Tertulis / terdengar cerita daerah pedesaan yang subur, tumbuhan yang menghijau, di atas tanah
yang datar dan berbukit di tumbuhi pohon dan semak yang masih lebat, hiduplah sekelompok
masyarakat rukun dan damai meskipun penduduk penduduk dalam kehidupan prinitif, Dotu
suku Toundanow mendiami pinggiran Danau Tondano dan setelah beberapa waktu berada
ditempat itu, terlalu banyak gangguan antara lain tempat-tempat mereka/gubuk dinaiki oleh ikan-
ikan yang bernama Biho/ Udang. Hal itu tidak dihiraukan oleh Dotu Toundanow.nanti setelah
Burung Bangau membawa atap-atau rumbia dari gubuk-gubuk mereka dan menerbangkan ke
arah selatan, barulah Dotu Toundanow memperhatikannya serta mengikuti bangau-bangau itu
melintasi Gunung Soputan dan Gunung Manimporok.ternyata atap-atap itu dijatuhkan kesuatu
tempat bernama Keleroong yang sekarang berada diwilayah kepolisian Desa Silian satu dan Desa
Silian Utara,ditempat tersebut banyak ditemukan Kulit Bia/Kolombi, dan air yang mereka
gunakan adalah air Goa Baleipisok.
Dari Keleroong Dotu Toundanow turun kesuatu tempat bernama Liahayu, pada waktu itu Dotu
menamakan tempat itu LIAHAYU oleh sebab bertumbuhnya pohon Rica/Cabai yang besar,
dimana menurut Cerita orang tua Pohon rica tersebut dipanjat untuk memetik buahnya. pada
waktu itu Dataran Toundanow/Silian ini masih berbentuk danau.dari Liahayu, Dotu Toundanow
diam dipinggiran sekitar Utara Desa Silian Timur,Silian Utara dan Silian satu pada bukit-bukit
sampai di Dungusiorow, dan tempat berlabuhnya perahu-perahu mereka di Baleinihan/Pancuran
Belakang SDN Impres Silian sekarang. Ketika Dotu Toundanow tiba didaerah ini (yang
mendiami daerah ini adalah Suku Bolaang Mongondow). Tetapi setelah berperang dengan Dotu
Toundanow tergeserlah Suku bangsa Mongondow sesuai dengan batas Minahasa dengan
Mongondow. Dari Liahayu Dotu-dotu Toundanow pindah dipegunungan bernama Batu. Dotu
pada Waktu itu bernama Tonaas PATA. dalam hal ini Tonaas PATA sekitar Abad ke 15. Dari
Batu Tonaas Pata memerintahkan pada Tonaas Lelemboto dan Tonaas Tukali untuk
mengeringkan danau Toundanou harus dibuat dua buah terowongan air pada dua tempat
berlainan arah. Penggalian disebelah timur dipimpin oleh Tonaas Lelemboto dan Tonaas Tukali
memimpin penggalian disebelah barat. Mengawali penggalian terowongan ini terlebih dahulu
diadadakan Dumages, sambil mempersembahkan Korban kepada Amang A Kasuruan Hu Mutu-
Utu. Pada Malam kesembilan ,tiba-tiba terdengar Terdengar teriakan Tonaas Tumatanga, sebagai
tanda bahwa Permohonan mereka telah dikabulkan melalui isyarat suara burung Manguni.Tonaas
Lelemboto dan Tonaas Tukali berhasil menggali terowongan, namun anehnya seperti ada
kekuatan gaib yang menahan sehingga air tidak mengalir. Melihat keanehan itu, Tonaas
Lelemboto kembali mengadakan Dumages dan Pesta Adat, sambil memerintahkan dua orang
“Ata” (budak) turun kebawah terowongan untu mencabut ketiga batang lidi yang telah
ditancapkan sebelumnya.ketika kedua Budak ini sudah berada dibawah berseruhlah Tonaas
Lelemboto “ Inilah kedua budak yang kupersembahkan sebagai Tumbal “ Ketika ketiga batang
lidi tersebut berhasil dicabut, bersamaan dengan itu air langsung mengalir dengan deras sehingga
malang bagi kedua budak itu, mereka lenyap ditelan arus air yang dahsyat menuju kearah
tenggara,kemudian bermuara dipantai Watuliney sekarang.ketika air sudah mengering nampaklah
suatu daratan luas yang kemudian dijadikan persawahan. Sedangkan beberapa tempat yang tetap
digenangi air, itulah yang hingga kini merupakan Danau Bulilin,
Seledan,Kawelaan,Useban,Tutud,kuyangga dan lain-lain
Setelah Pembagian Wilayah dilaksanakan oleh Tonaas PATA di Batu, Suku Touluaan bertempat
disebelah Utara Batu bernama Dipes, kemudian turun ke Lolobohan (Sekarang disebut
Doongkoyongan) sekitar Abad ke 17. yang memimpin pada waktu itu adalah Tonaas PATA I
(Nawo Tangel) Anak dari Tonaas PATA . Sejak waktu itu Suku yang mendiami tempat itu
disebut TOU SILIAN yang artinya Penduduk yang mendiami pinggiran Danau. Di Lolobohan
ini mulai disebut SILIAN. Penduduk mulai berkembang ,Keadaan Sosial, Budaya, Agama dan
Pendidikan mulai ada Perubahan. Tonaas I diganti oleh TONAAS Pata II/NAWO SELET, Anak
Kandung TONAAS PATA II/Selet berjumlah 8 Orang, 2 Laki-laki 6 Perempuan dengan
istrinya bernama Liwun Mongula Keturunan Dotu Mongula sekitar abad ke 18. Bangsa belanda
memasuki Wilayah Toundanow dengan cara berniaga, sambil menguasai Tonaas-Tonaas yang
akhirnya berlaku sebagai Pemerintah Pada kesempatan itu Bangsa Belanda mengembangkan
pula Agama Kristen Protestan. Rakyat Silian mulai mengenal Agama Kristen dari
Lolobohan/Doongkoyongan, ditempat tersebut ada didirikan satu Kanisah (Gereja Darurat) dan
digunakan pula sebagai tempat sekolah yang disebut Nederlands Zending GENOSCHAAP
(NZG) di Doongkoyongan tanah dari Dotu Poluan-Tangel Kostor Pertama Joseph Poluan
setelah itu Gereja GMIM Pindah Kelokasi Gereja Gmim Sion Silian Sekarang.
Dari Doongkoyongan Rakyat Silian pindah ditempat yang bernama Kopi ( Sekarang Desa
Silian). Sekitar Tahun 1870 dibawah Pimpinan Tonaas/Nawo Selet.ditempat inilah mulai
berkembang Penduduk, Agama dan Pendidikan. Kekuasaan yang menjadi kepala Kelompok
disebut Tonaas berakhir sekitar tahun 1879. Disesuaikan dengan Pemerintahan Penjajahan
Belanda yang sudah menguasai semua pihak, maka pada Tahun 1880 di Desa Silian ditempatkan
Pemerintah dan bukan lagi Tonaas tetapi digelar Hukum Tua.
Hukum Tua yang pertama di Desa Silian waktu itu adalah DJAYUS TAMPINONGKOL pada
Tahun 1880. Sejak mulainya Hukum Tua 1 S/d 13 begitu pesat Perkembangannya Desa serta
Penduduk Desa. Maka diadakanlah perluasan Lorong-lorong yang akhirnya jumlah Penduduk
sampai dengan Tahun 1976 sekitar 3485 jiwa terdiri dari 8 Jaga.
Maka melalui SK Gubernur SULUT No. 29 Tahun 1977 tanggal 23 Februari dan
Keputusan Menteri dalam Negeri No. PM/3/35 Tanggal 08 September 1976 Maka Desa Silian
dimekarkan, yang ditetapkan di Manado tanggal 15 Desember 1977 oleh Gubernur Kepala
Daerah Sulawesi Utara. Desa Silian tergolong Desa swakarya Tingkat III.sesudah dimekarkan
sesuai Musyawarah maka :
Desa Silian satu terdiri dari 5 Jaga dengan Jumlah Penduduk 2220 Jiwa
Desa Silian Dua terdiri dari 3 Jaga dengan Jumlah Penduduk 1265 Jiwa.
Sesuai Dengan Hasil Musyawarah Batas Kedua Desa Ini Adalah Jembatan Mamaya Ke Selatan
Ikut Sungai Mamaya Dan Ke Utara Dari Jembatan Mamaya III Ikut Bukit Dungusiorow Ke
Barat Belakang Halaman SD GMIM Lalu Menyusur Jalan Kebun Sampai Dengan Di Popang,
Ke Mata Air Salele, Ke Mata Air Lowian, Lihat Danau Sululion Itulah Batas Desa Silian Satu
Dan Desa Silian Dua Dan Bitung Amurang. Kemudian Pada Tanggal 29 Desember 2006 Desa
Silian Satu Kembali Mengalami Pemekaran Menjadi 2 Desa Yaitu : Desa Silian Yang Terdiri
Dari 6 Jaga Dan Desa Silian Satu (Desa Induk) Yang Terdiri Dari 5 Jaga.
SEJARAH PEMERINTAHAN DESA
Pemekaran Desa Silian menjadi Desa Silian satu dan Desa Silian Dua