Abstrak: Peradaban aksara di Nusantara dimulai dengan ditemukannya Prasasti Yupa, di daerah
Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Dengan ditemukannya Prasasti Yupa, para ahli menyatakan
bahwa kerajaan pertama sekaligus kerajaan Hindu tertua adalah Kerajaan Kutai. Kerajaan Kutai
berasal dari keluarga Kudungga, kemudian dilanjutkan oleh putranya yang bernama Aswawarman,
beliau dikenal sebagai pendiri dinasti Kerajaan Kutai sehingga diberi gelar Wangsakerta. Setelah
Aswawaraman mangkat, digantikan oleh putranya yang bernama Mulawarman. Pada masa
pemerintahan Raja Mulawarman, Kerajaan Kutai mengalami kemajuan perekonomian hingga
mencapai puncak kejayaan. Raja Mulawarman juga terkenal dengan kedermawanannya. Kedua hal
tersebut dapat dilihat pada isi salah satu Prasasti Yupa yang menyatakan bahwa Raja Mulawarman
memberikan sedekah kepada para Brahmana sebanyak 20.000 lembu/sapi.
1
Gambar 1. Peta Kerajaan Kutai (satrianesia.com)
Sumber sejarah Kutai yang utama adalah sebuah prasasti. “Di Muara
Kaman pada tahun 1879 ditemukan beberapa buah prasasti yang dipahatkan pada
tiang batu. Tujuh buah prasasti sebagai sumber utama, prasasti itu disebut prasasti
Yupa.” (Kasnowihardjo. 2006: 50). Salah satu dari tujuh buah prasasti Yupa
tersebut berisi tentang kedermawanan Raja Mulawarman yang mengadakan
kurban emas dan 20.000 ekor lembu untuk para brahmana. Yupa tersebut
didirikan oleh para brahmana sebagai rasa terima kasih dan peringatan mengenai
upacara kurban. Isi Yupa tersebut juga menunjukkan bahwa pada masa
2
pemerintahan Mulawarman, kehidupan ekonomi pun mengalami perkembangan
hingga mengalami zaman keemasan.
3
Di daerah yang berada di luar jangkuan perhatian Cina itulah, untuk
pertama kalinya kita menemukan bukti-bukti tertua akan adanya suatu kehidupan
masyarakat yang bercorak keindiaan, yaitu di Sulawesi Selatan dan di Kalimantan
Timur. Dengan ditemukannya arca Buddha yang terbuat dari perunggu di
Sempaga, Sulawesi Selatan, (F.D.K.Bosch,1933:495-513) untuk pertama kalinya
kita mendapatkan bukti tentang adanya hubungan serta pengaruh tertua budaya
India di Indonesia. Penemuan arca ini sangat penting karena dapat memberi
petunjuk tentang bagaimana taraf hidup dan budaya bangsa Indonesia pada waktu
tersebut.
Pada tahun 1879 ditemukan beberapa buah prasasti yang dipahatkan pada
tiang batu. Tiang batu itu disebut yūpa, yaitu nama yang disebutkan pada prasasti
prasastinya sendiri. Sampai saat ini telah ditemukan tujuh buah yüpa, dan masih
ada kemungkinan yüpa yang lain belum ditemukan. Prasasti-prasasti yang
ditemukan di Kalimantan Timur itu mula-mula ditemukan hanya sebanyak empat
buah yüpa, (B.Ch. Chhabra, 1954:16) tetapi kemudian tiga buah yüpa yang
lainnya ditemukan lagi. (B.Ch. Chhabra, 1949: 370-374). Menurut Kern, huruf
yang dipahatkan pada yüpa itu adalah huruf Pallawa yang berasal dari awal abad
4
V M, sedangkan bahasanya ialah bahasa Sanskerta. Prasassti Yupa dikeluarkan
atas titah seorang penguasa daerah itu pada masa tersebut, yang bernama
Mülawarman, yang dapat dipastikan bahwa ia adalah seorang Indonesia asli,
karena kakeknya masih mempergunakan nama Indonesia asli, Kundungga.
