Anda di halaman 1dari 14

KORUPSI DALAM PREKSITIF ISLAM

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Akhlak dan etika.


Universitas Indra Prasta (Unindra) PGRI Jakarta, Dosen Pengampu :
Bahrudin, S.E.,M.Pd.
 

 
Disusun oleh: 
1. Apia apriyani (202014500484)
2. Aryati Widyaningsih (202014500494)
3. Azzahra Rahma sari (202014500496)
4. Desy Rintana Mustika (202014500536)
5.Aqila Fadhila Haya (202014500546)
6. Camelia Marsanah (202014500575)
 

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI 


FAKULTAS PENDIDIKAN DAN PENGETHUAN SOSIAL 
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2023
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh 
Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa
karena telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini.
Atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Korupsi dalam prekpeksif islam” dengan tepat waktu. Makalah ini disusun guna
memenuhi tugas pada mata kuliah ini , Universitas Indra Prasta (Unindra) PGRI
Jakarta.
Kami mengucapkan terimakasih sebesar – besarnya kepada Bapak Bahrudin,
S.E.,M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah ini. Tugas yang diberikan ini
mampumenambah pengetahuan dan wawasan bagi kami. 
Dalam makalah ini disajikan materi yang diharapkan dapat bermanfaat khususnya
bagi penyusun dan umumnya bagi para pembaca. Makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran akan kami terima demi kesempurnaan
makalah ini. 
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. 
 
 
  Jakarta ,   Mei 2023
 
 
Penyusun 
Kelompok 2
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Terdapat banyak ungkapan yang dapat di pakai untuk menggambarkan


pengertian korupsi, meskipun tidak seutuhnya benar. Akan tetapi tidak terlalu
menjauh dari hakikat dan pengertian korupsi itu sendiri. Ada sebagian yang
menggunakan istilah “ikhtilas” untuk menyebutkan prilaku koruptor, meskipun dalam
kamus di temukan arti aslinya yaitu mencopet atau merampas harta orang lain.
Realitanya praktikal korupsi yang selama ini terjadi ialah berkaitan dengan
pemerintahan sebuah Negara atau public office, sebab esensi korupsi merupakan
prilaku yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku di pemerintahan yang
terletak pada penggunaan kekuasaan dan wewenang yang terkadung dalam suatu
jabatan di sau pihak dan di pihak lain terdapat unsure perolehan atau keuntungan, baik
berupa uang atau lainnya. Sehingga tidak salah apabila ada yang memberikan definisi
korupsi dengan ungkapan “Akhdul Amwal Hukumah Bil Bathil” apapun istilahnya,
korupsi laksana dunia hantu dalam kehidupan manusia. Mengapa saya
mengungkapkan dunia hantu, sebab dunia hantu merupakan dunia yang tidak tampak
wujut jasadnya, akan tetapi hanya dapat dirasakan dampaknya. Dunia hantu
merupakan sebuah ilusi-fantasi yang mengimplikasikan terhadap dunia ketidak
jujuran, kebohongan, dan hilangnya sebuah kepercayaan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Definisi korupsi menurut Al Quran
2. Sejarah Korupsi
3. Penyebab Korupsi Di Indonesia
4. Cara Memberatas Korupsi Menurut islam

