Anda di halaman 1dari 29

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/327474537

CAR FREE DAY SEBAGAI SARANA PENUNJANG KOTA DAN KOMUNITAS


BERKELANJUTAN DI SURAKARTA

Preprint · September 2018

CITATIONS READS

0 7,076

1 author:

Khabib Bima Setiyawan


Universitas Sebelas Maret
18 PUBLICATIONS   15 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

New Social Movement View project

All content following this page was uploaded by Khabib Bima Setiyawan on 06 September 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


CAR FREE DAY SEBAGAI SARANA PENUNJANG
KOTA DAN KOMUNITAS BERKELANJUTAN
DI SURAKARTA
Dosen Pengampu : Dra Rahesli Humsona M.Si

Oleh:
Firda Nurfaiza Daud D0314030
Hana Nabila D0314032
Icha Andriyanti D0314034
Khabib Bima Setiyawan D0314042
Muhammad Bachtiar Rojab D0314048

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016

i
KATA PENGANTAR

Pertama tim penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga laporan
penelitian ini dapat diselesaikan. Laporan yang telah penuis susun ini diajukan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi Pembangunan.
Dengan terselesainya laporan penelitian ini penyusun mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Dosen Pengampu mata kuliah Sosiologi Pembangunan Dra Rahesli Humsona
M.Si
2. Orang tua yang telah memberikan dukungan baik materiil dan non materiil.
3. Teman-teman yang telah membantu memberi kritik, saran, dan semangat
untuk menyelesaikan laporan penelitian ini dengan baik.
4. Informan yang sudah memberikan data bagi penelitian ini.
Apabila ada kekurangan, kami selaku tim penulis bersedia menerima
semua kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Akhirnya, semoga Allah
SWT memberikan balasan atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis dan
semua pihak yang terlibat dalam proses penyusunan laporan penelitian ini. Amin.

Surakarta, 28 November 2016

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian ..............................................................................................3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Tinjauan Pustaka .................................................................................................4
2.1 Landasan Teori ....................................................................................................8
2.3 Kerangka Berfikir................................................................................................9
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Deskripsi Wilayah. .............................................................................................10
3.2 Jenis Penelitian...................................................................................................11
3.3 Teknik Pengumpulan Data .................................................................................13
3.4 Teknik Pengambilan Sampel..............................................................................13
3.5 Validitas Data .....................................................................................................14
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1 Deskripsi Lokasi ............................................................................................16
4.1.2 Profil Informan ...............................................................................................17
4.1.3 Solo Car Free Day .........................................................................................19
4.2 Pembahasan
4.2.1 Car Free Day sebagai Penunjang Kota dan Komunitas Berkelanjutan...........30
4.2.2 Tahap Perkembangan Ekonomi Masyarakat Surakarta Dilihat dari Car Free
Day ...........................................................................................................................31
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan .......................................................................................................35
5.3 Saran ..................................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Car Free Day (CFD) merupakan sebuah gerakan untuk menurunkan
ketergantungan masyarakat terhadap kendaraan bermotor. Gerakan ini dimulai
dari kesadaran penduduk dunia mengenai bahaya pemanasan global dan
pentingnya pengurangan emisi bahan bakar di dunia. Pada hari pelaksanaan Car
Free Day, ada beberapa bagian ruas jalan kendaraan bermotor yang ditutup dan
digunakan untuk pejalan kaki dan pengendara tidak bermotor (non-motorized
transportation).
Di Indonesia, Car Free Day umumnya digunakan sebagai ruang untuk
berolahraga bagi masyarakat perkotaan. Kegiatan seperti senam, berlari, berjalan
maupun bersepeda banyak ditemukan di Car Free Day. Penutupan jalan sebagai
dampak dari pemberlakuan Car Free Day memberikan kesempatan bagi
masyarakat untuk berolahraga di jalan-jalan yang biasa dilewati kendaraan
pribadi.
Namun saat ini kegiatan Car Free Day mengalami penambahan fungsi.
Dari yang awalnya hanya untuk kegiatan olahraga, kini bertambah menjadi ajang
kegiatan selain olahraga. Car Free Day telah menjadi suatu kegiatan dengan New
Trend Activism yang cenderung pada suatu ajang hiburan bagi masyarakat kota
dalam menikmati hiburan dan berbelanja. Beberapa kegiatan seperti pertunjukan
kesenian, panggung hiburan, permainan anak-anak, dan kegiatan festival jalanan
lainnya. Kegiatan sosialisasi seperti promosi, kampanye dan sosialisasi sebuah
produk atau kegiatan juga banyak ditemui. Selain itu banyak juga ditemui
pedagang kaki lima yang berjualan makanan dan minuman, pakaian maupun
barang lainnya di lokasi Car Free Day. (Prawira, Jurnal FAKTOR-FAKTOR
YANG BERPENGARUH TERHADAP KEBERADAAN CAR FREE DAY
SEBAGAI RUANG PUBLIK PERKOTAAN)
Di Indonesia, car free day pertama kali dilaksanakan di Surabaya pada
tahun 200, kemudia disusul di Jakarta pada bulan april tahun 2008. Kemudian
kegiatan ini berkembang dan mulai menjamur ke kota-kota besar di seluruh

