Anda di halaman 1dari 102

Kementerian Dalam Negeri

Republik Indonesia

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa


yang telah memberikan kekuatan dan keberkahan sehingga Modul
Kerjasama Pemda/BUMDAM dengan Pihak Ketiga Bidang Air Minum
ini dapat diselesaikan. Modul ini sendiri secara administratif
merupakan bagian dari output pekerjaan Technical Assistance
Capacity Building Team for Local Government (TACT – LG) National
Urban Water Supply Project (NUWSP).
Secara substantif, modul ini memberikan penjelasan
tentang Kerjasama yang dilakukan antara BUMD Air Minum dengan
Pihak Ketiga mulai dari bentuk, mekanisme, Prakarsa dan tahapan
pelaksanaan Kerjasama.
Kami sangat sadar bahwa modul ini masih jauh dari
sempurna, karena modul ini sesungguhnya menggabungkan
penerapan dari berbagai regulasi terkait Kerjasama BUMD Air
Minum dengan Pihak Ketiga, koreksi, masukan dan saran akan
sangat kami terima sebagai bagian dari usaha penyempurnaan
modul ini.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam proses penyusunan modul ini.
Mudah-mudahan modul sederhana ini dapat memberikan manfaat
bagi semua pihak, terutama stakeholder bidang air minum baik di
level pusat maupun daerah.

Jakarta, Juni 2023

TACT-LG, Ditjen Bina Pembangunan Daerah, Kemendagri

i | Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................


DAFTAR ISI ..................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .............................................................................. iv
GLOSARI ........................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................1
1.1 Latar Belakang ........................................................................1
1.2 Dasar Hukum ..........................................................................9
1.3 Maksud dan Tujuan .............................................................. 11
1.4 Lingkup Pembahasan (Batasan Modul) ................................ 12
1.5 Sistematika Modul ................................................................ 12
BAB II GAMBARAN UMUM KERJASAMA PENYELENGGARAAN
SPAM .............................................................................. 14
2.1 Pengertian ............................................................................ 14
2.2 Penyelenggaraan SPAM........................................................ 15
2.3 Pelaksanaan Kerjasama SPAM ............................................. 20
2.3.1 Prinsip Kerjasama ...................................................... 20
2.3.2 Syarat Pelaksanaan Kerjasama .................................. 21
2.3.3 Bentuk Kerjasama ...................................................... 21
2.3.4 Mekanisme Kerjasama ............................................... 23
2.3.5 Pemrakarsa Kerjasama .............................................. 24
BAB III TAHAPAN KERJASAMA .................................................... 26
3.1 Pemrakarsa BUMD Air Minum .............................................. 26

Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga | ii


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

3.1.1 Tahap Perencanaan ................................................... 27


3.1.2 Tahap Penyiapan........................................................ 30
3.1.3 Tahap Transaksi ......................................................... 36
3.1.4 Tahap Pelaksana Perjanjian ....................................... 42
3.2 Pemrakarsa Pihak Ketiga ...................................................... 48
3.2.1 Tahap Inisiasi ............................................................. 50
3.2.2 Tahap Penyiapan........................................................ 52
3.2.3 Tahap Transaksi ......................................................... 57
3.2.4 Tahap Pelaksanaan Perjanjian ................................... 57
3.2.5 Dokumen .................................................................... 57
LAMPIRAN .................................................................................... 59
Lampiran 1. Lembar/Format Identifikasi Skala Prioritas kegiatan 59
Lampiran 2. Contoh Format dan Template Studi Kelayakan
Sederhana ............................................................... 61
Lampiran 3. Contoh Surat Perjanjian Kerjasama ......................... 87

iii | Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kinerja BUMDAM Air minum tahun 2022 ............................. 3


Tabel 2 Jumlah Pelanggan BUMDAM Air minum tahun 2022 .......... 4
Tabel 3 Pendataan Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga
Daerah NUWSP ...................................................................................... 8
Tabel 4 Kegiatan Pelaksanaan Penyelenggaraan SPAM ................. 19

Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga | iv


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

GLOSARI

BUMD Badan Usaha Milik Daerah


BUMDAM Badan Usaha Milik Daerah Air Minum
CPIU Central Project Implementation Unit
NUWSP National Urban Water Supply Project
Permendagri Peraturan Menteri Dalam Negeri
PP Peraturan Pemerintah
RKPD Rencana Kerja Pemerintah Daerah
RPJMD Rencana Program Jangka Menengan Daerah
RPJPD Rencana Program Jangka Panjang Daerah
RPJMN Rencana Program Jangka Menengan
Nasional
SPAM Sistem Penyediaan Air Minum
SPM Standar Pelayanan Minimal
TACT-LG Technical Assistant of Capacity Building for
Local Government

v | Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air minum adalah kebutuhan dasar manusia yang harus
dipenuhi. Begitu pentingnya sektor air minum ini sehingga
penyediaan akses aman air minum menjadi Salah satu poin dalam
tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable development
goals/SDGs). Pentingnya ketersediaan air minum untuk kehidupan
yang layak menjadi agenda pembangunan nasional maupun
internasional dalam mewujudkan akses universal air minum. Untuk
itu penyediaan air minum merupakan tanggungjawab semua pihak
serta menjadi urusan pemerintahan wajib terkait pelayanan dasar
sebagai pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM).

Sejalan dengan itu, Pemerintah menjadikan akses aman air


minum menjadi salah satu agenda prioritas sesuai dengan yang
tertuang dalam Rencana Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2020-2024 diharapkan akses air minum layak sebesar 100%, akses
air minum aman 15% dan akses air minum perpipaan 30,45%.
Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik akhir tahun 2022,
capaian akses air minum layak sudah mencapai 90,05%, artinya
masih ada gap sekitar 9,95% untuk memenuhi target 100%.

Untuk memenuhi target tersebut dibutuhkan pendanaan


sekitar Rp 123,4 triliun dengan komposisi 30 % APBN/APBD dan
80% Non APBN. Mengingat besarnya porsi pendanaan non

1 | Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

APBN/APBD, Pemerintah membutuhkan alternatif sumber


pembiayaan seperti pinjaman perbankan, dana internal PDAM,
tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social
Responsibility (CSR) dan kerjasama investasi dengan badan usaha
swasta.

Pemerintah telah berusaha mendorong percepatan


penyelenggaraan SPAM melalui peningkatan iklim investasi yang
kondusif. Beberapa usaha yang telah dilakukan Pemerintah sudah
dimulai dari tahun 2015 yaitu menerbitkan peraturan yang dapat
mendukung investasi SPAM, memberikan dukungan fiskal dan
nonfiskal terhadap proyek kerjasama investasi SPAM serta
memberikan fasilitasi pendampingan kerjasama dalam rangka
menciptakan peluang investasi SPAM.

Pemenuhan kewajiban atas akses air minum diatas dilayani


melalui Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) salah satunya adalah
melalui Jaringan Perpipaan (SPAM-JP). Sebagaimana tercantum
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 122 tahun 2015 tentang
penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum, disebutkan bahwa
penyelenggaraan SPAM menjadi tanggung jawab Pemerintah Pusat
dan atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya.
Penyelenggaraan SPAM dilaksanakan oleh BUMN atau BUMD.

Badan Usaha Milik Daerah Air Minum (BUMDAM) sebagai


pelaksana penyelenggaran Sistem Penyelenggara Air Minum di
daerah mempunyai peranan penting dalam mewujudkan

Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga | 2


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

pencapaian target akses air minum, khususnya air minum jaringan


perpipaan, untuk itu diperlukannya BUMDAM dengan kinerja yang
sehat dan mandiri, indikator kunci menjadi Sehat dan Mandiri
adalah minimal memiliki jumlah pelanggan diatas 20.000
sambungan rumah dan menerapkan tarif full cost recovery (FCR)
serta memiliki tingkat kehilangan air yang rendah sehingga dapat
mendanai kinerja operasionalnya secara mandiri.
Namun demikian, ternyata masih cukup banyak BUMDAM
yang kinerjanya masuk dalam kategori sakit maupun kurang sehat.
Berdasarkan Buku Kinerja BUMDAM 2022 didapatkan bahwa dari
389 BUMDAM rata-rata cakupan pelayanan teknis air minum
perpipaan di daerah baru mencapai 28,85 persen dan secara
administrasi baru mencapai 22,63 persen, sehingga masih harus
ditingkatkan. Hal tersebut dapat dilakukan apabila Pemerintah
Daerah memiliki BUMD Air Minum yang berkinerja Sehat dan
Mandiri, dari penilaian kinerja tersebut juga didapat bahwa 225
BUMDAM (58 persen) yang berkinerja Sehat, 104 BUMDAM (27
persen) berkinerja kurang sehat dan 59 BUMDAM (15 persen)
berkinerja Sakit.

Tabel 1 Kinerja BUMDAM Air minum tahun 2022

Kinerja Kurang
Sehat Sakit Jumlah
BUMDAM Sehat
FCR 124 17 6 147
Non FCR 113 84 45 242
Total 237 101 51 389

Sumber: Buku Kinerja BUMDAM 2022

3 | Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

Untuk Jumlah BUMDAM yang memenuhi tarif pemenuhan


biaya penuh/ Full Cost Recovery (FCR) baru sekitar 147 BUMDAM
(38%), selebihnya 242 BUMDAM (62%) belum memenuhi tarif
FCR. Perhitungan tarif FCR ini dilakukan berdasarkan selisih tarif
rata-rata terhadap harga produksi (pada tingkat kehilangan air riil).

Sedangkan dari jumlah pelanggan, dari 389 BUMDAM yang


mempunyai pelanggan dengan jumlah kurang dari 20.000
sambungan sebanyak 211 (53%) BUMDAM, sedangkan sebanyak
177 BUMDAM (47%) mempunyai pelanggan dengan jumlah lebih
dari 20.000 sambungan.

Tabel 2 Jumlah Pelanggan BUMDAM Air minum tahun 2022

Kurang
JUMLAH SR Sehat Sakit Jumlah
Sehat
>100.000 27 1 0 28
>50.000- 37 2 0 39
100.000
>20.000-50.000 98 15 4 117
>10.000-20.000 52 39 13 104
<=10.000 23 44 34 101
Total 225 104 59 389

Sumber: Buku Kinerja BUMDAM 2022

Selain itu terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi


BUMDAM sebagai pelaksana dalam pengembangan SPAM yaitu :

• Pertumbuhan cakupan pelayanan air minum melalui SPAM


dengan Jaringan Perpipaan, belum dapat mengimbangi

Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga | 4


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

pesatnya tingkat pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan


ekonomi;
• Tarif di beberapa BUMDAM Kabupaten/kota masih dibawah
harga pokok produksi;
• Investasi masih bergantung pada dana pemerintah daripada
sumber dana internal, dan pengembangan sumber pendanaan
dalam negeri, potensi masyarakat, serta dunia usaha belum
diberdayakan secara optimal;
• Peran serta swasta dan masyarakat dalam pembiayaan
pengembangan SPAM masih rendah;
• Komitmen dan kepedulian Pemerintah Kabupaten/Kota atau
penyelenggara SPAM untuk peningkatan pelayanan air minum
baik cakupan maupun kualitas layanan masih rendah.

Dari kinerja dan permasalahan diatas diharapkan


Pemerintah Daerah dapat memberikan dukungan kepada BUMDAM
kurang sehat dan sakit dan juga pelanggan dibawah 20.000
sambungan berupa persetujuan untuk menerapkan tarif FCR,
penyertaan modal atau memberikan subsidi bagi BUMDAM yang
belum menerapkan tarif FCR, selain itu, BUMDAM dapat melakukan
efisiensi biaya operasional dan mengoptimalkan pendapatan serta
melakukan pengembangan investasi kerjasama dengan sesama
BUMDAM atau Badan Usaha lainnya.

Pelaksanaan Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga,


telah dinyatakan pada Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017

5 | Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

tentang Badan Usaha Milik Daerah (Pasal 94) dan juga Keputusan
Menteri Dalam Negeri nomor 43 tahun 2000 tentang Pedoman
Kerjasama Perusahaan Daerah dengan Pihak Ketiga serta ada
perubahan kebijakan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 118
tahun 2018 tentang tentang Rencana Bisnis, Rencana kerja dan
Anggaran, Kerjasama, Pelaporan dan Evaluasi Badan Usaha Milik
Daerah (Pasal 22) bahwa BUMD dalam rangka melaksanakan
aktivitas usahanya baik untuk pengembangan usaha ataupun
memupuk keuntungan, BUMD dapat melakukan kerja sama dengan
pihak ketiga. Diamanatkan juga pada Peraturan Pemerintah Nomor
122 Tahun 2015 (Pasal 56) tentang Sistem Penyediaan Air Minum
bahwa Dalam hal BUMN atau BUMD tidak mampu membiayai
kebutuhan Penyelenggaraan SPAM dengan jaringan perpipaan
dapat melakukan kerjasama dengan Pihak Ketiga swasta dengan
prinsip tertentu.

Dari data diatas tentunya pekerjaan rumah untuk


pencapaian target akses air minum di tahun 2024 masih sangat
besar. Untuk menjawab pekerjaan rumah tersebut, salah satu hal
yang telah dilakukan oleh pemerintah adalah dengan membangun
salah satu pilot project platform penyediaan akses air minum
jaringan perpipaan perkotaan yaitu NUWSP (National urban water
Supply Project) dengan maksud untuk meningkatkan akses dan
kualitas pelayaan air minum perpipaan bagi masyarakat di
perkotaan serta meningkatkan kapasitas dan kinerja Pemerintah
Daerah dan BUMDAM di kabupaten/kota terpilih dalam

Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga | 6


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

memberikan pelayanan air minum. Dukungan NUWSP dalam


pencapaian Akses air minum dalam RPJMN 2020-2024 adalah
dengan mendukung pencapaian target akses air minum jaringan
perpipaan dan Major Project 10 Juta Sambungan Rumah,
peningkatan kapasitas Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan
SPAM, peningkatan kapasitas BUMDAM sebagai pelaksana
penyelenggara SPAM, dan mendorong BUMDAM untuk melakukan
Kerjasama di bidang air minum.

Pendataan terkait Kerjasama BUMDAM dengan Pihak


ketiga telah dilakukan oleh tim NUWSP dalam hal ini TACT-LG
sebagai CPIU (pelaksana pekerjaan di komponen Ditjen Bina
Bangda), Adapun hasil dari pendataan adalah dari 223 perwakilan
Daerah/BUMDAM yang mengikuti kegiatan terdapat 75
Daerah/BUMDAM melaksanakan Kerjasama, 88 Daerah/BUMDAM
tidak melaksanakan dan 60 Daerah/BUMDAM belum memberikan
data, bisa dikatakan bahwa BUMDAM yang melaksanakan
Kerjasama masih sangat sedikit yaitu dibawah 50%.

PENDATAAN KERJASAMA BUMDAM Pemetaan Bentuk Kegiatan


DENGAN PIHAK KETIGA Kerjasama
100 88
75
80 60 40%
60
60%
40
20
0
Ada Tidak Ada Tidak Ada Fisik Non Fisik
Kerjasama Kerjasama Data

Sumber : FGD TACT-LG Regional (Oktober 2021)

7 | Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

Gambar 1 Pendataan Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga

Dari 75 daerah yang didata telah dipetakan bentuk


kegiatan Kerjasama didapatkan bahwa 60% kerjasama yang
dilakukan oleh BUMDAM adalah kegiatan Fisik.

Sedangkan untuk daerah NUWSP juga telah dilakukan


pendataan, dari 33 daerah NUWSP terdapat 8 Daerah/BUMDAM
yang telah melakukan Kerjasama, bisa dikatakatan masih rendah
juga Kerjasama yang dilakukan oleh Daerah/BUMDAM yaitu sekitar
24%. Adapun data Kerjasama yang telah dilakukan dari 8 daerah
tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3 Pendataan Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga


Daerah NUWSP
Kerjasama (2020-2022)
Nilai Nilai
Nilai
No Pemda/BUMDAM Investasi Bantuan
Investasi Jenis
dg Pihak NUWSP
Total Kerjasama
Ke-3 (Rp.
(Rp. Juta)
(Rp. Juta) Juta)
Provinsi Sumatera
1 209,540 62,850 272,390 B to B
Utara
Pinjaman
2 Kota Palembang 90,000 27,000 117,000
Bank
BUS
3 Kabupaten Bogor 28,120 5,500 33,620
Developer
4 Kota Semarang 417,300 68,320 485,620 KERJASAMA
Pinjaman
5 Kabupaten Sragen 6,800 2,040 8,840
Bank
6 Kabupaten Gresik 618,050 36,000 654,050 B to B (BOT)
B to B (Trade
7 Kabupaten Gowa 15,000 4,500 19,500
Credit)
8 Kota Padang 23,650 7,100 30,750 Perbankan
Total 1,408,460 213,310 1,621,770

Sumber : data olah TACT-LG

Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga | 8


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

Menyadari beratnya tantangan dalam pemenuhan akses air


minum dan beberapa permasalahan dalam Penyelenggaraan SPAM
dan sedikitnya Kerjasama yang dilakukan BUMDAM dengan pihak
ketiga, maka diperlukan suatu Pedoman berupa Modul terkait
dengan Kerjasama Antara BUMDAM dengan Pihak Ketiga.

1.2 Dasar Hukum


Dasar hukum merupakan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang melandasi penerapan suatu tindakan/
penyelenggaraan oleh orang atau badan, agar dapat diketahui
batasan, posisi dan sanksinya. Adapun dasar hukum terkait dengan
penyelenggaraan air minum adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679).
2. Undang-undang No 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 121 Tahun 2015 tentang
Pengusahaan Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 344).

9 | Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

4. Peraturan Pemerintah Nomor 122 Tahun 2015 tentang Sistem


Penyediaan Air Minum (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 345).
5. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 tentang Badan
Usaha Milik Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2017 Nomor 305).
6. Perpres No. 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah
dengan Pihak Ketiga dalam Penyediaan Infrastruktur
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 118 tahun 2018
tentang tentang Rencana Bisnis, Rencana kerja dan Anggaran,
Kerjasama, Pelaporan dan Evaluasi Badan Usaha Milik Daerah.
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 tahun 2020
tentang Tata Cara Kerja Sama Daerah dengan Daerah Lain
dan Kerja Sama Daerah dengan Pihak Ketiga.
9. Permen PPN no. 2 Thn 2020 tentang Tata Cara Kerjasama
Pemerintah dengan Pihak Ketiga dalam Penyediaan
Infrastruktur
10. Permen PUPR No. 19 Tahun 2016 tentang Pemberian
Dukungan oleh Pemerintah Pusat/Daerah dalam Kerjasama
Penyelenggaraan SPAM
11. Permen PUPR No. 2 Tahun 2021 tentang Tata Cara Kerjasama
Pemerintah dengan Pihak Ketiga dalam Penyediaan
Infrastruktur

Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga | 10


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

12. Peraturan LKPP No. 19 Tahun 2015 tentang Tata Cara


Kerjasama Pemerintah dengan Pihak Ketiga dalam Penyediaan
Infrastruktur
13. Peraturan LKPP No. 29 Tahun 2016 tentang Tata Cara
Pengadaan Pihak Ketiga Pelaksana Penyediaan Infrastruktur
Melalui Kerjasama Pemerintah Dengan Pihak Ketiga Atas
Prakarsa Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah
14. Keputusan Menteri Dalam Negeri nomor 43 tahun 2000
tentang Pedoman Kerjasama Perusahaan Daerah dengan
Pihak Ketiga.
15. Peraturan Direksi PDAM tentang Tata Cara Kerjasama dan
Pengadaan Pihak Ketiga Pelaksana (BUP)

1.3 Maksud dan Tujuan


Maksud penyusunan modul ini adalah memberikan acuan
atau panduan praktis bagi berbagai pihak khususnya BUMDAM
dalam melaksanakan atau mengembangkan Kerjasama
Pemda/BUMDAM dengan Pihak Ketiga.

Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan


modul ini adalah:

1. Memandu Pemerintah Daerah/BUMDAM dalam Pelaksanaan


Kerjasama Pemda/BUMDAM dengan Pihak Ketiga;

11 | Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

2. Meningkatkan pemahaman Pemerintah Daerah/BUMDAM


dalam rangka pelaksanaan Kerjasama Pemda/BUMDAM
dengan Pihak Ketiga.
3. Percepatan implementasi regulasi Peraturan Menteri Dalam
Negeri Republik Indonesia Nomor 118 tahun 2018 dan
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 tahun 2020.

1.4 Lingkup Pembahasan (Batasan Modul)


Lingkup pada modul ini secara khusus membahas mengenai
Kerjasama antara BUMD Air Minum dengan Pihak Ketiga dan Tata
Cara Pelaksanaannya dengan Mekanisme B to B.

1.5 Sistematika Modul


Modul ini terdiri dari 5 (lima) bab, yang disusun
dengan sistematika berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini menjelaskan latar belakang
penyusunan modul, kondisi saat ini,
permasalahan, dasar hukum, maksud dan
tujuan, ruang lingkup pembahasan, sistematika
modul.
BAB II PENGGUNAAN MODUL
Pada bab ini menjelaskan segmentasi sumber
daya yang akan diberikan pelatihan, instruktur

Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga | 12


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

sumber daya yang akan memberikan pelatihan,


waktu, bahan ajar, standar kompetensi yang di
harapkan.
BAB III GAMBARAN UMUM KERJASAMA SISTEM
PENYEDIAAN AIR MINUM
Pada bab ini menjelaskan tentang kerjasama
BUMDAM dengan Pihak Ketiga mulai dari
pengertian, prinsip, bentuk, dan mekanisme
kerjasama pada bidang air minum.
BAB IV TATA CARA PELAKSANAAN KERJASAMA
PEMDA/BUMDAM DENGAN PIHAK
KETIGA BIDANG AIR MINUM
Pada bab ini menjelaskan tentang tata cara
pelaksanaan Kerjasama pada bidang air minum
mulai dari syarat, ketentuan umum dan
tahapan pelaksanaan.
BAB V PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pada bab ini mengemukakan tentang
Pembinaan dan Pengawasan serta kegiatan
dalam pembinaan dan pengawasan yang
dilakukan secara berjenjang mulai dari Pusat,
Provinsi dan Kabupaten Kota.

13 | Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

BAB II GAMBARAN UMUM KERJASAMA


PENYELENGGARAAN SPAM

2.1 Pengertian
Air Minum adalah Air Minum Rumah Tangga yang melalui
proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi
syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

Kebutuhan Pokok Air Minum Sehari-hari adalah air untuk


memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang digunakan untuk
keperluan minum, masak, mandi, cuci, peturasan, dan ibadah.

Penyediaan Air Minum adalah kegiatan menyediakan Air


Minum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapatkan
kehidupan yang sehat, bersih, danproduktif.

Sistem Penyediaan Air Minum yang selanjutnya disingkat


SPAM merupakan satu kesatuan sarana dan prasarana penyediaan
Air Minum.

Badan Usaha Milik Daerah Penyelenggara SPAM yang


selanjutnya disebut BUMDAM adalah Pihak Ketiga yang dibentuk
khusus untuk melakukan kegiatan Penyelenggaraan SPAM yang
seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Daerah.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia Kerjasama


adalah Suatu kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh beberapa
orang (lembaga, pemerintah, dan sebagainya) untuk mencapai
tujuan bersama.

Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga | 14


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

Kerjasama Bidang Air Minum adalah kesepakatan bersama


antar BUMD Air Minum dengan pihak ketiga yang dibuat secara
tertulis untuk kegiatan pembangunan dan/atau pengembangan
dan/atau pemeliharaan sarana penyediaan air minum.

2.2 Penyelenggaraan SPAM


Penyelenggaraan SPAM adalah serangkaian kegiatan
dalam melaksanakan pengembangan dan pengelolaan sarana dan
prasarana yang mengikuti proses dasar manajemen untuk
penyediaan Air Minum kepada masyarakat.

Penyelenggaraan SPAM menjadi tanggung jawab


Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan
kewenangannya guna memenuhi kehidupan yang sehat, bersih,
dan produktif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Dalam rangka melaksanakan Penyelenggaraan SPAM


dibentuk BUMN dan/atau BUMD oleh Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya.

Sistem Penyediaan Air Minum diselenggarakan dengan


tujuan:

a. Tersedianya pelayanan air minum untuk memenuhi hak rakyat


atas air minum;

15 | Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

b. Terwujudnya pengelolaan dan pelayanan air minum yang


berkualitas dengan harga terjangkau;
c. Tercapainya kepentingan yang seimbang antara pelanggan
dan BUMN, BUMD, UPT, UPTD, Kelompok Masyarakat, dan
Pihak Ketiga;
d. Tercapainya penyelenggaraan Air Minum yang efektif dan
efisien untuk memperluas cakupan air minum.

Dalam hal BUMN atau BUMD tidak mampu membiayai


kebutuhan Penyelenggaraan SPAM dengan jaringan perpipaan di
dalam maupun di luar pelayanan wilayah, BUMN atau BUMD dapat
melakukan kerjasama dengan Pihak Ketiga swasta dengan prinsip
tertentu.

Penyelenggaraan SPAM dikelompokkan menjadi 2 bagian


(komponen) yaitu:

1. Pengembangan

Pengembangan SPAM akan terkait dengan ketersediaan


sarana dan prasarana SPAM dalam rangka memenuhi
kuantitas, kualitas dan kontinuitas air minum. Kegiatan
utama pada komponen pengembangan ini dapat berupa:

a. Pembangunan baru, dapat dilakukan berdasarkan


adanya kebutuhan pengembangan pembangunan yang
meliputi:
• belum tersedia kapasitas;

Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga | 16


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

• kapasitas terpasang sudah dimanfaatkan secara


optimal; dan/atau
• kapasitas yang ada belum mencukupi kebutuhan
b. Peningkatan, dilakukan melalui modifikasi unit komponen
sarana dan prasarana terbangun untuk meningkatkan
kapasitas.
c. Perluasan dilakukan pada unit distribusi berdasarkan
adanya kebutuhan perluasan cakupan pelayanan Air
Minum kepada masyarakat.
2. Pengelolaan

Pengelolaan SPAM akan terkait dengan kemanfaatan fungsi


sarana dan prasarana SPAM terbangun, meliputi :

a. Operasi dan pemeliharaan : mencakup program dan


kegiatan rutin menjalankan, mengamati, menghentikan,
dan merawat sarana dan prasarana SPAM untuk
memastikan SPAM berfungsi secara optimal.
b. Perbaikan : dilakukan terhadap komponen teknis yang
kinerjanya mengalami penurunan fungsi sehingga dapat
berfungsi secara normal kembali.
c. Pengembangan sumber daya manusia : dilakukan melalui
program peningkatan kinerja sumber daya manusia
untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang
kompeten di bidang Penyelenggaraan SPAM

17 | Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

d. Pengembangan kelembagaan: dilaksanakan berdasarkan


prinsip tata kelola kelembagaan yang baik

Penyelenggaraan SPAM dilaksanakan mengikuti proses


dasar manajemen yang meliputi tahapan :

a. Perencanaan;

Dokumen yang disusun dalam perencanaan penyelenggaraan


SPAM, adalah:

• Rencana Induk SPAM, merupakan dokumen jaringan air


minum jaringan perpipaan dan perencanaan air minum
bukan jaringan perpipaan berdasarkan proyeksi kebutuhan
air minum pada satu periode yang dibagi menjadi dalam
beberapa tahapan dan memuat komponen utama sistem
beserta dimensi-dimensinya
• Studi kelayakan, merupakan studi untuk mengetahui
tingkat kelayakan usulan pembangunan sistem penyediaan
air minum di suatu wilayah pelayanan ditinjau dari aspek
teknologis, lingkungan, sosial budaya, ekonomi,
kelembagaan dan finansial.
• Rencana teknis terinci, merupakan rencana rinci
pembangunan SPAM di suatu kota atau kawasan meliputi
unit air baku, unit produksi, unit distribusi dan unit
pelayanan.

Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga | 18


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

b. Pelaksanaan;

Kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan Penyelenggaraan


SPAM, adalah :

Tabel 4 Kegiatan Pelaksanaan Penyelenggaraan SPAM

Pengelolaan SPAM

Pengembangan
Pemeliharaan

Perbaikan
Operasi &
Jenis Pengembangan

SDM
SPAM SPAM

Air Baku Pembangunan Bangunan Servis Pompa


penangkap air pengambil/
baku penyadap,
Produksi Produksi Bahan Peningkatan
Pembangunan Kimia Kapasitas IPA Peningkatan
IPA Kapasitas
Distribusi Pemasangan Pipa Zonasi Penganggantian SDM
Distribusi perpipaan Pipa Distribusi
Pelayanan Pemasangan Peneraan Penggantian
Meter Pelanggan meter meter
pelanggan Pelanggan
Sumber : Modul GU NUWSP PUPR, diolah.

c. Pemantauan;

Kegiatan pemantauan dalam penyelenggaraan SPAM, meliputi;

• Pendataan Kinerja
• Pengawasan dan pengendalian kualitas, kuanttas dan
kontinuitas
d. Evaluasi.

19 | Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

Evaluasi untuk mempelajari semua hasil pemantauan yang


didapat sejak dimulainya perencanaan hingga akhir
penyelenggaraan SPAM pelayanan.

2.3 Pelaksanaan Kerjasama SPAM

2.3.1 Prinsip Kerjasama


Prinsip kerjasama yang dilakukan BUMD Air Minum dengan
Pihak Ketiga sesuai dengan Permendagri 118/2017 dilakukan
dengan:

1. Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;


2. Sesuai dengan tata kelola perusahaan yang baik dan
kemanfaatan;
3. Saling menguntungkan dan memberikan manfaat optimal bagi
BUMD; dan
4. Melindungi kepentingan BUMD, Pemerintah Daerah, dan
masyarakat.

Sedangkan prinsip Kerjasama BUMD dengan Pihak ketiga


dalam penyelenggaraan SPAM sesuai dengan PP 122/2015
meliputi:

1. Surat Izin Pengambilan Air dimiliki oleh BUMN atau BUMD; dan
2. Penyelenggaraan SPAM yang dilakukan dengan kerjasama
mengutamakan masyarakat berpenghasilan rendah.

Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga | 20


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

2.3.2 Syarat Pelaksanaan Kerjasama


BUMDAM yang akan mengadakan Kerjasama dengan Pihak
Ketiga harus memenuhi syarat-syarat:

a. mempunyai status hukum Perusahaan Daerah sesuai dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b. mempunyai proposal, pra studi kelayakan, rencana bisnis dan
manajemen risiko tentang prospek usaha yang menjadi obyek
Kerjasama;
c. mempunyai bukti pemilikan secara sah atas kekayaan
Perusahaan Daerah yang akan dijadikan obyek kerjasama.

Sedangkan Pihak Ketiga yang akan mengadakan


kerjasama dengan BUMDAM harus memenuhi syarat:

a. memiliki status hukum sesuai dengan ketentuan perundang-


undangan yang berlaku di Indonesia,
b. memiliki NPWP,
c. lembaga/swasta asing harus mendapat ijin/rekomendasi dari
pejabat berwenang dan tunduk kepada peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
d. memiliki bonafiditas dan kredibilitas.

2.3.3 Bentuk Kerjasama


Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 118 tahun
2018 Kerja sama BUMD dapat dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu:

1. Kerjasama Pengelolaan (Joint Operation)

21 | Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

Kerja sama ini berupa pendayagunaan aset tetap: Dalam hal


ini, kerja sama harus dilakukan melalui kerja sama operasi.
Apabila aset tetap yang dimaksud berupa tanah dan/atau
bangunan yang berasal dari penyertaan modal Daerah pada
BUMD, dan jangka waktu kerja sama lebih dari 10 tahun, maka
harus disetujui oleh RUPS luar biasa, dan memiliki bidang
usaha yang menunjang bisnis utama
2. Kerjasama Usaha Patungan atau pendayagunaan ekuitas ( Joint
Venture)

Kerja sama berupa pendayagunaan ekuitas: Dalam hal ini,


maka harus disetujui oleh KPM atau RUPS luar biasa, laporan
keuangan BUMD yang bersangkutan selama 3 tahun terakhir
dalam keadaan sehat, tidak melakukan penyertaan modal
berupa tanah yang berasal dari penyertaan modal daerah, dan
memiliki bidang usaha yang menunjang bisnis utama.

3. Kerja sama berupa bentuk lainnya sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan

Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah nomor 122 tahun


2015 (Pasal 56 ayat 3) menyebutkan bahwa Kerjasama SPAM
antara BUMN/BUMD dengan Pihak Ketiga Pelaksana atau Pihak
Ketiga Swasta hanya dapat dilakukan dalam bentuk :

1. Investasi Pengembangan SPAM dan/atau Pengelolaan SPAM


terhadap unit Air Baku dan unit produksi;

Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga | 22


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

2. Investasi unit distribusi yang selanjutnya dioperasikan dan


dikelola oleh BUMN atau BUMD yang bersangkutan; dan/atau
3. Investasi teknologi pengoperasian dan pemeliharaan dalam
rangka mengupayakan Penyelenggaraan SPAM yang efektif
dan efisien dengan mekanisme kontrak berbasis kinerja.

Setiap kerja sama yang dilaksanakan oleh BUMD harus


dimuat dalam perjanjian kerja sama yang ditandatangani oleh para
pihak sesuai dengan kewenangannya. Dalam perjanjian kerja sama
tersebut harus memuat hal-hal meliputi maksud dan tujuan,
subyek, bentuk dan lingkup kerjasama, wilayah, jangka waktu,
jaminan pelaksanaan, masa transisi, hak dan kewajiban para pihak,
kewajiban asuransi, keadaan memaksa (force majeur),
pengakhiran, penyelesaian perselisihan-arbitrasi, perpajakan, masa
berlakunya perjanjian kerjasama dan lain-lain yang diperlukan.

Perjanjian tersebut juga harus dibuat menggunakan


bahasa Indonesia yang baik dan benar dan dibuat dalam akte
Notaris. Kerjasama Pemda/BUMDAM dengan Pihak Ketiga dapat
dilakukan setelah mendapatkan persetujuan prinsip dari Kepala
Daerah.

2.3.4 Mekanisme Kerjasama


Pada kerjasama SPAM dengan Pihak Ketiga terdapat 2
mekanisme Kerjasama yaitu Kerjasama Pemerintah dengan Badan
Usaha (KPBU) dan Kerjasama business to business (B to B).

1. KPBU

23 | Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

KPBU adalah Kerjasama antara Pemerintah dan Pihak Ketiga


dalam Penyediaan Infrastruktur untuk kepentingan umum
dengan mengacu kepada spesifikasi yang telah ditetapkan
sebelumnya oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala
Daerah/BUMN/BUMD, yang Sebagian atau seluruhnya
menggunakan sumber daya Pihak Ketiga dengan
memperhatikan pembagian risiko antara para pihak.
2. B to B (Business to Business)

Adapun proyek kerjasama SPAM B to B adalah kerjasama


antara BUMN/BUMD penyelenggara SPAM dengan pihak ketiga
yang tidak memerlukan dukungan baik fiscal maupun non fiskal
dari Pemerintah Pusat dan Pemda. Tak hanya itu, dalam hal
Kerjasama B to B para pihak juga bersepakat bahwa
keseluruhan pembiayaan serta segala risiko kerjasama SPAM
hanya menjadi beban para pihak yang terlibat dalam
kerjasama.

Adapun mekansime yang akan dibahas pada modul ini


adalah mekanisme Kerjasama berbasis B to B.

2.3.5 Pemrakarsa Kerjasama


Berdasarkan pemrakarsa (inisiator) kerjasama, baik KPBU
maupun kerjasama B to B tedapat dua jenis pemrakarsa kerjasama
yaitu Kerjasama solicited, dimana pemrakarsa kerjasamanya
adalah Pemerintah/BUMN/BUMD. Sedangkan untuk pemrakarsa
dari pihak ketiga disebut kerjasama unsolicited.

Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga | 24


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

Meskipun melibatkan pihak swasta dalam membangun


infrastruktur SPAM, Kerjasama Penyelenggaraan SPAM bukanlah
privatisasi pengelolaan air minum. Dalam Peraturan Presiden
nomor 54 tahun 2017 tentang BUMD dijelaskan bahwa privatisasi
adalah penjualan saham perseroan daerah kepada pihak lain dalam
rangka meningkatkan kinerja dan nilai tambah perusahaan,
memperbesar manfaat bagi daerah dan masyarakat, serta
memperluas kepemilikan saham oleh masyarakat. Sehingga
kerjasama Penyelenggaraan SPAM, Pihak Ketiga/pihak swasta
membangun, memelihara dan mengoperasikan/mengelola SPAM
hanya sampai batas waktu kerja sama atau dalam arti lain
kepemilikan aset hanya bersifat sementara. Setelah itu aset harus
diserahkan seluruhnya kepemilikannya kepada Pemda/BUMDAM
dalam kondisi baik dan bisa beroperasi untuk kepentingan
masyarakat.

25 | Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

BAB III TAHAPAN KERJASAMA

Pada bab ini menjelaskan tentang tahapan pelaksanaan


Kerjasama antara BUMD Air Minum dengan Pihak Ketiga dengan
mekanisme B to B, baik pemrakarsa dari BUMD (Solicited) atau
pemrakarsa dari Pihak Ketiga (Unsolicited).

3.1 Pemrakarsa BUMD Air Minum


Secara umum tahapan pelaksanaan Kerjasama BUMD Air
Minum dengan Pihak Ketiga atas Prakarsa BUMD terdiri atas :

a. Tahap Perencanaan
b. Tahap Persiapan
c. Tahap Transaksi
d. Tahap Pelaksanaan

Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga | 26


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

Lebih rinci Tahapan Kerjasama BUMDAM dengan Pihak


Ketiga adalah sebagai berikut:

3.1.1 Tahap Perencanaan


Tahap perencanaan dalam pelaksanaan Kerjasama BUMD
Air Minum dengan Pihak Ketiga bertujuan untuk :

• Memperoleh Informasi mengenai kebutuhan penyediaan


kegiatan yang dapat dikerjasamakan dengan Pihak Ketiga
berdasarkan rencana bisnis yang ada Pada BUMD Air Minum.
• Mendukung koordinasi perencanaan dan pengembangan
rencana serta melakukan keterbukaan informasi kepada
masyarakat mengenai rencana Kerjasama.

Pelaksanaan kegiatan dalam tahap perencanaan dapat


dijelaskan sebagai berikut:

Tahapan Perencanaan Kerjasama Antara BUMD Air Minum dengan Pihak Ketiga
Pelaksana
No Aktivitas Dewan Pengawas/ Output
Direksi Kepala Daerah
Komisaris
Go

Penyusunan Rencana
1
Anggaran

Identifikasi
2 kegiatan/Penyusunan Studi
Pendahuluan

1. Studi Pendahuluan
2. Daftar Rencana
3 Konsultasi Publik Kerjasama

Penyusunan Proposal
4
Kerjasama

Penetapan Daftar Rencana


5
Kerjasama
End

27 | Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

1. Penyusunan Rencana Anggaran Kerjasama


• Direksi BUMD Air Minum Menyusun renana anggaran untuk
pelaksanaan kerjasama.
• Penyusunan rencana anggaran meliputi seluruh tahapan
pelaksanaan Kerjasama: Tahap Perencanaan, Tahap
Persiapan, Tahap Transaksi, Tahap Pengendalian.
• Maksud dari penyusunan rencana anggaran adalah
memastikan ketersediaan anggaran untuk pelaksanaan
Kerjasama.

2. Identifikasi Kegiatan yang akan dikerjasamakan


• Identifikasi kegiatan dilaksanakan oleh Direksi BUMD Air
Minum.
• Melakukan identifikasi terhadap kegiatan yang memiliki
potensi untuk dikerjasamakan, hal ini dimaksudkan untuk
mengetahui permasalahan dan potensi dari kegiatan yang
akan dikerjasamakan.
• Dalam identifikasi kegiatan direksi BUMD Air minum
Menyusun studi pendahuluan yang membuat paling
kurang:
• Latar belakang Kerjasama
• Deskripsi Kerjasama yang mencakup sekurang-
kurangnya landasan hukum, kondisi kegiatan saat ini
dan permasalan, kebutuhan infrastruktur.

Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga | 28


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

• Manfaat kegiatan yang mencakup sekurang-kurangnya


konsep Kerjasama, potensi untuk dikerjasamakan,
layak teknis, layak ekonomi, potensi dan hambatan
lingkungan, serta kebutuhan Manajemen kegiatan.

3. Konsultasi Publik
Konsultasi pada tahap perencanaan dilakukan oleh Direksi
BUMD untuk mendiskusikan penjelasan dan penjabaran terkait
rencana Kerjasama. Sehingga diperoleh hasil sebagai berikut:
• Penerimaan tanggapan atau masukan dari pemangku
kepentingan yang menghadiri konsultasi public.
• Evaluasi terhadap hasil yang didapat dari konsultasi publik
dan implementasinya dalam Kerjasama.

4. Penyusunan Proposal Kegiatan (KAK)


• Penyusunan Proposal Kegiatan dilaksanakan oleh Direksi
BUMD Air Minum.
• Maksud Penyusunan Proposal kegiatan adalah mengetahui
kesiapan Kerjasama dalam proses tahap penyiapan.
• Penyusunan Proposal kegiatan (KAK) memuat paling
kurang:
- Latar belakang dan deskripsi proyek kerjasama
- Ruang lingkup (scope of work) kegiatan penyiapan dan
transaksi Kerjasama
- Output kegiatan (penyiapan dan transaksi)

29 | Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

- Jadwal pelaksanaan kegiatan


- Harga perkiraan sendiri (HPS)
- Skema pembayaran

5. Dokumen pada Tahap Perencanaan


Dokumen-dokumen yang dihasilkan pada tahap perencanan
yaitu:
• Dokumen Studi Pendahuluan
• Berita Acara konsultasi publik, memuat:
- Daftar peserta konsultasi public
- Notulensi pembahasan rencana Kerjasama; dan
- Kesimpulan dan rencana tindak lanjut
• Kerangka Acuan Pengadaan penyiapan

3.1.2 Tahap Penyiapan


Tahap Penyiapan dalam pelaksanaan Kerjasama BUMD Air
Minum dengan Pihak Ketiga bertujuan untuk :
• Direksi BUMD Air Minum bertindak sebagai Penanggung Jawab
Proyek Kerjasama (PJPK)
• Memastikan ketersediaan anggaran pada tahap penyiapan
kerjasama meliputi : pembentukan tim pelaksana, penyusunan
prastudi kelayakan, konsultasi publik dan penjajagan minat
pasar;

Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga | 30


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

• Mengkaji Kelayakan Kerjasama untuk dikerjasamakan dengan


pihak ketiga
• Pembentukan Tim Pelaksana Kerjasama oleh PJPK dengan
dibantu oleh personel luar instansi (konsultan/tenaga ahli).
• Tim pelaksana Kerjasama bertanggung jawab untuk:
- Melakukan kegiatan tahap penyiapan Kerjasama
- Melakukan kegiatan tahap transaksi hingga tercapainya
pemenuhan pembiayaan, termasuk berkoordinasi dengan
panitia pengadaan.
- Menyampaikan pelapora kepada PJPK secara berkala.

Pelaksanaan kegiatan dalam tahap penyiapan kerjasama


dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tahapan Penyiapan Kerjasama Antara BUMD Air Minum dengan Pihak Ketiga
Pelaksana
No Aktivitas Dewan Pengawas/ Output
PJPK/Direksi Kepala Daerah Pihak Ketiga
Komisaris
Go

Penyusunan Prastudi Dokumen Kajian Awal


1
Kelayakan Prastudi Kelayakan

2 Konsultasi Publik

3 Penjajagan Minat Pasar BA Penjajagan Minat

4 Pengajuan Penetapan Lokasi

Penyusunan Akhir Prastudi Dokumen Akhir


5
Kelayakan Prastudi Kelayakan
End

31 | Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

1. Penyiapan Prastudi Kelayakan Kerjasama


• Penyiapan Prastudi kelayakan dilakukan oleh PJPK.
• Prastudi Kelayakan Kerjasama dilaksanakan dengan 2
(dua) tahap dengan penyusunan Kajian Awal Prastudi
Kelayakan (Outline Business Case) dan dilanjutkan dengan
penyusunan Kajian Akhir Prastudi Kelayakan (Final
Business Case).
• Kajian awal prastudi kelayakan bertujuan untuk :
- Menentukan sasaran dan kendala Kerjasama
- Mengkaji peran dan tanggung jawab masing-masing
pemangku kepentingan
- Mengkaji pilihan teknis serta ketersediaan teknologi
barang/jasa yang dibutuhkan.
- Mengidentifikasi pilihan bentuk Kerjasama yang
terbaik.
- Mengkaji manfaat ekonomi dan sosial dari rencana
Kerjasama.
- Menyusun rencana komersial yang mencakup kajian
permintaan (demand), industry (market), struktur
pendapatan dan keuangan.
- Memetakan risiko dan upaya mitigasi yang diperlukan.
- Mengidentifikasi awal atas dampak lingkungan dan
sosial.
- Menetapkan persyaratan pelaksanaan Kerjasama
tersemasuk landasan hukum, dan tindak lanjut yang

Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga | 32


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

diperlukan berkaitan dengan pengadaan tanah dan


pemukiman Kembali.
- Menentukan berbagai permasalahan pokok dan
hambatannya serta usulan untuk mengatasi
permasalahan.
• Kajian Akhir Prastudi Kelayakan bertujuan untuk
memastikan:
- Konsep Kerjasama dalam kajian awal prastudi
kelayakan memperoleh persetujuan dari masing-
masing pemangku kepentingan.
- Konsep Kerjasama dalam kajian awal prastudi
kelayakan telah dimutakhirkan dan disempurnakan
berdasarkan masukan dari pihak ketiga atau pihak lain
yang terkait.
- Tim pelaksana telah terbentuk dan berfungsi
- Rencana dan jadwal waktu program penyiapan
termasuk pengadaan tanah dan program pemukiman
kembali telah disiapkan, termasuk rancangan rencana
anggaran dan jadwal pelaksanaannya telah diusulkan
dalam rencana kerja/bisnis BUMD Air Minum.
- Rancangan rencana anggaran dan jdawal pelaksanaan
penyusunan kajian lingkungan yang telah diusulkan
dalam rencana kerja/bisnis BUMD Air Minum.
- Langkah untuk menyelesaikan berbagai masalah
hukum telah disusun.

33 | Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

• Prastudi Kelayakan memuat :


- Kajian hukum dan kelembagaan
- Kajian teknis
- Kajian ekonomi dan komersial
- Kajian lingkungan dan sosial
- Kajian bentuk Kerjasama dalam
- Kajian risiko

2. Konsultasi Publik
Pelaksanaan konsultasi publik dalam tahap penyiapan
bertujuan untuk :
• Menjajaki kepatuhan terhadap norma sosial dan norma
lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
• Memperoleh masukan mengenai kebutuhan masyarakat
terkait dengan rencana Kerjasama yang akan
dikerjasamakan dan masukan pemangku kepentingan
lainnya.
PJPK menetapkan konsultasi publik yang dapat dilakukan pada
setiap tahap penyiapan Kerjasama untuk melakukan
penjelasan dan penjabaran terkait dengan Kerjasama dan
paling kurang menghasilkan:
• Penerimaan tanggapan atau masukan dari pemangku
kepentingan yang menghadiri konsultasi publik.

Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga | 34


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

• Evaluasi terhadap hasil yang didapat dari konsultasi publik


dan implementasinya dalam Kerjasama.

3. Penjajagan Minat Pasar


• Penjajagan minat pasar (market sounding) bertujuan
untuk memperoleh masukan, tanggapan maupun minat
terhadap Kerjasama dari calon investor atau para pelaku
pasar dan pemangku kepentingan lainnya.
• PJPK dapat melakukan penjajakan minat pasar antara lain
melalui kegiatan pertemuan dua pihak (one-on-one
meeting) dan promosi Kerjasama dengan calon investor
dan pihak lain yang memiliki keterkaitan dengan
pelaksanaan Kerjasama.
• Penjajagan minat pasar dapat dilakukann lebih dari 1
(satu) kali.

4. Dokumen pada Tahap Penyiapan


Dokumen-dokumen yang dihasilkan pada tahap penyiapan
yaitu:
• Dokumen Prastudi Kelayakan berisi hasil kajian yang telah
dilakukan serta dilengkapi dengan ringkasan eksekutif.
• Berita Acara konsultasi publik.

35 | Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

3.1.3 Tahap Transaksi


Tahap Transaksi dalam pelaksanaan Kerjasama BUMD Air
Minum dengan Pihak Ketiga bertujuan untuk :
• Direksi BUMD Air Minum bertindak sebagai Penanggung Jawab
Proyek Kerjasama (PJPK)
• PJPK Memastikan ketersediaan anggaran pada tahap transaksi
kerjasama meliputi : pengadaan pelaksanaan Kerjasama dan
pengadaan tanah;
• PJPK dibantu oleh Tim Pelaksana dalam melaksanakan
kegiatan pada tahap transaksi hingga tercapainya pemenuhan
pembiayaan (financial close), termasuk membantu panitia
pengadaan dalam pelaksanaan Kerjasama, apabila diperlukan.
• Pembentukan Panitia pengadaan oleh PJPK untuk melaksanaan
pengadaan pelaksanaan Kerjasama pada tahap transaksi
seteLah menyelesaikan dokumen studi kelayakan.
Pelaksanaan kegiatan dalam tahap transaksi kerjasama
dapat dijelaskan sebagai berikut:

Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga | 36


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

Tahapan Transaksi Kerjasama Antara BUMD Air Minum dengan Pihak Ketiga
Pelaksana
Dewan
No Aktivitas Panitia Kepala Output
PJPK/Direksi Pengawas/ Pihak Ketiga
Pengadaan Daerah
Komisaris

Go

BA Konfirmasi Minat
1 Konfirmasi Minat Pasar
Pasar

2 Penetapan Lokasi

Jadwal Pengadaan
Pengadaan dan Penetapan dan BA Penetapan
3
Pelaksanaan Kerjasama Pelaksanaan
Kerjasama

Penandatangan Perjanjian Dokumen Perjanjian


4
Kerjasama Kerjasama

Pelaksanaan Pemenuhan
5
Pembiayaan
End

1. Konsultasi Pasar.
• Konsultasi pasar bertujuan untuk memperoleh masukan,
tanggapan maupun minat terhadap Kerjasama dari calon
investor atau para pelaku pasar dan pemangku
kepentingan lainnya.
• PJPK dapat melakukan konsultasi pasar antara lain melalui
kegiatan pertemuan dua pihak (one-on-one meeting) dan
promosi Kerjasama dengan calon investor dan pihak lain
yang memiliki potensi dengan pelaksanaan Kerjasama.
• Berdasarkan konsultasi pasar yang dilakukan oleh PJPK,
Pantia Pengadaan dapat melakukan perubahan terhadap
rancangan dokumen pengadaan

37 | Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

2. Penetapan Lokasi
• PJPK memastikan kesesuaian dokumen perencanaan
pengadaan tanah dan pemukiman Kembali berkaitan
dengan rencana Kerjasama untuk mendapatkan penetapan
lokasi.
• PJPK memastikan Kerjasama telah mendapatkan izin
lingkungan
• PJPK mengajukan permohonan penetapan lokasi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Penetapan lokasi untuk Kerjasama dilakukan sebelum
tahap prakualifikasi pengadaan pelaksanaan Kerjasama.
• Pengadaan pelaksanaan Kerjasama dilaksanakan setelah
penetapan lokasi untuk tanah yang belum tersedia.
Sedangkan untuk tanah milik daerah untuk pelaksanaan
Kerjasama yang sudah tersedia mengikuti mekanisme
pengelolaan barang bilik daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan

3. Pengadaan Pelaksanaan Kerjasama


• Pengadaan pelaksanaan Kerjasama mencakup pesiapan
dan pelaksanaan Kerjasama.
• Ketentuan lebih lanjut mengenai pengadaan pelaksanaan
Kerjasama diatur dalam peraturan Lembaga yang
menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang kebijakan
pengadaan barang/jasa pemerintah.

Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga | 38


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

4. Penandatangnan Perjanjian Kerjasama


• Perjanjian Kerjasama akan ditandatangi oleh PJPK dan
Pihak ketiga.
• Perjanjian Kerjasama mengatur ketentuan mengenai
pelaksanaan perjanjian Kerjasama.
• Perjanjian Kerjasama akan berlaku efektif setelah semaua
persyaratan pendahukuan yang ditetapkan dalam
perjanjan Kerjasama telah dipenuhi oleh masing-masing
pihak.
• Persyaratan pendahuluan sebagaimana terdapat perizinan-
perizinan yang diperlukan oleh pihak ketiga untuk
melaksanakan bidang usahahanya.
• Pemenuhan pembiayaan (financial close) bukan
merupakan persyaratan pendahuluan agar perjanjian
Kerjasama menjadi efektif.
• Dalam hal semua persyaratan pendahuluan telah dipenuhi,
PJPK akan menerbitkan berita acara yang menyatakan
bahwa perjanjian Kerjasama telah berlaku efektif.

5. Pemenuhan Pembiayaan
• Pemenuhan pembiayaan (financial close) yang bersumber
dari pinjaman dinyatakan telah terlaksana apabila:
- Telah ditandatanganinya perjanjian pinjaman untuk
membiayai seluruh kerjasmaa.

39 | Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

- Sebagian pinjaman telah dapat dicairkan untuk


memulai pekerjaan konstruksi.
• Dalam hal Kerjasama terbagi dalam beberapa tahapan,
pemenuhan pembiayaan (financial close) dinyatakan
terlaksana apabila:
- Telah ditandatanganinya perjanjian pinjaman untuk
membiayai salah satu tahapan kerjasmaa.
- Sebagian pinjaman telah dapat dicairkan untuk
memulai pekerjaan konstruksi.
• Dalam jangka waktu paling lambat 12 (dua belas) bulan
setelah pihak Ketiga menandatangani perjanjian
Kerjasama, pihak ketiga harus telah memenuhi
pembiayaan atas Kerjasama.
• Jangka waktu sebagaimana point diatas dapat
diperpanjang dari waktu ke watu oleh PJPK apabila
kegagalan memenuhi pembiayaan bukan disebabkan oleh
kelalaian pihak ketiga, sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan oleh PJPK.
• Setiap perpanjangan jangka waktu oleh PJPK diberikan
waktu paling lama 6 (enam) bulan.
• Apabila jangka waktu dan perpanjangan jangka waktu
tidak dapat dipenuhi oleh pihak ketiga, perjanjian
Kerjasama berakhir dan jaminan pelaksanaan berhak
dicairkan oleh PJPK.

Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga | 40


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

6. Dokumen pada Tahap Transaksi


Dokumen-dokumen yang dihasilkan pada tahap transaksi
yaitu:
• Dokumen Pengadaan
• Dokumen Perjanjian Kerjasama
Paling sedikit membuat ketentuan, sebagai berikut:
- Ruang lingkup perjanjian
- Maksud dan tujuan
- Hak dan kewajiban
- Pengembangan, pemeliharaan dan pengelolaan
- Pelaksanaan kerja sama
- Imbalan jasa
- Evaluasi kerja
- Tata cara pembayaran imbalan jasa
- Pengalihan hak dan kewajiban
- Force majeure
- Jangka waktu dan pengakhiran perjanjian
- Pekerjaan tambah / kurang
- Perubahan surat perjanjian
- Penyelesaian perselisihan
• Dokumen perjanjian penjaminan, apabila diperlukan.

41 | Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

3.1.4 Tahap Pelaksana Perjanjian


Tahap pelaksanaan Perjanjian Kerjasama dilaksanakan
dengan tujuan memastikan penyediaan jasa atau layanan, serta
pelaksanaan hak dan kewajiban PJPK dan Pihak Ketiga
dilaksanakan sesuai Perjanjian Kerjasama.
Dalam tahap pelaksanaan perjanjan Kerjasama PJPK
dibantu oleh tim pengendali memastikan ketersediaan anggaran
pelaksanaan.
Secara lebih rinci kegiatan pada tahap pelaksanaan
perjanjian Kerjasama dapat dijelaskan sebagai berikut :
A. Persiapan Pengendalian Pelaksanaan Perjanjian
Kerjasama

Tahapan Manajemen Pelaksanaan Kerjasama Antara BUMD Air Minum dengan Pihak Ketiga
Pelaksana
No Aktivitas Dewan Pengawas/ Output
PJPK/Direksi Kepala Daerah Pihak Ketiga
Komisaris
Persiapan Pengendalian Kerjasama
Go

Pembentukan/Penunjukan
1 Surat Keputusan
Tim Pengendali

Penyusunan Dokumen Rancangan Dokumen


2 Petunjuk Pengendalian Petunjuk
Perjanjian Kerjasama Tidak
Pengendalian
Memeriksa Dokumen Petunjuk
3 Pengendalian Perjanjian
kerjasama
Ya
Penetapan Dokumen Petunjuk Dokumen Petunjuk
4 Pengendalian Perjanjian Pengendalian
Kerjasama Perjanjian
Inventarisasi
Pengumpulan Dokumen yang Dokumen yang
dihasilkan pada tahap dihasilkan pada Tahap
5
Perancanaan, Penyiapan dan Perencanaan,
Transaksi End Penyiapan dan
Transaksi

Dalam persiapan pengendalian pelaksanaan perjanjian


Kerjasama meliputi kegiatan :

Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga | 42


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

1. Penunjukan/Pembentukan Tim Pengendali


• PJPK membentuk tim pengendali atau menunjuk unit kerja
di bawah kewenangannya PJPK untuk bertindak sebagai
tim pengendali.
• Pembentukan tim pengendali dilaksanakan sebelum
penandatanganan perjanjian Kerjasama
• Tugas dan wewenang tim pengendali adalah sebagai
berikut:
- Menyusun dan menetapkan dokumen petunjuk
pengendalian pelaksanaan perjanjian Kerjasama
dengan persetujuan PJPK.
- Melaksanakan pengendalian pelaksanaan Kerjasama
termasuk penilaian pencapaian standar layanan
minimal.
- Melaporkan secara berkala mengenai hasil
pelaksanaan perjanjian kerjasama
2. Penyusunan dan Penetapan dokumen petunjuk pengendalian
pelaksanaan perjanjian Kerjasama
3. Penyerahan segala bentuk dokumentasi yang dihasilkan pada
tahap perencanaan, penyiapan dan transaksi kepada tim
pengendali.
4. Koordinasi dengan tim pelaksana Kerjasama dalam
pelaksanaan kegiatan terkait pemenuhan pembiayaan.

43 | Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

B. Pengendalian Pelaksanaan Perjanjian

Tahapan Manajemen Pelaksanaan Kerjasama Antara BUMD Air Minum dengan Pihak Ketiga
Pelaksana
No Aktivitas Dewan Pengawas/ Output
PJPK/Direksi Kepala Daerah Pihak Ketiga
Komisaris
Pengendalian Kerjasama
Pelaksanaan Pengendalian Go

Perjanjian Kerjasama pada


1 masa konstruksi, masa
penyediaan layanan, dan
masa berakhirnya kerjasama

Pelaporan mengenai hasil Laporan Hasil


2 pelaksanaan Perjanjian Pelaksanaan
Kerjasama Perjanjian Kerjasama

Pelaksanaan Kegiatan terkait


3 Pelaksanaan Pemenuhan
Pembiayaan
End

Dalam pengendalian pelaksanaan perjanjian Kerjasama


meliputi kegiatan :
1. Masa konstruksi
• Pelaksanaan pengendalian pada saat konstrusi terhitung
sejak dimulainya konstruksi sampai dengan proyek
Kerjasama beroperasi secara komersial.
• Apabila proyek Kerjasama mencakup beberapa tahap
konstruksi, maka pengendalian dilakukan hingga seluruh
tahap konsturksi selesai
• Tim pengendali melaksanakan pengendalian atas :
- Pelaksanaan konstruksi sesuai dengan perjanjian
Kerjasama
- Hak untuk menyampaikan permasalahan terkait
dengan kegagalan dan ketidakmampuan pihak ketiga
untuk memenuhi perjanjian Kerjasama.

Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga | 44


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

- Penundaan dan perubahan jadwal konstruksi


- Varasi desai konstruksi, apabila diminta oleh PJPK
- Kesiapan pihak ketiga untuk melaksanakan tahap
operasi.
- Pemantauan atas kesesuaian perencanaan teknis
dengan pelaksanaan konstruksi.
- Permasalahan mengenai tenaga kerja.
- Risiko yang ditaggung PJPK
2. Masa penyediaan layanan
• Pelaksanaan pengendalian pada saat penediaa layanan
terhitung sejak dimulainya penyediaan layanan sampai
dengan berakhirnya jangka waktu perjanjian Kerjasama.
• Tim pengendali melaksanakan pengendalian atas :
- Pelaksanaan perjanjian Kerjasama.
- Pemantauan standar kinerja layanan sesuai dengan
perjanjian Kerjasama.
3. Masa Berakhirnya Perjanjian Kerjasama
• Menjelang masa berakhirnya perjanjian Kerjasama, tim
pengendali mempertimbangkan:
- Mengatur Pengalihan asset dari pihak ketiga kepada
PJPK dalam hal perjanjian Kerjasama.
- Kondisi proyek yang dikehendaki pada saat jangka
waktu perjanjian Kerjasama berakhir sesuai dengan
perjanjian Kerjasama.

45 | Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

• Tim pengendali melakukan penilaian asset yang meliputi


kegiatan:
- Meneliti dan menilai semua komponen yang termasuk
dalam perjanjian Kerjasama.
- Menghitung perkiraan biaya yang dibutuhkan untuk
operasi dan pemeliharaan rutin dan non rutin selasama
sisa usia.
- Menilai ketersediaan suku cadang yang secara teknis
mungkin sudah tidak layak.
- Melakukan evaluasi ketersediaan sumber daya
manusia yang dimiliki oleh PJPK.
- Melakukan evaluasi terhadap efisiensi Manajemen
pelaksanaan selama Kerjasama berlangsung.
• Dalam hal pengalian asset, tim pengendali melakukan
kegiatan:
- Menyiapkan dan mengajukan izin pemeriksaan dan
pengujian terhadap semua asset Kerjasama.
- Melakukan pengujian dan pemeriksaan fisik untuk
kepentingan pengalihan asset sesuai dengan
perjanjian Kerjasama.
- Melakukan Tindakan administrasi yang diperlukan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan
sehingga semua asset tercatat atas naa PJPK.
- Menyiapkan dan membuat berita acara serah terma
asset yang ditandatangani oleh pihak ketiga dan PJPK.

Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga | 46


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

- Memastikan status asset bebas dari segala jaminan


kebendaan, pembebanan dalam bentuk apapun.

Dokumen yang dihasilkan pada tahappelaksanaan perjanjian


Kerjasama.
1. Dokumen yang harus disampaikan oleh pihak ketiga kepada
PJPK sebelum masa konstruksi.
- Rencana terperinci pelaksanaan proyek Kerjasama
termasuk rancang bangun rinci (detail engineering design).
- Seluruh Salinan perjanjian
- Laporan administrasi
- Laporan kemajuan pekerjaan
- Persetujuan pemutakhiran izin lingkungan
2. Dokumen yang disampaikan pada masa konstruksi
- Laporan administrasi
- Laporan kemajuan pekerjaan (bulanan dan tahunan)
- Laporan kinerja
- Laporan keuangan tahunan
3. Dokumen yang disampaikan pada masa penyediaan layanan
- Laporan administrasi
- Laporan kinerja
- Laporan keuangan tahunan
4. Dokumen yang disampaikan pada masa berakhirnya perjanjian
Kerjasama
- Laporan keuangan tahunan terakhir
- Laporan penilaian asset
- Berita acara pemeriksaan asset
- Berita acara pengalihan aset

47 | Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

3.2 Pemrakarsa Pihak Ketiga


Pihak Ketiga dapat mengajukan prakarsa Kerjasama dengan
mengusulkan kepada BUMD Air Minum berdasarkan tata cara
pelaksanaan kerjasama atas prakarsa Pihak Ketiga.
Usulan Pihak Ketiga dievaluasi oleh BUMD Air Minum
sebelum ditetapkan sebagai Kerjasama atas prakarsa Pihak Ketiga.
Adapun ketentuan dalam pelaksanaan Kerjasama adalah sebagai
berikut:
a. Merupakan Pihak Ketiga tunggal maupun berbentuk
konsorsium;
b. Memenuhi kriteria kualifikasi yang diusulkan dalam Rencana
Dokumen Pengadaan;
c. Badan Hukum asing dapat bertindak sebagai Calon Pemrakarsa
dengan mengajukan Surat Pernyataan Maksud (Letter of
Intent) tanpa harus terlebih dahulu mendirikan perusahaan di
Indonesia; dan
d. BUMD Air Minum dapat mensyaratkan Badan Hukum asing
untuk membentuk konsorsium dengan perusahaan dalam
negeri pada saat menyampaikan Dokumen Studi Kelayakan
sesuai dengan peraturan yang mengatur daftar negatif
investasi.
Sedangkan tata cara Pelaksanaan kerjasama atas prakarsa
Pihak Ketiga bertujuan untuk:
a. Memastikan transparansi dan persaingan dalam pelaksanaan
pengadaan badan usaha Pelaksana berdasarkan perjanjian
kerjasama;

Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga | 48


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

b. Meningkatkan akuntabilitas dan tata kelola yang baik dalam


melaksanakan kerjasama atas prakarsa Badan Usaha; dan
c. Memastikan kesiapan Pihak Ketiga dalam menyiapkan usulan
kerjasama atas prakarsa Pihak Ketiga dengan memberikan
pedoman mengenai:
1) Tujuan usulan kerjasama diajukan;
2) Informasi dan dokumen yang dipersyaratkan dalam
kerjasama usulan Calon Pemrakarsa; dan
3) Tahapan dan langkah serta kerangka waktu dalam proses
pengambilan keputusan untuk memberikan persetujuan
atas usulan kerjasama yang diprakarsai oleh Pihak Ketiga.
BUMD Air Minum dilarang memanfaatkan/menggunakan
usulan beserta dokumen yang menyertainya untuk kepentingan
selain pelaksanaan kerjasama yang dapat merugikan Pihak Ketiga,
termasuk diantaranya menyampaikan Dokumen Prastudi
Kelayakan dan/ atau Studi Kelayakan kepada Pihak Ketiga lain
sebelum diterbitkan persetujuan proyek kerjasama atas prakarsa
Pihak Ketiga.
Adapun Tahapan kerjasama atas Prakarsa Pihak Ketiga
terdiri atas:
e. Tahap Inisiasi
f. Tahap Penyiapan
g. Tahap Transaksi
h. Tahap pelaksanaan perjanjian Kerjasama

49 | Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

Secara lebih rinci tahapan-tahapan pelaksanaan Kerjasama


pemrakarsa pihak ketiga adalah sebagai berikut:

3.2.1 Tahap Inisiasi


Rincian kegiatan yang ada pada tahap inisiasi yaitu :

1. Calon Pemrakarsa menyampaikan surat pernyataan maksud


(letter of intent) untuk mengajukan usulan proyek kerjasama
kepada BUMD disertai dengan Prastudi Kelayakan.
2. BUMD menilai Prastudi Kelayakan dengan kriteria:
a. Terintegrasi secara teknis dengan rencana induk pada
sektor air minum;
b. Layak secara ekonomi dan finansial; dan
c. Pihak Ketiga yang mengajukan prakarsa memiliki
kemampuan keuangan yang memadai untuk membiayai
pelaksanaan Penyediaan Infrastruktur.

Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga | 50


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

3. Penilaian Prastudi Kelayakan dilakukan paling lama 30 (tiga


puluh) hari kerja.
4. Dalam hal jangka waktu penilaian terlampaui, BUMD dapat
menyampaikan perpanjangan waktu kepada Pihak Ketiga
disertai dengan alasan dan batas waktu perpanjangan
pelaksanaan penilaian Prastudi Kelayakan.
5. BUMD dapat melaksanakan konsultasi publik dalam rangka
pertimbangan penilaian prastudi kelayakan.
6. Konsultasi publik dilaksanakan untuk mendapatkan masukan
masyarakat terhadap rencana umum proyek kerjasama.
7. Berdasarkan penilaian dan konsultasi publik BUMD membuat
keputusan:
a. Pemberian persetujuan atas Prastudi Kelayakan
kerjasama, BUMD menerbitkan surat persetujuan yang
memuat:
1) hak eksklusif Calon Pemrakarsa selama jangka waktu
tertentu untuk menyelesaikan Studi Kelayakan
kerjasama;
2) kewajiban untuk menyiapkan Studi Kelayakan dan
mematuhi tata cara kerjasama atas prakarsa Pihak
Ketiga sesuai dengan Panduan Umum; dan
3) kewajiban untuk menyampaikan usulan bentuk
kompensasi.
b. Apabila Prastudi Kelayakan kerjasama ditolak, BUMD
menerbitkan surat pemberitahuan kepada Calon
Pemrakarsa.

51 | Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

3.2.2 Tahap Penyiapan


1. Setelah memperoleh persetujuan Prastudi Kelayakan, Calon
Pemrakarsa melanjutkan penyelesaian Studi Kelayakan dan
menyerahkannya kepada BUMD, termasuk:
a. rencana bentuk kerjasama;
b. rencana pembiayaan proyek dan sumber dana;
c. rencana penawaran kerjasama yang mencakup jadwal,
proses dan cara penilaian;
d. kajian lingkungan hidup yang mengikuti mekanisme
AMDAL (KA-ANDAL dan Rencana Pengelolaan Lingkungan
Hidup - Recana Pemantauan Lingkungan Hidup) dan
mekanisme UKL-UPL sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup; dan
e. kajian pengadaan tanah dan pemukiman kembali yang
menghasilkan dokumen perencanaan pengadaan tanah
dan pemukiman kembali.
2. Dokumen Studi Kelayakan adalah dokumen uji tuntas (due
diligence) yang disiapkan oleh calon Pemrakarsa sebagai
bentuk penawaran awal atas kerjasama.
3. Selain menyerahkan Studi Kelayakan, Calon Pemrakarsa juga
menyerahkan:
a. dokumen pemenuhan persyaratan prakualifikasi
pengadaan Pihak Ketiga Pelaksana; dan
b. rencana dokumen pengadaan Pihak Ketiga Pelaksana.
4. BUMD mengevaluasi dan menilai secara mendalam Dokumen
Studi Kelayakan, dengan kriteria:
a. layak secara ekonomi dan finansial;

Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga | 52


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

b. tidak memerlukan Dukungan Pemerintah berupa kontribusi


fiskal dalam bentuk finansial; dan
c. memiliki substansi kajian hukum dan kelembagaan, kajian
teknis, kajian ekonomi dan komersial, kajian lingkungan
dan sosial, kajian bentuk kerjasama dalam Penyediaan
Infrastruktur, kajian risiko, dan kajian kebutuhan jaminan
pemerintah yang memadai.
5. Evaluasi Studi Kelayakan dilakukan paling lama 60 (enam
puluh) hari kerja. Apabila jangka waktu terlampaui, BUMD
dapat melakukan perpanjangan dan menyampaikan
perpanjangan waktu kepada Pihak Ketiga disertai dengan
alasan perpanjangan dan batas waktu perpanjangah
pelaksanaan evaluasi Studi Kelayakan.
6. Dalam melakukan evaluasi Studi Kelayakan BUMD dapat
dibantu oleh konsultan atau tenaga ahli yang pengadaannya
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang pengadaan barang/jasa.
7. BUMD dapat melaksanakan konsultasi publik kembali sebelum
membuat persetujuan terhadap Studi Kelayakan yang
disampaikan Calon Pemrakarsa.
8. Konsultasi publik dilaksanakan untuk mendapatkan masukan
masyarakat terhadap rencana umum proyek kerjasama.
9. BUMD dapat melaksanakan konfirmasi pasar sebelum
membuat persetujuan terhadap Studi Kelayakan yang
disampaikan Calon Pemrakarsa.
10. Konfirmasi pasar hanya menyampaikan gambaran umum
proyek Kerja sama, berupa latar belakang, tujuan, ruang
lingkup Kerja sama, dan perkiraan nilai proyek.

53 | Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

8. BUMD mengevaluasi kualifikasi Calon Pemrakarsa


berdasarkan dokumen yang disampaikan.
9. Dalam melaksanakan evaluasi kualifikasi dapat dibantu
oleh unit yang tugas dan fungsinya di bidang layanan
pengadaan barang/jasa yang telah ada atau membentuk
panitia pengadaan.
10. Atas dasar evaluasi diatas, BUMD dapat menetapkan
Persetujuan:
a. Dalam hal Studi Kelayakan memperoleh persetujuan
dari BUMD dan Pihak Ketiga lulus evaluasi kualifikasi:
1) BUMD menerbitkan surat persetujuan yang berisi:
a) persetujuan Studi Kelayakan ;
b) penetapan usulan kerjasama sebagai
kerjasama atas Prakarsa Pihak Ketiga
(unsolicited);
c) penetapan Calon Pemrakarsa sebagai Pihak
Ketiga Pemrakarsa;
d) penetapan bentuk kompensasi; dan
e) persetujuan Rencana Dokumen Pengadaan
termasuk pemenuhan persyaratan
prakualifikasi pengadaan Pihak Ketiga
Pelaksana.
b. Apabila menurut penilaian BUMD Studi Kelayakan
masih memerlukan perbaikan, BUMD menerbitkan
surat pemberitahuan kepada Calon Pemrakarsa untuk
melakukan perbaikan sebagaimana diminta oleh
BUMD.

Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga | 54


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

c. Jika perbaikan Studi Kelayakan diatas memperoleh


persetujuan dan Pihak Ketiga lulus evaluasi kualifikasi,
maka berlaku mutatis mutandis.
d. Perbaikan dapat dilaksanakan lebih dari satu kali.
e. Apabila telah diberikan kesempatan untuk meperbaiki
Studi Kelayakan, namun menurut penilaian BUMD
Studi Kelayakan tidak memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan, BUMD menerbitkan surat pemberitahuan
penolakan usulan kerjasama kepada Calon
Pemrakarsa.
11. Dalam hal bentuk kompensasi yang ditetapkan oleh adalah
pemberian tambahan nilai sebesar 10% (sepuluh
perseratus) atau pemberian hak untuk melakukan
penawaran oleh Badan Usaha Pemrakarsa terhadap
penawar terbaik (right to match) sesuai dengan hasil
penilaian dalam proses pelelangan, maka:
a. Pihak Ketiga Pemrakarsa tetap wajib mengikuti
penawaran sebagaimana disyaratkan dalam Dokumen
Pengadaan.
b. seluruh Studi Kelayakan beserta dokumen
pendukungnya serta merta beralih menjadi milik PJPK
tanpa memperoleh bayaran atau kompensasi dalam
bentuk apapun.
12. Pemberian kompensasi yang ditetapkan oleh BUMD dalam
bentuk pembelian Prakarsa kerjasama termasuk Hak
Kekayaan Intelektual yang menyertainya oleh BUMD atau
oleh pemenang lelang, maka:
a. Pihak Ketiga Pemrakarsa diperkenankan mengikuti
penawaran sebagaimana disyaratkan dalam Dokumen

55 | Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

Pengadaan yang diatur lebih lanjut dalam peraturan


kepala lembaga yang menyelenggarakan urusan
pemerintah di bidang kebijakan pengadaan
barang/jasa pemerintah.
b. Pembelian prakarsa kerjasama merupakan
penggantian oleh BUMD atau oleh pemenang tender
atas sejumlah biaya langsung yang berkaitan dengan
penyiapan kerjasama yang telah dikeluarkan oleh
Badan U saha Pemrakarsa.
c. Besarnya biaya yang telah dikeluarkan oleh Pihak
Ketiga Pemrakarsa ditetapkan oleh BUMD berdasarkan
penilaian yang dilakukan oleh penilai independen yang
ditunjuk oleh BUMD.
d. Pihak Ketiga Pemrakarsa yang telah memperoleh
kompensasi dalam bentuk pembelian prakarsa,
dilarang menggunakan atau mengungkapkan sebagian
maupun seluruhnya untuk tujuan apapun dan dengan
siapapun tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu
dari BUMD.
13. Apabila Pihak Ketiga langsung menyampaikan Dokumen
Studi Kelayakan tanpa menyampaikan Dokumen Prastudi
Kelayakan, maka Pihak Ketiga menyampaikan Dokumen
Studi Kelayakan sesuai dengan yang sudah ditentukan
kemudian dievaluasi oleh BUMD.
14. Dalam hal pengadaan tanah, BUMD secara formal
menyiapkan proses pelaksanaan pengadaan tanah dengan
terlebih dahulu mempersiapkan anggaran untuk
pengadaan tanah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga | 56


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

3.2.3 Tahap Transaksi


Pada tahap transaksi Kerjasama dengan pemrakarsa dari
Pihak Ketiga, tahapan yang dilakukan sama dengan tahapan yang
ada pada Kerjasama pemrakarsa BUMD.

3.2.4 Tahap Pelaksanaan Perjanjian


Pada tahap Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama dengan
pemrakarsa dari Pihak Ketiga, tahapan yang dilakukan sama
dengan tahapan yang ada pada Kerjasama pemrakarsa BUMD.

3.2.5 Dokumen
Dokumen penting yang dihasilkan pada pelaksanaan Proyek
kerjasama atas Prakarsa Pihak Ketiga antara lain:
a. Dokumen Prastudi Kelayakan.
b. dokumen AMDAL (KA ANDAL, Rencana Pengelolaan
Lingkungan Hidup-Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup)
atau formulir UKL-UPL yang telah diisi.
c. dokumen rencana pengadaan tanah dan pemukiman kembali.
d. Dokumen Studi Kelayakan.
e. dokumen permintaan penawaran.
f. dokumen perjanjian kerjasama.

Dokumen Prastudi Kelayakan, memuat:


a. kajian hukum dan kelembagaan;
b. kajian teknis;
c. kajian ekonomi dan komersial;

57 | Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

d. kajian lingkungan dan sosial;


e. kajian bentuk Kerja sama dalam Penyediaan Infrastruktur;
f. kajian risiko; dan
g. kajian kebutuhan Jaminan Pemerintah

Dokumen Studi Kelayakan, memuat:


a. Pemutakhiran Prastudi Kelayakan;
b. Detail Engineering Design; dan
c. Rencana Dokumen Pengadaan.

Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga | 58


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar/Format Identifikasi Skala Prioritas kegiatan

Evaluasi Kinerja
Kriteria Usulan
Faktor Faktor
NO Kegiatan Indikator Capaian Tindak
Data Awal

e Capaian
Presentas
Penghambat Pendukung

Capaian
Kinerja Lanjut
Target

[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] [11]

Petunjuk pengisian Formulir :


Kolom (1) diisi dengan urut;
Kolom (2) diisi dengan kegiatan bidang air minum
Kolom (3) diisi dengan indikator kinerja kegiatan untuk mengukur realisasi
kegiatan yang dievaluasi. Indikator kinerja kegiatan dapat dituliskan
lebih dari satu;
Kolom (4) diisi dengan data capaian awal tahun perencanaan (data dasar tahun
perencanaan) untuk setiap indikator kinerja sasaran. Data capaian
awal tahun perencanaan ini menjadi titik tolak perumusan target
kinerja periode perencanaan daerah yang dievaluasi. Isikan jumlah
volume dan satuan data dasar yang digunakan pada Kolom tersebut;
Kolom (5) diisi dengan target pencapaian kuantitatif sasaran misi pada akhir
tahun perencanaan. Kolom ini diisi dengan volume dan satuan target
sebagaimana yang tercantum dalam dokumen perencanaan yang
dievaluasi;
Kolom (6) diisi dengan data realisasi kinerja (dalam jumlah atau persentase)
untuk setiap indikator kinerja program dan kegiatan berdasarkan
capaian pada setiap akhir periode pelaksanaan;

59 | Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

Kolom (7) diisi dengan tingkat capaian kinerja kegiatan, yang merupakan rasio
antara capaian dengan target pada setiap tahapan perencanaan
berkenaan. Tingkat realisasi ini dinyatakan dalam % (persentase);
Kolom (8) diisi dengan kriteria capaian kinerja
Interval Nilai Realisasi Kinerja Kriteria Penilaian Realisasi Kinerja

91% < 100% Sangat Tinggi


76% < 90% Tinggi
66% < 75% Sedang
50% < 65% Rendah
< 50 Sangat Rencah
Kolom (9) diisi dengan faktor penghambat yang menyebabkan tidak tercapainya
target kinerja dari indikator kegiatan.
Identifikasi faktor penghambat yang paling signifikan sekurang-kurangnya 2 (dua)
pernyataan dengan kalimat singkat dan jelas;
Kolom (10) diisi dengan faktor pendorong yang mendukung keberhasilan
pencapaian target kinerja dari indikator kegiatan. Identifikasi faktor
pendorong yang paling signifikan sekurang-kurangnya 2 (dua)
pernyataan dengan kalimat singkat dan jelas.
Kolom (11) diisi dengan usulan tindak lanjut dari faktor penghambat atas indicator
kegiatan.

Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga | 60


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

Lampiran 2. Contoh Template Studi Kelayakan Sederhana

TEMPLATE PRASTUDI KELAYAKAN SEKTOR AIR MINUM

Template dan isi dari Prastudi Kelayakan sektor air minum akan dibahas seperti di
bawah ini, namun template ini tidak bersifat kaku dan dapat disesuaikan dengan
kebutuhan, kondisi, dan perencanaan di daerah masing-masing serta skema
Kerjasama yang dilaksanakan.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menguraikan latar belakang diperlukannya proyek Kerjasama dilihat dari


kebutuhan air minum di wilayah pelayanan dan juga pemenuhan target-target
pembangunan di sektor air minum.

▪ Kondisi penyediaan air minum, mulai dari kondisi nasional, provinsi,


kabupaten/kota, hingga wilayah pelayanan.
▪ Target dan rencana program air minum secara berjenjang, mulai dari
kondisi nasional, provinsi, kabupaten/kota, hingga wilayah pelayanan
yang ada pada BUMDAM.
▪ Kendala yang dihadapi dalam pencapaian target.
▪ Kondisi anggaran daerah (APBD) dan BUMDAM secara singkat.
▪ Perlunya Kerjasama dengan Pihak Ketiga dalam pelayanan penyediaan air
minum di wilayah.

B. Maksud dan Tujuan

1. Maksud
▪ Mengkaji kelayakan proyek Kerjasama dan mendorong minat swasta
untuk berinvestasi.
▪ Mengembangkan struktur pembiayaan proyek melalui bentuk
Kerjasama yang disepakati.
▪ Mengkaji dan menyampaikan kepada PJPK terkait kemauan
menyambung ( willingness to connect), serta kemauan (willingness
to pay) dan kemampuan membayar (affordability to pay) masyarakat
yang akan dilayani oleh proyek.
▪ Dan/atau lain-lain.

2. Tujuan
▪ Meningkatkan akses pelayanan air minum perpipaan kepada
masyarakat.
▪ Meningkatkan kinerja pemerintah daerah dalam pelayanan air minum
kepada masyarakat.

61 | Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

▪ Terciptanya transfer teknologi maupun kemampuan manajerial dalam


pengelolaan air minum di wilayah pelayanan.
▪ Dan/atau lain-lain.

C. Sistematika Pembahasan

Menjelaskan sistematika pembahasan dokumen Prastudi Kelayakan yang


sedang disusun, yaitu:
Bab 1 : Pendahuluan
Bab 2 : Kajian Kebutuhan dan Kepatuhan
Bab 3 : Kajian Hukum dan Kelembagaan
Bab 4 : Kajian Teknis
Bab 5 : Kajian Ekonomi dan Komersial
Bab 6 : Kajian Lingkungan dan Sosial
Bab 7 : Kajian Bentuk Kerjasama
Bab 8 : Kajian Risiko
Bab 9 : Kajian Kebutuhan Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan
Pemerintah
Bab 10 : Kajian Mengenai Hal-hal yang Perlu Ditindaklanjuti (Outstanding
Issues)
Bab 11 : Kajian Pengadaan

II. KAJIAN KEBUTUHAN DAN KEPATUHAN

A. Kajian Kebutuhan

Rencana pengembangan proyek Kerjasama harus didasari dengan adanya


kebutuhan akan ketersediaan infrastruktur sebagaimana dimaksud.
Kebutuhan akan infrastruktur tersebut dapat diidentifikasi berdasarkan kajian
terhadap data-data sekunder yang menggambarkan:

1. Dasar pemikiran teknis dan ekonomi rencana proyek Kerjasama;


2. Proyek kerjasama memiliki permintaan yang berkelanjutan serta
ketidakcukupan layanan saat ini, baik secara kuantitas maupun kualitas;
3. Potensi dan perkembangan sosial ekonomi wilayah;
4. Potensi sumber daya alam; dan
5. Proyek kerjasama mendapat dukungan dari berbagai pemangku
kepentingan.

B. Kajian Kepatuhan

Rencana pengembangan proyek kerjasama SPAM harus sesuai dan selaras


dengan rencana pengembangan dan pembangunan Pemerintah maupun
pemerintah daerah yang tertuang di dalam dokumen-dokumen perencanaan
yang ada.

Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga | 62


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

1. Rencana Pembangunan Pemerintah


Mengkaji arahan pembangunan sektor air minum terutama target-target
capaian akses air minum yang ingin dicapai serta bagaimana rencana
proyek kerjasama dapat memberikan kontribusi terhadap indikator-
indikator ingin dicapai.

2. Rencana Tata Ruang Wilayah


Mengkaji peran wilayah perencanaan terhadap rencana sektor air minum
di wilayah perencanaan tersebut. Rencana pengembangan wilayah juga
akan sangat bermanfaat untuk menguatkan pentingnya pengembangan
air minum.

3. Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM)


Mengkaji rencana kabupaten/kota dalam pengembangan sektor air
minum, besaran investasi yang direncanakan, sumber pendanaan, dan
sebagainya.

4. Kebijakan Strategi Daerah (Jakstrada)


Mengkaji visi, rencana atau kebijakan strategis daerah di sektor air
minum serta bagaimana proyek kerjasama dapat menjawab
permasalahan pengembangan air minum yang tertuang dalam Jakstrada
tersebut.

5. Dokumen Perencanaan BUMDAM


Mengkaji rencana dan kebijakan BUMDAM untuk kemudian dilihat
kesesuaiannya dengan rencana pengembangan proyek kerjasama.

6. Kesimpulan
Menyimpulkan kesesuaian proyek kerjasama dengan rencana-rencana
dan kebijakan-kebijakan yang telah dibahas diatas.

III. KAJIAN HUKUM DAN KELEMBAGAAN

A. Kajian Hukum

1. Analisis Peraturan Perundang-undangan


Analisa Peraturan Perundang-undangan akan mengkaji berbagai
peraturan perundang-undangan yang terkait dengan Kerjasama sektor
air minum, pengadaan, dan lainnya.

2. Risiko Hukum dan Strategi Mitigasi


Menguraikan isu-isu hukum yang berpotensi memberikan
pengaruh/dampak pada penyiapan, transaksi, maupun pelaksanaan
proyek kerjasama, serta menjabarkan strategi mitigasi untuk

63 | Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

meminimalisasi kemungkinan terjadi dan besaran dampaknya.


Misalnya, risiko yang diakibatkan dari diterbitkannya peraturan baru.

3. Kebutuhan Perizinan
Menguraikan tentang perijinan-perijinan yang diperlukan untuk
pelaksanaan proyek kerjasama serta rencara strategi untuk
memperoleh perijinan-perijinan tersebut, baik perijinan sebelum proses
pengadaan maupun setelah proses pengadaan. Sebagai contoh
adalah perijinan AMDAL, Izin Lingkungan, Surat Penetapan Lokasi dari
Gubernur, persetujuan prinsip dukungan dan/atau jaminan pemerintah
(jika dibutuhkan), izin perlintasan dan sebagainya yang diperlukan
sebelum proses pengadaan. Sementara Surat Perjanjian Penggunaan
Air (SPPA), sertifikat halal dari MUI, Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
dan sebagainya diperlukan setelah proses pengadaan dan
penandatangan Kerjasama.

4. Rencana dan Jadwal Pemenuhan Persyaratan Peraturan dan Hukum


Rencana dan jadwal pemenuhan persyaratan peraturan dan hukum
disesuaikan dengan rencana dan jadwal penyiapan, transaksi, serta
pelaksanaan proyek kerjasama.

B. Kajian Kelembagaan

1. Analisa Kewenangan PJPK


Pada bagian ini dilakukan analisa mengenai kewenangan Menteri/Kepala
Lembaga/Kepala Daerah/Direksi BUMN/Direksi BUMD sebagai PJPK
dalam melaksanakan kerjasama.

Berdasarkan Pasal 36 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 122 Tahun


2015 Tentang Sistem Penyediaan Air Minum, Penyelenggaraan SPAM
menjadi tanggung jawab Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah
Daerah sesuai dengan kewenangannya guna memenuhi kehidupan
yang sehat, bersih, dan produktif sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Dalam rangka melaksanakan Penyelenggaraan SPAM sebagaimana


dimaksud, dibentuk BUMN dan/atau BUMD oleh Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya (Pasal 36 Ayat (2)).
Dalam hal Penyelenggaraan SPAM sebagaimana dimaksud di luar
jangkauan pelayanan BUMN dan/atau BUMD, maka Pemerintah Pusat
atau Pemerintah Daerah dapat membentuk UPT atau UPTD sesuai
dengan kewenangannya (Pasal 36 Ayat (3)).

Berdasarkan Pasal 42 Peraturan Pemerintah Nomor 122 Tahun 2015


Tentang Sistem Penyediaan Air Minum, Penyelenggaraan SPAM
dilaksanakan oleh:

Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga | 64


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

a. BUMN/BUMD;
b. UPT/UPTD;
c. Kelompok Masyarakat; dan/atau
d. Badan Usaha.

Penyelenggaraan SPAM oleh BUMN/BUMD dapat beKerjasama dengan


badan usaha swasta.

Berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan


Daerah kewenangan sub urusan Air Minum dibagi sebagai berikut:
a. Pemerintah Pusat
▪ Penetapan pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
(SPAM) secara nasional.
▪ Pengelolaan dan pengembangan SPAM lintas daerah
provinsi, dan SPAM untuk kepentingan strategis nasional.

b. Daerah Provinsi
Pengelolaan dan pengembangan SPAM lintas daerah
kabupaten/kota.

c. Daerah Kabupaten/Kota
Pengelolaan dan pengembangan SPAM di daerah kabupaten/kota

Berdasarkan penjabaran diatas, dapat disimpulkan bahwa kerjasama


dapat dilaksanakan antara BUMN/BUMD dengan Pihak Ketiga. Oleh
karena itu Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) untuk
penyelenggaraan SPAM adalah sebagai berikut:

a. BUMN untuk Pengelolaan dan pengembangan SPAM lintas


daerah provinsi, dan SPAM untuk kepentingan strategis nasional;
b. BUMD Provinsi untuk Pengelolaan dan pengembangan SPAM lintas
daerah kabupaten/kota.
c. BUMD Kabupaten/Kota untuk Pengelolaan dan pengembangan
SPAM di daerah kabupaten/kota.

2. Pemetaan Peran dan Tanggung Jawab Pemangku Kepentingan


(Stakeholder Mapping)

Dalam sub-bab ini akan diuraikan struktur kelembagaan Kerjasama


termasuk peran dan tanggung jawab dari masing-masing lembaga
terkait.

a. Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK)


Menguraikan tugas dan tanggung jawab PJPK serta apa yang perlu
disiapkan oleh PJPK, serta menentukan peran dalam skema
pengambilan keputusan.

65 | Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

b. Tim Teknis Kerjasama


Berisikan penjelasan mengenai pembentukan Tim Teknis
kerjasama berdasarkan Surat Penetapan/Surat Keputusan dari
PJPK, menguraikan tugas dan tanggung jawab Tim kerjasama,
serta menentukan peran dalam skema pengambilan keputusan.

c. Pihak Ketiga/Badan Usaha Pelaksana (Special Purpose Company -


SPC)
Menguraikan tugas dan tanggung jawab SPC, serta menentukan
peran dalam skema pengambilan keputusan.

3. Perangkat Regulasi Kelembagaan


Berdasarkan analisa terhadap peran dan tanggung jawab pemangku
kepentingan (stakeholder) terkait dan Tim kerjasama, pada bagian ini
dilakukan analisa kebutuhan regulasi untuk mendukung peran dan
tanggung jawab lembaga terkait sebagaimana dimaksud.

4. Kerangka Acuan Pengambilan Keputusan

Berdasarkan analisa terhadap peraturan perundang-undangan serta


peran dan tanggung jawab pemangku kepentingan (stakeholder)
terkait, pada bagian ini dilakukan analisa kerangka acuan pengambilan
keputusan terkait pelaksanaan Proyek kerjasama.

IV. KAJIAN TEKNIS

A. Penyediaan Air Minum Eksisting

Menjelaskan kondisi penyediaan air minum eksisting. Data-data yang


digunakan dapat diambil dari dokumen-dokumen perencanaan yang ada
(RTRW, RDTR, Jaktrada, dll) dan juga berdasarkan hasil Survei Kebutuhan
Nyata (Real Demand Survey - RDS). Beberapa poin penting yang perlu
diuraikan meliputi:

1. Sumber Air Minum Eksisting


▪ Persentase sumber-sumber air minum masyarakat.
▪ Kondisi sumber air minum, mencakup kualitas, kuantitas, dan
kontinuitas.
▪ Dan lainnya.

2. Kondisi Pelayanan BUMDAM


Kondisi pelayanan BUMDAM ini dapat diambil dari laporan Audit Kinerja
BUMDAM terakhir.
▪ Persentase dan wilayah pelayanan.

Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga | 66


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

▪ Tingkat kebocoran (NRW).


▪ Kapasitas tak terpakai (idle capacity).
▪ Jam pelayanan.

B. Unit Air Baku

Dalam kajian unit air baku, yang paling penting dilakukan adalah kajian
terhadap kehandalan air baku dari segi kualitas, kuantitas, kontinuitas dan
perijinannya. Selain itu juga perlu dilakukan kajian terhadap desain unit air
baku yang telah ada.

Beberapa hal penting yang perlu ada dalam kajian unit baku adalah:

1. Ketersediaan Air Baku


Ketersediaan air baku harus dipastikan dengan adanya kajian neraca air
dan alokasi penggunaan air dari sumber tersebut sesuai dengan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Pedoman Teknis dan Tata Cara Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber
Daya Air.

Salah satu hal yang penting dilakukan adalah melakukan pertemuan


formal dengan penyedia air baku, sehingga didapatkan hal-hal berikut:

1) Informasi kapasitas sumber yang lebih akurat, masukan,


tanggapan, koreksi, klarifikasi dan sanggahan terhadap hasil
inventarisasi, identifikasi potensi dan permasalahan sumber daya
air sesuai dengan harapan keinginan masyarakat serta badan
usaha. Hasil ini perlu diikuti dengan dibuatnya Berita Acara
pertemuan.

2) Memastikan tata cara perijinan serta penetapan tarifnya yang


mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 37/PRT/M/2015
tentang Izin Penggunaan Air dan/atau Sumber Air

2. Kajian Intake
Beberapa hal yang perlu dikaji untuk rancangan intake (pengambilan air
baku) meliputi:
▪ Kesesuaian lokasi intake dengan rencana tata ruang.
▪ Status ketersediaan lahan.
▪ Akses menuju lokasi intake.
▪ Layout dan rancangan intake.
▪ Kualitas air baku.

3. Kriteria Desain Intake

67 | Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

▪ Kriteria desain intake ini tergantung dari jenis sumber air baku
yang akan digunakan, apakah berupa sumber air permukaan,
mata air, ataupun air tanah. Kajian perlu dilakukan terhadap
bangunan sipil, sistem mekanikal dan elektrikal, serta rencana
sistem pengoperasian dan pemeliharaannya secara umum.
▪ Perlu diulas juga lebih dalam mengenai sumber listrik yang
akan digunakan sehingga akan diketahui keperluan infrastruktur
listrik yang diperlukan dan juga sistem perizinan dan ketersediaan
listrik yang diperlukan apabila akan menggunakan sumber listrik
dari PLN.

C. Unit Transmisi

▪ Rencana panjang pipa transmisi dan wilayah-wilayah yang terlewati oleh


pipa transmisi.
▪ Kendala pemasangan pipa transmisi terkait lahan dan perlintasan-
perlintasan.
▪ Jenis pompa dan skematik sistem pemompaan air baku.

D. Unit Produksi (Instalasi Pengolahan Air - IPA)

Kajian yang perlu masuk dalam sub-bab ini meliputi:

1. Lokasi IPA
▪ Kajian untuk melihat apakah IPA berada di satu lokasi yang sama
dengan intake atau berbeda.
▪ Kesesuaian lokasi dengan fungsi tata ruang.
▪ Status ketersediaan lahan.

2. Instalasi Pengolahan Air


▪ Kapasitas IPA rencana.
▪ Standar kualitas air yang diproduksi, mengacu pada Permenkes No
492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
▪ Skematik sistem pengolahan air secara umum.
▪ Kriteria desain masing-masing unit pengolahan.
▪ Kriteria desain bangunan pendukung.
▪ Skematik dan desain instalasi pengolahan limbah lumpur.

3. Kriteria Desain IPA
▪ Kriteria desain IPA ini meliputi sipil, sistem mekanikal dan
elektrikal, serta rencana sistem pengoperasian dan
pemeliharaannya secara umum. Standar komponen dan spesifikasi
teknis dalam investasi di unit produksi per liter/detik menggunakan
acuan berdasarkan Permen PU No 29 Tahun 2020 tentang
Pedoman Teknis Kelayakan Investasi Pengembangan Sistem

Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga | 68


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

Penyediaan Air Minum oleh BUMDAM yang dijelaskan pada


Lampiran A.
▪ Perlu diulas juga lebih dalam mengenai sumber listrik yang akan
digunakan sehingga akan diketahui keperluan infrastruktur listrik
yang diperlukan dan juga sistem perizinan dan ketersediaan listrik
yang diperlukan apabila akan menggunakan sumber listrik dari
PLN.

E. Unit Distribusi

Sistem distribusi terdiri dari Jaringan Distribusi Utama (JDU), Jaringan


Distribusi Sekunder (JDS), dan Jaringan Distribusi Tersier. Beberapa hal yang
perlu dikaji meliputi:

▪ Pertimbangan pemilihan jalur pipa didasarkan pada ketentuan syarat-


syarat hidrolis, kondisi tanah, pembebasan lahan, faktor lingkungan dan
sosial.
▪ Panjang dan jenis pipa yang akan digunakan disertai peta JDU dan JDS.
▪ Rencana sistem pendistribusian, misalnya sistem booster atau menara
air.
▪ Rencana tahapan pembangunan sistem distribusi.
▪ Pada umumnya pipa akan tertanam pada badan jalan, hal ini
dimaksudkan untuk menghindari pembebasan atau penyewaan lahan.
▪ Kajian terhadap kesiapan perlintasan pipa melalui jalur-jalur
transportasi seperti rel kereta api, jalan tol, ataupun sungai. Apabila
jalur distribusi sejajar maupun melintang dengan sarana dan prasrana
dari institusi lain yang diluar bidang air minum maka pemasangan pipa
harus memperhatikan ketentuan-ketentuan yang berlaku pada institusi
tersebut dengan memperhatikan ketepatan rancang bangun yang lebih
efektif dan efisien.
▪ Sistem zoning pelayanan yang dilengkapi dengan water meter induk
distribusi dalam rangka mengendalikan kebocoran air.
▪ Kualitas pipa pada sistem distribusi harus memenuhi spesifikasi pipa
yang tergantung pada rencana penempatan dan pemasangan pipa.
Spesifikasi pipa yang akan digunakan dapat dilihat pada Lampiran A.

F. Unit Pelayanan

Unit pelayanan adalah prasarana dan sarana untuk memberikan layanan


air minum kepada pelanggan yang terdiri dari: (1) pipa retikulasi/service,
(2) sambungan rumah, dan (3) hidran umum. Beberapa hal yang perlu dikaji
adalah:

▪ Menetapkan wilayah pelayanan proyek Kerjasama dan rencana sistem


zoning yang akan diterapkan (jika ada).

69 | Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

▪ Menetapkan rencana tahapan penyerapan air minum dan jumlah


pemasangan sambungan rumah, disesuaikan dengan tahapan
pembangunan jaringan distribusi.
▪ Penetapan panjang pipa retikulasi untuk setiap sambungan rumah.
Hal ini terkait dengan rencana investasi.
▪ Rencana sistem pemantauan dan pengendalian jaringan.

G. Spesifikasi Keluaran

Spesifikasi keluaran menggambarkan output yang harus dipenuhi oleh Badan


Usaha Pelaksana dalam penyediaan air minum. Kesepahaman dan persepsi
yang sama antara PJPK dengan Badan Usaha yang akan melakukan
Kerjasama diperlukan untuk menjamin penyediaan air minum yang
berkesinambungan dan sesuai target. Berikut ini adalah contoh spesifikasi
keluaran yang harus ada dalam kerja sama pemerintah dengan badan
usaha:

1. Intake
▪ Jenis konstruksi sipil.
▪ Kapasitas pengambilan (L/detik).

2. Instalasi Pengolahan Air (IPA)


▪ Jenis konstruksi sipil.
▪ Kapasitas pengolahan (L/det).
▪ Kapasitas produksi (L/det).
▪ Kehilangan air maksimal di IPA (%).
▪ Kualitas air olahan.
▪ Maksimum lamanya penghentian operasi untuk pemeliharaan
ataupun karena sebab lainnya (hari dalam setahun).

3. Sistem Distribusi
▪ Kehilangan air maksimal di sistem distribusi (%).
▪ Sistem pemantauan dan pengawasan yang diterapkan.
▪ Maksimum lamanya penghentian operasi untuk pemeliharaan
ataupun karena sebab lainnya (hari dalam setahun).
▪ Kualitas air yang sampai di pelanggan.

H. Jadwal Pelaksanaan Konstruksi

Menguraikan jadwal pelaksanaan konstruksi dan pengadaan peralatan yang


akan dilakukan.

Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga | 70


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

V. KAJIAN EKONOMI DAN KOMERSIAL

A. Analisis Permintaan (Demand)

Dilakukan pengkajian terhadap proyeksi kebutuhan air selama periode


perencanaan yang mengacu pada rata-rata penggunaan air bersih
masyarakat, jumlah penduduk di wilayah pelayanan, proyeksi penduduk
berdasarkan tingkat pertumbuhannya, dan sebagainya. Kajian ini merupakan
ringkasan dari Survei Kebutuhan Nyata (Real Demand Survey – RDS) yang
akan dilampirkan dalam Lampiran Prastudi Kelayakan.

1. Kependudukan
▪ Kondisi demografi di wilayah perencanaan.
▪ Jumlah penduduk saat ini di wilayah perencanaan.
▪ Tingkat pertumbuhan kabupaten/kota atau wilayah perencanaan.
▪ Proyeksi penduduk di wilayah perencanaan.

2. Kondisi Penyediaan Air Minum Responden


▪ Jumlah responden beserta persentase karakteristik respondennya.
▪ Sumber-sumber air minum yang digunakan responden RDS saat
ini, termasuk volume, kondisi (kualitas, kuantitas, kontinuitas), dan
tarif.
▪ Rata-rata jumlah pemakaian air bersih responden (m3/bulan).

3. Kajian Kebutuhan Air


▪ Kebutuhan air rata-rata per orang per hari saat ini yang didapatkan
dari hasil Survei Kebutuhan Nyata (RDS) ataupun konsumsi air
domestik yang ada dalam laporan Audit Kinerja BUMDAM.
▪ Proyeksi kebutuhan air berdasarkan kebutuhan air rata-rata,
jumlah penduduk di wilayah pelayanan, dan kemauan
menyambung target penduduk terlayani disertai dengan asumsi-
asumsi lainnya seperti kebutuhan air untuk non-domestik dan
fasilitas lainnya.
▪ Rencana jumlah total sambungan yang terlayani.

4. Tingkat pelayanan yang diharapkan responden (kualitas, kuantitas, dan


kontinuitas).

5. Kajian WTC, WTP, ATP


▪ Kajian kemauan menyambung ( Willingness to Connect – WTC)
penduduk di wilayah pelayanan pada tingkat pelayanan yang
diharapkan.
▪ Kajian kemauan membayar (Willingness to Pay – WTP) penduduk
di wilayah pelayanan pada tingkat pelayanan yang diharapkan.
▪ Kajian kemampuan membayar (Ability to Pay – ATP) penduduk
di wilayah pelayanan. ATP dapat diukur dengan beberapa metode,

71 | Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

diantaranya persentase dari rata-rata pendapatan, rata- rata


pengeluaran untuk pengadaan air bersih saat ini.

B. Analisis Pasar (Market)

▪ Tanggapan dan pendapat investor potensial terhadap rencana proyek


kerjasama yang diperoleh dari hasil penjajakan minat (market
sounding), diantaranya mencakup ketertarikan investor potensial atas
tingkat pengembalian investasi yang ditawarkan, risiko utama yang
menjadi pertimbangan investor, kebutuhan akan Dukungan Pemerintah
dan/atau Jaminan Pemerintah.
▪ Tanggapan dan pendapat dari lembaga keuangan nasional dan/atau
internasional terhadap bankability rencana proyek KERJASAMA,
termasuk indikasi besaran pinjaman, jangka waktu, tingkat suku bunga,
dan persyaratan perolehan pinjaman yang dapat disediakan, serta risiko
utama yang menjadi pertimbangan.
▪ Tanggapan dan pendapat dari lembaga penjaminan terhadap rencana
proyek Kerjasama, diantaranya mencakup risiko-risiko yang dapat
dijaminkan, persyaratan dan prosedur perolehan penjaminan, dan
lainnya.
▪ Identifikasi strategi untuk mengurangi risiko pasar dan
meningkatkan persaingan yang sehat dalam pengadaan proyek
kerjasama.
▪ Identifikasi struktur pasar untuk mendapatkan gambaran mengenai
tingkat kompetisi dari proyek- proyek kerjasama SPAM.

C. Analisis Struktur Pendapatan Kerjasama

Menguraikan potensi-potensi sumber pendapatan proyek kerjasama bagi


setiap pihak. Untuk sektor air minum, umumnya dibagi menjadi dua:

▪ Pendapatan BUMDAM/badan pengelola dari end user (masyarakat)


yang digambarkan sebagai tarif air minum;
▪ Pendapatan Badan Usaha Pelaksana dari BUMDAM/badan pengelola
sebagai kompensasi atas air curah yang disediakan oleh Badan Usaha
Pelaksana yang digambarkan sebagai tarif air curah.

Tarif ini akan dikaji kelayakan dengan membandingkannya pada tarif rata-
rata yang berlaku saat ini, kemauan membayar masyarakat, serta
kemampuan membayar masyarakat (berdasarkan hasil studi RDS).

Tarif pada dasarnya dihitung untuk dapat menutup seluruh biaya dan
pengembalian modal. Dalam penentuan besaran tarif yang dikenakan
kepada masyarakat terdapat dua pihak yang berkepentingan, yaitu :

Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga | 72


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

▪ Pihak Penyelenggara
Penyelenggara sangat berkepentingan dalam penentuan tarif.
Perhitungan tarif dari sisi penyelenggara didasarkan pada keperluan
untuk menutup seluruh biaya yang dikeluarkan, pengembalian pinjaman
serta untuk mendapatkan keuntungan dari usahanya atau pengembalian
modal yang telah ditanamkan.

▪ Pihak Masyarakat
Pihak masyarakat sebagai konsumen air minum juga sangat
berkepentingan terhadap masalah tarif air. Konsumen dalam hal ini
sangat dipengaruhi oleh daya beli/kemampuan untuk membayar air. Bagi
masyarakat kemampuan membayar air sangat ditentukan oleh tingkat
pendapatan masyarakat, sedangkan untuk konsumen yang berasal dari
kelompok industri, kemampuan membayar/membeli air tergantung
alokasi biaya produksi untuk komponen biaya air.

Untuk itu dalam perhitungan tarif perlu mempertimbangkan aspek keuangan


penyelenggara maupun aspek sosial ekonomi masyarakat. Studi RDS dan
kajian elastisitas permintaan akan air minum terhadap perubahan harga,
dapat digunakan sebagai acuan/pertimbangan untuk penentuan tarif.
Bilamana harga yang tercapai terlalu tinggi maka perlu ada skema subsidi dari
PJPK dan juga perlu dikaji pengadaan Dukungan dan/atau Jaminan
Pemerintah.

Pada sub-bab ini juga perlu dijabarkan mekanisme penyesuaian tarif serta
diidentifikasi dampak terhadap pendapatan jika terjadi:

▪ kenaikan biaya kerjasama (cost over run);


▪ pembangunan kerjasama selesai lebih awal;
▪ pengembalian kerjasama melebihi tingkat maksimum yang ditentukan
sehngga dimungkinkan pemberlakuan mekanisme penambahan
pembagian keuntungan (clawbac mechanism);
▪ pemberian insentif atau pemotongan pembayaran dalam hal pemenuhan
kewajiban penyediaan air minum.

D. Analisis Biaya Manfaat Sosial (ABMS)

Analisis Biaya Manfaat Sosial merupakan alat bantu untuk membuat


keputusan publik dengan mempertimbangkan kesejahteraan masyarakat.
ABMS membandingkan manfaat sosial dan biaya ekonomi dengan adanya
proyek kerjasama dan tanpa adanya proyek kerjasama. Hasil ABMS digunakan
sebagai dasar penentuan kelayakan ekonomi proyek kerjasama serta
kelayakan untuk dukungan pemerintah. Hal lain yang perlu diperhatikan juga
adalah bahwa hasil perhitungan ABMS akan menjadi rujukan bagi pemerintah
dalam menentukan besaran dukungan pemerintah.

73 | Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

1. Asumsi umum
▪ Periode evaluasi.
▪ Faktor konversi.
▪ Dan asumsi lain yang diperlukan.

2. Manfaat
▪ Penghematan biaya penyediaan air bersih/air minum masyarakat;
▪ Penghematan dari perbaikan kondisi kesehatan masyarakat;
▪ Manfaat lain yang dapat dikuantifikasi.
Manfaat dikuantifikasi dan dikonversi dari nilai finansial menjadi nilai
ekonomi.

3. Biaya
▪ Biaya penyiapan KERJASAMA;
▪ Biaya modal;
▪ Biaya operasional;
▪ Biaya pemeliharaan;
▪ Biaya lain-lain yang timbul dari adanya proyek.

Biaya yang diperhitungkan merupakan biaya konstan di luar biaya


kontijensi dan pajak. Biaya dikonversi dari nilai finansial menjadi nilai
ekonomi.

4. Parameter penilaian
▪ Economic Internal Rate of Return (EIRR)
▪ Economic Net Present Value (ENPV)
▪ Economic Benefit Cost Ratio (BCR)

5. Analisis sensitivitas

Analisis sensitivitas bertujuan untuk mengkaji pengaruh ketidakpastian


pelaksanaan Kerjasama terhadap tingkat kelayakan ekonomi proyek,
misalnya:
▪ Perubahan nilai social discount rate;
▪ Penurunan/kenaikan komponen biaya;
▪ Penurunan/kenaikan komponen manfaat.

E. Analisis Keuangan

1. Asumsi analisis keuangan


▪ Tingkat inflasi per tahun.
▪ Nilai tukar mata uang.
▪ Persentase pembiayan sendiri terhadap pinjaman serta tingkat
bunga pinjaman pertahun.
▪ Jangka waktu dan besarnya penyesuaian tarif air.

Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga | 74


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

▪ Jumlah pegawai yang akan terlibat beserta penyesuaian gaji sesuai


indeks inflasi per tahunnya.
3
▪ Biaya air baku per m sepanjang masa Kerjasama.
▪ Tarif PLN yang akan digunakan (biasanya sesuai dengan tarif listrik
golongan B-3/TM (Blok LWBP) dengan kenaikan sesuai indeks
inflasi.
▪ Harga bahan bakar solar non-subsidi per liter dengan kenaikan
sesuai indeks inflasi.
▪ Persentase biaya pemeliharaan terhadap aktiva tetap yang dihitung
berdasarkan rata-rata biaya pemeliharaan terhadap aktiva dari
BUMDAM-BUMDAM di Indonesia.
▪ Biaya kontingensi yang juga merupakan biaya mitigasi risiko,
biaya perijinan, pemeliharaan lingkungan dan biaya lainnya.
▪ Jangka waktu pengembalian pinjaman termasuk masa tenggangnya.
▪ Periode Kerjasama/periode evaluasi.
▪ Asumsi lain yang diperlukan.

2. Pendapatan
▪ Pendapatan Badan Usaha Pelaksana dalam bentuk pembayaran atas
tarif air curah dari BUMDAM/badan pengelola selama periode
evaluasi.
▪ Pendapatan BUMDAM/badan pengelola dalam bentuk pembayaran
atas tarif air minum dari end user (masyarakat) selama periode
evaluasi.

3. Biaya
▪ Biaya investasi (CAPEX)
Berisikan ringkasan biaya investasi, baik oleh PJPK, Badan Usaha
maupun secara total. Ringkasan ini juga terdiri dari dua harga, yaitu
harga konstan dan harga berlaku. Ringkasan biaya investasi ini di-
breakdown per tahun.

Perhitungan biaya investasi (CAPEX) didasarkan pada biaya kegiatan


yang disiapkan oleh tim teknis. Dalam biaya kegiatan perlu dirinci
jenis material yang diperlukan (harga satuan, spesifikasi teknis) dan
tahapan pelaksanaan serta tahapan pembiayaan. Dari biaya
kegiatan yang telah disusun tim teknis tersebut perlu dilakukan
perhitungan/penyesuaian sehingga menjadi biaya investasi, yaitu
antara lain dengan memperhitungkan biaya pajak, biaya kontingensi
harga dan biaya lain-lain yang dipandang perlu untuk diperhitungkan
sebagai biaya investasi (misalnya biaya administrasi proyek, biaya
pra-operasi dan biaya studi).

▪ Biaya operational dan pemeliharaan (OPEX)

75 | Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

3
Berisikan ringkasan biaya OPEX per m yang perlu dikeluarkan oleh
Badan Usaha maupun PJPK/BUMDAM. Dalam perhitungan biaya
OPEX ini, selain asumsi tersebut diatas, perlu juga asumsi tentang
biaya-biaya operasional, yang antara lain:

▪ Biaya air baku.


▪ Biaya bahan kimia.
▪ Biaya listrik.
▪ Biaya bahan bakar.
▪ Biaya tenaga kerja.
▪ Biaya pemeliharaan.
▪ Biaya administrasi.
▪ Dan biaya lainnya.

Asumsi proyeksi biaya dan pemeliharaan pada umumnya disusun sebagai


berikut:
▪ Didasarkan pada persentase dari aset atau biaya investasi; dan/atau
▪ Didasarkan pada perincian setiap biaya operasi dan pemeliharaan
sesuai dengan kebutuhan (volume) dan perkiraan harga
bahan/upah.

4. Indikator keuangan
Indikator keuangan ini akan membahas beberapa indikator penting
yang akan menentukan layak tidaknya proyek ini dijalankan oleh Badan
Usaha. Beberapa indikator keuangan tersebut adalah:
▪ IRR, NPV dan DSCR dari proyek dan modalitas.
▪ Perbandingan FIRR proyek terhadap WACC. Jika FIRR lebih
besar dari WACC maka Proyek kerjasama dinilai LAYAK.
▪ Jika NPV yang dihasilkan lebih besar dari 0 maka Proyek kerjasama
dinilai LAYAK.
▪ Jika IRR ekuitas masih lebih besar dibandingkan dengan Minimum
Attractive Rate of Return (MARR) maka Proyek kerjasama dinilai
LAYAK.
▪ Jika DSCR lebih besar dari 1 maka Proyek kerjasama dinilai LAYAK.

5. Proyeksi kinerja keuangan Badan Usaha Pelaksana

Pada Pada sub-bab ini akan dikaji proyeksi kinerja keuangan Badan
Usaha Pelaksana dengan menggunakan asumsi-asumsi seperti dibahas
diatas. Proyeksi keuangan yang perlu dimasukkan dalam Prastudi
Kelayakan adalah proyeksi laba/rugi dan proyeksi perputaran kas.
▪ Proyeksi laba rugi (income statement).
▪ Proyeksi arus kas (cash flow).
▪ Proyeksi neraca (balance sheet).

6. Analisis sensitivitas

Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga | 76


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

Analisis sensitivitas bertujuan untuk mengkaji pengaruh ketidakpastian


pelaksanaan Kerjasama terhadap tingkat kelayakan keuangan proyek,
misalnya:
▪ Penurunan/kenaikan biaya;
▪ Penurunan/kenaikan permintaan.

F. Analisis Nilai Manfaat Uang (Value for Money)

Tujuan dari Analisis Nilai Manfaat Uang (Value for Money – VFM) adalah
untuk membandingkan dampak finansial dari proyek kerjasama (perkiraan
penawaran badan usaha) terhadap alternatif penyediaan infrastruktur secara
tradisional oleh PJPK. Nilai Manfaat Uang (VFM) merupakan selisih Net Present
Value (NPV) PSC dengan NPV kerjasama (PPP Bid). Jika Nilai VFM adalah
positif, maka proyek tersebut memberkan nilai manfaat. Sebaliknya, jika
VFM negatif, maka skema tersebut tidak dipilih.

VI. KAJIAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL

Pada bab ini akan dibahas secara ringkas dari hasil studi lingkungan yang telah
dilakukan. Kajian secara lebih rinci dari studi lingkungan dan sosial perlu
dilampirkan. Beberapa hal yang perlu masuk dalam bab ini meliputi:

A. Pengamanan Lingkungan

Pada Dokumen Prastudi Kelayakan kajian lingkungan hidup yang dilakukan


merupakan kajian awal lingkungan (Initial Environmental Examination – IEE).
Berikut adalah hal-hal yang perlu dikaji dan disampaikan pada kajian awal
lingkungan:

1. Latar belakang dan gambaran kegiatan, termasuk namun tidak terbatas


pada latar belakang, tujuan dan ruang lingkup kajian awal lingkungan,
serta gambaran kegiatan pada setiap tahapan proyek ((i)
perencanaan/desain, (ii) konstruksi, (iii) operasi, (iv) end-of-life).
2. Lokasi terkena dampak.
3. Kebijakan dan prosedur lingkungan yang diatur oleh peraturan
perundang-undangan.
4. Evaluasi potensi dampak lingkungan -- matriks dampak proyek:
▪ Susun daftar potensi dampak.
▪ Identifikasi dan pertimbangkan daftar berdasarkan kelas/tipe
dampak.
▪ Prediksi dan karakterisasi potensi dampak (besaran, arah
(menguntungkan/merugikan), jangkauan, durasi, frekuensi,
reversibilitas, kemungkinan terjadi).
5. Rekomendasi aksi penentuan dan mitigasi, termasuk pengawasan dan
evaluasi.

77 | Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

B. Pengamanan Sosial dan Pengadaan Tanah

Sebagian potensi dampak sosial yang ditimbulkan dari proyek kerjasama serta
rencana mitigasinya telah dibahas pada kajian lingkungan hidup. Namun, jika
dampak sosial yang ditimbulkan cukup besar maka perlu diperjelas atau dirinci
pada bagian ini.

Selain itu, bagian ini juga berfokus pada kegiatan pengadaan tanah untuk
tapak proyek kerjasama. Berikut adalah hal-hal yang perlu dikaji pada kajian
ini:

1. Mengidentifikasi pihak-pihak yang terkena dampak beserta status


lahannya.
2. Mengidentifikasi karakteristik sosial dan ekonomi dari pihak-pihak yang
terkena dampak.
3. Mengidentifikasi aksi yang harus dilakukan untuk kebutuhan tapak
proyek kerjasama, apakah pengajuan izin pemanfaatan, pembelian
tanah, sewa, atau lainnya.
4. Mengidentifikasi nilai/harga lahan yang akan dibebaskan.
5. Menentukan kompensasi yang akan diberikan kepada pihak-pihak
yang terkena dampak dengan mempertimbangkan kapasitas PJPK
dalam menyediakan kompensasi tersebut.
6. Menunjuk lembaga atau membentuk tim yang bertanggung jawab
untuk pengadaan tanah dan/atau pemukiman kembali.
7. Melaksanakan konsultasi publik kepada pihak-pihak yang terkena
dampak.
8. Menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan pengadaan tanah dan/atau
pemukiman kembali.

Bersamaan dengan penyusunan Dokumen Prastudi Kelayakan, PJPK juga


harus menyediakan dokumen pendukung terkait kajian lingkungan dan sosial
yang dipersyaratkan oleh peraturan perundang-undangan di bidang
lingkungan hidup. Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan oleh PJPK:

1. Identifikasi persyaratan dokumen yang perlu disiapkan (wajib AMDAL


atau UKL-UPL atau SPPL) untuk memperoleh izin lingkungan
berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2012
tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.

Berikut adalah kriteria proyek kerjasama yang wajib memiliki AMDAL


(Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup):

Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga | 78


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

a. Berlokasi di dalam kawasan lindung dan/atau berbatasan


langsung dengan kawasan lindung (batas tapak bersinggungan
atau dampak potensial diperkirakan mempengaruhi kawasan lindung
terdekat); dan/atau
b. Memenuhi salah satu kriteria berikut:

No Jenis Kegiatan Skala/Besaran


1 Pengambilan air bersih dari danau, ≥ 250 liter/detik, ini setara
sungai, mata air, dengan kebutuhan air bersih
atau sumber air permukaan lainnya 250,000 orang
- Debit pengambilan
2 Pengambilan air bawah tanah (sumur ≥ 50 liter/detik (dari satu atau
tanah dangkal, beberapa sumur pada
sumur tanah dalam) Kawasan < 10 ha)
3 Jaringan air bersih di kota ≥ 500 ha
besar/metropolitan
a. Pembangunan jaringan distribusi
- Luas layanan
b. Pembangunan jaringan transmisi ≥ 10 km
- Panjang

2. Dalam menyusun dokumen pendukung (AMDAL ataupun UKL-UPL atau


SPPL) PJPK dapat menunjuk konsultan atau tim penyusun. Untuk Tim
Penyusun AMDAL diatur oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 7
Tahun 2010.

VII. KAJIAN BENTUK KERJASAMA

Pada bab ini akan dibahas alternatif-alternatif skema Kerjasama yang dapat
diterapkan sampai dengan penetapan skemanya. Beberapa hal yang dikaji dalam
bab ini meliputi:

A. Alternatif Skema Kerjasama

Pada sub-bab ini berisikan karakteristik alternatif-alternatif skema kerjasama


berikut dengan keuntungan dan kerugian/kelemahan dari masing-masing
alternatif tersebut.

B. Pemilihan Skema KERJASAMA

Berisikan pertimbangan-pertimbangan dalam menetapkan skema KERJASAMA


yang akan diterapkan. Beberapa pertimbangan dapat meliputi pertimbangan
hukum dan peraturan, ketersediaan infrastruktur yang ada, waktu untuk
ketersediaan infrastruktur, kemampuan (teknis dan finansial) dari Pemerintah
Daerah atau BUMDAM, optimalisasi investasi oleh Badan Usaha, serta

79 | Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

pembagian risikonya dan kepastian adanya pengalihan keterampilan


manajemen dan teknis dari sektor swasta kepada sektor publik.

Sub-bab ini juga menguraikan skema struktur kelembagaan yang diikuti


dengan penjelasan alur tanggungjawab masing-masing lembaga.

1. Lingkup Kerjasama

Berisikan pembagian tanggung jawab antara PJPK dan Pihak Ketiga dalam
sistem penyediaan air minum yang akan di kerjasamakan. Dalam
menentukan lingkup Kerjasama ini perlu melihat peraturan, khususnya
Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Sistem Penyediaan Air Minum
yang saat ini sedang disusun. Pada intinya adalah bahwa tidak bisa
seluruh sistem penyediaan air minum dikelola oleh Badan Usaha.

Dalam lingkup ini juga perlu diuraikan faktor-faktor kritis yang akan
menentukan suksesnya proyek kerjasama, seperti misalnya komitmen,
proses pengadaan yang efektif, alokasi dan manajemen risiko, kejelasan
spesifikasi keluaran, dan sebagainya.

2. Jangka waktu dan pentahapan Kerjasama

Penentuan jangka waktu mempertimbangkan tingkat dan jangka


waktu pengembalian investasi yang ditanamkan Badan Usaha. Untuk
pembangunan SPAM skala besar seringkali perlu dilakukan pentahapan
dengan memperhatikan kemampuan dari BUMDAM dalam memasarkan,
menyediakan dana dan memasang instalasi sambungan rumah serta
mempertimbangkan kemampuan dan ketertarikan penyerapan
masyarakat.

3. Keterlibatan pihak ketiga

Keterlibatan pihak ketiga perlu diidentifikasi termasuk peran, tanggung


jawab, kompensasi/pembayaran (jika ada), serta kebutuhan perjanjian.
Beberapa pihak ketiga diantaranya penyedia air baku, institusi
penjaminan, dan lainnya.

4. Penggunaan Aset Daerah

Dalam sub-bab ini akan dikaji aset-aset pemerintah daerah atau BUMDAM
apa saja yang akan digunakan untuk Kerjasama ini dan bagaimana
sistem pemakaian yang akan diterapkan. Aset ini juga termasuk dengan
aset-aset institusi lain seperti misalnya aset jalan tol, aset jalan kereta api,
dan sebagainya.

5. Alur Finansial Operasional

Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga | 80


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

Pada sub-bab ini diuraikan mengenai aliran keuangan yang direncanakan


setelah proyek kerjasama diimplementasikan. Perlu dipertimbangkan
pembentukan badan khusus pengelola proyek dari sisi PJPK dengan
mempertimbangkan legalitas badan usaha tersebut dalam mengelola alur
finansial operasional. Badan usaha tersebut bisa saja dalam bentuk Badan
Layanan Umum Daerah (BLUD) atau bentuk lainnya.

Uraian alur finansial ini adalah mulai dari penarikan tarif dari masyarakat
sampai dengan bagaimana membayar biaya air curah kepada SPC atau
biaya air baku kepada penyedia air baku.

6. Status kepemilikan aset dan pengalihan aset

Sub-bab ini menguraikan status kepemilikan aset selama jangka waktu


perjanjian Kerjasama dan mekanisme pengalihan aset setelah berakhirnya
perjanjian Kerjasama.

VIII. KAJIAN RISIKO

Risiko adalah kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan selama


kelangsungan suatu proyek. Risiko tersebut dapat dinilai secara kualitatif ataupun
kuantitatif. Proses analisa risiko terdiri atas identifikasi risiko, alokasi risiko, penilaian
risiko, dan mitigasi risiko. Tujuan analisa risiko adalah agar stakeholder dapat
memperoleh manfaat finansial sebesar-besarnya melalui proses pengelolaan risiko
yang meliputi menghilangkan, meminimalkan, mengalihkan, dan
menyerap/menerima risiko tersebut.

A. Identifikasi Risiko

Identifikasi risiko dilakukan untuk mengetahui jenis risiko yang mungkin


timbul di dalam proyek. Untuk sektor air minum, risiko-risiko tersebut
biasanya antara lain meliputi:

1. Risiko Lokasi : risiko lokasi intake dan produksi, kesiapan penyediaan


lahan, ketersediaan air baku, dan sebagainya.
2. Risiko Desain, Konstruksi dan Uji Operasi : risiko ketidaksesuaian desain
Intake dan IPA dengan lokasi maupun dengan kondisi sumber air baku,
risiko desain pemasangan pipa di jalan beton dan perlintasan-
perlintasan, ketidakakuratan perhitungan hidrologis sistem distribusi,
keterlambatan penyelesaian konstruksi, risiko ketidaksiapan sistem
untuk melakukan uji operasi, dan sebagainya.
3. Risiko Sponsor : adanya anggota konsorsium yang tidak dapat
memenuhi kewajiban kontraktualnya, kinerja kontraktor EPC dan OPC
yang buruk,

81 | Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

4. Risiko Finansial : risiko tidak tercapainya perolehan biaya proyek


( financial close), terjadinya fluktuasi nilai mata uang dan tingkat
bunga pinjaman, perubahan tingkat inflasi yang signifikan, dan
sebagainya.
5. Risiko Operasional : risiko terjadinya perubahan biaya operasi &
pemeliharaan, operasional sistem yang tidak optimal, berkurangnya
kuantitas, kualitas dan kontinuitas air baku, berkurangnya kuantitas,
kualitas dan kontinuitas air yang diterima pelanggan, tidak
terserapnya produksi air curah, risiko kebocoran air yang melebihi
spesifikasi keluaran, dan sebagainya.
6. Risiko Pendapatan : risiko kegagalan penetapan tarif awal, kegagalan
penyesuaian tarif sesuai rencana dalam model finansial,
ketidaksesuaian klasifikasi pelanggan, penurunan kapasitas serapan air
produksi, dan sebagainya.
7. Risiko Politik : risiko perubahan politik yang signifikan, pemutusan
Kerjasama akibat perubahan regulasi, risiko mata uang asing (repatriasi,
ekspropriasi, dan konversi).
8. Risiko Kahar : risiko kahar politik akibat perang dan sebagainya, risiko
bencana alam
9. Risiko Kepemilikan Aset : risiko hilang atau rusaknya aset, buruknya
kondisi aset saat serah terimam dan sebagainya.

B. Prinsip Alokasi Risiko

Dalam sub-bab ini diuraikan mengenai prinsip-prinsip alokasi risiko, dimana


dalam pelaksanaan proyek kerjasama, pendistribusian atau alokasi risiko
harus dapat dilakukan secara optimal dengan cara mengalihkan risiko kepada
pihak yang memang dapat mengelola risiko-risiko tersebut secara lebih efisien
dan efektif.

Prinsip alokasi risiko lazimnya adalah risiko sebaiknya dialokasikan kepada


pihak yang relatif lebih mampu mengelolanya atau dikarenakan memiliki biaya
terendah untuk menyerap risiko tersebut. Jika prinsip ini diterapkan dengan
baik, diharapkan dapat menghasilkan premi risiko yang rendah dan biaya
proyek yang lebih rendah sehingga berdampak positif bagi pemangku
kepentingan proyek tersebut.

Dalam transaksi proyek kerjasama, penentuan kewajiban PJPK dalam


Perjanjian Kerjasama (yang dilakukan setelah melakukan analisis risiko
sebagai bagian dari studi kelayakan proyek) perlu memenuhi prinsip Alokasi
Risiko. Upaya menghasilkan suatu skema alokasi risiko yang optimal penting
demi memaksimalkan nilai manfaat uang (value for money).

C. Metode Penilaian Risiko

Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga | 82


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

Dalam menentukan risiko yang paling besar kemungkinannya terjadi serta


pengaruhnya yang paling signifikan terhadap kelangsungan proyek kerjasama
ini, maka disusun suatu kriteria penilaian risiko yang dilihat dari peringkat
kemungkinannya untuk terjadi dan peringkat konsekuensi risiko tersebut.

Peringkat Keterangan
Hampir Pasti Terjadi Ada kemungkinan kuat risiko ini akan terjadi
sewaktu-waktu seperti yang telah terjadi di proyek
lainnya.
Mungkin Sekali Terjadi Risiko mungkin terjadi sewaktu-waktu karena
adanya riwayat kejadian kasual
Mungkin Terjadi Tidak diharapkan, tapi ada sedikit kemungkinan
terjadi sewaktu-waktu
Jarang Terjadi Sangat tidak mungkin, tetapi dapat terjadi dalam
keadaan luar biasa. Bisa terjadi, tapi mungkin tidak
akan pernah terjadi
Hampir Tidak Mungkin Risiko ini secara teoritis dimungkin terjadi, namun
Terjadi belum pernah didapati terjadi di proyek lainnya.

Dampak
Peringkat Keselamatan Penundaan Kinerja Hukum Politik
Keuangan
Tidak Varian <5% Tidak ada atau < 3 bulan Sesuai tujuan, Pelanggaran Perubahan dan
Penting terhadap hanya cidera tetapi ada Kecil dampak kecil
anggaran pribadi, dampak kecil terhadap
Pertolongan terhadap unsur- proyek
Pertama unsur non-inti
dibutuhkan
tetapi tidak ada
penundaan hari
Ringan Varian 5%- Cidera ringan, 3 – 6 bulan Sesuai tujuan, Pelanggaran Perubahan
10% perawatan tetapi ada prosedur/ memberikan
terhadap medis dan kerugian pedoman dampak yang
anggaran penundaan sementara dari internal signifikan
beberapa hari sisi layanan, atau terhadap
kinerja unsur- proyek
unsur non-inti
yang berada
dibawah standar
Sedang Varian Cidera: 6 – 12 bulan Kerugian Pelanggaran Ketidakstabilan
10%-20% Kemungkinan sementara kebijakan/ situasi
terhadap rawat inap dan unsur proyek peraturan berdampak
anggaran banyak inti, atau standar pemerintah pada keuangan
penundaan kinerja unsur inti dan
hari yang menjadi kinerja.
berada di bawah
standar
Besar Varian Cacat sebagian 1 – 2 tahun Ketidakmampuan Pelanggan Ketidakstabilan
20%_30% atau penyakit untuk memenuhi lisensi atau berdampak
terhadap jangka panjang unsur inti, dan hukum, pada keuangan
anggaran atau beberapa secara signifikan pengenaan dan kinerja
cidera serius menjadikan penalti
proyek
dibatalkan

83 | Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

Dampak
Peringkat Keselamatan Penundaan Kinerja Hukum Politik
Keuangan
Serius Varian Kematian atau >2 tahun Kegagalan total Intervensi Ketidakstabilan
30%-50% cacat permanen proyek peraturan menyebabkan
terhadap atau penghentian
anggaran tuntutan, layanan
pengenaan
penalti
Metode penilaian risiko tersebut akan dimasukaan dalam matriks peta risiko
sebagai berikut:

Konsekuensi
Kemungkinan Tidak
Ringan Sedang Besar Serius
Penting
Hampir Pasti Menengah Menengah Tinggi Tinggi Tertinggi
Mungkin
Rendah Menengah Menengah Tinggi Tertinggi
Sekali
Mungkin Rendah Menengah Menengah Tinggi Tinggi

Jarang Rendah Rendah Menengah Menengah Tinggi


Hampir Tidak
Rendah Rendah Rendah Menengah Menengah
Mungkin

D. Mitigasi Risiko

Mitigasi risiko bertujuan untuk memberikan cara mengelola risiko terbaik


dengan mempertimbangkan kemampuan pihak yang mengelola risiko dan
juga dampak risiko. Mitigasi risiko ini berisi rencana- rencana yang harus
dilakukan pemerintah dalam kondisi preventif, saat risiko terjadi, ataupun
paska terjadinya risiko. Mitigasi risiko ini dapat berupa penghapusan risiko,
meminimalkan risiko, mengalihkan risiko melalui asuransi atau pihak ketiga
lainnya, atau menerima/menyerap risiko tersebut.

IX. KAJIAN MENGENAI HAL-HAL YANG PERLU DITINDAKLANJUTI


(OUT STANDING ISSUES)

Pada bab ini akan diuraikan hal-hal kritis yang perlu ditindaklanjuti dengan isi sub-
bab sebagai berikut:

A. Identifikasi Hal-hal Kritis

Sub-bab ini akan menguraikan hal-hal kritis yang perlu diselesaikan pada tahap
penyiapan proyek kerjasama dan juga sebelum dimulainya tahap transaksi
kerjasama, seperti misalnya penyelesaian studi Amdal, perizinan, ekspose
kepada DPRD, dan sebagainya.

Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga | 84


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

B. Rencana Penyelesaian Hal-hal Kritis

Sub-bab ini menguraikan strategi, rencana, jadwal dan penanggung jawab


penyelesaian hal-hal kritis yang perlu diselesaikan. Hal ini akan dijabarkan
dalam bentuk matriks.

X. KAJIAN PENGADAAN

Dalam bab ini perlu diuraikan beberapa hal berikut.

A. Landasan Hukum Pengadaan Kerjasama

Menguraikan berbagai landasan hukum yang akan digunakan dalam melakukan


pengadaan Badan Usaha.

B. Pembentukan Panitia Pengadaan

Menguraikan surat keputusan pembentukan Panitia Pengadaan, serta tugas


dan tanggung jawab Panitia Pengadaan.

C. Tahapan dalam Pengadaan kerjasama

Menguraikan tahapan pengadaan Badan Usaha, yaitu apakah perlu dilakukan


pelelangan satu tahap atau pelelangan dua tahap, beserta dengan berbagai
pertimbangannya.

Pemilihan Badan Usaha Pelaksana dengan Pelelangan Satu Tahap, dilakukan


untuk Proyek kerjasama yang memiliki karakteristik:

1. Spesifikasi dari Penyediaan Infrastruktur dapat dirumuskan dengan jelas;


dan
2. Tidak memerlukan diskusi optimalisasi teknis dalam rangka mencapai
output yang optimal. Pemilihan Badan Usaha dengan Pelelangan Dua
Tahap dilakukan untuk Proyek kerjasama yang memiliki karakteristik:
a. Spesifikasi dari Penyediaan Infrastruktur belum dapat dirumuskan
dengan pasti karena terdapat variasi inovasi dan teknologi; dan
b. Memerlukan optimalisasi penawaran teknis dalam rangka mencapai
output yang optimal.

D. Proses Pengadaan

Menjelaskan proses pengadaan secara umum, sesuai dengan tahapan


pengadaan seperti tertuang pada sebelumnya.

85 | Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

E. Jadwal dan Kontak

Menguraikan perkiraan jadwal proses pengadaan Badan Usaha dan juga


menguraikan alamat sekretariat Panitia Pengadaan.

Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga | 86


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

Lampiran 3. Contoh Surat Perjanjian Kerjasama

SURAT PERJANJIAN KERJASAMA


ANTARA
BUMD AIR MINUM .......
DENGAN
PIHAK KETIGA (PT, PIHAK KETIGA, PERBANKAN)
TENTANG
PENGEMBANGAN DAN PEMELIHARAAN SISTEM INFORMASI BACA METER AIR PADA
PELANGGAN PDAM …………………………

Nomor : ……………………………

Pada hari ini ……. tanggal …………………………………… bertempat di ……………………….., yang


bertanda tangan dibawah ini:

I. ………………………………… : Dalam jabatan sebagai Direktur Utama Perusahaan Daerah


Air Minum (PDAM) ………………….., dalam hal ini bertindak
untuk dan atas nama PDAM ………………………….. yang
berkedudukan di ………………………………………… untuk
selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA.

II. ………………………………… : Dalam jabatan sebagai Direktur PT. …………………………


bertindak untuk dan atas nama PT. ……………………………,
yang berkedudukan di Jalan …………………………………,
untuk selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA.

PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama selanjutnya disebut “Para Pihak”.
Para pihak dalam kedudukannya sebagaimana tersebut di atas, terlebih dahulu mempertimbangkan
hal-hal sebagai berikut:
a. Bahwa PIHAK PERTAMA berdasarkan Peraturan Daerah
……………………………………………………….. tentang Pendirian Perusahaan Daerah Air
Minum ………………….. yang selanjutnya disingkat dengan PDAM ………………. bergerak
dalam bidang jasa penyedian air bersih bagi masyarakat ………………….

b. Bahwa PIHAK KEDUA adalah Perusahaan yang bergerak dalam bidang


………………………………………….
c. Bahwa PARA PIHAK telah setuju untuk mengadakan perjanjian Kerjasama
………………………………… ………………………………………….. yang akan dilakukan oleh
PIHAK KEDUA di PDAM ……………………………………. seperti yang telah disepakati PARA
PIHAK.

87 | Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

Berdasarkan hal hal tersebut di atas, maka Para Pihak sepakat untuk mengikatkan diri satu kepada
yang lain dalam suatu perjanjian Kerjasama dengan berdasarkan prinsip saling menguntungkan dan
saling menghormati bidang usaha dan kegiatan masing masing dengan ketentuan dan syarat seperti
tertuang dalam pasal-pasal sebagai berikut:

PASAL 1
PEDOMAN PELAKSANAAN

Bahwa kedua belah pihak telah sepakat untuk mengadakan Perjanjian Kerjasama atas dasar yaitu :
1. Surat Usulan Kerjasama ……………………
2. Surat jawaban PT. ……………………………
3. Notulen Rapat
4. Surat Perjanjian Kerjasama Nomor …………………… tentang Perjanjian Kerjasama
…………………………….

PASAL 2
RUANG LINGKUP PERJANJIAN

Ruang lingkup perjanjian dalam Kerjasama ini adalah ……………………………………………

PASAL 3
MAKSUD DAN TUJUAN

(1) Perjanjian ini bermaksud meningkatkan pelayanan dan akurasi dalam pembacaan meter air
pelanggan PDAM ……….., mengingat semakin berkembangnya teknologi di Indonesia maka
harus dilakukan penyesuaian dan pembaruan sistem baca meter air.

(2) Perjanjian ini bertujuan agar terlaksana serta tercapainya hak dan kewajiban para pihak
dengan sebaik-baiknya berdasarkan asas manfaat, kebersamaan dan saling menguntungkan.

PASAL 4
HAK DAN KEWAJIBAN

(1) Hak dan Kewajiban PIHAK PERTAMA :


a. PIHAK PERTAMA berhak untuk menerima hasil pengembangan dan pemeliharaan
sistem yang dilakukan PIHAK KEDUA dengan baik.
b. PIHAK PERTAMA berhak meminta perubahan program dalam sistem baca meter air
sesuai dengan kebutuhan PDAM ................................... dan menyesuaikan pada
perkembangan usaha perusahaan.
c. PIHAK PERTAMA berhak untuk menambah dan mengurangi pekerjaan apabila
dikehendaki.

Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga | 88


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

d. PIHAK PERTAMA berkewajiban membayar biaya jasa sebagaimana dimaksud dalam


pasal 8 perjanjian ini.

(2) Hak dan Kewajiban PIHAK KEDUA :


a. PIHAK KEDUA berhak untuk menerima pembayaran biaya jasa/sewa sebagaimana
dimaksud dalam pasal 8 surat perjanjian Kerjasama ini.
b. PIHAK KEDUA berkewajiban untuk memberikan layanan sebagaimana tercantum
dalam pasal 4 ayat (1) Perjanjian ini dengan baik.
c. PIHAK KEDUA berkewajiban mengembangkan sistem baca meter air serta memelihara
sarana dan prasarana pendukung lainya yang akan dijelaskan pada pasal 5.
d. PIHAK KEDUA berkewajiban menginformasikan kepada PIHAK PERTAMA apabila
terjadi perubahan konfigurasi perangkat.
e. PIHAK KEDUA berkewajiban memperbaiki atau mengganti dengan yang baru apabila
perangkat Smartphone Android dan peralatan pendukungnya tidak dapat berfungsi
dengan baik dan/rusak.
f. PIHAK KEDUA berkewajiban memberikan jadwal rutin perawatan setiap bulannya
dalam bentuk tabel dan dilaporkan pada pihak PDAM ....................................
g. PIHAK KEDUA berkewajiban atas biaya sendiri melaksanakan pemeliharaan dengan
sebaik-baiknya, melakukan perbaikan dari waktu ke waktu selama masa perjanjian
berlaku.

PASAL 5
PENGEMBANGAN, PEMELIHARAAN DAN PENGELOLAAN

(1) Pengembangan, pemeliharaan dan pengelolaan sistem bertujuan untuk :


a. Meperbaiki Kesalahan Sistem
b. Menjaga Kemutakhiran Sistem
c. Meningkatkan Kinerja Sistem (Upgrading)

(2) Pengembangan dan Pemeliharaan sistem baca meter meliputi perawatan dan perbaikan serta
pembaruan sebagai berikut :
a. Mengganti Smartphone yang tidak layak pakai atau not compatible minimal satu tahun
sekali sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (1)
b. Memelihara dan mengembangkan sistem dalam proses upload dan download data
pada komputer pengawas meter minimal 3 kali setahun.
c. Memelihara dan mengembangkan peralatan wireless pada komputer pengawas meter
di setiap Unit Pelayananan PDAM ................................... minimal 3 kali setahun.
d. Menyediakan perangkat charger battery untuk setiap unit Smartphone.
e. Melakukan pencetakan QR-Code yang hilang dan/rusak serta melakukan pencetakan
QR-Code untuk pelanggan baru.
f. Menyiapkan Usulan Rekayasa Ulang apabila di kemudian hari Pihak Pertama meminta.

(3) Pengembangan, Pemeliharaan Dan Pengelolaan perangkat lunak dalam bentuk :

89 | Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

a. Mendukung pengoperasian aplikasi sistem sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat


(1).
b. Melakukan pemeliharaan dan update aplikasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 5
ayat (1).
c. Melakukan perubahan sesuai dengan kebutuhan PDAM ....................................

PASAL 6
SPESIFIKASI SMARTPHONE

PIHAK KEDUA berhak menentukan spesifikasi Smartphone Android dengan rincian sebagai berikut
:
• OS Android : minimal Android Versi 5.0 Lollipop
• RAM : minimal 2 GB
• Jaringan : 4G, 3G HSDPA (H+)
• Processor : minimal QuadCore 1.2 GHZ
• Storage : Minimal 16 GB
• Kamera : Depan dan Belakang minimal 5 MP
• Baterai : Minimal 3000 mAh

PASAL 7
PELAKSANAAN KERJA SAMA

PIHAK KEDUA setelah di tandatangani Surat Perjanjian Kerjasama ini, segera melakukan
Inventarisasi Peralatan dan Sistem Baca Meter bersama dengan Bagian Keuangan seksi PDR PDAM
....................................

PASAL 8
IMBALAN JASA

(1) PARA PIHAK sepakat menetapkan harga pemeliharaan peralatan smartphone android dan
jasa pembuataan aplikasi sistem pengoperasian untuk pembacaan meter air pelanggan PDAM
................................... adalah sebesar Rp. ………………. (………………………………………)
per tahun. Biaya tersebut sudah termasuk pajak yang berlaku.

(2) PARA PIHAK sepakat pembayaran dilakukan per bulan sebesar Rp. …………………
(……………………………….).

(3) PIHAK KEDUA tidak dapat menuntut kenaikan harga atau perubahan harga yang telah
disepakati, atau tambahan biaya dalam bentuk apapun juga walaupun terjadi kenaikan harga
dan/atau jasa yang berhubungan dengan pelaksanaan surat perjanjian ini, kecuali atas
persetujuan dan/penetapan pemerintah.

Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga | 90


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

PASAL 9
EVALUASI KERJA

(1) Hasil pekerjaan PIHAK KEDUA harus mengacu kepada Service Level Agrement (SLA) yang
telah ditetapkan oleh PIHAK PERTAMA.

(2) Rumus perhitungan SLA sebagai berikut :


a. Setiap kegiatan penangan kerusakan akan diberikan nilai dalam 3 kategori yaitu
• (B)AIK dengan nilai 3
• (C)UKUP dengan nilai 2
• (K)URANG dengan nilai 1
b. Menentukan nilai koefisien dilambangkan dengan (n). Nilai Koefisien di gunakan
sebagai penyeimbang dalam perhitungan dan bernilai 2, diambil dari nilai tengah dari
nilai kegiatan penanganan kerusakan.
c. Setiap kasus atau kerusakan dilambangkan dengan (k). Kasus atau kerusakan di
gunakan sebagai pembagi dari kegiatan penanganan kerusakan.
d. Nilai Kontrak Kerjasama (dikalikan 1000) dilambangkan dengan (nk)
e. Berikut rumus menghitung nilai Kerjasama :

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑜𝑖𝑛
𝑋 = × 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑎𝑘 (𝑛𝑘)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑎𝑠𝑢𝑠 (𝑘) × 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 (𝑛)

(3) Parameter-parameter yang di gunakan dalam mengukur kinerja di definisikan dalam daftar
kerusakan (terlampir).

PASAL 10
TATA CARA PEMBAYARAN IMBALAN JASA

(1) PIHAK KEDUA tidak akan mengajukan permintaan uang muka, demikian pula PIHAK
PERTAMA tidak akan memberikan uang muka kepada PIHAK KEDUA.

(2) PIHAK KEDUA membayar jasa PIHAK PERTAMA berdasarkan evaluasi kerja seperti
disebutkan pada pasal 9 ayat (2).

(3) PIHAK PERTAMA akan membayar kepada PIHAK KEDUA harga jasa, sesuai pasal 8 surat
perjanjian ini dengan cara transfer ke rekening PIHAK KEDUA pada :
Bank : …………………………..
No.Rekening : …………………………..
Atas Nama : …………………………..

(4) Pembayaran ini akan dilakukan oleh PIHAK PERTAMA paling lambat 14 hari kalender sejak
diterimanya surat permintaan pembayaran dari PIHAK KEDUA dengan melampirkan :

91 | Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

a. Surat Permohonan Pembayaran


b. Kuitansi bermaterai sesuai ketentuan menteri Keuangan.
c. Berita acara hasil Pembacaan meter air pelanggan yang ditandatangani oleh manager
unit Pelayanan PDAM ................................... dan Rekap Berita Acara yang
ditandatangani oleh manager bagian keuangan.
d. Faktur pajak dan surat setoran pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

PASAL 11
PENGALIHAN HAK DAN KEWAJIBAN

PARA PIHAK tidak berhak dengan alasan apapun mengalihkan sebagian maupun seluruh hak dan
kewajibannya sebagaimana tercantum dalam Perjanjian ini kepada pihak lain, tanpa adanya
persetujuan tertulis dari PARA PIHAK.

PASAL 12
KERAHASIAAN

(1) PARA PIHAK menyanggupi untuk menyimpan kerahasiaan perjanjian ini dan semua syarat-
syarat serta ketentuan-ketentuan di dalamnya.

(2) PIHAK KEDUA wajib melindungi kerahasiaan secara ketat semua informasi dan dokumen
mengenai pelanggan dari waktu ke waktu sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan PIHAK KEDUA tidak akan memanfaatkan semua data pelanggan dalam bentuk apapun.

(3) PIHAK KEDUA wajib memastikan semua pegawainya mematuhi kewajiban menjaga
kerahasiaan sebagaimana tersebut pada ayat (2) sehubungan dengan perjanjian ini meskipun
perjanjian ini telah berakhir.

(4) Dalam hal salah satu pihak lalai memenuhi kewajibannya untuk menjaga kerahasiaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (3), maka pihak lainnya dapat mengakhiri perjanjian
ini.

PASAL 13
FORCE MAJEURE

(1) Kedua pihak dapat dibebaskan dari kewajiban untuk melakukan isi Perjanjian ini, baik sebagian
maupun keseluruhan, apabila kegagalan atau keterlambatan dalam melaksanakan Perjanjian
ini disebabkan karena adanya force majeure.

(2) Yang dimaksud force majeure pada ayat (1) Pasal ini adalah suatu keadaan yang ada di luar
kemampuan pihak yang mengalami force majeure yaitu bencana alam, banjir, badai, yang
dinyatakan oleh Pemerintah sebagai bencana alam, huru hara, kebakaran, sabotase,
peperangan, epidemi, dan kepatuhan terhadap pelaksanaan perundang-undangan. Tidak
termasuk force majeure, hal-hal yang diakibatkan oleh kelalaian, kealpaan, kecerobohan

Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga | 92


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

dan/atau ketidakpatuhan terhadap pelaksanaan perundang-undangan oleh masing-masing


pihak.

(3) Pihak yang mengalami force majeure wajib memberitahukan secara lisan segera setelah
mengalami force majeure dengan kewajiban memberitahukan secara tertulis kepada pihak
lainnya mengenai terjadinya peristiwa force majeure selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari
kalender sejak force majeure terjadi dengan memberikan penjelasan dan perkiraan dimulainya
kembali pelaksanaan ketentuan Perjanjian. Keterlambatan atau kelalaian untuk
memberitahukan terjadinya sebab force majeure, mengakibatkan tidak diakuinya peristiwa
tersebut sebagai force majeure oleh pihak lainnya.

(4) Segala permasalahan yang timbul akibat terjadinya force majeure akan diselesaikan oleh
PARA PIHAK secara musyawarah.

PASAL 14
JANGKA WAKTU DAN PENGAKHIRAN PERJANJIAN

(1) Perjanjian ini berlaku selama 1 (satu) Tahun sejak ditandatanganinya perjanjian oleh PARA
PIHAK dan dapat diperpanjang sesuai kesepakatan PARA PIHAK dengan memberitahukan
secara tertulis oleh salah satu pihak kepada pihak lainnya paling lambat 1 (satu) bulan sebelum
perjanjian ini berakhir.

(2) Pertimbangan perpanjangan jangka waktu Perjanjian dilakukan dengan mempertimbangkan


hasil evaluasi berkala dalam masa Kerjasama berjalan dan ketaatan terhadap pemenuhan
kewajiban-kewajiban berdasarkan Perjanjian ini.

(3) Apabila PIHAK KEDUA tidak dapat memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud pada pasal
4 perjanjian ini, maka PIHAK PERTAMA mengeluarkan peringatan tertulis kapada PIHAK
KEDUA dengan tenggat waktu 7 (tujuh) hari untuk memberikan tanggapan secara tertulis.
Apabila melewati batas waktu yang telah ditentukan maka PIHAK PERTAMA memberikan
surat peringatan terakhir dan dalam hal ini bila dipandang perlu, PIHAK PERTAMA dapat
memutuskan perjanjian secara sepihak.

(4) Perjanjian ini berakhir dengan terlebih dahulu mengadakan persetujuan pengakhiran
Perjanjian paling lambat 2 (dua) bulan sebelum berakhirnya periode Perjanjian.

(5) Dalam hal perjanjian ini tidak diperpanjang lagi, baik karena permintaan salah satu pihak
ataupun karena alasan lain, pengakhiran Perjanjian ini tidak mempengaruhi hak dan kewajiban
masing-masing pihak yang harus diselesaikan, sebagai akibat dari pelaksanaan Perjanjian
sebelum berakhirnya jangka waktu Perjanjian ini.

(6) Para pihak setuju untuk mengesampingkan berlakunya Pasal 1266 dan 1267 Kitab Undang-
undang Hukum Perdata, terhadap segala sesuatu yang bertalian dengan pengakhiran
Perjanjian sehingga pengakhiran Perjanjian ini cukup dilakukan oleh salah satu pihak dengan
pemberitahuan secara tertulis kepada pihak lainnya tanpa keputusan dari pengadilan.

93 | Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

PASAL 15
PEKERJAAN TAMBAH / KURANG

(1) Pekerjaan tambah/kurang hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan PIHAK PERTAMA.

(2) Untuk pelaksanaan pekerjaan tambah/kurang dibuat suatu addendum yang merupakan satu
kesatuan dari surat perjanjian ini.

PASAL 16
PEMBEBASAN DARI TUNTUTAN

(1) PIHAK KEDUA menjamin PIHAK PERTAMA baik sekarang maupun dikemudian hari tidak akan
mendapat tuntutan dari pihak lain yang menyatakan mempunyai hak atau mempunyai hak
terlebih dahulu atas sistem baca meter air pelanggan PDAM ...................................
menggunakan smartphone android.

(2) Apabila dikemudian hari PIHAK PERTAMA mendapat tuntutan sebagaimana dimaksud ayat (1)
pasal ini maka akibat hukum atas tuntutan tersebut menjadi beban dan tanggung jawab PIHAK
KEDUA.

PASAL 17
PERUBAHAN SURAT PERJANJIAN

(1) PARA PIHAK sepakat bahwa setiap perubahan dalam surat perjanjian ini hanya dapat
dilakukan atas persetujuan kedua belah pihak.

(2) Perubahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini dibuat dalam suatu Addeendum
yang merupakan bagian tidak terpisah dari surat perjanjian.

PASAL 18
PENYELESAIAN PERSELISIHAN

(1) Dalam hal terjadinya perbedaan atau perselisihan yang timbul sebagai akibat dari pelaksanaan
perjanjian ini, para pihak akan menyelesaikannya secara musyawarah untuk mencapai mufakat.
(2) Apabila tidak tercapai penyelesaian dalam musyawarah, PARA PIHAK sepakat untuk
menempuh jalur hukum, dengan memilih tempat kedudukan (domisili) hukum di Kepaniteraan
Pengadilan Negeri Palembang.
(3) Selama penyelesaian perbedaan atau perselisihan dengan dalih apapun PIHAK KEDUA tidak
diperbolehkan memperlambat pelaksanaan isi surat perjanjian ini kecuali atas perintah dan
persetujuan tertulis dari PIHAK PERTAMA.

PASAL 19

Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga | 94


Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

LAIN-LAIN

(1) Terhadap hal-hal yang belum diatur dalam Perjanjian ini, berlaku kitab Undang-undang Hukum
Perdata serta ketentuan-ketentuan pemerintah yang berlaku di Indonesia.

(2) Setiap perubahan serta hal-hal yang belum diatur dalam Perjanjian ini, akan diatur lebih lanjut
secara tertulis oleh para pihak sebagai aturan tambahan (Addendum) yang merupakan bagian
yang mengikat dan tidak terpisahkan dengan Perjanjian ini.

(3) Perjanjian ini tidak mengikat atau membatasi PIHAK PERTAMA melakukan Kerjasama
dengan PIHAK LAIN dalam bentuk yang sama sebagaimana perjanjian dengan PIHAK
KEDUA.

PASAL 20
PENUTUP

(1) Surat perjanjian ini dibuat dalam 2 (dua) rangkap asli, bermaterai cukup dan masing-masing
mempunyai kekuatan hukum yang sama, 1 (satu) rangkap untuk PIHAK PERTAMA dan 1
(satu) rangkap untuk PIHAK KEDUA.

(2) Surat perjanjian ini dibuat pada hari, bulan, dan tahun tersebut diatas dan ditandatangani di
kantor PDAM ................................... JL………………………………………

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA


PDAM ................................... PT. …………………………….

……………………..
…………………..
Jabatan
jabatan

95 | Modul Kerjasama BUMDAM dengan Pihak Ketiga

Anda mungkin juga menyukai