Anda di halaman 1dari 6

Perkenalan Pada Teori Grup

LATIHAN ONMIPA-PT 2019 FASILKOM UI

PERKENALAN PADA TEORI GRUP


Raja Damanik, M.Sc.
Orang matematika suka mengabstrakkan segala sesuatu. Gunanya apa?
Soalnya ada banyak hal-hal yang sebenarnya mirip, namun kita lakukan berulang-ulang. Agar lebih efisien,
hal-hal yang mirip ini diabstrakkan; artinya, dicari sifat umumnya. Kemudian, sifat-sifatnya dibuktikan dari
sifat umum ini dalam satu pekerjaan; tidak perlu lagi dibuktikan untuk masing-masing hal. Sifat yang
dibuktikan ini tentunya berlaku untuk semua hal yang tadi diabstrakkan.
Kita akan lihat suatu contoh abstraksi yang dinamakan grup.
Definisi (Grup). Himpunan tak kosong 𝐺 dengan operasi ⋆ disebut grup jika:
 (tertutup) untuk setiap 𝑥, 𝑦 ∈ 𝐺, berlaku 𝑥 ⋆ 𝑦 ∈ 𝐺
 (asosiatif) untuk setiap 𝑥, 𝑦, 𝑧 ∈ 𝐺, berlaku (𝑥 ⋆ 𝑦) ⋆ 𝑧 = 𝑥 ⋆ (𝑦 ⋆ 𝑧)
 (ada identitas) ada 𝑒 ∈ 𝐺 sehingga untuk setiap 𝑥 ∈ 𝐺, berlaku 𝑥 ⋆ 𝑒 = 𝑒 ⋆ 𝑥 = 𝑥; 𝑒 disebut elemen
identitas
 (ada invers) untuk setiap 𝑥 ∈ 𝐺, ada 𝑦 ∈ 𝐺 sehingga 𝑥 ⋆ 𝑦 = 𝑒; notasikan 𝑦 = 𝑥 −1 dan kita sebut
sebagai invers dari 𝑥
Untuk memudahkan penulisan, kita tulis grup dengan himpunan 𝐴 dan operasi ⋆ dengan (𝐺,⋆).
Hati-hati. Pada sembarang grup, belum tentu berlaku sifat komutatif, yaitu untuk setiap anggota grup 𝑥, 𝑦
berlaku 𝑥 ⋆ 𝑦 = 𝑦 ⋆ 𝑥. Nanti, kita akan melihat contoh grup yang operasinya tidak mememuni sifat
komutatif. Grup yang operasinya bersifat komutatif disebut grup komutatif atau grup Abelian.
Definisi (Grup Abelian). Suatu grup 𝐺 dikatakan grup komutatif atau grup Abelian jika 𝐺 memenuhi sifat
tambahan:
 (komutatif) untuk setiap 𝑥, 𝑦 ∈ 𝐺, berlaku 𝑥 ⋆ 𝑦 = 𝑦 ⋆ 𝑥.
Contoh-Contoh Grup (dan yang Bukan Contoh).
Saat belajar sesuatu yang abstrak, kita akan sangat terbantu jika kita memiliki contoh yang banyak. Jadi,
kita tidak mudah tertipu dengan pernyataan yang salah tentu abstraksi kita.
Contoh 1. (ℤ, +), yaitu himpunan bilangan bulat dengan operasi penjumlahan. Ini adalah contoh konkret
grup yang sangat familiar dalam dunia matematika. Perhatikan bahwa kita mengabaikan operasi lain pada
bilang bulat, misalnya perkalian; jadi pada grup biasanya kita hanya peduli pada sebuah operasi.
Kita buktikan bahwa (ℤ, +) memang merupakan grup.
 Tertutup: Benar, karena untuk setiap bilangan bulat 𝑎, 𝑏 ∈ ℤ, berlaku 𝑎 + 𝑏 ∈ ℤ.
 Asosiatif: Benar; diturunkan dari aksioma penjumlahan bilangan bulat yang memang asosiatif.
 Ada identitas: Benar, karena ada 0 ∈ ℤ sehingga untuk setiap 𝑥 ∈ ℤ, berlaku 0 + 𝑥 = 𝑥 + 0 = 𝑥.
 Ada invers: Benar, karena untuk setiap 𝑥 ∈ ℤ, ada (−𝑥) ∈ ℤ sehingga 𝑥 + (−𝑥) = (−𝑥) + 𝑥 = 0.
Contoh 2. (ℝ+ ,⋅) yaitu himpuan bilangan riil positif dengan operasi perkalian.
Kita buktikan bahwa (ℝ+ ,⋅) memang merupakan grup.
 Tertutup: Benar, karena untuk setiap 𝑥, 𝑦 ∈ ℝ+ , berlaku 𝑥 ⋅ 𝑦 ∈ ℝ+ .

