Anda di halaman 1dari 13

SUKU BESEMAH (PASEMAH)

Ilustrasi menarik mengenai tempat orang-orang Basemah pernah dituliskan oleh JSG Grambreg,
seorang pegawai pemerintah Hindia Belanda yang ditulisnya tahun 1865 sebagai berikut : " Barang
siapa yang mendaki Bukit Barisan dari arah Bengkulu, kemudian menjejakkan kaki di tanah kerajaan
Palembang yang begitu luas dan barang siapa yang melangkahkan kakinya dari arah utara Ampat
Lawang (negeri empat gerbang) menuju ke dataran Lintang yang indah, sehingga ia mencapai kaki
sebelah Barat Gunung Dempo, maka sudah pastilah ia di negeri orang Pasemah. Jika ia berjalan
mengelilingi kaki gunung berapi itu, maka akan tibalah ia di sisi timur dataran tinggi yang luas yang
menikung agak ke arah Tenggara, dan jika dari situ ia berjalan terus lebih ke arah Timur lagi hingga
dataran tinggi itu berakhir pada sederetan pengunungan tempat, dari sisi itu, terbentuk perbatasan
alami antara negeri Pasemah yang merdeka dan wilayah kekuasaan Hindia Belanda".

Dari kutipan itu tampak bahwa saat itu wilayah Pasemah masih belum masuk dalam jajahan Hindia
Belanda. Operasi-operasi militer Belanda untuk menaklukkan Pasemah sendiri berlangsung lama,
dari 1821 sampai 1867 Johan Hanafiah budayawan Sumatra Selatan, dalam sekapur sirih buku
Sumatra Selatan Melawan Penjajah Abad 19 tersebut menyebutkan bahwa perlawanan orang
Pasemah dan sekitarnya ini adalah perlawanan terpanjang dalam sejarah perjuangan di Sumatera
Selatan abad 19, berlangsung hampir 50 tahun lamanya. Johan Hanafiah juga menyatakan bahwa
pada awalnya orang-orang luas, khususnya orang Eropa, tidak mengenali siapa sebenarnya orang-
orang Pasemah. Orang Inggris, seperti Thomas Stamford Rafless yang pahlawan perang Inggris
melawan Belanda di Jawa (1811) dan terakhir mendapat kedudukan di Bengkulu dengan pangkat
besar (1817-1824) menyebutnya dengan Passumah. Dalam The British History in West Sumatra yang
ditulis oleh John Bastin, disebutkan bahwa bandit-bandit yang tidak tahu hukum (lawless) dan gagah
berani dari tanah Passumah pernah menyerang distrik Manna (salah satu nama kota di bengkulu
selatan) tahun 1797. 

Disebutkan pula bahwa pada tahun 1818, Inggris mengalami dua malapetaka di daerah-daerah
Selatan yakni perang dengan orang-orang Passumah dan kematian-kematian karena penyakit cacar.
Pemakaian nama Passumah sebagaimana digunakan oleh orang Inggris tersebut rupanya sudah
pernah pula muncul pada laporan orang Portugis jauh sebelumnya. 

Nama Pasemah yang kini dikenal sebetulnya adalah lebih karena kesalahan pengucapan orang
Belanda, demikian menurut Mohammad Saman seorang budayawan dan sesepuh besemah. Adapun
pengucapan yang benar adalah Besemah sebagaimana masih digunakan oleh penduduk yang
bermukim di Pagaralam Suku Besemah, yang sering disebut sebagai suku yang suka damai tetapi
juga suka perang (Vrijheid lievende en oorlogzuchtige bergbewoners) adalah suku penting yang
terdapat di Sumatera Selatan. Pada zaman sebelum Masehi (SM), pada peta yang dibuat oleh
Muhammad Yamin, belum tampak nama suku-suku lain yang tercantum, kecuali suku Besemah.
Local Jenius Suku Besemah, sebagai salah satu pemilik kebudayaan Megalitikum, disebut suku yang
memiliki local genius. Tetapi sayang, tidak diwariskan kepada anak-cucu (keturunannya). 

Mengenai asal-usul suku Besemah, hingga saat ini masih diliputi kabut rahasia. Yang ada hanyalah
cerita-cerita yang bersifat legenda atau mitos, yaitu mitos Atung Bungsu, yang merupakan salah satu
di antara 7 orang anak ratu (= raja) Majapahit, yang melakukan perjalanan menelusuri sungai
Lematang, akhirnya memilih tempat bermukim di dusun Benuakeling. 

Atung Bungsu menikah dengan putri Ratu Benua Keling, bernama Senantan Buih (Kenantan Buih).
Melalui keturunannya : 

Bujang Jawe (Puyang Diwate), 


Puyang Mandulike, 
Puyang Sake Semenung, 
Puyang Sake Sepadi, 
Puyang Sake Seratus, 
dan Puyang Sake Seketi 
yang menjadikan penduduk Jagat Besemah. Cerita tentang asal-usul suku Besemah sangat mistis,
irasional, dan sukar dipercaya kebenarannya. Masalahnya bukan persoalan benar atau salah,
dipercaya atau tidak, akan tetapi unsur yang sangat penting dalam mitos atau legenda adalah peran
dan fungsinya sebagai pemersatu kehidupan suatu masyarakat (jeme Besemah). Mitos atau legenda
ini dapat menjadi antisipasi disintegrasi kesatuan dan persatuan jeme Besemah di mana pun mereka
berada. Hal ini sudah sudah tampak dalam beberapa dekade, terutama setelah pemerintahan marga
dihapuskan (UU No.5 Tahun 1979). Perlu selalu ditanamkan perasaan dan keyakinan bahwa jeme
Besemah itu (termasuk jeme Semende dan jeme Kisam) berasal dari satu keturunan BERDIRINYA
DUSUN DI JAGAT BESEMAH Puyang Kunduran membuat dusun Masambulau (Ulu Manak) dan di
kemudian hari anak-cucunya membuat dusun Gunungkerte, termasuk Sumbay Besak (Sumbay
Besar), Puyang Keriye Beraim membuat dusun Gunungkaye, dan Sumur. Kemudian anak-cucu
Keriye Beraim membuat dusun Talangtinggi dan Muarajauh (Ulu Lurah), Puyang Belirang membuat
dusun Semahpure dan anak cucunya pindah pula membuat dusun di Ulu Manak. Puyang Raje
Nyawe pindah pula membuat dusun Perdipe, Petani dan Pajarbulan. 

