Pendidikan
Kewarganegaraa
n
Negara Hukum dan
Penegakkan Hukum di
Indonesia
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
Abstract Kompetensi
Negara berdasar atas hukum Mahasiswa mampu menjelaskan ciri-
menempatkan hukum sebagai hal ciri negara hukum, dan membedakan
yang tertinggi (supreme) sehingga negara hukum dalam arti luas dan
ada istilah supremasi hukum. negara hukum dalam arti sempit.
Supremasi hukum harus tidak boleh
mengabaikan tiga ide dasar hukum,
yaitu keadilan, kemanfaatan dan
kepastian.
MODUL 10
NEGARA HUKUM DAN MASALAH PENEGAKAN HUKUM
DI INDONESIA
Salah satu ciri penting dalam negara yang menganut konstitusionalisme yang hidup
pada abad ke-19 adalah sifat pemerintahannya pasif, artinya pemerintah hanya sebagai wasit
atau pelaksana dari berbagai keinginan rakyat yang dirumuskan para wakilnya di parlemen.
Di sini peranan negara lebih kecil daripada peranan rakyat karena pemerintah hanya menjadi
pelaksana (tunduk pada) keinginan-keinginan rakyat yang diperjuangkan secara liberal untuk
menjadi keputusan parlemen.
Jika dikaitkan dengan Trias Politika dalam konsep Montesquieu, tugas pemerintah
terbatas pada tugas eksekutif, yaitu melaksanakan undang-undang yang dibuat oleh parlemen.
Tugas pemerintah hanyalah melaksanakan apa yang telah diputuskan oleh parlemen. Pada
waktu itu (abad ke-19) masih dikuasai gagasan bahwa pemerintah hendaknya tidak turut
campur dalam urusan warga negaranya kecuali dalam hal menyangkut kepentingan umum
seperti bencana alam, hubungan luar negeri dan pertahanan negara (Miriam Budiardjo, 1977),
Negara hukum yang muncul pada abad ke-19 adalah negara hukum formil atau negara
hukum dalam arti sempit. Pada uraian sebelumnya telah dikemukakan bahwa negara hukum
merupakan terjemahan dari istilah Rechtsstaat atau Ride of Law. Istilah Rechtsstaat diberikan
oleh para ahli hukum Eropa Kontinental sedang istilah Rule of Law diberikan oleh para ahli
hukum Anglo Saxon.
Friedrich Julius Stahl dari kalangan ahli hukum Eropa Kontinental memberikan ciri-ciri
Rechtsstaat sebagai berikut:
a. Hak asasi manusia
b. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak asasi manusia yang biasa
dikenal sebagai Trias Politika
c. Pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan
d. Peradilan administrasi dalam perselisihan
Adapun AV Dicey dari kalangan ahli hukum Anglo Saxon memberi ciri-ciri Rule of Law
sebagai berikut:
a. Supremasi hukum, dalam arti tidak boleh ada kesewenang-wenangan, sehingga
seseorang hanya boleh dihukum jika melanggar hukum
b. Kedudukan yang sama di depan hukum, baik bagi rakyat biasa maupun bagi pejabat
c. Terjaminnya hak-hak manusia dalam undang-undang atas keputusan pengadilan
Ciri-ciri Rechtsstaat atau Rule of Law di atas masih dipengaruhi oleh konsep negara hukum
formil atau negara hukum arti sempit. Dari pencirian di atas terlihat bahwa peranan
pemerintah hanya sedikit, karena ada dail bahwa “pemerintah yang sedikit adalah pemerintah
yang baik”.
Dari pencirian seperti itu terlihat bahwa adanya pengakuan terhadap perluasan tugas
pemerintah (eksekutif) agar menjadi lebih aktif tidak hanya selaku penjaga malam.
Pemerintahan diberi tugas dan tanggung jawab membangun kesejahteraan dan
pemerataan yang adil bagi rakyatnya. Ciri-ciri negara hukum di atas sudah dipengaruhi
oleh konsepsi negara hukum materiil (modern).
Di samping perumusan ciri-ciri negara hukum seperti di atas, ada pula berbagai pendapat
mengenai ciri-ciri negara hukum yang dikemukakan oleh para ahli. Menurut
Montesquieu, negara yang paling baik ialah negara hukum, sebab di dalam konstitusi di
banyak negara terkandung tiga inti pokok, yaitu:
a. Perlindungan HAM
b. Ditetapkannya ketatanegaraan suatu negara, dan
c. Membatasi kekuasaan dan wewenang organ-organ negara
Prof. Sudargo Gautama mengemukakan 3 (tiga) ciri atau unsur dari negara hukum, yakni
sebagai berikut:
a. Terdapat pembatasan kekuasaan negara terhadap perorangan, maksudnya negara tidak
dapat bertindak sewenang-wenang. Tindakan negara dibatasi oleh hukum, individual
mempunyai hak terhadap negara atau rakyat mempunyai hak terhadap penguasa
b. Asas legalitas
Setiap tindakan negara harus berdasarkan hukum yang telah diadakan terlebih dahulu
yang harus ditaati juga oleh pemerintah atau aparaturnya.
c. Pemisahan kekuasaan
‘20 Team Teaching
5 Pendidikan Kewarganegaraan Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Agar hak-hak asasi itu betul-betul terlindungi, diadakan pemisahan kekuasaan yaitu
badan yang membuat peraturan perundang-undangan, melaksanakan, dan badan yang
mengadili harus terpisah satu sama lain tidak berada dalam satu tangan
Frans Magnis Suseno (1997) mengemukakan adanya 5 (lima) ciri negara hukum
sebagai salah satu ciri hakiki negara demokrasi. Kelima ciri negara hukum tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Fungsi kenegaraan dijalankan oleh Lembaga yang bersangkutan sesuai dengan
ketetapan sebuah undang-undang dasar
b. Undang-undang dasar menjamin hak asasi manusia paling penting. Karena tanpa
jaminan tersebut, hukum akan menjadi sarana penindasan, menyalahgunakan
hukum untuk tindakan yang adil atau tercela
c. Badan-badan negara menjalankan kekuasaan masing-masing selalu dan hanya taat
pada dasar hukum yang berlaku
d. Terhadap tindakan badan negara, masyarakat dapat mengadu ke pengadilan dan
putusan pengadilan dilaksanakan oleh badan negara
e. Badan kehakiman bebas dan tidak memihak
Mustafa Kamal Pasha (2003) menyatakan adanya tiga ciri khas negara hukum, yaitu:
a. Pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia
Di dalam ciri ini terkandung ketentuan bahwa di dalam suatu negara hukum
dijamin adanya perlindungan hak asasi manusia berdasarkan ketentuan hukum.
Jaminan itu umumnya dituangkan dalam konstitusi negara bukan pada peraturan
perundang-undangan di bawah kosntitusi negara. Undang-undang dasar negara
berisi ketentuan-ketentuan tentang hak asasi manusia. Inilah salah satu gagasan
konstitusionalisme.
b. Peradilan yang bebas dari pengaruh kekuasaan lain dan tidak memihak
Dalam ciri ini terkandung ketentuan bahwa pengadilan sebagai lembaga
peradilaan dan badan kehakiman harus benar-benar independen dalam membuat
putusan hukum, tidak dipengaruhi oleh kekuasaan lain terutama kekuasaan
eksekutif. Dengan wewenang sebagai lembaga yang mandiri terbebas dari
kekuasaan lain, diharapkan negara dapat menegakkan kebenaran dan keadilan
c. Legalitas dalam arti hukum dalam segala bentuknya
Dasar pijakan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum sekarang ini tertuang
dengan jelas pada Pasal 1 ayat 3 UUD 1945 Perubahan Ketiga, yang berbunyi “Negara
Indoensia adalah negara hukum”. Dimasukannya ketentuan ini ke dalam bagian Pasal UUD
1945 menunjukkan semakin kuatnya dasar hukum serta menjadi amanat negara, bahwa
negara Indonesia adalah dan harus merupakan negara hukum.
Sebelumnya, landasan negara hukum Indonesia kita temukan dalam bagian Penjelasan
Umum UUD 1945 tentang Sistem Pemerintahan Negara, yaitu sebagai berikut:
1. Indonesia ialah negara yang berdasar atas hukum (Rechtsstaat). Negara berdasar atas
hukum (Rechtsstaat) tidak berdasar atas kekuasaan belaka (Machtsstaat)
2. System Konstitusional. Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar),
tidak bersifat absolutism (kekuasaan yang tidak terbatas)
Konsepsi negara hukum Indonesia dapat kita masukkan dalam konsep negara hukum materiil
atau negara hukum dalam arti luas. Hal ini dapat kita ketahui dari perumusan mengenai
tujuan bernegara sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea IV. Dalam hal
tujuan bernegara, negara bertugas dan bertanggung jawab tidak hanya melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia tetapi juga memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
memiliki dasar dan sekaligus tujuan yaitu mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.