1
Perkenalan Pada Teori Grup

 Asosiatif: Benar; diturunkan dari sifat perkalian bilangan riil yang asosiatif.
 Ada identitas: Benar, karena ada 1 ∈ ℝ+ sehingga untuk setiap 𝑥 ∈ ℝ+ , berlaku 1 ⋅ 𝑥 = 𝑥 ⋅ 1 = 𝑥.
1 1 1
 Ada invers: Benar, karena untuk setiap 𝑥 ∈ ℝ+ , ada (𝑥) ∈ ℝ+ sehingga 𝑥 ⋅ (𝑥) = (𝑥) ⋅ 𝑥 = 1

Bukan Contoh 3. Perhatikan bahwa (ℝ,⋅) bukan grup karena meskipun ia memenuhi sifat tertutup,
asosiatif, dan identitas, namun ada elemen ℝ yang tidak memiliki invers, yaitu 0.
Sejauh ini contoh kita menggunakan himpunan yang tak hingga. Kita berikan contoh grup yang berhingga.
Contoh 4. Definisikan ℤ𝑛 = {0,1,2, … , 𝑛 − 1} dengan operasi “+” merupakan operasi penjumlah modulo 𝑛.
Kita buktikan bahwa (ℤ𝑛 , +𝑛 ) merupakan grup:
 Tertutup: Benar, karena modulo 𝑛 akan memberikan hasil salah satu dari 0,1,2, … , 𝑛 − 1.
 Asosiatif: Benar, diturunkan dari sifat asosiatif penjumlahan.
 Ada identitas: Benar, yaitu 0.
 Ada invers: Benar; untuk setiap 𝑘 ∈ ℤ𝑛 , perhatikan bahwa 𝑛 − 𝑘 ∈ ℤ𝑛 juga dan
𝑘 + 𝑛 − 𝑘 = 0.
Contoh 5. Definisikan ℤ∗𝑛 = {𝑎 ∈ ℤ𝑛 : FPB(𝑎, 𝑛) = 1} dengan operasi ⋅ perkalian modulo 𝑛. Sebagai contoh
ℤ∗3 = {1,2}, ℤ∗4 = {1,3}, ℤ∗5 = {1,2,3,4}, ℤ10