Anak cucunya pindah pula membuat dusun Alundua, Sandarangin, Selibar, Rambaikace,
Sukemerindu, Kutaraye, Babatan, Sadan, Nantigiri, Lubuksaung, Serambi, Bendaraji, Ulu Lintang
Bangke, Singapure, Buluhlebar, Gunungliwat, Tanjungberingin, Ayikdingin, Muarasindang,
Tebatbenawah, Rempasai, Karanganyar, semuanya masuk Sumbay Besak. Puyang Raje Nyawe
pindah ke Semende, membuat dusun Pajarbulan. 

Puyang Raje Nyawe kembali ke dusun Perdipe menyebarkan agama Islam dan adat istiadat
perkawinan secara islami. Dari Semende banyak penduduk yang pindah keKisam dan masih banyak
cerita mengenai pendirian dusun-dusun di Tanah Besemah ini. 

Sistem Pemerintahan Tradisional Sistem pemerintahan tradisional di daerah Besemah disebut


Lampik Empat Merdike Due yang dipimpin oleh kepala-kepala sumbay. Besemah waktu itu
merupakan suatu republik yang paling demokratis. Tanggungjawab dan kesetiaan sangat ketat dibina
oleh orang Besemah. Rasa solidaritas dan loyalitas yang sangat tinggi itulah yang menyebabkan
prajurit-prajurit Besemah dapat melakukan perlawanan terhadap Kolonialisme.Dari kutipan itu tampak
bahwa saat itu wilayah Pasemah masih belum masuk dalam jajahan Hindia Belanda. Operasi-operasi
militer Belanda untuk menaklukkan Pasemah sendiri berlangsung lama,dari 1821 sampai 1867 Johan
Hanafiah budayawan Sumatra Selatan, dalam sekapur sirih buku Sumatra Selatan Melawan Penjajah
Abad 19 tersebut menyebutkan bahwa perlawanan orang Pasemah dan sekitarnya ini adalah
perlawanan terpanjang dalam sejarah perjuangan di Sumatera Selatan abad 19, berlangsung hampir
50 tahun lamanya. Johan Hanafiah juga menyatakan bahwa pada awalnya orang-orang luas,
khususnya orang Eropa, tidak mengenali siapa sebenarnya orang-orang Pasemah. Orang Inggris,
seperti Thomas Stamford Rafless yang pahlawan perang Inggris melawan Belanda di Jawa (1811)
dan terakhir mendapat kedudukan di Bengkulu dengan pangkat besar (1817-1824) menyebutnya
dengan Passumah. Dalam The British History in West Sumatra yang ditulis oleh John Bastin,
disebutkan bahwa bandit-bandit yang tidak tahu hukum (lawless) dan gagah berani dari tanah
Passumah pernah menyerang distrik Manna (salah satu nama kota di bengkulu selatan) tahun 1797.
Suku Pasemah atau Besemah, adalah suatu masyarakat adat yang bermukim di daerah perbatasan
provinsi Sumatra Selatan dengan provinsi Bengkulu. Wilayah pemukiman suku Pasemah meliputi
daerah sekitar kota Pagar Alam, kecamatan Jarai, kecamatan Tanjung Sakti dan daerah sekitar kota
Agung kabupaten Lahat. Wilayah pemukiman suku Pasemah ini berada dekat sekitar kaki Gunung
Dempo.

Istilah Pasemah, terdapat dalam prasasti yang dibuat oleh balatentara raja Yayanasa dari Kedatuan
Sriwijaya setelah penaklukan Lampung tahun 680 Masehi yaitu “Prasasti Palas Pasemah” ada
hubungannya dengan tanah Pasemah. Dengan adanya prasasti ini, menunjukkan bahwa suku
Pasemah, telah ada sejak sebelum abad 6 Masehi.

Masyarakat Pasemah, menyebut diri mereka sebagai orang Besemah. Saat ini, justru sebutan
Pasemah yang populer di Indonesia ini, tidak banyak orang yang tahu dengan sebutan yang benar,
yaitu Besemah.
Baghi
rumah tradisional suku Pasemah
Keberadaan suku Pasemah sendiri diperkirakan telah ada di wilayah Sumatra Selatan ini sejak ribuan
tahun sebelum Masehi, bersama-sama suku Komering dan suku Lampung. Hanya saja sejak awal
kedatangan, telah terpisah-pisah dan berbeda tempat pemukiman.

Suku Pasemah, kaya dengan nilai-nilai adat, tradisi dan budaya yang khas. Masyarakat di tanah
Pasemah sejak dulu sudah memiliki tatanan dan aturan masyarakat yang bernama “Lampik Empat,
Merdike Due” yakni, "Perwujudan Demokrasi Murni", yang muncul, berkembang, dan diterapkan
sepenuhnya, oleh semua komponen masyarakat setempat.

Menurut masyarakat suku Pasemah, asal usul mereka diawali dengan kedatangan Atong Bungsu,
sebagai nenek moyang orang Pasemah Lampik Empat, yang datang dari Hindia Muka, yang
memasuki wilayah Sumatra Selatan menelusuri sungai Lematang, akhirnya memilih tempat bermukim
di dusun Benuakeling. Pada saat kedatangan si Atong Bungsu, ternyata sudah ada 2 suku yang
terlebih dahulu menempati daerah itu, yaitu suku Penjalang dan suku Semidang. Mereka bersepakat
untuk sepanjang hidup sampai anak keturunan tidak akan mengganggu dalam segala hal. Atong
Bungsu menikah dengan putri Ratu Benuakeling, bernama Senantan Buih (Kenantan Buih). Melalui
keturunannya Puyang Diwate, Puyang Mandulike, Puyang Sake Semenung, Puyang Sake Sepadi,
Puyang Sake Seghatus dan Puyang Sake Seketi, menjadi suatu kelompok masyarakat Jagat
Besemah atau yang disebut sekarang sebagai suku Besemah (Pasemah).

