Anda di halaman 1dari 11

PETUNJUK TEKNIS

FESTIVAL TUNAS BASA IBU


TINGKAT SD DAN SMP Se-KOTA CIREBON TAHUN 2022

I. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Kegiatan “Festival Tunas Basa Ibu Tingkat SD dan SMP Se-Kota Cirebon Tahun
2022” akan dilaksanakan pada :
Hari/Tanggal : Sabtu, 08 Oktober 2022
Waktu : Pukul 08.00 WIB sampai selesai
Tempat pelaksanaan : SMP NEGERI I KOTA CIREBON

II. Ketentuan Umum


Di samping ketentuan khusus yang diatur dalam setiap mata lomba pasanggiri,
terdapat ketentuan umum sebagai berikut.
1) Kegiatan lomba dilakukan secara luring.
2) Tingkat SD setiap KORWIL mengirimkan perwakilan siswa peserta lomba yang
terdiri dari 1 orang putra serta 1 orang putri untuk semua mata lomba.
Peserta
No Jenis Lomba Tingkat
Putra Putri Jumlah
1 Nulis Carpon SD 1 Orang 1 Orang 2 Orang
2 Maca Sajak SD 1 Orang 1 Orang 2 Orang
3 Biantara SD 1 Orang 1 Orang 2 Orang
4 Ngadongéng SD 1 Orang 1 Orang 2 Orang
5 Nembang Pupuh SD 1 Orang 1 Orang 2 Orang
Maca Nulis
6 SD 1 Orang 1 Orang 2 Orang
Aksara Sunda
7 Borangan SD 1 Orang 1 Orang 2 Orang
JUMLAH 7 Orang 7 Orang 14 Orang

3) Tingkat SMP setiap sekolah mengirimkan perwakilan siswa peserta lomba


yang terdiri dari 1 orang putra serta 1 orang putri untuk semua mata lomba.
Peserta
No Jenis Lomba Tingkat
Putra Putri Jumlah
1 Nulis Carpon SMP 1 Orang 1 Orang 2 Orang
2 Maca Sajak SMP 1 Orang 1 Orang 2 Orang
3 Biantara SMP 1 Orang 1 Orang 2 Orang
4 Ngadongéng SMP 1 Orang 1 Orang 2 Orang
5 Nembang Pupuh SMP 1 Orang 1 Orang 2 Orang
Maca Nulis SMP
6 1 Orang 1 Orang 2 Orang
Aksara Sunda
7 Borangan SMP 1 Orang 1 Orang 2 Orang
JUMLAH 7 Orang 7 Orang 14 Orang
4) Ketika tampil/mengikuti perlombaan peserta tidak boleh memperkenalkan
diri, menyebutkan asal sekolah, atau menuliskan identitas, kecuali nomor
peserta.
5) Setiap peserta dari satu mata lomba tidak boleh mengikuti mata lomba
lainnya.
6) Peserta lomba mengenakan pakaian seragam PSHS atau batik
sekolah/kontingen.
7) Saat tampil/mengikuti lomba peserta tidak menggunakan pelantang (pengeras
suara) kecuali lomba nembang pupuh.

III. Ihwal Materi Pasanggiri


Pasanggiri yang akan diadakan di jenjang SD dan SMP terdiri atas tujuh mata
lomba. Berikut ini adalah penjelasan teoritis dan teknis mengenai ketujuh mata
lomba yang dimaksud.

i. Ketentuan Menulis Carpon


 Tema ditentukan oleh panitia pada saat lomba akan dimulai berupa
stimulasi visual (gambar).
 Carpon merupakan karangan siswa dan tidak mengandung unsur
plagiarisme, SARA, dan pornografi.
 Carpon ditulis menggunakan tangan dengan memperhatikan tingkat
keterbacaan yang baik dan tanda baca sesuai kaidah ejaan.
 Carpon ditulis di kertas folio bergaris menggunakan pensil 2B yang
disediakan oleh panitia dengan panjang karangan maksimal 1 (satu)
halaman folio bergaris untuk jenjang SD dan 2 (dua) halaman folio
bergaris untuk jenjang SMP.
 Paragraf ditulis menjorok bukan rata kiri dan renggang antaralinea.
 Durasi mengarang carpon maksimal 3 jam.
 Carpon karangan siswa adalah fiksi hasil dari pengolahan imajinasi bukan
sekadar pengalaman sehari-hari atau catatan harian (diary).
 Dalam mengarang siswa menggunakan kecap panganteb, kecap
panganteur, kecap bituna rasa secara proporsional sebagai upaya
pemanfaatan kekayaan dan kekhasan bahasa Sunda.
 Penilaian lomba meliputi aspek-aspek berikut.

