Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. SEJARAH NEGERI SETI

Desa Seti adalah salah satu desa adat di Kabupaten Seram Utara Kecamata Timur Seti .
Berawal dari adanya dua orang bersaudara moyang/datuk seti yaitu datuk Aitonam dan
Boilili mereka semua awalnya bertempat tinggal di desa Maraina-Manusela,kedua saudara
ini bersepakat untuk keluar dari tanah tua (Nusa Mutuane/Nusa Tulia) dan melakukan
perjalanan ke timur untuk mencari mencari daerah baru (Nusa Holua/Nusa Tulia) yang pada
saat itu kawasan ini masih berupa lautan. Setelah mendapat persetujuan restu dari orang tua
di “SUPA MARAINA (Nusa Mutuane/Nusa Tulia)” keduanya pun berlayar. Namun ditengah
perjalanan mereka ditimpa badai dan gelombang besar yang mengakibatkan perahu yang
mereka tumpangi terbelah dua sehingga seorang hanyut dengan serpihan perahu yang satu
sedangkan yang satunya lagi dengan serpihan kayu lainnya. Keduanya hanyut tanpa arah.
Akhirnya moyang Aitonam hanyut dan kembali ke kawasan tanah tua (Nusa Mutuane/Nusa
Tulia) sedangkan saudaranya moyang Boilili terdampar di Bususu-Maneo. Moyang Aitonam
tidak patah semangat walaupun mengarungi lautan dalam mencari daerah baru tidak semudah
yang dibayangkan. Bandingkan saja pelayaran untuk melayari penyeberangan ke kawasan
baru itu saja dilakukannya sampai Sembilan kali oleh oyang Aitonam. Dan baru yang
kesembilan kali dia mendapat tantangan yang terakhir yang paling berat, yaitu terjadi pusaran
angina dan gumpalan kabut yang tebal yang menghadang didepannya. Namun dengan begitu
gigih dan tekad yang kuat memberi semangat untuk bisa menembus tantangan itu dan
ternyata berhasil. Sebab ketika moyang Aitonam bisa menembus kabut tebal itu bagaikan
sirna dihadapannya ternayata dia telah terkandas pada sebuah daratan atau dalam bahasa
Ambon disebut Saaru. Sehingga ketika kakinya menyentuh daratan yang dalam bahasa Setii
“I SETTIDA”.

Moyang Aitonam pertama terkandas ditempat bernama “SURUWELE” (diatas lube)


Kawasan baru yang akhirnya meluas dengan nama “Nusa Holua/Nusa Fola”. Selang
beberapa waktu lamanya moyang Aitonam ini kembali ke Supa Maraina di nusa
mutuane/nusa tulia untuk menjemput ke dua saudaranya yaitu Soaputty dan Siatam untuk
kembali lagi ke Nusa Holua/Nusa Folla. Dalam proses keberadaan dan perkembangannya
kelompok masyarakat adat mulai terbentuk, moyang Aitonam menunjuka anaknya sebagai
pimpinan kelompok adat untuk menjadi”RAJA TANAH” (Latunusa) yaitu “BUKASAMA
KAKIYAI MUTUA AITONAM” Sebagai Raja Tanah (latunusa) di Seti. Kemudian dalam
perjalanan kepemimpinan para latunusa ini telah berjalan ratusan bahkan ribuan tahun
lamanya karena mulai dari moyang BUKASAMA KAKIAYI MUTUA AITONAM sampai
dengan moyang NINPY Aitonam ada 29 generasi pemerintahan adat yang sudah berjalan
saat itu.
Sebaliknya ketika daratan dikawasan di Nusa Hola/Nusa Folla ini mulai meluas sampai
diujung Pulau Seram, atas kebijakan para Latunusa telah menempatkan para moyang-
moyang dari marga Aitonam mulai dari Bausetam, kepala air bobat dan Masiwang sampai
Kevin. Kemudian lagi untuk mengatasi pertambahan penduduk dan keluar masuknya
pendatang dikawasan ini, pimpinan-Latunusa meminta ke Nusa Mutuane/Nusa Tulia untuk
mendatangkan marga-marga tertentu untuk tugas pengawasan pada Nusa Holua/Nusa Folla
yang diatur oleh Latunusa Nusa Holua/Nusa Folla yang ada di Seti dan tempat itu juga
disebut dengan nama lain yaitu Fututmalia yang artinya tempat marga-marga yang datang.
Adapun marga-marga itu adalah Walalohun, Labalabotam, dan Murafafam, selain itu ada 94
marga yang datang sebagai masyarakat migran di Nusa Holua/Nusa Folladi kawasan Seti.
Dan untuk adanya pemerataan penduduk dari marga-marga masyarakat migran ini diatur
sebagai berukut :
- Ke Seram Utara 15 Marga
- Ke Seram Selatan 20 Marga
- Ke Seran Timur 40 Marga
- Dan yang menetap 19 Marga di Negri Seti

Memang pada saat itu keberadaan penduduk masih tersebar dalam bentuk-bentuk
kelompok masyarakat di seputar kawasan petuanan Negri Seti, namun kepatuhan terhadap
pemerintahan seacara adat atas para Pemimpin atau Raja tanah (Latunusa) terlalu Nampak
kental dan kuat. Ini dilihat dari ke- 19 Marga yang menetap yang pernah membuat
sumpah/janji yang dilakukan secara adat oleh para tua-tua adat setiap marga di hadapan
Latunusa.
Dan selama ini Proses Pemerintahan adat Negeri Seti itu terpusat di suatu tempatyang
namanya “SOUWA”, dekat lereng gunung Lube. Dan ini berlangsung sampai generasi
pemerintahan dari marga Aitonam yang ke-29. Dan tepat pada tahun 1901 masuknya
penajajahan Belanda di negeri Seti menganjurkan agar perlu adanya penataan kembali
pemerintahan adat secara resmi, artinya agara masyarakat itu jangan hidup berkelompok dan
harus ada perkampungan sehingga bias terorganisir secara baik. Oleh karena itu, maka pada
generasi pemerintahan adat dari Matarumah Perintah yang ke-30 yaitu Moyang
KAPALALESI AITONAM membuat perkampungan Negeri Seti yang pertama yaitu pada
tahun 1903 di “SAHOL”. Dan Moyang KAPALALESI AITONAM dilantik oleh pemerintah
Belanda seacar resmi dengan gelar “PATI” dan mendapat tongkat (CROWN) dari
pemerintah Hinida Belanda. Setlah Moyang Kapalalesi Aitonam meninggal dia digantikan
oleh FERDINAND AITONAM, dan pada tahun 1907 dilantik oleh pemerintah Hindia
Belanda denagn gelar “PATI”dan mendapat tongkat (CROWN). Kemudian pada tahun 1917
pusat perkampungan Negeri Seti dipindahkan lagi ke suatu tempat yang bernama
“EHERAWEN”.

Perjalanan pemerintahan dalam kepemimpinan FERDINAND AITONAM antara tahun


1935-1940 sebelum masuknya penjajahan Jepang, jumlah pada masyarakat Seti menduduki
urutan ke-2 dari jumlah penduduk negeri-negeri yang ada di Seram Utara pada saat itu.
Namun di jaman pendudukan Jepang banyak warga masyarakat yang meninggal dunia akibat
dari kerja paksa di Bula. Dan kemudian ditambah lagi dengan adanya pergolakan RMS pada
tahun 1955 yang pada akhirnya masyarakat Seti mengungsi ke Wahai dan pengalihan
pemerintahan pun juga ke Wahai. Dalam perjalanan Pemerintahan PATI FERDIAND
AITONAM kurang lebih 50 tahun.

Pada tahun 1957, Beliau diganti dengan Lourens Aitonam dan dilantik di wahai dengan
gelar “RAJA”. Kemudian pada tahun 1964, masyarakat negeri Seti kembali lagi dari
pengungsian dan membuat perkampungan baru di suatu tempat yaitu “FAT AIULA”.
Kepemimpinan pemerintahan dari Raja LOURENS AITONAM berakhir pada tahun 1970.
Selanjutnyapada tahun 1971 diangkat lagi DOMINIKUS AITONAM dengan gelar “RAJA”.
Pada saat pemerintahan Raj Dominikus Aitonam terjadi perpindahan perkampungan lagi
ditahun 1978, yaitu di kawasan muara kali Suma. Dan pada tahun 1982 warga masyarakat
seti masuk transmigrasi sebagai APDT pada lokasi SPC wailopin dan berstatus sebagai
Negeri Adat yang mempunyai Pemerintahan Sendiri. Kemudian kepemimpinan Raja
Dominikus Aitonam berakhir pada tahun 1980. Dan sementar itu kepemimpinan
Pemerintahan Negeri Seti dipegang oleh pejabat sementara antara lain Anton Aitonam dan
John Hunsam. Dan pada tahun 1996 dilantik sebagai Raja Seti yaitu “ANSELMUS
AITONAM” sampai akhir pemerintahannya pada tahun 2004. dengan demikian maka proses
pemerintahan Negeri Seti berdasarkan garis keturunan lurus Pemerintahan dari
Marga/Matarumah Aitonam sebagai Matarumah Perintah ada 34 generasi pemetintahan
mulai dari pemerintahan adat itu terbentuk sejak dahulu kala hingga kini.
B. ASAL-USUL NAMA NEGERI SETI

Asal-usul nama dari Negeri Seti bermula dari perjalanan Aitonam dan Boilili ketika di
tengah perjalanan erahu yang ditumpangi keduanya terbelah menjadi dua Bolili hanyut dan
terdampar di Bususu-Maneo sedangkan Aitonam hanyut dan kembali ke kawasan tanah tua
yaitu Nusa Mutuane/Nusa Tulia. Aitonam tidak menyerah Aitonam kembali melakukan
perjalanan untuk mencari daerah baru Aitonam melakukan perjalnan kurang lebih 9 kali dan
tepat kesembilan kalinya saat saat ditengah perjalanan Aitonam mendapat tantangan yang
terakhir yang paling berat, yaitu terjadi pusaran angina dan gumpalan kabut yang tebal yang
menghadang didepannya. Namun dengan begitu gigih dan tekad yang kuat memberi
semangat untuk bisa menembus tantangan itu dan ternyata berhasil. Sebab ketika moyang
Aitonam bisa menembus kabut tebal itu bagaikan sirna dihadapannya ternayata dia telah
terkandas pada sebuah daratan atau dalam bahasa Ambon disebut Saaru. Sehingga ketika
kakinya menyentuh daratan yang dalam bahasa Setii “I SETTIDA” untuk pertama kalinya
sambil berucap : “DISINILAH KETENTRAMAN DAN KEDAMAIAN YANG BETA
DAPATKAN”. Dan nama “SETI” mulai ada sejak itu ditempat, dia pertama terkandas di
tempat bernama “SURUWELE”. Kawasan baru yang yang akhirnya meluas dengan nama
“Nusa Holua/Nusa Folla” hingga sekarang.
C. SEJARAH JEMAAT GPM SETI

Agama masuk ke Negeri Seti bersamaan dengan masuknya pendidikan di negeri


Seti pada tahun 1907 tepatnya di “SAHOL” orang Seti menyebutnya Tita yang artinya
menerima pengumuman untuk pendidikan dan agama dimana saat itu guru-guru penginjil
datang mengajar dan berkhobah di negeri Seti guru-guru penginjil antara lain Prnginjil
Peta, Penginjil Ompenewani, Penginjil Mustamu, Penginjil Noya, Penginjil
Louhanapessy. Ketika Gereja mulai berkembang maka masyarakat meminta untuk di
baptis dan yang menerima baptisan pertma yaitu kedua orang saudara Welhelmus
Aitonam dan Halena Aitonam mereka di baptis oleh Penginjil Permahua pada tahun 1913
dan tahun 1913 juga berdirinya Sekolah YPPK Seti. Setelah peristiwa RMS masyarakat
negeri Seti mengungsi ke Wahai, dan pada tahun 1964 semua masyrakat Seti kembali
dari tempat pengungsian di negeri Wahai menuju tempat mereka tinggal yaitu “Fat
Aiula” dan yang mendampingi seluruh masyarakat pada saat itu adalah Pdt Ayawaila.

Anda mungkin juga menyukai