Megalith
menunjukkan bahwa suku Pasemah
salah satu bangsa Proto-Malayan
hidup sejak zaman Megalith
Disebutkan, Atong Bungsu berkembang dan mempunyai keturunan. Keturunannya menyebar ke
berbagai tempat dan membentuk beberapa kelompok, yaitu suku Sumbai Besar, Sumbai Pangkal
Lurah, Sumbai Ulu Lurah, dan Sumbai Mangku Anom. Ke 4 suku ini disebut sebagai kelompok suku
Lampik Empat. Jadi di wilayah Sumatra Selatan pada masa itu terdapat 6 suku yang menyatu dan
membentuk suatu kelompok masyarakat yang memiliki tatanan demokrasi modern.
Dalam beberapa tulisan di beberapa situs internet, disebutkan bahwa Atong Bungsu sebagai nenek
moyang suku Besemah berasal dari Majapahit. Agak sedikit membingungkan!, Karena orang
Pasemah atau Besemah, telah ada sejak masa Kerajaan Sriwijaya atau bahkan sebelum masa
Kerajaan Sriwijaya sekitar abad 6. Sedangkan Majapahit baru ada sejak abad 12. Mungkinkah suku
Pasemah yang telah ada sejak abad 6, berasal dari nenek moyang yang hidup pada abad 12 ? hal ini
perlu ditelaah lebih lanjut.. Suku Pasemah berasal dari Atong Bungsu, bisa diterima oleh akal, tetapi
kalau berasal dari Majapahit, sepertinya tidak masuk akal. Karena orang Pasemah sendiri jauh lebih
tua dari Kerajaan Majapahit, dan bahkan mungkin telah ada sebelum berdirinya Kerajaan Sriwijaya.

Orang Pasemah, adalah orang-orang yang pemberani dan memiliki sikap setia kawan terhadap
siapapun yang dianggap telah menjadi kawan, serta loyal dan berkomitmen. Sikap dan kepribadian
orang-orang Pasemah ini justru diakui oleh beberapa penulis Belanda di zaman kolonial.

Nama Besemah berasal dari nama ikan Semah, ikan ini termasuk golongan ikan-mas. Sedikit cerita
tentang nama Besemah, yang konon katanya berasal dari cerita tentang istri Raden Atung
Bungsuyang saat itu sedang mencuci beras di sungai dan tiba-tiba ada seekor ikan Semah masuk
kedalam Bakul atau tempat beras tersebut, lalu ikan itu langsung dibawa pulang oleh Kenantan
Buwih (istri Raden Atung Bungsu) setiba dirumah ia pun menceritakannya ke Raden Atung Bungsu.
dan tanpa pikir panjang dan penuh keheranan Raden Atung Bungsu pun mengatakan tanah tempat
dia tinggal ini akan dinamakan BESEMAH.

Secara ilmu pengetahuan Besemah berasal dari kata Semah dan di beri awalan Be (ber), kata Be
atau ber itu sendiri berarti 'ada'.
Namun Besemah sering kali membuat orang-orang bertanya 'yang benar
itu Besemah atauPasmah.?'
Nah..hal ini la yang membuat banyak orang bertanya, sebenarnya Besemah dan Pasmah itu saling
berhubungan tetapi lain cerita dan asal muasalnya. Untuk Pasmah sendiri akan aku jelaskan dalam
postingan berikutnya.

Pengertian Jagat Besemah.


Pernah mendengar kata-kata JAGAT BESEMAH..? pengertian Jagat sendiri bukan semata-mata
mengacu pada semesta alam raya ini melainkan memberi pengertian dalam suatu pemerintahan
pada zaman sejarah Besemah dahulu yang memiliki wilayah yang luas.
Jagat Besemah sendiri merupakan masa kekuasaan Atung Bungsu dan didirikan oleh Atung
Bungsuitu sendiri.

Besemah dan Wilayah-wilayahnya


Adapun wilayah-wilayah besemah, Terdiri dari 18 Wilayah di Besemah:

Wilayah Besemah Libagh (Besemah Lebar), terdiri dari:


 Wilayah Pagaralam (Kota Pagaralam), termasuk Ulu Ayik (Ulu Selangis) dan sebagian
Besemah Tengah atau Besemah Tengah Padang (Besemah Belah Sini Ndikat).
 Wilayah Besemah Seberang Ndikat (saat ini Kecamatan Kota-agung)
 Wilayah Impit-bukit dan Padang-tinggi (kini Kecamatan Pajarbulan).

Wilayah Mulak-Pagargunung, (dalam Kabupaten Lahat) yang terdiri dari:


 Wilayah Mulak Ulu (kini Kecamatan Mulak Ulu)
 Wilayah Pagargunung (kini Kecamatan Pagargunung)
 Wilayah Mulak Iligh (Mulak Ilir), kini termasuk Kecamatan Merapi.

Wilayah Gumay Tige Jughu (Tiga Segi), (dalam Kabupaten Lahat), terdiri dari:
 Wilayah Gumay Lembak, termasuk Suku Lime
 Wilayah Gumay Ulu, termasuk Semidang Empat Dusun
 Wilayah Gumay Talang di Kikim Kecik

Wilayah Lematang (dalam Kabupaten Lahat dan Kabupaten Muaraenim), yang terdiri dari:
 Wilayah Lematang Ulu, termasuk Lahat, Bandaragung, dan Merapi
 Wilayah Lematang Iligh

Wilayah Kikim

Wilayah Besemah Ulu Lintang (kini Kecamatan Jarai)

Wilayah Besemah Ayik Keghuh (kini Kecamatan Besemah Air Keruh)

Wilayah Besemah Ulu Manak (Tanjungsakti)

Wilayah Besemah Ulu Alas (dalam Kecamatan Talo Kabupaten Seluma Bengkulu Selatan)

Wilayah Besemah Palas (Kecamatan Palas Pasemah di Kabupaten Lampung Selatan)

Wilayah Kisam, termasuk Bayur di Kabupaten OKU Selatan

Wilayah Mengkakaw di Kabupaten OKU Selatan

Wilayah Rebang di Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung

Wilayah -Wilayah Semende Panjang

Wilayah Inim dan Ulu Inim

Wilayah Ulu Ogan (kini Kecamatan Ulu Ogan)

Wilayah -Wilayah Kedurang, Padang-guci, Kelam, Kinal, dan Luwas di Kabupaten Bengkulu
Selatan dan Kabupaten Kaur Provinsi Bengkulu

Wilayah Lintang (Lintang Kanan dan Lintang Kidaw).


Sejarah Terbentuknya Kota Pagaralam
Berdirinya Kota Pagaralam tak lepas dari sejarah panjang wilayah ini. Sejarah
terbentuknya Kota Pagar Alam sebagai Kota Administratif terinspirasi dengan
dikeluarkannya peraturan Presiden RI Nomor 22 tahun 1963 tentang penghapusan
Karesidenan, maka secara otomatis tidak ada lagi pemerintahan Kawedanaan Tanah
Pasemah (Kecamatan Tanjung Sakti, Kecamatan Jarai, Kecamatan Kota Agung dan
Kecamatan Pagar Alam sebagai Ibukota Kawedanaan).

