Republik Indonesia
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
GLOSARI
BAB I PENDAHULUAN
Kinerja Kurang
Sehat Sakit Jumlah
BUMDAM Sehat
FCR 124 17 6 147
Non FCR 113 84 45 242
Total 237 101 51 389
Kurang
JUMLAH SR Sehat Sakit Jumlah
Sehat
>100.000 27 1 0 28
>50.000- 37 2 0 39
100.000
>20.000-50.000 98 15 4 117
>10.000-20.000 52 39 13 104
<=10.000 23 44 34 101
Total 225 104 59 389
tentang Badan Usaha Milik Daerah (Pasal 94) dan juga Keputusan
Menteri Dalam Negeri nomor 43 tahun 2000 tentang Pedoman
Kerjasama Perusahaan Daerah dengan Pihak Ketiga serta ada
perubahan kebijakan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 118
tahun 2018 tentang tentang Rencana Bisnis, Rencana kerja dan
Anggaran, Kerjasama, Pelaporan dan Evaluasi Badan Usaha Milik
Daerah (Pasal 22) bahwa BUMD dalam rangka melaksanakan
aktivitas usahanya baik untuk pengembangan usaha ataupun
memupuk keuntungan, BUMD dapat melakukan kerja sama dengan
pihak ketiga. Diamanatkan juga pada Peraturan Pemerintah Nomor
122 Tahun 2015 (Pasal 56) tentang Sistem Penyediaan Air Minum
bahwa Dalam hal BUMN atau BUMD tidak mampu membiayai
kebutuhan Penyelenggaraan SPAM dengan jaringan perpipaan
dapat melakukan kerjasama dengan Pihak Ketiga swasta dengan
prinsip tertentu.
2.1 Pengertian
Air Minum adalah Air Minum Rumah Tangga yang melalui
proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi
syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
1. Pengembangan
a. Perencanaan;
b. Pelaksanaan;
Pengelolaan SPAM
Pengembangan
Pemeliharaan
Perbaikan
Operasi &
Jenis Pengembangan
SDM
SPAM SPAM
c. Pemantauan;
• Pendataan Kinerja
• Pengawasan dan pengendalian kualitas, kuanttas dan
kontinuitas
d. Evaluasi.
1. Surat Izin Pengambilan Air dimiliki oleh BUMN atau BUMD; dan
2. Penyelenggaraan SPAM yang dilakukan dengan kerjasama
mengutamakan masyarakat berpenghasilan rendah.
1. KPBU
a. Tahap Perencanaan
b. Tahap Persiapan
c. Tahap Transaksi
d. Tahap Pelaksanaan
Tahapan Perencanaan Kerjasama Antara BUMD Air Minum dengan Pihak Ketiga
Pelaksana
No Aktivitas Dewan Pengawas/ Output
Direksi Kepala Daerah
Komisaris
Go
Penyusunan Rencana
1
Anggaran
Identifikasi
2 kegiatan/Penyusunan Studi
Pendahuluan
1. Studi Pendahuluan
2. Daftar Rencana
3 Konsultasi Publik Kerjasama
Penyusunan Proposal
4
Kerjasama
3. Konsultasi Publik
Konsultasi pada tahap perencanaan dilakukan oleh Direksi
BUMD untuk mendiskusikan penjelasan dan penjabaran terkait
rencana Kerjasama. Sehingga diperoleh hasil sebagai berikut:
• Penerimaan tanggapan atau masukan dari pemangku
kepentingan yang menghadiri konsultasi public.
• Evaluasi terhadap hasil yang didapat dari konsultasi publik
dan implementasinya dalam Kerjasama.
Tahapan Penyiapan Kerjasama Antara BUMD Air Minum dengan Pihak Ketiga
Pelaksana
No Aktivitas Dewan Pengawas/ Output
PJPK/Direksi Kepala Daerah Pihak Ketiga
Komisaris
Go
2 Konsultasi Publik
2. Konsultasi Publik
Pelaksanaan konsultasi publik dalam tahap penyiapan
bertujuan untuk :
• Menjajaki kepatuhan terhadap norma sosial dan norma
lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
• Memperoleh masukan mengenai kebutuhan masyarakat
terkait dengan rencana Kerjasama yang akan
dikerjasamakan dan masukan pemangku kepentingan
lainnya.
PJPK menetapkan konsultasi publik yang dapat dilakukan pada
setiap tahap penyiapan Kerjasama untuk melakukan
penjelasan dan penjabaran terkait dengan Kerjasama dan
paling kurang menghasilkan:
• Penerimaan tanggapan atau masukan dari pemangku
kepentingan yang menghadiri konsultasi publik.
Tahapan Transaksi Kerjasama Antara BUMD Air Minum dengan Pihak Ketiga
Pelaksana
Dewan
No Aktivitas Panitia Kepala Output
PJPK/Direksi Pengawas/ Pihak Ketiga
Pengadaan Daerah
Komisaris
Go
BA Konfirmasi Minat
1 Konfirmasi Minat Pasar
Pasar
2 Penetapan Lokasi
Jadwal Pengadaan
Pengadaan dan Penetapan dan BA Penetapan
3
Pelaksanaan Kerjasama Pelaksanaan
Kerjasama
Pelaksanaan Pemenuhan
5
Pembiayaan
End
1. Konsultasi Pasar.
• Konsultasi pasar bertujuan untuk memperoleh masukan,
tanggapan maupun minat terhadap Kerjasama dari calon
investor atau para pelaku pasar dan pemangku
kepentingan lainnya.
