Hijaz HM, mengatakan Hasil penulisan satera jontal yang ditulis dalam sisir
daun lontar, disusun tiga yang dinamakan Bumung. Cerita dari nenek moyang
secara turun temurun, tulisan-tulisan di bumung tersebut berisikan cerita
mengenai gelar dan keturunan kerajaan, Dea Datu, syair pujian ( lawas
pamuji), semacam mantera untuk ilmu kebatinan ( pangeto), dan segala
macam nasehat-nasehat untuk kehidupan.
Sastra : pengaruh Majapahit dapat kita lihat dari banyaknya adopsi penggunaan
bahas sansekerta dalam kehidupan rakyat sumbawa. Contohnya, Dewa Maraja,
Ranga Adipati, Menteri Telu, Memanca Lima, Lelurah Pitu, Sarian, Penggawa,
serta Bhayangkara. Pada masa itu juga huruf yang digunakan adalah huruf
Pallawa, namun penggunaan aksara tersebut tidak bertahan lama karena tergeser
dengan aksara Bugis yang berkembang.
Pertanian : pola bercocok tanam masyarakat sumbawa dengan menggunakan
peralatan tardisional berupa cangkul atau bingkung,rengala, dan kareng sebagai
peralatan bajak dengan memanfaatkan hewan peliharaan seperti sapi dan kerbau.
Pembajakan sawah menggunakan sapi atau kerbau bahkan diadopsi menjadi
permainan rakyat. Dalam istilah jawa dikenal “Karapan Kerbau” sementara dalam
istilah Sumbawa dikenal dengan “Barapan Kebo”.
Pemerintahan : Dinasti Dewa Awan Kuning yang pada saat itu dipimpin oleh
Dewa Batara Sukin memiliki banyak permasalahan yang berkaitan dengan urusan
kerajaan. Maka dari itu, raja bermaksud untuk pergi ke kerajaan Majapahit untuk
memperbaiki ketimpangan-ketimpangan tersebut. Pada tahun 1331 raja beserta
rombongannya berangkat dan disambut baik oleh raja Hayam Wuruk dan
pembesar kerajaan lainnya. Berbekal 4 kitab yang dihadiahkan oleh Majapahit
untuk dijadikan pedoman, maka sepulangnya dari kunjungan tersebut raja
langsung memperbaiki struktur kerajaannya. Untuk menyempurnakan
implementasi kitab-kitab tersebut, raja Majapahit menyertakan seorang pangeran
atau kiayi yang dapat membantu memperlengkap pengetahuan dari kitab-kitab
tersebut.
Pengaruh kerajaan Goa
Perjanjian
Kekuasaan Dinasti Awan Kuning berakhir pada saat kerajaan GOA
menaklukkan Sumbawa pada tahun 1623 dan Dewa Maja Paruwa telah
menandatangani perjanjian damai yang diajukan raja Goa termasuk
salah satunya Dewa Maja Paruwa bersedia memegang teguh dan
menjalankan syariat Islam dalam pemerintahannya.
ISI :
TELAH BERKATA KARI TAKWA : ADAT KAMU DAN RAPANG KAMU TIADA
DIBINASAKAN DAN TIADA KAMI RUSAKKAN. ADAPUN AKU MENEGUH
JUGA KEPADAMU TETAPI JANGAN KAMU LUPAKAN MENGUCAP
ASJHADU ANLLAAIHAILLALLAH WA ASYHADU ANNAMUHAMMADUR
RASULU’LLAH DAN IMAN KAMU JANGAN TIADA MENEGUH AGAMA
ISLAM
Watak :>>
Undru : Tegas , teguh pendirian, dan penyayang
Sultan : ????
Yang lain ???????
22 Januari 1959
PERESMIAN TERBENTUKNYA DAERAH TINGKAT-II SUMBAWA
HARI PELANTIKAN BUPATI PERTAMA SUMBAWA
DIPERINGATI SEBAGAI HARI JADI KABUPATEN SUMBAWA
Perisai
Perisai berbentuk seperti Perisai Pancasila, mewujudkan
lambang perjuangan dan perlindungan serta
menggambarkan jiwa kepahlawanan yang berdasarkan
Pancasila sebagai kepribadian asli Bangsa Indonesia
Bintang
Bintang persegi lima,melambangkan rasa Ketuhanan
Yang Maha Esa dari masyarakat Kabupaten Sumbawa.
Kubah
Kubah, melambangkan pandangan hidup keagamaaan
dari penduduk Kabupaten Sumbawa yang teguh, patuh
serta taat melaksanakan Perintah Agamanya.
Menjangan
Menjangan, mengambarkan Binatang (Fauna) spesifik
yang terindah di Daerah Kabupaten Sumbawa dan
melambangkan keterampilan/ketangkasan dalam gerak
pembangunan.
Pita
Pita bertuliskan "Samawa" mengungkapkan nama asli
Kabupaten Sumbawa.