Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KASUS KORUPSI REKTOR UNIVERSITAS LAMPUNG TERKAIT SUAP SELEKSI


JALUR MANDIRI

MATA KULIAH PENDIDIKAN BUDAYA ANTI KORUPSI (PBAK)

Dosen Pengampu:
Yamtana, SKM, M.Kes

Disusun oleh:
Selinta Prihastiana Ustifah
P07133121075

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA SABITASI

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN YOGYAKARTA

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan Rahmat serta Karunia-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kasus Korupsi Rektor
Universitas Lampung Terkait Suap Seleksi Jalur Mandiri” dengan lancar dan tepat waktu.
Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa kita ke jalan yang diridhoi oleh Allah SWT.

Tujuan saya menyusun makalah ini untuk memenuhi tugas Mata Kulia Pendidikan
Budaya anti Korupsi yang diamanatkan kepada saya. Saya menyadari bahwa sebagai
mahasiswa, ilmu pengetahuan saya masih kurang, sehingga tugas ini masih terdapat banyak
kekurangan baik dalam penulisannya maupun isinya, untuk itu saya sangat senang menerima
kritikan dan masukan demi perbaikan laporan agar menjadi lebih baik.

Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Perilaku Manusia. Semoga tugas ini dapat diterima dengan baik,
dapat dipahami bagi siapa pun yang membacanya, dan dapat berguna bagi kami maupun
orang yang membacanya.

Yogyakarta,…….Juli 2023

Selinta Prihastiana Ustifah

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4

A. Latar Belakang................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4

C. Tujuan..............................................................................................................................5

D. Manfaat...........................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................6

A. Pengertian Korupsi......................................................................................................6

B. Jenis Korupsi...............................................................................................................6

C. Dampak korupsi...........................................................................................................7

D. Bahaya Korupsi...........................................................................................................9

E. Kronologi kasus korupsi rektor unila........................................................................10

BAB III PENUTUP..................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Korupsi adalah Tindakan melawan hukum yang dilakukan oleh orang yang
memiliki kewenangan, kesempatan, yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan
guna memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat
merugikan negara atau perekonomian negara. Korupsi telah memasuki berbagai
bidang dalam pemerintahan birokrasi, swasta, hukum, politik, dan berbagai bidang
yang memungkinkan terjadinya tindak pidana korupsi. Korupsi saat ini seperti
penyakit tumor yang ganas yang telah menggerogoti tubuh manusia, sehingga korupsi
menjadi ancaman eksistensi dari negara.
Dunia pendidikan merupakan salah satu bidang yang memiliki porsi anggaran
yang cukupbesar dari APBN dan APBD yaitu 20% sebagai amanat dari UUD Negara
Republik Indonesia tahun 1945. Sehingga Pendidikan menjadi salah satu bidang yang
rawan dalam Tindakan korupsi. Oleh karena itu, dalam bidang Pendidikan telah
terjadi korupsi yang sistematik dan sistemik. Walaupun korupsi dari tiap-tiap oknum
kecil tetapi jika diakumulasi makan akan menjadi nilai yang sangat besar dan dapat
merugikan negara.
Kerugian dalam bidang pendidikan bukan hanya tentang nominal anggaran
yang dikorup, tetaoi berdampak langsung terhadap peserta didik karena menyebabkan
menurunnya kualitas pendidikan bahkan pelanggaran HAM karena pendidikan
merupakan Hak Asasi Manusia (warga negara).

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan korupsi?


2. Apa jenis korupsi?
3. Apa dampak yang ditimbulkan oleh korupsi?
4. Apa bahaya korupsi yang terjadi?
5. Bagaimana kronologi kejadian korupsi rektor unila?

4
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian korupsi


2. Untuk mengetahui jenis-jenis korupsi
3. Untuk mengetahui dampak dari korupsi
4. Untuk mengetahui bahaya korupsi
5. Untuk mengetahui kronologi kejadian korupsi rektor unila

D. Manfaat

1. Diketahuinya pengertian korupsi


2. Diketahuinya jenis-jenis korupsi
3. Diketahuinya dampak dari korupsi
4. Diketahuinya bahaya korupsi
5. Diketahuinya kronologi kejadian korupsi rektor unila

5
BAB II
PEMBAHASAN

E. Pengertian Korupsi

Korupsi berasal dari bahasa latin, Corruptio- Corrumpere yang artinya busuk,rusak,
memutarbalik atau menyogok. Menurut Dr. Kartini Kartono, korupsi adalah tingkah
laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna memperoleh
kepentingan pribadi dan merugikan kepentingan umum. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) korupsi adalah penyelewengan atau penyalahgunaan uang
negara (perusahaan dsb) untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Jadi kelompok
kami menyimpulkan bahwakorupsi adalah tindakan yang melanggar hukum dimana
orang tersebut menyalahgunakan atau memanfaatkan kewenangan atau kedudukan
guna memperoleh keuntungan pribadi.

F. Jenis Korupsi

Pada dasarnya praktik korupsi dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu
1. Penyuapan (Bribery)
Penyuapan adalah pembayaran dalam bentuk uang atau sejenisnya yang diberikan
atau diambil dalam hubungan korupsi. Dengan demikian, dalam konteks
penyuapan, korupsi adalah tindakan membayar atau menerima suap.
Penyuapan biasanya dilakukan dengan tujuan untuk memuluskan atau
memperlancar urusan terutama ketika harus melewati proses birokrasi formal.
2. Penggelapan/Pencurian (Embezzlement)
Penggelapan atau pencurian merupakan tindakan kejahatan menggelapkan atau
mencuri uang rakyat yang dilakukan oleh pegawai pemerintah, pegawai sektor
swasta, atau apparat birokrasi.
3. Penipuan (fraud)
Penipuan atau fraud dapat didefinisikan sebagai kejahatan ekonomi berwujud
kebohongan, penipuan, dan perilaku tidak jujur. Jenis korupsi ini merupakan
kejahatan ekonomi yang terorganisir dan biasanya melibatkan pejabat. Dengan ini,
kejahatan penipuan relatif lebih berbahaya dan berskala lebih luas dibandingkan
penyuapan dan penggelapan.
4. Pemerasan (extortion)

6
Korupsi dalam bentuk pemersan merupakan jenis korupsi yang melibatkan
apparat dengan melakukan pemaksaan untuk mendapatkan keuntungan sebagai
imbal jasa pelayanan yang diberikan. Pada umumnya, pemerasan dilakukan from
above yaitu dilakukan oleh apparat pemberi layanan terhadap warga.
5. favoritisme (Favortism)
favoritisme dikenal juga dengan pilih kasih merupakan tindak penyalahgunaan
kekuasaan yang melibatkan tindak privatisasi sumber daya.

G. Dampak korupsi

Perbuatan korupsi di bidang pendidikan akan berdampak langsung pada peserta


didik sebagai orang yang pertama mendapatkan dampak dari perbuatan korupsi di
bidang pendidikan. Karena tindak korupsi di bidang pendidikan dapat saja melanggar
hak asasi manusia pada peserta didik untuk mendapatkan pendidikan yang
berkualitas.
1. Kualitas pendidikan
Kualitas pendidikan menjadi hal pertama yang diserang oleh tindak korupsi dalam
bidang pendidikan. Merosotnya kualitas pendidikan ditandai dengan tidak adanya
atau rendahnya perlengkapan yang berkualitas, adanya ukuran-ukuran mutu yang
rendah dan adanya kandidat yang berkualifikasi dan/atau bermotivasi rendah yang
terpilih (atau membeli posisi) untuk guru dan jabatan lainnya.
Ketika jabatan guru dan kepala sekolah sudah disisi dengan orang-orang berjiwa
korup maka kualitas pendidikan akan jauh panggang dari api, karena orientasi
mereka bukan lagi meningkatkan kualitas pendidikan tapi bagaimana dengan
berbagai cara mengumpulkan materi utuk pribadi mereka. Sehingga mereka akan
mengadakan program-program fiktif dan/ atau program-program tidak mendasar
atau mengada-ada yang tidak berdampak sama sekali untuk meningkatkan kualitas
pendidikan.
2. Kerugian finansial
Kerugian finansial jelas menjadi salah satu dampak dari prilaku korup para
pemegang jabatan publik dalam dunia pendidikan. Walaupun jika dilihat secara
oknum nominalnya tidak besar sehingga tidak dapat di tindak dengan KPK tetapi
jika diakumulasikan maka akan muncul jumlah yang sangat besar. Hal ini
harusnya mendapat perhatian khusus dari aparat penegak hukum dalam tipikor
selain KPK yaitu Polisi dan Jaksa untuk mampu menyeret para koruptor dalam