= {1,3,7,9}. Bukti bahwa untuk sembarang 𝑛, ℤ𝑛∗ dengan
operasi ⋅ perkalian modulo 𝑛 merupakan grup diserahkan kepada pembaca.
Contoh-contoh grup kita sejauh ini semuanya merupakan grup Abelian. Berikut adalah contoh grup yang
bukan merupakan grup Abelian.
Contoh 6. Definisikan 𝑆𝑛 = {𝜋: {1,2, … , 𝑛} → {1,2, … , 𝑛} yang bijektif} dan ∘ merupakan operasi komposisi.
Grup (𝑆𝑛 ,∘) disebut juga grup permutasi karena dapat dibayangkan setiap anggota 𝜋 ∈ 𝑆𝑛 hanya
melakukan permutasi pada 1,2, … , 𝑛; dan juga |𝑆𝑛 | = 𝑛!.
 Tertutup: Kita dapat menunjukkan bahwa jika 𝜎, 𝜏 ∈ 𝑆𝑛 , maka 𝜎 ∘ 𝜏 juga merupakan fungsi bijektif
dari {1,2, … , 𝑛} ke {1,2, … , 𝑛}. Buktinya diserahkan kepada pembaca.
 Asosiatif: Komposisi fungsi merupakan operasi yang asosiatif.
 Ada identitas: Ada yaitu fungsi identitas id sehingga id(1) = 1, id(2) = 2, … , id(𝑛). Perhatikan
bahwa yang perlu diperiksa adalah apakah untuk setiap 𝜋 ∈ 𝑆𝑛 berlaku 𝜋 ∘ id = id ∘ 𝜋 = 𝜋. Untuk
memeriksa fungsi, perhatikan bahwa untuk setiap 𝑘 ∈ {1,2, … , 𝑛} berlaku
(𝜋 ∘ id)(𝑘) = 𝜋(id(𝑘)) = 𝜋(𝑘)
(id ∘ 𝜋)(𝑘) = id(𝜋(𝑘)) = 𝜋(𝑘)
Sehingga untuk setiap 𝑘 nilai 𝜋 ∘ id setuju dengan nilai 𝜋; demikian pula dengan 𝜋 ∘ id.
 Ada invers: Hal ini lebih sulit untuk dibuktikan. Kita akan buktikan lain kali.

Kita berikan contoh lain dari bidang aljabar linear yang juga berguna.

𝑎 𝑏
Contoh 7. Misalkan 𝑆𝐿(ℝ2×2 ) = {( ) : 𝑎, 𝑏, 𝑐, 𝑑 ∈ ℝ; 𝑎𝑏 − 𝑐𝑑 ≠ 0} merupakan himpunan semua
𝑐 𝑑
matriks berukuran 2 × 2 yang determinannya tak nol (yaitu, matriks yang memiliki invers). Kita definisikan
⋆ sebagai operasi perkalian matriks biasa, yaitu
𝑎 𝑏 𝑝 𝑞 𝑎𝑝 + 𝑏𝑟 𝑎𝑞 + 𝑏𝑠
( )⋆( )=( ).
𝑐 𝑑 𝑟 𝑠 𝑐𝑝 + 𝑑𝑟 𝑐𝑞 + 𝑑𝑠
Kita dapat tunjukkan bahwa 𝑆𝐿(ℝ2×2 ) dengan operasi perkalian matriks merupakan grup:

