuk dan atau diselenggarakan secara ad hoc oleh DPP maupun DPD.
(2) Komite adalah wadah untuk menggarap pendalaman spesialisasi keilmuan yang
sama, dibentuk oleh DPD maupun DPP sesuai dengan berbagai minat spesialisasi
anggota.
(3) Kepengurusan Forum dan Komite merupakan kelengkapan DPP/DPD yang
mengangkatnya.

BAB VII
PERBENDAHARAAN

Pasal 23
Perolehan dan Perimbangan Keuangan

(1) Keuangan HPJI diperoleh dari :


uang pangkal;
uang iuran;
sumbangan-sumbangan yang sah dan tidak bertentangan dengan azas serta tujuan HPJI;
dan usaha-usaha dan pendapatan-pendapatan lain yang sah dan tidak bertentangan
dengan azas serta tujuan HPJI.
(2) Besar uang pangkal dan uang iuran ditetapkan oleh DPP berdasarkan pedoman
yang ditetapkan Rapat Umum Nasional dengan mempertimbangkan hak untuk layanan
yang wajib diberikan kepada berbagai jenis keanggotaan.

21
BAB VIII
ANGGARAN RUMAH TANGGA

Pasal 24
Pengaturan dalam Anggaran Rumah Tangga
(1) Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini dapat diatur lebih lanjut
dalam Anggaran Rumah Tangga sepanjang hal ter•sebut tidak bertentangan dengan
Anggaran Dasar ini.
(2) Anggaran Rumah Tangga ditetapkan oleh Rapat Umum Nasional.

BAB IX
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
Pasal 25
Syarat Perubahan
(1) Anggaran Dasar ini hanya dapat diubah di dalam, dan sudah harus diacarakan
dalam Rapat Umum Nasional, atau dalam Rapat Umum Nasional Istimewa yang
diselenggarakan untuk keperluan tersebut;
(2) Rancangan usul perubahan ditetapkan dalam rapat DPP atau diusulkan oleh
sekurang- kurangnya ½ (setengah) jumlah DPD;
(3) Keputusan diambil melalui permufakatan atau jika sekurang-kurangnya 2/3
(dua pertiga) dari jumlah hak suara peserta penuh yang hadir dalam Rapat Umum
Nasional menyetujui usul perubahan Anggaran Dasar tersebut pada waktu pemungutan
suara yang dilakukan khusus untuk itu.

BAB X
PEMBUBARAN
Pasal 26
Syarat Pembubaran
(1) Pembubaran HPJI hanya dapat diputuskan dalam Rapat Umum Nasional
lstimewa yang khusus diadakan untuk maksud tersebut atas usul tertulis oleh sekurang-
kurangnya 2/3 (dua pertiga) jumlah DPD dan dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3
(dua per•tiga) dari seluruh jumlah utusan daerah peserta penuh yang ditetapkan DPD.
(2) Keputusan pembubaran diambil jika sekurang-kurangnya 3/4 (tiga perempat)
dari jumlah hak suara utusan daerah peserta penuh yang hadir menyetujui ditetapkannya
pembubaran HPJI pada waktu pemungutan suara yang dilakukan khusus untuk itu.

22
BAB XI
PENUTUP
Pasal 27
Aturan Peralihan
Penyesuaian dan perubahan yang diperlukan sebagai akibat adanya perubahan
Anggaran Dasar ini harus diselesaikan DPP dan DPD selambat-lambatnya 365 (tiga
ratus enam puluh lima) hari kalender setelah tanggal ditetapkannya perubahan
Anggaran Dasar HPJI.
Anggaran Dasar HPJI disahkan untuk pertama kali dalam Rapat Umum
Anggota HPJI ke-1 di Jakarta tanggal 23 Juli 1979 dan perubahan-perubahannya
dilakukan :
Pertama : dalam Rapat Umum Anggota ke-6 yang diselenggarakan di Jakarta pada
tanggal 30 November 1990;
Kedua : dalam Rapat Umum Anggota ke-8 yang diselenggarakan di Jakarta pada
tanggal 23 Desember 1997;
Ketiga : dalam Rapat Umum Anggota ke-9 yang diselenggarakan di Jakarta pada
tanggal 7 Agustus 1998;
Keempat : dalam Rapat Umum Nasional Istimewa ke-1 yang diselenggarakan di Jakarta
pada tanggal 4 Oktober 2000.
Kelima : dalam Rapat Umum Nasional Istimewa ke-2 yang diselenggarakan di
Denpasar pada tanggal 17 Juli 2002.
Keenam : dalam Rapat Umum Nasional ke-10 yang diselenggarakan di Jakarta pada
tanggal 6 dan 9 Oktober 2003.

23
Anggaran Dasar Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia

ANGGARAN RUMAH TANGGA HIMPUNAN PENGEMBANGAN JALAN


INDONESIA

BAB I
USAHA
Pasal 1

Usaha
(1) Kegiatan usaha yang diatur dalam Anggaran Dasar HPJI diselenggarakan
dengan acuan sebagai berikut :
konferensi teknik jalan, jembatan, terowongan jalan, landasan terbang dan jalan rel serta
loka•karya, simposium, seminar atau pertemuan ilmiah lainnya dapat diselenggarakan
baik di tingkat lokal, regional, nasional maupun di tingkat internasional;
publikasi diterbitkan secara berkala, berisi tulisan ilmiah serta hasil karya yang
ber•hubungan dengan prasarana transportasi, termasuk tulisan dari anggotanya, berita
organisasi dan ringkasan kertas kerja dari konferensi, lokakarya, sim•posium, seminar,
dan pertemuan- pertemuan ilmiah lainnya;
sertifikasi profesi diselenggarakan di bidang prasarana transportasi, dalam lingkup
jalan, jembatan, terowongan jalan, landasan terbang dan jalan rel, untuk mendukung
pengakuan atas kompetensi anggota disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan bidang
usaha di tingkat nasional dan internasional.
(2) Selain usaha-usaha yang diuraikan dalam Anggaran Dasar HPJI, kegiatan usaha
dapat pula mencakup :

keikutsertaan pada simposium, seminar, dan pertemuan ilmiah lainnya yang diadakan
oleh himpunan lain, baik di dalam negeri mau•pun di luar negeri; dan
kunjungan serta kegiatan lainnya yang bermanfaat bagi pengembangan prasarana
transportasi

BAB II
KEANGGOTAAN

Pasal 2
Anggota Biasa
Anggota biasa ialah warga negara Indonesia yang aktif di bidang pengembangan
prasarana transportasi baik yang berkualifikasi profesional maupun yang berkualifikasi
terampil
Pasal 3 Anggota Luar Biasa
Anggota luar biasa ialah :

24
warga negara Indonesia dan asing yang berminat dalam masalah pengembangan dan
atau pemanfaatan prasarana transportasi
lembaga/institut di dalam dan di luar negeri yang membina ilmu untuk pengem•bangan
jalan dan atau pemanfaatan prasarana transportasi
badan dan perusahaan asing yang berminat dalam pengem•bangan dan atau
pemanfaatan prasarana transportasi di Indonesia; dan
badan-badan hukum, perusahaan-perusahaan dan organisasi di Indonesia dengan
kegiatan yang menyangkut masalah pengem•bangan dan atau pemanfaatan prasarana
transportasi

