Anda di halaman 1dari 13

Kamis, 08 Maret 2012

PERBAIKAN DAN PERKUATAN STRUKTUR BETON

http://myeducationsite.blogspot.com/2010/09/perbaikan-dan-perkuatan-struktur-beton.html

http://myeducationsite.blogspot.com/2010/09/perbaikan-dan-perkuatan-struktur-beton.html

Dengan makin banyaknya struktur bangunan yang mengalami kerusakan pada saat masa
layannya ataupun pada saat proses konstruksi, maka diperlukan pengetahuan mengenai teknologi
perbaikan dan perkuatan yang tepat guna.

Pada paper ini akan disajikan beberapa metode serta material perbaikan dan perkuatan yang
dapat digunakan, dan kontrol kualitas selama dan sesudah pelaksanaan proses perbaikan dan
perkuatan. Selain itu juga dibahas mengenai penggunaan Self Compacting Concrete (SCC) pada
metode perkuatan

Seperti kita ketahui semua, pada saat ini dengan makin banyaknya bangunan yang mengalami
kerusakan struktur maupun non-struktur; pada saat masa layannya ataupun pada saat proses
pembangunan; yang diakibatkan oleh faktor dari bangunan itu sendiri maupun faktor dari luar.
Dimana bentuk dan tingkat kerusakan yang terjadi mulai dari yang ringan sampai berat.

Dengan adanya tuntutan bahwa bangunan yang mengalami kerusakan harus sudah dapat
secepatnya difungsikan kembali, maka perlu adanya penanganan terhadap kerusakan-kerusakan
yang terjadi, baik dengan melakukan perbaikan ataupun perkuatan. Seringkali dengan
terbatasnya waktu, maka perbaikan atau perkuatan yang dilakukan tidak memperhatikan
beberapa kaidah yang berkaitan dengan kapasitas struktur dan prosedur pelaksanan serta kontrol
kualitas.

Oleh sebab itu untuk mendapatkan hasil perbaikan dan perkuatan yang tepat guna dan mencapai
sasaran yang telah ditetapkan, maka perlu dilakukan investigasi untuk mendapatkan data-data
kerusakan baik melalui pengamatan visual ataupun dengan bantuan pengujian non-destructive
maupun semi destructive dan mereview dokumen dari struktur yang ada. Dari hasil investigasi
tersebut, kemudian dilakukan analisa dan evaluasi pada struktur tersebut untuk menetapkan
apakah kerusakan yang terjadi hanya perlu perbaikan atau perlu perkuatan atau dalam kondisi
yang terjelek struktur yang mengalami kerusakan harus dilakukan pembongkaran dan dibangun
struktur baru.

Dalam paper ini akan dibahas mengenai beberapa metode perbaikan dan perkuatan yang dapat
digunakan dalam penanganan terhadap kerusakan yang terjadi.

2. METODE DAN MATERIAL PERBAIKAN

Penentuan metode dan material perbaikan umumnya tergantung pada jenis kerusakan yang ada,
disamping besar dan luasnya kerusakan yang terjadi, lingkungan dimana struktur berada,
peralatan yang tersedia, kemampuan tenaga pelaksana serta batasan-batasan dari pemilik seperti
keterbatasan ruang kerja, kemudahan pelaksanaan, waktu pelaksanaan dan biaya perbaikan.

Jenis kerusakan yang sering terjadi adalah kerusakan berupa keretakan dan spalling (terlepasnya
bagian beton).

A. Keretakan

Keretakan dibedakan retak struktur dan non-struktur. Retak struktur umumnya terjadi pada
elemen struktur beton bertulang, sedang retak non-struktur terjadi dinding bata atau dinding non-
beton lainnya.

Untuk retak non-struktur, dapat digunakan metode injeksi dengan material pasta semen yang
dicampur dengan expanding agent serta latex atau hanya melakukan sealing saja dengan material
polymer mortar atau polyurethane sealant.
Sedang pada retak struktur, digunakan metode injeksi dengan material epoxy yang mempunyai
viskositas yang rendah, sehingga dapat mengisi dan sekaligus melekatkan kembali bagian beton
yang terpisah.

Proses injeksi dapat dilakukan secara manual maupun dengan mesin yang bertekanan, tergantung
pada lebar dan dalamnya keretakan.

B. Spalling

Metode perbaikan pada kerusakan spalling, tergantung pada besar dan dalamnya spalling yang
terjadi.

i. Patching

Untuk spalling yang tidak terlalu dalam (kurang dari selimut beton) dan area yang tidak luas,
dapat digunakan metode patching.

Metode perbaikan ini adalah metode perbaikan manual, dengan melakukan penempelan mortar
secara manual. Pada saat pelaksanaan yang harus diperhatikan adalah penekanan pada saat
mortar ditempelkan; sehingga benar-benar didapatkan hasil yang padat.

Material yang digunakan harus memiliki sifat mudah dikerjakan, tidak susut dan tidak jatuh
setelah terpasang (lihat maksimum ketebalan yang dapat dipasang tiap lapis), terutama untuk
pekerjaan perbaikan overhead. Umumnya yang dipakai adalah monomer mortar, polymer mortar
dan epoxy mortar.

ii. Grouting

Sedang pada spalling yang melebihi selimut beton, dapat digunakan metode grouting, yaitu
metode perbaikan dengan melakukan pengecoran memakai bahan non-shrink mortar.
Metode ini dapat dilakukan secara manual (gravitasi) atau menggunakan pompa.

Pada metode perbaikan ini yang perlu diperhatikan adalah bekisting yang terpasang harus benar-
benar kedap, agar tidak ada kebocoran spesi yang mengakibatkan terjadinya keropos dan harus
kuat agar mampu menahan tekanan dari bahan grouting.

Material yang digunakan harus memiliki sifat mengalir dan tidak susut. Umumnya digunakan
bahan dasar semen atau epoxy.

iii. Shotcrete (Beton Tembak)

Apabila spalling yang terjadi pada area yang sangat luas, maka sebaiknya digunakan metode
Shot-crete. Pada metode ini tidak diperlukan bekisting lagi seperti halnya pengecoran pada
umumnya.

Metode shotcrete ada dua sistim yaitu dry-mix dan wet-mix.

Pada sistim dry-mix, campuran yang dimasukkan dalam mesin berupa campuran kering, dan
akan tercampur dengan air di ujung selang. Sehingga mutu dari beton yang ditembakkan sangat
tergantung pada keahlian tenaga yang memegang selang, yang mengatur jumlah air. Tapi sistim
ini sangat mudah dalam perawatan mesin shotcretenya, karena tidak pernah terjadi ‘blocking’.

Pada sistim wet-mix, campuran yang dimasukkan dalam mesin berupa campuran basah, sehingga
mutu beton yang ditembakkan lebih seragam. Tapi sistim ini memerlukan perawatan mesin yang
tinggi, apalagi bila sampai terjadi ‘blocking’.

Pada metode shotcrete, umumnya digunakan additive untuk mempercepat pengeringan


(accelerator), dengan tujuan mempercepat pengerasan dan mengurangi terjadinya banyaknya
bahan yang terpantul dan jatuh (rebound).

iv. Grout Preplaced Aggregat (Beton Prepack)

Metode perbaikan lainnya untuk memperbaiki kerusakan berupa spalling yang cukup dalam
adalah dengan metode Grout Preplaced Aggregat. Pada metode ini beton yang dihasilkan adalah
dengan cara menempatkan sejumlah agregat (umumnya 40% dari volume kerusakan) kedalam
bekisting, setelah itu dilakukan pemompaan bahan grout, kedalam bekisting.

Material grout yang umumnya digunakan adalah polymer grout, yang memiliki flow cukup
tinggi dan tidak susut.

3. METODE DAN MATERIAL PERKUATAN

Dalam pemilihan metode perkuatan, harus diperhatikan beberapa hal yaitu kapasitas struktur,
lingkungan dimana struktur berada, peralatan yang tersedia, kemampuan tenaga pelaksana serta
batasan-batasan dari pemilik seperti keterbatasan ruang kerja, kemudahan pelaksanaan, waktu
pelaksanaan dan biaya perkuatan.

Metode perkuatan yang umumnya dilakukan adalah :

- Memperpendek bentang dari struktur dengan konstruksi beton ataupun dengan konstruksi baja.

Tujuannya adalah memperkecil gaya-gaya dalam yang terjadi, tetapi harus dianalisa ulang akibat
dari perpendekan bentang ini yang menyebabkan perubahan dari gaya-gaya dalam tersebut.

Umumnya dilakukan dengan menambah balok atau kolom baik dari beton maupun dari baja.

- Memperbesar dimensi daripada konstruksi beton.

Umumnya digunakan beton sebagai material untuk memperbesar dimensi struktur; dengan
adanya admixture beton generasi baru, dimungkinkan untuk menghasilkan beton yang dapat
memadat sendiri (self compacting concrete), dibahas di bagian 4 – Self Compacting Concrete.

Akibat dari penambahan dimensi tersebut, maka harus diperhatikan bahwa secara keseluruhan
beban dari Bangunan tersebut bertambah, sehingga harus dilakukan analisa secara menyeluruh
dari struktur atas sampai pondasi.
- Menambah plat baja.

Tujuan dari penambahan ini adalah untuk menambah kekuatan pada bagian tarik dari struktur
Bangunan.

Didalam penambahan plat baja tersebut, harus dijamin bahwa plat baja menjadi satu kesatuan
dengan struktur yang ada, umumnya untuk menjamin lekatan antara plat baja dengan struktur
beton digunakan epoxy adhesive.

- Melakukan external prestressing.

Dengan metode ini, kapasitas struktur ditingkatkan dengan melakukan prestress di luar struktur,
bukan didalam seperti pada struktur baru.

Yang perlu diperhatikan adalah penempatan anchor head, sehingga tidak menyebabkan
perlemahan pada struktur yang ada.

Material yang umumnya digunakan adalah baja prestress, tetapi pada saat ini sudah mulai
digunakan bahan dari FRP (Fibre Reinforced Polymer).

- Menggunakan FRP (Fibre Reinforced Polymer)

Prinsip daripada penambahan FRP sama seperti penambahan plat baja, yaitu menambah
kekuatan di bagian tarik dari struktur.

Tipe FRP yang sering dipakai pada perkuatan struktur adalah dari bahan carbon, aramid dan
glass. Bentuk FRP yang sering digunakan pada perkuatan struktur adalah Plate / Composite dan
Fabric / Wrap

Bentuk plate lebih efektif dan efisien untuk perkuatan lentur baik pada balok maupun plat serta
pada dinding; sedang bentuk wrap lebih efektif dan efisien untuk perkuatan geser pada balok
serta untuk meningkatkan kapasitas beban axial dan geser pada kolom.
4. Self Compacting Concrete

Self Compacting Concrete atau yang umum disingkat dengan istilah SCC adalah beton segar
yang sangat plastis dan mudah mengalir karena berat sendirinya mengisi keseluruh cetakan yang
dikarenakan beton tersebut memiliki sifat-sifat untuk memadatkan sendiri, tanpa adanya bantuan
alat penggetar. Beton SCC yang baik harus tetap homogen, kohesif, tidak segregasi, tidak terjadi
blocking, dan tidak bleeding.

Pemakaian beton SCC sebagai material repair dapat meningkatkan kualitas beton repair oleh
karena dapat menghindari sebagian dari potensi kesalahan manusia akibat manual compaction.
Pemadatan yang kurang sempurna pada saat proses pengecoran dapat mengakibatkan
berkurangnya durabilitas beton. Sebaliknya dengan beton SCC struktur beton repair menjadi
lebih padat terutama pada daerah pembesian yang sangat rapat, dan waktu pelaksanaan
pengecoran juga lebih cepat.

Workability

Berdasarkan spesifikasi SCC dari EFNARC, workabilitas atau kelecakan campuran beton segar
dapat dikatakan sebagai beton SCC apabila memenuhi kriteria sebagai berikut yaitu:

§ Filling ability

§ Passing ability

§ Segregation resistance

Filling ability, adalah kemampuan beton SCC untuk mengalir dan mengisi keseluruh bagian
cetakan melalui berat sendirinya.

Passing ability, adalah kemampuan beton SCC untuk mengalir melalui celah-celah antar besi
tulangan atau bagian celah yang sempit dari cetakan tanpa terjadi adanya segregasi atau
blocking.

Segregation resistance, adalah kemampuan beton SCC untuk menjaga tetap dalam keadaan
komposisi yang homogen selama waktu transportasi sampai pada saat pengecoran.

Metoda Test

Metoda test pengukuran workability telah dikembangkan untuk menentukan karakteristik beton
SCC dan sampai saat ini belum ada satu jenis metoda test yang bisa mewakili ketiga syarat
karakteristik beton SCC seperti tersebut di atas. Dari beberapa metoda test yang telah
dikembangkan akan dibahas hanya tiga macam metoda yang dianggap dapat mewakili ketiga
kriteria workability tersebut di atas.

Slump-Flow

Slump-flow test dapat dipakai untuk menentukan ‘filling ability’ baik di laboratorium maupun di
lapangan; dan dengan memakai alat ini dapat diperoleh kondisi workabilitas beton berdasarkan
kemampuan penyebaran beton segar yang dinyatakan dengan besaran diameter yaitu antara 60
cm – 75 cm.

Kebutuhan nilai slump flow untuk pengecoran konstruksi bidang vertikal berbeda dengan bidang
horisontal. Kriteria yang umum dipakai untuk penentuan awal workabilitas beton SCC
berdasarkan tipe konstruksi adalah sebagai berikut :

Untuk konstruksi vertikal, disarankan menggunakan slump-flow antara 65 cm sampai 70 cm.

Untuk konstruksi horisontal disarankan menggunakan slump-flow antara 60 cm sampai 65 cm.

Slump-Flow test

L-Shape-Box

Dipakai untuk mengetahui kriteria ‘passing ability’ dari beton SCC. Dengan menggunakan L-
Shape Box, dapat diketahui kemungkinan adanya blocking beton segar saat mengalir, dan juga
dapat dilihat viskositas beton segar yang bersangkutan. Selanjutnya dengan L-Shape-Box test
akan didapat nilai blocking ratio yaitu nilai yang didapat dari perbandingan antara H2 / H1.
Semakin besar nilai blocking ratio, semakin baik beton segar mengalir dengan viskositas
tertentu. Untuk test ini kriteria yang umum dipakai baik untuk tipe konstruksi vertikal maupun
untuk konstruksi horisontal disarankan mencapai nilai blocking ratio antara 0.8 sampai 1.0

L-Shape-Box test

V - funnel

Dipakai untuk mengukur viskositas beton SCC dan sekaligus mengetahui ‘segregation
resistance’ . Kemampuan beton segar untuk segera mengalir melalui mulut di ujung bawah alat
ukur V-funnel diukur dengan besaran waktu antara 6 detik sampai maksimal 12 detik.
V-funnel test

Pouring dan Formwork

Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum pengecoran dengan beton SCC adalah sebagai
berikut:

Durasi waktu pengecoran disesuaikan dengan waktu ikat awal beton untuk menghindari
terjadinya cold joint.

Cara terbaik untuk pengecoran beton SCC adalah dari bawah cetakan/formwork untuk
menghindari udara terjebak (dengan eksternal hose adalah sangat efektif).

Beton SCC dapat mengalir sampai jarak 10 meter tanpa hambatan.

Elemen tipis 5 – 7 cm dapat diisi oleh beton SCC tanpa hambatan.

Tidak memerlukan keahlian yang spesifik saat pelaksanaan pengecoran.

5. PELAKSANAAN PERBAIKAN DAN PERKUATAN

Sebelum dilakukan pelaksanaan perbaikan atau perkuatan, perlu dilakukan pengecekan terakhir
apakah metode dan material yang sudah ditentukan sesuai dengan kondisi lapangan dan dapat
dilaksanakan.

Pada saat pelaksanaan yang perlu mendapat perhatian adalah :

- Persiapan permukaan.

Permukaan beton yang akan diperbaiki atau diperkuat perlu dipersiapkan, dengan tujuan agar
terjadi ikatan yang baik; sehingga material perbaikan atau perkuatan dengan beton lama menjadi
satu kesatuan.

Permukaan beton yang akan diperbaiki atau diperkuat, harus merupakan permukaan yang kuat
dan padat, tidak ada keropos ataupun bagian lemah lainnya (kecuali bila menggunakan metode
injeksi untuk mengisi celah keropos); serta harus bersih dari debu dan kotoran lainnya.
Apabila ada tulangan yang sudah berkarat, maka perlu dilakukan pemotongan beton hingga + 20
mm dibawah tulangan yang berkarat. Dan karat tersebut harus dibersihkan, serta diberi lapisan
anti karat.

Permukaan yang sudah dipersiapkan, apakah harus dalam keadaan kering atau harus dijenuhkan
terlebih dahulu sebelum dilakukan pelapisan berikutnya. Hal ini sangat tergantung pada material
yang digunakan. Untuk material berbahan dasar semen atau polymer, permukaan beton harus
dijenuhkan terlebih dahulu; tetapi bila material yang digunakan berbahan dasar epoxy, maka
permukaan beton harus dalam keadaan kering.

- Perbandingan campuran.

Untuk menghasilkan mutu dari material perbaikan atau material bonding yang digunakan dalam
perkuatan sesuai dengan yang direkomendasikan dari pabrik, maka perbandingan campuran dari
material harus diikuti dengan tepat, apalagi bila menggunakan material berbahan dasar epoxy.

Bila menggunakan beton yang dapat memadat sendiri, perlu diperhatikan jumlah air, flow dari
beton serta dipastikan tidak adanya bleeding dan segregasi.

- Pot life.

Adalah waktu yang dibutuhkan dari pengadukan hingga material tersebut terpasang. Apabila
waktu telah melebihi pot life-nya, maka material yang sudah tercampur jangan digunakan.

- Kekuatan tekan.

Seperti pada pelaksanaan kontruksi baru, dimana dilakukan kontrol kualitas pada mutu beton
yang ada; maka saat pelaksanaan dari perbaikan dan perkuatan, juga harus dilakukan hal yang
sama, dengan melakukan pengambilan sample sesuai standard yang ada. (ASTM C39 – beton,
ASTM C109 – mortar semen dan ASTM D495 – epoxy)

Setelah pelaksanaan juga perlu dilakukan kontrol kualitas, untuk melihat apakah pelaksanaan
perbaikan dan perkuatan sudah sesuai dengan standard yang ada.
- Injeksi.

Tujuan dari kontrol kualitas setelah pekerjaan injeksi dilakukan adalah untuk melihat apakah
bahan injeksi sudah mengisi celah keretakan yang ada, dan juga melihat kualitas lekatan dari
bahan injeksi dalam mengikatkan celah keretakan.

Dilakukan dengan melakukan coring f 50 mm (ASTM C42) untuk melihat penetrasi bahan
injeksi, kemudian hasil core tersebut ditest tekan (ASTM C39) atau splitting (ASTM C496)
untuk mengetahui kualitas lekatan yang terjadi. Atau dapat juga dilakukan kontrol kualitas
dengan non-destruktif test yaitu UPV (Ultra Pulse Velocity) – ASTM C597 atau Impact Echo.

- Patching, Grouting, Shot-crete, Beton Prepack dan Beton SCC.

Tujuan dari kontrol kualitas pada pekerjaan ini adalah untuk melihat lekatan yang terjadi antara
beton lama dengan material perbaikan.

Dilakukan dengan Direct tensile bond test -ACI 503R Appendix A atau Pull-Off Test - ICRI
Technical Guideline 03739.

- Perkuatan dengan FRP.

Tujuan dari kontrol kualitas pada pekerjaan ini adalah untuk melihat lekatan antara epoxy
adhesive yang digunakan untuk melekatkan FRP.

Dilakukan dengan Direct tensile bond test -ACI 503R Appendix A atau Pull-Off Test - ICRI
Technical Guideline 03739.

Post by FITRIA.K.BUDIARTO @ 8:49:00 AM

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

AGUS SUHARTO di 18.58

4 komentar:

NIAGA ARTHA CHEMCONS15 Agustus 2016 18.32


Perkuatan beton dengan menggunakan serat karbon , untuk lebih jelas silahkan baca
www.ahlibeton.co.id/2015/09/perkuatan-beton.html

Balas

Wanto18 Mei 2017 20.04

Makasih infonya gan

Balas

nathalia manik6 Juni 2018 21.19

Thankyouu

Balas

Injeksi beton surabaya14 Mei 2019 11.47

barangkali ada yg membutuhkan perbaikan/repair beton ,semisal bocor basement,dug atap


bocor,kamar mandi lantai tingkat yg bocor ke ruangan bawah,tandon beton,kolam yg bermasalah
saat mau dikeramik tetapi bocor, beton keropos,retak,ambrol bawah,dll hubungi : taufiq injek
beton 081233764637 call wa sms surabaya & luar surabaya,diusahakan chat wa dulu karena
sering bising dilapangan trims

Balas

Akan sangat berbahagia apabila sekedar "curahan pengalaman" ini bisa disempurnakan dari para
pembaca,
Link ke posting ini

Buat sebuah Link

Anda mungkin juga menyukai