Anda di halaman 1dari 9

KEMAJUAN PEREKONOMIAN KERAJAAN KUTAI PADA

MASA PEMERINTAHAN RAJA MULAWARMAN

Enggar Akbar Arransyah11, Galang Bramasta14, Kahiila Diyaulhaq19,


Lutfi Agustin23, Salwa Trisna Alzahra34
SMA Negeri 1 Genteng

Abstrak: Peradaban aksara di Nusantara dimulai dengan ditemukannya Prasasti Yupa, di daerah
Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Dengan ditemukannya Prasasti Yupa, para ahli menyatakan
bahwa kerajaan pertama sekaligus kerajaan Hindu tertua adalah Kerajaan Kutai. Kerajaan Kutai
berasal dari keluarga Kudungga, kemudian dilanjutkan oleh putranya yang bernama Aswawarman,
beliau dikenal sebagai pendiri dinasti Kerajaan Kutai sehingga diberi gelar Wangsakerta. Setelah
Aswawaraman mangkat, digantikan oleh putranya yang bernama Mulawarman. Pada masa
pemerintahan Raja Mulawarman, Kerajaan Kutai mengalami kemajuan perekonomian hingga
mencapai puncak kejayaan. Raja Mulawarman juga terkenal dengan kedermawanannya. Kedua hal
tersebut dapat dilihat pada isi salah satu Prasasti Yupa yang menyatakan bahwa Raja Mulawarman
memberikan sedekah kepada para Brahmana sebanyak 20.000 lembu/sapi.

Kata Kunci: Kutai, Yupa, Mulawarman, kerajaan, prasasti.

Pendahuluan: Kerajaan Kutai merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia.


Kerajaan Kutai (Kutai Martadipura) merupakan kerajaan bercorak Hindu yang
terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu Sungai Mahakam.
Kerajaan Kutai berdiri sekitar abad ke-4. Nama kerajaan ini disesuaikan dengan
nama daerah tempat penemuan prasasti, yaitu daerah Kutai. Hal ini disebabkan
karena setiap prasasti yang ditemukan tidak ada yang menyebutkan nama dari
kerajaan tersebut. Wilayah Kerajaan Kutai mencakup wilayah yang cukup luas,
yakni hampir menguasai seluruh wilayah Kalimantan Timur. Bahkan pada masa
kejayaannya Kerajaan Kutai hampir menguasai sebagian wilayah Kalimantan.

1
Gambar 1. Peta Kerajaan Kutai (satrianesia.com)

Walaupun bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa kerajaan tertua di


Indonesia terletak di Kalimantan, sedemikian jauh pulau tersebut sedikit sekali
diperhatikan oleh para penulis tambo di daratan Cina. “Tidak adanya perhatian
dari pihak Cina itu kemungkinan sekali disebabkan Kalimantan tidak terletak pada
jalan niaga Cina yang utama, walaupun di daerah Serawak misalnya, ditemukan
beberapa buah benda yang berasal dari zaman dinasti Han yang mulai berkuasa
pada tahun 220 sebelum Masehi.” ( Tom Harrison & Stanley J. O’Connor,
1970:77) “Ternyata, kurangnya perhatian terhadap sejarah daerah Kalimantan itu
terus melanjut di masa-masa sesudahnya, sehingga di dalam keseluruhan sejarah
kebudayaan Asia Tenggara misalnya, daerah ini masih tetap merupakan suatu
daerah yang terlupakan.” (Ayatrohaedi, 1974:186)

Sumber sejarah Kutai yang utama adalah sebuah prasasti. “Di Muara
Kaman pada tahun 1879 ditemukan beberapa buah prasasti yang dipahatkan pada
tiang batu. Tujuh buah prasasti sebagai sumber utama, prasasti itu disebut prasasti
Yupa.” (Kasnowihardjo. 2006: 50). Salah satu dari tujuh buah prasasti Yupa
tersebut berisi tentang kedermawanan Raja Mulawarman yang mengadakan
kurban emas dan 20.000 ekor lembu untuk para brahmana. Yupa tersebut
didirikan oleh para brahmana sebagai rasa terima kasih dan peringatan mengenai
upacara kurban. Isi Yupa tersebut juga menunjukkan bahwa pada masa

2
pemerintahan Mulawarman, kehidupan ekonomi pun mengalami perkembangan
hingga mengalami zaman keemasan.

Selain Yupa, Kerajaan Kutai juga memiliki peninggalan lainnya.


Ditemukannya benda-benda dan bangunan bersejarah merupakan salah satu
bentuk bukti eksistensi sebuah kerajaan. Peninggalan yang berasal dari masa
sebelum Mülawarman, ditemukan di gua-gua di sepanjang Sungai Jelai, Tepian
Langsat, Kabupaten Kutai Timur. Peninggalan tersebut berupa lukisan cap tangan
pada dinding gua. Diperkirakan gua-gua tersebut merupakan permukiman masa
prasejarah di wilayah Kalimantan Timur. Kini, beberapa peninggalan Kerajaan
Kutai masih bisa ditemukan di Museum Mulawarman yang letaknya ada di Kota
Tenggarong, Kutai Kartanegara.

KURANGNYA PERHATIAN PARA PENULIS TAMBO DI DARATAN


CINA TERHADAP SEJARAH KALIMANTAN

Walaupun bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa kerajaan tertua di


Indonesia terletak di Kalimantan, sedemikian jauh pulau tersebut sedikit sekali
diperhatikan oleh para penulis tambo di daratan Cina. Hal ini cukup menarik,
karena biasanya para penulis tambo Cina rajin sekali menuliskan hal-hal aneh
yang mereka ketahui dari suatu daerah asing. Berita tertua Cina yang bertalian
dengan salah satu daerah di Kalimantan berasal dari zaman dinasti T'ang (618-
906), (W.P. Groeneveldt, 1879:60) padahal berita-berita Cina yang berhubungan
dengan Jawa sudah ada sejak abad V M, dan Sumatra pada awal abad VI M, pada
zaman pemerintahan dinasti Liang (502-56). (Ibid : 60)

Tidak adanya perhatian dari pihak Cina itu kemungkinan sekali


disebabkan Kalimantan tidak terletak pada jalan niaga Cina yang utama, walaupun
di daerah Serawak misalnya, ditemukan beberapa buah benda yang berasal dari
zaman dinasti Han yang mulai berkuasa pada tahun 220 sebelum Masehi. (Tom
Harrison & Stanley J. O’Connor, 1970:77) Ternyata, kurangnya perhatian
terhadap sejarah daerah Kalimantan itu terus melanjut di masa-masa sesudahnya,
sehingga di dalam keseluruhan sejarah kebudayaan Asia Tenggara misalnya,
daerah ini masih tetap merupakan suatu daerah yang terlupakan. (Ayatrohaedi,
1974:186)

3
Di daerah yang berada di luar jangkuan perhatian Cina itulah, untuk
pertama kalinya kita menemukan bukti-bukti tertua akan adanya suatu kehidupan
masyarakat yang bercorak keindiaan, yaitu di Sulawesi Selatan dan di Kalimantan
Timur. Dengan ditemukannya arca Buddha yang terbuat dari perunggu di
Sempaga, Sulawesi Selatan, (F.D.K.Bosch,1933:495-513) untuk pertama kalinya
kita mendapatkan bukti tentang adanya hubungan serta pengaruh tertua budaya
India di Indonesia. Penemuan arca ini sangat penting karena dapat memberi
petunjuk tentang bagaimana taraf hidup dan budaya bangsa Indonesia pada waktu
tersebut.

Walaupun daerah Kalimantan dan Sulawesi berada di luar perhatian Cina,


tidak berarti bahwa kedua daerah tersebut tertutup sama sekali dari kemungkinan
mengadakan hubungan dengan daerah luar. Hubungan tersebut tentulah pada
mulanya melalui hubungan niaga, yang kemudian. berkembang menjadi hubungan
agama dan budaya. Melalui hubungan. niaga itu, turut pula para pendeta yang
bermaksud menyebarkan agama, yang kemudian disusul dengan perginya orang
Indonesia ke daerah asal para guru agama atau pendeta itu. Hubungan seperti itu
sudah berlangsung cukup lama. (G. Coedes, 1948:51-52) Oleh karena itu, di
dalam proses terjadinya hubungan timbal balik itulah, masyarakat-masyarakat
setempat yang sudah menetap di beberapa daerah tertentu, menerima budaya dan
peradaban baru tersebut.

TRANSKRIP ISI PRASASTI YANG MEMUAT INFORMASI KEMAJUAN


PEREKONOMIAN KERAJAAN KUTAI PADA MASA PEMERINTAHAN
RAJA MULAWARMAN

Pada tahun 1879 ditemukan beberapa buah prasasti yang dipahatkan pada
tiang batu. Tiang batu itu disebut yūpa, yaitu nama yang disebutkan pada prasasti
prasastinya sendiri. Sampai saat ini telah ditemukan tujuh buah yüpa, dan masih
ada kemungkinan yüpa yang lain belum ditemukan. Prasasti-prasasti yang
ditemukan di Kalimantan Timur itu mula-mula ditemukan hanya sebanyak empat
buah yüpa, (B.Ch. Chhabra, 1954:16) tetapi kemudian tiga buah yüpa yang
lainnya ditemukan lagi. (B.Ch. Chhabra, 1949: 370-374). Menurut Kern, huruf
yang dipahatkan pada yüpa itu adalah huruf Pallawa yang berasal dari awal abad

4
V M, sedangkan bahasanya ialah bahasa Sanskerta. Prasassti Yupa dikeluarkan
atas titah seorang penguasa daerah itu pada masa tersebut, yang bernama
Mülawarman, yang dapat dipastikan bahwa ia adalah seorang Indonesia asli,
karena kakeknya masih mempergunakan nama Indonesia asli, Kundungga.
Berikut prasasti yang memuat informasi kemajuan perekonomian Kerajaan Kutai
pada masa pemerintahan Raja Mulawarman, beserta isi transkripnya.

1. Prasasti Yupa Muarakaman II

Gambar 2. Replika Prasasti Yupa


Muarakaman II (Dok. commons.wikimedia.org)

Prasasti kedua terdiri dari 8 baris tulisan yang dipahat di sisi depan.
Prasasti ini merupakan yupa paling tinggi di antara ketujuh prasasti lainnya.

çrimad-viraja-kirtteh

rajñah çri-mülavarmmaṇaḥ punyam

çrnantu vipramukhyāḥ

ye canye sadhavaḥ puruṣaḥ

bahudāna-jivadānam

sakalpavrkşam sabhümidānañ ca

teşām punyagaṇānām

yüpo 'yam stähipito vipraih

Terjemahan:

Dengarkanlah oleh kamu sekalian, Brahmana yang terkemuka, dan


sekalian orang baik lain-lainnya, tentang kebaikan budi Sang Mulawarmman, raja

5
besar yang sangat mulia. Kebaikan budi ini ialah berwujud sedekah banyak sekali,
seolah-olah sedekah kehidupan atau semata-mata pohon kalpa (yang memberi
segala keinginan), dengan sedekah tanah (yang dihadiahkan). Berhubung dengan
semua kebaikan itulah tugu ini didirikan oleh para brahmana (sebagai peringatan).
(J. Ph. Vogel, 1918:214)

2. Prasasti Yupa Muarakaman V

Gambar 3. Prasasti Yupa Muarakaman V (Dok.


commons.wikimedia.org)

Prasasti Yupa kelima terdiri dari empat baris pahatan. Prasasti ini dibuat
sebagai bentuk peringatan atas kebaikan sang raja. Di dalamnya berisi tentang
jenis sedekah yang diberikan oleh Raja Mulawarman.

sri-mülavarmmanā rājñā

yad dattan tila-parvvatam

sa-dipamalayā sārddham

yüpo yam likhitas tayoh

Terjemahan:

Tugu ini ditulis untuk (peringatan) dua (perkara) yang telah disedekahkan
oleh Sang Raja Mülawarman, yakni segunung minyak (kental), dengan lampu
serta malai bunga. (B.Ch. Chhabra:372)

3. Prasasti Yupa Muarakaman VI

6
Prasasti Yupa keenam terdiri dari 8 baris tulisan. Pada baris pertama
tertulis seruan selamat bagi Sri Maha Raja Mulawarman yang termasyhur.

srimato nrpamukhyasya

rajñaḥ śri-mülavarmmanah

dänām punyatame kşetre

yad dattam vaprakesvare

dvijätibhyo gnikalpebhyaḥ

vinsatir nggosahasrikam

tasya punyasya yupo yam

krto viprair ihägataiḥ

Terjemahan:

Sang Mulawarman, raja yang mulia dan terkemuka, telah memberi


sedekah 20.000 ekor sapi kepada para brahmana yang seperti api, (bertempat) di
tanah yang sangat suci (bernama) Waprakeswara. Untuk (peringatan) akan
kebaikan budi sang raja itu, tugu datang di tempat ini. (J.Ph. Vogel)

4. Prasasti Yupa Muarakaman VII

Prasasti Yupa ketujuh terdiri dari 8 baris tulisan. Prasasti ini ditemukan
dalam kondisi kurang baik dan tidak semua aksara dapat dibaca. Berdasarkan
aksara yang masih dapat terbaca, prasasti ini berisikan prestasi Raja Mulawarman
yang telah menakhlukkan raja-raja lain.

sri-mülavarmma rajendra(h) sama vijitya partthi(van)

karadām nrpatimms cakre yathā raja yudhisthirah

catvarimsat sahasrāṇi sa dadau vapprakesvare

ba ... trimsat sahasrani punar ddadau

malam sa punar jivadānam pritagvidham

7
akäsadipam dharmmatmå partthivendra (h) svake pure

... ... ... ... ... ... ... mahātmanā

yupo yam sth (apito) viprair nnänă desad ihã (gataiḥ //)

Terjemahan:

Raja Mülawarman yang tersohor telah mengalahkan raja-raja di medan


perang, dan menjadikan mereka bawahannya seperti yang dilakukan oleh raja
Yudişthira. Di waprakeswara raja Mülawarman menghadiahkan (sesuatu) 40 ribu,
lalu 30 ribu lagi. Raja yang saleh tersebut juga memberikan jivadaña dan cahaya
terang (?) di kotanya. Yupa ini didirikan oleh para brahmana yang datang ke sini
dari pelbagai tempat. (B.Ch. Chhabra:372-373)

PENINGGALAN-PENINGGALAN ARKEOLOGI YANG MENUNJANG


BUKTI MASA PEMERINTAHAN RAJA MULAWARMAN

8
DAFTAR PUSTAKA

Groeneveldt, W.P., “Notes on the Malay Archipelago and Malaca compiled from
Chinese Sources”, VBG, 39, 1879 (cetak ulang: Historical Notes on
Indonesia and Malaya compiled from Chinese Sources. Djakarta: Bhratara,
1960.
Moens, J.L., “Crivijaya, Yāva en Katāha”, TBG, LXXVII, 1937, hlm.317-487
(terjemahan dalam bahasa Inggris oleh R.J. de Touchė, di dalam JMBRAS,
XVII, 1940), hlm. 1-108.
--------,“Was Pūrnawarman van Tāruma een Saura?”, TBG, LXXX, 1940, hlm.
78-109.
Poesponegoro, Notosusanto, Soejono, & R.Z. Leirissa. 2010. Sejarah Nasional
Indonesia II. Zaman Kuno. Jakarta:Balai Pustaka.
Sumadio, Bambang. 1990. Jaman Kuna. Dalam Marwati Djoened Poesponegoro
dan Nugroho Notosusanto. Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta: Balai
Pustaka.
Widyastuti, Endang. 2013.Penguasaan Kerajaan Tarumanagara Terhadap
Kawasan Hulu Ci Sadane. Purbawidya, (Online), 2 (2): 142-150,
(http://purbawidya.com/wp-content/uploads/2014/11/222.pdf) , diakses 15
Februari 2017.
Widyosiswoyo, Supartono. 1992. Sejarah Nasional Indonesia dan Sejarah Dunia
I. Klaten: PT Intan Pariwara.

Anda mungkin juga menyukai