Makalah Prespektif Korupsi Menurut Islam
Makalah Prespektif Korupsi Menurut Islam
Disusun oleh:
1. Apia apriyani (202014500484)
2. Aryati Widyaningsih (202014500494)
3. Azzahra Rahma sari (202014500496)
4. Desy Rintana Mustika (202014500536)
5.Aqila Fadhila Haya (202014500546)
6. Camelia Marsanah (202014500575)
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Definisi korupsi menurut Al Quran
2. Sejarah Korupsi
3. Penyebab Korupsi Di Indonesia
4. Cara Memberatas Korupsi Menurut islam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Korupsi
Kata "korupsi" berasal dari bahasa Latin "corruptio" (Fockeman. Andrea: 1951)S atau
"corruptus" (Webster Student Dictionary:1960). Selanjutnya dikatakan bahwa
"corruptio" berasal dari kata corrumpere, suatu bahasa Latin yang lebih tua. Dari
bahasa Latin tersebut kemudian dikenal istilah "corruption, corrupt" (Inggris),
"corruption" (Perancis) dan "corruptie/korruptie" (Belanda). Arti kata korupsi secara
harfiah adalah kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak
bermoral, penyimpangan dari kesucian.
Korupsi Menurut Al-Quran ialah suatu tindakan yang dilakukan dengan sadar untuk
memperkayadiri atau cara lain dengan cara cara yang tiak sah. cara cara yang tidak
sah tersebut seperti penyogokan, memark-up, curang, menipu, memanipulasi,
penyelewengan, penggelapan dan cara lain yang menyebabkan kerugian orang lain.
Korupsi adalah sesuatu yang amat tercela karena tega memperkaya diri, kelompok
atau golongan sementara orang lain menderita.
Di dalam Al Quran seperti yang menjadi pijakan untuk membincangkan Kerasnya
sikap Islam terhadap prilaku koruptif, salah satunya adalah pencurian. Qs Al
Maidah/5:38 yang artinya
"Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya
(sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari
Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana"
Belakangan Korupsi di identikan dengan istilah Risywah yaitu suatu tindakan yang
dilakukan secara sadar untuk memperkaya diri. Risywah (suap) dalam kitab-kitab
figih secara terminologis berarti pemberian yang diberikan seseorang kepada hakim
atau lainnya untuk memenangkan perkaranya dengan cara yang tidak dibenarkan atau
untuk memperoleh kedudukan (al-Misbah al-Munir-al Fayumi, al-Muhalla-Ibu
Hazm). Semua ulama sepakat mengharamkan risywah yang terkait dengan pemutusan
hukum, bahkan perbuatan in termasuk dosa besar. Sebagaimana yang telah
diisyaratkan beberapa Nash Quraniyah dan Sunnah Nabawiyah yang-antara lain
menyatakan:' Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong,
banyak memakan yang haram" (QS Al Maidah 42)
C. Sejarah Korupsi
Peradaban manusia ketika kehidupan seseorang tersebut telah tersistem dan
terorganisir dengan baik. Banyak didapati perilaku korupsi ini telah mengakar dalam
suatu sistem atau tindakan yang tidak maupun disengaja hidup di masyarakat. Sebagai
contoh masyarakat dalam masyarakat kuno di India dan Yunani kuno, 3 korupsi telah
dipraktekkan sejak milenium sebelum masehi. Dalam hukum Manu, misalnya,
disebutkan bahwa" para pejabat yang korup yang menerima suap dari orang-orang
desa harus diusir dari kerajaan dan harta kekayaan mereka disita" Kemudian di
Kerajaan Romawi, korupsi diyakini mempunyai tingkat intensitas dan keragaman
yang lebih besar dibandingkan korupsi di Yunani. Hal itu karena Romawi merupakan
kekaisaran yang besar dan sekitar abad ke-2 SM yang mengalami banyak perubahan
di bidang ekonomi, politik, dan budaya. Bentuk-bentuk korupsi di Romawi, Selain
dari praktik suap, juga meliputi penyalahgunaan wewenang, korupsi transaksi, korupsi
pemerasan, dil. Contoh kasus korupsi yang terkenal dari emperium Romawi ini rata-
rata terjadi pada para hakim, di mana pada saat itu kekuasaan peradilan dialikan ke
tangan senat yang disi oleh para kesatria Romawi, dengan demikian para hakim
rentan akan menerima uang suap untuk memberikan keputusan tertentu yang
bertendensi. Kasus ini dialami oleh Gubernur Gaius Verres (115-34 SM) yang ia
diajukan ke pengadilan besar pada abad ke 70-SM. Laporan yang diterima bahwa
sang Gaius berhasil melakukan penyuapan terhadap banyak senator yang menjadi
hakim untuk memeriksa kasusnya atau masalahnya, meskipun pada kenyataannya
sang Gaius tidak dapat mendekati hakim ketua, Cicero. Selain itu didapati Gaius
Verres memeras orang tua atau sanak keluarga seorang terhukum mati untuk
menentukan bagaimana hukuman mati dilaksanakan atau agar terhukum mati dapat
dikubur dengan semanusiawi mungkin?.
Dalam bingkai sejarah masa awal Islam datang (pada masa Nabi, sahabat, dan tabi in)
tindakan korupsi ini pernah dilakukan oleh masyarakat yang hidup pada masa-masa
tersebut.