Selanjutnya proses demi proses sampai akhirnya lahirlah Kota Pagar Alam Kota
Administratif dengan diterbitkannya peraturan Pemerintah dengan Nomor 63 tahun 1991
tentang Pembentukan Kota Administratif dengan pemekaran wilayah 4 (empat)
Kecamatan.

Setelah melalui perjuangan yang cukup menyerap pikiran dan tenaga, akhirnya
ditetapkan Undang – Undang Nomor 8 tahun 2001 tanggal 21 Juni 2001 tentang
pembentukan Kota Pagar Alam, dan puncak seremonial Kota Pagar Alam, sebagai Kota
Otonom terjadi dengan diresmikannya Kota Pagar Alam oleh Menteri Dalam Negeri atas
nama Presiden RI pada tanggal 17 Oktober 2001. Selanjutnya pada tanggal 12
November 2001 Gubernur Sumatera Selatan atas nama Menteri Dalam Negeri melantik
Drs. H. Djazuli Kuris melaksanakan pelantikan perdana perangkat Pemerintah Kota
Pagar Alam pada tanggal 7 Januari 2002.

Profil

Nama Resmi : Kota Pagar Alam


Ibukota : Pagar Alam
Provinsi  : Sumatera Selatan
Utara: Kecamatan Jarai dan Pajar Bulan Kabupaten
Lahat
Batas Wilayah : Selatan: Proνinsi Bengkulu
Barat: Kecamatan Kota Agung Kabupaten Lahat 
Timur: Kecamatan Kota Agung Kabupaten Lahat

Luas Wilayah : 636,66 Km²


Jumlah Penduduk : 143.495 Jiwa 
Wilayah
: Kecamatan : 5, Kelurahan : 35, Desa :-
Administrasi
Website : http://humas.pagaralam.go.id
 

(Permendagri No.66 tahun 2011)

Sejarah

Sejarah terbentuknya Kota Pagar Alam sebagai Kota Administratif terinspirasi dengan dikeluarkannya
peraturan Presiden RI Nomor 22 tahun 1963 tentang penghapusan Karesidenan, maka secara
otomatis tidak ada lagi pemerintahan Kawedanaan Tanah Pasemah (Kecamatan Tanjung Sakti,
Kecamatan Jarai, Kecamatan Kota Agung dan Kecamatan Pagar Alam sebagai Ibukota
Kawedanaan).

Selanjutnya proses demi proses sampai akhirnya lahirlah Kota Pagar Alam Kota Administratif dengan
diterbitkannya peraturan Pemerintah dengan Nomor 63 tahun 1991 tentang Pembentukan Kota
Administratif dengan pemekaran wilayah 4 (empat) Kecamatan.

Setelah melalui perjuangan yang cukup menyerap pikiran dan tenaga, akhirnya ditetapkan Undang –
Undang Nomor 8 tahun 2001 tanggal 21 Juni 2001 tentang pembentukan Kota Pagar Alam, dan
puncak seremonial Kota Pagar Alam, sebagai Kota Otonom terjadi dengan diresmikannya Kota Pagar
Alam oleh Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden RI pada tanggal 17 Oktober 2001. Selanjutnya
pada tanggal 12 November 2001 Gubernur Sumatera Selatan atas nama Menteri Dalam Negeri
melantik Drs. H. Djazuli Kuris melaksanakan pelantikan perdana perangkat Pemerintah Kota Pagar
Alam pada tanggal 7 Januari 2002.

 
 

Arti Logo

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Pagar Alam Nomor 09 Tahun 2003 Tanggal 14 Agustus 2003
tentang Lambang Daerah Kota Pagar Alam berbentuk perisai bergaris kuning emas dan dasarnya
merah putih yang melambangkan pemancangan pertama merah putih di Daerah Pagar Alam, yang
didalamnya terdapat lukisan-lukisan yang bermakna sebagai berikut :

Padi berjumlah 17 (Tujuh Belas) butir melambangkan Tanggal 17    Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia;
Bambu runcing 2 (Dua) buah setiap bambu terdiri dari 4 ruas sehingga berjumlah 8 ruas,
melambangkan bulan 8 (Bulan Agustus), bulan Proklamsi Kemerdekaan RepublikIndonesia;
5 (Lima) tandan buah kopi, setiap tandan terdiri dari 9 (Sembilan) buah biji, sehingga berjumlah 45
(Empat Puluh Lima) buah biji, melambangkan Tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia;
Bambu runcing melambangkan Kota Perjuangan;
Pita warna merah putih pengikat bambu runcing melambangkan eratnya ikatan Persatuan dan
Kesatuan rakyat dalam melawan penjajah.
Pita bertuliskan “BESEMAH KOTA PERJUANGAN” terdiri dari 21 (Dua Puluh Satu) huruf
melambangkan tanggal berdirinya Kota Pagar Alam sekaligus motto yang mengandung pengertian
bahwa perjuangan masyarakat besemah belum selesai dan akan terus berlanjut;
Bangunan gedung berjumlah 6 (Enam) buah, melambangkan bulan 6 (bulan Juni) bulan berdirinya
Kota Pagar Alam;
Atap rumah adat besemah berwarna hitam berjumlah 2001, melambangkan Tahun berdirinya Kota
Pagar Alam, Penulisan kata “ Pagar Alam” terdiri dari dua suku kata (Pagar Alam);
Tulisan Pagar Alam pada atap rumah adat besemah berwarna putih;
Gunung Dempo merupakan ciri khas geografi Daerah Kota Pagar Alam;
Bangunan Gedung dilembah Gunung Dempo melambangkan Kota;
Latar belakang Gunung Dempo berwarna biru muda, melambangkan daerah perkebunan/pertanian
dimana mayoritas masyarakatnya petani;
Petak Warna putih, melambangkan cita-cita luhur dan kesucian;
Petak Warna hijau daun, melambangkan kesuburan tanah.

Nilai Budaya

Saat memasuki Kota Pagar Alam, Keindahan Daya Tarik Kota Pagar Alam sangat terasa dimana
Gerbang Kota “Liku Endikat”  memiliki panorama yang unik begitupun saat melewati Liku Lematang
dengan Air Terjunnya yang indah sangat menggugah kita untuk turun dan beristirahat sejenak.

