Anda di halaman 1dari 32

TUGAS

HIMPUNAN PERENCANAAN JALAN INDONESIA


(HPJI)

Dosen Pengampu:
Drs. Yulfalentino, ST, MT

Disusun Oleh : Kelompok 4


1. Masreni Br Tarigan
2. Kevin Agatha Sihombing
3. Gidion Sinaga
4. Benyamin Epindonta Ginting
5. Yehezkiel Sembiring
6. Muhammad iqbal
7. Ridho Abdillah Dalimunthe

POLITEKNIK NEGERI MEDAN


JURUSAN D3 TEKNIK SIPIL MEDAN
2020
A. SEJARAH PERKEMBANGAN

Untuk menciptakan sinergi di antara para ahli, di bentuklah sebuah organisasi profesi di bidang jalan
39 tahun yang lalu, dengan nama Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia yang disingkat HPJI,
yang diprakarsai oleh DR. Ir. Poernomosidhi Hadjisarosa, Ir. Suryatin Sastromijoyo dan beberapa
tokoh yang terhormat lainnya.

Himpunan sebagai wadah bagi pengembangan profesi dan keahlian di bidang jalan dituntut
pengabdian yang terbaik HPJI kepada masyarakat bangsa dan negara melalui setiap anggota sesuai
bidang profesi masing-masing untuk mewujudkan pembinaan jaringan jalan diseluruh tanah air
Indonesia.

Organisasi HPJI telah berkembang dengan terbentuknya 33 Dewan Pengurus Daerah diseluruh
Indonesia yang semuanya kini sudah mandiri, dengan harapan dapat memberikan kontribusi bagi
pemerintah daerah.

Dari aspek kualitas keanggotaan HPJI berkembang pesat dimulai dari 150 orang pada tahun 1975,
kini berkembang menjadi lebih dari 22.000 anggota yang tersebar di seluruh Indonesia.

Di dalamnya di tingkat nasional, HPJI juga berkiprah di tingkat Internasional seperti dalam organisasi
The Road Engineering Association Asian and Australasia (REAAA) yang berpusat di Kuala Lumpur,
International Road Federation (IRF) yang berpusat di Washington DC, Permanent International
Association and Road Congresses (PIARC) yang kemudian disebut World Road Association (WRA)
yang berpusat di Paris dan International Tunnelling Association (ITA) yang berpusat di Netherland.

Sumbangsih pemikiran HPJI pun tidak hanya tertuang dalam 2.097 makalah ilmiah, yang dibahas
dalam Konferensi nasional maupun makalah ilmiah yng dibahas dalam Konferensi Regional, tetapi
juga turut memberikan masukan positif dalam menyusun UU tentang Jasa Konstruksi yang disahkan
tahun 1999, termasuk dalam pembentukan Lembaga Jasa Konstruksi.

Sebagai Asosiasi Profesi HPJI sejak 2 Mei 2002 telah mendapatkan penetapan akreditasi oleh LPJK
Nasional, melalui keputusan Dewan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional no.
28/KPTS/LPJK/D/V/2002, untuk kemudian terakreditasi pula 28 Dewan Pengurus Daerah HPJI dan
saat ini telah melaksanakan program sertifikasi keahlian Jalan dan Jembatan. Selanjutnya, di dalam
perkembangannya HPJI terus bersinergi dengan program LPJK-N. Realisasi program sertifikasi DPD
telah membuahkan hasil yang cukup baik yaitu ahli pelaksana sebanyak lebih dari 13.400 orang dan
ahli pengawas sebanyak lebih dari 10.200 orang serta ahli perencana sebanyak lebih dari 3.500
orang.

HPJI sejak awal menyadari benar akan pentingnya komunikasi antar anggota serta desiminasi dan
sosialisasi kegiatan dan terobosan pemikiran para anggota, sehingga diterbitkan Majalah Jalan dan
Transportasi pada bulan november tahun 1982, 7 tahun setelah berdirinya HPJI. Tema yang dipilih
pada edisi perdana ketika itu adalah Jalan Sebagai Struktur Wilayah. HPJI telah berhasil menerbitkan
sebanyak 115 edisi yang didistribusikan kepada para anggota HPJI sampai ke Kabupaten/Kodya di
seluruh Indonesia

Lantas bagaimana visi dan misi HPJI dalam meningkatkan kiprah dan perannya dalam mengisi
pembangunan nasional kedepan ? Dalam usia lebih dari tiga puluh lima tahun ini HPJI tentu mampu
dan mandiri dalam mengemban kewajiban sesuai dengan tujuan dan usaha Himpunan, namun
demikian tantangan yang menghalang kedepan tentu tidak semakin ringan sejalan dengan
perkembangan zaman dalam era globalisasi.

Mengingat perjuangan yang diemban HPJI perlu semangat darma bhakti yang luhur dari para
pengurusnya, tentunya tidak pernah lepas dari sejarah pendirian serta darma bhakti pengurus
terdahulu yang menjadi panutan.

Membangun jaringan jalan yang modern harus direncanakan secara matang yang melibatkan banyak
pihak, namun dengan motifasi dan semangat yang tinggi HPJI senantiasa akan memberikan nilai
tambah bagi para anggotanya, mengupayakan pengembangan teknologi jalan, menjaring keserasian
unsur pengembangan jalan dan mendukung perubahan-perubahan menuju efisiensi dalam segala
bidang, dengan demikian HPJI akan dapat memberikan yang terbaik dalam peranan dan
sumbangsihnya, serta siap menghadapi tantangan kedepan dan bersama pemerintah mengisi
pembangunan negara
Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia
(HPJI)

Profile Asosiasi
-Profile Asosiasi
-Visi dan Misi
-Fungsi Peranan
-Kode Etik
-Anggaran Dasar
-Anggaran Rumah Tangga
-Referensi Proyek dan Perusahaan

VISI & MISI


Visi HPJI

Terwujudnya Profesionalisme Anggota HPJI sebagai Pelaku Ahli Bidang Jalan Dan Jembatan sehingga
:

- Kompeten dan Taat dalam menerapkan Kaidah Kaidah Mutu


- Berpola Tindak yang mencerminkan Penghayatan Mendalam terhadap Kode Etik HPJI
- Mampu Memenangkan Persaingan dalam Pasar Global dengan fasilitasi HPJI sebagai Asosiasi
Profesi yang Efektif, Efisien dan Mandiri

Misi HPJI

Terwujudnya ketahanan dan kemandirian energi batubara, peningkatan nilai tambah mineral yang
berwawasan lingkungan untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran
rakyat.
BENTUK & LAMBANG

Dari penjelasan ringkas mengenai bagaimana pembangunan jalan di Indonesia khususnya


dikaitkan dengan pengembangan sistem jaringan dan teknologinya ada beberapa titik awal
(milestone) yang mewarnai kebangkitan spektakuler pengembangan jalan di Indonesia. Di
antara yang sangat jelas menunjukkan kemampuan bangsa Indonesia adalah pembangunan
Jembatan Semanggi di Jakarta, yang direncanakan oleh tenaga akhli bangsa Indonesia. Ir.
Sutami yang bertindak sebagai perencana adalah akhli teknik sipil yang membidani
pembangunan jembayan tersebut dimulai pada tahun 1964, dan menjadi jembatan satu
satunya yang bertingkat dengan bentuk daun semanggi.
Sejalan dengan pemikiran tersebut dan dikaitkan dengan ide pembentukan suatu wadah
profesi yang selalu terkait dengan pengembangan jalan, maka para pendiri menggunakan titik
bangkit pengembangan ilmu konstruksi jalan dan jembatan tersebut sebagai alat untuk selalu
mengingatkan profesional pengembang jalan untuk selalu bertindak inovatif dan kreatif
Lambang jembatan semanggi yang kemudian digunakan sebagai lambang himpunan
dianggap dapat mewakili keinginan para pendiri dan para anggota untuk bekerja selalu dalam
semangat tinggi (Gambar 2. Lambang HPJI).
Secara makro dapat dikatakan bahwa penggunaan gambar jembatan berbentuk semanggi dan
dibangun di Jakarta tersebut dapat diartikan sebagai berikut :
a) bentuk gambar semanggi : adalah lambang dari kemampuan para pengembang jalan
di Indonesia dalam membangun sarana dan prasarana jalan dengan teknologi yang
selalu mutakhir.
b) Jembatan semanggi : jembatan ini digambarkan mempunyai banyak jaringan yang
mengarah ke berbagai jurusan yang menggambarkan bahwa himpunan sangat terbuka
bagi semua masyarakat yang berkepentingan dan mempunyai dedikasi dalam upaya
pengambangan jariangan jalan di Indonesia.
c) Jembatan semanggi dengan daun kecil di tengahnya dapat diartikan bahwa himpunan
selalu berusaha untuk melakukan iterasi dalam berbagai perkembangan
pengembangan jalan sehingga dapat menemukan suatu penyelesaian yang dapat
memenuhi berbagai kriteria.
d) Bentuk eleptik yang membatasi jembatan semanggi diartikan bahwa himpunan sangat
lentur dalam berbagai langkah kebijakannya, dalam menyesuaikan dengan kondisi
yang dihadapi dan perkembangan teknologi pengembangan jalan.
e) Warna hitam dan abu abu yang mendominasi lambang ini dapat diartikan bahwa
himpunan dan anggotannya adalah komponen-komponen profesional yang selalu
teguh pada prinsip-prinsip ilmu dan kebenaran ilmu.
KODE ETIK
Kode Etik & Kaidah Tata Laku
Sebagai standar moral bagi setiap anggota yang tergabung dalam organisasi profesi HPJI,
disusunlah PRINSIP DASAR tentang norma dan nilai luhur yang disepakati bersama untuk
menjadi pegangan, dihayati, dan harus selalu dijunjung tinggi dalam melaksanakan kegiatan
profesi sebagaimana berikut ini :

I. Prinsip Dasar.

1. Menjunjung tinggi keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Menggunakan pengetahuan dan kemampuan untuk kesejahteraan umat manusia
secara berkelanjutan.
3. Bekerja secara profesional untuk kepentingan masyarakat, bangsa, negara dan
organisasi.
4. Meningkatkan pengetahuan dan kompetensi serta menjunjung tinggi martabat
profesinya.

Selanjutnya Prinsip Dasar di atas dijabarkan lebih lanjut dalam KODE ETIK berikut ini.

II. Kode Etik HPJI.

1. Anggota HPJI wajib bertindak konsekuen, jujur dan adil dalam menjalankan
profesinya.
2. Anggota HPJI wajib menghormati profesi lain dan tidak boleh merugikan nama baik
serta profesi orang lain.
3. Anggota HPJI wajib memperhatikan dengan sungguh-sungguh dan tidak merugikan
kepentingan umum khususnya yang menyangkut lingkungan.
4. Anggota HPJI setia dan taat pada peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
5. Anggota HPJI harus bersedia memberi bimbingan dan pelatihan untuk peningkatan
profesionalisme sesama anggota.
6. Anggota HPJI wajib memenuhi baku kinerja dan tanggung jawab profesi dengan
integritas tinggi dan tidak akan menerima pekerjaan di luar bidang keahlian teknisnya.
7. Anggota HPJI wajib menjunjung tinggi martabat profesi, bersikap terhormat, dapat
dipercaya, dan bertanggung jawab secara profesional berasaskan kaidah keilmuan,
kepatutan dan kejujuran intelektual.
8. Anggota HPJI dengan menggunakan pengetahuan & keahlian yang dimilikinya wajib
menyampaikan pendapat dan pernyataan dengan jujur berdasarkan bukti dan tanpa
membedakan
III. Kaidah Umum Tata Laku.

Pedoman umum ini merupakan penjabaran Kode Etik yang dapat dipakai sebagai panduan
secara umum untuk menghadapi situasi dan kondisi beragam yang timbul di suatu saat dalam
menjalankan tugas profesi.
Setiap anggota organisasi profesi harus tunduk dan menjunjung tinggi kode etik organisasi.
Kode etik HPJI harus menjiwai setiap langkah para anggota HPJI dalam mengemban tugas-
tugas keprofesionalannya. Tindak keprofesionalannya bercirikan antara lain :
1. Kejujuran (honesty)
2. Keadilan (fairness)
3. Satunya pikiran, ucapan dan tindakan (integrity)
4. Dapat dipertanggungjawabkan (accountability)
5. Kebertanggung-jawaban (responsibility)
6. Kesetiaan kepada bangsa dan negara (loyalty)
7. Tepat janji (committed)
8. Menghormati orang lain (respect to other)
9. Mengutamakan kepentingan masyarakat (community)
10. Menjanjikan karya terbaik (pursuit of excellence)
11. Mendukung perkembangan ilmu pengetahuan
12. Mengupayakan dan menjaga pelestarian lingkungan.
13. Pedoman umum ini memuat kaidah-kaidah dalam hubungan-hubungan pelaksanaan
tugas anggota HPJI dengan masyarakat, rekan seprofesi dan profesi lain yang terkait
serta hubungan dengan pemberi tugas.

3.1. Hubungan Dengan Masyarakat

1. Anggota HPJI dalam melaksanakan tugas profesinya wajib melindungi kepentingan


masyarakat luas di atas kepentingan pihak-pihak lain.
2. Anggota HPJI memperhatikan dengan sungguh-sungguh aspirasi masyarakat.
3. Anggota HPJI harus mengutamakan kepentingan bangsa dan negara diatas
kepentingan pribadi maupun golongan.
4. Anggota HPJI dalam menjalankan tugas dan kewajibannya harus
menjaga/mempertahankan kemandirian berpikir dan kebebasan bersikap.
5. Anggota HPJI harus bertekad untuk menghasilkan karya terbaiknya yang mampu
disajikan.
6. Anggota HPJI wajib mempertanggungjawabkan karyanya secara moral kepada
masyarakat dan diri pribadinya.
7. Anggota HPJI wajib memanfaatkan sumber daya secara optimal dengan sehemat
mungkin menggunakan sumber daya alam.
8. Anggota HPJI wajib mendahulukan tanggung jawab dan kewajiban daripada hak dan
kepentingan diri sendiri.
9. Anggota HPJI dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya wajib mengenal
dan memperhatikan adat istiadat serta aspek-aspek sosial masyarakat di daerah
wilayah kerjanya.
10. Anggota HPJI wajib menghormati dan melindungi warisan budaya bangsa.
11. Anggota HPJI wajib menjunjung tinggi dan menjaga kehormatan, keahlian dan nama
baik pribadinya dan organisasi.
12. Anggota HPJI wajib menjunjung tinggi hak asasi masyarakat, lingkungan kerjanya
dan bawahan.

3.2. Hubungan dengan Rekan.

1. Anggota HPJI wajib menghormati undang-undang hak cipta (Intellectual Property


Right).
2. Anggota HPJI wajib memberi kesempatan dan atau bimbingan untuk pengembangan
ilmu pengetahuan rekan-rekan dan bawahannya.
3. Anggota HPJI wajib mengikuti kemajuan, perkembangan ilmu pengetahuan dan
keterampilan di bidang profesinya.
4. Anggota HPJI tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat) hasil karya orang lain
sebagai hasil karyanya.
5. Anggota HPJI tidak akan melakukan persaingan yang tidak sehat dan tidak wajar
dengan rekannya.
6. Anggota HPJI tidak akan turut dalam suatu pekerjaan atau usaha dengan rekan-rekan
yang tidak mengindahkan kode etik.
7. Anggota HPJI wajib menyampaikan pengaduan terjadinya pelanggaran kode etik
kepada Pengurus (DPP/DPD) ataupun Majelis Kehormatan HPJI.
8. Anggota HPJI dapat melanjutkan pekerjaan sesama rekan setelah ada penyelesaian
hubungan kerja antara pemberi tugas dengan anggota HPJI yang bersangkutan.

3.3. Hubungan dengan Pemberi Tugas

1. Anggota HPJI wajib mencurahkan segala perhatian, kemampuan, pengetahuan,


kepandaian dan pengalaman yang ada padanya untuk penyelesaian tugas.
2. Anggota HPJI wajib bersifat jujur tentang keahlian dan kemampuannya dan tidak
akan menerima tugas pekerjaan di luar keahlian dan kemampuannya.
3. Anggota HPJI wajib memenuhi janjinya dalam menyelesaikan tugas yang
dipercayakan dan menjadi tanggung jawabnya.
4. Anggota HPJI wajib menolak suatu penugasan yang dapat menimbulkan pertentangan
kepentingan dengan pemberi tugas, masyarakat dan lingkungan.
5. Anggota HPJI wajib menyampaikan laporan secara jujur dan objektif berkaitan
dengan tugasnya kepada pemberi tugas.
6. Anggota HPJI tidak boleh menerima imbalan atau honorarium di luar ketentuan atau
perjanjian kontraktor yang berlaku.
7. Anggota HPJI dalam proses pelaksanaan tugasnya harus mengacu pada prinsip
pemilihan solusi konstruksi yang paling efektif dan efisien setelah melalui penelaahan
berbagai alternatif yang mungkin.
ANGGARAN DASAR HIMPUNAN PENGEMBANGAN
JALAN INDONESIA

Bahwa sesungguhnya pengabdian kepada bangsa dan negara adalah kewajiban setiap
warga negara Indonesia yang harus dilaksanakan dan dikembangkan menurut bidang profesi,
keterampilan kerja dan keahlian kerja masing-masing untuk mewujudkan tujuan
pembangunan nasional.
Bahwa prasarana transportasi, khususnya jalan, jembatan, terowongan jalan, landasan
terbang dan jalan rel, sebagai prasarana penting dalam pembangunan dan kehidupan bangsa,
pada hakikatnya mempunyai peran yang penting dalam usaha memenuhi kebutuhan
masyarakat, mewujudkan keseimbangan tingkat pertumbuhan antar daerah guna meratakan
hasil-hasil pembangunan, memantapkan komunikasi sebagai alat pemersatu bangsa,
memantapkan usaha pertahanan dan keamanan nasional serta keandalan ketahanan nasional
dan mewujudkan Wawasan Nusantara, yang secara keseluruhan mempunyai arti penting bagi
kesejahteraan bangsa dan negara. Karena itu, usaha pengembangan prasarana transportasi
serta peningkatan dan pembinaan kemampuan profesi, keterampilan kerja dan keahlian kerja
di bidang prasarana transportasi di Indonesia perlu ditetapkan sebagai tujuan pengabdian dan
dharma bakti kepada bangsa dan negara.
Bahwa untuk mencapai kinerja pengembangan prasarana transportasi secara berdaya guna
dan berhasil guna yang menyertakan berbagai profesi, keterampilan kerja dan keahlian kerja
diperlukan pengertian yang mendalam tentang peranan, tugas dan kewajiban menurut profesi,
keterampilan kerja dan keahlian kerja masing-masing serta disadari perlunya keselarasan
dalam memanfaatkan dan meningkatkan kemampuan untuk selanjutnya dengan semangat
gotong royong di galang dan dikerahkan sebagai usaha bersama guna di dharmabakti kan
kepada pembangunan bangsa dan negara.
Oleh karena itu, menyadari akan pentingnya peranan pengembangan prasarana transportasi
dalam pembangunan negara dan bangsa Indonesia, maka dengan rahmat Tuhan Yang Maha
Esa di himpunlah berbagai profesi, keterampilan kerja dan keahlian kerja yang menyangkut
berbagai aspek pengembangan prasarana transportasi dalam wadah asosiasi profesi ini
dengan Anggaran Dasar sebagai berikut
BAB I
NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN
Pasal 1
Nama
Nama asosiasi profesi ini adalah 'HIMPUNAN PENGEMBANGAN JALAN INDONESIA',
disingkat HPJI dengan terjemahan resmi dalam ba-hasa Inggris 'INDONESIA ROAD
DEVELOPMENT ASSOCIATION' disingkat IRDA.

Pasal 2
Waktu
HPJI didirikan di Jakarta pada tanggal 5 September 1975 untuk jangka waktu yang tidak
ditentukan.

Pasal 3
Tempat Kedudukan
HPJI pusat berkedudukan di ibukota negara Republik Indonesia.
Di setiap Provinsi dapat dibentuk HPJI tingkat daerah yang ber-kedudukan di ibukota
Provinsi.
Di setiap Kabupaten/Kota dapat ditetapkan Koordinator Kabupaten/Kota yang berkedudukan
di ibukota Kabupaten/Kota sebagai bagian dari kepengurusan HPJI tingkat daerah.
BAB II
AZAS, TUJUAN DAN USAHA
Pasal 4
Azas

HPJI berazaskan Pancasila.

Pasal 5
Tujuan
HPJI bertujuan :
membina dan meningkatkan profesionalisme anggotanya di bidang pengembangan prasarana
transportasi;
memperjuangkan kepentingan dan aspirasi anggota.

Pasal 6
Usaha
Untuk mencapai tujuan tersebut pada pasal 5, HPJI melakukan usaha-usaha :
menegakkan kode etik HPJI dan kaidah tata laku profesi HPJI dalam pelaksanaan tugas
anggota. meningkatkan dan mengembangkan prasarana transportasi dalam keilmuan dan
pemakaiannya. membantu usaha pengembangan dan peningkatan pengetahuan, keahlian dan
keterampilan serta kemantapan sistem pengusaha-an di bidang prasarana transportasi bagi
anggota-anggotanya;
mengadakan kerjasama dengan organisasi-organisasi regional maupun internasional yang
berkecimpung dalam masalah pengembangan prasarana transportasi;
menyelenggarakan konferensi, lokakarya, simposium, seminar atau pertemuan-pertemuan
ilmiah lainnya yang diadakan menurut keperluan;
menyelenggarakan publikasi di bidang pengembangan prasarana transportasi, baik untuk
keperluan di dalam organisasi maupun untuk masyarakat luas;
mengembangkan pusat data, pertukaran informasi dan pengembangan ide-ide baru bagi
anggotanya yang berhubungan dengan masalah pengembangan prasarana transportasi;
menyelenggarakan sertifikasi di bidang pengembangan prasarana transportasi bagi anggota
perorangan untuk mendapat pengakuan dan penghargaan berdasarkan kemampuan
profesionalnya;
memberikan penghargaan kepada anggotanya atas jasa, karya serta dedikasi yang tinggi
dalam usaha pembinaan dan pengembangan organisasi HPJI.
memberikan penghargaan kepada perorangan atas karya yang bernilai tinggi dan berdaya
guna luas di bidang prasarana transportasi.
membantu advokasi di bidang pengembangan prasarana transportasi bagi anggota;
dan usaha-usaha lain yang dianggap perlu
BAB III
KODE ETIK DAN LAMBANG ORGANISASI

Pasal 7
Kode Etik

Dalam menjalankan profesinya setiap anggota HPJI terikat pada Kode Etik dan Kaidah Tata
Laku HPJI yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Anggaran Dasar ini

Pasal 8
Lambang Organisasi
HPJI memiliki lambang organisasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Anggaran Dasar ini.
BAB IV
KEANGGOTAAN

Pasal 9
Jenis Anggota
(1) Anggota HPJI terdiri atas
anggota biasa;
anggota luar biasa;
anggota mahasiswa, dan
anggota kehormatan.
(2) Syarat-syarat tentang keanggotaan ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 10
Hak dan Kewajiban Anggota
Hak dan kewajiban anggota ialah :
setiap anggota biasa dan anggota kehormatan mempunyai hak suara dalam rapat umum
daerah, hak dipilih menjadi peserta penuh dalam Rapat Umum Nasional/Rapat Umum
Nasional Istimewa, hak memilih dan dipilih sebagai anggota pengurus Dewan Pengurus
Daerah, dan hak dipilih sebagai anggota pengurus Dewan Pengurus Pusat;
setiap anggota biasa berhak untuk mengajukan permohonan sertifikasi keahlian di bidang
jembatan, terowongan jalan, landasan terbang, dan jalan rel sesuai dengan klasifikasinya;
setiap anggota biasa yang telah memiliki sertifikat keahlian, berhak mencantumkan nama
HPJI dibelakang namanya, dan berhak untuk memperoleh perlindungan dan pembelaan
dalam melaksanakan tugas profesinya sepanjang tidak bertentangan atau melanggar
ketentuan dan peraturan/perundangan yang berlaku;
setiap anggota mempunyai hak untuk turut serta dalam segala kegiatan HPJI;
setiap anggota kecuali anggota mahasiswa, berhak untuk memperoleh perlindungan dan
pembelaan dalam melaksanakan tugas profesinya sepanjang tidak bertentangan atau
melanggar ketentuan dan peraturan/perundangan yang berlaku;
setiap anggota berhak membela diri dalam prosedur pengenaan sanksi organisasi atas dirinya;
setiap anggota mempunyai kewajiban untuk menjunjung tinggi nama baik HPJI,
melaksanakan kode etik dan kaidah tata laku profesi; dan
setiap anggota berkewajiban untuk menghormati, menaati dan melaksanakan Anggaran
Dasar, Anggaran Rumah Tangga, peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan yang sah dari
HPJI

Pasal 11
Berakhirnya Keanggotaan
Keanggotaan berakhir karena:
permintaan sendiri;
meninggal dunia;
diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri;
diberhentikan tidak dengan hormat,
anggota luar biasa badan hukum, perusahaan atau organisasi dinyatakan bubar,
anggota mahasiswa pada saat yang bersangkutan telah berubah status kemahasiswaannya
oleh sebab telah menyelesaikan studi atau oleh sebab sebab lainnya.

BAB V
BENTUK DAN SIFAT ORGANISASI

Pasal 12
Bentuk dan Sifat Organisasi

(1) Bentuk organisasi HPJI adalah himpunan yang terbuka dan terdesentralisasi.
(2) Sifat organisasi HPJI adalah organisasi profesi, independen dan non partai politik.

BAB VI
ORGANISASI DAN KEPENGURUSAN
Pasal 13
Perangkat Organisasi
HPJI mempunyai perangkat organisasi yang terdiri atas :

a. di tingkat nasional :
Rapat Umum Nasional;
Dewan Pengurus Pusat disingkat DPP
Majelis Kehormatan; dan
Dewan Penasehat DPP.

b. di tingkat daerah :
Rapat Umum Daerah;
Dewan Pengurus Daerah disingkat DPD; dan
Dewan Penasehat DPD.
Pasal 14
Rapat Umum Nasional
(1) Rapat Umum Nasional adalah perangkat organisasi tertinggi HPJI.
(2) Rapat Umum Nasional bertugas :

menetapkan Garis-Garis Besar Kebijakan dan Program HPJI;


mengevaluasi pertanggungjawaban pelaksanaan program dan pelaksanaan anggaran
pendapatan dan belanja HPJI;
menetapkan pedoman penyusunan anggaran pendapatan dan belanja HPJI, termasuk
pedoman dalam menerapkan besarnya uang pangkal dan uang iuran serta perbandingan
pembagian pene-rimaan uang pangkal dan uang iuran untuk alokasi DPP dan DPD untuk
selama 4 (empat) tahun;
memilih seorang Ketua Umum merangkap Ketua Formatur dan 2 (dua) anggota Tim
Formatur untuk menyusun DPP;
mengesahkan DPP yang disusun Tim Formatur; dan
menetapkan anggota Majelis Kehormatan yang diusulkan DPP.
(3) Rapat Umum Nasional diadakan sekali dalam 4 (empat) tahun.
(4) Rapat Umum Nasional dihadiri oleh :
Utusan daerah sebagai peserta penuh yang masing-masing mempunyai 1 (satu) hak suara
ditetapkan oleh rapat DPD; setiap HPJI tingkat daerah yang mempunyai jumlah anggota 500
(lima ratus) orang atau kurang diwakili oleh minimum 5 (lima) utusan; untuk HPJI tingkat
daerah yang mempunyai anggota lebih dari 500 (lima ratus), jumlah utusan daerah sebagai
peserta penuh ditetapkan dengan rumus 5+(Jumlah anggota-500)/200 dibulatkan ke atas;
pengurus DPP HPJI sebagai peserta penuh yang tidak mempunyai hak suara kecuali bilamana
yang bersangkutan ditetapkan sebagai utusan daerah;
anggota HPJI bukan utusan daerah yang berminat hadir dalam Rapat Umum Nasional sebagai
peserta peninjau dengan terlebih dahulu mendaftarkan diri kepada panitia pe-nyelenggara
Rapat Umum Nasional; dan
undangan-undangan lain yang ditetapkan DPP HPJI sebagai peserta peninjau.
(5) Rapat Umum Nasional dipimpin oleh Pimpinan Sidang yang dipilih dari antara peserta
penuh;
(6) Rapat Umum Nasional Istimewa dapat diadakan untuk menyelesaikan masalah
mendesak dan semata-mata dimaksudkan untuk menyelesaikan masalah tersebut;
(7) Rapat Umum Nasional Istimewa dapat diselenggarakan apabila diusulkan oleh lebih
dari ½ (setengah) jumlah DPD, atau diputuskan oleh DPP dalam rapat yang dihadiri oleh
lebih dari 2/3 (dua per tiga) jumlah anggota DPP;
(8) Rapat Umum Nasional/Rapat Umum Nasional Istimewa adalah sah jika dihadiri oleh
lebih dari ½ (setengah) jumlah utusan daerah peserta penuh.

Pasal 15
Rapat Umum Daerah
(1) Rapat Umum Daerah adalah perangkat organisasi tertinggi HPJI di daerah.
(2) Rapat Umum Daerah bertugas :

menetapkan Garis-Garis Besar Kebijakan dan Program HPJI tingkat daerah sejalan dengan
Garis-Garis Besar Kebijakan dan Program HPJI;
mengevaluasi pertanggungjawaban pelaksanaan program dan pelaksanaan anggaran
pendapatan dan belanja HPJI tingkat daerah;
menetapkan pedoman penyusunan anggaran pendapatan dan belanja HPJI tingkat daerah
selama 4 (empat) tahun;
memilih seorang Ketua merangkap sebagai Ketua Formatur dan 2 (dua) anggota Tim
Formatur untuk menyusun DPD; dan
mengesahkan DPD yang disusun oleh Tim Formatur.
(3) Rapat Umum Daerah diadakan sekali dalam 4 (empat) tahun.
(4) Rapat Umum Daerah dihadiri oleh :
anggota biasa dan anggota kehormatan sebagai peserta penuh yang masing-masing
mempunyai 1 (satu) hak suara;
anggota luar biasa dan anggota mahasiswa yang berminat hadir dalam Rapat Umum Daerah
sebagai peserta peninjau dengan terlebih dahulu mendaftarkan diri kepada panitia
penyelenggara Rapat Umum Daerah; dan
undangan-undangan lain yang ditetapkan DPD sebagai peserta peninjau.
(5) Rapat Umum Daerah dipimpin oleh Pimpinan Sidang yang dipilih dari antara peserta
penuh.
(6) Rapat Umum Daerah Istimewa dapat diadakan untuk me-nyelesaikan masalah mendesak
dan semata-mata dimaksudkan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
7) Rapat Umum Daerah Istimewa dapat diselenggarakan apabila diusulkan oleh DPD dalam
rapat yang dihadiri oleh lebih dari 2/3 (dua per tiga) jumlah anggota DPD, atau diusulkan
oleh lebih dari 2/3 (dua per tiga) jumlah anggota biasa dan anggota kehormatan;
(8) Rapat Umum Daerah/Rapat Umum Daerah lstimewa adalah sah jika dihadiri oleh lebih
dari ½ (setengah) jumlah anggota biasa di daerah tersebut.

Pasal 16
Dewan Pengurus Pusat

(1) HPJI tingkat pusat dipimpin oleh Dewan Pengurus Pusat (DPP).
(2) DPP sekurang-kurangnya terdiri atas :

Ketua Umum;
Ketua;
Sekretaris Umum;
Sekretaris;
Bendahara; dan
Anggota Pengurus.
(3) Ketua Umum dapat dipilih kembali untu I (satu) kali masa bakti
(4) DPP yang ditetapkan mempunyai masa bakti selama 4 (empat) tahun.
(5) DPP mempertanggungjawabkan segala aktivitasnya kepada Rapat Umum Nasional pada
akhir masa bakti.
(6) DPP dapat melengkapi struktur kepengurusan sesuai dengan kebutuhan.
(7) Rapat DPP diadakan sekurang-kurangnya satu kali dalam 3 (tiga) bulan.

Pasal 17
Dewan Pengurus Daerah

(1) Di setiap daerah propinsi yang telah mempunyai jumlah anggota biasa dan anggota
kehormatan minimum 20 dua puluh) orang, dapat dibentuk HPJI tingkat daerah.
(2) HPJI tingkat daerah dipimpin oleh Dewan Pengurus Daerah (DPD).
(3) DPD sekurang-kurangnya terdiri atas :

Ketua;
Sekretaris;
Bendahara;
Koordinator Wilayah Kabupaten/Kota; dan
Anggota Pengurus.
(4) DPD juga mewakili DPP dalam pelaksanaan tugas pengurus pusat di daerah.
(5) DPD yang ditetapkan mempunyai masa bakti 4 (empat) tahun.
(6) DPD mempertanggungjawabkan segala aktivitasnya kepada Rapat Umum Daerah pada
akhir masa bakti.
(7) DPD dapat melengkapi struktur kepengurusan sesuai dengan kebutuhan.
(8) Rapat DPD diadakan sekurang-kurangnya satu kali dalam 3 (tiga) bulan.

Pasal 18
Majelis Kehormatan HPJI
(1) Majelis Kehormatan HPJI adalah perangkat organisasi HPJI yang menyangkut
penegakan Kode Etik HPJI dan berfungsi mengambil keputusan-keputusan mengenai kasus-
kasus yang menyangkut Kode Etik untuk dilaksanakan oleh Dewan Pengurus Pusat HPJI.
(2) Anggota Majelis Kehormatan HPJI harus memenuhi persyaratan :

berpengalaman luas dalam menjalankan profesinya di salah satu atau lebih bidang
pengembangan prasarana transportasi;
tidak mempunyai cacat dalam profesi dan hukum;
mempunyai kepribadian dan integritas yang tidak meragukan; dan
tidak pernah merugikan nama baik HPJI.
(3) Anggota Majelis Kehormatan HPJI bertanggung jawab kepada Rapat Umum Nasional ;
(4) Majelis Kehormatan HPJI terdiri atas sekurang-kurangnya tiga orang dan sebanyak-
banyaknya tujuh orang ;
(5) Masa bakti Majelis Kehormatan HPJI sama dengan masa bakti Dewan Pengurus Pusat.

Pasal 19
Dewan Penasehat DPP

(1) Dewan Penasehat DPP adalah perangkat organisasi HPJI tingkat pusat yang berfungsi
memberikan saran-saran dan atau nasehat--nasehat kepada DPP.
(2) Anggota Dewan Penasehat DPP ditetapkan oleh Dewan Pengurus Pusat
(3) Dewan Penasehat DPP dipimpin oleh seorang Ketua yang dipilih dari antara anggotanya.
(4) Masa bakti Dewan Penasehat DPP adalah sama dengan masa bakti DPP yang
mengangkatnya.

Pasal 20
Dewan Penasehat DPD
(1) Dewan Penasehat DPD adalah perangkat organisasi HPJI tingkat daerah yang berfungsi
memberikan saran-saran dan atau nasehat--nasehat kepada DPD.
(2) Anggota Dewan Penasehat DPD ditetapkan oleh Dewan Pengurus Daerah
(3) Dewan Penasehat DPD dipimpin oleh seorang Ketua yang dipilih di antara anggotanya.
(4) Masa bakti Dewan Penasehat DPD adalah sama dengan masa bakti DPD yang
mengangkatnya.

Pasal 21
Badan Tetap
(1) Badan Pelaksana Kepengurusan dan Badan Tetap lain dapat dibentuk baik oleh DPP
maupun oleh DPD untuk membantu pelaksanaan tugas-tugasnya.
(2) Setiap Badan Tetap yang dibentuk dipimpin oleh seorang Direktur Eksekutif yang
profesional dan bekerja secara penuh waktu untuk suatu jangka waktu yang tertentu,
diangkat/diberhentikan dan bertanggung jawab kepada DPP/DPD.

Pasal 22
Forum dan Komite
(1) Forum adalah wadah komunikasi antar anggota atau antar pengurus dan anggota untuk
membahas masalah-masalah yang menyangkut kepentingan bersama, dapat dibentuk dan atau
diselenggarakan secara ad hoc oleh DPP maupun DPD.
(2) Komite adalah wadah untuk menggarap pendalaman spesialisasi keilmuan yang sama,
dibentuk oleh DPD maupun DPP sesuai dengan berbagai minat spesialisasi anggota.
(3) Kepengurusan Forum dan Komite merupakan kelengkapan DPP/DPD yang
mengangkatnya.
BAB VII
PERBENDAHARAAN

Pasal 23
Perolehan dan Perimbangan Keuangan

(1) Keuangan HPJI diperoleh dari :

uang pangkal;
uang iuran;
sumbangan-sumbangan yang sah dan tidak bertentangan dengan azas serta tujuan HPJI; dan
usaha-usaha dan pendapatan-pendapatan lain yang sah dan tidak bertentangan dengan azas
serta tujuan HPJI.
(2) Besar uang pangkal dan uang iuran ditetapkan oleh DPP berdasarkan pedoman yang
ditetapkan Rapat Umum Nasional dengan mempertimbangkan hak untuk layanan yang wajib
diberikan kepada berbagai jenis keanggotaan.
BAB VIII
ANGGARAN RUMAH TANGGA

Pasal 24
Pengaturan dalam Anggaran Rumah Tangga

(1) Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini dapat diatur lebih lanjut dalam
Anggaran Rumah Tangga sepanjang hal ter-sebut tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar
ini.
(2) Anggaran Rumah Tangga ditetapkan oleh Rapat Umum Nasional.

BAB IX
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
Pasal 25
Syarat Perubahan
(1) Anggaran Dasar ini hanya dapat diubah di dalam, dan sudah harus diacarakan dalam
Rapat Umum Nasional, atau dalam Rapat Umum Nasional Istimewa yang diselenggarakan
untuk keperluan tersebut;
(2) Rancangan usul perubahan ditetapkan dalam rapat DPP atau diusulkan oleh sekurang-
kurangnya ½ (setengah) jumlah DPD;
(3) Keputusan diambil melalui permufakatan atau jika sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga)
dari jumlah hak suara peserta penuh yang hadir dalam Rapat Umum Nasional menyetujui
usul perubahan Anggaran Dasar tersebut pada waktu pemungutan suara yang dilakukan
khusus untuk itu.

BAB X
PEMBUBARAN
Pasal 26
Syarat Pembubaran
(1) Pembubaran HPJI hanya dapat diputuskan dalam Rapat Umum Nasional lstimewa yang
khusus diadakan untuk maksud tersebut atas usul tertulis oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua
pertiga) jumlah DPD dan dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua per-tiga) dari seluruh
jumlah utusan daerah peserta penuh yang ditetapkan DPD.
(2) Keputusan pembubaran diambil jika sekurang-kurangnya 3/4 (tiga perempat) dari jumlah
hak suara utusan daerah peserta penuh yang hadir menyetujui ditetapkannya pembubaran
HPJI pada waktu pemungutan suara yang dilakukan khusus untuk itu.
BAB XI
PENUTUP
Pasal 27
Aturan Peralihan
Penyesuaian dan perubahan yang diperlukan sebagai akibat adanya perubahan Anggaran
Dasar ini harus diselesaikan DPP dan DPD selambat-lambatnya 365 (tiga ratus enam puluh
lima) hari kalender setelah tanggal ditetapkannya perubahan Anggaran Dasar HPJI.
Anggaran Dasar HPJI disahkan untuk pertama kali dalam Rapat Umum Anggota HPJI ke-1
di Jakarta tanggal 23 Juli 1979 dan perubahan-perubahannya dilakukan :
Pertama : dalam Rapat Umum Anggota ke-6 yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal
30 November 1990;
Kedua : dalam Rapat Umum Anggota ke-8 yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 23
Desember 1997;
Ketiga : dalam Rapat Umum Anggota ke-9 yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 7
Agustus 1998;
Keempat : dalam Rapat Umum Nasional Istimewa ke-1 yang diselenggarakan di Jakarta
pada tanggal 4 Oktober 2000.
Kelima : dalam Rapat Umum Nasional Istimewa ke-2 yang diselenggarakan di Denpasar
pada tanggal 17 Juli 2002.
Keenam : dalam Rapat Umum Nasional ke-10 yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal
6 dan 9 Oktober 2003.
Anggaran Dasar Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia

ANGGARAN RUMAH TANGGA HIMPUNAN PENGEMBANGAN JALAN


INDONESIA

BAB I
USAHA
Pasal 1
Usaha

(1) Kegiatan usaha yang diatur dalam Anggaran Dasar HPJI diselenggarakan dengan acuan
sebagai berikut :
konferensi teknik jalan, jembatan, terowongan jalan, landasan terbang dan jalan rel serta
loka-karya, simposium, seminar atau pertemuan ilmiah lainnya dapat diselenggarakan baik di
tingkat lokal, regional, nasional maupun di tingkat internasional;
publikasi diterbitkan secara berkala, berisi tulisan ilmiah serta hasil karya yang ber-hubungan
dengan prasarana transportasi, termasuk tulisan dari anggotanya, berita organisasi dan
ringkasan kertas kerja dari konferensi, lokakarya, sim-posium, seminar, dan pertemuan-
pertemuan ilmiah lainnya;
sertifikasi profesi diselenggarakan di bidang prasarana transportasi, dalam lingkup jalan,
jembatan, terowongan jalan, landasan terbang dan jalan rel, untuk mendukung pengakuan
atas kompetensi anggota disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan bidang usaha di tingkat
nasional dan internasional.
(2) Selain usaha-usaha yang diuraikan dalam Anggaran Dasar HPJI, kegiatan usaha dapat
pula mencakup :

keikutsertaan pada simposium, seminar, dan pertemuan ilmiah lainnya yang diadakan oleh
himpunan lain, baik di dalam negeri mau-pun di luar negeri; dan
kunjungan serta kegiatan lainnya yang bermanfaat bagi pengembangan prasarana transportasi
BAB II
KEANGGOTAAN

Pasal 2
Anggota Biasa

Anggota biasa ialah warga negara Indonesia yang aktif di bidang pengembangan prasarana
transportasi baik yang berkualifikasi profesional maupun yang berkualifikasi terampil
Pasal 3
Anggota Luar Biasa
Anggota luar biasa ialah :
warga negara Indonesia dan asing yang berminat dalam masalah pengembangan dan atau
pemanfaatan prasarana transportasi
lembaga/institut di dalam dan di luar negeri yang membina ilmu untuk pengem-bangan jalan
dan atau pemanfaatan prasarana transportasi
badan dan perusahaan asing yang berminat dalam pengem-bangan dan atau pemanfaatan
prasarana transportasi di Indonesia; dan
badan-badan hukum, perusahaan-perusahaan dan organisasi di Indonesia dengan kegiatan
yang menyangkut masalah pengem-bangan dan atau pemanfaatan prasarana transportasi
Pasal 4
Anggota Kehormatan

(1) Anggota kehormatan adalah perorangan baik warga negara Indonesia maupun warga
negara asing yang memiliki perhatian secara konsisten dan memiliki reputasi dalam usaha
pembinaan profesi/keahlian dan/atau pengembangan ilmu di bidang prasarana transportasi;
(2) Yang dapat diangkat menjadi anggota kehormatan adalah :
a. anggota biasa atau anggota luar biasa perorangan yang memenuhi syarat-syarat :

sangat berjasa terhadap perkembangan organisasi HPJI dan/atau usaha pencapaian tujuan
HPJI
telah menjadi anggota HPJI sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun secara berturut-turut
tidak pernah tercela karena melakukan pelanggaran ke-tentuan-ketentuan Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga, Kode Etik dan peraturan-peraturan HPJI yang berlaku;
mempunyai kepribadian serta reputasi yang baik di dalam masyarakat luas; dan
bersedia untuk di-angkat sebagai anggota kehormatan.
b. bukan anggota yang memenuhi syarat-syarat :

mempunyai perhatian yang sangat besar dan telah berjasa terhadap usaha dan perkembangan
HPJI
mempunyai kepribadian serta reputasi yang baik di dalam masyarakat luas
bersedia untuk di-angkat sebagai anggota kehormatan.

Pasal 5
Anggota Mahasiswa
Anggota mahasiswa adalah perorangan warga negara Indonesia yang berstatus mahasiswa
aktif strata satu dan atau diploma di bidang ilmu prasarana transportasi.
Pasal 6
Hak Anggota
(1) Setiap anggota berhak :
menghadiri konferensi, lokakarya, simposium, seminar dan pertemuan yang diadakan oleh
HPJI; dan
memperoleh terbitan dan edaran yang dikeluarkan HPJI.
(2) Setiap anggota berhak untuk mewakili HPJI dalam konferensi, lokakarya, simposium,
seminar dan pertemuan yang diadakan himpunan lain baik di dalam maupun di luar negeri
atas dasar keputusan DPP/DPD.
(3) Setiap anggota biasa dan anggota kehormatan berhak dipilih sebagai anggota DPP dalam
Rapat Umum Nasional dan berhak memilih dan dipilih sebagai anggota DPD dalam Rapat
Umum Daerah; dikecualikan bagi anggota kehormatan warga Negara asing tidak mempunyai
hak dipilih menjadi Ketua Umum DPP/Ketua DPD
(4) Setiap anggota berhak memperoleh perlakuan yang sama dengan anggota lain sesuai
dengan status keanggotaannya.
(5) Setiap anggota berhak memperoleh kartu anggota sesuai ketentuan yang berlaku.
(6) Setiap anggota biasa yang memiliki sertifikat berhak untuk mengajukan permohonan
penambahan klasifikasi dan peningkatan kualifikasi di bidang jalan, jembatan, terowongan
jalan, landasan terbang dan jalan rel

Pasal 7
Kewajiban Anggota

(1) a. Setiap anggota biasa, anggota luar biasa, dan anggota mahasiswa berkewajiban
membayar uang pangkal dan uang iuran.
b. Anggota kehormatan dibebaskan dari kewajiban membayar uang pangkal dan uang iuran.

(2) Setiap anggota berkewajiban menjaga kelangsungan hidup organisasi dan mendukung
pencapaian tujuan HPJI, antara lain dengan mengupayakan untuk :

menghadiri Rapat Umum Daerah;


menghadiri konferensi, lokakarya, simposium, seminar, dan pertemuan yang diadakan oleh
HPJI;
membuat kertas kerja dan karya ilmiah tentang pengembangan jalan yang dapat diterbitkan
oleh HPJI;
memberikan kontribusi yang konstruktif untuk HPJI.
Pasal 8
Prosedur Penerimaan Anggota

(1) Permintaan untuk menjadi anggota biasa, anggota luar biasa dan anggota mahasiswa,
adalah sebagai berikut :
Calon anggota harus mengisi formulir pendaftaran yang dise-diakan untuk maksud itu dan
diajukan kepada DPD.
Calon anggota harus mendapat rekomendasi dari minimum 2 (dua) orang anggota
biasa/anggota kehormatan
Khusus untuk menjadi anggota luar biasa, diperlukan pula per-nyataan bahwa calon menaruh
minat dalam pengembangan prasarana transportasi
Khusus untuk anggota mahasiswa dipersyaratkan mendapat rekomendasi dan atau surat
keterangan dari institusi perguruan tinggi tentang status sebagai mahasiswa resmi dan
terdaftar.
Selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah formulir pendaf-taran diterima, DPD harus sudah
menetapkan dapat diterima atau tidaknya calon anggota tersebut.
Dalam hal calon anggota dapat diterima, maka keputusan DPD tersebut harus disahkan oleh
DPP selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah keputusan DPD diterima oleh DPP.
DPP/DPD dapat menolak permintaan untuk menjadi anggota, jika calon tidak memenuhi
persyaratan sebagaimana diatur dalam Pasal (2) dan Pasal (3) ART.
(2)

Keputusan pengesahan penerimaan anggota tersebut sudah harus disampaikan oleh DPD
kepada yang bersangkutan secara tertulis selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah tanggal
pengesahan.
Keanggotaan mulai berlaku sejak tanggal dipenuhinya kewa-jiban pembayaran uang pangkal
dan uang iuran tahun per-tama.
3) Setiap anggota perorangan berkewajiban melaporkan perubahan alamat kepada DPD
setempat dan DPD propinsi yang bersangkutan jika alamat baru berada di propinsi lain.
4) Setiap anggota perusahaan berkewajiban melaporkan perubahan data organisasi kepada
DPD setempat.

Pasal 9
Prosedur Pengangkatan Anggota Kehormatan

Pengangkatan anggota kehormatan dilakukan oleh DPP setelah mendapat persetujuan dari
Rapat Umum Daerah atau Rapat Umum Nasional.
Usul pengangkatan anggota kehormatan dilakukan oleh DPP dan/atau DPD di tempat
kedudukan anggota/bukan anggota yang bersangkutan.
Usul pengangkatan tersebut dalam ayat b di atas harus dilengkapai dengan alas an-alasan
yang memenuhi syarat-syarat tersebut dalam pasal 4 ART
Pasal 10
Berakhirnya Keanggotaan
1) Keanggotaan berakhir karena tidak dipenuhinya kewajiban mem-bayar uang iuran selama
2 (dua) tahun secara berturut-turut.
(2)Anggota yang hendak berhenti dari HPJI atas permintaan sendiri wajib memberitahukan
secara tertulis kepada DPD sebulan sebelumnya.
3) Keanggotaan mahasiswa berakhir pada saat yang bersangkutan telah menyelesaikan
studinya, atau karena status kemahasiswaanya berakhir oleh sebab lainnya.
4) Dalam hal anggota mahasiswa berakhir karena telah menyelesaikan studinya, yang
bersangkutan berhak untuk menjadi anggota biasa dengan mengajukan permohonan kembali.
Perubahan keanggotaan tersebut tidak mewajibkan yang bersangkutan untuk membayar uang
pangkal.
BAB III
PENGHARGAAN DAN SANKSI
Pasal 11
Tanda Penghargaan
(1) Penghargaan berbentuk Anugerah HPJI dapat diberikan kepada perorangan yang memiliki
prestasi luar biasa di bidang prasarana transportasi. Syarat-syarat dan ketentuan mengenai
pemberian Anugerah HPJI ini beserta calon penerimanya, disusun oleh DPP, diajukan dalam
Rapat Umum Nasional untuk mendapatkan pertimbangan, persetujuan dan pengesahan.
(2) Penghargaan berbentuk pengangkatan sebagai anggota kehormatan diberikan kepada
perorangan yang memnuhi syarat seperti diatur dalam Anggaran Rumah Tangga pasal 4 dan

pasal 9
(3) Penghargaan HPJI dapat diberikan kepada perorangan atau institusi atau badan usaha
yang telah berhasil menyelenggarakan program HPJI dengan memuaskan. Penetapan
penerima penghargaan ditetapkan secara musyawarah berdasarkan pencapaian program kerja
yang dilaksanakan baik ditingkat DPD maupun DPP, dan disahkan oleh DPP.

Pasal 12
Sanksi Organisasi
(1) Apabila anggota tidak memenuhi kewajiban sebagaimana diatur Pasal 10 Anggaran Dasar
dan Pasal 6 Anggaran Rumah Tangga dapat dikenakan sanksi organisasi berupa :
teguran tertulis maksimum 3 (tiga) kali;
pembekuan status keanggotaan;
pemberhentian status keanggotaan; atau
pencabutan Sertifikat Profesi.
(2) Sebelum menetapkan sanksi organisasi, Majelis Kehormatan HPJI harus mendengar
terlebih dahulu pembelaan dari anggota yang dimaksud dan keterangan dari pihak-pihak lain.
(3) Keputusan sanksi organisasi tentang pelanggaran Kode Etik dilaksanakan oleh DPP
setelah ditetapkan oleh Majelis Kehormatan HPJI.
BAB IV
ORGANISASI DAN KEPENGURUSAN
Pasal 13
Pengiriman Undangan Rapat Umum Nasional
(1) Undangan untuk Rapat Umum Nasional harus disampaikan kepada utusan daerah peserta
penuh melalui DPD secara tertulis sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) hari sebelum rapat
diselenggara-kan dan harus memuat keterangan tentang waktu, tempat dan acara rapat.
(2) Dalam keadaan mendesak, DPP dapat mengirimkan undangan se-lambat-lambatnya 1
(satu) minggu sebelum diselenggarakan rapat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
(3) Utusan daerah yang berhalangan hadir pada Rapat Umum Nasional dapat memberikan
kuasa hak suaranya secara tertulis kepada utusan lain dari daerah yang sama.

Pasal 14
Pengiriman Undangan Rapat Umum Daerah
(1) Rapat Kerja Nasional berfungsi memberikan rekomendasi dan masukan-masukan kepada
DPP serta merupakan forum komuni-kasi antara DPP dan DPD.
(2) Rapat Kerja Nasional dihadiri oleh ketua umum DPP, para ketua DPD serta para anggota
DPP dan peserta peninjau lain yang di-tetapkan oleh DPP.
(3) Rapat Kerja Nasional diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam masa bakti
kepengurusan.
(4) Rapat Kerja Nasional memberikan rekomendasi kepada DPP tentang :
langkah-langkah yang perlu diambil yang berkaitan dengan pelaksanaan Garis Besar
Kebijakan dan Program HPJI; dan
masalah-masalah lain yang dipandang perlu.
(5) Rapat Kerja Nasional adalah sah jika dihadiri oleh lebih dari ½ (setengah) jumlah DPD.
(6) Rapat Kerja Daerah dihadiri oleh ketua DPD, para anggota DPD, para anggota HPJI di
daerah yang bersangkutan dan undangan yang ditetapkan oleh DPD.
(7) Rapat Kerja Daerah diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam masa bakti
kepengurusan untuk :
membahas perkembangan organisasi di tingkat daerah;
menyusun usulan dan saran mengenai hal-hal yang menyangkut kepentingan organisasi guna
diajukan kepada DPP.
(8) Rapat Kerja Daerah adalah sah jika dihadiri oleh lebih dari ½ (se-tengah) jumlah anggota
biasa di daerah tersebut.

Pasal 16
Hak dan Kewenangan Pengurus

(1) Ketua Umum/Sekretaris Umum DPP atau Ketua/Sekretaris DPD secara bersama-sama
berhak untuk mewakili dan mengikat HPJI baik di dalam maupun di luar pengadilan dan
berwewenang melakukan segala perbuatan pemilikan dan se-gala perbuatan pengurusan
untuk dan atas nama HPJI.
(2) Hak-hak yang dimaksud dalam ayat (1) dibatasi oleh tindakan-tindakan yang
memerlukan pengesahan terlebih dahulu dari rapat DPP/ DPD yaitu dalam hal-hal sebagai
berikut :
Mendapatkan atau melepaskan barang yang tak bergerak dan atau hak-hak atas tanah dan
bangunan-bangunan.
Meminjamkan uang atas nama HPJI senilai Rp. 10.000.000,- (Sepuluh Juta Rupiah) atau
lebih.
Menggadaikan atau rnempertanggungkan dengan cara lain ke-kayaan HPJI.
Mengikat HPJI sebagai penjamin (borg atau avalis).
Mendirikan/ikut mengambil bagian dan/atau menyelenggara-kan perusahaan atau badan
hukum lain.
Pasal 17
Tata Kerja Kepengurusan
Tata kerja kepengurusan ditetapkan oleh DPP/DPD, berisikan :
Uraian tugas dan tanggung jawab setiap anggota Dewan Pengurus.
Baku kinerja setiap anggota Dewan Pengurus.
Sanksi bagi anggota Dewan Pengurus yang tidak dapat memenuhi baku kinerja dan prosedur
pengenaan sanksi.
Pasal 18
Kewajiban Penyusunan Anggaran Tahunan Pendapatan dan Belanja
(1) DPP dan DPD berkewajiban menyusun Anggaran Pen-dapatan dan Belanja Tahunan
HPJI selama masa bakti.
(2) Anggaran tahun pertama harus sudah selesai selambat-lambat-nya 6 (enam) bulan
terhitung tanggal ditetapkannya DPP/DPD.
Pasal 19
Rapat dan Pimpinan Rapat Dewan Pengurus
(1) Rapat-rapat DPP maupun DPD membicarakan segala sesuatu yang menjadi tugas,
kewajiban dan tanggung-jawab DPP/DPD.
(2) Rapat DPP dipimpin oleh Ketua Umum dan apabila Ketua Umum berhalangan hadir rapat
dipimpin oleh salah seorang yang ditunjuk dari antara Ketua.
(3) Rapat DPP adalah sah jika dihadiri oleh lebih dari ½ (setengah) jumlah anggota DPP.
(4) Rapat DPD dipimpin oleh Ketua dan apabila Ketua berhalangan, rapat dipimpin oleh
salah seorang yang ditunjuk dari antara pengurus DPD yang hadir.
(5) Rapat DPD adalah sah jika dihadiri oleh lebih dari ½ (setengah) jumlah anggota DPD

Pasal 20
Berakhirnya Keanggotaan DPP dan DPD
(1) Keanggotaan DPP dan DPD berakhir oleh karena :
berhenti sebagai anggota HPJI;
atas permintaan sendiri;
meninggal dunia;
diberhentikan dengan hormat;
diberhentikan tidak dengan hormat; atau
berakhirnya masa bakti DPP/DPD yang bersangkutan.
(2) Seorang anggota DPP/DPD dapat dibebaskan sementara dari tugasnya oleh rapat
DPP/DPD, disebabkan karena :

berhalangan karena sakit atau karena tidak dapat menjalankan tugas dan fungsinya; atau
melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah
Tangga atau tindakan--tindakan lainnya yang tidak dapat dipertanggungjawab-kan.
(3) Pembebasan tugas yang disebabkan hal-hal sebagai ter-sebut ayat (2) huruf b. berlaku
paling lama 3 (tiga) bulan.

Pasal 21
Penggantian Anggota Dewan Pengurus

(1) Penggantian anggota pengurus DPP/DPD yang berakhir karena sebagai-mana tersebut
dalam Anggaran Rumah Tangga Pasal 20 huruf a, b, c, d dan e dilaksanakan melalui rapat
DPP/DPD.
(2) Penggantian anggota DPP/DPD sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) tidak perlu
disahkan melalui Rapat Umum Nasio-nal/Daerah.

Pasal 22
Kuorum Rapat Perangkat Organisasi
(1) Bilamana rapat perangkat organisasi tidak memenuhi kuorum sebagai-mana diatur dalam
ketentuan Anggaran Dasar Pasal 14 Ayat (8) dan Pasal 15 Ayat (8) dan Anggaran Rumah
Tangga Pasal 15 Ayat (5) dan (8) serta Pasal 19 Ayat (3) dan (5), maka rapat tersebut ditunda
setiap 20 (dua puluh) menit dengan waktu penundaan paling lama 60 (enam puluh) menit.
(2) Sesudah penundaan 60 menit kuorum belum juga tercapai, maka rapat dapat terus
diselenggarakan dan segala ketetapan yang diambil adalah sah.

Pasal 23
Keputusan Rapat Perangkat Organisasi

Keputusan rapat perangkat organisasi diambil :

Dengan musyawarah untuk mencapai mufakat.


Apabila kata sepakat sebagaimana dimaksud dalam butir (a) tidak dapat dicapai, maka
keputusan diambil atas dasar jumlah suara terbanyak di antara peserta rapat yang hadir dan
memiliki hak suara dalam rapat tersebut.
BAB V
PERBENDAHARAAN

Pasal 24
Usaha Pengumpulan Dana

Untuk maksud tertentu DPP/DPD dapat mengadakan usaha--usaha untuk pengumpulan dana
yang sah dan tidak bertentangan dengan azas dan tujuan HPJI.

BAB VI
PERATURAN TAMBAHAN
Pasal 25
Peraturan DPP/DPD
(1) Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar dan atau Anggaran Rumah Tangga
dapat diatur dalam peraturan--peraturan DPP/DPD.
(2) Peraturan-peraturan tersebut Ayat (1) tidak boleh ber-tentangan dengan ketentuan-
ketentuan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

BAB VII
PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA
Pasal 26
Syarat Perubahan
(1) Anggaran Rumah Tangga ini hanya dapat diubah di dalam , dan sudah harus diacarakan
dalam Rapat Umum Nasional, atau dalam apat Umum Nasional Istimewa yang
diselenggarakan untuk keperluan tersebut.
(2) Rancangan usul perubahan ditetapkan dalam rapat DPP atau diusulkan oleh sekurang-
kurangnya ½ (setengah) jumlah DPD.
(3) Keputusan diambil melalui permufakatan atau jika sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga)
dari jumlah hak suara peserta penuh yang hadir dalam Rapat Umum Nasional menyetujui
usul perubahan Anggaran Rumah Tangga tersebut pada waktu pemungutan suara yang
dilakukan khusus untuk itu.
BAB VIII

PENUTUP
Pasal 27
Aturan Peralihan
(1) Penyesuaian dan perubahan yang diperlukan sebagai akibat adanya perubahan Anggaran
Rumah Tangga harus diselesaikan oleh DPP dan DPD selambat-lambatnya 365 (tiga ratus
enam puluh lima) hari kalender setelah tanggal ditetapkannya perubahan Anggaran Rumah
Tangga HPJI.
(2) Pengurus DPP dibentuk serta merta setelah perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga disahkan.
(3) Pengurus DPD harus disesuaikan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
melalui Rapat Umum Daerah Istimewa dalam jangka waktu sebagaimana diatur dalam Ayat
(1).

Anggaran Rumah Tangga HPJI disahkan untuk pertama kali dalam Rapat Umum Anggota
HPJI ke-1 di Jakarta tanggal 23 Juli 1979 dan perubahan-perubahannya dilakukan :
Pertama dalam Rapat Umum Anggota ke-6 yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 30
November 1990.
Kedua dalam Rapat Umum Anggota ke-8 yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 23
Desember 1997.
Ketiga dalam Rapat Umum Anggota ke-9 yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 7
Agustus 1998.
Keempat dalam Rapat Umum Nasional Istimewa ke-1 yang diselenggarakan di Jakarta pada
tanggal 4 Oktober 2000
Kelima dalam Rapat Umum Nasional Istimewa ke-2 yang diselenggarakan di Denpasar pada
tanggal 17 Juli 2002.
Keenam dalam Rapat Umum Nasional ke-10 yang diselenggarakan di Jakarta tanggal 6 dan 9
Oktober 2003.

Anda mungkin juga menyukai