• PJPK dapat melakukan konsultasi pasar antara lain melalui
kegiatan pertemuan dua pihak (one-on-one meeting) dan
promosi Kerjasama dengan calon investor dan pihak lain
yang memiliki potensi dengan pelaksanaan Kerjasama.
• Berdasarkan konsultasi pasar yang dilakukan oleh PJPK,
Pantia Pengadaan dapat melakukan perubahan terhadap
rancangan dokumen pengadaan
2. Penetapan Lokasi
• PJPK memastikan kesesuaian dokumen perencanaan
pengadaan tanah dan pemukiman Kembali berkaitan
dengan rencana Kerjasama untuk mendapatkan penetapan
lokasi.
• PJPK memastikan Kerjasama telah mendapatkan izin
lingkungan
• PJPK mengajukan permohonan penetapan lokasi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Penetapan lokasi untuk Kerjasama dilakukan sebelum
tahap prakualifikasi pengadaan pelaksanaan Kerjasama.
• Pengadaan pelaksanaan Kerjasama dilaksanakan setelah
penetapan lokasi untuk tanah yang belum tersedia.
Sedangkan untuk tanah milik daerah untuk pelaksanaan
Kerjasama yang sudah tersedia mengikuti mekanisme
pengelolaan barang bilik daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
5. Pemenuhan Pembiayaan
• Pemenuhan pembiayaan (financial close) yang bersumber
dari pinjaman dinyatakan telah terlaksana apabila:
- Telah ditandatanganinya perjanjian pinjaman untuk
membiayai seluruh kerjasmaa.
Tahapan Manajemen Pelaksanaan Kerjasama Antara BUMD Air Minum dengan Pihak Ketiga
Pelaksana
No Aktivitas Dewan Pengawas/ Output
PJPK/Direksi Kepala Daerah Pihak Ketiga
Komisaris
Persiapan Pengendalian Kerjasama
Go
Pembentukan/Penunjukan
1 Surat Keputusan
Tim Pengendali
Tahapan Manajemen Pelaksanaan Kerjasama Antara BUMD Air Minum dengan Pihak Ketiga
Pelaksana
No Aktivitas Dewan Pengawas/ Output
PJPK/Direksi Kepala Daerah Pihak Ketiga
Komisaris
Pengendalian Kerjasama
Pelaksanaan Pengendalian Go
3.2.5 Dokumen
Dokumen penting yang dihasilkan pada pelaksanaan Proyek
kerjasama atas Prakarsa Pihak Ketiga antara lain:
a. Dokumen Prastudi Kelayakan.
b. dokumen AMDAL (KA ANDAL, Rencana Pengelolaan
Lingkungan Hidup-Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup)
atau formulir UKL-UPL yang telah diisi.
c. dokumen rencana pengadaan tanah dan pemukiman kembali.
d. Dokumen Studi Kelayakan.
e. dokumen permintaan penawaran.
f. dokumen perjanjian kerjasama.
LAMPIRAN
Evaluasi Kinerja
Kriteria Usulan
Faktor Faktor
NO Kegiatan Indikator Capaian Tindak
Data Awal
e Capaian
Presentas
Penghambat Pendukung
Capaian
Kinerja Lanjut
Target
[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] [11]
Kolom (7) diisi dengan tingkat capaian kinerja kegiatan, yang merupakan rasio
antara capaian dengan target pada setiap tahapan perencanaan
berkenaan. Tingkat realisasi ini dinyatakan dalam % (persentase);
Kolom (8) diisi dengan kriteria capaian kinerja
Interval Nilai Realisasi Kinerja Kriteria Penilaian Realisasi Kinerja
Template dan isi dari Prastudi Kelayakan sektor air minum akan dibahas seperti di
bawah ini, namun template ini tidak bersifat kaku dan dapat disesuaikan dengan
kebutuhan, kondisi, dan perencanaan di daerah masing-masing serta skema
Kerjasama yang dilaksanakan.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Maksud
▪ Mengkaji kelayakan proyek Kerjasama dan mendorong minat swasta
untuk berinvestasi.
▪ Mengembangkan struktur pembiayaan proyek melalui bentuk
Kerjasama yang disepakati.
▪ Mengkaji dan menyampaikan kepada PJPK terkait kemauan
menyambung ( willingness to connect), serta kemauan (willingness
to pay) dan kemampuan membayar (affordability to pay) masyarakat
yang akan dilayani oleh proyek.
▪ Dan/atau lain-lain.
2. Tujuan
▪ Meningkatkan akses pelayanan air minum perpipaan kepada
masyarakat.
▪ Meningkatkan kinerja pemerintah daerah dalam pelayanan air minum
kepada masyarakat.