Gunung Dempo dengan perkebunan teh yang terhampar luas dan dilengkapi dengan tempat
peristirahatan yang nyaman adalah objek wisata  andalan. Wisatawan juga dapat mengunjungi lokasi
Pabrik Pengolahan Teh  yang merupakan salah satu peninggalan bersejarah (Belanda). Masih di
sekitar Gunung Dempo, anda dapat mengunjungi Air Terjun “Cughup  Embun” dimana menurut
kepercayaan masyarakat setempat jika  mencuci muka di sini maka orang tersebut akan awet muda.

Di samping itu, objek wisata megalith dan perkebunan rakyat dapat menjadi   tujuan berikutnya. Ada
Batu “Manusia dililit Ular” (Tanjung Aro), Batu “Beghibu”  (Komplek  Peninggalan Batu Megalith),
Rumah Batu dan lain-lain.  Anda pun dapat menikmati pemandangan perkebunan sayur ( kol, cabe,
wortel dll ), kopi dan kolam-kolam ikan yang menjadi mata pencaharian sebagian masyarakat
setempat
Pada hari ini merupakan tonggak sejarah pertama bahwa di BESEMAH atau dikenal dengan sebutan
PASEMAH di Sumatera bagian Selatan dilaksanakan Seminar Sejarah dengan Tema “ Dengan
Seminar Nasional Peradaban Besemah Sebagai Pendahulu Kerajaan Sriwijaya, kitKIta Wujudkan
persatuan dan Kesatuan Bangsa Serta Rasa Cinta Tanah Air”.
Sepengetahuan kami belum pernah ada seminar sejarah sekhusus ini di tempat ini (TANAH
PASEMAH) yang mengaitkan jagat Pasemah dengan Kerajaan Sriwijaya.
Ini membuktikan perspektif sejarah untuk di teliti secara ilmiah tidak terbatas waktu dan tempat
dipandang dari berbagai disiplin ilmu termasuk juga temuan-temuan benda-benda bersejarah yang
diketemukan kemudian.
Jadi Sejarah adalah riwayat masa lampau, suatu riwayat yang menjelaskan asal dan proses suatu
peristiwa sejarah. Secara umum sejarah dikaitkan dengan peninggalan-peninggalan benda masa
lampau misal patung, situs, candi, senjata kuno, budaya-budaya kuno dan lain-lain.
Dismping itu sejarah menapilkan dimensi ruang dan waktu. Setiap pristiwa selalu mengandung tiga
unsure yaitu pelaku, tempat, dan waktu. Peninggalan msa lampau lebih berkonotasi pada keadaan
yang belum tersentuh manusia masa kini. Peristiwa sejarah sebagai perisrtiwa sejarah itu susngguh-
sungguh terjadi ( Hitorialita) sudah berlalu, peristiwa masa lampau tidak mungkin tampil di hadpan
masa kini.
Tidak ada manusia yang dapat melarikan diri dari sejarah. Namun tidaj semua manusia dapat
menyadari diianya sebagai pelaku sejarah apa lagi berkesadaran bersejarah
Mudah-mudahan dengan seminar ini menyadarkan kita betapa pentingnya arti berkesadaran sejarah
untuk meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan dalam pembangunan NKRI.

BESEMAH BAGIAN DARI SRIWIJAYA

Sebagai mana kita ketahui bahwa bangsa Indonesia sangat majemuk sekali keberadaannya dari
sabang sampe maroke, beranekaragam suku bangsa, beranekaragam adapt, budaya, bangsa
bahkan tanggan agama yang dianut dapat dilihat dengan jelas
Demikian suku bangsa BESEMAH atau PASEMAH merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan
dari suku bangsa yang ada dibumi nusantara ini.
Menurut sejarah dan crita yang diyakini sejak zaman dulu hingga saat ini, nama “ BEEMAH” atau “
PASEMAH “ asal mula puang “ATONG BUNGSU “ mencari dengan keluarga dan rombongannya.
Pada akhirnya puyang ATUNG BUNGSU melihat dan menemukan ikan SEMAH dipeairan dataran
tinggi dantara bukit barisan dan gunung dempo hingga wilayah / daerah ini diberimana “ BESEMAH “.
Dengan perkembanggannya ada dimanakan “ TANAH BESEMAH”, “RANA BESEMAH”, “JAGAT
BESEMAH”, demikian penduduk asli ( Masutim ) menamakan kelahirannya.
Hikayat nenek moyang ini dapat dari penuturan tua-tua terdahulu, secara tertulis belum ditemukan.
Sebelum kita memaparkan lebih jauh,mari kita keadaan PASEMAH dari zaman ke zaman antara lain :
- zaman ketika Pasmah mengalami kemajuan karena usahanya sendiri, zaman kemerdekaan sekian
ratus tahun yang berlalu bahkan beberapa yang lalu, dapat dilihat dari :
 Geografis, Siapa orang Pasemah (asal usul),, Budaya, Bahasa, Pemerintahan, Peninggalan-
peninggalan benda bersejarah megalit, candi, situs, dll .

- Zaman keadaan sriwijaya → 700 tahun sudah ada


- Zaman kesultanan Palembang (1600 – 1825)
- Zaman Kolonial Inggris dan Belanda (abad 18 dan 19)
- Zaman kemerdekaan Indonesia (1945-sekarang)

Dalam seminar ini kami membatasi hanya sampai ke BESEMAH adalah bagian dari sriwijaya.
I. Geogarafis Pasemah
Pasemah secara geografis terletak kearah sebelah barat Kota Palembang atau di pedalaman
Sumatera Selatan. Terhampar di lereng-lereng bukit dan gunung dempo, dengan ketinggian ± 3200 m
diatas permukaan laut. Sebelah timur membujur kearah bukit besar sedangkan keselatan membujur
kearah gunung atau bukit patah. Daerah Pasemah menurut penyebaran penduduk dibagi menjadi
beberapa bagian yaitu Pasemah lebar, Pasemah Ulu Manna, Pasemah Ulu Lintang, Semendo,
Pasemah Air Keruh, Pasemah Kikim, Pasemah Merapi dan Bandar Agung, Muaradua Kisam dan
Makakao.
Punggung Gunung yang membentang dari bukit jambul kearah selatan menuju bukit pancing
memisahkan Pasemah Lebar dan Pasmah Semendo selanjutnya kearah yang sama kegunung patah
di ujung paling selatan dan kearah barat kebukit Umang, kemudian kearah utara Gunung Dempo
memisah antara Pasemah Lebar dengan Pasmah Ulu Manna.

