Anda di halaman 1dari 3

MENYEMAI SEMANGAT PANTANG MENYERAH ENGKUS AL GETUK-------

Oleh: Sandi Erlan Rismaya

Dari kesunyian desa Kerta Angsana, Nyalindung Sukabumi Jawa Barat, Engkus Al Getuk menjalani
takdirnya sebagai penyandang disabilitas. Sejak usia empat bulan, tubuhnya divonis menderita folio,
yaitu salah satu jenis penyakit saraf yang menyebabkan kelumpuhan permanen. Akibat sakit yang
dideritanya tersebut, selain kemampuan bicaranya yang tidak seperti pada umumnya, kedua tangan
Engkus pun melengkung ke belakang, begitu juga dengan kedua kakinya, namun dengan segala
keterbatasan yang dimiliki, ia justru senantiasa gigih, pantang menyerah dengan keadaan yang
menimpanya.

Masih segar dalam ingatan Engkus kejadian delapan tahun silam, selepas mengantarkan barang
dagangannya ke pasar Nyalindung, sosok almarhumah ibunya yang bernama Empun, datang
menghampirinya dengan muka sembab, ujarnya saat itu : “Kus, ieu ku Umi dipangmeulikeun kamus
bahasa Inggris, heg baca nya, regepkeun, sugan we engke bisa jalan-jalan ka luar negri”. “Kus, ini sama
Ibu dibeliin kamus bahasa Inggris, dibaca, belajarnya yang serius, mudah-mudah aja bisa pergi ke luar
negeri.

Tidak mudah berjuang dalam keterbatasan. Setiap hari, melalui kedua ujung jari kakinya, Engkus
menghabiskan masa remajanya dengan mempelajari kata demi kata yang ada dalam kamus bahasa
Inggris tersebut secara autodidak. Sederhana sekali metode pengajaran yang disampaikan almarhumah
Ibunya saat itu, dengan menggunakan kapur biru bulao yang sering digunakan untuk membersihkan
kaca oleh orang tua zaman dahulu, Ibunya lantas menuliskannya lima sampai dengan sepuluh kosakata
yang ada dalam kamus bahasa Inggris berikut terjemahannya di dinding-dinding kamar, sesekali di kaca
jendela kamar, tempat Engkus berbaring dalam keterbatasan fisik yang dialaminya. Begitu terus
berulang dan berulang setiap hari selama hampir lima tahun lamanya. Hingga akhirnya, Engkus pun
yakin, semua kosakata dalam kamus kecil itu, sudah berada dalam genggaman tangannya.

Selain orangnya yang keuyeung atau dalam bahasa Indonesia mempunyai arti sungguh-sungguh, Engkus
juga termasuk anak yang cerdas dan percaya diri dalam belajar, demikian diceritakan Dadun, ayah
kandung sekaligus guru semata wayang Engkus, setelah kepergian mendiang ibunya di tahun 2014 silam.
Buku kecil yang sering disebut kamus tersebut adalah satu-satunya sumber belajar yang membuat
Engkus remaja tumbuh menjadi sosok yang memiliki kemampuan bahasa Inggris menonjol apabila
dibandingkan dengan remaja seusianya yang mengenyam pembelajaran bahasa Inggris melalui bangku
pendidikan formal.

Siaran program acara Asia Bagus tahun 2000-an di Stasiun Televisi Republik Indonesia (TVRI) juga
menjadi media pembelajaran yang sangat Engkus rasakan manpaatnya dalam mempelajari bahasa
Inggris saat itu. Film-film luar negeri yang disertai takarir atau subtitle terjemahannya juga ia cermati
dengan seksama, sebagai bahan referensi sekaligus untuk memperdalam materi yang ada dalam kamus
bahasa Inggris tersebut. Biasanya, Engkus memulai belajar autodidaknya dengan mengartikan kata demi
kata dalam bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia melalui kamus, selanjutnya menerjemahkan
sebuah teks dalam bentuk kalimat, paragraf, hingga menerjemahkan sebuah teks artikel atau bahan
bacaan secara utuh.
Semakin masifnya media jejaring sosial tahun 2000-an, merubah mindset Engkus yang awalnya
mempelajari bahasa Inggris untuk sebatas mengisi kesendiriannya di rumah, tetapi setelah maraknya
penggunaan media sosial facebook, tahun 2012, Engkus berinisiatif membuat komunitas Facebook yang
ditujukan untuk orang-orang yang merasa kesulitan serta mempunyai tekad kuat untuk belajar bahasa
Inggris secara autodidak. Engkus pun menamai grup facebooknyayaitu dengan nama Ayo Belajar Bahasa
Inggris dari Nol.

Dengan mengandalkan jari jemari kaki, Engkus menggunakan ponsel layar sentuh sebagai media untuk
memberi tutorial bahasa Inggris secara online. Melalui grup Facebook, Ayo Belajar Bahasa Inggris dari
Nol, Engkus berkomunikasi dan mengajarkan bahasa Inggris kepada ribuan anggotanya. Per bulan
November tahun 2020, anggota grup ini sudah mencapai lebih dari 96 ribu orang, anggotanya berasal
dari berbagai daerah di tanah air dan mancanegara.

Selain lewat media sosial, Engkus pun mengajarkan bahasa Inggris secara bertatap muka langsung
dengan anak-anak yang tinggal di sekitar rumahnya maupun anak-anak dari daerah lain yang ditugaskan
gurunya untuk pembelajaran luar kelas. Hingaa akhirnya, kesabaran dan semangat pantang menyerah
Engkus serta do’a dari orang-orang yang pernah merasakan ketulusannya berakhir dengan indah, bulan
Mei tahun 2019, Engkus terpilih sebagai peraih liputan 6 Award SCTV untuk kategori sosok pantang
menyerah. Sebuah penghargaan berskala nasional yang menyasar sosok individu maupun kelompok
masyarakat yang memiliki kontribusi serta mampu menginspirasi banyak orang, Engkus adalah salah
satu dari enam sosok terpilih yang meraih penghargaan tersebut.

Bahkan berkat ketekunan dan kegigihannya selama 30 tahun, anak ke-2 dari pasangan Dadun dan
almarhumah Empun ini pun, kini sudah bisa menikmati hasil keringat perjuangannya selama ini, salah
satunya dari royalti buku-buku yang ia tulis. Setidaknya sudah tiga buah buku seri bahasa Inggris yang
ditulisnya selama rentang tiga tahun. Tahun 2018, Engkus menulis buku yang berjudul A Life On Toes,
dalam buku ini, Engkus menyampaikan ungkapan-ungkapan kalimat yang ia peroleh dari perjalanan
hidupnya selama ini sebagai penyandang disabilitas, hingga mampu keluar dari keterkungkungan dan
keterbatasan. Buku berikutnya, ia tulis pada tahun 2019 yaitu sebuah buku yang berisi panduan mudah
belajar bahasa Inggris secara lengkap yang berjudul English is Easy With Engkuz, bahkan menurut
informasi yang Engkus dapatkan, buku English is Easy with EngkuzSudah masuk cetakan ke-2 pada tahun
2020. Buku terakhir yang Engkus tulis yaitu berupa seri buku pembelajaran yang berjudul Modul Bahasa
Inggris untuk Kelas VII jenjang Sekolah Menengah pertama.

Melalui tiga buah buku yang ditulisnya tersebut, Engkus menaruh harapan, apa yang sudah
diperbuatnya bisa memotivasi orang lain, khususnya sesama penyandang disabilitas agar tetap
semangat meski hidup dalam keterbatasan. Dalam kalimat penutupnya di buku English Is Easy With
Engkuz, Engkus menuliskan kalimat motivasi dan penyemangat bagi siapapun yang sedang berjuang
meraih cita-cita dan mimpinya, “Actually, your disability has opened your eyes to see your abilities. So,
never complaint about it. Believe that you can do your best and make your family and friends proud of
you” yang artinya “Sesungguhnya, keterbatasan fisikmu telah membuka matamu untuk melihat
kemampuanmu. Jadi, jangan pernah mengeluh, percayalah bahwa kamu bisa melakukannya yang
terbaik dan membuat keluarga dan teman-temanmu bangga kepadamu

Semangat berbagi motivasi dan inspirasi Engkus lainnya, terpancar dari tambahan identitas di belakang
nama pemberian kedua orang tuanya menjadi Engkus Al Getuk, yaitu sebuah tambahan nama yang
berasal dari akronim bahasa Inggris: Gregarious, Educated, Thoughtful, Unique, dan Kind. Dalam
terjemahan bahasa Indonesia memiliki makna, “Engkus sebagai orang yang suka berteman (Gregarious),
berpendidikan (Educated), bijaksana (Thoughtful) , unik (unique) dan baik hati (kind)”.

Anda mungkin juga menyukai