7
bidang pendidikan. Kerugian finansial akan juga berdampak kepada masyarakat
umum dengan pungutan-pungutan liar yang terjadi disekolah. Walau dari tiap
orang nominalnya kecil tetapi bila dijumlahkan maka akan menjadi nominal yang
cukup besar. Sebagai contoh 1 orang siswa dipungli Rp.10.000 dikali jumlah
seluruh siswa yang ada disekolah tersebut contoh 1000 siswa maka 10.0000 x
1000 maka terkumpul dana Rp 10.000.000 dan dikalikan semua sekolah yang ada
di Indonesia maka akan terakumulasi jumlah dana yang sangat besar.
3. Ketidakadilan sosial
Ketika terjadi tindak pidana korupsi dalam bidang pendidikan akan mematikan
potensi dari warga negara muda karen mereka akan kehilangan pendidikan yang
berkualitas, dan kesempatan untuk mengabdi kepada negara.
4. Pengurangan tingkat partisipasi
Partisipasi warga negara dalam pendidikan merupakan usaha agar mewujudkan
warga negara yang terdidik. Semakin banyak partisipasi maka semakin banyak
pula warga negara yang terdidik dan hal ini merupakan modal utama negara
dalampembangunan. Tetapi ketika sarana dan prasanara tidak tersedia yang
diakibatkandari tindak korupsi, maka akan menurunkan jumlah partispasi warga
negara dalam pendidikan dan ini jelas menguarangi potensi warga neagra terdidik.
5. Hilangnya akhlak mulia
Pendidikan Indonesia bukan merupakan pendidikan yang sekuler,
yang memisahkanagama dalam mebentuk warga negara yang baik. Tindak Pidana
korupsi dalambidang pendidikan menjadikan peserta didik kehilangan teladan
bahkankepercayaan terhdap sekolah dalam mebentuk mereka. Sehingga muncul
generasiyang memiliki akhlak yag sejalan dengan pejabat dibidang pendidikan.
Pendidikan Anti Kourpsi harus didasari keimanan terhadap Tuhan YME,
warganegara yang cerdas, beriman dan bertakwa merupakan modal utama dari
jiwa antikorupsi. Oleh karena itu, sekolah harus menjadi lingkungan yang anti
korupsi sehingga tidak terjadi pendekatan formaslistik dalam pendidikan Anti
korupsi tetapi pendekatan pembudayaan anti korupsi.

8
H. Bahaya Korupsi

1. Bahaya korupsi terhadap masyarakat dan individu


Jika korupsi dalam suatu masyarakat telah merajalela dan menjadi makanan
masyarakat setiap hari, maka akibatnya akan menjadikan masyarakat tersebut
sebagai masyarakat yang kacau, tidak ada sistem sosial yang dapat berlaku dengan
baik. Setiap individu dalam masyarakat hanya akan mementingkan diri sendiri
(selfinterest), bahkan selfishness. 6 Tidak akan ada kerja sama dan persaudaraan
yang tulus.
Korupsi juga membahayakan terhadap standar moral dan intelektual masyarakat.
Ketika korupsi merajalela, maka tidak ada nilai utama atau kemulyaan dalam
masyarakat.
2. Bahaya korupsi terhadap generasi muda
Salah satu efek negatif yang paling berbahaya dari korupsi pada jangka panjang
adalah rusaknya generasi muda. Dalam masyarakat yang korupsi telah menjadi
makanan sehari-hari, anak tumbuh dengan pribadi antisosial, selanjutnya generasi
muda akan menganggap bahwa korupsi sebagai hal biasa (atau bahkan budaya),
sehingga perkembangan pribadinya menjadi terbiasa dengan sifat tidak jujur dan
tidak bertanggung jawab. Jika generasi muda suatu bangsa keadaannya seperti itu,
bisa dibayangkan betapa suramnya masa depan bangsa tersebut.
3. Bahaya korupsi terhadap politik
Kekuasaan politik yang dicapai dengan korupsi akan menghasilkan pemerintahan
dan pemimpin masyarakat yang tidak legitimate di mata publik. Jika demikian
keadaannya, maka masyarakat tidak akan percaya terhadap pemerintah dan
pemimpin tersebut, akibatnya mereka tidak akan patuh dan tunduk pada otoritas
mereka. Praktik korupsi yang meluas dalam politik seperti pemilu yang curang,
kekerasan dalam pemilu, money politics dan lain-lain juga dapat menyebabkan
rusaknya demokrasi, karena untuk mempertahankan kekuasaan, penguasa korup
itu akan menggunakan kekerasan (otoriter) atau menyebarkan korupsi lebih luas
lagi di masyarakat.
4. Bahaya korupsi bagi ekonomi bangsa
Korupsi merusak perkembangan ekonomi suatu bangsa. Jika suatu projek
ekonomi dijalankan sarat dengan unsur-unsur korupsi (penyuapan untuk kelulusan