II. Siapakah orang Besemah atau Pasemah ?


Secara tertulis pula, rumpun sukubangsa pasemah belum diketemukan hingga banyak pendapat atau
penulis sejarah pasemah terdahulu menulis dan meriwayatkan bahwa rumpun orang Pasemah
termasuk antara lain :
- Orang Pasemah berkumpul ke Bengkulu
- Orang Pasemah berkumpul ke Jawa
- Orang Pasemah berkumpul ke Lampung
- Orang Pasemah berkumpul ke Muka
- Orang Pasemah dari daratan timur Asia dan seterusnya
Dari sekian banyak pendapat ini, penulis mengajak mempelajari dari pakar sejarawan berbagai
disiplin ilmu untuk mengetahukan ras-ras umat manusia dan migrasi bangsa-bangsa masukan ke
Nusantara.

III. Melayu tua dan melayu muda


Dinamika gerak awal penduduk di Asia Tenggara (2000-3000 tahun SM) dari (Keith Buchana – The
Southeast Asia World halaman 27).
Sebagian besar penduduk indonesia termasuk Ras Paliomongoloid, sebutan yang dberikan oleh VON
ELCKSTEAT untuk Ras Melayu, sebagai cabang dari Ras Induk Kuning. Ras Malayu ini yang
menyebarkannya dari sumber aslinya (mungkin tibet) menuju ke selatan Hindia Belakang.
Di Hindia belakang ada dua pusat penyebaran. Dari daerah Yunan di Cina selatan berangkalah suku-
suku yang tergolong proto Melayu Tua. Sedangkan dari dataran Dongson di Vietnam Utara
berangkatlah Deutro Melayu Muda. Melayu sebagai keseluruhan adalah dengan ciri-ciri fisik
(generologis) rambut lurus, kulit kuning kecoklatan dan kadang-kadang masih sipit pelupuk matanya
bahkan masih banyak yang berkulit putih dan sipit matanya.
Antropolog Fischer berpendapat bahwa kelompok Melayu Tua datangnya di Nusantara lebih dulu dari
pada kelompok Melayu Muda. Migran-migran pendahulu itu menempati pantai-pantai Sumatra
selatan, Kalimantan Barat dan Sulawesi Barat.
Tetapi kemudian kaerana tersesak oleh kelompok Melayu Muda yang datang kemudian, kelompok
Melayu Muda lanjut k pedalaman dan hidup tersolasi sehingga muncullah peradaban mereka ini
suku-suku Dayak dan Toraja. Adapun suku Batak kemudian memiliki jalan Barat menguasai pantai-
pantai barat dan malaka, buktinya pada suku Karen dan Burma (Birma) banyak terkandung kemiripan
fisik, bangsa dan suku Batak.
Perpindahan mereka di Nusantara dapat ditelusuri rutenya yang berupa terbesarnya alat-alat mereka
tinggalkan secara berceceran yakni kapak persegi panjang (rectangular axe) kedapatan di Malaka,
Sumatra Kalimatan dan Sulawesi.
Hal yang menarik adalah kontradeksi mengenai fakta yang telah ditemukannya kapak persegi
panjang dalam jumlah lebih besar justru di luar daerah Melayu Tua yakni Sumatra Selatan (Pasemah)
dan di jawa.
Kelompok Melayu Muda seperti ditunjukkan di atas berasal dari Dongson Vietnam Utara. Mereka ini
telah membuat perkakas dari perunggu. Peradapan mereka di tandai dengan kemampuan
mengerjakan logam dengan sempurnah. Di bidang pengolahan tanah pertani yang berhasil mereka
tercipta dengan membabat hutan terlebih dahuli. Sudah selakyaknya mereka mencari daerah-daerah
Sumatra dan Jawa untuk digarap seperti di Negeri asal-usul mereka.
Menurut perhitungan sejarah, nenek moyang orang Melayu, Sumatra, jawa dan Kalimantan ini
datangnya pada tahun 1500 sebelum Tarikh Masehi memeperlihatkan penyebaran bahasa-bahasa
daerah menurut suku-suku Melayu.
Untuk menelusuri penjelasan di atas atau yang telah dikemukakan diatas dikandung maksud migran-
migran masuk ke Nusantara atau untuk melihat penyebaran penduduk di Bumi Nusantara.
Khususnya di Sumatra bagian Selatan suku bangsa Pasemah banyak kemiripan dengan asal
kedatangannya di Negeri asal-usul mereka. Hal juga dapat kita lihat dari penelitian pakar pra sejarah
dan kepurbakalaan awal abad 19 sampe tahun 1935 adanya peninggalan-peninggalan pra sejarah.

