Anda di halaman 1dari 3

Notulensi Wawancara

Narasumber :
1. St. H G Pasaribu
2. Ompung Horas
3. Amang Tamba

1. St. H G Pasaribu (10 Juli 2023)


HKBP Poriaha Julu Ressort Poriaha dulunya masuk dalam Ressort Sibolga III
menurut penuturan beliau gereja HKBP Poriaha Julu didirikan sekitar tahun 1960,
dahulunya gereja yang lama bertempat di rumah pendeta sekarang sebelum pindah dari
Huta Gareja Natinggal seiring berjalannya waktu dibangunlah gereja yang tahun 60-an
tersebut, dibongkar dan dibangunlah menjadi ressort. Dan dari Ressort Sibolga III barulah
namanya menjadi HKBP Poriaha Julu. Pada tahun 1899 di daerah Poriaha ini sudah ada
kristen yang pada saat itu ditandai dengan kedatangan Pdt. Johanes Pasaribu yang
memberitakan injil, pada saat itu dia baru datang dari Jerman, penginjilannya dimulai dari
Sibolga Julu sampai ke daerah Poriaha. Dulunya Johanes Pasaribu disekolahkan ke
Sekolah Guru di Parau Sorat pada tahun 1872. Setelah tamat pada tahun 1875, ia
ditugaskan menjadi guru di Sibolga dan tahun 1880 ditugaskan melayani di Hurlang.
Pada tahun 1885 Gr Johannes pasaribu setelah melayani 10 tahun lamanya menjadi guru
ia diberangkatkan lagi mengikuti pendidikan sekolah pendeta hingga tamat, kemudian
ditahbiskan menjadi pendeta tahun 1887 dan ditugaskan di Sibolga.
HKBP Ressort Tapian Nauli dan diresmikan pada 26 Mei 1963. HKBP Poriaha Julu,
Poriaha Jae dan Pagaran Beringin dipimpin oleh Pendeta Ressort Ladimer T Simanjuntak,
saat ini nama Ressort tersebut berubah menjadi HKBP Sibolga III, perubahan nama
tersebut sejak pendeta tinggal di Poriaha Julu. Di tahun 1891 untuk kelancaran penugasan
Pdt. J. H Sckrey ditempatkan di Sibolga, lalu menyusul Pdt. Johanes Pasaribu mulai
melayani pada tahun 1889-1899 dengan melayani di wilayah Poriaha, Mela, Pasir Bidang
dan Tukka. Pada waktu itu alasan mengapa gereja yang lama dipindahkan dari Huta
Gareja Natinggal yang ada di daerah Baringin ke Poriaha Julu disebabkan karena adanya
bencana alam, yaitu banjir. Gereja di daerah Huta Natinggal tersebut berdiri pada tahun
1939 dan belum menjadi ressort dikarenakan pada saat itu belum ada penetapan ressort
dan seluruh gereja berinduk atau berpusatkan ke HKBP Sibolga Julu, dahulunya gereja
didaerah tersebut berbentuk sopo dan pemondokan gereja kecil dan akhirnya berkembang
menjadi Ressort Sibolga III. Perjalanan dari gedung gereja lama sebelum menjadi ressort
Sibolga III berkisar dari tahun 1939-1963 (24 Tahun).
Daftar Nama Pendeta yang pernah melayani di Ressort Sibolga III

No Nama Tahun Melayani


1 Ladimer T Simanjuntak 1963-1965
2 Morhan Pardede 1965-1966
3 Jansen Sitorus 1967-1969
4 Maradjin Pardede 1969-1971
5 Mulatua Sibagariang 1971-1975
6 Maringan Hutagalung 1975-1978
7 Jansen Nababan 1978-1979
8 Melanton Sidabutar 1979-1982
9 James Lubis 1981-1985
10 Jaintar Hasugian 1985-1989
11 Condrad Napitupulu 1989-1993
12 Tunggul Limbong 1993-2000
13 Anthony F Sitompul 2000-2003
14 Abednego Sitompul 2003-2005
15 Nommensen Sibagariang 2005-....

Untuk Bibelvrouw sendiri yang pernah melayani di gereja ini adalah Bvr. Doriana Br. Silalahi
(2004-2020) yang sekarang melayani di Siantar dan Bvr. Br. Sinaga.
2. Ompung Horas ( Kamis, 13 Juli 2023)
Dahulu gereja ini dibangun dengan gotong royong bersama-sama. Gereja yang dulu berdiri
di tempat tinggal Pendeta yang melayani sekarang. Gereja ini dibagun pada zaman Belanda,
sekitar 1936-an. Pada waktu itu terjadi banjir baringin. Gereja ini didirikan oleh ompung
yang bernama Op. Raja Namohop. Tanah gereja tersebut merupakan milik mereka. Seluruh
naposo bulung dikerahkan dalam pembangunan tersebut. Bahan-bahan yang digunakan
merupakan kayu dari pohon-pohon yang besar, seperti kayu kapur. Pada masa pembangunan
gereja yang baru, ompung Horas tidak terlalu ikut campur lagi dalam pembangungan karena
sakit hati atas beberapa orang yang berperan dalam pembangunan tersebut. Gereja pertama
itu sebenarnya ada di barung-barung (Tempat Pdt. Sarumpaet dimakamkan), kemudian
pindah ke Poriaha, temapt gedung gereja sekarang. HKBP Baringin merupakan perpecahan
dari HKBP Poriaha. Pada tahun 1938, KeKristenan sudah ada di desa Poriaha, tetapi belum
semua masyarakat masuk Kristen pada saat itu. Masih banyak yang masih menyembah
dewa, dengan menyalakan gendang dan membuat sesajen untuk dewa, yaitu oppung mula
jadi na bolon. Habis melakukan penyembahan, sesajen tersebut dibagi-bagikan kepada tiap-
tiap rumah. Raja-raja Batak pada masa itu masih menyembah oppung mula jadi nabolon dan
kuasa mereka sangat kuat pada bangsa Batak.

3. Amang Tamba, Mantan Kades (Kamis, 13 Juli 2023)


Amang Tamba menjadi Kepala Desa di Kecamatan Tapian Nauli Tahun 1993-2011. Mata
Pencarian masyarakat disini adalah, petani, petani karet, nelayan dan proyek pabrik. Zaman
dahulu karena situasi di kecamatan masih sepi terdapat pabrik batu bata pembakaran sebelum
akhirnya berhenti karena permasalahan finansial dan ada juga pabrik arang di tahun 90-an
yang bekerja adalah para ibu. Raja huta yang ada di daerah kecamatan ini biasanya aktif
dalam melaksanakan kegiatan adat, ada kegiatan masyarakat dalam satu wilayah akan
diperhatikan dan jikalau ada tanahnya ia akan memberikan tanah tersebut kepada rakyatnya
yang tidak memiliki rumah. Pada umumnya Hutagalung adalah Raja Huta, sistem
pemerintahan yang ada di kecamatan ini pada saat itu belum maju dan belum ada rapat
koordinasi wilayah seperti sekarang ini. Rapat dilakukan 1 kali sebulan dan itupun
dilaksanakan di kantor Bupati dan pada waktu itu belum ada kantor kecamatan. Terbentuknya
kecamatan Tapian Nauli adalah atas dasar usulan kepada desa, akan tetapi bupati lah yang
akan menentukan atau memilih siapa yang akan menjadi camat di kecamatan tersebut.
Dahulunya karena belum ada pembagian kecamatan, seluruh daerah masuk kedalam
kecamatan Sibolga. Setelah menjabat lebih 5 tahun (1993-1998), di masa jabatan amang
Tamba barulah dibentuk kecamatan. Mayoritas agama di kecamatan ini adalah Kristen dan
Islam kira-kira (2%) pada waktu itu dan Islam adalah pendatang pada saat itu, seiring
berjalannya waktu agama Islam mulai bertambah kira-kira menjadi 5%.

Anda mungkin juga menyukai