9
projek, nepotisme dalam penunjukan pelaksana projek, penggelepan dalam
pelaksanaannya dan lain-lain bentuk korupsi dalam projek), maka pertumbuhan
ekonomi yang diharapkan dari projek tersebut tidak akan tercapai.
5. Bahaya korupsi bagi birokrasi
Korupsi juga menyebabkan tidak efisiennya birokrasi dan meningkatnya biaya
administrasi dalam birokrasi. Jika birokrasi telah dikungkungi oleh korupsi
dengan berbagai bentuknya, maka prinsip dasar birokrasi yang rasional, efisien,
dan berkualitas akan tidak pernah terlaksana. Kualitas layanan pasti sangat jelek
dan mengecewakan publik. Hanya orang yang berpunya saja yang akan dapat
layanan baik karena mampu menyuap. Keadaan ini dapat menyebabkan
meluasnya keresahan sosial, ketidaksetaraan sosial dan selanjutnya mungkin
kemarahan sosial yang menyebabkan jatuhnya para birokrat.

I. Kronologi kasus korupsi rektor unila

Salah satu contoh kasus korupsi pada bidang pendidikan yaitu kasus salah satu
rektor universitas lampung yang menerima suap ketika seleksi penerimaan mahasiswa
baru jalur mandiri.
Korupsi di perguruan tinggi negeri (PTN) dengan kedok penerimaan jalur
mandiri sudah lama menjadi rahasia umum. Proses seleksinya yang cenderung
tertutup membuka ruang bagi kampus untuk menerapkan praktik transaksional.
Menurut laporan Indonesia Corruption Watch, kasus suap penerimaan mahasiswa
baru hanyalah 1 dari 12 pola korupsi perguruan tinggi di Indonesia. Seleksi
mahasiswa di berbagai belahan dunia memang rentan terhadap praktik korupsi dan
suap.
Penerimaan mahasiswa baru jalur mandiri berdasarkan pada Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (UU PT). Tujuannya agar PTN
memiliki jalur alternatif selain SNMPTN dan SBMPTN untuk memenuhi kebutuhan
mahasiswa tiap institusi. Kriteria jalur ini memang diumumkan secara transparan.
Namun, UU PT memberi ruang bagi PTN untuk mengatur seleksinya
sesuai kepentingan pribadi institusi, sehingga bisa memiliki subjektivitas tinggi dan
kerap mengabaikan kriteria kompetensi. Subjektifitas ini bisa dilihat pada kasus suap
Unila tahun 2022. Karomani memerintahkan bawahannya untuk menyeleksi calon
mahasiswa baru secara personal, salah satunya dengan menimbang gaji dan
kesanggupan orang tua mereka membayar sejumlah uang. Ditambah dengan kuota

10
yang terbatas (maksimal 30%) dan peminat yang membludak, penerimaan mahasiswa
pada jalur ini seringkali berdasarkan favoritisme, kekerabatan, dan potensi pundi-
pundi uang keluarga para mahasiswa. Jalur mandiri di lingkup PTN terkadang juga
mengandung berbagai skema khusus seperti, Jalur Olimpiade/Olahraga, Jalur
Afirmasi, atau bahkan Jalur Daerah 3T.
Penelitian pakar sosiologi AS, Jerome Karabel mengungkap bahwa jalur
penerimaan mahasiswa afirmasi dari berbagai latar belakang budaya, sosial, dan
ekonomi kerap menjadi sekadar kedok untuk meningkatkan prestise institusi
ketimbang benar-benar sebagai bentuk komitmen kampus terhadap inklusivitas dan
keberagaman.
Komisi pemberantasan korupsi (KPK) menangkap Rektor Universitas Negeri
Lampung (Unila) yaitu Prof. Karomani beserta bawahannya Wakil Rektor I Heryandi
dan juga Ketua Senat M. Bisri tersebut sebagai tersangka kasus suap seleksi
mahasiswa jalur mandiri tahun 2022. Adapun penyuap Rektor Unila yakni Andi
Desfiandi juga turut menjadi tersangka.
Pembayaran dilakukan di luar biaya yang telah ditetapkan oleh kampus. Para
petinggi yang ada di bawah Karomani yakni Wakil Rektor I Bidang Akademik
Heryandi dan Kabiro Perencanaan dan Humas Budi Sutomo juga turut dilibatkan
dalam kasus ini. Proses pembayran tersebut juga melibatkan Ketua Senat Unila yaitu
Muhammad Bisri.
Jaksa penuntut KPK mendakwa Karomani dengan Pasal 12B ayat (1) JPasal
18 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 terkait dengan Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi. Dakwaan tersebut diberikan setelah adanya dugaan eks rektor Unila
tersebut menerima uang sebesar Rp 6,985 miliar dan 10.000 dollar Singapura. Uang
tersebut diperoleh Karomani dari tahun 2020 sampai dengan 2022. Di tahun 2020,
Karomani telah mengantongi gratifikasi dengan total Rp 1,640 miliar dan 10.000
dollar Singapore. Pada tahun 2021 Karomani jua memperoleh Rp 4,385 miliar. Dan
pada tahun 2022, dia menerima sebanyak Rp 950 juta.
Akibat dari tindakan korupsi yang diperbuat oleh rektor unila teresbut
(Karomani), jaksa KPK menuntut Karomani dengan 12 tahun penjara. Jaksa
menyebut bahwa Karomani terbukti bersalah telah melakukan tindak pidana korupsi
berupa suap dalam penerimaan mahasiswa baru (PMB) di Fakultas Kedokteran (FK)
Unila. Tetapi Ketua Majelis Hakim Lingga Setiawan kemudian menjatuhkan
hukuman penjara 10 tahun kepada Karomani terkait dengan suap tersebut. Vonis

11
tersebut lebih ringan dari tuntutan yang dilayangkan oleh jaksa. Majelis hakim juga
menjatuhkan pidana uang pengganti yakni sebesar Rp 8.075 miliar dengan ketentuan
apabila tidak mampu membayar hartanya akan disita.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

1. Korupsi berasal dari bahasa latin, Corruptio- Corrumpere yang artinya busuk,rusak,
memutarbalik atau menyogok. Menurut Dr. Kartini Kartono, korupsi adalah tingkah
laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna memperoleh
kepentingan pribadi dan merugikan kepentingan umum.
2. Jenis korupsi: penyuapan, penggelapan, penipuan, pemerasan, favoritisme.
3. Dampak dari korupsi dapat dilihat dan dirasakan mulai dari kualitas pendidikan,
kerugian finansial, ketidakadilan sosial, pengurangan tingkat partisipasi, hilangnya
akhlak mulia.
4. Bahaya karupsi dibagi menjadi 5, yaitu bahaya korupsi terhadap masyarakat dan
individu. Generasi muda, politik, ekonomi bangsa, dan birokrasi.
5. Kronologi kasus kaorupsi rektor Universitas Negeri Lampung berakhir divonis
hukuman selama 10 tahun penjara.

12
DAFTAR PUSTAKA

The Conversation, “Kasus Suap Rektor Unila: Korupsi Penerimaan Mahasiswa Baru
Semakin Subur di Tengah Kapitalisme Akademk”, 27 Agustus 2022,
https://theconversation.com/kasus-suap-rektor-unila-korupsi-penerimaan-mahasiswa-
baru-semakin-subur-di-tengah-kapitalisme-akademik-189226, [diakses pada 18 Juli
2023]

Suara.com, “Perjalanan Lengkap Kasus Korupsi Rektor Unila, Divonis 10 Tahun Penjara”, 26
Mei 2023, https://www.suara.com/news/2023/05/26/144359/perjalanan-lengkap-
kasus-korupsi-rektor-unila-divonis-10-tahun-penjara, [diakses pada 18 Juli 2023]

Nada, Karina. 2023. Analisis Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pelaku Penyertaan


Korupsi di Perguruan Tinggi.

13

Anda mungkin juga menyukai