C. Sistematika Pembahasan
A. Kajian Kebutuhan
B. Kajian Kepatuhan
6. Kesimpulan
Menyimpulkan kesesuaian proyek kerjasama dengan rencana-rencana
dan kebijakan-kebijakan yang telah dibahas diatas.
A. Kajian Hukum
3. Kebutuhan Perizinan
Menguraikan tentang perijinan-perijinan yang diperlukan untuk
pelaksanaan proyek kerjasama serta rencara strategi untuk
memperoleh perijinan-perijinan tersebut, baik perijinan sebelum proses
pengadaan maupun setelah proses pengadaan. Sebagai contoh
adalah perijinan AMDAL, Izin Lingkungan, Surat Penetapan Lokasi dari
Gubernur, persetujuan prinsip dukungan dan/atau jaminan pemerintah
(jika dibutuhkan), izin perlintasan dan sebagainya yang diperlukan
sebelum proses pengadaan. Sementara Surat Perjanjian Penggunaan
Air (SPPA), sertifikat halal dari MUI, Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
dan sebagainya diperlukan setelah proses pengadaan dan
penandatangan Kerjasama.
B. Kajian Kelembagaan
a. BUMN/BUMD;
b. UPT/UPTD;
c. Kelompok Masyarakat; dan/atau
d. Badan Usaha.
b. Daerah Provinsi
Pengelolaan dan pengembangan SPAM lintas daerah
kabupaten/kota.
c. Daerah Kabupaten/Kota
Pengelolaan dan pengembangan SPAM di daerah kabupaten/kota
Dalam kajian unit air baku, yang paling penting dilakukan adalah kajian
terhadap kehandalan air baku dari segi kualitas, kuantitas, kontinuitas dan
perijinannya. Selain itu juga perlu dilakukan kajian terhadap desain unit air
baku yang telah ada.
Beberapa hal penting yang perlu ada dalam kajian unit baku adalah:
2. Kajian Intake
Beberapa hal yang perlu dikaji untuk rancangan intake (pengambilan air
baku) meliputi:
▪ Kesesuaian lokasi intake dengan rencana tata ruang.
▪ Status ketersediaan lahan.
▪ Akses menuju lokasi intake.
▪ Layout dan rancangan intake.
▪ Kualitas air baku.
▪ Kriteria desain intake ini tergantung dari jenis sumber air baku
yang akan digunakan, apakah berupa sumber air permukaan,
mata air, ataupun air tanah. Kajian perlu dilakukan terhadap
bangunan sipil, sistem mekanikal dan elektrikal, serta rencana
sistem pengoperasian dan pemeliharaannya secara umum.
▪ Perlu diulas juga lebih dalam mengenai sumber listrik yang
akan digunakan sehingga akan diketahui keperluan infrastruktur
listrik yang diperlukan dan juga sistem perizinan dan ketersediaan
listrik yang diperlukan apabila akan menggunakan sumber listrik
dari PLN.
C. Unit Transmisi
1. Lokasi IPA
▪ Kajian untuk melihat apakah IPA berada di satu lokasi yang sama
dengan intake atau berbeda.
▪ Kesesuaian lokasi dengan fungsi tata ruang.
▪ Status ketersediaan lahan.
E. Unit Distribusi
F. Unit Pelayanan
G. Spesifikasi Keluaran
1. Intake
▪ Jenis konstruksi sipil.
▪ Kapasitas pengambilan (L/detik).
3. Sistem Distribusi
▪ Kehilangan air maksimal di sistem distribusi (%).
▪ Sistem pemantauan dan pengawasan yang diterapkan.
▪ Maksimum lamanya penghentian operasi untuk pemeliharaan
ataupun karena sebab lainnya (hari dalam setahun).
▪ Kualitas air yang sampai di pelanggan.
1. Kependudukan
▪ Kondisi demografi di wilayah perencanaan.
▪ Jumlah penduduk saat ini di wilayah perencanaan.
▪ Tingkat pertumbuhan kabupaten/kota atau wilayah perencanaan.
▪ Proyeksi penduduk di wilayah perencanaan.
Tarif ini akan dikaji kelayakan dengan membandingkannya pada tarif rata-
rata yang berlaku saat ini, kemauan membayar masyarakat, serta
kemampuan membayar masyarakat (berdasarkan hasil studi RDS).
Tarif pada dasarnya dihitung untuk dapat menutup seluruh biaya dan
pengembalian modal. Dalam penentuan besaran tarif yang dikenakan
kepada masyarakat terdapat dua pihak yang berkepentingan, yaitu :
▪ Pihak Penyelenggara
Penyelenggara sangat berkepentingan dalam penentuan tarif.
Perhitungan tarif dari sisi penyelenggara didasarkan pada keperluan
untuk menutup seluruh biaya yang dikeluarkan, pengembalian pinjaman
serta untuk mendapatkan keuntungan dari usahanya atau pengembalian
modal yang telah ditanamkan.
