Anda di halaman 1dari 1

Di balik temaram kehidupan yang lusuh, Tersembunyi kisah seorang miskin yang penuh

kepahitan. Dia berjalan dalam langkah-langkah terhuyung, Memanggul beban hidup


yang tiada terbayangkan.

Matahari terbit, menyapu kelam pekatnya malam, Saat orang-orang berlarian mengejar
impian gemilang, Dia memandang langit, penuh kerinduan tak terucap, Hanya rintik
hujan menjadi sahabat sejatinya.

Pada perutnya tak berisi selain angin yang kosong, Makanan yang melambung jauh,
mimpi pun semakin luntur, Namun hatinya tetap menggelora, tak terkikis oleh
kemiskinan, Dia tetap berdiri tegar, menatap hari dengan harap yang setia.

Di rumah kecilnya, berjajar alat-alat yang remuk redam, Penuh catatan pahit akan
kesengsaraan dan lara, Namun di antara serbuan dingin yang menusuk, Dia menemukan
kekuatan di dalam kelemahannya.

Meski ditatap penuh belas kasihan oleh orang-orang, Dia tak lantas menghanyutkan diri
dalam duka terpendam, Karena dalam dadanya terpendam kebesaran jiwa yang
mengilhami, Untuk mengubah takdir, memahat cerita baru dalam kehidupan.

Miskin adalah hamparan tanah yang tak subur, Namun dalam setiap butiran debu
terdapat keajaiban yang terpendam, Orang miskin adalah lentera dalam kegelapan yang
kelam, Menyulut semangat bagi yang menoleh, tuk bangkit dan melangkah.

Miskin bukan hanya cerita duka yang tergantung di bibir, Namun juga cerita keberanian,
kesederhanaan, dan tekad, Mereka adalah simbol ketabahan dan ketegaran, Menjadi
tiang yang kokoh dalam kehidupan yang riuh berombak.

Oh, orang miskin, engkau adalah pahlawan yang tak terlihat, Walau berjalan dengan
langkah kecil, namun tak putus asa, Engkau adalah nyala cahaya yang tetap bersinar,
Memancarkan kehangatan bagi hati-hati yang rapuh dan lesu.

Biarlah puisi ini menjadi nyanyian untukmu, orang miskin, Biarlah dunia mendengar
suaramu yang tak terdengar, Kau bukan hanya sebatang pohon di padang tandus, Kau
adalah bunga yang tumbuh dari debu dan batu.

Anda mungkin juga menyukai