2
Perkenalan Pada Teori Grup

 Tertutup: Untuk sembarang matriks 𝐴 dan 𝐵 dengan det(𝐴) , det(𝐵) ≠ 0, juga berlaku det(𝐴𝐵) =
det(𝐴) det(𝐵) ≠ 0.
 Asosiatif: Benar, diturunkan dari sifat perkalian matriks yang asosiatif.
1 0
 Ada identitas: Ada, yaitu matriks identitas 𝐼 = ( ). Mudah diperiksa bahwa det(𝐼) = 1 ≠ 0 dan
0 1
𝐼𝐴 = 𝐴𝐼 = 𝐴 untuk setiap matriks 𝐴.
𝑎 𝑏
 Ada invers: Ada, untuk setiap matriks 𝐴 = ( ) yang determinannya tak nol, ada inversnya yaitu
𝑐 𝑑
1 𝑑 −𝑏
𝐴−1 = ( ).
𝑎𝑑 − 𝑏𝑐 −𝑐 𝑎
Perhatikan pula bahwa untuk contoh di atas, grup ini bukan merupakan grup Abelian karena perkalian
matriks tidak komutatif.
Kita buktikan tiga sifat grup berikut. Periksa secara hati-hati buktinya bahwa sifat-sifat yang digunakan
hanya dari sifat-sifat grup. Dengan demikian, semua struktur yang merupakan grup pasti memenuhi sifat
berikut.
Proposisi. Untuk setiap grup 𝐺, berlaku:
a) Elemen identitasnya unik (tepat satu buah),
b) Setiap elemen memiliki invers yang unik (tepat satu buah),
c) Untuk setiap 𝑔 ∈ 𝐺, berlaku (𝑔−1 )−1 = 𝑔 (invers dari 𝑔−1 adalah 𝑔 itu sendiri).
Bukti. a) Misalkan 𝑒1 dan 𝑒2 merupakan elemen identitas; akan dibuktikan 𝑒1 = 𝑒2 . Perhatikan bahwa
karena 𝑒1 merupakan elemen identitas, maka 𝑒1 ⋆ 𝑒2 = 𝑒2 . Karena 𝑒2 merupakan elemen identitas, maka
𝑒1 ⋆ 𝑒2 = 𝑒1 . Jadi, 𝑒2 = 𝑒1 ⋆ 𝑒2 = 𝑒1 . Terbukti.
b) Pilih sembarang 𝑔 ∈ 𝐺 dan misalkan ℎ1 dan ℎ2 merupakan invers dari 𝑔; akan dibuktikan ℎ1 = ℎ2 .
Perhatikan bahwa karena ℎ1 invers dari 𝑔, maka ℎ1 ⋆ 𝑔 = 𝑒. Dengan demikian, (ℎ1 ⋆ 𝑔) ⋆ ℎ2 = 𝑒 ⋆ ℎ2
dengan mengalikan ℎ2 ke kedua ruas di sebelah kanan (hati-hati; Anda tidak boleh mengalikan ℎ2 di
sebelah kiri pada salah satu ruas dan ℎ2 di sebelah kanan pada ruas lainnya!). Dengan sifat asosiatif (pada
ruas kiri) dan sifat elemen identitas (pada ruas kanan), diperoleh ℎ1 ⋆ (𝑔 ⋆ ℎ2 ) = ℎ2 . Dengan
menggunakan fakta bahwa ℎ2 juga invers dari 𝑔 (pada ruas kiri), diperoleh ℎ1 ⋆ 𝑒 = ℎ2 . Akhirnya, denga
menggunakan sifat elemen identitas (pada ruas kiri), diperoleh ℎ1 = ℎ2 . Terbukti.
c) Tuliskan ℎ = 𝑔−1 . Perhatikan bahwa karena ℎ invers dari 𝑔, berlaku ℎ𝑔 = 𝑔ℎ = 𝑒. Namun, kita dapat
susun ulang kedua persamaan menjadi 𝑔ℎ = 𝑔ℎ = 𝑒 sehingga kita dapat katakan pula bahwa 𝑔 adalah
invers dari ℎ. Terbukti. ∎
Kita juga buktikan sifat berikut.
Proposisi. Jika 𝐺 grup dan 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺, maka (𝑎 ⋆ 𝑏)−1 = 𝑏 −1 ⋆ 𝑎−1.
Bukti. Perhatikan bahwa (𝑎 ⋆ 𝑏) ⋆ (𝑏 −1 ⋆ 𝑎 −1 ) = 𝑎 ⋆ 𝑒 ⋆ 𝑎−1 = 𝑎 ⋆ 𝑎−1 = 𝑒. Dengan cara serupa,
(𝑏 −1 ⋆ 𝑎−1 ) ⋆ (𝑎 ⋆ 𝑏) = 𝑒. Terbukti. ∎
Notasi. Diberikan grup 𝐺 dan 𝑔 ∈ 𝐺, kita tulis 𝑔0 = 𝑒, 𝑔𝑛 = 𝑔 ⋆ 𝑔 ⋆ … ⋆ 𝑔 (𝑛 kali), dan 𝑔−𝑛 = 𝑔−1 ⋆ 𝑔−1 ⋆
… ⋆ 𝑔−1 (𝑛 kali).
Proposisi. Untuk setiap bilangan bulat 𝑖 dan 𝑗, berlaku 𝑔𝑖+𝑗 = 𝑔𝑖 ⋆ 𝑔 𝑗 .
Kita tidak akan buktikan proposisi ini di sini karena buktinya cukup exhaustive dengan membagi beberapa
kemungkinan 𝑖 dan 𝑗 (positif, negatif, atau 0).
Definisi (Orde Grup). Orde dari suatu grup 𝐺 adalah |𝐺|, kardinalitas dari 𝐺. Orde dari 𝐺 kita tulis 𝑜(𝐺).
3
Perkenalan Pada Teori Grup