IV. Zaman Megalitik


Megalitic Remain in South Sumatra
Pasemah mempunyai kedudukan tersendiri dalam sejarah kebudayaan Indonesia, karena
peninggalan tradisi megalitik yang berjumlah ratusan buah.
Robert Von Heinz Gelderen pakar kepurbakalaan mengatakan peninggalan tradisi megalitik berupa
batu besar berbentuk manusia secara utuh seperti arca batu tinggi hari, Muara Dua dan Pulau
panggung menggambarkan arca pendeta leluhur dinegri Cina sebagai altar pemujaan leluhur ini juga
mengigatkan negeri asal, arca ditinggi hari memakai semacam topi yang bagian belakang sisi kiri dan
kanan cobing, membatasi bagian muka dengan kepala. Jelas terlihat bahwa arca ini memakai topi
khas Cina yang di perkirakan zaman Dinasti Tang dan Ming (618-207 SM).
Sejarah dengan itu tanah Pasemah banyak ditemukan batu megalitik zaman Hindu-Budhaoleh pakar
arkeologi dalam bukunya “ DE HINDOE OUDHEDEN IN DE PESEMAH HUOGLAKKTE (RESIDENTE
PALEMBANG) DOOR LC. WESTENK” tahun 1932. juga ilmuwan-ilmuwan arkeologibangsa Eropa
yang tidak kami tulis satu per satu dan batu megalitik (arca) ini banyak ditemukan di Dusun Tegu
Wangi dan di dusun lain Pasemah, inilah sedikit dari gambaran peninggalan zaman megalit.
Di dataran tinggi Pasemah banyak terdapat arca atau patung-patung yang menggambarkan manusia
masa kini (diluar arca zaman Hindu) menurut hikayat dan legendanya patung / arca ini kutukan dari
puyang serunting sakti terkenal dengan sebutan sipahit lidah lainnya terkenal dengan cerita
pertempuran antara sipahit lidah dan aria tabing kerena jagat Pasemah terkenal dengan sebutan
Bumi sipahit lidah.
V. Agama dan kepercayaan
Menurut beberapa penulis Barat bahwa sebelum masuknya agama islam di Pasemah dahulu
masyarakat menganut Aninisme tetapi ini sangat di ragukan sebab pada dasarnya aninisme adalah
suatu bentuk pekercayaan primitif yang memuja benda-benda yang di percaya mempunyai atau
didiami roh halusmemang keprcayan aninisme banyak dianut suku-suku yang ada di indonesia
seperti di kepulauan Nias, Tapanuli (Batak), suku Dayak di Kalimantan dan suku dikepualauan Irian
(suku asmat). Suku ini membuat patung dari kayu yag disebut “TOTEM” di pakai dalam upacara
keadatan mereka.
Tetapi ciri-ciri khas sperti itu atau pemujaan benda-benda yang di buat sendiri atau terhadap benda
lainnya seperti batang, kayu terdapat dalam keadatan Pasemah (Upacara Adat Pasemah)
Ada pendapat lain bahwa orang Pasemah sangat percaya pada apa yang disebut puyang sebgai
leluhur yang sangat di hormati, disegani. Karena puyang-puyang ini disamping asal-usul keturunan
juga mempunyai kesaktian terlihat ini jelas hingga sekarang masih diceritakan dan diakui walau pun
sebelum agama islam masuk juga ada pengaruh dari agama Hindu dan Budah, seperti nyeran masuk
hitan panen padi pada sanghiang sri dan ada lagu (gegerit) yang menyebut Sang Batare Dewe di
Kahyangan.
Dalam kitab-kitab dalam bahasa sang sekerta pada awal tahun masehi di sebut Pulau Jawa dengan
nama Jawadwipa dan Sumatera dengan nama Suwarnadwipa.
Menurut pararaton mereka datang dari negeri Kalingga, Keling dan pantai tanah Malakadwipa dari
kamboja (Campa) dalam babad itu banyak nama tempat ke Pualauan Hindia yang berganti arah ke
tenggara sambil berdagang mereka mengajarkan agama dan kebudayaan serta tata cara mereka
tidak menularkan atau mengembangkan ilmu pengtahuan saja melainkan mempengaruhi orang-orang
Sumatra, Jawa, Bali, dan Sumbawa.
Dalam pararaton dijelaskan pula bahwah tempat peristirahatan dalam perjalannya terletak di pilau
Sumatra yang berawa-rawa serta berhutan belantara jelaslah Palembanng dan Jawa bagian tengah
menjadi tumpuan bertempat tinggal orang hindu dan Budha ( dalam buku Prapanca Negara
Kertagama Kerajaan Sriwijaya adalah pusat pendidikan agama Hindu Budah

VI. Bahasa dan Tulisan 


Bahasa Besemah (Pasemah) termasuk dalam bahasa Melayu. Namun demikian para ahli bahasa
mengatakan bahwa bahasa Pasemah dalah bahasa Melayu Tua. Hal ini dapat dibuktikan dari
linguistik khas Pasemah dan di perbendaharaan kata-kata tidak sama dengan kebanyakan bangsa
Melayu pada umumnya di Pulau Sumatera antara lain Bahasa Melayu Deli, Melayu Riau, melayu
Jambi, dan Melayu Pulau Bangka, dll. Dalam tulisan orang Pasemah tempo dulu sudah mengenal
apa yang disebut tulisan huruf “ULU” atau Akasara Rencong disebutRenceng karena ditulis patah-
patah.

VII. Kebudayaan Pasemah


Sebagai suku bangsa yang mempunyai kebudayaan yang tinggi ada beberapa peninggala-
peninggalan nenek puyang yang sampai saat ini masih ada dan dipelihara antara lain :
- Rumah Dempo Dulu ( Rumah adat Bahari) yang banyak terdapat di dusun (Kampung) lama. Rumah
adat ini dinamakan Rumah Beunjung Bertihang Sembilan, dengan ukiran ciri pada zaman matahari
mati. Ciri-ciri ukiran ini dari zaman dinasti di Cina (Zaman Dinasti Tang dan Dinasti Ming)
- Zaman tempo dulu nenek puyang ahli dibidang membuat kain tenun ikan khas Pasemah, juga
dalam kesenian ada tarian khas Pasemah, tari Reban, Gegirit, rejung dll.
- Yang tidak kalah pentingnya di Besemah Jurai Sumbaiadalah suku-suku yang mempunyai beberapa
jenis senjata yang terbuat dari besi. Senjata yang dibuat daei besi ini dari zaman Kerajaan Sriwijaya
( ciri-ciri pembutannya sangat jelas dari zaman Hindu Sriwijaya ) seperti :
 Kerisis Tata Runjune Pusaka Dewe Semidang
 Rentakeu dan Buntag Bujuk Pusaka Sumbai Tanjung Raga
 Keris Kerian Tangis Pusaka Sumbai Ulu Lurah
 Siwar Lawang dan Keris Santan Apung dll
Dahulu menurut cerita senjata-senjata tersebut mempuyai kekuatan magis (sakti).sebenarnya banyak
pusaka-pusaka orang Pasemah dari kerajaan Sriwijaya.