1
Indonesia, termasuk di kota Solo. Di kota Solo sendiri car free day pertama kali di
laksanakan pada tanggal 30 mei 2010 dan dibuka oleh wakil walikota Surakarta
Bp. Fx. Rudianto. Pada awal pelaksanaannya, solo car free day diberlakukan di
sepanjang jl. Slamet Riyadi (perempatan Purwosari sampai bundaran Gladak),
yakni sejauh 3,74 km. Kemudian pada perkembangannya, kegiatan ini diperluas
tidak hanya sepanjang jl. Slamet Riyadi, yakni dari perempatan purwosari sampai
bundaran gladak, tetapi juga sampai melebar ke jl. Dionegoro yakni dari simpang
empat pasar pon sampai simpang tiga mangkunegaran. (Anonim.
www.surakarta.go.id)
Kegiatan Car Free Day ini juga sebenarnya memiliki fungsi utama yaitu
sebagai ruang publik dan ruang sosial untuk warga kota. Menurut Allan B Jacob
(1995) ruang publik berfungsi sebagai ruang interaksi sosial penduduknya,
menciptakan ide-ide kreatif dan revolusi sosial bahkan merangsang penduduk
untuk berkreatifitas dan berkegiatan bersama.(Jacobs, 1995) Kegiatan ini
menjadikan warga kota yang biasanya jarang berinteraksi dengan masyarakat
sekitarnya menjadi semakin intens untuk melakukan interaksi. Dengan adanya
interaksi ini ternyata menimbulkan beberapa hal positif seperti terjadinya
hubungan sosial yang lebih baik antara sesama masyarakat kota, menciptakan
berbagai komunitas-komunitas kreatif dengan orang-orang yang memiliki hobi
yang sama tergabung di sini. Dari hasil observasi, banyak yang mengatakan
bahwa kegiatan ini sangat bermanfaat khususnya masyarakat dapat saling
berinteraksi dengan orang-orang sekitar yang biasanya jarang sekali mereka
temui. Hal ini tentu sangan menunjang kota untuk terus berkembang baik secara
infrastruktur dan social yang berkelanjutan.

2
1.2 Rumusan Masalah
Peneliti memiliki rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana masyarakat Kota Solo mengoptimalisasikan Solo Car Free
Day sebagai ruang terbuka public?
2. Bagaimana Solo Car Free Day mampu menunjang Sustainable
Development Goals (SDGs) yakni kota dan komunitas yang berkelanjutan?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan diadakannya penelitian adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui bagaimana masyarakat Kota Solo memanfaatkan Solo Car
Free Day sebagai ruang terbuka public.
2. Mengetahui bagaimana Car Free Day mampu menunjang salah satu poin
SDGs

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat yang hendak dicapai dari penelitian adalah sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti
Peneliti mampu melihat peluang untuk mengoptimalkan Solo Car Free
Day sebagai wadah interaksi masyarakat Kota Solo, juga menjadikan CFD
sebagai sarana penunjang terwujudnya kota dan komunitas yang
berkelanjutan
2. Bagi Masyarakat
Masyarakat mampu bertindak bijak sebagai pengunjung maupun pelaku
kegiatan di Solo Car Free Day agar fungsi CFD sebagai ruang terbuka
publik dapat dimaksimalkan

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Konsep

2.1.1 Sosiologi Pembangunan


Sosiologi pembangunan menurut Ufford merupakan satu disiplinilmu yang
tumbuh dari disiplin ilmu antropologi budaya dan ilmusosiologi umum dan
digunakan untuk memahami proses perubahan di Negara Dunia Ketiga.

Sosiologi pembangunan secara umum lebih banyak mengkaji persoalan-


persoalan pembangunan yang berlangsung di negara-negara berkembang atau
lebih banyak kalangan akademis menggunakan istilah pembangunan Dunia ketiga.
Menurut Budiman (1995) istilah Dunia Ketiga lebih diartikan sebagai negara-
negara yang secara ekonomis masih miskin, atau negara-negara yang masih
berkembang, tanpa melihat idiologinya.

2.1.2 Car Free Day


Sejarah Car Free Day
Program Car Free Day merupakan salah satu program untuk mengurangi
dan mengendalikan pencemaran udara. Program Car Free Day pertama kali
dilakukan di negara Belanda dan Belgia dalam rangka mengurangi krisis energi
pada 25 November 1956 hingga 20 Januari 1957. Pada 19 April 2001 program
Earth Car Free Day (ECFD) pertama kali diadakan dan serentak di seluruh
penjuru dunia. Lebih dari 300.000 organisasi dan kota di seluruh dunia ikut
berpartisipasi dalam kegiatan yang diadakan oleh The Commons WC/FD
program and Earth Day Network. Pada tanggal 29 September 2009 lalu, World
Car Free Day dirayakan di Washington, D.C. Kegiatan yang terdapat di sana
antara lain terdiri dari reparasi kendaraan bermotor gratis, senam yoga dan
kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan oleh berbagai Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM).
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) telah menyatakan bahwa program Car
Free Day ini merupakan sebuah proyek dunia dalam rangka mengurangi

4
pencemaran udara. Hal ini termuat dalam proposal PBB mengenai The United
Nations Car Free Days Programme.
Di Indonesia sendiri, program Car Free Day pertama kali dikenal dengan
program Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB). Sedangkan untuk di Indonesia
sendiri, Car Free Day lahir di Surabaya sebagai Kota pertama kali di Indonesia
yang menyelenggarakan Car Free Day pada tahun 2000. kegiatan tersebut
merupakan bagian dari kampanye peningkatan kualitas udara kota yang bertema
“Segar Suroboyoku Rek”. Kegiatan utama Car Free Day adalah penutupan jalan
selama beberapa waktu dari arus lalu lintas kendaraan. Namun demikian,
kendaraan angkutan umum masih bisa melintasi jalan tersebut. Untuk
memanfaatkan ruang jalan yang ditutup maka dilakukan berbagai kegiatan seperti
petunjukan kesenian, hiburan, permainan anak-anak, olahraga, lomba-lomba,
parade sepeda dan kegiatan festival jalanan lainnya. Kegiatan ini ditujukan untuk
memberikan suasana yang berbeda pada kota tersebut. (Nicolaus kanaf, 2010
dalam : efisiensi program car free day terhadap penurunan emisi karbon)

Tujuan Car Free Day


Melalui Kepmen LH No. 15/1996 dengan program Langit Biru adalah
salah satu yang melatarbelakangi munculnya kegiatan car free day di Indonesia.
Dengan adanya kegiata Car Free Day diharapkan akan menjadi winning sollution
untuk mengatasi berbagai permasalahan yang di temui di kota-kota di Indonesia
baik di ibukota ataupun kota-kota lainnya untuk mengurangin dampak dari emisi
gas buang yang di keluarkan kendaraan bermotor.
Tujuan utama dari di selenggarakanya car free day ini adalah untuk
mencegah/ mengurangi pencemaran udara utamanya yang ditimbulkan oleh
kendaraan bermotor yang akan menimbulkan emisi gas buang sehingga
berdampak berkurangnya kualitas udara serta lingkungan hidup.
Meski untuk saat ini kebanyakan penyelenggaraan acara car free day di
berbagai kota di Indonesia masih melenceng atau menyimpang dari tujuan utama
yang tertuang sesuai dengan yang ada dalam Keputusan Menteri LH No. 15/1996
yang beroroentasi pada kebersihan udara. Hal itu diharapkan akan lambat laun
dapat menuju kearah tujuan dari kegiatan car free day itu sendiri. Menanamkan

5
pola hidup sehat, peduli lingkungan, meningkatkan interaksi antara masyarakat
dalam kebersamaan, serta menyediakan ruang publik bagi masyarakat untuk
beraktivitas adalah hal yang saat ini menjadi dasar dari pelaksanaan car free day
di beberapa kota di Indonesia.

2.1.3 Kota Berkelanjutan (Sustainable City)

Menurut Brundtland (1987) kota berkelanjutan (sustainable city) adalah


kota yang mampu memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengabaikan kebutuhan
generasi mendatang. Dalam perkembangan konsep selanjutnya, kota berkelanjutan
(sustainable city) dielaborasi oleh Stern, Whitney & While (1992) sebagai suatu
interaksi antara sistem biologis dan sumberdaya, sistem ekonomi dan sistem
sosial., meskipun dalam kelengkapan konsep berkelanjutan yang ada yaitu
Ekologi Ekonomi Sosial tersebut akan semakin menyulitkan pelaksanaannya,
namun jelas lebih bermakna dan gayut dengan masalah khususnya negara
berkembang. Sebagai contoh, dengan masuknya tolok ukur sosial, sasaran
keberlanjutan menjadi lebih jelas dan terarah, antara lain dikaitkan dengan upaya
pemerataan sosial, penanggulangan dan penghapusan kemiskinan, keadilan spasial
dan lain-lain. Dengan demikian, maka konsep kota berkelanjutan (sustainable
city) berkembang lebih jauh, tidak lagi terpaku pada konsep awal yang lebih
terfokus pada pemikiran kelestarian keseimbangan lingkungan semata-mata
(Budihardjo & Sujarto, 1999).

Jika kita simpulkan secara ringkas mengenai batasan pengertiannya maka


kota berkelanjutan (sustainable city) adalah : “Kota yang dalam perkembangan
dan pembangunannya mampu memenuhi kebutuhan masyarakat masa kini,
mampu berkompetisi dalam ekonomi global dengan mempertahankan keserasian
lingkungan, vitalitas sosial, budaya, politik, dan pertahanan keamanannya, tanpa
mengabaikan atau mengurangi kemampuan generasi mendatang dalam
pemenuhan kebutuhan mereka”.

Secara umum pembangunan berkelanjutan (sustainable development)


langsung berintegrasi dengan lingkungan, ekonomi, dan sosial. Diagram berikut
menunjukkan bagaimana integrasi dari nilai lingkungan, nilai ekonomi, dan nilai

6
sosial yang diharapkan menghasilkan kehidupan yang sejahtera bagi manusia.
Dalam aplikasi pembangunan berkelanjutan, ketiga elemen tersebut harus berjalan
simultan dan seimbang. Ketidakseimbangan pembangunan yang terjadi akan
menyebabkan ketimpangan dalam pelaksanaan pembangunannya.

Sedangkan untuk menciptakan suatu kota yang berkelanjutan, menurut


Research Triangle Institute (1996) maka kota harus mampu memiliki lima prinsip
dasar dalam konsep berkelanjutan, yaitu : environmental (ecology), economy
(employment), equity, engagement dan energy. Dalam aplikasinya kelima elemen
tersebut harus mampu berjalan secara bersamaan, ketimpangan pembangunan
akan terjadi apabila perkembangan pembangunan pada tiap elemen tidak merata.
(Budihardjo & Sujarto, 1999). Dalam perspektif yang agak berbeda, kota
berkelanjutan (sustainable city) dicirikan sebagai kota yang (Sarosa, 2002) :
 mengurangi kebutuhan energi;
 mempromosikan swasembada pangan;
 mempunyai siklus makanan tertutup;
 permintaanya kecil terhadap air, bahan bakar dan materi lain dari luar;
 bentuk kotanya compact;
 mempunyai keseimbangan dengan wilayah lain atau kota lain.

2.2 Landasan Teori

Pada penelitian ini, kami menggunakan teori model bertahap


pembangunan ekonomi. Adapun tokoh pencetus model pembangunan tahapan
pertumbuhan (stages-of-growth model of development) adalah Walt W. Rostow,
seorang ahli sejarah ekonomi dari Amerika Serikat. Menurut ajaran Rostow,
perubahan dari keterbelakangan menuju kemajuan ekonomi dapat dijelaskan
dalam suatu seri tahapan yang harus dilalui oleh semua negara. Menurut teori ini,
negara-negara maju seluruhnya telah melampaui tahapan “tinggal landas menuju
pertumbuhan ekonomi berkesinambungan yang berlangsung secara otomatis”.
Sedangkan negara-negara yang sedang berkembang atau yang masih terbelakang,
pada umumnya masih berada dalam tahapan masyarakat tradisional atau tahapan
kedua, yakni tahapan penyusunan kerangka dasar tinggal landas. Tidak lama lagi,

7
hanya tinggal merumuskan serangkaian aturan pembangunan untuk tinggal landas,
mereka akan segera bergerak menuju ke proses pertumbuhan ekonomi yang pesat
dan berkesinambungan.