Perhatikan bahwa untuk sebuah grup yang berhingga 𝑜(𝐺) merupakan suatu bilangan bulat positif.
Definisi (Orde Anggota Grup). Orde dari suatu anggota grup 𝑔 ∈ 𝐺 adalah adalah bilangan asli terkecil 𝑛
sehingga 𝑔𝑛 = 𝑒.
Setiap 𝑔 ∈ 𝐺 untuk 𝐺 grup berhingga memiliki orde berupa bilangan bulat positif. Untuk grup 𝐺 yang tak
hingga, ini belum tentu benar! Misalnya pada ℤ dengan operasi +, tidak ada bilangan bulat positif 𝑛
sehingga 1 + 1 + 1 + ⋯ + 1 bernilai 0.
Proposisi. Diberikan grup 𝐺 yang berhingga, setiap 𝑔 ∈ 𝐺 memiliki orde.
Bukti. Karena 𝐺 grup berhingga, 𝑜(𝐺) = |𝐺| merupakan bilangan bulat positif; sebutlah |𝐺| = 𝑁. Sekarang
perhatikan 𝑁 + 1 buah elemen 𝐺 yaitu 𝑔1 , 𝑔2 , 𝑔3 , … , 𝑔𝑁 , 𝑔𝑁+1. Ini semua merupakan elemen 𝐺 karena
sifat tertutup dari ⋆. Namun, 𝐺 hanya memiliki 𝑁 elemen; jadi di antara 𝑁 + 1 anggota ini pasti ada dua di
antaranya, sebut 𝑔𝑖 dan 𝑔 𝑗 dengan 𝑖 < 𝑗, yang sama: 𝑔𝑖 = 𝑔 𝑗 . Artinya 𝑔 𝑗−𝑖 = 𝑒. Jadi, ada bilangan bulat
positif 𝑗 − 𝑖 sehingga 𝑔 𝑗−𝑖 = 𝑒. Sekarang misalkan 𝑆 = {ℓ ∈ ℕ: 𝑔ℓ = 𝑒}. Perhatikan bahwa 𝑆 bukan
himpunan kosong karena 𝑗 − 𝑖 ∈ 𝑆. Sekarang, sembarang subhimpunan tak kosong bilangan asli pasti
memiliki elemen terkecil (sifat ini disebut well-ordering principle). Jadi, ada bilangan asli terkecil di 𝑆, sebut
ℓ0 sehingga 𝑔ℓ0 = 𝑒. Bilangan ℓ0 inilah yang merupakan orde 𝑔. Terbukti. ∎
Soal.

Solusi.
1. Jawabannya adalah sebagai berikut.
4
Perkenalan Pada Teori Grup

a. Bukan, karena tidak memenuhi sifat asosiatif: (3 − 1) − 2 ≠ 3 − (1 − 2) (asosiatif).


b. Bukan, karena tidak ada bilangan bulat positif 𝑛 sehingga 2 × 𝑛 = 1 (ada invers).
c. Ya. Kita buktikan:
 Tertutup: Benar, karena 𝑎𝑖 ⋆ 𝑎𝑗 = 𝑎𝑖+𝑗 (mod 7) ∈ {𝑎0 , … , 𝑎6 }.
 Asosiatif: Benar karena penjumlahan modulo 7 asosiatif.
 Ada identitas: Ada, yaitu 𝑎0 , karena 𝑎0 ⋆ 𝑎𝑖 = 𝑎𝑖 ⋆ 𝑎0 = 𝑎𝑖 untuk setiap 𝑖 ∈ {0, … ,6}.
 Ada invers: Ada, invers dari 𝑎0 adalah 0 dan untuk 𝑖 ∈ {1, … ,6}, invers dari 𝑎𝑖 adalah
𝑎7−𝑖 karena 𝑎𝑖 ⋆ 𝑎7−𝑖 = 𝑎7−𝑖 ⋆ 𝑎𝑖 = 𝑎0 .
d. Ya. Kita buktikan:
𝑎 𝑏
 Tertutup: Benar, karena untuk setiap bilangan bulat 𝑎, 𝑏, 𝑚, 𝑛 berlaku 2𝑚+1 + 2𝑛+1 =
𝑃
di mana 𝑃 = 𝑎(2𝑛 + 1) + 𝑏(2𝑚 + 1) dan 𝐾 = 2𝑚𝑛 + 𝑚 + 𝑛 merupakan
2𝐾+1
bilangan bulat sehingga hasilnya merupakan anggota 𝐺 lagi karena 2𝐾 + 1 ganjil.
 Asosiatif: Ya, diturunkan dari sifat penjumlahan.
0
 Ada identitas: Ada, yaitu 0 = 1.
𝑎 𝑎
 Ada invers: Ada, invers dari 2𝑚+1 adalah − 2𝑚+1.
2. Kita buktikan dengan induksi dua arah 𝑃(𝑘) → 𝑃(𝑘 + 1) dan 𝑃(𝑘) → 𝑃(𝑘 − 1).
a. Untuk 𝑛 = 1, berlaku (𝑎 ⋆ 𝑏)1 = 𝑎 ⋆ 𝑏 dan 𝑎1 ⋆ 𝑏1 = 𝑎 ⋆ 𝑏, sehingga benar bahwa
(𝑎 ⋆ 𝑏)1 = 𝑎1 ⋆ 𝑏1 .
b. Asumsikan benar untuk 𝑛 = 𝑘 > 0, yaitu (𝑎 ⋆ 𝑏)𝑘 = 𝑎𝑘 ⋆ 𝑏 𝑘 .
c. Kita buktikan benar untuk 𝑛 = 𝑘 + 1. Perhatikan bahwa
(𝑎 ⋆ 𝑏)𝑘+1 = (𝑎 ⋆ 𝑏)𝑘 ⋆ (𝑎 ⋆ 𝑏)
= (𝑎𝑘 ⋆ 𝑏 𝑘 ) ⋆ (𝑎 ⋆ 𝑏)
= 𝑎𝑘 ⋆ 𝑎 ⋆ 𝑏 𝑘 ⋆ 𝑏
= 𝑎𝑘+1 ⋆ 𝑏 𝑘+1 .
d. Kita buktikan benar untuk 𝑛 = 𝑘 − 1. Perhatikan bahwa
(𝑎 ⋆ 𝑏)𝑘−1 = (𝑎 ⋆ 𝑏)𝑘 ⋆ (𝑎 ⋆ 𝑏)−1
= 𝑎𝑘 ⋆ 𝑏 𝑘 ⋆ 𝑏 −1 ⋆ 𝑎−1
= 𝑎𝑘 ⋆ 𝑏 𝑘−1 ⋆ 𝑎−1
= 𝑎𝑘 ⋆ 𝑎−1 ⋆ 𝑏 𝑘−1
= 𝑎𝑘−1 ⋆ 𝑏 𝑘−1 .
3. Pilih sembarang 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺. Perhatikan bahwa berlaku (𝑎 ⋆ 𝑏)2 = 𝑎2 ⋆ 𝑏 2 dapat kita tulis (𝑎 ⋆ 𝑏) ⋆
(𝑎 ⋆ 𝑏) = (𝑎 ⋆ 𝑎) ⋆ (𝑏 ⋆ 𝑏). Dengan mengalikan 𝑎−1 di sebelah kiri dan 𝑏 −1 di sebelah kanan
masing-masing ruas, maka diperoleh (𝑎−1 ⋆ 𝑎) ⋆ 𝑏 ⋆ 𝑎 ⋆ (𝑏 ⋆ 𝑏 −1 ) = (𝑎−1 ⋆ 𝑎) ⋆ 𝑎 ⋆ 𝑏 ⋆ (𝑏 ⋆ 𝑏 −1 ).
Jadi, 𝑒 ⋆ 𝑏 ⋆ 𝑎 ⋆ 𝑒 = 𝑒 ⋆ 𝑎 ⋆ 𝑏 ⋆ 𝑒 yang berakibat 𝑏 ⋆ 𝑎 = 𝑎 ⋆ 𝑏. Karena kita membuktikan
persamaan terakhir untuk sembarang 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺, berarti 𝐺 merupakan grup komutatif.
4. Misalkan (𝑎 ⋆ 𝑏)𝑖 = 𝑎𝑖 ⋆ 𝑏 𝑖 untuk setiap 𝑖 = 𝑘, 𝑘 + 1, 𝑘 + 2 untuk suatu bilangan bulat 𝑘. Berarti,
kita punyai tiga persamaan:
(𝑎 ⋆ 𝑏)𝑘 = 𝑎𝑘 ⋆ 𝑏 𝑘
(𝑎 ⋆ 𝑏)𝑘+1 = 𝑎𝑘+1 ⋆ 𝑏 𝑘+1
(𝑎 ⋆ 𝑏)𝑘+2 = 𝑎𝑘+2 ⋆ 𝑏 𝑘+2
Dari dua persamaan pertama, perhatikan bahwa
(𝑎 ⋆ 𝑏)𝑘+1 = 𝑎𝑘+1 ⋆ 𝑏 𝑘+1
(𝑎 ⋆ 𝑏)𝑘 ⋆ (𝑎 ⋆ 𝑏) = 𝑎𝑘+1 ⋆ 𝑏 𝑘+1
𝑎𝑘 ⋆ 𝑏 𝑘 ⋆ 𝑎 ⋆ 𝑏 = 𝑎𝑘 ⋆ 𝑎 ⋆ 𝑏 𝑘 ⋆ 𝑏
𝑏𝑘 ⋆ 𝑎 = 𝑎 ⋆ 𝑏𝑘 .
Dari dua persamaan terakhir, perhatikan bahwa
(𝑎 ⋆ 𝑏)𝑘+2 = 𝑎𝑘+2 ⋆ 𝑏 𝑘+2
5
Perkenalan Pada Teori Grup