▪ Pihak Masyarakat
Pihak masyarakat sebagai konsumen air minum juga sangat
berkepentingan terhadap masalah tarif air. Konsumen dalam hal ini
sangat dipengaruhi oleh daya beli/kemampuan untuk membayar air. Bagi
masyarakat kemampuan membayar air sangat ditentukan oleh tingkat
pendapatan masyarakat, sedangkan untuk konsumen yang berasal dari
kelompok industri, kemampuan membayar/membeli air tergantung
alokasi biaya produksi untuk komponen biaya air.
Pada sub-bab ini juga perlu dijabarkan mekanisme penyesuaian tarif serta
diidentifikasi dampak terhadap pendapatan jika terjadi:
1. Asumsi umum
▪ Periode evaluasi.
▪ Faktor konversi.
▪ Dan asumsi lain yang diperlukan.
2. Manfaat
▪ Penghematan biaya penyediaan air bersih/air minum masyarakat;
▪ Penghematan dari perbaikan kondisi kesehatan masyarakat;
▪ Manfaat lain yang dapat dikuantifikasi.
Manfaat dikuantifikasi dan dikonversi dari nilai finansial menjadi nilai
ekonomi.
3. Biaya
▪ Biaya penyiapan KERJASAMA;
▪ Biaya modal;
▪ Biaya operasional;
▪ Biaya pemeliharaan;
▪ Biaya lain-lain yang timbul dari adanya proyek.
4. Parameter penilaian
▪ Economic Internal Rate of Return (EIRR)
▪ Economic Net Present Value (ENPV)
▪ Economic Benefit Cost Ratio (BCR)
5. Analisis sensitivitas
E. Analisis Keuangan
2. Pendapatan
▪ Pendapatan Badan Usaha Pelaksana dalam bentuk pembayaran atas
tarif air curah dari BUMDAM/badan pengelola selama periode
evaluasi.
▪ Pendapatan BUMDAM/badan pengelola dalam bentuk pembayaran
atas tarif air minum dari end user (masyarakat) selama periode
evaluasi.
3. Biaya
▪ Biaya investasi (CAPEX)
Berisikan ringkasan biaya investasi, baik oleh PJPK, Badan Usaha
maupun secara total. Ringkasan ini juga terdiri dari dua harga, yaitu
harga konstan dan harga berlaku. Ringkasan biaya investasi ini di-
breakdown per tahun.
3
Berisikan ringkasan biaya OPEX per m yang perlu dikeluarkan oleh
Badan Usaha maupun PJPK/BUMDAM. Dalam perhitungan biaya
OPEX ini, selain asumsi tersebut diatas, perlu juga asumsi tentang
biaya-biaya operasional, yang antara lain:
4. Indikator keuangan
Indikator keuangan ini akan membahas beberapa indikator penting
yang akan menentukan layak tidaknya proyek ini dijalankan oleh Badan
Usaha. Beberapa indikator keuangan tersebut adalah:
▪ IRR, NPV dan DSCR dari proyek dan modalitas.
▪ Perbandingan FIRR proyek terhadap WACC. Jika FIRR lebih
besar dari WACC maka Proyek kerjasama dinilai LAYAK.
▪ Jika NPV yang dihasilkan lebih besar dari 0 maka Proyek kerjasama
dinilai LAYAK.
▪ Jika IRR ekuitas masih lebih besar dibandingkan dengan Minimum
Attractive Rate of Return (MARR) maka Proyek kerjasama dinilai
LAYAK.
▪ Jika DSCR lebih besar dari 1 maka Proyek kerjasama dinilai LAYAK.
Pada Pada sub-bab ini akan dikaji proyeksi kinerja keuangan Badan
Usaha Pelaksana dengan menggunakan asumsi-asumsi seperti dibahas
diatas. Proyeksi keuangan yang perlu dimasukkan dalam Prastudi
Kelayakan adalah proyeksi laba/rugi dan proyeksi perputaran kas.
▪ Proyeksi laba rugi (income statement).
▪ Proyeksi arus kas (cash flow).
▪ Proyeksi neraca (balance sheet).
6. Analisis sensitivitas
Tujuan dari Analisis Nilai Manfaat Uang (Value for Money – VFM) adalah
untuk membandingkan dampak finansial dari proyek kerjasama (perkiraan
penawaran badan usaha) terhadap alternatif penyediaan infrastruktur secara
tradisional oleh PJPK. Nilai Manfaat Uang (VFM) merupakan selisih Net Present
Value (NPV) PSC dengan NPV kerjasama (PPP Bid). Jika Nilai VFM adalah
positif, maka proyek tersebut memberkan nilai manfaat. Sebaliknya, jika
VFM negatif, maka skema tersebut tidak dipilih.
Pada bab ini akan dibahas secara ringkas dari hasil studi lingkungan yang telah
dilakukan. Kajian secara lebih rinci dari studi lingkungan dan sosial perlu
dilampirkan. Beberapa hal yang perlu masuk dalam bab ini meliputi:
A. Pengamanan Lingkungan
Sebagian potensi dampak sosial yang ditimbulkan dari proyek kerjasama serta
rencana mitigasinya telah dibahas pada kajian lingkungan hidup. Namun, jika
dampak sosial yang ditimbulkan cukup besar maka perlu diperjelas atau dirinci
pada bagian ini.
Selain itu, bagian ini juga berfokus pada kegiatan pengadaan tanah untuk
tapak proyek kerjasama. Berikut adalah hal-hal yang perlu dikaji pada kajian
ini:
Pada bab ini akan dibahas alternatif-alternatif skema Kerjasama yang dapat
diterapkan sampai dengan penetapan skemanya. Beberapa hal yang dikaji dalam
bab ini meliputi:
1. Lingkup Kerjasama
Berisikan pembagian tanggung jawab antara PJPK dan Pihak Ketiga dalam
sistem penyediaan air minum yang akan di kerjasamakan. Dalam
menentukan lingkup Kerjasama ini perlu melihat peraturan, khususnya
Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Sistem Penyediaan Air Minum
yang saat ini sedang disusun. Pada intinya adalah bahwa tidak bisa
seluruh sistem penyediaan air minum dikelola oleh Badan Usaha.
Dalam lingkup ini juga perlu diuraikan faktor-faktor kritis yang akan
menentukan suksesnya proyek kerjasama, seperti misalnya komitmen,
proses pengadaan yang efektif, alokasi dan manajemen risiko, kejelasan
spesifikasi keluaran, dan sebagainya.
Dalam sub-bab ini akan dikaji aset-aset pemerintah daerah atau BUMDAM
apa saja yang akan digunakan untuk Kerjasama ini dan bagaimana
sistem pemakaian yang akan diterapkan. Aset ini juga termasuk dengan
aset-aset institusi lain seperti misalnya aset jalan tol, aset jalan kereta api,
dan sebagainya.
Uraian alur finansial ini adalah mulai dari penarikan tarif dari masyarakat
sampai dengan bagaimana membayar biaya air curah kepada SPC atau
biaya air baku kepada penyedia air baku.
A. Identifikasi Risiko
Peringkat Keterangan
Hampir Pasti Terjadi Ada kemungkinan kuat risiko ini akan terjadi
sewaktu-waktu seperti yang telah terjadi di proyek
lainnya.
Mungkin Sekali Terjadi Risiko mungkin terjadi sewaktu-waktu karena
adanya riwayat kejadian kasual
Mungkin Terjadi Tidak diharapkan, tapi ada sedikit kemungkinan
terjadi sewaktu-waktu
Jarang Terjadi Sangat tidak mungkin, tetapi dapat terjadi dalam
keadaan luar biasa. Bisa terjadi, tapi mungkin tidak
akan pernah terjadi
Hampir Tidak Mungkin Risiko ini secara teoritis dimungkin terjadi, namun
Terjadi belum pernah didapati terjadi di proyek lainnya.
Dampak
Peringkat Keselamatan Penundaan Kinerja Hukum Politik
Keuangan
Tidak Varian <5% Tidak ada atau < 3 bulan Sesuai tujuan, Pelanggaran Perubahan dan
Penting terhadap hanya cidera tetapi ada Kecil dampak kecil
anggaran pribadi, dampak kecil terhadap
Pertolongan terhadap unsur- proyek
Pertama unsur non-inti
dibutuhkan
tetapi tidak ada
penundaan hari
Ringan Varian 5%- Cidera ringan, 3 – 6 bulan Sesuai tujuan, Pelanggaran Perubahan
10% perawatan tetapi ada prosedur/ memberikan
terhadap medis dan kerugian pedoman dampak yang
anggaran penundaan sementara dari internal signifikan
beberapa hari sisi layanan, atau terhadap
kinerja unsur- proyek
unsur non-inti
yang berada
dibawah standar
Sedang Varian Cidera: 6 – 12 bulan Kerugian Pelanggaran Ketidakstabilan
10%-20% Kemungkinan sementara kebijakan/ situasi
terhadap rawat inap dan unsur proyek peraturan berdampak
anggaran banyak inti, atau standar pemerintah pada keuangan
penundaan kinerja unsur inti dan
hari yang menjadi kinerja.
berada di bawah
standar
Besar Varian Cacat sebagian 1 – 2 tahun Ketidakmampuan Pelanggan Ketidakstabilan
20%_30% atau penyakit untuk memenuhi lisensi atau berdampak
terhadap jangka panjang unsur inti, dan hukum, pada keuangan
anggaran atau beberapa secara signifikan pengenaan dan kinerja
cidera serius menjadikan penalti
proyek
dibatalkan
Dampak
Peringkat Keselamatan Penundaan Kinerja Hukum Politik
Keuangan
Serius Varian Kematian atau >2 tahun Kegagalan total Intervensi Ketidakstabilan
30%-50% cacat permanen proyek peraturan menyebabkan
terhadap atau penghentian
anggaran tuntutan, layanan
pengenaan
penalti
Metode penilaian risiko tersebut akan dimasukaan dalam matriks peta risiko
sebagai berikut:
Konsekuensi
Kemungkinan Tidak
Ringan Sedang Besar Serius
Penting
Hampir Pasti Menengah Menengah Tinggi Tinggi Tertinggi
Mungkin
Rendah Menengah Menengah Tinggi Tertinggi
Sekali
Mungkin Rendah Menengah Menengah Tinggi Tinggi
D. Mitigasi Risiko
Pada bab ini akan diuraikan hal-hal kritis yang perlu ditindaklanjuti dengan isi sub-
bab sebagai berikut:
Sub-bab ini akan menguraikan hal-hal kritis yang perlu diselesaikan pada tahap
penyiapan proyek kerjasama dan juga sebelum dimulainya tahap transaksi
kerjasama, seperti misalnya penyelesaian studi Amdal, perizinan, ekspose
kepada DPRD, dan sebagainya.