 
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Korupsi

Kata "korupsi" berasal dari bahasa Latin "corruptio" (Fockeman. Andrea: 1951)S atau
"corruptus" (Webster Student Dictionary:1960). Selanjutnya dikatakan bahwa
"corruptio" berasal dari kata corrumpere, suatu bahasa Latin yang lebih tua. Dari
bahasa Latin tersebut kemudian dikenal istilah "corruption, corrupt" (Inggris),
"corruption" (Perancis) dan "corruptie/korruptie" (Belanda). Arti kata korupsi secara
harfiah adalah kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak
bermoral, penyimpangan dari kesucian.
Korupsi Menurut Al-Quran ialah suatu tindakan yang dilakukan dengan sadar untuk
memperkayadiri atau cara lain dengan cara cara yang tiak sah. cara cara yang tidak
sah tersebut seperti penyogokan, memark-up, curang, menipu, memanipulasi,
penyelewengan, penggelapan dan cara lain yang menyebabkan kerugian orang lain.
Korupsi adalah sesuatu yang amat tercela karena tega memperkaya diri, kelompok
atau golongan sementara orang lain menderita.
Di dalam Al Quran seperti yang menjadi pijakan untuk membincangkan Kerasnya
sikap Islam terhadap prilaku koruptif, salah satunya adalah pencurian. Qs Al
Maidah/5:38 yang artinya
"Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya
(sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari
Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana"
Belakangan Korupsi di identikan dengan istilah Risywah yaitu suatu tindakan yang
dilakukan secara sadar untuk memperkaya diri. Risywah (suap) dalam kitab-kitab
figih secara terminologis berarti pemberian yang diberikan seseorang kepada hakim
atau lainnya untuk memenangkan perkaranya dengan cara yang tidak dibenarkan atau
untuk memperoleh kedudukan (al-Misbah al-Munir-al Fayumi, al-Muhalla-Ibu
Hazm). Semua ulama sepakat mengharamkan risywah yang terkait dengan pemutusan
hukum, bahkan perbuatan in termasuk dosa besar. Sebagaimana yang telah
diisyaratkan beberapa Nash Quraniyah dan Sunnah Nabawiyah yang-antara lain
menyatakan:' Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong,
banyak memakan yang haram" (QS Al Maidah 42)

B. Sifat Korupsi Menurut Al-Quran


Sangat menyedihkan bangsa Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama
sampai saat ini, Indonesia masih menyandang juara dalam hal korupsi. Menurut
sifatnya istilah korupsi tidak secara spesifik ditemukan dalam Al Quran dan Hadist.
Namun demikian me. korupsi dapat dikategorikan sebagai tindakan yang dilakukan
dengan sadar untuk memperkaya diri atau orang lain dengan cara-cara tidak sah
(bathil)
1. Ghuluw (pengelapan)
Ghuluw salah satu cara meraih keuntungan tetapi tercela dan dapat di ketegorikan
sebagai praktik korupsi. Ghuluw adalahUpaya untuk mencari keuntungan dan harta
kekayaan dengan cara-cara yang curang, seperti menipu, mengelabui, mengelapkan
dll. Praktik ghuluw bisa terjadi di dunia bisnis, birokrasi ataupun aktivitas sosial
bermasyarakat. Harta kekayaan yang diperoleh melalui cara-cara ghuluw pasti haram
dan tidak membawa berkah. Ayat yang mencela sifat-sifat dan praktik ghuluw, QS.
Ali'Imran/3; 161. Artinya "Barang siapa yang berkhianat dalam urusan rampasan
perang itu, maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang
dikhianatkannya itu; Kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa
yang yang ia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak
adianiaya".
2. Amulah (Komisi)
Amulah (komisi) adalah salah satu Transaksi yang sangat .berpotensi merugikan
orang lain atau negara dan karenanya dapat dikategorikan sebagai bagian dari korupsi.
Amulah ialah Pemberian komisi berupa kekayaan atau keuntungan yang diperoleh
melalui hasil balas jasa Transaksi antara suatu kelompok kepentingan dengan lainnya,
seperti antara pejabat dengan supplier atau distributor. Praktik komisi jelas hukumnya
haram. Firman Allah yang melarang kata untuk mencampuradukan antara yang hak
dan yang bathil. QS. Al Bagarah/2;42. Yang artinya "Dan janganlah kamu campur
adukkan antara yang hak dan bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu,
sedang kamu mengetahuinya'
3. Mark- Up
Yaitu menaikan biaya diluar dari anggaran sesungguhnya, disebabkan karena berbagai
kepentingan. Dalam dunia bisnis, mark-up biasanya di sebabkan karena adanya
kekhawatiran suatu perencanaan terkena dampak fluktuasi harga. Mark-up terjadi
manakala terdapat perbedaan antara biaya barang atau jasa dengan harga jualnya.
Mark-up biaya dalam perencanaan pengajuan anggaran termasuk kategori
kebohongan. Namun mark-up yang di lakukan sesuai dengan prosedur perencanaan
yang benar, tidak mengakibatkan kerugian berbagai pihak, tidak menyimpan
kebohongan, dengan kata lain semua berlangsung secara wajar, sesuai ketentuan dan
prosedur, maka hukumnya boleh.
4. Gashb (Merampas)
Gashb menurut Bahasa berarti mengambil sesuatu dengan cara paksa atau zalim.
Dalam kitab-kitab Figih gashb biasanya di artikan dengan Upaya untuk menguasai
atau mengambil alih hak orang lain secara terbuka tapa izin dari pemiliknya disertai
dengan paksaan dan atau kekerasan. Bentuk gashb bisa bermacam-macam, bisa dalam
bentuk merampas barang milik umum seperti mengambil mencabut dan mengambil
lampu-lampu jalan, dan sebagian ulama memasukkan orang-orang yang tidak
mengeluarkan khumus", atau tidak mengeluarkan zakat. Bisa juga merampas hak
guna pribadi dan hak guna umum, seperu mendudukt lahan milik orang lain dan
memonopol asilitas sumur umum yang seharusnya menjadi milik umum.

C. Sejarah Korupsi
Peradaban manusia ketika kehidupan seseorang tersebut telah tersistem dan
terorganisir dengan baik. Banyak didapati perilaku korupsi ini telah mengakar dalam
suatu sistem atau tindakan yang tidak maupun disengaja hidup di masyarakat. Sebagai
contoh masyarakat dalam masyarakat kuno di India dan Yunani kuno, 3 korupsi telah
dipraktekkan sejak milenium sebelum masehi. Dalam hukum Manu, misalnya,
disebutkan bahwa" para pejabat yang korup yang menerima suap dari orang-orang
desa harus diusir dari kerajaan dan harta kekayaan mereka disita" Kemudian di
Kerajaan Romawi, korupsi diyakini mempunyai tingkat intensitas dan keragaman
yang lebih besar dibandingkan korupsi di Yunani. Hal itu karena Romawi merupakan
kekaisaran yang besar dan sekitar abad ke-2 SM yang mengalami banyak perubahan
di bidang ekonomi, politik, dan budaya. Bentuk-bentuk korupsi di Romawi, Selain
dari praktik suap, juga meliputi penyalahgunaan wewenang, korupsi transaksi, korupsi
pemerasan, dil. Contoh kasus korupsi yang terkenal dari emperium Romawi ini rata-
rata terjadi pada para hakim, di mana pada saat itu kekuasaan peradilan dialikan ke
tangan senat yang disi oleh para kesatria Romawi, dengan demikian para hakim
rentan akan menerima uang suap untuk memberikan keputusan tertentu yang
bertendensi. Kasus ini dialami oleh Gubernur Gaius Verres (115-34 SM) yang ia
diajukan ke pengadilan besar pada abad ke 70-SM. Laporan yang diterima bahwa
sang Gaius berhasil melakukan penyuapan terhadap banyak senator yang menjadi
hakim untuk memeriksa kasusnya atau masalahnya, meskipun pada kenyataannya
sang Gaius tidak dapat mendekati hakim ketua, Cicero. Selain itu didapati Gaius
Verres memeras orang tua atau sanak keluarga seorang terhukum mati untuk
menentukan bagaimana hukuman mati dilaksanakan atau agar terhukum mati dapat
dikubur dengan semanusiawi mungkin?.
Dalam bingkai sejarah masa awal Islam datang (pada masa Nabi, sahabat, dan tabi in)
tindakan korupsi ini pernah dilakukan oleh masyarakat yang hidup pada masa-masa
tersebut.
Merujuk Korupsi di masa Islam dahulu, di dalam Alquran tidak di jumpai istilah
korupsi secara tegas, namun untuk menyelesaikan o kasus ini ada beberapa ayat yang
terindikasi tentang itu. Di antaranya:
Surat Ali-Imran ayat 161 "Tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan
harta rampasan perang. Barang-siapa yang berkhianat dalam urusan rampasan
perang itu, maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang di
khianatkannya itu, kemudian tap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang
ia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak dianiaya."
(QS.3:161).
Asbab, al-Nuzul Sebab turunnya ayat ini, sebagaimana hadits riwayat In Abbas ra.
Bahwa setelah masa perang Badar, ada seorang nsb laki-laki yang kehilangan tutup
kepala berwarna merah. Lalu ada seseorang yang menuduhkan bahwa Nabi-lah yang
mengambilnya, maka ayat turn untuk membantahnya sekaligus sebagai khabar bahwa
setiap Nabi tidak akan pernah mencuri/ korupsi.

D. Penyebab Terjadinya Korupsi Di Indonesai


Kasus-kasus korupsi yang terjadi dan terus mewarnai pemberitaan itu tidak muncul
begitu saja. Tentu saja melalui proses yang panjang dan situasi yang berbeda antara
orang per-orang. Artinya penyebab seseorang yang satu dengan lainnya berbeda-beda
dalam melakukannya. Ada orang melakukannya karena adanya kesempatan yang
disebabkan oleh orang lain misalnya karena disuap. Ada pula yang melakukannya
karena faktor tamak atau rakus terhadap harta meskipun penghasilannya sudah besar
seperti yang terjadi pada hakim MK Akil Mukhtar dan Rudi Rudini. Ada karena
tergoda kekuasaan yang besar seperti pada Sri Atut dan dinastinya . Saat-saat orang
berkuasa terlalu lama biasanya di masa-masa berikutnya cenderung dan mulai korup.
Menurut Abdullah Hehamahua,5 ada delapan penyebab kasus-kasus terjadinya
korupsi di Indonesia :
1. Sistem Penyelenggaraan Negara yang Keliru
Sebagai negara yang baru merdeka dan masuk kategori negara yang sedang
berkembang, seharusnya porsi untuk bidang pendidikan mendapatkan prioritas. Akan
tetapi selama puluhan tahun , mulai dari orde lama, orde baru sampai orde reformasi
ini, pembangunan masih difokuskan pada bidang ekonomi. Padahal setiap negara
yang baru merdeka memiliki SDM yang terbatas, uang yang terbatas, juga teknologi.
Konsekuensinya, semuannya serba didatangkan dari luar negeri yang pada gilirannya
menghasilkan penyebab korupsi kedua yaitu,
2. Kompensasi PNS yang Rendah
Negara yang baru merdeka dan lepas dari imperialis biasanya tidak memiliki uang
yang cukup untuk membayar kompensasi yang tinggi kepada pegawainya. Akan tetapi
disebabkan prioritas pembangunan di bidang ekonomi, sehingga sekitar 90% PNS
melakukan KKN, dalam wujud korupsi waktu, melakukan pungli, mark-up kecil-
kecilan demi menyeimbangkan pemasukan dan pengeluaran pribadi6.Bisa
dibayangkan, pegawai sekelas Gayus Tambunan mempunyai aset milyaran rupiah
dengan masa kerja 3 tahunan dan golongan III/a. Itu di pemerintahan pusat. Di daerah
yang tidak tersentuh KPK, banyak pejabat pengadaan tender setara dengan golongan
Gayus juga mempunyai aset yang tidak wajar kalau dihitung dari asli pendapatan
gajinya.
3. Pejabat yang serakah
Pola hidup konsumerisme melahirkan sikap dan pola hidup hedonisme yang
dilahirkan oleh sistem pembangunan seperti di atas mendorong pejabat untuk menjadi
kaya secara instant. Dari sini lahir sikap serakah. Akibatnya, pejabat yang
bersangkutan menyalah gunakan wewenang dan jabatannya, melakukan mark-up
proyek-proyek pembangunan, berbisnis dengan pengusaha dalam bentuk menjadi
komisaris maupun salah seorang stake holder dari perusahaan tertentu.
4. Law enforcement tidak berjalan
Disebabkan para pejabat serakah dan PNS-nya KKN karena gaji yang tidak cukup,
maka boleh dibilang penegakan hukum tidak berjalan hampir di seluruh lini
kehidupan, baik di instansi pemerintahan maupun lembaga kemasyarakatan karena
segala sesuatu diukur dengan uang. Tidak berlebihan kalau kemudian lahir istilah
plesetan kata-kata seperti KUHP menjadi Kasih Uang Habis Perkara, Tin menjadi ten
Persen dan Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi Keuangan Yang Maha Kuasa dan lain
sebagainya.
5. Hukuman yang ringan terhadap koruptor
Disebabkan law enforcement tidak berjalan dimana aparat penegak hukum bisa
dibayar, mulai dari polisi, jaksa, hakim dan pengacara, maka hukuman yang
dijatuhkan kepada para koruptor sangat ringan sehingga tidak menimbulkan efek jera
bagi koruptor. Bahkan tidak menimbulkan rasa takut dalam masyarakat sehingga
pejabat dan pengusaha tetap melakukan proses KKN.
6. Pengawasan yang tidak efektif
Dalam sistem management yang modern selalu ada instrument yang disebut internal
kontrol yang bersifat in build dalam setiap unit kerja sehingga sekecil apapun
penyimpangan akan terdeteksi sejak dini dan secara otomatis pula dilakukan
perbaikan. Seperti kita masuk lift, tiba-tiba terdengar bunyi alarm. Itu
berartipenumpangnya melebihi kapasitas lift sehingga harus ada yang keluar dari lift,
baru pintu lift bisa tertutup. Internal kontrol di setiap unit tidak berfungsi karena
pejabat atau pegawai terkait melakukan KKN. Konon untuk mengatasinya
dibentuklah Irjen dan Bawasda yang bertugas melakukan internal audit. Malangnya,
sistem besar yang disebutkan di butir 1 di atas tidak mengalami perubahan, sehingga
Irjen dan Bawasda pun turut bergotong royong dalam menyuburkan KKN.
7. Tidak ada keteladanan pemimpin
Ketika terjadi resesi ekonomi 1997, keadaan perekonomian Indonesia sedikit lebih
baik dari Thailand. Namun, pemimpin di Thailand memberi contoh kepada rakyatnya
dengan pola hidup sederhana dan satunya kata dengan perbuatan, sehingga lahir
dukungan moral dan material dari anggota masyarakat dan pengusaha. Dalam waktu
singkat , Thailand telah mengalami recovery ekonominya. Di Indonesia, tidak ada
pemimpin yang bisa dijadikan tauladan, maka bukan saja perekonomian negara yang
belum recovery bahkan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara makin mendekati
jurang kehancuran.
8. Budaya masyarakat yang kondusif KKN
Di negara Indonesia yang agraris, masyarakat cenderung paternalistic. Denngan
demikian, mereka turut melakukan KKN dalam urusan sehari-hari seperti mengurus
KTP, SIM, STNK, PBB, SPP, pendaftaran anak masuk sekolah atau universitas,
melamar kerja, dan lain-lain karena meniru apa yang dilakukan oleh pejabat, elit
politik, tokoh masyarakat, pemuka agama, yang oleh masyarakat diyakini sebagai
perbuatan yang tidak salah alias dianggap benar dan sah-sah saja
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa, penyebab terjadinya
perbuatan korupsi sebagian besar adalah karena faktor sikap jiwa dan perilaku
seseorangyang cenderung mengabaikan etika agama dan kata hatinya yang paling
dalam yang diciptakan Allah dalam keadaan fitrah (pasti cenderung pada kebaikan,
kebenaran,dan lurus). Oleh sebab itu, manusia harus mencari jalan keluarnya agar
terhindar dari godaan melakukan perbuatan ini dan perlu mengetahui modus- modus
yang sering dipakai melakukan kejahatan korupsi karena korupsi cenderung
melibatkan banyak orang,faktor, lembaga, instansi, negeri maupun swasta.

E. Cara Memberantas Korupsi Menurut Islam


Sesungguhnya terdapat niat cukup besar untuk mengatasi korupsi. Bahkan, telah
dibuat satu tap MPR khusus tentang pemberantasan KKN, tapi mengapa tidak
kunjung berhasil? Tampak nyata bahwa penanganan korupsi tidak dilakukan secara
komprehensif, sebagaimana ditunjukkan oleh syariat Islam berikut:
1. Sistem penggajian yang layak. Aparat pemerintah harus bekerja dengan
sebaik-baiknya. Hal itu sulit berjalan dengan baik bila gaji tidak mencukupi.
Para birokrat tetaplah manusia biasa yang mempunyai kebutuhan hidup serta
kewajiban untuk mencukup nafkah keluarga. Agar bisa bekerja dengan tenang
dan tidak mudah tergoda berbuat curang, mereka harus diberikan gaji dan
tunjangan hidup lain yang layak. Berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan
hidup aparat pemerintah, Rasul dalam hadis riwayat Abu Dawud berkata,
“Barang siapa yang diserahi pekerjaan dalam keadaan tidak mempunyai
rumah, akan disediakan rumah, jika belum beristri hendaknya menikah, jika
tidak mempunyai pembantu hendaknya ia mengambil pelayan, jika tidak
mempunyai hewan tunggangan (kendaraan) hendaknya diberi. Adapun barang
siapa yang mengambil selainnya, itulah kecurangan”.
2. Larangan menerima suap dan hadiah. Hadiah dan suap yang diberikan
seseorang kepada aparat pemerintah pasti mengandung maksud agar aparat itu
bertindak menguntungkan pemberi hadiah. Tentang suap Rasulullah berkata,
“Laknat Allah terhadap penyuap dan penerima suap” (HR Abu Dawud).
Tentang hadiah kepada aparat pemerintah, Rasul berkata, “Hadiah yang
diberikan kepada para penguasa adalah suht (haram) dan suap yang diterima
hakim adalah kufur” (HR Imam Ahmad). Suap dan hadiah akan berpengaruh
buruk pada mental aparat pemerintah. Aparat bekerja tidak sebagaimana
mestinya. Di bidang peradilan, hukum ditegakkan secara tidak adil atau
cenderung memenangkan pihak yang mampu memberikan hadiah atau suap.
3. Perhitungan kekayaan. Setelah adanya sikap tegas dan serius, penghitungan
harta mereka yang diduga terlibat korupsi merupakan langkah berikutnya.
Menurut kesaksian anaknya, yakni Abdullah bin Umar, Khalifah Umar pernah
mengalkulasi harta kepala daerah Sa’ad bin Abi Waqash (Lihat Tarikhul
Khulafa). Putranya ini juga tidak luput kena gebrakan bapaknya. Ketika Umar
melihat seekor unta gemuk milik anaknya di pasar, beliau menyitanya.
Kenapa? Umar tahu sendiri, unta anaknya itu gemuk karena digembalakan
bersama-sama unta-unta milik Baitul Mal di padang gembalaan terbaik. Ketika
Umar menyita separuh kekayaan Abu Bakrah, orang itu berkilah “ Aku tidak
bekerja padamu “. Jawab Khalifah, “Benar, tapi saudaramu yang pejabat
Baitul Mal dan bagi hasil tanah di Ubullah meminjamkan harta Baitul Mal
padamu untuk modal bisnis !” (lihat Syahidul Aikral). Bahkan, Umar pun
tidak menyepelekan penggelapan meski sekedar pelana unta (Lihat Kitabul
Amwal).

BAB III

PENUTUP

Dari kajian di atas dapat disimpulkan bahwa, fenomena maraknya korupsi dan
tertangkapnya beberapa koruptor menunjukkan rusaknya etika- moral anak bangsa
negeri ini. Tindakan koruptif adalah suatu perbuatan yang sangat dibenci dalam
agama apapun. Korupsi adalah tindakan yang dilarang baik oleh agama maupun
Undang-undang negara, karena perbuatan ini sudah meruntuhkan sendi- sendi
kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga korupsi dinyatakan sebagai tindakan
exstra ordinary dan untuk membrantasnya negara telah membuat Undang- undang
Anti Korupsi (UU Anti Tipikor).

Akan tetapi adanya Undang-undang ini tidak membuat kapok para koruptor, semakin
hari semakin banyak saja koruptor ditangkap oleh KPK. Satu tertangkap, timbul lagi
yang lainnya, begitu seterusnya dari waktu ke waktu. Bahkan dengan congkaknya
para koruptor yang tertangkap tangan masih bisa tertawa di depan kamera tanpa
mereka sadari bahwa mereka sebenarnya bukan pengabdi negara tapi “maling yang
berdasi”.

Oleh karena kejahatan tidak akan pernah mati dan diberantas sepenuhnya, segala
usaha telah dilakukan, maka ibarat penyakit harus kenali dulu apa penyebab dari
penyakit itu agar obat yang diberikan juga pas. Kalau dikaji secara mendalam dan
seksama sebenarnya korupsi adalah penyakit yang bersumber dari kejiwaan (psikis)
seseorang. Untuk mengobati penyakit tersebut tentu saja melalui pendekatan
spritualistik yang digali dari ilmu tasawuf yang mengupas tentang jiwa manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Munawar Fuad Noeh, Islam dan Gerakan Moral Anti Korupsi, (Jakarta, Zikrul Hakim,
1997),hal.154-155

A.Hanafi, Azas-azas Hukum Pidana Islam, (Jakarta, Bulan Bintang, 1993), hal.69

Wahab Afif, Hukum Pidana Islam, Banten ( Yayasan Ulumul Quran, 1988),
hal.214

Bulletin Dakwah al-Islam, Masa Depan Korupsi di Indonesia. Jakarta: Hizbu al-
Tahrir Indonesia Edisi 463 Tahun XV, 2009.
NOTE PPT

Perbuatan korupsi merupakan tindakan amoral yang bertentangan dengan nilai luhur seorang
muslim. Seorang muslim dituntut untuk bersikap jujur dan amanah, sementara koruptor
mempunyai sifat kebalikan dari itu yakni penipu dan serakah. Dalam Islam korupsi merupakan
perbuatan fasad, yakni merusak tatanan kehidupan,mengancam jiwa dan harta banyak orang.
Pelakunya harus mendapatkan hukuman berupa ta’zir setimpal yang bentuknya ditetapkan oleh
hakim. Harta yang didapat dari hasil korupsi adalah harta haram. Keharaman harta tersebut tidak
berubah jadi halal meskipun harta tersebut digunakan untuk kebaikan atau kegiatan amal.

Praktik korupsi merupakan penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan untuk memperkaya diri
sendiri, orang lain, kelompok atau golongan. Semua itu merupakan pengkhianatan terhadap
amanah dan sumpah jabatan. Mengkhianati amanah adalah salah satu karakter orang-orang
munafik dan termasuk perbuatan dosa yang dibenci oleh Allah, sehingga hukumnya haram

Bertentangan dengan prinsip politik Islam dalam menunaikan amanat.“Sesungguhnya


Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan
menyuruh kamu apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan secara adil”.[an-Nisa : 58]

Memakan harta manusia dengan cara bathil yang diharamkan oleh Allah“Hai orang-
orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan
yang batil..”[an-Nisa : 29]

Bertentangan dengan prinsip politik Islam dalam keharusan menepai janji“Dan tepatilah
perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan
sumpah-sumpah(mu) itu sesudah meneguhkannya”[an-Nahl : 91]

Berkhianat dan mengingkari janji yang dilakukan dalam korupsi adalah hal yang
membuat koruptor menjadi kafir

Bertentangan dengan prinsip politik Islam dalam kemestian peredaran harta pada
seluruh lapisan masyarakat“Supaya harta itu tidak hanya beredar di antara orang-orang
yang kaya di antara kamu”[al Hasyar : 7]

Secara tegas Islam mengharamkan umatnya menempuh jalan suap, baik kepada penyuap,
penerima suap, maupun perantaranya. Ini disebabkan karena suap dapat menyebarkan
kerusakan dan kezaliman dalam masyarakat. Dari suaplah muncul permainan hukum
pemutarbalikan fakta, yang benar menjadi salah dan yang salah menjadi bebas sehingga orang
tidak dapat memperoleh hak-haknya sebagaimana mestinya.

Dalil al-Qur’an: Surat alBaqarah ayat 188 :


“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan
yang batil dan janganlah kamu membawa urusan harta itu kepada hakim supaya kamu dapat
memakan sebagian dari pada harta benda orang lain dengan jalan dosa, padahal kamu
mengetahui”.(Q.S. al-Baqarah: 188)

Anda mungkin juga menyukai