(𝑎 ⋆ 𝑏)𝑘+1 ⋆ (𝑎 ⋆ 𝑏) = 𝑎𝑘+2 ⋆ 𝑏 𝑘+2


𝑎𝑘+1 ⋆ 𝑏 𝑘+1 ⋆ 𝑎 ⋆ 𝑏 = 𝑎𝑘+1 ⋆ 𝑎 ⋆ 𝑏 𝑘+1 ⋆ 𝑏
𝑏 𝑘+1 ⋆ 𝑎 = 𝑎 ⋆ 𝑏 𝑘+1 .
Lebih jauh, perhatikan bahwa dari dua persamaan baru terakhir diperoleh
𝑏 𝑘+1 ⋆ 𝑎 = 𝑎 ⋆ 𝑏 𝑘 ⋆ 𝑏
𝑏 𝑘+1 ⋆ 𝑎 = 𝑏 𝑘 ⋆ 𝑎 ⋆ 𝑏
𝑏𝑘 ⋆ 𝑏 ⋆ 𝑎 = 𝑏𝑘 ⋆ 𝑎 ⋆ 𝑏
𝑏 ⋆ 𝑎 = 𝑎 ⋆ 𝑏.
Terbukti.
5. Karena persamaan selalu berlaku untuk 𝑖 = 0 dan 𝑖 = 1 berdasarkan definisi, tidak ada informasi
tambahan yang dapat digunakan untuk membuktikan bahwa 𝐺 komutatif.
Sebagai contoh, ambil 𝐺 = 𝑆3, untuk sembarang fungsi 𝜎, 𝜏 ∈ 𝑆3 , berlaku (𝜎 ∘ 𝜏)0 = σ0 ∘ 𝜏 0 dan
(𝜎 ∘ 𝜏)1 = 𝜎 1 ∘ 𝜏 1 . (Ambil saja sembarang grup yang tidak komutatif).
6. Kita ambil 𝜎: {1,2,3} → {1,2,3} dengan 𝜎(1) = 2, 𝜎(2) = 1, 𝜎(3) = 3 dan 𝜏: {1,2,3} → {1,2,3}
dengan 𝜏(1) = 2, 𝜏(2) = 3, 𝜏(3) = 1.
Yang ingin kita tunjukkan adalah bahwa (𝜎 ∘ 𝜏) ∘ (𝜎 ∘ 𝜏) ≠ (𝜎 ∘ 𝜎) ∘ (𝜏 ∘ 𝜏); yaitu fungsi yang
berbeda. Untuk menunjukkannya, cukup cari sebuah elemen yang memberikan peta yang berbeda
saat diaplikasi pada masing-masing fungsi di kedua ruas. Kita periksa
(𝜎 ∘ 𝜏 ∘ 𝜎 ∘ 𝜏)(1) = 𝜎 (𝜏 (𝜎(𝜏(1)))) = 𝜎 (𝜏(𝜎(2))) = 𝜎(𝜏(1)) = 𝜎(2) = 1

(𝜎 ∘ 𝜎 ∘ 𝜏 ∘ 𝜏)(1) = 𝜎 (𝜎 (𝜏(𝜏(1)))) = 𝜎 (𝜎(𝜏(2))) = 𝜎(𝜎(3)) = 𝜎(3) = 3


Sehingga terbukti bahwa 𝜎 ∘ 𝜏 ∘ 𝜎 ∘ 𝜏 dan 𝜎 ∘ 𝜎 ∘ 𝜏 ∘ 𝜏 merupakan fungsi yang berbeda.
7. Keempat elemen 𝑆3 yang memenuhi 𝑥 2 = 𝑒 adalah fungsi identitas dan fungsi yang hanya menukar
“posisi” dua elemen:
a. 𝜋(1) = 1, 𝜋(2) = 2, 𝜋(3) = 3
b. 𝜋(1) = 2, 𝜋(2) = 1, 𝜋(3) = 3
c. 𝜋(1) = 3, 𝜋(2) = 2, 𝜋(3) = 1
d. 𝜋(1) = 1, 𝜋(2) = 3, 𝜋(3) = 2
Ketiga elemen 𝑆3 yang memenuhi 𝑦 3 = 𝑒 adalah fungsi identitas dan fungsi yang melakukan shift
kiri atau shift kanan:
a. 𝜋(1) = 1, 𝜋(2) = 2, 𝜋(3) = 3
b. 𝜋(1) = 2, 𝜋(2) = 3, 𝜋(3) = 1
c. 𝜋(1) = 3, 𝜋(2) = 1, 𝜋(3) = 2
8. Perhatikan bahwa pada grup berhingga, untuk setiap 𝑎 ∈ 𝐺, ada bilangan asli terkecil 𝑜(𝑎) sehingga
𝑎𝑜(𝑎) = 𝑒. Ini berarti, untuk setiap bilangan asli 𝑘, berlaku 𝑎𝑜(𝑎)⋅𝑘 = 𝑒 𝑘 = 𝑒. Jadi, cukup diambil 𝑁
hasil perkalian 𝑜(𝑎) untuk setiap 𝑎 ∈ 𝐺, yaitu
𝑁 = ∏ 𝑜(𝑎).
𝑎∈𝐺
Mudah dilihat bahwa 𝑜(𝑎)|𝑁.

−−−

Anda mungkin juga menyukai