Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL KEWIRAUSAHAAN

WIRAUSAHA DI BIDANG TEKNIK SIPIL (MEBEL)

Oleh :

I Wayan Putra Diva Pranayam

2015113055

6E D3 Teknik Sipil

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN

RISET DAN TEKNOLOGI

POLITEKNIK NEGERI BALI

JURUSAN TEKNIK SIPIL

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK SIPIL

2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan persaingan bisnis di Indonesia salah satunya di bidang Industri kayu
mebel mengalami perkembangan secara dratis diseluruh penjuru dunia. ndustri mebel
(furniture) adalah industri yang mengolah bahan baku atau bahan setengah jadi kayu, rotan,
dan bahan alami lainnya menjadi produk mebel mebel barang jadi yang bisa disebut dengan
mebel (furniture) yang mempunyai nilai tambah dan manfaat yang lebih tinggi. Industri
mebel di Indonesia tersebar hampir diseluruh Provinsi, dengan sentra-sentra yang cukup
besar terletak dikota Surabaya, Jepara, Sukoharjo, Pasuruan, Gresik, Sidoharjo,
Jabodetabek dan lain sebagainya. Di Indonesia, khususnya Jawa Timur dan Jawa Tengah
memiliki sentra-sentra industri mebel yang keunikannya sulit ditiru daerah lain, bahkan
negara lain. Ini merupakan potensi sangat besar untuk terus dikembangkan, sehingg
kontribusinya terhadap perekonomian Indonesia bisa makin signifikan.

dimasa ini furniture mengalami perkembangan yang sangat pesat, mulai dari
perkembangan desain, kontruksi yang semakin kuat, bahan baku yang semaki bervariasi
hal ini disebabkan karena tingkat kebutuhan furniture sangat meningkat yang setiap tahun
terus berkembang seiring dengan meningkatnya pembangunan-pembangunan dalam sektor
perumahan maupun hunian seperti apartemen, dan hotel ataupun jenis penginapan lainnya,
apalagi tingkat konsumsi furniture tidak hanya meliputi area Indonesia saja, akan tetapi
sudah masuk kawasan internasional yang tingkat kebutuhan furniture sangat tinggi.

Industri Pembuatan mebel (Furniture), usaha ini melayani penyediaan mebel


(furniture) ruangan berupa lemari, tempat tidur, meja, kursi, laci-laci dan lainnya yang
berbahan dasar kayu berkualitas serta menggunakan finishing agar mebel (furniture)
tersebut tahan lama. Target pasar dalam industri furniture ini yaitu menuju furniture untuk
restoran, rumah, hotel atau sebagainya. Serta target pasar yaitu supplier mebel terdekat
yang ada di sekitar aktivitas industry mebel tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa fungsi dari pemasaran tersebut ?
2. Bagaimana strategi pemasarannya ?
3. Apa metode yang digunakan dalam pemasaran ?
4. Apa aspek dari bidang usaha ?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Fungsi Pemasaran


1. Fungsi Transaksi
Fungsi pemasaran yang tergolong dalam klasifikasi ini adalah pembelian dan
penjualan. Pembelian di sini diartikan sebagai kegiatan mengumpulkan barang yang
dibutuhkan untuk persediaan guna memenuhi kebutuhan konsumen. Kegiatan tersebut
berkaitan dengan pencarian penjual yang menyediakan barang yang diperlukan.
Penjualan adalah kegiatan mencari calon pelanggan yang mau membeli produk mebel
mebel yang ditawarkan. Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh keuntungan.

2. Fungsi Supply Fisik


Fungsi marketing yang tergolong dalam klasifikasi fungsi supply fisik adalah
transportasi dan warehousing. Dengan demikian, fungsi ini membantu perusahaan
memastikan ketersediaan produk mebel mebel.

3. Fungsi Penunjang
Terdapat banyak fungsi pemasaran yang tergolong sebagai fungsi penunjang. Mereka
adalah standarisasi dan grading, informasi pasar, financing, penjagaan, dan
penanggungan risiko.

4. Riset Pemasaran
Riset pemasaran, atau disebut juga riset pasar dan market research, merupakan
kegiatan mengumpulkan, mencatat, dan menganalisis data yang berkaitan dengan
pemasaran. Kegiatan ini menunjang berbagai fungsi dari pemasaran lainnya sehingga
penting untuk dilakukan.Dalam melakukan riset pemasaran, perusahaan pada
umumnya memerlukan bantuan dari pihak yang berkompeten, contohnya perusahaan
riset pemasaran dan perusahaan market consultant. Mereka ahli dalam bidang riset
pemasaran sehingga dapat memberi data valid dan kredibel.

5. Mengidentifikasi Keinginan serta Kebutuhan Pelanggan


Kelangsungan suatu bisnis sangat dipengaruhi oleh kepuasan pelanggan. Sebuah
perusahaan dapat memberikan kepuasan tersebut jika mereka mampu untuk memenuhi
keinginan dan kebutuhan pelanggan. Oleh karena itu, perusahaan perlu
mengidentifikasi keinginan serta kebutuhan pelanggan secara berkala. Identifikasi ini
dilakukan dengan cara melakukan survey konsumen. Berbagai hal perlu ditanyakan
dalam penelitian ini, contohnya:
• Pada harga berapa produk mebel dikatakan murah/mahal/wajar?
• Apakah pelanggan puas dengan produk mebel saat ini?
• Berapa besarnya kemasan produk mebel yang ingin dibeli?
• Di mana atau bagaimana cara pelanggan memperoleh produk mebel
mebel/layanan?
Setelah keinginan dan kebutuhan pelanggan berhasil diidentifikasi, perusahaan dapat
menganalisis data-data tersebut. Hasil analisis ini dapat digunakan untuk mengambil
keputusan mengenai strategi pemasaran produk mebel dan berbagai hal yang berkaitan
dengannya.

6. Mengembangkan Business Plan


Pembuatan business plan bukanlah hal yang sederhana karena pembuatannya harus
didasarkan data pasar dan pelanggan. Tak jarang data tersebut harus diperoleh dengan
melakukan riset pasar dan survey konsumen. Pada saat pengembangan ini, perusahaan
juga perlu merencanakan metode promosi, distribusi, dan jumlah produk mebel .
Semua keputusan mengenai pemasaran ini disertai dengan timeframe, sehingga target
produk mebel dan penjualan dapat tercapai dalam timeframe yang telah ditentukan.

2.2 Strategi Pemasaran


Strategi produk pemasaran mebel dalam meningkatkan nilai volume penjualan melakukan
strategi pemasaran tentunya memberikan pelayanan yang cepat, memberikan kemudahan
waktu produksi dan masih banyak program lainnya mungkin yang bisa dilakukan untuk
strategi pemasaran dalam peningkatan volume penjualan.

Analisa Produk Mengenai kegiatan yang mempromosikan atau memperkenalkan produk


kepada konsumen ini antara konsumen kelas menengah ke atas dan menengah ke bawah
berbedaa segi kualitas pengguna bahan material untuk fram, jenis finising dan bahkan
packaging pun beda, karena bisa best request. Analisa Harga Mengenai harga penetapan
yaitu untuk pendekatan terhadap kebutuhan konsumen. Didalam penetapan harga untuk
konsumen luar negeri kami menggunakan bottom price dari harga terendah Jika untuk
konsumen dalam negeri kami menggunakan rupiah dengan profit margin yang lebih tinggi
agar bisa dioleh dengan strategi diskon dan PPN 10%. 8 c.

Analisa Distribusi Mengenai distribusi terutama mengarah ke barang eksport ketempat


tujuan konsumen pada dalam pengiriman eksport bekerjasama dengan perusahaan dibidang
eksport untuk pengurusan eksport. Analisa Promosi Mengenai promosi adalah suatu
langkah yang selalu diperhitungkan dalam rangkaian aktivitas dalam pemasaran. Kegiatan
promosi adalah langkah langkah dalam pemasaran yang berupa interaksi dan kemunikasi
dengan konsumen. Promosi dengan konsumen ada perbedaan antara konsumen luar negeri
dan dalam negeri, menjelaskan bahwa didalam negeri melalui pameran, nasional, website,
outlite dan iklan-iklan di media sosial (online).

2.3 Metode Pemasaran


Internet marketing Internet marketing adalah salah satu strategi pemasaran untuk
memasarkan produk dengan menjadikan internet sebagai media pemasarannya. Tujuan dari
strategi ini adalah untuk promosi, branding, meningkatkan penjualan, serta mempengaruhi
konsumen untuk membeli. Dengan targetnya adalah pengguna internet, mengingat
pengguna internet di Indonesia kurang lebih mencapai 73.7 % dari total populasi, angka ini
merupakan hasil survei yang dilakukan oleh APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia) periode 2019-2020 .

Menurut kompas.com pada awal tahun 2021 pengguna internet di Indonesia


mencapai 202,6 juta jiwa, jumlah ini meningkat 15,5% jika dibandingkan dengan awal
tahun 2020 dengan rata-rata waktu yang dihabiskan di internet adalah 8-10 jam per hari.
Hal ini membuktikan bahwa intrenet sudah menjadi sebuah kebutuhan atau gaya hidup
masyarakat global, hampir semua aspek kebutuhan dalam hidup dapat diakses di internet
seperti membaca berita, komunikasi, pendidikan, bahkan berbinis kini dapat dilakukan
dengan internet.

Oleh sebab itu para pengusaha kini banyak yang menggunakan internet sebagai
media untuk pengembangan bisnisnya, hal ini semakin dipermudah dengan banyaknya
aplikasi dan fitur seperti website, media sosial serta platform e-commerce seperti Shopee,
Tokopedia, Lazada, Bukalapak dan lain-lain yang memudahkan untuk memasarkan produk
atau jasa yang di usahakan.
Digital marketing merupakan salah satu sistem pemasaran produk yang memudahkan
pelanggan untuk menjangkau produk secara cepat, tepat, dan pribadi melalui media digital
serta internet. Media digital memiliki jangkauan yang lebih luas dibanding dengan internet.
Contoh pemasaran melalui media digital adalah iklan TVC, ebook, Koran digital, company
profile video, endorse influencer, sms broadcasting, dan sebagainya. Tujuan dari digital
marketing juga tak hanya untuk meningkatkan penjualan saja tetapi juga untuk membangun
hubungan dengan pelanggan (customer relation).
Dengan adanya media digital yang memudahkan masyarakat untuk dapat melakukan
pemesanan dan pembelian tanpa batasan tempat dan waktu, serta tanggap akan kekinian
informasi, Selain itu media digital juga memberikan dampak postif bagi pelaku usaha yaitu
dengan memudahkan untuk menjangkau pasar sasaran yang lebih luas, media promosi yang
lebih murah, memperlancar pendistribusian, memberikan kemudahan transaksi komersial
melintasi batas-batas budaya dan negara dengan biaya yang relatif lebih efektif, serta
mempermudah membangun kemitraan bisnis.

Dengan menggunakan dua metode di atas diharap akan mampu untuk meningkatkan
serta memperluas sistem pemasaran produk mebel membantu meningkatan sistem
pemasaran dengan mengandalkan media sosial serta kecanggihan teknologi yang ada saat
ini sebagai media untuk mempromosikan produk mebel serta membuat nama usaha mebel
ini lebih dikenal oleh masyarakat yang lebih luas.

2.4 Aspek Bidang Usaha


1. Aspek Produksi
a. Fasilitas Produksi
Pabrik Produksi Kayu: Pabrik produksi kayu akan menjadi inti dari fasilitas produksi
untuk usaha furniture. Pabrik ini akan dilengkapi dengan mesin-mesin untuk
memotong, menghaluskan, dan membentuk kayu menjadi berbagai komponen yang
digunakan dalam pembuatan furniture, seperti kayu lapis, papan, balok, dan potongan
kayu lainnya.
Peralatan Penggergajian: Fasilitas produksi furniture akan dilengkapi dengan peralatan
penggergajian yang modern, seperti gergaji listrik, gergaji meja, dan gergaji bulat,
untuk memotong kayu menjadi berbagai ukuran dan bentuk yang dibutuhkan dalam
pembuatan furniture. Pabrik produksi furniture akan memiliki mesin pengerjaan kayu,
seperti mesin pengamplasan, mesin pemotong profil, mesin pengeboran, dan mesin
pemoles untuk mempercepat proses produksi dan meningkatkan efisiensi.

Area Produksi Furniture: Fasilitas produksi furniture akan memiliki area produksi
yang dilengkapi dengan meja kerja, stasiun kerja, dan alat-alat tangan seperti palu,
gergaji tangan, dan penggaris untuk membuat dan merakit komponen-komponen
furniture menjadi produk jadi. Setelah produk furniture selesai diproduksi, fasilitas
produksi akan memiliki area khusus untuk pengemasan dan pengiriman, termasuk
bahan kemasan seperti karton, bubble wrap, dan pengisi lainnya untuk melindungi
furniture selama pengiriman ke konsumen.

Gudang Bahan Baku: Fasilitas produksi akan memiliki gudang bahan baku untuk
menyimpan kayu, perangkat keras, dan komponen lain yang digunakan dalam
produksi furniture. Gudang ini akan dilengkapi dengan sistem inventaris yang baik
untuk memastikan persediaan bahan baku cukup untuk memenuhi kebutuhan produksi.
Fasilitas produksi furniture akan memiliki peralatan finishing seperti sprayer, cat, dan
bahan pelapis untuk memberikan tampilan akhir yang halus dan estetis pada furniture
yang dihasilkan.

Fasilitas Listrik, Air, dan Keselamatan : Fasilitas produksi furniture akan dilengkapi
dengan pasokan listrik yang cukup untuk mengoperasikan mesin-mesin dan peralatan
produksi. Selain itu, fasilitas juga akan memiliki pasokan air yang memadai untuk
keperluan produksi dan pembersihan. Fasilitas produksi furniture akan memiliki
peralatan keselamatan seperti peralatan pelindung diri (PPE), sistem penyulingan
debu, pemadam kebakaran, dan tanda-tanda keselamatan untuk memastikan keamanan
dan kesehatan pekerja
b. Kapasitas Produksi
Penting untuk mengoptimalkan kapasitas produksi dalam aspek-aspek ini untuk
memastikan efisiensi dan produktivitas dalam usaha furniture. Dalam prakteknya,
kapasitas produksi furniture akan dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut dan akan
disesuaikan dengan kebutuhan, sumber daya, dan kondisi produksi yang ada. Berikut
Kapasitas Produksi berdasarkan jenisnya :
• Kapasitas Produksi Berdasarkan Volume: Misalnya, usaha furniture dapat memiliki
kapasitas produksi untuk memproduksi 1000 unit meja kayu per bulan atau 500 set
kursi rotan per minggu. Kapasitas produksi dapat diukur dalam satuan volume
produk yang dihasilkan dalam periode waktu tertentu.
• Kapasitas Produksi Berdasarkan Waktu: Kapasitas produksi dapat dihitung
berdasarkan waktu, misalnya, 8 jam kerja per hari, 5 hari kerja per minggu, atau 20
hari kerja per bulan. Dalam hal ini, kapasitas produksi diukur dalam waktu kerja
yang tersedia untuk memproduksi furniture.
• Kapasitas Produksi Berdasarkan Ketersediaan Bahan Baku: Kapasitas produksi
dapat dipengaruhi oleh ketersediaan bahan baku. Misalnya, jika usaha furniture
memiliki pasokan kayu terbatas, kapasitas produksi dapat terbatas pada jumlah
bahan baku yang tersedia dalam periode waktu tertentu.
• Kapasitas Produksi Berdasarkan Kemampuan Mesin dan Peralatan: Kapasitas
produksi juga dapat dipengaruhi oleh kemampuan mesin dan peralatan yang
digunakan dalam proses produksi. Misalnya, jika mesin yang digunakan memiliki
batasan dalam hal kecepatan produksi atau kapasitas pengolahan kayu, maka
kapasitas produksi dapat terbatas oleh kemampuan mesin tersebut.
• Kapasitas Produksi Berdasarkan Tenaga Kerja: Kapasitas produksi juga dapat
dipengaruhi oleh jumlah dan kualifikasi tenaga kerja yang tersedia. Jika tenaga
kerja terbatas, kapasitas produksi mungkin akan terbatas oleh jumlah pekerja yang
ada dan kemampuan mereka dalam memproduksi furniture.
• Kapasitas Produksi Berdasarkan Proses Produksi: Setiap proses produksi furniture,
seperti pemotongan kayu, pengamplasan, perakitan, dan finishing, memiliki
kapasitas produksi yang berbeda. Kapasitas produksi dapat diukur berdasarkan
jumlah produk yang dapat diproduksi dalam setiap tahap proses produksi.
c. Penyediaan Bahan Baku
Untuk memiliki strategi penyediaan bahan baku yang baik dalam aspek produksi untuk
memastikan kelancaran operasional dan kualitas produk dalam usaha furniture. Hal ini
melibatkan pemilihan pemasok yang dapat diandalkan, manajemen stok yang efisien,
dan diversifikasi sumber bahan baku jika memungkinkan. Berikut adalah beberapa
metode dalam penyediaan bahan baku :
• Pembelian Bahan Baku dari Pemasok Eksternal: Usaha furniture dapat membeli
bahan baku langsung dari pemasok eksternal, seperti produsen kayu atau distributor
bahan baku furniture, untuk digunakan dalam proses produksi. Pemasok dapat
dipilih berdasarkan kualitas, harga, ketersediaan, dan kebijakan pembelian yang
telah ditetapkan.
• Produksi Bahan Baku Sendiri: Beberapa usaha furniture mungkin memilih untuk
memproduksi bahan baku mereka sendiri, seperti pengolahan kayu atau pembuatan
panel kayu. Dalam hal ini, mereka dapat mengelola seluruh rantai pasokan mereka
sendiri, mulai dari pohon kayu hingga bahan baku yang siap digunakan dalam
proses produksi.
• Kemitraan atau Kontrak dengan Pemasok Bahan Baku: Usaha furniture dapat
menjalin kemitraan atau kontrak dengan pemasok bahan baku, di mana pemasok
menyediakan bahan baku secara teratur dan dalam jumlah tertentu sesuai dengan
kebutuhan produksi. Kemitraan atau kontrak ini dapat membantu dalam menjamin
ketersediaan bahan baku yang stabil dan berkualitas.
• Pengelolaan Stok Bahan Baku: Usaha furniture dapat mengelola stok bahan baku
mereka sendiri untuk memastikan ketersediaan bahan baku yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan produksi. Ini melibatkan menghitung kebutuhan bahan baku
berdasarkan kapasitas produksi dan menjaga stok bahan baku pada tingkat yang
optimal untuk menghindari kekurangan atau kelebihan stok.
• Daur Ulang dan Penggunaan Kembali Bahan Baku: Usaha furniture dapat
mengimplementasikan praktik daur ulang dan penggunaan kembali bahan baku
dalam proses produksi mereka. Misalnya, menggunakan sisa-sisa kayu dari proses
produksi sebelumnya sebagai bahan baku untuk produk lain atau mendaur ulang
limbah kayu menjadi bahan baku baru.
• Diversifikasi Sumber Bahan Baku: Usaha furniture dapat memiliki beberapa
sumber bahan baku yang beragam untuk mengurangi risiko ketergantungan pada
satu pemasok atau jenis bahan baku. Diversifikasi sumber bahan baku dapat
membantu dalam mengatasi potensi kendala pasokan dan memastikan ketersediaan
bahan baku yang stabil dalam produksi.

d. Penyediaan Peralatan dan Perlengkapan


Penting untuk memastikan bahwa perlengkapan dan peralatan yang diperoleh sesuai
dengan kebutuhan produksi, berkualitas baik, dan mematuhi standar kesehat. Berikut
beberapa contoh penyediaan perlengkapan dan peralatan yang diperlukan dalam usaha
furniture :
Mesin dan Peralatan Kayu: Misalnya, mesin pemotong kayu, mesin bubut kayu, mesin
amplas kayu, mesin bor kayu, dan mesin pengamplasan kayu. Perlengkapan dan
peralatan ini digunakan dalam proses produksi kayu seperti pemotongan, perataan,
penghalusan, dan pengerjaan kayu menjadi bagian-bagian furniture.
• Peralatan Pengelasan: Jika usaha furniture menggunakan bahan-bahan yang
memerlukan pengelasan, seperti besi atau baja, maka peralatan pengelasan seperti
mesin las listrik, mesin las argon, dan perlengkapan pengelasan lainnya akan
diperlukan untuk proses produksi furniture tersebut.
• Alat-alat Ukur dan Pemotong: Contohnya, mistar pengukur, alat penanda, alat
pemotong, dan alat bantu lainnya yang digunakan dalam pengukuran dan
pemotongan yang akurat pada produksi furniture.
• Perangkat Kesehatan dan Keselamatan Kerja: Usaha furniture harus menyediakan
perangkat kesehatan dan keselamatan kerja, seperti helm, masker, kacamata
pelindung, sarung tangan, dan sepatu keselamatan untuk melindungi pekerja dari
risiko cedera saat menggunakan peralatan dan mesin produksi.
• Peralatan Listrik dan Elektronik: Misalnya, peralatan listrik seperti kabel, saklar,
stop kontak, dan peralatan elektronik seperti komputer, printer, dan perangkat lunak
desain untuk mendukung proses produksi dan penjualan furniture.
• Perangkat Penyimpanan dan Pengangkutan: Usaha furniture memerlukan perangkat
penyimpanan dan pengangkutan, seperti rak penyimpanan kayu, rak penyimpanan
perlengkapan, truk pengangkutan, dan peralatan pengangkutan lainnya untuk
mengatur dan mengangkut bahan baku, produk semi-jadi, dan produk jadi dengan
efisien.
• Peralatan Pembersihan dan Pemeliharaan: Misalnya, penyediaan peralatan
pembersihan, seperti vacuum cleaner, sapu, dan alat pembersih lainnya, serta
peralatan pemeliharaan, seperti oli, grease, dan peralatan perawatan lainnya yang
digunakan untuk merawat dan memelihara peralatan produksi agar tetap berfungsi
dengan baik.
• Peralatan Penyimpanan Data dan Administrasi: Usaha furniture juga memerlukan
peralatan penyimpanan data dan administrasi, seperti komputer, server, perangkat
lunak akuntansi, perangkat lunak manajemen produksi, dan peralatan lainnya yang
digunakan untuk mengelola data produksi, data pelanggan, dan kegiatan
administrasi usaha.

2. Bentuk Badan Usaha Mebel


Badan usaha yang bergerak di bidang industri mebel dapat memiliki berbagai bentuk
tergantung pada jenis legalitas yang dipilih dan sesuai dengan aturan dan regulasi yang
berlaku di negara masing-masing. bentuk badan usaha mebel yang dibuat adalah CV
(Commanditaire Vennootschap): Bentuk badan usaha ini mirip dengan persekutuan
komanditer dimana terdapat satu atau beberapa pemilik yang menjadi komanditer atau
sleeping partner dan satu atau beberapa pemilik lain yang menjadi pengelola bisnis atau
komplementer. Adapun beberapa media usaha mebel yang dijalankan di antaranya :
a. Mebel custom, ini berfokus pada pembuatan mebel yang dibuat sesuai dengan
kebutuhan dan permintaan pelanggan. Pelanggan dapat memesan meja, kursi, lemari,
dan berbagai jenis mebel lainnya dengan desain dan ukuran yang disesuaikan dengan
kebutuhan mereka.
b. Mebel jadi, ini membuat mebel dalam jumlah besar dan memasarkannya secara
massal. Mebel yang diproduksi bisa berupa meja, kursi, lemari, dan masih banyak lagi,
dengan berbagai macam desain dan ukuran yang sudah disesuaikan dengan pasar.
c. Mebel, online ini menjual mebel secara online melalui situs web atau platform e-
commerce. Pelanggan dapat memilih dan membeli mebel dengan mudah dan cepat
melalui internet tanpa harus datang langsung ke toko fisik.

3. Pengurusan Perijinan Usaha Mebel


Pengurusan ijin usaha mebel dapat berbeda-beda tergantung pada negara atau
wilayah tempat usaha tersebut berada. Namun, secara umum, berikut adalah beberapa
tahapan pengurusan ijin usaha mebel yang perlu dilakukan :
a. Mendaftarkan usaha pada instansi terkait: Calon pengusaha perlu mendaftarkan
usahanya pada instansi terkait seperti kantor pelayanan perizinan terpadu (KPPT) atau
dinas terkait. Biasanya instansi ini akan memberikan informasi terkait persyaratan dan
dokumen yang perlu dipersiapkan.
b. Menyiapkan dokumen persyaratan: Dokumen persyaratan yang perlu disiapkan
biasanya meliputi surat keterangan domisili usaha, NPWP, SIUP (Surat Izin Usaha
Perdagangan), TDP (Tanda Daftar Perusahaan), dan dokumen lainnya sesuai dengan
ketentuan dan regulasi yang berlaku.
c. Mengajukan permohonan ijin usaha: Setelah dokumen persyaratan telah disiapkan,
calon pengusaha dapat mengajukan permohonan ijin usaha ke instansi terkait. Proses
pengajuan ijin usaha ini biasanya melalui sistem online atau datang langsung ke kantor
instansi terkait.
d. Menunggu proses verifikasi dan validasi: Instansi terkait akan memverifikasi dan
memvalidasi permohonan ijin usaha. Calon pengusaha perlu memantau proses
verifikasi dan validasi ini agar proses pengajuan dapat berjalan dengan lancar.
e. Menerima ijin usaha: Jika permohonan ijin usaha disetujui, calon pengusaha akan
menerima ijin usaha yang dapat digunakan untuk memulai usaha mebel.
Penting untuk diketahui bahwa persyaratan dan prosedur pengurusan ijin usaha
mebel dapat berbeda-beda di setiap negara atau wilayah. Oleh karena itu, sebaiknya calon
pengusaha mencari informasi terkait persyaratan dan prosedur pengurusan ijin usaha mebel
yang berlaku di wilayah tempat usaha akan didirikan.
4. Aspek Manajemen Usaha Mebel
Aspek manajemen usaha furniture melibatkan berbagai aspek penting yang perlu
dikelola dengan baik untuk memastikan kesuksesan dan keberlanjutan usaha. Beberapa
aspek kunci dalam manajemen usaha furniture meliputi:
a. Perencanaan dan Strategi: Manajemen usaha furniture memerlukan perencanaan yang
matang dan strategi yang jelas. Ini melibatkan penetapan visi dan misi usaha,
mengidentifikasi target pasar, melakukan riset pasar, serta merumuskan rencana bisnis
yang komprehensif untuk mencapai tujuan jangka pendek dan panjang.
b. Manajemen Sumber Daya: Sumber daya dalam bisnis furniture meliputi manusia,
bahan baku, peralatan, dan keuangan. Manajemen sumber daya melibatkan
pengelolaan SDM yang efektif, pengadaan dan pengelolaan bahan baku yang optimal,
pengelolaan peralatan dan fasilitas produksi, serta pengelolaan keuangan yang cermat,
termasuk pengelolaan kas, pembukuan, dan pelaporan keuangan.
c. Pemasaran dan Penjualan: Aspek pemasaran dan penjualan sangat penting dalam
usaha furniture. Manajemen harus memiliki strategi pemasaran yang efektif untuk
mempromosikan produk furniture, memahami kebutuhan pelanggan, serta mengelola
saluran distribusi dan penjualan. Ini melibatkan pengelolaan branding, promosi,
strategi harga, dan layanan pelanggan yang baik.
d. Desain dan Produksi: Desain dan produksi adalah aspek inti dalam bisnis furniture.
Manajemen harus mengelola proses desain yang kreatif dan inovatif, serta produksi
yang efisien untuk memastikan produk yang dihasilkan berkualitas tinggi dan sesuai
dengan permintaan pasar. Ini melibatkan pengelolaan rantai pasok, kontrol kualitas,
manajemen produksi, serta pengelolaan risiko dan keberlanjutan lingkungan.
e. Manajemen Keuangan: Manajemen keuangan yang baik sangat penting dalam bisnis
furniture. Manajemen harus memiliki pemahaman yang baik tentang anggaran, arus
kas, pengelolaan utang, investasi, dan pengelolaan risiko keuangan. Pengelolaan
keuangan yang baik akan membantu dalam pengambilan keputusan bisnis yang
bijaksana dan memastikan keberlanjutan keuangan usaha.
f. Manajemen SDM: Manajemen SDM yang baik adalah kunci untuk mencapai
kesuksesan dalam bisnis furniture. Manajemen harus memiliki kebijakan SDM yang
jelas, termasuk perekrutan, pengembangan karyawan, pengelolaan kinerja,
kompensasi yang adil, serta peningkatan kualitas tenaga kerja. Tenaga kerja yang
terampil dan berkomitmen akan berkontribusi pada keberhasilan bisnis furniture.
g. Manajemen Operasional: Efisiensi operasional adalah faktor penting dalam
manajemen usaha furniture. Manajemen harus mengelola proses operasional secara
efisien, termasuk pengelolaan persediaan, produksi, distribusi, dan pengiriman produk
Itulah beberapa aspek manajemen dalam usaha mebek. Penting untuk mengelola aspek-
aspek ini dengan baik untuk memastikan kesuksesan dan keberlanjutan bisnis mebek Anda

5. Aspek Keuangan Usaha Mebel


Aspek keuangan dalam usaha mebel sangat penting untuk keberhasilan dan kelangsungan
bisnis. Berikut adalah beberapa aspek keuangan yang perlu diperhatikan dalam usaha
mebel:
a. Modal Awal: Modal awal merupakan jumlah uang atau aset yang diperlukan untuk
memulai usaha mebel, termasuk pembelian bahan baku, peralatan, dan pengeluaran
awal lainnya. Penting untuk merencanakan modal awal yang cukup untuk memastikan
operasional bisnis dapat berjalan dengan lancar sejak awal.
b. Pendanaan: Cara membiayai usaha mebel dapat bervariasi, mulai dari modal sendiri,
pinjaman dari bank atau lembaga keuangan, atau investor. Manajemen pendanaan
yang baik dapat membantu mengoptimalkan sumber daya finansial dan mengelola
kewajiban finansial yang ada.

c. Biaya Produksi: Dalam bisnis mebel, biaya produksi merupakan komponen penting
yang harus dikelola dengan baik. Biaya produksi meliputi bahan baku, tenaga kerja,
listrik, air, dan biaya-biaya lain yang terkait dengan proses produksi. Memantau dan
mengelola biaya produksi dengan efisien dapat membantu meningkatkan profitabilitas
usaha.
d. Harga Jual: Menentukan harga jual yang tepat untuk produk mebel Anda sangat
penting untuk memastikan usaha Anda menghasilkan laba yang memadai. Harga jual
harus mencakup biaya produksi, margin keuntungan yang wajar, serta faktor-faktor
lain seperti permintaan pasar dan harga pesaing.
e. Penjualan dan Pemasaran: Aspek penjualan dan pemasaran juga mempengaruhi aspek
keuangan usaha mebel. Strategi pemasaran yang efektif dan upaya penjualan yang baik
dapat membantu meningkatkan pendapatan dan laba. Oleh karena itu, penting untuk
mengelola anggaran pemasaran, memantau efektivitas kampanye pemasaran, dan
melakukan analisis terhadap strategi penjualan yang diterapkan.
f. Pengolahan Kas: Pengolahan kas yang baik adalah kunci dalam mengelola aspek
keuangan usaha mebel. Hal ini melibatkan manajemen penerimaan dan pengeluaran
kas, mengelola arus kas, serta memastikan likuiditas yang cukup untuk menghadapi
kebutuhan bisnis sehari-hari serta menghadapi situasi darurat.
g. Pengolahan Piutang dan Utang: Pengolahan piutang dan utang juga penting dalam
aspek keuangan usaha mebel. Memastikan bahwa piutang dikelola dengan baik untuk
memperoleh pembayaran yang tepat waktu, serta mengelola utang dengan bijaksana
untuk menghindari beban bunga yang berlebihan, dapat membantu menjaga kestabilan
keuangan perusahaan.
h. Analisis Keuangan: Melakukan analisis keuangan secara rutin adalah langkah penting
dalam mengelola aspek keuangan usaha mebel. Analisis keuangan melibatkan
menghitung rasio keuangan, membuat laporan keuangan, serta mengidentifikasi tren
dan pola dalam data keuangan. Dengan demikian, Anda dapat

Anda mungkin juga menyukai