Adapun tahap-tahap pertumbuhan ekonomi menurut Walt W. Rostow


adalah sebagai berikut:

a. Masyarakat tradisional
Menurut rostow, masyarakat tradisional adalah masayrakat yang masih
terbatas fungsi produksinya. Ditandai oleh cara produksi yang masih primitif
dan kehidupan masyarakat yang masih sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai
yang sifatnya tidak raional dan kebiasaan-kebiasaan tersebut sudah
membudaya.
b. Tahap Prasyarat Tinggal Landas
Suatu tahap transisi dimana masyarakat mempersiapkan dirinya untuk
mencapai pertumbuhan atas kekuatan sendiri (self-sustained growth).
c. Tahap Tinggal Landas
Pada tahap ini, pertumbuhan selalu terjadi. Pada awal tahap ini terjadi
perubahan yang drastis dalam masyarakat seperti revolusi politik, kemajuan
yang pesat dalam inovasi atau terbukanya pasar-pasar baru.
d. Tahap Menuju Kedewasaan
Tahap menuju kedewasaan diartikan Rostow sebagai masa dimana masarakat
sudah secara efektif menggunakan teknologi teknologi modern pada hampir
semua kegiatan produksi.
e. Tahap Konsumsi Tinggi
Ini adalah tahap terakhir dalam pembangunan ekonomi Rostow. Pada tahap
ini masyarakat lebih menekakan pada masalah yang berkaitan dengan
konsumsi dan kesejahteraan masyarakat dan bukan lagi kepada masalah
produksi.

8
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Deskripsi Wilayah dan Waktu Penelitian


Kota Surakarta yang juga sangat dikenal sebagai Kota Solo, merupakan
sebuah dataran rendah yang terletak di cekungan lereng Pegunungan Lawu dan
Pegunungan Merapi dengan ketinggian sekitar 92 m diatas permukaan air laut.
Dengan Luas sekitar 44 Km2, Kota Surakarta terletak diantara 110 45` 15″ – 110
45` 35″ Bujur Timur dan 70` 36″ – 70` 56″ Lintang Selatan. Kota Surakarta
dibelah dan dialiri oleh 3 buah sungai besar yaitu Sungai Bengawan Solo, Kali
Jenes dan Kali Pepe. Sungai Bengawan Solo pada zaman dahulu sangat terkenal
dengan keelokan panorama serta lalu lintas perdagangannya.
Surakarta sebagai salah satu kota di Wilayah Propinsi Jawa Tengah yang
pertumbuhannya sangat pesat, mengalami perkembangan di seluruh bidang
kegiatan. Baik dalam bidang industri, jasa, permukiman, pendidikan, perdagangan
maupun transportasi. Seiring dengan perkembangan wilayah perkotaan tersebut,
maka terjadi alih fungsi lahan yang tadinya merupakan lahan pertanian yang tidak
terbangun menjadi daerah terbangun (built up area). Perubahan ini menyebabkan
peningkatan kepadatan penduduk dan kepadatan permukiman. Kota Surakarta
merupakan salah satu pemerintah daerah tingkat II yang ada di Jawa Tengah. Kota
Surakarta di bagian selatan dibatasi oleh Kabupaten Klaten dan Kabupaten
Sukoharjo. Bagian timur dibatasi oleh Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten
Sukoharjo. Bagian utara dibatasi oleh Kabupaten Boyolali dan Kabupaten
Karanganyar dan sebelah barat dibatasi oleh Kabupaten Karanganyar.
Jalan Slamet Riyadi adalah salah satu jalan raya utama di Kota Solo.
Pernah dinobatkan sebagai jalan terpanjang se-Asia Tenggara, jalan ini
memanjang ke timur mulai dari Tugu Purwosari hingga Bundaran Gladag. Dahulu
sebelum berbenah seperti sekarang ini, jalan tersebut bukanlah sesuatu yang
menarik. Pada zaman penjajahan Belanda jalan ini bernama Jalan purwosari atau
Poerwasariweg. Jalan Slamet Riyadi kini menjelma menjadi sebuah nama jalan
yang sangat aktif di Kota Solo, bahkan mungkin di seluruh Indonesia. Banyak
kegiatan dan event diadakan disini, menjadikan Jalan Slamet Riyadi pantas

10
disebut sebagai sarana umum yang manfaatnya benar-benar dapat dirasakan oleh
masyarakat. Pusat bisnis kota Solo terletak di sepanjang jalan Slamet Riyadi.
Beberapa bank, hotel, pusat perbelanjaan, restoran internasional, hingga tujuan
wisata dan hiburan terletak di sepanjang jalan protokol ini. Pada hari minggu pagi,
jalanan Slamet Riyadi khusus ditutup untuk kendaraan bermotor (Solo Car Free
Day) sebagai bagian dari tekad pemda untuk mengurangi polusi. . Adapun waktu
penelitian ini berlangsung pada bulan November 2016

3.2 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan strategi


deskriptif kualitatif. merupakan penelitian yang mendeskripsi kualitas suatu gejala
yang menggunakan ukuran perasaan sebagai dasar penilaian (Slamet, 2006:7).
Didalam strategi ini, peneliti menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa,
aktivitas, proses, atau sekelompok individu.. Peneliti akan mengkaji bagaimana
CFD yang ada di sepanjang Slamet Riyadi , Surakarta ini dijadikan sebagai sarana
penunjang terwujudnya kota dan komunitas yang berkelanjutan di Kota Surakarta.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Observasi

Teknik observasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat nonverbal.


Dasar utama daripada metode observasi adalah penggunaan indra visual, tetapi
dapat juga melibatkan indra-indra lain seperti pendengaran, rabaan, dan
penciuman. Dengan teknik observasi kita tidak mengabaikan teknik-tekni
pengumpulan data yang lain. Observasi umumnya dilakukan bagi awal dari
kegiatan survei yang dapat dijalankan bersama dengan studi dokumentasi atau
eksperimen. Ada dua tipe observasi, yaitu observasi berpatisipasi dan observasi
tidak berpatisipasi. Adapun dalam peneletian ini, kelompok kami menggunakan
tipe observasi tidak berpatisipasi. Sesuai dengan namanya, observasai tidak
berpatisipasi adalah kegiatan pengumpulan data yang bersifat nonverbal dimana
peneliti tidak berperan ganda. Peneliti berperan sebagai pengamat belaka, tidak

11
turut serta sebagai aktor yang melibatkan diri di dalam suatu kegiatan (Slamet,
2006 : 85).

Peneliti akan melakukan observasi pada perilaku pengunjung, pelaku


ekonomi, dan komunitas yang ada dalam CFD disepanjang Jalan Slamet Riyadi
dalam menjadikan CFD sebagai sarana penunjang terwujudnya kota dan
komunitas yang berkelanjutan di Kota Surakarta.

2. Wawancara

Teknik wawancara adalah cara yang dipakai untuk memperoleh informasi


melalui kegiatan interaksi sosial antara peneliti dengan yang diteliti. Didalam
interaksi itu peneliti berusaha mengungkap gejala yang sedang diteliti melalui
kegiatan tanya jawab. Adapun wawancara yang kelompok kami lakukan adalah
dengan wawancara tidak terstruktur. Pewawancara boleh saja mengajukan
pertanyaan secara meloncat-loncat dari waktu kewaktu, atau dari topik yang satu
ke topik yang lainnya (Slamet, 2006 :101).

Peneliti akan melakukan wawancara kepada :

 4 orang pengunjung yang hadir dalam CFD di sepanjang Jalan Slamet


Riyadi, Surakarta.

 Dua orang pelaku ekonomi baik barang maupun jasa yang melakukan
transaksi jual beli di CFD sepanjang Jalan Slamet Riyadi, Surakarta

 Dua komunitas yang hadir dalam CFD di sepanjang Jalan Slamet Riyadi,
Surakarta.

3. Studi Dokumentasi

Dokumen merupakan fakta dan data tersimpan dalam berbagai bahan yang
berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-
surat, laporan, peraturan, catatan harian, biografi, simbol, artefak, foto, sketsa dan
data lainya yang tersimpan. Dokumen tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga
memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah
terjadiuntuk penguat data observasi dan wawancara dalam memeriksa keabsahan

12
data, membuat interprestasi dan penarikan kesimpulan. Kajian dokumen
dilakukan dengan cara menyelidiki data yang didapat dari dokumen, catatan, file,
dan hal-hal lain yang sudah didokumentasikan. Metode ini relatif mudah
dilaksanakan dan apabila ada kekeliruan mudah diganti karena sumber datanya
tetap.

Dalam penelitian ini peneliti akan mendokumentasikan rekaman hasil


wawancara dengan pengunjung, pelaku ekonomi, dan komunitas yang ada di CFD
sepanjang Jalan Slamet Riyadi, Surakarta, yang kemudian akan dibuat sebuah
transkip wawancara dari hasil rekaman dan catatan pribadi selama penelitian.
Selain itu peneliti akan mendokumentasikan dengan cara mengambil gambar/foto
disetiap kegiatan penelitian berlangsung.

3.4 Teknik Pengambilan Sampel

1. Menggunakan Teknik Pengambilan Sample Purposive

Pemilihan sampel purposif atau bertujuan merupakan pemilihan siapa


subjek yang ada dalam posisi terbaik untuk memberikan informasi yang
dibutuhkan. Karena itu, menentukan subjek atau orang-orang terpilih harus sesuai
dengan ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh sampel itu. Mereka dipilih karena
dipercaya mewakili satu populasi tertentu. Pilihan atas sampel purposif karena
peneliti menguji pertimbangan-pertimbangannya untuk memasukkan unsur atau
subjek yang dianggap khusus dari suatu populasi tempat dia mencari informasi.
Peneliti memilih sampel berdasarkan penilaian atas karakteristik anggota sampel
yang dengannya diperoleh data yang sesuai dengan maksud penelitian. Dengan
mengambil secara hati-hati unsur tertentu dari populasi, peneliti akan memperoleh
informasi tentang populasi (Silalahi, 2012 : 272).

Sampel purposif yang akan diambil dalam penelitian ini yaitu pengunjung,
pelaku ekonomi, dan komunitas yang ada di CFD sepanjang Jalan Slamet Riyadi
Surakarta. Teknik penarikan sampel yang digunakan ini cenderung memilih
informan yang dianggap tahu mengenai permasalahan, dapat dipercaya menjadi
sumber data yang mantap dan masalah secara mendalam.

13
3.5 Validitas Data

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan


data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan
demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan
triangulasi waktu.
a. Triangulasi Sumber : Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data
dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa
sumber. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengujian dan pengumpulan
data yang didapatkan dari pengunjung, pelaku ekonomi, dan komunitas yang
ada dalam CFD di sepanjang Jalan Slamet Riyadi, Surakarta.
b. Triangulasi Teknik : Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik
yang berbeda. Dalam hal ini, data yang diperoleh dari wawancara akan di cek
dengan observasi, dokumentasi, fieldnote atau pedoman wawancara.
c. Triangulasi Waktu : Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data.
Dalam pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan
pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau
situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka
dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kapasitas datanya.
Triangulasi dapat juga dilakukan dengan cara mengecek catatan penelitian, dari
peneliti lain yang diberi tugas melakukan pengumpulan data ( Bachri : 2010).

14
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi Lokasi

Kota Surakarta memiliki luas wilayah 44,04 Km2 terbagi menjadi 5


kecamatan dan 51 Kelurahan ini berbatasan langsung dengan Kabupaten
Karanganyar dan Kabupaten Boyolali di sebelah utara, Kabupaten sukoharjo di
sebelah selatan, Kabupaten sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar di sebelah
barat dan timur. Kota Surakarta dibelah dan dialiri oleh 3 (tiga) buah Sungai besar
yaitu sungai Bengawan Solo, Kali Jenes dan Kali Pepe. Sungai Bengawan Solo
pada jaman dahulu sangat terkenal dengan keelokan panorama serta lalu lintas
perdagangannya.

Salah satu yang sering di identikkan di kota Surakarta adalah Jalan Slamet
Riyadi. kini menjelma menjadi sebuah nama jalan yang sangat aktif di Kota Solo,
bahkan mungkin di seluruh Indonesia. Banyak kegiatan dan event diadakan disini,
menjadikan Jalan Slamet Riyadi pantas disebut sebagai sarana umum yang
manfaatnya benar-benar dapat dirasakan oleh masyarakat.

Dijalan ini pula menjadi tempat diselenggarakannya solo car free day,
solo car free day dimulai pukul 06.00 - 09.00 setiap minggunya. Solo car free day
ini Terletak di sepanjang jalan slamet riyadi, jalan ini memanjang ke timur mulai
dari Tugu Purwosari hingga Bundaran Gladag. didalam solo car free day ini ada
berbagi macam kegiatan, misalkan ada orang yang berolahraga, ada juga
pengenalan komunitas, ada pengenalan atau sosialisasi event, ada orang berjualan
makanan, minuman. Ada juga yang hanya sekedar mencari hiburan saja.

15
4.1.2 Profil Informan

1. Zahra

Zahra merupakan salah satu mahasiswa semester 5 Sosiologi FISIP UNS


berusia 20 tahun yang berasal dari Laweyan, Surakarta. Ia memanfaatkan car free
day bersama keluarga di akhir pekan dengan berolahraga.

2. Yunita Intan

Yunita merupakan salah satu mahasiswa semester 3 Diploma III


Boardcasting FISIP UNS berusia 20 tahun yang beralamat di . Dalam beberapa
pekan ini Yunita hampir setiap minggu mengunjungi car free day untuk
membantu kakaknya yang berjualan. Selain itu, ia juga memanfaatkan car free day
sebagai wahana untuk berolahraga, jalan-jalan atau sekedar membeli jajanan.

3. Yanna

Yanna merupakan salah satu mahasiswa semester 7 Ilmu Komunikasi


FISIP UNS berusia 21 tahun yang berasal dari Temanggung. Di Surakarta Yanna
menempati rumah kost yang berdomisili di Jebres Tengah. Yanna memanfaatkan
car free day untuk Danusan KKN Belitung yang akan dilaknsanakan pada
Januari-Februari 2017. Selain itu, Yanna juga memanfaatkan car free day untuk
melakukan aksi.

4. Prata Besto Eltino

Prata merupakan seorang mahasiswa semester 5 di Program Manajemen


S1, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta.
Prata merupakan mahasiswa yang berasal dari Depok, Jawa Barat dan aktif di
himpunan serta beberapa kali telah diamanahi untuk melaksanakan project
lingkup program studi manajemen. Selama dua tahun terakhir ia aktif di sebuah
kepanitiaan acara Artefac. Saat ini Prata diberikan amanah sebagai Ketua
Pelaksana Artefac 2017, setelah menjadi Project Officer Produksi pada tahun
sebelumnya.

16
5. Novi Hasrianti

Novi Hasrianti merupakan seorang mahasiswi semester 3 di UNS yang


berasal dari Pontianak dan berusia 19 tahun. Novi memanfaatkan CFD bersama
teman-temannya untuk mencicipi kuliner di Surakarta sekaligus jalan-jalan di
akhir pekan.

6. Ellen

Ellen adalah salah satu mahasiswa FISIP UNS berusia 21 tahun yang
berasal dari Blitar, Jawa Timur. Ellen memanfaatkan CFD sebagai tempat
berjualan. Setiap minggu Ellen memanfaatkan momen CFD untuk berjualan es teh
khususnya ntuk orang-orang yang sehabis berolah raga.

7. Lestari (Pelaku Ekonomi/42)

Lestari merupakan perempuan berusia 42 tahun yang berasal dari Klaten.


Beliau merupakan pelaku ekonomi yang gemar berbelanja aneka kebutuhan
keluarga yang ada di CFD di Surakarta. Beliau sering datang ke CFD Surakarta
bersama anggota keluarganya, yaitu suami, dan dua anaknya dengan
menggunakan mobil.

8. Danang

Bapak danang ini adalah salah satu anggota komunitas musang lovers Solo
yang berusia 41 tahun. Danang sudah 3 tahun tergabung dalam komunitas ini.
Dalam kesehariannya Danang bekerja sebagi pegawai swasta disalah satu
perusahaan di daerah Surakarta. Beliau memelihara musang lantaran menurutnya
musang adalah hewan yang lucu dan menarik. Dia hampir setiap minggu ikut
berkumpul di CFD sesam pecinta musang.

4.1.3 Solo Car Free Day

Solo Car free day berlaku Setiap Hari Minggu, Pukul 05.00 Sampai Pukul
09.00 WIB. Solo Car Free Day dilatarbelakangi kewajiban menurunkan emisi 6
persen sampai dengan 2014 mendatang. Dan peranan Dinas Perhubungan
(Dishub) harus aktif lantaran transportasi memberikan kontribusi terhadap

17
pencemaran udara. Sebagian orang memanfaatkan Car free day dengan cara yang
beragam mulai dari berolahraga, jalan-jalan, refreshing, berbelanja kebutuhan
keluarga atau sekedar mencari makanan. Seperti yang dikemukakan oleh beberapa
informan pada penelitian ini :

“Kalo aku pribadi ya buat olahraga” (Wawancara kepada Zahra, pada 25


November 2016)
“macem-macem, aku kadang-kadang jalan-jalan, jajan juga kan banyak
jajanan, trus aku juga sering bantu kakakku jualan” (Wawancara kepada
Yunita, pada 25 November 2016)
Zahra dan Yunita biasa memanfaatkan CFD (Car Free Day) untuk
berolahraga dan jalan-jalan, namun seiring dengan berjalannya waktu ia merasa
terganggu karena menurutnya CFD semakin ramai dikunjungi oleh berbagai
kalangan seperti yang dijelaskan oleh Zahra:

“sebenernya kalo aku ke car free day untuk lari atau untuk olahraga ya di
tata dulu lah mosok baru lari wes ono biawak ono opo jenenge komunitas
binatang-binatang reptile itu kan kaya yang piye (gimana) sih, piye
(gimana) nek (kalo) lagi mlayu (lari) ono (ada) ulo (ular) itu kan haa”
(Wawancara kepada Zahra, pada 25 November 2016)
Pendapat senada juga diungkapkan oleh salah satu informan dalam
penelitian ini yaitu Yunita:

“kalo yang jualannya di apa trotoar itu si ngga mengganggu ya tapi kalo
yang komunitas komunitas yang agak memakan jalan itu agak
mengganggu, terus kaya apa ya.. kan juga orang jadi banyak orang yang
jualan cilok kaya gitu kan jadi malah ikutan di jalan utama itu kadang-
kadang juga agak ngganggu juga si” (Wawancara kepada Yunita, pada
tanggal 25 November 2016)

Banyaknya komunitas yang sekarang juga berpartisipasi dalam CFD dirasa


menggaggu oleh masyarakat terutama Zahra dan Yunita sebagai salah satu orang
yang memanfaatkan CFD untuk berolahraga. Car Free Day menawarkan
beragam barang yang diperjualbelikan mulai dari makanan, pakaian, mainan, dan
berbagai pelayanan sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakatat
Surakarta sebagai pilihan untuk mengisi akhir pekan di pagi hari.

Namun dibalik itu menurut pendapat salah satu informan Car Free Day
juga membawa dampak yang positif bagi masyarakat dengan banyaknya

18
pengunjung, penjual, maupun komunitas-komunitas yang kapasitasnya semakin
meningkat. Sepeti yang dijelaskan oleh Yanna :

“kalo menurutku sih engga ya soalnya di situ tempatnya orang saling


mutualisme sih gitu karna pedagang pedadang bisa berjualan dengan
bebas, mahasiswa bisa beraktivitas dengan bebas kaya gitu. Ya semakin
rame sih soalnya semua orang pingin ke situ.” (Wawancara kepada
Yanna, pada tanggal 25 November 2016)

Hadirnya Car Free Day juga membawa dampak tak hanya bagi pedagang
yang jelas memiliki produk untuk dijajakan, tetapi juga bagi komunitas yang
berada di Solo dan sekitarnya. Komunitas dalam hal ini yakni sebuah kelompok
sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki
ketertarikan dan habitat yang sama. Komunitas berisi pula orang-orang yang
memiliki tujuan yang sama. Dalam kegiatannya, suatu komunitas menggunakan
sarana yang sama untuk mencapai tujuan para anggotanya. Umumnya memiliki
ciri tersendiri dalam hal kebersamaannya yang membedakan suatu komunitas
dengan komunitas lainnya.

Solo Car Free Day sebagai ruang terbuka public membuka peluang besar
bagi berbagai macam komunitas di Solo, tak hanya untuk merekrut anggota, tetapi
sekedar membuka ruang bagi masyarakat luas untuk saling bertukar ide dan
inovasi dengan anggota komunitas, bertukar pengetahuan, sarana berkumpul bagi
anggota komunitas serta memberikan hiburan bagi penunjung sebagai salah satu
metode attraction. Dalam penelitian ini kami mengambil dua komunitas sebagai
objek penelitan kami. Keduanya sudah menggunakan Solo Car Free Day sejak
lama sebagai media promosi dan sosialisasi mengenai komunitasnya.

Komunitas pertama yang kami wawancarai yakni pada Hari Minggu, 20


November 2016 di Solo Car Free Day adalah Komunitas Musang Lovers
(MusLov). Muslov sudah berdiri sejak tahun 2012 dan merupakan salah satu anak
komunitas dari Solo Pet Community yang memiliki berbagai divisi untuk berbagai
macam jenis hewan peliharaan seperti kucing, anjing, reptile, musang, dan lain
sebagainya. Menurut narasumber kami yakni Bapak Danar yang kami temui
ketika sedang melakukan kegiatan bersama Komunitas MusLov di Solo Car Free

19
Day, kegiatan komunitasnya sangat terbantu dengan adanya Solo Car Free Day,
karena mereka ingin pecinta musang memiliki wadah untuk berbagi.

“Kita kan dalam rangka soisalisasi dan edukasi, jadi pengenalan kayak
wawancara begini ini diberitahukan sama masyarakat bahwa musang itu
bisa dijadikan hewan peliharaan bukan sebagai hama. Karena dulu di
anggap hama.” (Wawancara kepada Bapak Danar, pada 20 November
2016)

Selain mewawancara anggota Komunitas MusLov, kami juga


mewawancarai Prata Besto, yang merupakan Ketua Pelaksana Artefac 2017.
Artefac sendiri yakni sebuah acara tahunan yang diusung oleh mahasiswa
Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Sebelas Maret yang susunan
kepanitiaannya melibatkan mahasiswa FEB dari seluruh program studi. Artefac
merupakan sebuah acara yang berisikan rangkaian kompetisi seni dan olahraga,
melibatkan siswa SMA serta mahasiswa skala nasional, serta ditutup dengan
closing ceremony sebagai puncak acara dengan mengadakan konser yang
menghadirkan band atau artis Indonesia. Artefac kini dikenal oleh mahasiswa
UNS tak lagi sebagai sebuah kepanitiaan, tetapi lebih kepada komunitas dalam
arti luas. Dalam perjalanan Artefac 5 tahun ke belakang, Artefac selalu
melibatkan diri di Solo Car Free Day hampir di setiap minggunya setelah
kepanitiaan terbentuk.

Baik Muslov maupun Artefac merasa diuntungkan dengan diberikannya


ruang bagi komunitas di Solo untuk memeriahkan Solo Car Free Day setiap
minggu. Solo Car Free Day memberikan kesempatan kepada masyarakat, tidak
melihat golongan dan usia untuk berbagi hal dan menjadikan ruang publik sebagai
tempat yang tidak hanya sekedar menjadi wadah interaksi masyarakat umum
tetapi juga berbagi hal positif. Lain halnya dengan MusLov yang ingin
mensosialisasikan mengenai musang kini dapat dijadikan hewan peliharaan yang
sebelumnya dikenal sebagai hama, Artefac memiliki tujuan untuk
mempromosikan acara yang menjadi iconic bagi mahasiswa FEB UNS ini.
Menggunakan strategi marketing melakukan kegiatan promosi event, panitia acara
merasa diuntungkan dengan adanya Solo Car Free Day setelah 5 tahun acara ini

20
terus diadakan setiap tahunnya, karena Artefac dikenal oleh masyarakat Solo dan
peminatnya terus bertambah dari tahun ke tahun.

