Anda di halaman 1dari 5

Sistem Pembiayaan Jaminan Kesehatan Antara

Malaysia Dan Indonesia


Kesehatan merupakan hak setiap manusia di dunia. Hal ini tertuang jelas dalam Deklarasi
Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Asasi Manusia pasal 25 ayat (1)
“setiap orang berhak atas derajat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan
dirinya dan keluarganya termasuk hak atas pangan pakaian, perumahan dan perawatan
kesehatan serta pelayanan sosial yang diperlukan dan berhak atas jaminan pada saat
menganggur, menderita sakit, cacat, menjadi janda/duda, mencapai usia lanjut atau
keadaan lainnya yang mengakibatkan kekurangan nafkah, yang berada di luar
kekuasaannya.

Dengan landasan inilah setiap negara berusaha memenuhi hak kesehatan bagi warga
negaranya. Sistem pembiayaan kesehatan yang dipakai setiap negara pun berbeda-beda.
Secara umum sistem pembiayaan di dunia terbagi menjadi 4 tipe yaitu Konsep Asuransi
swasta dengan subsidi pemerintah ( Traditional Sickness Insurance), Konsep pemerintah
membiayai asuransi kesehatan nasional (National Health Insurance), Konsep penyediaan
layanan kesehatan oleh pemerintah (National Health Service), Campuran antara
pembiayaan tradisional dan pembiayaan kesehatan nasional (Health Insurance dan Health
Service).

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai sistem pembiayaan kesehatan antara Negara
Malaysia dengan Negara Indonesia. Walaupun kedua negara ini merupakan satu rumpun
bangsa tetapi sistem pembiayaan kesehatan yang digunakan ternyata berbeda. Negara
Malaysia menganut sistem yang hampir sama dengan Negara Inggris sedangkan Indonesia
mulai tahun 2014 menggunakan sistem berbeda dari tahun sebelumnya yaitu sistem
jaminan kesehatan nasional (SJKN). 

Malaysia (State Funded System atau Tax Based System)


Sistem pembiayaan kesehatan di Negara Malaysia berkembang lebih awal dan lebih maju
dibandingkan dengan negara Indonesia karena negara Malaysia merupakan negara
persemakmuran Inggris. Dimulai pada tahun 1951 dengan mewajibkan pegawai untuk
memulai tabungan wajib pegawai yang digunakan sebagai tabungan hari tua. Warga yang
tidak diwajibkan untuk mengikuti tabungan wajib hari tua difasilitasi oleh lembaga EPF
(Employee Provident Fund). Selain itu negara juga menjamin warga yang mendapat
kecelakaan kerja atau pensiunan cacat dengan difasilitasi oleh lembaga SOSCO (Social
Security Organitation).

Sistem pembiyaan kesehatan di Malaysia terbagi menjadi dua yaitu kesehatan publik dan
kesehatan privat. Untuk kesehatan publik sumber dana berasal dari beberapa sumber yaitu
pajak masyarakat yang dibayarkan langsung kepada pemerintah federal, anggaran
pendapatan negara tahunan, dan dari lembaga SOSCO dan EPF. Dana ini kemudian
dialokasikan untuk program preventif dan promotif seperti kesehatan lingkungan, izin
fasilitas kesehatan, Inspeksi Bangunan, kontrol terhadap vektor kebersihan, kontrol
terhadap kualitas makanan, kontrol terhadap penyakit menular, kontrol terhadap
kebersihan air, dan perencanaan pelayanan kesehatan. Sedangkan untuk program kuratif
dan rehabilitatif, Pemerintah Malaysia menetapkan Universal Coverage yaitu semua warga
dijamin atas pelayanan kesehatan yang diterima dengan hanya iur bayar 1 RM (Ringit
Malaysia) untuk berobat pada dokter umum serta 5 RM untuk berobat pada dokter
spesialis. Namun beberapa penyakit berat dengan harga pengobatan yang mahal tidak
tercakup dalam sistem pembiayaan kesehatan ini. Selain untuk program preventif,
promotif, kuratif dan rehabilitatif, Dana kesehatan juga digunakan untuk pembiayaan
pendidikan calon tenaga kesehatan seperti dokter, perawat, bidan, apoteker dan lain
sebagainya. 

Biaya pengobatan yang di keluarkan warga untuk berobat relatif murah (1 RM – 5 RM)
maka antrian pengobatan di rumah sakit pemerintah tergolong panjang (untuk penyakit
kritis akan didahulukan) sehingga bagi warga yang tidak sabar untuk mendapatkan layanan
pengobatan akan memilih berobat di sektor swasta dengan uang sendiri (out of pocket).
Atau mereka mengikuti asuransi kesehatan yang disediakan lembaga swasta dengan
penyakit tertentu yang tidak tercover oleh pembiayaan kesehatan dari pemerintah.

Biaya operasional kesehatan di negara Malaysia tergolong murah karena pemerintah


membebaskan pajak untuk alat kesehatan dan obat-obatan. Dokter dibatasi hanya boleh
berpraktik di satu tempat yaitu pelayanan kesehatan milik pemerintah atau memilih bekerja
di satu tempat pelayanan kesehatan milik swasta. Gaji dokter juga sangat tinggi sehingga
mutu kesehatan di negara Malaysia terjamin kualitasnya. 

Rumah sakit milik pemerintah melakukan klaim pembiayaan kesehatan dengan melihat
besarnya pengeluaran untuk kesehatan di tahun sebelumnya kemudian mengajukan
anggaran pembiyaan kepada Kementrian Kesehatan / MoH ( Ministry of Health )

Kelebihan Model Pembiayaan Malaysia


1. Masyarakat iur bayar dengan harga yang sangat murah yaitu 1 RM – 5 RM
2. Walaupun Tenaga kesehatan (dokter) hanya boleh berpraktik di satu tempat tetapi
terjamin kesejahteraannya yaitu dengan gaji yang cukup tinggi
3. Biaya operasional kesehatan tergolong murah karena alat kesehatan dan obat-obatan
dibebaskan dari pajak
4. Anggaran kesehatan dialokasikan juga untuk pembiyaan pendidikan tenaga kesehatan
5. Pelayanan kesehatan milik pemerintah terstandarisasi
6. Akses pelayanan kesehatan mudah. Setiap penduduk tinggal maksimal 5 km dari layanan
kesehatan (Rumah sakit atau klinik pemerintah)
7. Pajak langsung dibayarkan ke pemerintah federal sehingga tidak ada dana yang
terhambat di daerah
8. Mencangkup lebih banyak orang sampai 100% (universal coverage)
9. Sumber pendanaan berasal dari banyak sektor ( pajak, APBN, EPF, SOSCO, dll)
10. Lebih mudah dikelola

Kekurangan Model Pembiayaan Malaysia


1. Dengan iur bayar yang murah dan layanan kesehatan yang terstandar, antrian warga
berobat panjang. Rumah sakit dan klinik pemerintah padat oleh pengunjung dengan jumlah
tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan yang terbatas
2. Pembayaran untuk biaya operasional rumah sakit atau klinik pemerintah dengan cara
melihat pengeluaran tahun sebelumnya sehingga kemungkinan rumah sakit bisa
mengalami kerugian apabila terjadi pembengkakan biaya untuk tahun selanjutnya.
3. Bersifat kurang stabil atau kurang memadai karena anggaran secara tahunan harus
bersaing dengan dinas lain / bagian lain
4. Tidak efisien karena cenderung menguntungkan yang kaya dibanding dengan masyarakat
miskin apabila tidak ada kondisi yang mendukung misalnya pertumbuhan ekonomi yang
baik, administrasi pajak yang profesional dan institusi yang kompeten
5. Rentan terhadap “moral hazard” karena masyarakat akan tergantung dengan pelayanan
kesehatan yang gratis sehingga keinginan menjaga kesehatan menjadi rendah

Indonesia 
Usaha Indonesia dalam mengikuti arahan PBB dalam menjamin kesehatan warga
negaranya sesungguhnya telah dirintis pemerintah dengan menyelenggarakan beberapa
bentuk jaminan sosial di bidang kesehatan, diantaranya adalah melalui PT Askes (Persero)
dan PT Jamsostek (Persero) yang melayani kepesertaan dari pegawai negeri sipil, penerima
pensiun, veteran, dan pegawai swasta. Pemerintah memberikan jaminan melalui skema
Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda)
untuk masyarakat miskin dan tidak mampu Namun demikian biaya kesehatan dan mutu
pelayanan menjadi sulit terkendali. 

Sehingga pada tahun 2004 sistem pembiayaan kesehatan di Indonesia berubah dengan
dikeluarkan Undang-Undang No.40 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) pasal
19 yang berbunyi “Jaminan kesehatan diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip
asuransi sosial dan prinsip equitas”. Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 juga menetapkan,
Jaminan Sosial Nasional akan diselenggarakan oleh BPJS, yang terdiri atas BPJS Kesehatan
dan BPJS Ketenagakerjaan. Khusus untuk Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) akan
diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang implementasinya dimulai 1 Januari 2014.
Secara operasional, pelaksanaan JKN dituangkan dalam Peraturan Pemerintah dan
Peraturan Presiden, antara lain: Peraturan Pemerintah No.101 Tahun 2012 tentang
Penerima Bantuan Iuran (PBI); Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan
Kesehatan; dan Peta Jalan JKN (Roadmap Jaminan Kesehatan Nasional).

Presiden dalam hal ini selaku pemegang kekuasaan tertinggi negara merupakan orang yang
bertanggung jawab penuh adanya sistem pembiayaan kesehatan di Indonesia. Dibawah
presiden terdapat 4 stakeholder utama dalam berjalannya sistem ini yaitu Kementrian
keuangan yang mempunyai peran dalam pengalokasian dana serta mengawasi pengelolaan
dana yang dikelola oleh BPJS melalui OJK (Otoritas Jasa Keuangan), Kementrian
Kesehatan yang bertugas dalam membuat regulasi tentang aturan sistem kesehatan,
penjaminan mutu layanan kesehatan, pemerataan layanan kesehatan di berbagai wilayah
Indonesia serta Monitoring dan evaluasi berjalannya sistem jaminan kesehatan nasional. 

DJSN (Dewan Jaminan Sosial Kesehatan) berfungsi untuk membantu Presiden dalam
perumusan kebijakan umum dan sinkronisasi penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial
Nasional. Stakeholder ke empat yaitu BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) yaitu
lembaga independen yang berfungsi dalam pengelolaan premi dari peserta JKN dan
penyaluran premi kepada penyedia layanan kesehatan dalam bentuk kapitasi dan INA
CBG’s. Dalam menjalankan tugasnya BPJS dibantu oleh Dewan pengawas dan dewan
direksi. Dewan Pengawas terdiri atas 7 (tujuh) orang anggota: 2 (dua) orang unsur
Pemerintah, 2(dua) orang unsur Pekerja, 2 (dua) orang unsur Pemberi Kerja, 1 (satu) orang
unsur Tokoh Masyarakat. Dewan Pengawas tersebut diangkat dan diberhentikan oleh
Presiden. Fungsi Dewan Pengawas adalah melakukan pengawasan atas pelak¬sanaan tugas
BPJS. Direksi terdiri atas paling sedikit 5 (lima) orang anggota yang berasal dari unsur
profesional. Direksi sebagaimana dimaksud diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.
Direksi berfungsi melaksanakan penyelenggaraan kegiatan operasional BPJS yang
menjamin peserta untuk mendapatkan manfaat sesuai dengan haknya. 

Kepesertaan JKN terbagi menjadi dua yaitu PBI (Penerima Bantuan Iuran) peserta
Jaminan Kesehatan bagi fakir miskin dan orang tidak mampu sebagaimana diamanatkan
UU SJSN yang iurannya dibayari pemerintah sebagai peserta program Jaminan Kesehatan.
Peserta PBI adalah fakir miskin yang ditetapkan oleh pemerintah dan diatur melalui
peraturan pemerintah dan non PBI yang terdiri dari penerima upah (PNS, Anggota TNI,
Anggota Polri, Pejabat Negara, Pegawai Pemerintah Non PNS, Pegawai Swasta, dll) , bukan
penerima upah dan bukan pekerja (Investor, pemberi kerja, penerima pensiun, veteran,
perintis kemerdekaan, dll) dengan pembayaran sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.

Penyedia layanan kesehatan (PPK) dibagi menjadi 3 yaitu PPK 1 yaitu klinik, praktik dokter
umum, dokter gigi, dokter keluarga, puskesmas. Sedangkan PPK tingkat 2 dan 3 yaitu
RSUD, RS spesialis.

Kelebihan Sistem JKN


1. Dibandingkan dengan asuransi yang bersifat komersial, JKN merupakan asuransi sosial
yang tidak mencari nirlaba/ profit
2. Semua warga bisa tercakup dalam sistem pembiyaan JKNhingga 100% (Universal
Coverage)
3. Pemerintah tidak terlalu terbebani karena sebagian biaya pengobatan ditanggung oleh
warga sendiri dengan sistem bayar premi
4. Warga yang tidak mampu pembayaran premi menjadi tanggung jawab pemerintah
(peserta PBI)

Kekurangan Sisten JKN


1. Adanya kemungkinan fraud (kesalahan koding, perubahan prosedur, peminimalisisran
tindakan dan pemeriksaan diagnosis karena dana yang terbatas)
2. Tenaga kesehatan dibayar dengan standar (sesuai pagu yang ditetapkan oleh BPJS
disesuaikan dengan jenis penyakit)
3. Mutu kualitas layanan bisa mengalami kemunduran ( dengan biaya INA CBG’s yang
terbatas, penyedia layanan kesehatan harus mengelola dengan bijak agar tidak mengalami
kerugian)
4. Ketimpangan penggunaan layanan kesehatan antara daerah kota dengan daerah pelosok
(terbatas dengan ketidak adanya tenaga kesehatan dan peralatan yang memadai) dengan
demikian daerah perkotaan akan lebih mudah mengakses sarana kesehatan dibandingkan
dengan daerah pelosok sehingga penyaluran dana premi diserap lebih banyak di daerah
perkotaan.

Perbedaan Sistem Pembiayaan antara Malaysia dengan Indonesia


No Faktor Malaysia Indonesia
Pembeda
1 Sistem Biaya kesehatan ditanggung Pemerintah membentuk
pembiayaan oleh pemerintah dan badan non bank yang
kesehatan masyarakat. Biaya berasal bertanggung jawab dalam
dari pajak yang dibayarkan pengumpulan pembayaran
oleh masyarakat kepada premi masyarakat dan
pemerintah federal dan pembayaran klaim
masyarakat juga diharuskan penggunaan layanan
iur biaya sebesar 1RM-5RM . kesehatan oleh penyedia jasa
Alokasi dana ditentukan layanan kesehatan dalam
oleh Kementrian keuangan bentuk kapitasi dan INA
dan sistem pembiayaan CBG’s. Kementrian
kesehatan langsung kesehatan sebagai
dikendalikan oleh pembuatan kebijakan
kementrian (regulator)
kesehatan / Ministry of
Health (MoH)
2 Sumber biaya Pajak dan iur masyarakat Premi
3 Pengelola sistem Kementrian Kesehatan / Kementrian kesehatan
pembiyaan MoH (Ministry of Health) sebagai regulator serta
kesehatan memonitor dan
mengevaluasi pelaksanaan
sistem kesehatan, BPJS
sebagai badan pengumpul
dan penyalur premi melalui
kapitasi dan INA CBG’s
4 Cakupan Bisa mencapai 100% Bisa mencapai 100%
kepesertaan (universal coverage) (universal coverage)
5 Pembayaran oleh Warga iur bayar 1 RM-5 RM 1.    penerima bantuan iuran
peserta setiap berobat ke klinik/RS (PBI) sebesar Rp19.225.
2.    Non PBI
        TNI dan Polri sebesar 5%

dari gaji pokok dan


tunjangan tetap.
(pemerintah subsidi 3%, dari
potongan gaji 2%)
        Premi bagi pekerja formal

juga sebesar 5% dengan


porsi pemberi kerja
membayar 4,5% dan pekerja
0,5% sampai Juni 2015.
Setelah itu, dimulai pada
sebulan sesudahnya, premi
yang dibayar pemberi kerja
4% dan pekerja 1%.
      Kelas 1 = membayar premi
Rp 59.500,00 per bulan
      Kelas 2 = membayar premi
Rp 45.500,00 per bulan
      Kelas 3 = membayar premi
Rp 25.500,00 per bulan
6 Tenaga kesehatan Tenaga kesehatan (dokter) Dibayar standar sesuai pagu
dibayar dengan gaji yang yang telah diatur oleh BPJS.
tinggi dan hanya boleh Dokter bisa berpraktik
berpraktik pada satu tempat maksimal di 3 tempat
7 Penyedia layanan Klinik/RS pemerintah Penyedia layanan tingkat I :
kesehatan Dokter keluarga, puskesmas,
klinik
Penyedia layanan tingkat
lanjut
Rumah sakit pemerintah dan
rumah sakit spesialis
8 Paket Manfaat Paket manfaat bersifat Paket manfaat yang
komprehensif mulai dari ditawarkan bersifat
upaya promotif (kampanye komprehensif. Setiap peserta
hidup sehat), preventif berhak memperoleh manfaat
(kontrol sanitasi lingkungan, jaminan kesehatan yang
inspeksi banguanan, kontrol bersifat pelayanan kesehatan
sanitasi makanan) perorangan, mencakup
penyediaan pelayanan pelayanan promotif,
tingkat pertama sampai preventif, kuratif, dan
lanjutan. rehabilitatif termasuk
pelayanan obat dan bahan
medis habis pakai sesuai
dengan kebutuhan medis
yang diperlukan. Manfaat
jaminan kesehatan
sebagaimana dimaksud
terdiri atas manfaat medis
dan manfaat non medis.
Manfaat medis tidak terikat
dengan besaran iuran yang
dibayarkan. Manfaat non
medis meliputi manfaat
akomodasi, dan ambulans.
Beberapa layanan tidak
ditanggung dalam BPJS

Daftar Pustaka

Jaafar, Safurah Noh. Kamaliah, Mohd Muttalib. Khairiyah, Abdul Othman. Nour, Hanah.
Healy, Judith (2013). Malaysia Health System Review.Health System in Transation Vol
(3).No1

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2012). Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan


Kesehatan Nasional (JKN) dalam Sistem jaminan Kesehatan Nasional. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai