Anda di halaman 1dari 2

DENGARKANLAH JERITAN KEMANUSIAAN

Di tepian senja, hati teriris,

Duka merajam dalam gelap malam,

Kemanusiaan terhempas oleh derita,

Air mata bercerita, getirnya tak terkira.

Di kota beton, di jantung kehidupan,

Gelapnya dunia mencabik hati,

Anak-anak menangis dalam pelukan kelaparan,

Sosok manusia terlupa, di hujan peluh yang tak pernah surut.

Peluklah dunia yang retak ini,

Dengarkan jeritan kelaparan di balik tembok tinggi,

Kemanusiaan terluka, terkoyak oleh luka,

Di lautan air mata, kepedihan terhampar tak terduga.

Puisi ini bukanlah tuntutan hukum,

Tapi seruan hati, seruan nurani,

Untuk menyentuh, merasakan,

Sejumput kepedihan, seberkas kebijaksanaan.

Di tiap detik, di setiap nafas,

Kemanusiaan mencari arti kehidupan,

Namun dalam sepi, terdengar hentakan derita,

Seolah dunia hancur, di puing-puing kegelapan.

Mari saksikan, mari dengarkan,

Tak hanya dengan mata, tapi hati yang terbuka,

Kemanusiaan bukan hanya kata-kata,

Tapi tindakan, kasih, dan kepedulian yang nyata.


Biarlah puisi ini menjadi seruan,

Untuk merangkul, menghapus air mata,

Agar kemanusiaan tak tenggelam dalam lupa,

Di tengah hujan derita, tumbuhlah bunga keadilan yang abadi.

Anda mungkin juga menyukai