Merujuk Korupsi di masa Islam dahulu, di dalam Alquran tidak di jumpai istilah
korupsi secara tegas, namun untuk menyelesaikan o kasus ini ada beberapa ayat yang
terindikasi tentang itu. Di antaranya:
Surat Ali-Imran ayat 161 "Tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan
harta rampasan perang. Barang-siapa yang berkhianat dalam urusan rampasan
perang itu, maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang di
khianatkannya itu, kemudian tap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang
ia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak dianiaya."
(QS.3:161).
Asbab, al-Nuzul Sebab turunnya ayat ini, sebagaimana hadits riwayat In Abbas ra.
Bahwa setelah masa perang Badar, ada seorang nsb laki-laki yang kehilangan tutup
kepala berwarna merah. Lalu ada seseorang yang menuduhkan bahwa Nabi-lah yang
mengambilnya, maka ayat turn untuk membantahnya sekaligus sebagai khabar bahwa
setiap Nabi tidak akan pernah mencuri/ korupsi.
BAB III
PENUTUP
Dari kajian di atas dapat disimpulkan bahwa, fenomena maraknya korupsi dan
tertangkapnya beberapa koruptor menunjukkan rusaknya etika- moral anak bangsa
negeri ini. Tindakan koruptif adalah suatu perbuatan yang sangat dibenci dalam
agama apapun. Korupsi adalah tindakan yang dilarang baik oleh agama maupun
Undang-undang negara, karena perbuatan ini sudah meruntuhkan sendi- sendi
kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga korupsi dinyatakan sebagai tindakan
exstra ordinary dan untuk membrantasnya negara telah membuat Undang- undang
Anti Korupsi (UU Anti Tipikor).
Akan tetapi adanya Undang-undang ini tidak membuat kapok para koruptor, semakin
hari semakin banyak saja koruptor ditangkap oleh KPK. Satu tertangkap, timbul lagi
yang lainnya, begitu seterusnya dari waktu ke waktu. Bahkan dengan congkaknya
para koruptor yang tertangkap tangan masih bisa tertawa di depan kamera tanpa
mereka sadari bahwa mereka sebenarnya bukan pengabdi negara tapi “maling yang
berdasi”.
Oleh karena kejahatan tidak akan pernah mati dan diberantas sepenuhnya, segala
usaha telah dilakukan, maka ibarat penyakit harus kenali dulu apa penyebab dari
penyakit itu agar obat yang diberikan juga pas. Kalau dikaji secara mendalam dan
seksama sebenarnya korupsi adalah penyakit yang bersumber dari kejiwaan (psikis)
seseorang. Untuk mengobati penyakit tersebut tentu saja melalui pendekatan
spritualistik yang digali dari ilmu tasawuf yang mengupas tentang jiwa manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Munawar Fuad Noeh, Islam dan Gerakan Moral Anti Korupsi, (Jakarta, Zikrul Hakim,
1997),hal.154-155
A.Hanafi, Azas-azas Hukum Pidana Islam, (Jakarta, Bulan Bintang, 1993), hal.69
Wahab Afif, Hukum Pidana Islam, Banten ( Yayasan Ulumul Quran, 1988),
hal.214
Bulletin Dakwah al-Islam, Masa Depan Korupsi di Indonesia. Jakarta: Hizbu al-
Tahrir Indonesia Edisi 463 Tahun XV, 2009.
NOTE PPT
Perbuatan korupsi merupakan tindakan amoral yang bertentangan dengan nilai luhur seorang
muslim. Seorang muslim dituntut untuk bersikap jujur dan amanah, sementara koruptor
mempunyai sifat kebalikan dari itu yakni penipu dan serakah. Dalam Islam korupsi merupakan
perbuatan fasad, yakni merusak tatanan kehidupan,mengancam jiwa dan harta banyak orang.
Pelakunya harus mendapatkan hukuman berupa ta’zir setimpal yang bentuknya ditetapkan oleh
hakim. Harta yang didapat dari hasil korupsi adalah harta haram. Keharaman harta tersebut tidak
berubah jadi halal meskipun harta tersebut digunakan untuk kebaikan atau kegiatan amal.
Praktik korupsi merupakan penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan untuk memperkaya diri
sendiri, orang lain, kelompok atau golongan. Semua itu merupakan pengkhianatan terhadap
amanah dan sumpah jabatan. Mengkhianati amanah adalah salah satu karakter orang-orang
munafik dan termasuk perbuatan dosa yang dibenci oleh Allah, sehingga hukumnya haram
Memakan harta manusia dengan cara bathil yang diharamkan oleh Allah“Hai orang-
orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan
yang batil..”[an-Nisa : 29]
Bertentangan dengan prinsip politik Islam dalam keharusan menepai janji“Dan tepatilah
perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan
sumpah-sumpah(mu) itu sesudah meneguhkannya”[an-Nahl : 91]
Berkhianat dan mengingkari janji yang dilakukan dalam korupsi adalah hal yang
membuat koruptor menjadi kafir
Bertentangan dengan prinsip politik Islam dalam kemestian peredaran harta pada
seluruh lapisan masyarakat“Supaya harta itu tidak hanya beredar di antara orang-orang
yang kaya di antara kamu”[al Hasyar : 7]
Secara tegas Islam mengharamkan umatnya menempuh jalan suap, baik kepada penyuap,
penerima suap, maupun perantaranya. Ini disebabkan karena suap dapat menyebarkan
kerusakan dan kezaliman dalam masyarakat. Dari suaplah muncul permainan hukum
pemutarbalikan fakta, yang benar menjadi salah dan yang salah menjadi bebas sehingga orang
tidak dapat memperoleh hak-haknya sebagaimana mestinya.