Berikut prasasti yang memuat informasi kemajuan perekonomian Kerajaan Kutai
pada masa pemerintahan Raja Mulawarman, beserta isi transkripnya.
Prasasti kedua terdiri dari 8 baris tulisan yang dipahat di sisi depan.
Prasasti ini merupakan yupa paling tinggi di antara ketujuh prasasti lainnya.
çrimad-viraja-kirtteh
çrnantu vipramukhyāḥ
bahudāna-jivadānam
sakalpavrkşam sabhümidānañ ca
teşām punyagaṇānām
Terjemahan:
5
besar yang sangat mulia. Kebaikan budi ini ialah berwujud sedekah banyak sekali,
seolah-olah sedekah kehidupan atau semata-mata pohon kalpa (yang memberi
segala keinginan), dengan sedekah tanah (yang dihadiahkan). Berhubung dengan
semua kebaikan itulah tugu ini didirikan oleh para brahmana (sebagai peringatan).
(J. Ph. Vogel, 1918:214)
Prasasti Yupa kelima terdiri dari empat baris pahatan. Prasasti ini dibuat
sebagai bentuk peringatan atas kebaikan sang raja. Di dalamnya berisi tentang
jenis sedekah yang diberikan oleh Raja Mulawarman.
sri-mülavarmmanā rājñā
sa-dipamalayā sārddham
Terjemahan:
Tugu ini ditulis untuk (peringatan) dua (perkara) yang telah disedekahkan
oleh Sang Raja Mülawarman, yakni segunung minyak (kental), dengan lampu
serta malai bunga. (B.Ch. Chhabra:372)
6
Prasasti Yupa keenam terdiri dari 8 baris tulisan. Pada baris pertama
tertulis seruan selamat bagi Sri Maha Raja Mulawarman yang termasyhur.
srimato nrpamukhyasya
rajñaḥ śri-mülavarmmanah
dvijätibhyo gnikalpebhyaḥ
vinsatir nggosahasrikam
Terjemahan:
Prasasti Yupa ketujuh terdiri dari 8 baris tulisan. Prasasti ini ditemukan
dalam kondisi kurang baik dan tidak semua aksara dapat dibaca. Berdasarkan
aksara yang masih dapat terbaca, prasasti ini berisikan prestasi Raja Mulawarman
yang telah menakhlukkan raja-raja lain.
7
akäsadipam dharmmatmå partthivendra (h) svake pure
yupo yam sth (apito) viprair nnänă desad ihã (gataiḥ //)
Terjemahan:
8
DAFTAR PUSTAKA
Groeneveldt, W.P., “Notes on the Malay Archipelago and Malaca compiled from
Chinese Sources”, VBG, 39, 1879 (cetak ulang: Historical Notes on
Indonesia and Malaya compiled from Chinese Sources. Djakarta: Bhratara,
1960.
Moens, J.L., “Crivijaya, Yāva en Katāha”, TBG, LXXVII, 1937, hlm.317-487
(terjemahan dalam bahasa Inggris oleh R.J. de Touchė, di dalam JMBRAS,
XVII, 1940), hlm. 1-108.
--------,“Was Pūrnawarman van Tāruma een Saura?”, TBG, LXXX, 1940, hlm.
78-109.
Poesponegoro, Notosusanto, Soejono, & R.Z. Leirissa. 2010. Sejarah Nasional
Indonesia II. Zaman Kuno. Jakarta:Balai Pustaka.
Sumadio, Bambang. 1990. Jaman Kuna. Dalam Marwati Djoened Poesponegoro
dan Nugroho Notosusanto. Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta: Balai
Pustaka.
Widyastuti, Endang. 2013.Penguasaan Kerajaan Tarumanagara Terhadap
Kawasan Hulu Ci Sadane. Purbawidya, (Online), 2 (2): 142-150,
(http://purbawidya.com/wp-content/uploads/2014/11/222.pdf) , diakses 15
Februari 2017.
Widyosiswoyo, Supartono. 1992. Sejarah Nasional Indonesia dan Sejarah Dunia
I. Klaten: PT Intan Pariwara.