X. KAJIAN PENGADAAN
D. Proses Pengadaan
Nomor : ……………………………
PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama selanjutnya disebut “Para Pihak”.
Para pihak dalam kedudukannya sebagaimana tersebut di atas, terlebih dahulu mempertimbangkan
hal-hal sebagai berikut:
a. Bahwa PIHAK PERTAMA berdasarkan Peraturan Daerah
……………………………………………………….. tentang Pendirian Perusahaan Daerah Air
Minum ………………….. yang selanjutnya disingkat dengan PDAM ………………. bergerak
dalam bidang jasa penyedian air bersih bagi masyarakat ………………….
Berdasarkan hal hal tersebut di atas, maka Para Pihak sepakat untuk mengikatkan diri satu kepada
yang lain dalam suatu perjanjian Kerjasama dengan berdasarkan prinsip saling menguntungkan dan
saling menghormati bidang usaha dan kegiatan masing masing dengan ketentuan dan syarat seperti
tertuang dalam pasal-pasal sebagai berikut:
PASAL 1
PEDOMAN PELAKSANAAN
Bahwa kedua belah pihak telah sepakat untuk mengadakan Perjanjian Kerjasama atas dasar yaitu :
1. Surat Usulan Kerjasama ……………………
2. Surat jawaban PT. ……………………………
3. Notulen Rapat
4. Surat Perjanjian Kerjasama Nomor …………………… tentang Perjanjian Kerjasama
…………………………….
PASAL 2
RUANG LINGKUP PERJANJIAN
PASAL 3
MAKSUD DAN TUJUAN
(1) Perjanjian ini bermaksud meningkatkan pelayanan dan akurasi dalam pembacaan meter air
pelanggan PDAM ……….., mengingat semakin berkembangnya teknologi di Indonesia maka
harus dilakukan penyesuaian dan pembaruan sistem baca meter air.
(2) Perjanjian ini bertujuan agar terlaksana serta tercapainya hak dan kewajiban para pihak
dengan sebaik-baiknya berdasarkan asas manfaat, kebersamaan dan saling menguntungkan.
PASAL 4
HAK DAN KEWAJIBAN
PASAL 5
PENGEMBANGAN, PEMELIHARAAN DAN PENGELOLAAN
(2) Pengembangan dan Pemeliharaan sistem baca meter meliputi perawatan dan perbaikan serta
pembaruan sebagai berikut :
a. Mengganti Smartphone yang tidak layak pakai atau not compatible minimal satu tahun
sekali sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (1)
b. Memelihara dan mengembangkan sistem dalam proses upload dan download data
pada komputer pengawas meter minimal 3 kali setahun.
c. Memelihara dan mengembangkan peralatan wireless pada komputer pengawas meter
di setiap Unit Pelayananan PDAM ................................... minimal 3 kali setahun.
d. Menyediakan perangkat charger battery untuk setiap unit Smartphone.
e. Melakukan pencetakan QR-Code yang hilang dan/rusak serta melakukan pencetakan
QR-Code untuk pelanggan baru.
f. Menyiapkan Usulan Rekayasa Ulang apabila di kemudian hari Pihak Pertama meminta.
PASAL 6
SPESIFIKASI SMARTPHONE
PIHAK KEDUA berhak menentukan spesifikasi Smartphone Android dengan rincian sebagai berikut
:
• OS Android : minimal Android Versi 5.0 Lollipop
• RAM : minimal 2 GB
• Jaringan : 4G, 3G HSDPA (H+)
• Processor : minimal QuadCore 1.2 GHZ
• Storage : Minimal 16 GB
• Kamera : Depan dan Belakang minimal 5 MP
• Baterai : Minimal 3000 mAh
PASAL 7
PELAKSANAAN KERJA SAMA
PIHAK KEDUA setelah di tandatangani Surat Perjanjian Kerjasama ini, segera melakukan
Inventarisasi Peralatan dan Sistem Baca Meter bersama dengan Bagian Keuangan seksi PDR PDAM
....................................
PASAL 8
IMBALAN JASA
(1) PARA PIHAK sepakat menetapkan harga pemeliharaan peralatan smartphone android dan
jasa pembuataan aplikasi sistem pengoperasian untuk pembacaan meter air pelanggan PDAM
................................... adalah sebesar Rp. ………………. (………………………………………)
per tahun. Biaya tersebut sudah termasuk pajak yang berlaku.
(2) PARA PIHAK sepakat pembayaran dilakukan per bulan sebesar Rp. …………………
(……………………………….).
(3) PIHAK KEDUA tidak dapat menuntut kenaikan harga atau perubahan harga yang telah
disepakati, atau tambahan biaya dalam bentuk apapun juga walaupun terjadi kenaikan harga
dan/atau jasa yang berhubungan dengan pelaksanaan surat perjanjian ini, kecuali atas
persetujuan dan/penetapan pemerintah.
PASAL 9
EVALUASI KERJA
(1) Hasil pekerjaan PIHAK KEDUA harus mengacu kepada Service Level Agrement (SLA) yang
telah ditetapkan oleh PIHAK PERTAMA.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑜𝑖𝑛
𝑋 = × 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑎𝑘 (𝑛𝑘)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑎𝑠𝑢𝑠 (𝑘) × 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 (𝑛)
(3) Parameter-parameter yang di gunakan dalam mengukur kinerja di definisikan dalam daftar
kerusakan (terlampir).
PASAL 10
TATA CARA PEMBAYARAN IMBALAN JASA
(1) PIHAK KEDUA tidak akan mengajukan permintaan uang muka, demikian pula PIHAK
PERTAMA tidak akan memberikan uang muka kepada PIHAK KEDUA.
(2) PIHAK KEDUA membayar jasa PIHAK PERTAMA berdasarkan evaluasi kerja seperti
disebutkan pada pasal 9 ayat (2).
(3) PIHAK PERTAMA akan membayar kepada PIHAK KEDUA harga jasa, sesuai pasal 8 surat
perjanjian ini dengan cara transfer ke rekening PIHAK KEDUA pada :
Bank : …………………………..
No.Rekening : …………………………..
Atas Nama : …………………………..
(4) Pembayaran ini akan dilakukan oleh PIHAK PERTAMA paling lambat 14 hari kalender sejak
diterimanya surat permintaan pembayaran dari PIHAK KEDUA dengan melampirkan :
PASAL 11
PENGALIHAN HAK DAN KEWAJIBAN
PARA PIHAK tidak berhak dengan alasan apapun mengalihkan sebagian maupun seluruh hak dan
kewajibannya sebagaimana tercantum dalam Perjanjian ini kepada pihak lain, tanpa adanya
persetujuan tertulis dari PARA PIHAK.
PASAL 12
KERAHASIAAN
(1) PARA PIHAK menyanggupi untuk menyimpan kerahasiaan perjanjian ini dan semua syarat-
syarat serta ketentuan-ketentuan di dalamnya.
(2) PIHAK KEDUA wajib melindungi kerahasiaan secara ketat semua informasi dan dokumen
mengenai pelanggan dari waktu ke waktu sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan PIHAK KEDUA tidak akan memanfaatkan semua data pelanggan dalam bentuk apapun.
(3) PIHAK KEDUA wajib memastikan semua pegawainya mematuhi kewajiban menjaga
kerahasiaan sebagaimana tersebut pada ayat (2) sehubungan dengan perjanjian ini meskipun
perjanjian ini telah berakhir.
(4) Dalam hal salah satu pihak lalai memenuhi kewajibannya untuk menjaga kerahasiaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (3), maka pihak lainnya dapat mengakhiri perjanjian
ini.
PASAL 13
FORCE MAJEURE
(1) Kedua pihak dapat dibebaskan dari kewajiban untuk melakukan isi Perjanjian ini, baik sebagian
maupun keseluruhan, apabila kegagalan atau keterlambatan dalam melaksanakan Perjanjian
ini disebabkan karena adanya force majeure.
(2) Yang dimaksud force majeure pada ayat (1) Pasal ini adalah suatu keadaan yang ada di luar
kemampuan pihak yang mengalami force majeure yaitu bencana alam, banjir, badai, yang
dinyatakan oleh Pemerintah sebagai bencana alam, huru hara, kebakaran, sabotase,
peperangan, epidemi, dan kepatuhan terhadap pelaksanaan perundang-undangan. Tidak
termasuk force majeure, hal-hal yang diakibatkan oleh kelalaian, kealpaan, kecerobohan
(3) Pihak yang mengalami force majeure wajib memberitahukan secara lisan segera setelah
mengalami force majeure dengan kewajiban memberitahukan secara tertulis kepada pihak
lainnya mengenai terjadinya peristiwa force majeure selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari
kalender sejak force majeure terjadi dengan memberikan penjelasan dan perkiraan dimulainya
kembali pelaksanaan ketentuan Perjanjian. Keterlambatan atau kelalaian untuk
memberitahukan terjadinya sebab force majeure, mengakibatkan tidak diakuinya peristiwa
tersebut sebagai force majeure oleh pihak lainnya.
(4) Segala permasalahan yang timbul akibat terjadinya force majeure akan diselesaikan oleh
PARA PIHAK secara musyawarah.
PASAL 14
JANGKA WAKTU DAN PENGAKHIRAN PERJANJIAN
(1) Perjanjian ini berlaku selama 1 (satu) Tahun sejak ditandatanganinya perjanjian oleh PARA
PIHAK dan dapat diperpanjang sesuai kesepakatan PARA PIHAK dengan memberitahukan
secara tertulis oleh salah satu pihak kepada pihak lainnya paling lambat 1 (satu) bulan sebelum
perjanjian ini berakhir.
(3) Apabila PIHAK KEDUA tidak dapat memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud pada pasal
4 perjanjian ini, maka PIHAK PERTAMA mengeluarkan peringatan tertulis kapada PIHAK
KEDUA dengan tenggat waktu 7 (tujuh) hari untuk memberikan tanggapan secara tertulis.
Apabila melewati batas waktu yang telah ditentukan maka PIHAK PERTAMA memberikan
surat peringatan terakhir dan dalam hal ini bila dipandang perlu, PIHAK PERTAMA dapat
memutuskan perjanjian secara sepihak.
(4) Perjanjian ini berakhir dengan terlebih dahulu mengadakan persetujuan pengakhiran
Perjanjian paling lambat 2 (dua) bulan sebelum berakhirnya periode Perjanjian.
(5) Dalam hal perjanjian ini tidak diperpanjang lagi, baik karena permintaan salah satu pihak
ataupun karena alasan lain, pengakhiran Perjanjian ini tidak mempengaruhi hak dan kewajiban
masing-masing pihak yang harus diselesaikan, sebagai akibat dari pelaksanaan Perjanjian
sebelum berakhirnya jangka waktu Perjanjian ini.
(6) Para pihak setuju untuk mengesampingkan berlakunya Pasal 1266 dan 1267 Kitab Undang-
undang Hukum Perdata, terhadap segala sesuatu yang bertalian dengan pengakhiran
Perjanjian sehingga pengakhiran Perjanjian ini cukup dilakukan oleh salah satu pihak dengan
pemberitahuan secara tertulis kepada pihak lainnya tanpa keputusan dari pengadilan.
PASAL 15
PEKERJAAN TAMBAH / KURANG
(1) Pekerjaan tambah/kurang hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan PIHAK PERTAMA.
(2) Untuk pelaksanaan pekerjaan tambah/kurang dibuat suatu addendum yang merupakan satu
kesatuan dari surat perjanjian ini.
PASAL 16
PEMBEBASAN DARI TUNTUTAN
(1) PIHAK KEDUA menjamin PIHAK PERTAMA baik sekarang maupun dikemudian hari tidak akan
mendapat tuntutan dari pihak lain yang menyatakan mempunyai hak atau mempunyai hak
terlebih dahulu atas sistem baca meter air pelanggan PDAM ...................................
menggunakan smartphone android.
(2) Apabila dikemudian hari PIHAK PERTAMA mendapat tuntutan sebagaimana dimaksud ayat (1)
pasal ini maka akibat hukum atas tuntutan tersebut menjadi beban dan tanggung jawab PIHAK
KEDUA.
PASAL 17
PERUBAHAN SURAT PERJANJIAN
(1) PARA PIHAK sepakat bahwa setiap perubahan dalam surat perjanjian ini hanya dapat
dilakukan atas persetujuan kedua belah pihak.
(2) Perubahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini dibuat dalam suatu Addeendum
yang merupakan bagian tidak terpisah dari surat perjanjian.
PASAL 18
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
(1) Dalam hal terjadinya perbedaan atau perselisihan yang timbul sebagai akibat dari pelaksanaan
perjanjian ini, para pihak akan menyelesaikannya secara musyawarah untuk mencapai mufakat.
(2) Apabila tidak tercapai penyelesaian dalam musyawarah, PARA PIHAK sepakat untuk
menempuh jalur hukum, dengan memilih tempat kedudukan (domisili) hukum di Kepaniteraan
Pengadilan Negeri Palembang.
(3) Selama penyelesaian perbedaan atau perselisihan dengan dalih apapun PIHAK KEDUA tidak
diperbolehkan memperlambat pelaksanaan isi surat perjanjian ini kecuali atas perintah dan
persetujuan tertulis dari PIHAK PERTAMA.
PASAL 19
LAIN-LAIN
(1) Terhadap hal-hal yang belum diatur dalam Perjanjian ini, berlaku kitab Undang-undang Hukum
Perdata serta ketentuan-ketentuan pemerintah yang berlaku di Indonesia.
(2) Setiap perubahan serta hal-hal yang belum diatur dalam Perjanjian ini, akan diatur lebih lanjut
secara tertulis oleh para pihak sebagai aturan tambahan (Addendum) yang merupakan bagian
yang mengikat dan tidak terpisahkan dengan Perjanjian ini.
(3) Perjanjian ini tidak mengikat atau membatasi PIHAK PERTAMA melakukan Kerjasama
dengan PIHAK LAIN dalam bentuk yang sama sebagaimana perjanjian dengan PIHAK
KEDUA.
PASAL 20
PENUTUP
(1) Surat perjanjian ini dibuat dalam 2 (dua) rangkap asli, bermaterai cukup dan masing-masing
mempunyai kekuatan hukum yang sama, 1 (satu) rangkap untuk PIHAK PERTAMA dan 1
(satu) rangkap untuk PIHAK KEDUA.
(2) Surat perjanjian ini dibuat pada hari, bulan, dan tahun tersebut diatas dan ditandatangani di
kantor PDAM ................................... JL………………………………………
……………………..
…………………..
Jabatan
jabatan