“Nih kalo aku belajar marketing di kuliah juga seengganya orang tau
dulu. Kita kasih stimulus dulu nih. Ini loh.. Ini, ini, ini... nah ntar orang
kan seengganya inget dulu, ntar setelah tau dikasih stimulus yang lebih.
Kalo aku belajar marketing, selanjutnya positioningnya. Biar orang
bener-bener inget sama ini acara, sebagai produk kita nih Artefac. Kan
sama aja kayak aku punya produk terus aku jual kan. Semua dasarnya sih
dari ilmu marketing. Lagi juga ini acara FEB, ilmunya ekonomi bangetlah
yang kita pake buat running acara dari persiapan hampir setahun sampe
closing.” (Wawancara kepada Prata, pada 23 November 2016)

Bagi pedagang sendiri, CFD di Surakarta dijadikan tumpuan ekonomi,


atau ladang penghasilan yang lumayan untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Selain itu, kegiatan yang dilakukan oleh komunitas yaitu mahasiwa sendiri
menjadikan CFD sebagai tempat kegiatan kepanitiaan berbagai ide kreatif, serta
hobi, dan penyaluran bakat ataupun minat, kehadiran komunitas tersebut memiliki
keinginan untuk dianggap eksistensinya di Kota Surakarta. Serta bagi komunitas
pecinta hewan, kegiatan CFD di Surakarta dijadikan sosialisai bagi pengunjung
yang datang disana.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Car Free Day sebagai Penunjang Kota dan Komunitas Berkelanjutan

Solo Car Free day atau hari tanpa kendaaran bermotor memiliki tujuan awal untuk
mengurangi polusi. hal ini dilatarbelakangi oleh kewajiban menurunkan jumlah
emisi yang ditargetkan sebanyak 6 persen hingga tahun 2014 lalu. Tujuan dari
Solo Car Free Day sendiri selaras dengan program SDGs poin 11 yaitu,
Pembangunan Berkelanjutan, dalam hal ini adalah dalam bidang lingkungan kota.

pelaksanaan Solo Car Free Day yang rutin diadakan setiap hari minggu ini
memang menghambat pertambahan emisi. Meskipun demikian, pencemaran
lingkungan lainnya justru timbul akibat banyaknya pedagang khususnya kuliner

21
yang berjualan saat Solo Car Free Day. sebagian besar dari penjual memang
terlihat membawa plastik atau trashbag sebagai tempat sampah dari produk
mereka. Namun justru para konsumennya membuang sampah tidak pada
tempatnya. hal ini karena penyediaan jumlah tempat sampah yang masih sedikit,
sehingga para pengunjung Car Free Day membuang sampah tidak pada
tempatnya.

Solo Car Free Day memang membuat aktivitas ekonomi sangat aktif, dan
pelaksanaannya untuk menghambat bertambahnya emisi pun berjalan dengan
efektif. namun disisi lain, pencemaran lingkungan akibat limbah sampah bekas
konsumsi pengunjung saat Solo Car Free Day menimbulkan masalah baru. dalam
pembangunan kota berwawasan lingkungan, hal ini tentu saja menjadi masalah

4.2.2 Tahap Perkembangan Ekonomi Masyarakat Surakarta Dilihat dari Car


Free Day

Menurut Rostow, Wilayah-wilayah maju seluruhnya telah melampaui


tahapan “tinggal landas menuju pertumbuhan ekonomi berkesinambungan yang
berlangsung secara otomatis”. Tidak lama lagi, hanya tinggal merumuskan
serangkaian aturan pembangunan untuk tinggal landas, mereka akan segera
bergerak menuju ke proses pertumbuhan ekonomi yang pesat dan
berkesinambungan.

Bila dilihat dari hasil penelitian ini, masyarakat kota Solo berada pada tahap
tinggal landas. Sebab bila dilihat dari segi sosial budayanya, kota solo sudah
mengalami kemajuan-kemajuan dan masyarakatnya sudah melakukan banyak
inovasi. Bisa dilihat saat pelaksanaan Solo Car Free Day yang diadakan setiap
hari minggu, masyarakat mulai mengambil peluang-peluang ekonomi dengan
berjualan saat Solo Car Free Day. Menurut Rostow, pada tahap tinggal landas ini
harus ada kemungkinan untuk perluasan pasar bagi barang-barang produksi yang
memungkinkan untuk berkembang dengan pesat. Bagi para pedagang, perluasan
pasar bisa dilakukan pada saat Solo Car Free Day seperti misalnya penjual yang

22
memiliki stand tertentu di suatu tempat yang sifatnya lokal saja, bisa memperluas
pasarnya dengan berjualan di Solo Car Free Day.

Selain pedagang, banyak agenda solo yang mempromosikan event mereka


pada saat Solo Car Free Day. Contohnya adalah event bernama Artefact yang
diadakan oleh mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas
Maret. berdasarkan narasumber kami, Prata, panitia Artefact awalnya
menggunakan momen Solo Car Free Day sebagai ajang untuk kepentingan
mencari dana usaha. Menurutnya, efek dari Solo Car Free Day untuk media
promosi Artefact sangat besar dan sangat penting untuk membuat orang
mengetahui tentang Artefact, setelah itu masyarakat akan terus di stimulus dan
membuat artefact lebih melekat di masyarakat, mengenalkan Artefact sebagai
produk mereka.

23
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Budihardjo, Eko & Sujarto, Djoko, .1999. Kota Berkelanjutan, Penerbit Alumni,
Bandung.
Jacobs, Allan B. 1995. Great Streets, The M.I.T. Press, Cambridge,
Massachusetts.

Van Ufford,Philip Quarles,Dirk Kruijt, Husken Frank. 1989. TEDENSI dan


tradisi dalam sosiologi penbangunan. di indonesiakan oleh vR.G.
Soekadjito. Jakarta : Gramedia,

Jurnal

Nicolaus kanaf, .2010. Efisiensi Program car free day Terhadap Penurunan Emisi
karbon.

Medhiansyah Putra Prawira, FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH


TERHADAP KEBERADAAN CAR FREE DAY SEBAGAI RUANG PUBLIK
PERKOTAAN, Program Studi Magister Rancang Kota, Sekolah Arsitektur,
Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK),ITB)

Skripsi

SURVEI MOTIVASI MASYARAKAT KOTA PURWODADI UNTUK


BERAKTIVITAS GERAK OLAHRAGA MENYONGSONG KEBIJAKAN
CAR FREE DAY DI KABUPATEN GROBOGAN SETIAP MINGGU PADA
TAHUN 2013
oleh Beni Adhi Ristanto UNNES

24
Internet

Modul guna darma bab 3

http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/ekonomi_pembangunan/bab_3_teori_
pertumbuhan_dan_pembangunan_ekonomi.pdf (diakses pada 22 November 2016)

www.surakarta.go.id (diakses pada 22 November 2016)

25

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai