Kabupaten Gunungkidul sama seperti halnya Sleman dan bantul merupakan salah satu
kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Motto dari kabupaten ini adalah
Handayani yang merupakan singkatan dari hijau aman, normatif, dinamis, yakin, asah, asih,
asuh. Nilai tambah dan indah dari temuan-temuan arkeologis kawasan Gunungkidul
diperkirakan telah dihuni oleh manusia sejak ratus ribu tahun yang lalu.
Temuan yang bersifat monumental tersebut berupa bangunan candi yang menunjukkan
hasil kebudayaan agama Hindu maupun agama Budha sedangkan pada masa islam
peninggalan arkeologis juga dapat dijumpai di wilayah Gunungkidul antara lain berupa tapal
batas yang memisahkan wilayah kekuasaan Kesultanan Yogyakarta dan kasunanan
Surakarta tak serta wilayah ini juga menjadi basis bagi perjuangan Pangeran Sambernyawa
dalam melawan Belanda.
Namun menurut cerita rakyat dari masyarakat Gunungkidul itu sendiri dikisahkan bahwa
Prabu Brawijaya yang merupakan raja terakhir Majapahit melarikan diri ke wilayah ini
bersama para pengikut setianya kelompok pelarian ini Kemudian menyebar dan
memisahkan diri. Sesampainya di Gunungkidul dalam upayanya untuk menghilangkan jejak
keberadaan mereka dari kejaran tentara Kesultanan Demak Salah satu tokoh pelarian
bernama Joko umbaran dikisahkan sampai disebuah tempat yang saat ini masuk wilayah
Dusun betoro Kidul Kecamatan Ponjong.
Di tempat tersebut Joko umbaran berganti nama menjadi betara katong. Dalam upayanya
menghilangkan jejak Batara Katong sendiri masih keturunan Prabu Brawijaya di daerah
tempat Betara Katong tinggal sekarang dinamakan mesin betoro keberadaan Prabu
Brawijaya sendiri dipercaya oleh masyarakat tinggal di wilayah ponggang tepatnya di pantai
Ngobaran.
Pantai Ngobaran dipercaya merupakan tempat Prabu Brawijaya melakukan Patio pong
untuk meninggalkan jejak setelah Batara katun pindah ke desa katongan 10 km Utara
pongangan saat ini putranya yang bernama Raden romaco. Ia membangun desa
pongangan sehingga semakin lama semakin ramai hingga akhirnya beberapa waktu
kemudian Klaten shiromajo pindah Karangmojo.
Perkembangan penduduk di daerah Gunungkidul itu didengar oleh Raja Mataram yaitu
Sunan Amangkurat amral yang berkedudukan di Kartosuro kemudian Ia mengutus Senopati
gitu manggung.
Raden Surowijoyo tidak mau dan akhirnya terjadilah peperangan yang mengakibatkan dia
tewas begitu juga dua anak dan menantunya Ki pontjodirjo yang merupakan anak retensi.
Romeo akhirnya menyerahkan diri dan oleh Pangeran Sambernyawa diangkat menjadi
Bupati Gunungkidul pertama namun Bupati Mas Tumenggung PantjoDirjo tidak lama
menjabat karena adanya penentuan
batas-batas daerah Gunungkidul antara Sultan dan Mangkunegara Ad yang terjadi pada
tanggal 13 Mei 1831 Gunungkidul menjadi kabupaten di bawah kekuasaan Kesultanan
Yogyakarta Mas Tumenggung pontjodirjo diganti oleh Mas Tumenggung prawirosetiko yang
mengalihkan kedudukan kota Kabupaten dari pojok woonosari namun secara administrasi
menurut mister RM suryodiningrat dalam bukunya friend tahan Praja Kejawen yang
dikuatkan juga dengan buku the Foster London terbitan 1931 tulisan GPro file serta
pendapat dari pringgodigdo dalam bukunya berdirinya Gunungkidul pada tahun 1831
setahun seusai Perang Diponegoro hal ini bersamaan dengan terbentuknya kabupaten lain
Yogyakarta yang merupakan perjanjian antara Kesultanan Yogyakarta dengan pemerintah
Belanda Hai dan oleh upaya yang dilakukan panitia untuk melacak hari jadi kabupaten
Gunungkidul tahun 1984 baik yang terungkap melalui fakta sejarah serta penelitian akhirnya
ditetapkan bahwa kabupaten Gunungkidul dengan woonosari sebagai pusat
pemerintahannya lahir pada hari Jumat tanggal 27 mei 1831 serta dikuatkan dengan
keputusan Bupati kepala daerah tingkat 2 tentang penetapan hari tanggal bulan dan tahun
hari jadi kabupaten Gunungkidul yang ditandatangani oleh Bupati saat itu yakni
dokterandes KRT sosial Hadiningrat pada tanggal 14juni 1985 penjelasan tadi merupakan
sedikit sejarah tentang berdirinya kabupaten Gunungkidul semoga menambah wawasan
kita semua terus di dalam mengenal wilayah-wilayah di nusantara.