Pasal 4
Anggota Kehormatan
(1) Anggota kehormatan adalah perorangan baik warga negara Indonesia maupun
warga negara asing yang memiliki perhatian secara konsisten dan memiliki reputasi
dalam usaha pembinaan profesi/keahlian dan/atau pengembangan ilmu di bidang
prasarana transportasi;
(2) Yang dapat diangkat menjadi anggota kehormatan adalah :
a. anggota biasa atau anggota luar biasa perorangan yang memenuhi syarat-syarat :
sangat berjasa terhadap perkembangan organisasi HPJI dan/atau usaha pencapaian
tujuan HPJI
telah menjadi anggota HPJI sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun secara berturut-turut
tidak pernah tercela karena melakukan pelanggaran ke•tentuan-ketentuan Anggaran
Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Kode Etik dan peraturan-peraturan HPJI yang
berlaku; mempunyai kepribadian serta reputasi yang baik di dalam masyarakat luas;
dan
bersedia untuk di•angkat sebagai anggota kehormatan.
b. bukan anggota yang memenuhi syarat-syarat :
mempunyai perhatian yang sangat besar dan telah berjasa terhadap usaha dan
perkembangan HPJI
mempunyai kepribadian serta reputasi yang baik di dalam masyarakat luas bersedia
untuk di•angkat sebagai anggota kehormatan.

Pasal 5
Anggota Mahasiswa
Anggota mahasiswa adalah perorangan warga negara Indonesia yang berstatus
mahasiswa aktif strata satu dan atau diploma di bidang ilmu prasarana transportasi.

Pasal 6
Hak Anggota
(1) Setiap anggota berhak :
menghadiri konferensi, lokakarya, simposium, seminar dan pertemuan yang diadakan
oleh HPJI; dan
memperoleh terbitan dan edaran yang dikeluarkan HPJI.

25
(2) Setiap anggota berhak untuk mewakili HPJI dalam konferensi, lokakarya,
simposium, seminar dan pertemuan yang diadakan himpunan lain baik di dalam
maupun di luar negeri atas dasar keputusan DPP/DPD.
(3) Setiap anggota biasa dan anggota kehormatan berhak dipilih sebagai anggota
DPP dalam Rapat Umum Nasional dan berhak memilih dan dipilih sebagai anggota
DPD dalam Rapat Umum Daerah; dikecualikan bagi anggota kehormatan warga Negara
asing tidak mempunyai hak dipilih menjadi Ketua Umum DPP/Ketua DPD
(4) Setiap anggota berhak memperoleh perlakuan yang sama dengan anggota lain
sesuai dengan status keanggotaannya.
(5) Setiap anggota berhak memperoleh kartu anggota sesuai ketentuan yang
berlaku.
(6) Setiap anggota biasa yang memiliki sertifikat berhak untuk mengajukan
permohonan penambahan klasifikasi dan peningkatan kualifikasi di bidang jalan,
jembatan, terowongan jalan, landasan terbang dan jalan rel

Pasal 7
Kewajiban Anggota
(1) a. Setiap anggota biasa, anggota luar biasa, dan anggota mahasiswa
berkewajiban membayar uang pangkal dan uang iuran.
b. Anggota kehormatan dibebaskan dari kewajiban membayar uang pangkal dan uang
iuran.
(2) Setiap anggota berkewajiban menjaga kelangsungan hidup organisasi dan
mendukung pencapaian tujuan HPJI, antara lain dengan mengupayakan untuk :
menghadiri Rapat Umum Daerah;
menghadiri konferensi, lokakarya, simposium, seminar, dan pertemuan yang diadakan
oleh HPJI;
membuat kertas kerja dan karya ilmiah tentang pengembangan jalan yang dapat
diterbitkan oleh HPJI;
memberikan kontribusi yang konstruktif untuk HPJI.

Pasal 8
Prosedur Penerimaan Anggota
(1) Permintaan untuk menjadi anggota biasa, anggota luar biasa dan anggota
mahasiswa, adalah sebagai berikut :
Calon anggota harus mengisi formulir pendaftaran yang dise•diakan untuk maksud itu
dan diajukan kepada DPD.
Calon anggota harus mendapat rekomendasi dari minimum 2 (dua) orang anggota
biasa/anggota kehormatan
Khusus untuk menjadi anggota luar biasa, diperlukan pula per•nyataan bahwa calon
menaruh minat dalam pengembangan prasarana transportasi
Khusus untuk anggota mahasiswa dipersyaratkan mendapat rekomendasi dan atau surat
keterangan dari institusi perguruan tinggi tentang status sebagai mahasiswa resmi dan
terdaftar.

26
Selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah formulir pendaf•taran diterima, DPD harus
sudah menetapkan dapat diterima atau tidaknya calon anggota tersebut.
Dalam hal calon anggota dapat diterima, maka keputusan DPD tersebut harus disahkan
oleh DPP selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah keputusan DPD diterima oleh DPP.
DPP/DPD dapat menolak permintaan untuk menjadi anggota, jika calon tidak
memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam Pasal (2) dan Pasal (3) ART.
(2)

Keputusan pengesahan penerimaan anggota tersebut sudah harus disampaikan oleh


DPD kepada yang bersangkutan secara tertulis selambat-lambatnya 1 (satu) bulan
setelah tanggal pengesahan.
Keanggotaan mulai berlaku sejak tanggal dipenuhinya kewa•jiban pembayaran uang
pangkal dan uang iuran tahun per•tama.
3) Setiap anggota perorangan berkewajiban melaporkan perubahan alamat kepada
DPD setempat dan DPD propinsi yang bersangkutan jika alamat baru berada di propinsi
lain.
4) Setiap anggota perusahaan berkewajiban melaporkan perubahan data organisasi
kepada DPD setempat.

Pasal 9
Prosedur Pengangkatan Anggota Kehormatan
Pengangkatan anggota kehormatan dilakukan oleh DPP setelah mendapat persetujuan
dari Rapat Umum Daerah atau Rapat Umum Nasional.
Usul pengangkatan anggota kehormatan dilakukan oleh DPP dan/atau DPD di tempat
kedudukan anggota/bukan anggota yang bersangkutan.
Usul pengangkatan tersebut dalam ayat b di atas harus dilengkapai dengan alas an-
alasan yang memenuhi syarat-syarat tersebut dalam pasal 4 ART

Pasal 10
Berakhirnya Keanggotaan
1) Keanggotaan berakhir karena tidak dipenuhinya kewajiban mem•bayar uang iuran
selama 2 (dua) tahun secara berturut-turut.
(2) Anggota yang hendak berhenti dari HPJI atas permintaan sendiri wajib
memberitahukan secara tertulis kepada DPD sebulan sebelumnya.
3) Keanggotaan mahasiswa berakhir pada saat yang bersangkutan telah
menyelesaikan studinya, atau karena status kemahasiswaanya berakhir oleh sebab
lainnya.
4) Dalam hal anggota mahasiswa berakhir karena telah menyelesaikan studinya,
yang bersangkutan berhak untuk menjadi anggota biasa dengan mengajukan
permohonan kembali. Perubahan keanggotaan tersebut tidak mewajibkan yang
bersangkutan untuk membayar uang pangkal.

27
BAB III
PENGHARGAAN DAN SANKSI
Pasal 11

Tanda Penghargaan
(1) Penghargaan berbentuk Anugerah HPJI dapat diberikan kepada perorangan
yang memiliki prestasi luar biasa di bidang prasarana transportasi. Syarat-syarat dan
ketentuan mengenai pemberian Anugerah HPJI ini beserta calon penerimanya, disusun
oleh DPP, diajukan dalam Rapat Umum Nasional untuk mendapatkan pertimbangan,
persetujuan dan pengesahan.
(2) Penghargaan berbentuk pengangkatan sebagai anggota kehormatan diberikan
kepada perorangan yang memnuhi syarat seperti diatur dalam Anggaran Rumah Tangga
pasal 4 dan

pasal 9
(3) Penghargaan HPJI dapat diberikan kepada perorangan atau institusi atau badan
usaha yang telah berhasil menyelenggarakan program HPJI dengan memuaskan.
Penetapan penerima penghargaan ditetapkan secara musyawarah berdasarkan
pencapaian program kerja yang dilaksanakan baik ditingkat DPD maupun DPP, dan
disahkan oleh DPP.

Pasal 12
Sanksi Organisasi
(1) Apabila anggota tidak memenuhi kewajiban sebagaimana diatur Pasal 10
Anggaran Dasar dan Pasal 6 Anggaran Rumah Tangga dapat dikenakan sanksi
organisasi berupa :
teguran tertulis maksimum 3 (tiga) kali; pembekuan status keanggotaan; pemberhentian
status keanggotaan; atau pencabutan Sertifikat Profesi.
(2) Sebelum menetapkan sanksi organisasi, Majelis Kehormatan HPJI harus
mendengar terlebih dahulu pembelaan dari anggota yang dimaksud dan keterangan dari
pihak-pihak lain.
(3) Keputusan sanksi organisasi tentang pelanggaran Kode Etik dilaksanakan oleh
DPP setelah ditetapkan oleh Majelis Kehormatan HPJI.

BAB IV
ORGANISASI DAN KEPENGURUSAN
Pasal 13
Pengiriman Undangan Rapat Umum Nasional
(1) Undangan untuk Rapat Umum Nasional harus disampaikan kepada utusan
daerah peserta penuh melalui DPD secara tertulis sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh)
hari sebelum rapat diselenggara•kan dan harus memuat keterangan tentang waktu,
tempat dan acara rapat.

28
(2) Dalam keadaan mendesak, DPP dapat mengirimkan undangan se•lambat-
lambatnya 1 (satu) minggu sebelum diselenggarakan rapat sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1).
(3) Utusan daerah yang berhalangan hadir pada Rapat Umum Nasional dapat
memberikan kuasa hak suaranya secara tertulis kepada utusan lain dari daerah yang
sama.

Pasal 14
Pengiriman Undangan Rapat Umum Daerah
(1) Rapat Kerja Nasional berfungsi memberikan rekomendasi dan masukan-
masukan kepada DPP serta merupakan forum komuni•kasi antara DPP dan DPD.
(2) Rapat Kerja Nasional dihadiri oleh ketua umum DPP, para ketua DPD serta para
anggota DPP dan peserta peninjau lain yang di•tetapkan oleh DPP.
(3) Rapat Kerja Nasional diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam
masa bakti kepengurusan.
(4) Rapat Kerja Nasional memberikan rekomendasi kepada DPP tentang :
langkah-langkah yang perlu diambil yang berkaitan dengan pelaksanaan Garis Besar
Kebijakan dan Program HPJI; dan
masalah-masalah lain yang dipandang perlu.
(5) Rapat Kerja Nasional adalah sah jika dihadiri oleh lebih dari ½ (setengah)
jumlah DPD.
(6) Rapat Kerja Daerah dihadiri oleh ketua DPD, para anggota DPD, para anggota
HPJI di daerah yang bersangkutan dan undangan yang ditetapkan oleh DPD.
(7) Rapat Kerja Daerah diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam
masa bakti kepengurusan untuk :
membahas perkembangan organisasi di tingkat daerah;
menyusun usulan dan saran mengenai hal-hal yang menyangkut kepentingan organisasi
guna diajukan kepada DPP.
(8) Rapat Kerja Daerah adalah sah jika dihadiri oleh lebih dari ½ (se•tengah) jumlah
anggota biasa di daerah tersebut.

Pasal 16
Hak dan Kewenangan Pengurus
(1) Ketua Umum/Sekretaris Umum DPP atau Ketua/Sekretaris DPD secara
bersama-sama berhak untuk mewakili dan mengikat HPJI baik di dalam maupun di luar
pengadilan dan berwewenang melakukan segala perbuatan pemilikan dan se•gala
perbuatan pengurusan untuk dan atas nama HPJI.
(2) Hak-hak yang dimaksud dalam ayat (1) dibatasi oleh tindakan-tindakan yang
memerlukan pengesahan terlebih dahulu dari rapat DPP/ DPD yaitu dalam hal-hal
sebagai berikut :
Mendapatkan atau melepaskan barang yang tak bergerak dan atau hak-hak atas tanah
dan bangunan-bangunan.
Meminjamkan uang atas nama HPJI senilai Rp. 10.000.000,- (Sepuluh Juta Rupiah)
atau lebih.

29
Menggadaikan atau rnempertanggungkan dengan cara lain ke•kayaan HPJI. Mengikat
HPJI sebagai penjamin (borg atau avalis).
Mendirikan/ikut mengambil bagian dan/atau menyelenggara•kan perusahaan atau
badan hukum lain.

Pasal 17
Tata Kerja Kepengurusan
Tata kerja kepengurusan ditetapkan oleh DPP/DPD, berisikan :
Uraian tugas dan tanggung jawab setiap anggota Dewan Pengurus. Baku kinerja setiap
anggota Dewan Pengurus.
Sanksi bagi anggota Dewan Pengurus yang tidak dapat memenuhi baku kinerja dan
prosedur pengenaan sanksi.

Pasal 18
Kewajiban Penyusunan Anggaran Tahunan Pendapatan dan Belanja
(1) DPP dan DPD berkewajiban menyusun Anggaran Pen•dapatan dan Belanja
Tahunan HPJI selama masa bakti.
(2) Anggaran tahun pertama harus sudah selesai selambat-lambat•nya 6 (enam)
bulan terhitung tanggal ditetapkannya DPP/DPD.

Pasal 19
Rapat dan Pimpinan Rapat Dewan Pengurus
(1) Rapat-rapat DPP maupun DPD membicarakan segala sesuatu yang menjadi
tugas, kewajiban dan tanggung-jawab DPP/DPD.
(2) Rapat DPP dipimpin oleh Ketua Umum dan apabila Ketua Umum berhalangan
hadir rapat dipimpin oleh salah seorang yang ditunjuk dari antara Ketua.
(3) Rapat DPP adalah sah jika dihadiri oleh lebih dari ½ (setengah) jumlah anggota
DPP.
(4) Rapat DPD dipimpin oleh Ketua dan apabila Ketua berhalangan, rapat dipimpin
oleh salah seorang yang ditunjuk dari antara pengurus DPD yang hadir.
(5) Rapat DPD adalah sah jika dihadiri oleh lebih dari ½ (setengah) jumlah anggota
DPD

Pasal 20
Berakhirnya Keanggotaan DPP dan DPD
(1) Keanggotaan DPP dan DPD berakhir oleh karena :
berhenti sebagai anggota HPJI;
atas permintaan sendiri; meninggal dunia; diberhentikan dengan hormat;
diberhentikan tidak dengan hormat; atau
berakhirnya masa bakti DPP/DPD yang bersangkutan.
(2) Seorang anggota DPP/DPD dapat dibebaskan sementara dari tugasnya oleh
rapat DPP/DPD, disebabkan karena :

30
berhalangan karena sakit atau karena tidak dapat menjalankan tugas dan fungsinya; atau
melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan Anggaran Dasar/Anggaran
Rumah Tangga atau tindakan•-tindakan lainnya yang tidak dapat
dipertanggungjawab•kan.
(3) Pembebasan tugas yang disebabkan hal-hal sebagai ter•sebut ayat (2) huruf b.
berlaku paling lama 3 (tiga) bulan.

Pasal 21
Penggantian Anggota Dewan Pengurus

(1) Penggantian anggota pengurus DPP/DPD yang berakhir karena sebagai•mana


tersebut dalam Anggaran Rumah Tangga Pasal 20 huruf a, b, c, d dan e dilaksanakan
melalui rapat DPP/DPD.
(2) Penggantian anggota DPP/DPD sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) tidak
perlu disahkan melalui Rapat Umum Nasio•nal/Daerah.

Pasal 22
Kuorum Rapat Perangkat Organisasi
(1) Bilamana rapat perangkat organisasi tidak memenuhi kuorum sebagai•mana
diatur dalam ketentuan Anggaran Dasar Pasal 14 Ayat (8) dan Pasal 15 Ayat (8) dan
Anggaran Rumah Tangga Pasal 15 Ayat (5) dan (8) serta Pasal 19 Ayat (3) dan (5),
maka rapat tersebut ditunda setiap 20 (dua puluh) menit dengan waktu penundaan
paling lama 60 (enam puluh) menit.
(2) Sesudah penundaan 60 menit kuorum belum juga tercapai, maka rapat dapat
terus diselenggarakan dan segala ketetapan yang diambil adalah sah.

Pasal 23
Keputusan Rapat Perangkat Organisasi
Keputusan rapat perangkat organisasi diambil :
Dengan musyawarah untuk mencapai mufakat.
Apabila kata sepakat sebagaimana dimaksud dalam butir (a) tidak dapat dicapai, maka
keputusan diambil atas dasar jumlah suara terbanyak di antara peserta rapat yang hadir
dan memiliki hak suara dalam rapat tersebut.

31
BAB V
PERBENDAHARAAN

Pasal 24
Usaha Pengumpulan Dana

Untuk maksud tertentu DPP/DPD dapat mengadakan usaha-•usaha untuk pengumpulan


dana yang sah dan tidak bertentangan dengan azas dan tujuan HPJI.

BAB VI PERATURAN TAMBAHAN


Pasal 25
Peraturan DPP/DPD
(1) Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar dan atau Anggaran Rumah
Tangga dapat diatur dalam peraturan-•peraturan DPP/DPD.
(2) Peraturan-peraturan tersebut Ayat (1) tidak boleh ber•tentangan dengan
ketentuan- ketentuan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

BAB VII
PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA
Pasal 26
Syarat Perubahan
(1) Anggaran Rumah Tangga ini hanya dapat diubah di dalam , dan sudah harus
diacarakan dalam Rapat Umum Nasional, atau dalam apat Umum Nasional Istimewa
yang diselenggarakan untuk keperluan tersebut.
(2) Rancangan usul perubahan ditetapkan dalam rapat DPP atau diusulkan oleh
sekurang- kurangnya ½ (setengah) jumlah DPD.
(3) Keputusan diambil melalui permufakatan atau jika sekurang-kurangnya 2/3
(dua pertiga) dari jumlah hak suara peserta penuh yang hadir dalam Rapat Umum
Nasional menyetujui usul perubahan Anggaran Rumah Tangga tersebut pada waktu
pemungutan suara yang dilakukan khusus untuk itu.

BAB VIII
PENUTUP
Pasal 27
Aturan Peralihan
(1) Penyesuaian dan perubahan yang diperlukan sebagai akibat adanya perubahan
Anggaran Rumah Tangga harus diselesaikan oleh DPP dan DPD selambat-lambatnya
365 (tiga ratus enam puluh lima) hari kalender setelah tanggal ditetapkannya perubahan
Anggaran Rumah Tangga HPJI.

32
(2) Pengurus DPP dibentuk serta merta setelah perubahan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga disahkan.
(3) Pengurus DPD harus disesuaikan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga melalui Rapat Umum Daerah Istimewa dalam jangka waktu
sebagaimana diatur dalam Ayat (1).
Anggaran Rumah Tangga HPJI disahkan untuk pertama kali dalam Rapat Umum
Anggota HPJI ke-1 di Jakarta tanggal 23 Juli 1979 dan perubahan-perubahannya
dilakukan :
Pertama dalam Rapat Umum Anggota ke-6 yang diselenggarakan di Jakarta pada
tanggal 30 November 1990.
Kedua dalam Rapat Umum Anggota ke-8 yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal
23 Desember 1997.
Ketiga dalam Rapat Umum Anggota ke-9 yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal
7 Agustus 1998.
Keempat dalam Rapat Umum Nasional Istimewa ke-1 yang diselenggarakan di Jakarta
pada tanggal 4 Oktober 2000
Kelima dalam Rapat Umum Nasional Istimewa ke-2 yang diselenggarakan di Denpasar
pada tanggal 17 Juli 2002.
Keenam dalam Rapat Umum Nasional ke-10 yang diselenggarakan di Jakarta tanggal
6 dan 9 Oktober 2003.

33

Anda mungkin juga menyukai