2 K O RA N M I N G G U A N
EDISI 96
MINGGU KEDUA JULI 2023
KCP RAYAKAN HUT KE-2 DENGAN BERAGAM KEGIATAN
Krakatau,
Letusan Dahsyat Mendunia
K O RAN M IN G G U AN
16 HALAMAN
EDISI 96
Minggu Kedua Juli 2023
Harga Bundling: Rp.15.000,-
C E R D A S , B I J A K D A N O B J E K T I F
Lina Mukherjee Upayakan Demaster Clinic Buat
Restorative Justice Konsumen 20 Tahun Lebih
Muda
Oleh: Rifkhi Firnando, S.Pd. (Guru IPS SMPN 1 Sembawa) & Arafah Pramasto, S.Pd. (Studie Club ‘Gerak Gerik Sejarah’)
SUARA mengerikan yang masih
terus menggelegar dalam ingatan sejarah,
mungkin itu penggambaran yang amat
cocok untuk peristiwa tersebut. Ia
dicatatkan dalam sebuah karangan G.J.F.
Biegman, seorang pengajar yang kemudian
diangkat menjadi inspektur pendidikan
pribumi pada ‘Comissie voor de Volkslec-
tuur’, Bandung. “Enambelas Tjeritera pada
Menjatakan Hikajat Tanah Hindia”, buku
Biegman yang diterbitkan oleh Percetajan
Tugas Bersama Gubernemen di Batavia, memasukkan
satu-satunya peristiwa penting pada tahun
Turunkan Angka Stunting 1883 adalah “Gunung Krakatau Meletus.”
Kejadian mutakhir ialah Tsunami Selat
Foto Cover: Sunda tahun 2018. Bencana ini seperti
Wakil Presiden, Ma'ruf Amin, menghadiri Puncak Peringatan Harganas
ke-30 2023, di Banyuasin. (Foto: Adam Malik) pula di Ende (1992) dan Palu (2018), “...
dipicu oleh longsor bawah laut yang
membangkitkan Tsunami...”, jelas Sutopo
Purwo Nugroho yang kala itu menjabat
sebagai Kepala Pusat Data Informasi
Diterbitkan Oleh:
Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
PT MEDIA EXSIS KREATIF “Anak Krakatau” sebab musibah tahun
Pimpinan Umum: 2018 merupakan pulau vulkanis yang
Yudi Kurniawan muncul setelah erupsi Krakatau pada
Pimpinan Perusahaan: 1883. Betapapun tak sebesar induknya,
Yunani, S.E nyawa yang direnggut tak sedikit, terma-
Pimpinan Redaksi: suk beberapa pesohor negeri.
Mayasari Mari kita “kunjungi” Selat Sunda di
Wakil Pimred: abad ke-19, tempat Gunung Krakatau
Siti Soimah menjulang tegak setinggi 813 M berada.
Ingatan penduduk tentang amukan gunung
Penanggungjawab: ini telah usang kala itu. Maklum, aktivitas
Ismail vulkanis terakhir telah terjadi dua abad
Redaktur Pelaksana: sebelumnya yakni pada tahun 1680 M,
Sadam Maulana letusannya menghasilkan lava andesitik
Wartawan Palembang: asam. Setelah itu tidak ada lagi aktivitas
Reza Mardiansyah, Yudiansyah, vulkanis hingga setidaknya pada 19-20 Mei
Kiki Nardance, Ettri Puspita, Suci, Dety Saputri 1883. Diawali sebuah ledakan kecil dari
Wartawan Pagar Alam: puncak Krakatau, menandai bakal terjadin-
Delta Handoko ya letusan dahsyat di Selat Sunda. Mungkin
penduduk mengira, andaikata pun meletus
Wartawan Muara Enim:
mungkin tidak akan jauh beda dengan
Refli Antoni letusan dua abad sebelumnya. Untuk
Wartawan Ogan Ilir: beberapa hari suara ledakan sampai ter-
Wiwin Arianto dengar di Anyer, sampai 250 km (156 mil)
Wartawan OKU Timur: jauhnya di Sumatera, termasuk Palembang
Aan dan Bengkulu. Ombak bertekanan udara
Wartawan Musi Banyuasin: sering disertai ledakan menggetarkan
Hafis Alfangky, Andini Patricka Nora jendela rumah dan bangunan di Batavia
Wartawan Empat Lawang: dan Buitenzorg (Bogor). Abu vulkanis ber-
jatuhan dan bebatuan apung menghampar
Alfariski
luas di Selat Sunda.
Wartawan Banyuasin: Tibalah guliran waktu yang mengan-
Irwan tar pada tanggal 27 Agustus 1883, jam
Wartawan Lahat: menunjukkan pukul 10:20 pagi menuju
Ismail siang. Dentuman keras terdengar sampai
Wartawan Ogan Komering Ilir: Pulau Rodriguez di Samudera Hindia
Rasmiadi, Eman Saputra yang berjarak hampir 3000 mil jauhnya.
Wartawan PALI: Mereka yang tinggal di Saigon (Vietnam),
Yoga Bangkok (Thailand), Sri Lanka, maupun
Admin: Penang, ikut mendengar letusan itu.
Efeknya bahkan terasa sampai ke Cape
Herlina Sri Nurliah Horn yang berjarak 12.580 km dan hingga
Keuangan: memengaruhi ketinggian Sungai Thames di
Yunita, S.E London. Tak tanggung dalam memamerkan
Marketing/Iklan: “keperkasaannya”, Krakatau menyembur-
Miska Rini kan debu vulkanis beserta bebatuan yang
Creative Design/Layout terlempar ke Jawa, Sumatera, hingga Sri
Inal Sanjaya Lanka, India, Pakistan, Australia, dan Selan-
Percetakan: dia Baru. Ketinggian materi muntahannya
CV. Studiokreasi Indo Citra antara 80-330 km, kemudian menghasilkan
fenomena “Matahari Tenggelam” – akibat
Alamat : Jl. Mayor Salim Batubara, Sekip Jaya,
langit tertutup kabut dari materi itu –
Kec. Kemuning, Kota Palembang, Sumatera sampai sekira dua tahun sesudahnya.
Selatan 30114 Letusan bergitu hebatnya meng-
(Isi atau konten yang ada di koran Focus Kini diluar hasilkan gempa vulkanis yang tidak kalah
tanggungjawab percetakan) dahsyat. Gelombang air membumbung
Alamat Redaksi: tinggi mengakibatkan Tsunami dan
Jalan Tegal Binangun RT. 20 Ruko No. 3. Kelurahan menyergap orang-orang yang berhambu-
Plaju Darat Palembang Sumatera Selatan ran menyelamatkan diri, entah ke mana
0711 – 5543339 derasnya hantaman tersebut menyeret
mereka. Krakatau dengan amukannya tel-
focus.kini@gmail.com
ah membuat Gunung Danan dan Gunung
KOLOM
Parbuwatan lenyap, selain pula menyisakan
tiga pulau, yaitu Pulau Panjang, Pulau
Sertung, dan 1/3 Pulau Rakata. Sebuah
kaldera berdiameter 7 km masih terletak
di antara ketiga pulau tersebut. Nyawa
yang melayang oleh bencana itu mencapai
36.417 jiwa dari 295 kampung di kawasan
pantai, mulai dari Merak sampai pada Ci-
malaya di Karawang. Pantai barat Banten
sampai Tanjung Layar di Pulau Panaitan,
serta berdampak pada bagian selatan
pulau Sumatera. Tidak jelas bagaimana
penanganan lebih lanjut terhadap para
korban oleh pemerintah kolonial Hindia
Belanda.
Aktivitas vulkanis Krakatau telah
sejak lama mempengaruhi bentang alam
di kepulauan ini. Hingga tahun 915 M,
Pulau Jawa dan Pulau Sumatera masih
menyatu, dan letusan gunung inilah pada
tahun tersebut yang membelahnya (me-
misahkannya-Pen) dan membentuk Selat
Sunda. Tetapi pendapat lainnya meyakini
pemisahan kedua pulau itu ialah karena
erupsi “Proto-Krakatau” atau “Krakatau
Purba” antara 535-536 M. Karya berjudul
“Pustaka Raja Purwa” karangan pujangga
Ronggowarsito, diterbitkan pada 1869 M
atau 14 tahun sebelum letusan gunung itu
pada 1883 M, menuturkan kembali kenge-
rian letusan “Gunung Kapi” di tahun 535,
sebagaimana Krakatau dahulu dipanggil /
disebut : “Seluruh dunia terguncang dan
suara guntur terus menggelegar, bersa-
maan dengan hujan deras dan kilat di tem-
pat itu, tapi air itu bukan memadamkan
api Gunung Kapi, malah mengobarkan api
lebih dahsyat. Suaranya sangat menakut-
kan, hingga membuat Gunung Kapi hancur
berkeping-keping ke dalam laut. Air laut
mulai membanjiri daratan, daerah di timur
Batuwara hingga Rajabasa, tenggelam ke
dalam laut. Kehidupan di bagian utara Sun-
da hingga ke Gunung Rajabasa tenggelam
dan menghanyutkan harta benda mereka.
Api telah memenuhi daratan itu, di mana
(Gunung) Kapi telah berubah menjadi laut,
dan Jawa dan Sumatera terbelah menjadi
dua bagian.”
Membicarakan Krakatau ibarat tema
yang tak akan habis dibahas mengingat
dampak serta akibatnya yang begitu luas.
Salah satu faktor penguat rekaman sejarah
ke atasnya juga dikarenakan aktivitas
gunung vulkanik itu yang sudah mengalami
erupsi berulang; di atas saja kita dapati
serentetan kejadian pada tahun 535, 915,
1680, 1883 dan 2018. Ini tidak berarti
selain dari tahun-tahun itu tidak ada
letusan lain. Rentang waktu antara 850-
1530 M Krakatau diperkirakan meletus
sebanyak tujuh kali, yakni 850, 915, 950,
1050, 1150, 1320, dan 1530. Belum lagi
Ronggowarsito dalam kitab karangannya
yang telah disebutkan sebelumnya, justru
menyebut letusan Gunung Kapi pada 388
Saka, apabila dikonversi ke penanggalan
Masehi ialah bertepatan pada 416 M.
Letusan pada tahun 416 itu diragukan
keabsahannya mengingat bahwa bukti
geologi yang ada lebih menguatkan erupsi
tahun 535 M, demikian keyakinan James
Goff seorang ahli geologi University of
New South Wales dan Walter Dudley,
oseanografis dari University of Hawaii.
Mengingat betapa aktifnya Krakatau dari
masa ke masa, pendapat itu tidak dapat
menggungurkan informasi dari karya
Ronggowarsito; erupsi pada 416 M sangat
mungkin terjadi.
Letusan Krakatau 1883 turut menye-
babkan hujan abu yang lebat ke seluruh
wilayah Sumatera bagian selatan, termasuk
Bengkulu dan Palembang yang berada di
utaranya. Residen Palembang mendapat
telegram dari Kotabumi pada 2 Septem-
ber 1883 mengenai kerusakan yang akibat
gempa dan Tsunami yang memporak-po-
randakan Teluk Betung, konon gelombang
yang datang hingga setinggi rumah sepuluh
tingkat. Kapal api bernama “Berauw” yang
sedang sandar di sana terlempar sejauh
3.300 meter dan masuk ke dalam sungai.
Residen Palembang lalu mengirim tele-
gram pada tanggal 3 September kepada
Gubernur Jenderal di Bogor mengenai
kerusakan di Teluk Betung. Kemudian hari
berdiri Monumen Krakatau di KM 45 dari
lokasi Jl. W.R. Supratman, Kota Teluk Be-
tung, Provinsi Lampung. Amukan Krakatau
bukan sebatas kisah bencana dahsyat di
era lalu. Kita mesti memaknainya sebagai
cara merenungkan peradaban manusia
yang katanya sedemikian “maju”.
Tetapi peristiwa itu menjadi bukti
bahwa manusia bisa sedemikian “kecil” ke-
tika alam mendentumkan kemarahannya.
Krakatau tentu tidak salah meski dampak
yang dihasilkan cukup masif, gunung itu
hanya bekerja sesuai dengan desain yang
ada pada alam. Sehingga bencana yang
dihasilkannya bukanlah sejenis kesombon-
gan beberapa oknum yang kerap “Flexing”
atau pamer kekayaan. Ia juga bukan
“affiliator aplikasi binary option”, namun
Krakatau mengajak kita “berinvestasi”,
entah secara finansial maupun ilmu
pengetahuan agar kita dapat menyelamat-
kan banyak nyawa di masa depan, salah
satunya dengan kian memajukan teknologi
peringatan dini atas bencana yang lebih
efektif, efisien, serta canggih. Sederhanan-
ya, ide-ide brilian dapat disaring melalui
seleksi Mahasiswa Berprestasi (Mawapres)
di universitas-universitas, untuk kemudian
dipilih yang mana mempunyai keberman-
faatan besar. Namun tentu harus dipilih
gagasan yang berbasis realitas, bersandar
pada keilmiahan, dan memiliki landasan
sejarah, bukan kemudian memenangkan
ide hanya karena pengusungnya fasih
berbahasa asing.(**)