Oleh :
2015113055
6E D3 Teknik Sipil
2023
BAB I
PENDAHULUAN
dimasa ini furniture mengalami perkembangan yang sangat pesat, mulai dari
perkembangan desain, kontruksi yang semakin kuat, bahan baku yang semaki bervariasi
hal ini disebabkan karena tingkat kebutuhan furniture sangat meningkat yang setiap tahun
terus berkembang seiring dengan meningkatnya pembangunan-pembangunan dalam sektor
perumahan maupun hunian seperti apartemen, dan hotel ataupun jenis penginapan lainnya,
apalagi tingkat konsumsi furniture tidak hanya meliputi area Indonesia saja, akan tetapi
sudah masuk kawasan internasional yang tingkat kebutuhan furniture sangat tinggi.
3. Fungsi Penunjang
Terdapat banyak fungsi pemasaran yang tergolong sebagai fungsi penunjang. Mereka
adalah standarisasi dan grading, informasi pasar, financing, penjagaan, dan
penanggungan risiko.
4. Riset Pemasaran
Riset pemasaran, atau disebut juga riset pasar dan market research, merupakan
kegiatan mengumpulkan, mencatat, dan menganalisis data yang berkaitan dengan
pemasaran. Kegiatan ini menunjang berbagai fungsi dari pemasaran lainnya sehingga
penting untuk dilakukan.Dalam melakukan riset pemasaran, perusahaan pada
umumnya memerlukan bantuan dari pihak yang berkompeten, contohnya perusahaan
riset pemasaran dan perusahaan market consultant. Mereka ahli dalam bidang riset
pemasaran sehingga dapat memberi data valid dan kredibel.
Oleh sebab itu para pengusaha kini banyak yang menggunakan internet sebagai
media untuk pengembangan bisnisnya, hal ini semakin dipermudah dengan banyaknya
aplikasi dan fitur seperti website, media sosial serta platform e-commerce seperti Shopee,
Tokopedia, Lazada, Bukalapak dan lain-lain yang memudahkan untuk memasarkan produk
atau jasa yang di usahakan.
Digital marketing merupakan salah satu sistem pemasaran produk yang memudahkan
pelanggan untuk menjangkau produk secara cepat, tepat, dan pribadi melalui media digital
serta internet. Media digital memiliki jangkauan yang lebih luas dibanding dengan internet.
Contoh pemasaran melalui media digital adalah iklan TVC, ebook, Koran digital, company
profile video, endorse influencer, sms broadcasting, dan sebagainya. Tujuan dari digital
marketing juga tak hanya untuk meningkatkan penjualan saja tetapi juga untuk membangun
hubungan dengan pelanggan (customer relation).
Dengan adanya media digital yang memudahkan masyarakat untuk dapat melakukan
pemesanan dan pembelian tanpa batasan tempat dan waktu, serta tanggap akan kekinian
informasi, Selain itu media digital juga memberikan dampak postif bagi pelaku usaha yaitu
dengan memudahkan untuk menjangkau pasar sasaran yang lebih luas, media promosi yang
lebih murah, memperlancar pendistribusian, memberikan kemudahan transaksi komersial
melintasi batas-batas budaya dan negara dengan biaya yang relatif lebih efektif, serta
mempermudah membangun kemitraan bisnis.
Dengan menggunakan dua metode di atas diharap akan mampu untuk meningkatkan
serta memperluas sistem pemasaran produk mebel membantu meningkatan sistem
pemasaran dengan mengandalkan media sosial serta kecanggihan teknologi yang ada saat
ini sebagai media untuk mempromosikan produk mebel serta membuat nama usaha mebel
ini lebih dikenal oleh masyarakat yang lebih luas.
Area Produksi Furniture: Fasilitas produksi furniture akan memiliki area produksi
yang dilengkapi dengan meja kerja, stasiun kerja, dan alat-alat tangan seperti palu,
gergaji tangan, dan penggaris untuk membuat dan merakit komponen-komponen
furniture menjadi produk jadi. Setelah produk furniture selesai diproduksi, fasilitas
produksi akan memiliki area khusus untuk pengemasan dan pengiriman, termasuk
bahan kemasan seperti karton, bubble wrap, dan pengisi lainnya untuk melindungi
furniture selama pengiriman ke konsumen.
Gudang Bahan Baku: Fasilitas produksi akan memiliki gudang bahan baku untuk
menyimpan kayu, perangkat keras, dan komponen lain yang digunakan dalam
produksi furniture. Gudang ini akan dilengkapi dengan sistem inventaris yang baik
untuk memastikan persediaan bahan baku cukup untuk memenuhi kebutuhan produksi.
Fasilitas produksi furniture akan memiliki peralatan finishing seperti sprayer, cat, dan
bahan pelapis untuk memberikan tampilan akhir yang halus dan estetis pada furniture
yang dihasilkan.
Fasilitas Listrik, Air, dan Keselamatan : Fasilitas produksi furniture akan dilengkapi
dengan pasokan listrik yang cukup untuk mengoperasikan mesin-mesin dan peralatan
produksi. Selain itu, fasilitas juga akan memiliki pasokan air yang memadai untuk
keperluan produksi dan pembersihan. Fasilitas produksi furniture akan memiliki
peralatan keselamatan seperti peralatan pelindung diri (PPE), sistem penyulingan
debu, pemadam kebakaran, dan tanda-tanda keselamatan untuk memastikan keamanan
dan kesehatan pekerja
b. Kapasitas Produksi
Penting untuk mengoptimalkan kapasitas produksi dalam aspek-aspek ini untuk
memastikan efisiensi dan produktivitas dalam usaha furniture. Dalam prakteknya,
kapasitas produksi furniture akan dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut dan akan
disesuaikan dengan kebutuhan, sumber daya, dan kondisi produksi yang ada. Berikut
Kapasitas Produksi berdasarkan jenisnya :
• Kapasitas Produksi Berdasarkan Volume: Misalnya, usaha furniture dapat memiliki
kapasitas produksi untuk memproduksi 1000 unit meja kayu per bulan atau 500 set
kursi rotan per minggu. Kapasitas produksi dapat diukur dalam satuan volume
produk yang dihasilkan dalam periode waktu tertentu.
• Kapasitas Produksi Berdasarkan Waktu: Kapasitas produksi dapat dihitung
berdasarkan waktu, misalnya, 8 jam kerja per hari, 5 hari kerja per minggu, atau 20
hari kerja per bulan. Dalam hal ini, kapasitas produksi diukur dalam waktu kerja
yang tersedia untuk memproduksi furniture.
• Kapasitas Produksi Berdasarkan Ketersediaan Bahan Baku: Kapasitas produksi
dapat dipengaruhi oleh ketersediaan bahan baku. Misalnya, jika usaha furniture
memiliki pasokan kayu terbatas, kapasitas produksi dapat terbatas pada jumlah
bahan baku yang tersedia dalam periode waktu tertentu.
• Kapasitas Produksi Berdasarkan Kemampuan Mesin dan Peralatan: Kapasitas
produksi juga dapat dipengaruhi oleh kemampuan mesin dan peralatan yang
digunakan dalam proses produksi. Misalnya, jika mesin yang digunakan memiliki
batasan dalam hal kecepatan produksi atau kapasitas pengolahan kayu, maka
kapasitas produksi dapat terbatas oleh kemampuan mesin tersebut.
• Kapasitas Produksi Berdasarkan Tenaga Kerja: Kapasitas produksi juga dapat
dipengaruhi oleh jumlah dan kualifikasi tenaga kerja yang tersedia. Jika tenaga
kerja terbatas, kapasitas produksi mungkin akan terbatas oleh jumlah pekerja yang
ada dan kemampuan mereka dalam memproduksi furniture.
• Kapasitas Produksi Berdasarkan Proses Produksi: Setiap proses produksi furniture,
seperti pemotongan kayu, pengamplasan, perakitan, dan finishing, memiliki
kapasitas produksi yang berbeda. Kapasitas produksi dapat diukur berdasarkan
jumlah produk yang dapat diproduksi dalam setiap tahap proses produksi.
c. Penyediaan Bahan Baku
Untuk memiliki strategi penyediaan bahan baku yang baik dalam aspek produksi untuk
memastikan kelancaran operasional dan kualitas produk dalam usaha furniture. Hal ini
melibatkan pemilihan pemasok yang dapat diandalkan, manajemen stok yang efisien,
dan diversifikasi sumber bahan baku jika memungkinkan. Berikut adalah beberapa
metode dalam penyediaan bahan baku :
• Pembelian Bahan Baku dari Pemasok Eksternal: Usaha furniture dapat membeli
bahan baku langsung dari pemasok eksternal, seperti produsen kayu atau distributor
bahan baku furniture, untuk digunakan dalam proses produksi. Pemasok dapat
dipilih berdasarkan kualitas, harga, ketersediaan, dan kebijakan pembelian yang
telah ditetapkan.
• Produksi Bahan Baku Sendiri: Beberapa usaha furniture mungkin memilih untuk
memproduksi bahan baku mereka sendiri, seperti pengolahan kayu atau pembuatan
panel kayu. Dalam hal ini, mereka dapat mengelola seluruh rantai pasokan mereka
sendiri, mulai dari pohon kayu hingga bahan baku yang siap digunakan dalam
proses produksi.
• Kemitraan atau Kontrak dengan Pemasok Bahan Baku: Usaha furniture dapat
menjalin kemitraan atau kontrak dengan pemasok bahan baku, di mana pemasok
menyediakan bahan baku secara teratur dan dalam jumlah tertentu sesuai dengan
kebutuhan produksi. Kemitraan atau kontrak ini dapat membantu dalam menjamin
ketersediaan bahan baku yang stabil dan berkualitas.
• Pengelolaan Stok Bahan Baku: Usaha furniture dapat mengelola stok bahan baku
mereka sendiri untuk memastikan ketersediaan bahan baku yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan produksi. Ini melibatkan menghitung kebutuhan bahan baku
berdasarkan kapasitas produksi dan menjaga stok bahan baku pada tingkat yang
optimal untuk menghindari kekurangan atau kelebihan stok.
• Daur Ulang dan Penggunaan Kembali Bahan Baku: Usaha furniture dapat
mengimplementasikan praktik daur ulang dan penggunaan kembali bahan baku
dalam proses produksi mereka. Misalnya, menggunakan sisa-sisa kayu dari proses
produksi sebelumnya sebagai bahan baku untuk produk lain atau mendaur ulang
limbah kayu menjadi bahan baku baru.
• Diversifikasi Sumber Bahan Baku: Usaha furniture dapat memiliki beberapa
sumber bahan baku yang beragam untuk mengurangi risiko ketergantungan pada
satu pemasok atau jenis bahan baku. Diversifikasi sumber bahan baku dapat
membantu dalam mengatasi potensi kendala pasokan dan memastikan ketersediaan
bahan baku yang stabil dalam produksi.
c. Biaya Produksi: Dalam bisnis mebel, biaya produksi merupakan komponen penting
yang harus dikelola dengan baik. Biaya produksi meliputi bahan baku, tenaga kerja,
listrik, air, dan biaya-biaya lain yang terkait dengan proses produksi. Memantau dan
mengelola biaya produksi dengan efisien dapat membantu meningkatkan profitabilitas
usaha.
d. Harga Jual: Menentukan harga jual yang tepat untuk produk mebel Anda sangat
penting untuk memastikan usaha Anda menghasilkan laba yang memadai. Harga jual
harus mencakup biaya produksi, margin keuntungan yang wajar, serta faktor-faktor
lain seperti permintaan pasar dan harga pesaing.
e. Penjualan dan Pemasaran: Aspek penjualan dan pemasaran juga mempengaruhi aspek
keuangan usaha mebel. Strategi pemasaran yang efektif dan upaya penjualan yang baik
dapat membantu meningkatkan pendapatan dan laba. Oleh karena itu, penting untuk
mengelola anggaran pemasaran, memantau efektivitas kampanye pemasaran, dan
melakukan analisis terhadap strategi penjualan yang diterapkan.
f. Pengolahan Kas: Pengolahan kas yang baik adalah kunci dalam mengelola aspek
keuangan usaha mebel. Hal ini melibatkan manajemen penerimaan dan pengeluaran
kas, mengelola arus kas, serta memastikan likuiditas yang cukup untuk menghadapi
kebutuhan bisnis sehari-hari serta menghadapi situasi darurat.
g. Pengolahan Piutang dan Utang: Pengolahan piutang dan utang juga penting dalam
aspek keuangan usaha mebel. Memastikan bahwa piutang dikelola dengan baik untuk
memperoleh pembayaran yang tepat waktu, serta mengelola utang dengan bijaksana
untuk menghindari beban bunga yang berlebihan, dapat membantu menjaga kestabilan
keuangan perusahaan.
h. Analisis Keuangan: Melakukan analisis keuangan secara rutin adalah langkah penting
dalam mengelola aspek keuangan usaha mebel. Analisis keuangan melibatkan
menghitung rasio keuangan, membuat laporan keuangan, serta mengidentifikasi tren
dan pola dalam data keuangan. Dengan demikian, Anda dapat