1
Perpisahan
Oleh: Amillatus Soffia | X-MIA
2
Goyah
Oleh: Amillatus Soffia | X-MIA
3
Kehancuran
Oleh: Amillatus Soffia | X-MIA
Aku takut..
Dalam hati selalu bertanya
Ada apa dengan dunia?
4
Bersaudara
Oleh: Amillatus Soffia | X-MIA
5
Gugur
Oleh: Amillatus Soffia | X-MIA
6
Rintik Ilmu
Oleh: Amillatus Soffia | X-MIA
7
Warna dalam Hidup Ibu
Oleh: Amillatus Soffia | X-MIA
Ibu...
Terik sang mentari
Kau terjang demi aku
Wahai, teman-temanku
Akankah kalian ingin melawannya?
Hargailah setiap perjuangannya!
Surga berada dibawah telapak kakinya
8
Kau Telah Jauh
Oleh: Amillatus Soffia | X-MIA
9
Obat Hidup
Oleh: Amillatus Soffia | X-MIA
Terimakasih kawan…
Kau mengulur tangan pemberi harapan
Tak akan ada lagi kata menyerah
Karena kau obat dalam hidupku semata
10
Candu
Oleh: Amillatus Soffia | X-MIA
Wahai.. Ibuku…
Rindu ini membuatku candu
Ku mohon kau jangan melarangku
Meski ku tahu kita tak akan bertemu
Karena duniaku berbeda denganmu
11
Sahabat Sejati
Oleh: Amillatus Soffia | X-MIA
12
Buanglah Topengmu
Oleh: Amillatus Soffia | X-MIA
Wahai negeriku
Bukannya bertambah maju kini menjadi layu
Moral mengendap menjadi lusuh
Beginikah terus langkah gontaimu
13
Pandangan Baru
Oleh: Amillatus Soffia | X-MIA
14
Ibu Berpayung Merah
Oleh: Amillatus Soffia | X-MIA
Hai, kau…
Dia bukan ibumu..
Ibumu memayungimu menuju rumah itu
Rumah singgah setinggi menara
Tanpa ada cinta di dalamnya
15
Obat Rindu
Oleh: Dewi Khusnul Mazidah | XI-MIA
16
Pangeran di Ujung Senja
Oleh: Dewi Khusnul Mazidah | XI-MIA
Alkisah…
Di sebuah ruang nolstalgia
Terciptalah harapan berajut aksara
Membumbung segala rasa
Namun tak mampu bersanding dengannya
17
Kerikil Miskin
Oleh: Dini Widiyastutik | XI-MIA
Miris…
Wajah cemong bergaun compang-camping
Berlarian memikat belas kasih
18
Ragu pada Rasaku
Oleh: Dini Widiyastutik | XI-MIA
19
Auratmu
Oleh: Dini Widiyastutik | XI-MIA
20
Penerjang Matahari
Oleh: Dini Widiyastutik | XI-MIA
21
Tangan Kotor
Oleh: Dini Widiyastutik | XI-MIA
22
Tak Akan Luluh
Oleh: Dini Widiyastutik | XI-MIA
23
Pembuat Sengsara
Oleh: Dini Widiyastutik | XI-MIA
24
Kesunyian yang Kelam
Oleh: Dini Widiyastutik | XI-MIA
25
Menuju Surgawi
Oleh: Dini Widiyastutik | XI-MIA
Di lautan merapi
Ku tak bisa kembali lagi
Hanya tangis tuk meratapi
Kehidupan yang tak akan terulangi
26
Kesendirian
Oleh: Dini Widiyastutik | XI-MIA
27
Sirna
Oleh: Dini Widiyastutik | XI-MIA
28
Pembuat Onar
Oleh: Dini Widiyastutik | XI-MIA
29
Berlian dalam Malam
Oleh: Dini Widiyastutik | XI-MIA
Hay… Bintang...
Berlian dalam malam
Pancaran yang begitu menawan
Penerang kegelapan bersama angan
30
Mengabdi
Oleh: Dini Widiyastutik | XI-MIA
31
Aku, Hujan, dan Kenangan
Oleh: Dini Widiyastutik | XI-MIA
32
Kesatuan Hati
Oleh: Dini Widiyastutik | XI-MIA
33
Auramu
Oleh: Dini Widiyastutik | XI-MIA
34
Dunia Fana
Oleh: Dini Widiyastutik | XI-MIA
35
Terlalu Hina
Oleh: Dini Widiyastutik| Kelas
36
Takdir Sang Kuasa
Oleh: Dini Widiyastutik | XI-MIA
37
Tikungan sebuah Mimpi
Oleh: Dini Widiyastutik | XI-MIA
Ibu ..
Engkau seperti awan yang menggebu
Kasih sayang tak pernah runtuh
Pemberi harapan baru untukku
Impian yang indah kau tunggu dariku
Lantas tunggulah engkau disitu
38
Penantian Pagi
Oleh: Dini Widiyastutik | XI-MIA
39
Jeritan Sanubari
Oleh: Dini Widiyastutik | XI-MIA
40
Maukah Engkau Menunggu
Oleh: Dini Widiyastutik | XI-MIA
41
Pulang
Oleh: Dini Widiyastutik | XI-MIA
42
Merangkul Awan
Oleh: Dini Widiyastutik | XI-MIA
43
Secangkir Lagu
Oleh: Dini Widiyastutik | XI-MIA
44
Seribu Kebenaran
Oleh: Dini Widiyastutik | XI-MIA
Diam…
Mata lensa itu bukanlah saksi
Bukanlah pembawa kebenaran yang berarti
mengapa menjalin prasangka disana-sini?
Seolah-olah perkataan menjadi teka-teki
45
Risau Hati
Oleh: Dini Widiyastutik | XI-MIA
46
Keikhlasan Hati
Oleh: Dini Widiyastutik | XI-MIA
47
Aksara dalam Kelabu
Oleh: Feny Maulidiyah | XI-MIA
48
Rindu di Balik Rembulan
Oleh: Feny Maulidiyah | XI-MIA
49
Bintang dari Tuhan
Oleh: Siti Nafisatin Nufus | XI-MIA
50
Tak Tahu Malu
Oleh: Amillatus soffia | X-MIA
51
Cinta Kemarin
Oleh: Andini adha | X-MIA
Oh cinta kemarin
Yang kini telah berdua
Bahagia bersama sang kenanga
Dan kini hanya tersisa cerita
Dear cinta kemarin
52
Ilmu di Sekolah
Oleh: Andini Adha | X-MIA
Ilmu..inilah jawabannya
Halah yang paling berguna
Bagi kelangsungan bangsa
Terkhusus generasi muda
53
Pemuda Bangsa
Oleh: Firman Rahmatullah | X-MIA
54
Ibu Kartini
Oleh: Inneke Rahmadani G | X-MIA
55
Ayahku
Oleh: Hidayatul Rismalah | X-MIA
Ayah
Entah apa yang kuingin bicarakan tentangmu
Rupamu saja ku tak tau
Apakah kau seperti yang ada dianganku?
Andai ku tau tentang dirimu
Ayah
Andai kau masih disisiku
Diriku ini ingin melihat wajah aslimu
Tanpa melihat album lama yang telah berdebu
Ayah ku merindukanmu......
56
Ki Hajar Dewantara
Oleh: M. Anwar | X-MIA
Ki Hajar Dewantara
Kau pahlawan kami
Pahlawan pendidikan
Tanpa tanda jasa
57
Para Pemuda
Oleh: Nila Lailatul F | X-MIA
Negaraku
Inilah negaraku
Negara yang kaya akan keanekaragaman
Negara yang selalu aku bangga-banggakan
58
Ilmu
Oleh: Silvi Silkiatus Zuhriyah | X-MIA
59
Rindu
Oleh: Silvi Silkiatus Zuhriyah | X-MIA
Ah... Rindu...
Kadang kau memang sangat menyebalkan
Kenapa kau datang tanpa permisi
Disaat kau tak siap untuk mengingat
Kau yang jauh dan tak tergapai
60
Rindu Menyapa
Oleh: Rahmadita W.A | X-MIA
61
Habib Qolbi
Oleh: Rahmadita W.A | X-MIA
62
Pendidik Terbaik
Oleh: Rahmadita W.A | X-MIA
63
Ilmu
Oleh: Isna Fariha | X-IIS 1
Ilmu....
Kau adalah sesuatu yang sangat berharga.....
Kau adalah sesuatu yang sangat bemakna.....
Demi bisa mendapatkanmu aku rela mengorbankan segalanya.....
Dan demi mendapatkanmu aku rela menghabiskan seluruh waktuku.....
64
Matematika
Oleh: Dwi Purwaningsih | X-IIS 1
65
Pencari Ilmu
Oleh: Siti Maisaroh | X-IIS 1
66
Penyejuk Suasana
Oleh: Miftahul Khoir | X-IIS 1
67
Mimpi dan Cita-cita
Oleh: Eka Setia Rini | X-IIS 1
68
Pembimbing Kedua
Oleh: Mauluda | X-IIS 1
Guru...
Engkaulah pembimbing keduaku ... Setelah orang tuaku.
Kaulah pengajarku
Kaulah yang mendidik diriku , dari tak bisa sampai bisa...
Hero...
Itulah julukan istimewa diriku
Kau tak pernah letih dalam membimbingku
Dan kau tak pernah bosan memberi ilmu
Marah mu itu tanda kasih sayang darimu untukku...
Guru...
Engkaulah orang paling sabar dimuka bumi ini setelah ibu...
Tanpamu aku tak mampu apapun
Tanpamu aku akan tersesat
Dan tanpamu aku sengsara dari segalanya.
Guru...
Apa yang dapat kubalaskan kepadamu
Dan tiada kata yang bisa ku ucapkan
Selain terimakasih untuk mu...
69
Guruku Tercinta
Oleh: Shela Dwi Adistya | X-IIS 1
Oh.....guruku
Terima kasih kau telah memberiku banyak ilmu...
Kau juga yang mengajariku tentang pengetahuan baru.....
Begitu banyak jasa yang kau berikan padaku.....
Oh......guruku
Aku tidak bisa membalas semua jasa-jasamu.....
Aku pun tudak akan tahu jika kau tak mengajariku....
Meskipun panas,hujan kau tetap datang demi memberikan ilmu.....
Oh......guruku
Maafkanlah aku jika aku banyak melukai hatimu.....
Tak akan pernah aku lupakan dirimu.....
Jasa-jasamu akan selalu kukenang didalam hatiku.....
Sampai kapanpun juga kau tetap guruku yang tercinta....
70
Pelangi
Oleh: Ayu Putri Rohmah | X-IIS 2
71
Ayah
Oleh: Akhmad Rohma Doni | X-IIS 2
Ayah......
kamu terlalu cepat meninggalkan ku.....
Hampa hidup ini tanpa mu
Bagaikan burung tanpa sayap
72
Ibu
Oleh: Ria Anjani | X-IIS 2
Ibu...
Engkau yang melahirkanku
Engkau yang merawatku hingga sebesar ini
Engkau yang hebat dimataku
Tak pernah melihatkan kesedihanmu
Tangguh dalam menanggung semua itu
73
Buku
Oleh: Moh Yazid Fathoni | X-IIS 2
Buku...
Tempat dimana semuanya tertulis
Saksi bisu sejarah terjadi
Buku...
Kau menemaniku sepanjang aku sekolah
Buku...
Yang mengingatkan ku tentang ibadah dan berusaha
Buku...
Tulisan di dirimu merupakan suatu penghormatan saat aku lulus
74
Pendidikan Masa Kini
Oleh: Siti Khusnul Khotimah | X-IIS 2
75
Ki Hajar Dewantara
Oleh: Sinta Tri Wahyuni | X-IIS 2
76
Hujan
Oleh: Sinta Tri Wahyuni | X-IIS 2
Hujan
Rasa ini begitu mistis kala kau datang
Bagai bayangan rembulan
Sebening fajar
Seperti kau..
Yang datang hanya sesaat
Tanpa rasa kasihan
Suara hati yang berteriak histeris
Katakan tetap disini
Di atas rinai yang jatuh tanpa jeda
77
Sinar Keagungan
Oleh: Dini Widiyastutik | XI-MIA
78
Kata Kita
Oleh: Dini Widiyastutik | XI-MIA
Kata kita…
Suara kita…
Yang hanya bisa dalam dekap
Kini akan terungkap
79
Penerus Bangsa
Oleh: Dewi Khusnul Mazidah | XI-MIA
80
Buku
Oleh: Feny Maulidiyah | XI-MIA
Lusuh,kusam
Disimpan tak beraturan
Dan tak pernah dibuka
Apa saja yang kalian lakukan padaku
Dirobek,dilempar,dibakar
Dan sekarang aku hanyalah pajangan semata
Bahkan kalian menganggapku sampah
81
Pendidikan
Oleh: Miftahul Akhyar | XI-MIA
Banyak kecurangan
Banyak ketidak adilan
Banyak orang tak tau jalan
Karna kurangnya ilmu pendidikan
82
Impianku
Oleh: Nur Hamidah | XI-MIA
Menuju ke sekolah
Yang menjadi tempat apa yang kuinginkan tercapai
Belajar menjadi kewajibanku
Menjadi pemuda berprestasi impianku
83
Ilmu
Oleh: Susi Rahmawati | XI-MIA
Ilmu.....
Engkau adalah dambaan setiap manusia
Dicintai dan dicari oleh manusiaa
Apa daya manusia tanpamu
Apa daya generasi bangsa ini tanpamu
Ilmu.....
Betapa pentinganya engkau
Betapa berharganya engkau
Betapa sulitnya untuk mencarimu
Banyak pengorbanan yang kini lakukan demi mendapatkanmu
Demi memperbaiki generasi bangsa ini
Ilmu.....
Sesunggunya engkau telah berjasa bagi kami
Berjasa untuk memajukan para generasi ini
Terima kasih aku ucapkan padamu...oh ilmu
Tanpa dunia ini hanyalah dunia kebodohan
84
Pendidikan
Oleh: Arliana | XI-IIS 1
85
Pahlawanku
Oleh: Hidayatul Munawaroh | XI-IIS 1
Wahai pahlawanku
Kau pahlawan tanpa tanda jasa
Kau yang memerdekakan bangsa
Menjunjung harkat martabat negara
Pahlawanku
Perjuanganmu tak luntur waktu
Menjadikan Indonesia lebih maju
Tanpa keluh kesah darimu
86
Guru
Oleh: Yuliani Ningsih | XI-IIS 1
87
Pahlawanku
Oleh: Nita Rohmania | XI-IIS 2
Wahai pahlawanku
Engkaulah berjuang demi pendidikan
Keringat,tenaga,pikiran yang luas
Engkau taruhkan demi penerus bangsa
Ki hajar dewantara......
Engkaulah pahlawan nasionalku
Di bidang pendidikan
Bagi pemuda pemudi di dunia ini
88
Cinta Seorang Pelajar
Oleh: Nur Sholikha | XI-IIS 2
89
Tinta Hitamku
Oleh: Rika Putri Astutik | XII-MIA
Sunyi... Gelap
Itulah aku…
Begitu banyak waktu yang telah kulalui denganmu
12 tahun sudah bersama tinta hitamku
Menorehkan kata per kata yang penuh makna
Diatas selembar kertas putih
90
Pondok Pesantren
Oleh: Rika Putri Astutik| XII-MIA
Betapa mulianya
Betapa indahnya tempat itu
Dihuni oleh para santri yang sangat semangat dalam belajar
Pesantrenku...
Dari dirimulah terpancar sinar sinar illahi
Dari dirimulah aku punya banyak ilmu pengetahuan
Kau takkan pernah terganti..
Kau takkan pernah tertipu dan hilang oleh tawaran kebahagiaan sunyi
Kau tetap ada dan akan selalu ada
Kau pembimbing suci keimanan umat islam
Terima kasih pesantrenku.
91
PUISI GURU
92
Tragedi dalam Samudera Duka
Oleh: Khoiruddin, S.S. | Kepala Madrasah
93
Kehampaan Jiwa
Oleh: Khoiruddin, S.S. | Kepala Madrasah
94
Pesona Lembah Kesengsaraan
Oleh: Khoiruddin, S.S. | Kepala Madrasah
95
Petaka Sempurna
Oleh: Khoiruddin, S.S. | Kepala Madrasah
96
Keabadian
Oleh: Khoiruddin, S.S. | Kepala Madrasah
97
Sinar Iman dalam Secuil Pesan
Oleh: Khoiruddin, S.S. | Kepala Madrasah
Sadarilah ……
Sandang gelar kejayaan
Kesucian nuranilah cermin kebijaksanaan
Jangan merasa besar, jadilah kecil dihadapan Tuhanmu
Jangan kau bawa amarah, ketika kau lantunkan ayat surga
98
Pengorbanan Sang Ibu
Oleh: H. Mujainul Abidin, S.Pd | WAKA Humas
99
di sisi Tuhanmu
anakmu yang selalu merindukanmu
100
Cerita MASEDA
Oleh: M. Isro’ul Laili, S.S. | WAKA Kesiswaan
Takkan terlupa,
Takkan juga terganti,
Sedih senang selalu kita lewati
Maseda tercinta
Akan selalu jaya
Dalam berbagai era
Era millennial dan era purba
Maseda tercinta
Akan selalu ada
Dalam islami jiwa
Cita dan sahaja
Dan terus menorehkan
Cinta dalam seni
Di MA Al-Islamy Sedati
101
Green School Al-Islamy
Oleh: M. Isro’ul Laili, S.S. | WAKA Kesiswaan
Al-Islamy…..
Namamu harum mewangi
Menggelora di hati
Derap langkah ketulusan
Menjadi tongkat sepirit sang pengabdi
Al-Islamy….
MI ainul ulum
SMP Islam
MA Al - Islamy Sedati
Berjayalah bersama
Wajahidu fillah haqqa jihadihi
Bersinergi…
Berkompetisi…
Berprestasi…
Dengan berbudipekerti
Dengan ahlussunnah wal jama'ah
Al - Islamy selalu di hati
102
Sang Pencari Ilmu
Oleh: Hj. Ainiayatul Masruroh, S.H. | Guru Sosiologi
103
Kau, Ibuku
Oleh: Eko Nur Wahyudi, S.Pd. | WAKA Sarana-Prasarana
104
Ramadhan Untukku
Oleh: Eko Nur Wahyudi, S.Pd. | WAKA Sarana-Prasarana
105
Saksi Mata
Oleh: Lisa Anggraeni, S.Pd. | Guru Bahasa Indonesia
106
Wabah Narkoba
Oleh: Lisa Anggraeni, S.Pd. | Guru Bahasa Indonesia
107
Tak Terbalaskan
Oleh: Lisa Anggraeni, S.Pd. | Guru Bahasa Indonesia
Wahai muridku…
Tak sayangkah kau padaku
Aku hanya ingin mencari perhatianmu
Dari lelapnya kantuk ocehanku
108
Cinta dalam Gumam
Oleh: Lisa Anggraeni, S.Pd. | Guru Bahasa Indonesia
109
Separuh Jiwa Keluarga
Oleh: Lisa Anggraeni, S.Pd. | Guru Bahasa Indonesia
110
Khayal Tingkat Tinggi
Oleh: Lisa Anggraeni, S.Pd. | Guru Bahasa Indonesia
111
Penakluk Senja
Oleh: Lisa Anggraeni, S.Pd. | Guru Bahasa Indonesia
112
Mozaik Sebuah Mimpi
Oleh: Lisa Anggraeni, S.Pd. | Guru Bahasa Indonesia
113
Jeritan Hawa
Oleh: Lisa Anggraeni, S.Pd. | Guru Bahasa Indonesia
Wahai langit….
Aku dari ribuan hawa yang mencintaimu
Berderu dalam gemerlapnya malam
Menginginkan rindu yang kau miliki
Meski sejatinya itu tak akan terjadi
114
Goresan Tinta
Oleh: Lisa Anggraeni, S.Pd. | Guru Bahasa Indonesia
115
EPILOG
Puisi sebagai Pondasi Akal Budi
116
sastra, rasa akan terasah, budi akan terolah, dan pikiran akan dilatih untuk peka.
Jika hal itu dialpakan, maka cikal-bakal moral pun sirna. Padahal sekolah
memiliki legitimasi sebagai lembaga yang menanamkan pondasi pembentuk
watak dan kepribadian. Jika dunia pendidikan kita sudah semakin menjauhkan
sastra dari siswa dan siswi, tentunya harapan akan moral ketimuran kita sudah
tidak bisa dipertahankan lagi.
Fakta secara mendetail terkait tergerogotinya moral dari dunia pendidikan
sudah dMIAparkan Aguk Irawan MN dalam salah satu esainya yang berjudul
Ketika Sastra Alpa dari Bangku Sekolah yang ditulisnya dalam 2 Mei lalu.
Tentunya, sangat wajar bila muncul kekhawatiran dan ketakutan melihat krisis
mental di negara ini.
Salah satu bentuk kegelisahan itu membuat buku ini lahir. Sastra kembali
ditanamkan. Puisi kembali diajar-dibacakan-dituliskan di sekolah. Tentunya, patut
diacungi jempol kepada mereka yang berjuang keras agar buku ini lahir. Hal itu
tentu bukan hanya siswi yang berhasil menulis-kumpulkan puisi-puisi mereka.
Ada guru, kepala sekolah, dan seluruh civitas sekolah baik langsung ataupun tidak
langsung mendukung program literasi yang menjadi latar adanya puisi-puisi di
buku ini.
Puisi yang ditulis di buku ini merupakan bentuk sensitivitas atas segala
fenomena. Memang puisi bisa merangkum segala rasa, berbeda dengan genre lain
yang memiliki keterbatasan dalam menyuarakan sesuatu. Prosa ataupun drama
memiliki ruang yang tidak bisa seluwes ruang dalam puisi.
Sastra, tidak terkecuali puisi, mampu membuat akal dan budi semakin
halus. Hal itu pun bisa dilihat dari puisi-puisi yang ada di dalam Kata Kita. Dari
semua sajak yang ditulis mereka, ada benang merah yang bisa ditarik yaitu
religiositas. Hal itu mungkin karena mereka semua bernaung dalam madrasah
yang muatan pelajaran agama lebih besar dibanding dengan sekolah umum.
Namun di lain pihak, secara psikologis setiap manusia dalam titik paling
tinggi akan menuju pada pintu religius. Dan hal itu, juga sudah terjadi dalam diri
mereka semua. Itulah kenapa puisi bisa menajamkan kepekaan, sehingga akal dan
budi pun semakin kokoh. Setidaknya, melalui Kata Kita akan selalu ada setitik
cahaya yang bisa menerangi carut-marut bangsa ini. Tentunya, jika kita berandai-
andai, bila semua madrasah ataupun sekolah menerapkan pola yang sama, maka
kokohlah pondasi akal dan budi generasi penerus bangsa ini. Tabik.
117
PROFIL
MA. Al-Islamy Sedati
118
tingkat Kecamatan, Kabupaten dan Nasional. Diantara prestasi yang diraih yaitu
diterimanya beberapa siswa sebagai anggota paskibraka Kecamatan Ngoro dan
Kabupaten Mojokerto, juara lomba tolak peluru, PBB, baca Al-Qur’an tingkat
kecamatan, peserta olimpiade Matematika sejawa-bali, olimpiade Bahasa Arab
Nasional 2019, dan masih banyak kejuaraan lain yang diikuti.
119
KELEIDOSKOP MA. AL-ISLAMY SEDATI
120
121