Aspek yang
No. Dinilai Indikator
1. Bahasa  Proporsi ukuran huruf.
 Dapat dibaca dengan jelas (menunjukan tingkat keterbacaan
yang baik).
 Penggunaan ejaan yang baik dan benar.
 Penggunaan kosakata dan struktur bahasa Sunda yang baik.
 Panjang karangan sesuai dengan ketentuan.
2 Isi  Kesesuaian isi dengan tema.
 Orisinalitas karangan.
 Pengembangan gagasan.
 Memenuhi unsur intrinsik cerita pendek.
ii. Ketentuan Lomba Membaca Sajak
 Peserta tidak diperkenankan menggunakan perlengkapan/aksesoris atau
properti apa pun kecuali naskah/teks sajak.
 Peserta tidak diperkenankan diiringi oleh musik.
 Peserta harus menyebutkan dengan jelas judul sajak yang dibaca serta
siapa pengarangnya.
 Sajak wajib dan pilihan untuk tiap jenjang adalah sebagai berikut.

Jenjang Sajak Wajib

SD (1) “Indung jeung Anak”Karya Sayudi;


(2) “Katiga”karya Yayat Héndayana;
(3) “Bumi Garing”karya Hadi AKS;
(4) “Éta Saha”karya Nala Apsari
SMP
(1) "Meri" karya Apip Mustopa;
(2) "Handapeun Langit Kota" karya Hadi AKS;
(3) "Katiga Asa ku Lila" karya Dédy Windyagiri;
(4) "Leuweung" karya Surachman RM


 Aspek penilaian secara umum meliputi beberapa indikator berikut ini.

No Aspek Pemilihan Indikator


1 Tafsir Pemahaman isi
2 Vokal  Artikulasi
 Dinamika
 Tempo
3 Penghayatan Ketepatan emosi
4 Penampilan  Penguasaan panggung
 Mimik dan gerak (Gesture)

iii. Ketentuan Lomba Pidato/Biantara


 Saat lomba berlangsung, peserta tidak diperbolehkan membawa atau
membaca naskah.
 Durasi waktu pidato (biantara) antara 5 – 7 menit dan jika ada peserta
yang belum selesai pada waktu yang telah ditentukan maka dewan juri
berhak menghentikan penampilan peserta.
 Setiap peserta menyerahkan naskah biantara masing-masing sebanyak
2 rangkap untuk diserahkan kepada panitia (1 rangkap) dan dewan juri
(1 rangkap). Pada naskah biantara tidak disebutkan nama dan asal
sekolah, cukup disebutkan nomor peserta saja.
 Setiap peserta lomba berdiri di tempat yang telah disediakan panitia.
 Isi biantara berkaitan dengan tema “Ngamumulé Basa Sunda”.
 Aspek penilaian secara umum, meliputi beberapa hal berikut.
Aspek
No. Indikator
Penilaiian
1 Aspek  Pilihan kata (diksi)
Bahasa  Gaya bahasa (rakitan basa)
 Tata krama bahasa (undak-usuk
basa)
 Intonasi (lentong) dan pelafalan
2 Aspek  Kesesuaian topik/tema dengan isi
Materi (Isi)  Substansi isi, aktualitas ide, dan
keaslian gagasan
 Penguasaan dan pemahaman isi
 Organisasi dan sistematika
penyampaian isi
3 Aspek  Mimik dan gerak (gesture)
Penampilan  Gaya bicara dan teknik vocal
(Ekspresi)

iv. Ketentuan Lomba Mendongeng (Ngadongéng)


 Konsep yang digunakan dalam pasanggiri ngadongéng adalah ”niténan
nu ngadongéng” ‘menyimak pendongeng’ dan “ngadéngékeun nu
ngadongéng” ‘mendengarkan pendongeng’.
 Materi dongeng yang dipilih harus memperhatikan konvensi cerita
dongeng, yaitu
Jenjang SD : Sasakala (legenda)
Jenjang SMP : Fabel, Parabel, Legenda, Mite, atau Babad.
 Selama tampil, perserta lomba ngadongéng harus tetap berdiri di
tempat yang disediakan oleh panitia.
 Peserta hanya mengandalkan kekuatan vokal dan ekspresi, dan tidak
diperkenankan membawa atau menggunakan properti apapun.
 Jika dalam materi dongeng yang dipilih terdapat bagian yang harus
dinyanyikan, peserta harus menyanyikan bagian tersebut dan akan
menjadi bagian dari penilaian dewan juri (girang pangajén).
 Durasi waktu ngadongéng adalah 5—7 menit. Jika ada peserta yang
belum selesai pada waktu yang telah ditentukan, dewan juri berhak
menghentikan penempilan peserta (tehnis diatur oleh panitia).
 Aspek penilaian lomba mendongeng secara umum meliputi hal- hal
sebagai berikut.

No Aspek Penilaian Indikator


1 Aspek Bahasa  Pilihan kata (diksi)
 Gaya bahasa (rakitan basa)
 Kepaduan alur cerita dongeng
 Intonasi (lentong) dan pelafalan
2 Pemahaman Isi  Penguasaan isi dongeng
 Penghayatan dan penjiwaan
3 Aspek Penampilan  Mimik dan gerak (gesture).
(Ekspresi)  Gaya bercerita dan teknik vocal
v. Ketentuan Lomba Nembang Pupuh
 Pupuh yang dibawakan adalah pupuh buhun versi Mang Koko, dengan
ketentuan dibawakan (ditembangkeun) oleh seorang peserta.
 Setiap peserta hanya memilih 1 (satu) pupuh yang disediakan oleh
panitia sesuai dengan setiap jenjang.
 Peserta membawakan pupuh merdika dua rambahan (dua kali
pengulangan) dan sekar tandak dua rambahan (dua kali pengulangan).
 Rumpaka lagu pokok pupuh yang berirama merdika menggunakan
guguritan yang ditulis oleh para guru, pelatih, sastrawan, atau kontingen
dari masing-masing daerah berdasarkan aturan pupuh yang akan
dibawakan. Rumpaka sekar tandakpun ditulis dan menyesuaikan dengan
tema rumpaka lagu pokok. Khusus untuk rumpaka sekar tandak versi Mang
Koko yang tidak berupa pupuh sebaiknya menyesuaikan dengan jumlah
suku kata dalam setiap baris (padalisan) lagu sekar tandak. Rumpaka yang
akan dibawakan harus dikirim kepanitia dengan membubuhkan nama
penulis rumpaka tersebut sebagai pemegang hak cipta, selambat-lambatnya
14 hari sebelum pelaksanaan FTBI di tingkat provinsi .
 Untuk yang tidak membuat rumpaka pupuh sendiri. Rumpaka pupuh dan
minus one disediakan oleh panitia.
 Pengiring (pamirig) dan waditra (pirigan) disediakan oleh panitia.
Mengunakan minus one, Surupan yang digunakan adalah 54.
 Adapun pupuh yang dibawakan adalah sebagai berikut.
Jenjang SD Jenjang SMP
 Maskumambang  Durma
 Mijil  Asmarandana
 Magatru  Sinom
 Kinanti  Wirangrong
 Lambang  Pangkur

 Aspek penilaian secara umum meliputi beberapa indikator berikut ini :



vi. Ihwal Aksara No Aspek Penilaian Indikator
Sunda 1 Vokal  Artikulasi
 Teknik nembang
 Pedotan
2 Penghayatan Penjiwaan isi rumpaka dan
penjiwaan musikalitas
3 Penampilan  Mimik dan gerak (gesture)
 Penguasaan panggung dan
koreografi

 Durasi waktu menulis aksara Sunda adalah 20 (dua puluh) menit,


sedangkan membaca aksara Sunda adalah 2 (dua) menit.
 Setiap peserta harus menyelesaikan pekerjaannya tidak melebihi waktu
yang disediakan.
 Bentuk aksara Sunda yang dijadikan acuan untuk lomba ini adalah
Akasa Sunda Standar Unicode versi tahun 2013.
 Materi lomba, baik membaca maupun menulis ditentukan oleh panitia
pada saat pelaksanaan lomba.
 Materi untuk “Maca Aksara Sunda” adalah menggunakan media manual
berupa cetakan (print out).
 Pada pelaksanaan “Maca Aksara Sunda”, panitia menggunakan penanda
waktu (stopwatch) untuk menghitung durasi masing-masing peserta
 Materi “ Nulis Aksara Sunda” mencakup hal-hal berikut:
1) Tulisan diterakan pada kertas polos putih dan bercap panitia.
2) Alat tulis menggunakan spidol yang disediakan oleh panitia dalam
bentuk standar dan tidak boleh diubah atau dimodifikasi.
 Aspek penilaian secara umum meliputi beberapa indikator berikut ini.

No Aspek Penilaian Indikator


1 Membaca Aksara  Ketepatan membaca teks.
Sunda  Kecepatan membaca teks.
 Intonasi dan ekspresi membaca.
2 Menulis Aksara  Ketepatan bentuk tulisan
Sunda  Tipografi (kerapian dan
keseimbangan tulisan)
 Efektivitas (misalnya
dalam penggunaan rarangkén).

vii. Ihwal Borangan


 Jumlah peserta dari tiap jenjang masing-masing dua orang, seorang siswa
dan seorang siswi.
 Materi borangan semata-mata bukan dongeng lucu, tetapi cerita
mengandung kelucuan tentang kejadian yang sedang hangat (viral) di
masyarakat.
 Tema bebas, tidak mengandung unsur SARA, pornografi, dan ledekan
(moyok/ngékéak).
 Materi yang dibawakan peserta adalah karya original dan baru, bisa karya
guru atau pihak lain.
 Durasi borangan antara 4—5 menit. Jika ada peserta yang belum selesai
pada waktu yang telah ditentukan, dewan juri berhak menghentikan
penampilannya.
 Penilaian lomba borangan meliputi aspek-aspek berikut ini:

No Aspek Penilaian Indikator

1 Bahasa Menggunakan bahasa Sunda yang baik dan


benar.
 Lucu, tidak mengandung unsur SARA,
pornografi, dan ledekan.
 Sesuai dengan batas waktu (4—5
2 Materi
menit).
 Karya asli (original).

 Artikulasi (lentong)
 Gerak anggota tubuh (rigig)
3 Penampilan
 Gerak wajah (pasemon)

IV. Hasil Festival Tunas Basa Ibu Tingkat Kota Cirebon


Dalam kegiatan “Festival Tunas Basa Ibu Tingkat SD dan SMP Se-Kota
Cirebon Tahun 2022” ini dewan juri (girang pangajén) memiliki tanggung jawab
untuk menilai dan menentukan serta menetapkan kategori pemenang yang
meliputi: Pemenang (pinunjul) I, Pemenang (pinunjul) II, Pemenang (pinunjul) III.
Seluruh keputusan dewan juri (girang pangajén) tidak dapat diganggu gugat. Dan
setiap pemenang akan mendapatkan piagam dan piala.

V. Dewan Juri
Dewan juri (girang pangajén) untuk seluruh perlombaan (pasanggiri) terdiri
atas unsur akademis dan praktisi yang diundang dari guru SMP dan guru SMA
negeri/swasta, organisasi kesundaan dan organisasi/sanggar kesenian yang dipilih
berdasarkan kompetensi dan profesionalitasnya.

VI. Panitia
Panitia dalam kegiatan ini terdiri dari Dinas Pendidikan Kota Cirebon
bekerjasaman dengan guru baik dari guru SD dan guru Bahasa Sunda SMP.
Lampiran lomba sajak :

Untuk jenjang SD

INDUNG JEUNG ANAK


Karya Sayudi

Anak:
Ema naon eusi langit
jeung di mana tungtung langit
katut béntang nu baranang

Indung:
Teu jauh ti dada ema
eusina napas jeung getih
béntang teu jauh ti Ujang

Anak:
Ema saha nu boga langit
jeung béntang anu baranang
saha nu boga bulan
katut beurang jeung peutingna

Indung:
Kapan sagala nu Ujang
paéh hirup anu Ujang

KATIGA
karya Yayat Héndayana

Kekebul jalan
haliber
katebak angin katiga
eunteup dina kaca toko
sawaréh arasup kana panon

Kekebul kota
sarila
katebak angin katiga
unggut-unggutan dina émpér
némbongkeun dampal leungeunna
ka sakur nu liwat

Kekebul jalan
jeung kekebul kota
nu sareukseuk kana mata
pada-pada miharep hujan silantang
pikeun dirina

1969
BUMI GARING
karya Hadi AKS

Bumi garing
tangkal dugul teu daunan
halodo teuing ku panjang
ngaduruk embun-embunan

Bumi garung
sato gering nahan lapar
sabab daun jujukutan
parérang di tanah angar

Bumi garing
gunung biru nu kulawu
ayeuna teuing ka mana
sirna ku leungeun manusa

Bumi gering
haté nguyung sedih kingkin
iraha rék aya hujan
nyiram bumi nu hanaang

1997

ÉTA SAHA
karya Nala Apsari

Éta saha nu dibeungkeut masker


Naha sobat atawa dulur
Kabéh jadi samar

Éta saha nu numpi di bumi


Lila teu kaluar lantaran buni
Nyumput lantaran sieun ku virus
Hirup sapopoé teu kaurus

Éta saha dina warta


Ngantunkeun sabada virus tépa
Layonna teu meunang dijajap ka kubur
Cukup disérangkeun ku dulur-dulur

Éta saha nu kalah liar


Héy, ngampih bisi virus nular!
Aéh meureun manéhna butuh dahar
Kumaha lamun teu barangsiar

Éta saha nu keur ngalamun


Euleuh geuning kuring nu keur anteng
Nyawang kumaha pikahareupeun
Mun sasalad teu daék ilang
JENJANG SMP

MERI
karya Apip Mustopa

di alam dunya
asana moal aya
nu bisa hirup sauyunan
cara meri saabrulan

mun nu ngangon nitah ka katuhu


bring ngatuhu
mun nu ngangon nitah ka kénca
bring ngénca
bari disarada:
wék wék wék!

di alam dunya
asana moal aya
nu bisa hirup basajan
cara meri saabrulan

dahar cukup saaya-aya


kumaha nu rék maraban
mun keur diabur
lolodok di sawah batur
bari disarada:
wék wék wék!

1979

LEUWEUNG
karya Surachman RM

Cék kuring ka
régang, 'Wawuh
henteu ka dahan?'
Kalah ka nanya deui,
'Bageur kitu ari
dahan téh?'

Cék kuring ka
dahan, 'Kungsi di-
tanya ku tangkal?'
Polos pisan jawabna,
'Jiga saha atuh
tangkal téh?'

Satarabasna ka
tangkal, 'Ku lega
leuweung téh nya.'
Tangkal mumuntang,
'Tuduhkeun kula, jalan
pitepieun ka ditu!’
KATIGA ASA KU LILA
karya Dédy Windyagiri

tonggérét geus capéeun hihiberan


nénéangan pangeunteupan
tatangkalan geus dituaran

eunteup dina parabola


teu bisa disada
kaburu rangsak jangjangna

aya nu karasa leungit


tina garingna langit
aya nu karasa euweuh
tina garungna taneuh

katiga asa ku lila


nyérésétna seuseukeutna
nurihan dampal leungeun
sabot ngagarap lahan deungeun

hujan nu dicita-cita
nu turun hujan cimata

1994

HANDAPEUN LANGIT KOTA


karya Hadi AKS

Umurna sapuluh taun kira-kira


awakna kotor bajuna kucel
nyekel gitar enggeus belél
sorana teuing ku peura
laguna teuing ku silung

Manéhna kapaksa kudu pengkuh


handapeun langit kota
nu kebul pinuh karipuh
nandonkeun raga jeung nyawa
lantaran teu aya tempat
pikeun nyaluuh

Mun peuting nya angin peuting


nu héman nyimbutan
Mun beurang nya panas beurang
nu tuhu maturan

Ukur sakeclak kanyaah


jeung sakencring récéh nu ditéangan
nu sok ragrag ‘na dampal leungeun

1995

Anda mungkin juga menyukai