VIII. Pemerintahan Adat yang Dinamakan “ Lampik Empat Merdike Duwe”


Di Besemah Pemerintahan adat / kekuasaan adat “ Lamping Empat Merdike Duwe” , adalah
kekuasaan adat yang tidak mempuyai komdifikasi, pada dasarnya untuk mengatur tatanan, nomor-
nomor kehidupan berdasarkan kebiasaan yang ada dalam masyarakatnya, demikian di Pasemah
secara populer dalam bahasa asingnya disebut “The Unwritten Adat Law” atau Jus Non Scriptum
(hukum asli penduduk).
Hukum adat adalah suatu yang hidup, karena ia menjelmahkan perasaan hukum yang nyata dari
rakyat dengan f itrahnya sendiri, adat terus menerus dalam keadaan tumbuh dan berkembang seperti
hidup itu sendiri (Pakar Hukum Adat, Prof. Dr. R. Seopomo, SH (UJ 1962 hal 6)
Pada zaman kemerdekaan Besemah (Pasemah) rumpun-rumpun seketurunan yang membentuk
kesatuan genelogi dan mencetuskan kesatuan-kesatuan bersifat teriorial. Kesatuan masyarakat ini
adalah :
- Sumbai Besar
- Sumbai Tanjung Raya (Pangkal Lurah)
- Sumbai Ulu Lurah
- Sumbai Mangku Anom
- Sumbai Suku Semidang
- Sumbaisuku Penjalang
Kesatuan masyarakat tersebut diatas yang melaksanakan aturan-aturan adat di dalam
masyarakanya. Kepala sumbai suku ini adalah pimpinan adat bersama-sama Junai Tua sebagai
DewanAdat (sama dengan perwakilan rakyat) sumbai dan suku dalam pemerintahan adat (pelaksana
adat) “ Lampik Empat Merdike Duwe” kepala atau ketua Pasemah dipilih atau ditetapkan dari ketua
sumbai “Lampik Empat Merdike Duwe” dengan nasehat dan pertimbangan Mrdike Duwe. Maka
secara bersamaan di pasemah kekuasaan adat tadi disebut “ Lampik Empat Merdike Duwe” suatu
pemerintahan yang kuat demokratis.
Oleh Dr. Van Rooyen ( dalam bukunya “de Palembangsche marga en Hare Grand en Waterrechten)
dikatakan sebagai suatu “Een Republiek in den meest democratisheunzin” suatu republik arti seluas
kata. Kebenaran kata-kata Dr. Van Rooyen tersebut juga oleh penulis barat lainnya berpendapat
sama ( Dr. BJ Hage-Haven-Granberg-wilken-Dr. Lublink Widdik dan Sri Thomas Stanford Raffles)
diantaranya menulis buku promotion/skripsikesarjanaan mereka buku “memore van overgranve atau
buku “Kolonial Studien”.
Perlu dicatat dan diketahui bahwa pemerintah adat “Lampik Empat Merdike Duwe” ini tidak di bawah
kekuasaan Sultan Palembang yang baru terbentuk abad 16-1825 tahun masehi oleh kesultana
Banten dan Kesultanan Cirebon. Karena itu di Besemah tidak mengenal istilah sultan atau sunan.
Berakhirnya kekuasaan adat “Lampik Empat Merdike Duwe” setelah Belanda dan Inggris
mengekspansi ke tanah Pasemah yang terakhir di Sultan selatan. Keterangan ini didapat dari MRHAJ
Oecker Asisten Residen Palembang bahwa dalam masa mengekpansi ke pasemah melalui tiga arah
antara lain :
(Tiga Rangkaian Sejarah Perlawanan Rakyat Pasemah)
- Dari daerah Bengkulu ke Pasemah Ulu Manna selnjutnya ke tanjung sakti oleh inggris tahun 1790
sampai 1821 M
- Dari daerah Tebing Tinggi ke Pasemah Ulu Lintang oleh Belanda tahun 1852 M.
- Dari Lahat berakhir tahun 1866 M ke Pasemah Lebar

IX. Kerajaan Sriwijaya


Berdasarkan buku-buku sejarah Indonesia bahwa pada zaman keemasannya kerajaan sriwijaya
pengaruhnya sampe ke Cina, Kamboja, Thailand hal ini ditulis pada babad Cina dan berdasarkan
prasasti-prasati yang ditemukan di Palembang, Jambi antara lain Prasasti Keduikan Bukti yang
menunjukkan tahun 5 Ashade 605 saka atau bulan Juni 683 Masehi oleh Dapunta Hyang (isi Prasasti
tidak kami tulis)ini pada waktu Seminar sejarawan untuk menentukan hari jadi Kota Palembang
(Bulan April 1972).
Dalam buku “Negarakertagama” yang ditulis Prapanca adalah buku yang merupakan (Buku Banbon)
sejarah-sejarah kerajaan di Bumi Nusantara yang di tulis dalam huruf Sanskerta tahun 1287-1365
masehi.
Menjelaskan bahwa kerajaan Sriwijaya merupakan pusat kerajaan dan bandara yang cukup ramai.
Pusat dan bandara inilah disebut Palembang (sekarang ini) dan kerajaan riwijaya ini yang menjadi
pusat pengembangan pendidikan agama Hindu dan Budha.
Dalam Perjalan sejarahnya pada Dinasti Syailendra bagian dari Raja-raja Sriwijaya pada Zaman
Keemasannya pada akhir abad ke-8 masehi pernah meletakkan titik kekuasaannya di daerah Jawa
Tengah (Magelang) yakni bangunan suci yang sampai saat ini masih berdiri yaitu candi Borobudur,
Mendut dan Candi Pawon adalah hasil karya seni bagunan dan seni pahat dalam kerangka arisitektur
yang tidak ternilai.
Pada dinding-dinding Candi digambarkan diantaranya relief-relief pelajar sedang belajar agama
Budha dll dan yang tidak kalah pentingnya adalah prasasti bahwa candi ini dibuat oleh syailendra
Raja Sriwijaya. Dan Candi Borobudur ini merupakan kebanggaan bagi bangsa Indonesia Bahkan
merupakan seni bangun pra sejarah tingkat dunia.
Berdasarkan cerita-cerita tetua/leluhur orang Besem,ah dan sangat diyakini bahwa Putri Sandang
Biduk adik dari Puyang Atong Bungsu kawin dengan Raja Sriwijaya.
Menjelang kehancuran oleh serbun Cola Mandala dalam tahun 1024/1025 M dan dikisahkan dalam
buku Negarakertagama, sriwijaya ditundukan oleh kerajaan Majapahit pada tahun 1377 Masehi oleh
Raden Wijaya dengan gelar Prabu Kertagama, dan disebut juga prabu Brawijaya.

Maksud dan Tujuan


Dengan adanya seminar Nasional Besemah ini maka akan menghasilkan karya ilmiah bagi
masyarakat Pasemah, rakyat Sumatera Selatan dan bangsa Indonesia pada umumnya.

Kesimpulan
Dari hasil pemaparan tersebut di atas maka penulisan menyimpulkan bahwa Pasemah masih eksis
untuk diteliti secara ilmiah dari berbagai disiplin ilmu sehingga dapat dijadikan ilmu pengetahuan baik
masa kini maupun yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai