CR Sesion 2
CR Sesion 2
Ahmad, Muhammad Munir, Ahmed Imran Hunjra, and Dilvin Taskin. "Do asymmetric information and
leverage affect investment decisions?." The Quarterly Review of Economics and Finance (2021).
A. Ringkasan Materi
1. Pendahuluan:
Setiap perusahaan beruaha untuk melakukan investasi dengan baik, namun tak jarang yang
terjadi justru inefisiensi invetasi. Hal ini bisa jadi dipengaruhi oleh asimetri informasi dan
pembiayaannya. Namun beradarkan teori keagenan bisa juga adanya moral harad dari
seorang manajer. Selanjutnya, penyedia dan manajer keuangan mengalami serangkaian
asimetri informasi yang berbeda; kegagalan informasi dapat menjadi penyebab inefisiensi
investasi. Ketika akuisisi dana sulit dan mahal, perusahaan meninggalkan berbagai proyek
dan kurang berinvestasi. Disisi lain Konflik kepentingan antara pemegang saham dan manajer
juga dilaporkan sebagai alasan hubungan negatif antara leverage dan investasi perusahaan.
Untuk mengatasi masalah over-investasi, pemegang ekuitas dapat membatasi arus kas dan
manajer investasi harus memilih opsi pembiayaan utang.
4. Metode Penelitian
- Kuantitatif dengan data skunder yang diambil di bursa efek Pakistan selama
periode 2000-2018. Diperoleh 280 sample.
Critical Review Sesi 2/Nungki Pradita/22/501131/SEK/00713
- Model matematisnya
- Dampak leverage
5. Hasil Penelitian:
- Perusahaan menghadapi kendala pembiayaan di Pakistan, sehingga terdapat
pertumbuhan dan profotabilitas rendah dan bahkan minus.
- Asismetri informasi memiliki dampak negative terhadap keputusan invetasi
- Perusahaan dengan investasi berlebih lebih sensisit dengan asimetri infomasi
daripada perusahaan dengan invetasi rendah
- Leverage memiliki dampak negative pada investasi perusahaan
- Asimetri informasi meningkatkan dampak negatif leverage pada investasi
perusahaan
6. Simpulan
- Hasil study menambah literatur tentang factor-faktor penentu investasi. Asimetri
informasi secara signifikan berdampak pada keputusan investasi baik untuk
perusahaan under dan over investing
- Ada perbedaan prilaku antara perusahaan under dan over investing, perusahaan
dengan over-investing lebih sensitive dengan asimetri infomasi
- Dengan adanya asimetri berdampak invetasi menurun dengan cepat namun jika
peningkatan invetasi akan berjalan melambat
B. Tinjauan Kritis
1. Kontribusi empiris dan teori
- Menambah literatur tentang keputusan investasi di negara berkembang
- Memperkuat bahwa asimetri informasi dan leverage memiliki pengaruh dalam
keputusan invetasi
- Dan ternyata pengaruh diatas akan berbeda bagi perusahaan yag over dan under
investing
-
2. Perdebatan argumen pro dan kontra:
Critical Review Sesi 2/Nungki Pradita/22/501131/SEK/00713
Firms’ debt–equity decisions when the static tradeoff theory and the pecking
order theory disagree
Abe de Jong, Marno Verbeek, Patrick Verwijmeren
De Jong, Abe, Marno Verbeek, and Patrick Verwijmeren. "Firms’ debt–equity decisions when the static tradeoff
theory and the pecking order theory disagree." Journal of Banking & Finance 35.5 (2011): 1303-1314.
A. Ringkasan Materi
1. Pendahuluan: literatur struktur modal didominasi oleh dua teori yakni teori trade off
dimana perusahaanakan berhutang pada tingkat tertentu (target rasio hutang) dan akan
berusaha untuk bergerak menuju target itu. Teori kedua yakni pecking order dimana
perusahaan memiliki hirarki dalam pembiayaannya dan pembiayaan internal lebih
disukai daripada internal. Hal ini sehubungan dengan biayanya. Namun jika harus
menggunakan sumber external, pecking order theory akan memilih pendanaan hutang
yang diutamakan. Dalam beberapa keadaan kedua teori tersebut memiliki prediksi
Critical Review Sesi 2/Nungki Pradita/22/501131/SEK/00713
yang mirip. Terdapat penelitian terdahulu Shyam-sunder dan Myers (1999) yang
menyatakan kedua teori diatas memiliki prediksi yang berbeda
2. Permasalahan dan Tujuan : Menguji Teori (tradeoff dan pecking order theory)
manakan yang dapat memberikan prediksi paling akurat
6. Simpulan
- Perusahaan masih meningkatkan leverage dengan mengeluarkan hutang (kedua teori
sejalan)
- Dalam kondisi perusahaan underlevered teori trafe off lebih bisa digunakan untuk
memprediksi yaitu perusahaan akan melakukan repurchase untuk menuju targetnya
- Penelitian tentang keputusan pendanaan perusahaan harus secara jelas membedakan
antara issue dan repurchase decision. Sehingga antara kedua teori tersebut mana yang
lebih akurat? Maka jawabannya adalah tergantung pada kondisi dan focus yang akan
dikejar masing-masing perusahaan
B. Tinjauan Kritis
1. Kontribusi empiris dan teori:
Critical Review Sesi 2/Nungki Pradita/22/501131/SEK/00713
- berfocus pada hutang dimana dari teori tradeoff ataupun pecking oerder memiliki
prediksi yang berbeda
- dilakukan pengujian relevansi hutang
- hutang yang diambil oleh perusahaan tergantung dengan target masing-masing
perusahaan
2. Perdebatan argumen pro dan kontra: dituliskan argument yang kuat untuk masing-
masing perdebatan namun hasil studi ini mendukung argument pro bahwa packing
order dan tradeoff bisa saja sama hasilnya untuk melakukan prediksi bagi perusahaan
namun ditambahkan bagaimanakah target yang dimau oleh perusahaan. Karena target
yang dituju menentukan teori mana yang lebih bisa digunakan untuk melakukan
prediksi
3. Pandangan Anda terhadap argumen pro dan kontra (berdasarkan: situasi, kondisi,
opini/logika, studi empiris sebelumnya dari orang lain maupun penelitian sendiri, teori
atau konsep yang ada): hal ini masuk akal namun dengan menentukan teori mana
yang leih cocok untuk digunakan maka diperlukan full informasi dan kemungkinan
ini yang akan menyulitkan sehubungan dengan adanya konflik kepentingan antara
principal dan agen
4. Kritik terhadap artikel:
a. Pengembangan model, metode: tidak digambarkan model yang digunakan
b. Teknik analisis data: kurang dijelaksn secara bertahap dan alas an mengapa
menggunakan analisis multivariat
c. Hasil penelitian: sudah dapat menjawab tujuan dari studi yang ditulis
c. Faktor lainnya (metode penelitian, sampel, data, atau lainnya): mencukupi dan
kemungkinan bisa dilakukan untuk negara-negara berkembang
5. Rencana atau ide pengembangan penelitian: Melakukan analisis serupa untuk negara
berkembang apakah hasilnya akan sama dengan negara maju?