Komponen Dan Prinsip Sistem Homeostatis
Komponen Dan Prinsip Sistem Homeostatis
FAAL SELULER
Fisiologi (ilmu faal) yaitu ilmu yang mempelajari tentang fungsi tubuh atau bagaimana
tubuh bekerja
Pendekatan faal
1. Pendekatan mekanis yaitu bagaimana tubuh bekerja
2. pendekatan teleogis yaitu fenomena berdasarkan kebutuhan tubuh itu sendiri
Berkaitan dengan anatomi yaitu fungsi yang terkait dengan struktur
(bentuk ,susunan ,interaksi dengan bagian)
SISTEM
Ada 11 sistem tubuh :
SEL
Setiap organisme tersusun dari salah satu diantara dua jenis sel yang secara struktural
berbeda, sel prokariotik dan sel eukariotik. Hanya bakteri dan arkhea; alga hijau biru
yang memiliki sel prokariotik. Sedangkan protista, tumbuhan, jamur dan hewan
semuanya mempunyai sel eukariotik.
Kenapa dinamakan sel prokariotik dan eukariotik? Apa perbedaannya?
Sel Prokariotik. Kata prokariota (prokaryote) berasal dari bahasa Yunani, pro yang
berarti sebelum dan karyon yang artinya kernel atau juga disebut nukleus. Sel prokariotik
tidak memiliki nukleus. Materi genetiknya (DNA) terkonsentrasi pada suatu daerah yang
disebut nukleoid, tetapi tidak ada membran yang memisahkan daerah nukleoid ini
dengan bagian sel lainnya.
Sedangkan sel eukariotik, eu berarti sebenarnya dan karyon berarti nukleus. Eukariotik
mengandung pengertian memiliki nukleus sesungguhnya yang dibungkus oleh selubung
nukleus.
Tabel perbedaan antara sel prokariotik dan eukariotik
Struktur Prokariotik Eukariotik
Membran nucleus - +
Membran plastid - +
Nukleus - +
Nukleolus - +
Plastida (plasma sel) - +/-
Mitokondria - +
Badan golgi - +
Kromosom + (tunggal) + (ganda)
DNA + (telanjang) + (dengan protein)
RNA + +
Histon - +
Pigmen + +
Pembelahan amitosis mitosis/meiosis
Contoh Hanya bakteri dan arkhea; Protista, tumbuhan, jamur
alga hijau biru yang dan hewan
memiliki sel prokariotik
Sel terbagi :
1. ORGANEL SEL:
HOMEOSTASIS
Permasalahan yang dihadapi oleh hewan
Lingkungan (faktor fisika dan kimia) senantiasa berubah sepanjang waktu. Sistem
fisiologi dapat terganggu oleh perubahan lingkungan eksternal yang berpengaruh
terhadap kondisi internal tubuh hewan dan dapat menyebabkan kematian. Bagaimana
hewan memelihara kondisi internal tubuhnya??
KONSEP HOMEOSTASIS
Pemeliharaan lingkungan internal yang relatif stabil
Homeo yaitu sama dan Stasis yaitu berdiam dan menetap
Berfungsi bagi sel untuk hidup dan berfungsi
Harus ada
Lingkungan eksternal (plasma ,cairan ,ekstraseluler)
Lingkungan internal (dalam sel)
Faktor internal
1. Kosentrasi melekul gizi
2. Kosentrasi O2 dan CO2
3. Kosentrasi zat sisa
4. PH
5. Kosentrasi air,garam,dan elektrolik lain
6. Suhu
7. Volume dan tekanan
Perubahan kondisi fisika dan kimia perairan yang terjadi secara terus menerus merupakan
ancaman bagi kehidupan organisme yang hidup didalam lingkungan tersebut. Perairan
tawar, payau dan laut memiliki sifat yang tidak sama. Perairan tawar bersifat lebih encer
dari konsentrasi cairan internal tubuh internal hewan yang hidup dalam habitat air tawar,
sedangkan air laut bersifat lebih pekat dibandingkan cairan tubuh internal.
Kepiting bakau (Scylla serrata) akan hidup dengan baik jika berada dalam kisaran
salinitas 14-20 ppt, walaupun dapat toleran pada salinitas 5 ppt dan 25 ppt.
Suhu perairan juga senantiasa berubah dan suhu dalam perairan tertentu dapat menjadi
terlalu tinggi atau terlalu rendah bagi proses fisiologi dalam tubuh.
Sifat perairan sebagai kondisi lingkungan eksternal berpengaruh terhadap kondisi
lingkungan internal (Claude Bernard menyebutnya milieu intérieur).
hewan air cenderung menjaga stabilitas lingkungan internalnya agar organ, jaringan, sel
dan molekul dalam tubuhnya berfungsi normal.
Kecenderungan untuk mengatur dan mempertahankan stabilitas lingkungan internal,
menurut Walter Canon (1929) disebut homeostasis.
Stabilitas lingkungan internal hewan air tersebut dijaga dengan sistem pengendalian
fisiologis. Meskipun kondisi (fisika & kimia) eksternal fluktuasinya besar, kondisi (fisika
& kimia) internal tubuh hewan fluktuasinya kecil dan dijaga agar senantiasa stabil .
Stabilitas lingkungan internal tubuh hewan air harus senantiasa dijaga dalam kisaran yang
sempit, agar dapat hidup dengan baik dalam habitatnya.
Sel-sel dalam tubuh hewan air dijaga sedemikian rupa sehingga tidak saja senantiasa
berada dalam suhu yang konstan, tetapi pH, konsentrasi gula, tekanan osmotic,
konsentrasi ion dan sebagainya juga dalam kondisi konstan.
Jadi, hewan air yang dapat lulus hidup dalam lingkungan yang beragam dan berubah-
ubah mencerminkan kemampuan hewan tersebut dalam menjaga stabilitas kondisi
lingkungan internalnya.
Homeostasis merupakan konsep terpenting dalam sejarah perkembangan biologi. Hal itu
memberikan kerangka konseptual guna menginterpretasikan berbagai data fisiologis
dalam tubuh hewan.
Evolusi homeostasis dan sistem fisiologis yang memelihara homeostasis tersebut
merupakan faktor penting agar hewan dapat hidup baik dalam lingkungan yang sesuai
guna mendukung proses fisiologis, maupun dalam lingkungan yang kurang sesuai bagi
proses kehidupan.
Fenomena pemeliharaan lingkungan internal tubuh hewan yang disebut homeostasis ini
dilakukan oleh semua spesies hewan, secara terus menerus.
Pemeliharaan lingkungan internal tubuh hewan meliputi mekanisme fisiologi berbagai
organ dan mencakup proses fisiologi pada level sel. Organisme uniseluler yang hidup di
habitat perairan juga menunjukkan homeostasis.
Protozoa dapat hidup dalam lingkungan air tawar dan lingkungan lain yang lebih buruk
karena konsentrasi garam, gula, asam amino dan bahan terlarut lainnya diregulasi oleh
permeabilitas selaput sel, pengangkutan aktif dan mekanisme lainnya.
Permeabilitas selaput, transport aktif memelihara kondisi intraseluler untuk senantiasa
berada dalam batas-batas yang sesuai untuk kebutuhan metabolik sel.
Kondisi homeostasis dalam sel dan didalam tubuh organisme multiseluler dijaga dengan
proses umpan balik (feedback).
Reseptor adalah faktor yang menerima dan mengolah setiap rangsang yang timbul dari
setiap perubahan lingkungan sekitar, untuk dijadikan stimulus dan dikirim (dilaporkan)
ke pusat kontrol.
1. II. Pusat kontrol
Pusat kontrol adalah faktor yang menerima stimulus dari reseptor untuk diolah dan
diinterpretasi dan dijadikan stimulus balik sebagai reaksi-reaksi untuk menjawab
(mengendalikan) perubahan lingkungan yang dilaporkan reseptor.
1. III. Efektor
Efektor adalah faktor penerima stimulus balik dari pusat kontrol, yang mengolah stimulus
tersebut menjadi suatu aktifitas gerak untuk menjawab (mengendalikan) perubahan
lingkungan sesuai yang dikehendaki pusat kontrolnya.
FEEDFORWARD
Selain mekanisme feedback, metode fisiologis lain yang terpenting untuk
mengendalikan kondisi internal hewan adalah feedforward
Untuk mengurangi gangguan fisiologis, hewan menunjukkan perilaku yang
mencegah terjadinya gangguan tersebut, jadi feedforward merupakan aktivitas
antisipatif.
Contohnya, sambil makan biasanya hewan minum juga.
Hewan ini meningkatkan konsentrasi cairan tubuh jika berada dalam air bersalinitas
tinggi dan menurunkan cairan tubuhnya bilamana berada dalam air bersalinitas rendah
Oxyconformer
Cacing Annelida yang bersifat oksikonformer (oxyconformer), yakni hewan yang
laju konsumsi oksigennya menyesuaikan dengan ketersediaan O2 terlarut di
lingkungan eksternalnya.
Jika Annelida berada dalam lingkungan perairan yang kaya akan oksigen, maka
konsumsi oksigennya meningkat,
sebaliknya jika hewan tersebut berada dalam lingkungan yang kandungan oksigen
terlarutnya rendah, konsumsi oksigennya menurun.
Batas perubahan eksternal bagi hewan konformer dipengaruhi oleh toleransi jaringan
tubuhnya terhadap perubahan internal yang disebabkan o
leh adanya perubahan lingkungan eksternal.
hubungan antara nilai lingkungan eksternal (misalnya salinitas, kandungan O2 terlarut,
dll) dengan nilai internal (garis yang tidak putus-putus) berupa garis lurus dengan
kemiringan 1. Bilamana hewan tidak dapat menghasilkan respon fisiologi atau respon
lain yang diperlukan untuk mengatasi perubahan eksternal, maka nilai internalnya
bergantung dengan nilai eksternalnya, menyerupai “garis konformitas” (garis putus-
putus).
grafik hubungan antara nilai variable eksternal dengan nilai internal menunjukkan bahwa
hewan regulator dapat mempertahankan stabilitas internal dalam kisaran lingkungan
eksternal yang luas. Garis konformitas dibuat sebagai pembanding. Pada lingkungan yang
ekstrim, hewan regulator tidak dapat meregulasi kondisi internal dan terpaksa menjadi
konformer. Lebar zona stabilitas dipengaruhi oleh spesies dan variabel lingkungan yang
dihadapinya
Regulator
Hewan air yang termasuk regulator menggunakan mekanisme perilaku, biokimia maupun
fisiologis untuk senantiasa menjaga kondisi internal tubuhnya ketika berada dalam
kondisi lingkungan eksternal yang berubah, sehingga senantiasa dalam keadaan
homeostasis.
Osmoregulator
Hewan yang bersifat osmoregulator memiliki konsentrasi cairan internal tubuh lebih
tinggi dari konsentrasi mediumnya ketika berada dalam perairan dengan salinitas rendah,
sebaliknya konsentrasi carian tubuhnya lebih rendah dari konsentrasi mediumnya ketika
berada dalam salinitas tinggi.
Oxyregulator
Oksiregulator yang meliputi hampir semua vertebrata senantiasa mempertahankan
level konsumsi oksigen walaupun kandungan oksigen terlarut dalam mediumnya
mengalami penurunan.
Jika kandungan oksigen terlarut di mediumnya menurun terus sampai batas
minimumnya, hewan air dapat teraklimasi menjadi conformer. Setelah
teraklimasi, maka konsumsi oksigennya menurun manakala kandungan oksigen
terlarut di lingkungan eksternalnya rendah.
Homeostasis Adalah keadaan yang stabil, yang sebenernya berubah namun
bersifat konstan.
Semua organ berfungsi sesuai dengan kerja dan fungsinya masing masing, namun
semuanya bbertujuan sama, yaitu bertujuan homeostasis.
System yang terlibat :
- Transportasi
- Perolehan nutrient
- Pembuangan sisa metabolism
- Kontrol oleh Syaraf dan hormone
- Reproduksi
TRANSPORTASI
Dengan tramsportasi, darah dapat ,menjaga stabilitas tubuh, sehingga homeostasis
dalam tubuh dapat terjaga.
Contoh :
- Pergerakan darah di pembuluh dengan cara darah lewat di organ organ
dalam tubuh.
- Pergerakan cairan dari kapiler ke sel.
PEROLEHAN NUTRIEN
Dengan adanya homeostasis, maka tubuh akan mendapatkan nutrisi yang tersebar
secara merata.
Contoh :
- Respirasi, dengan memanfaatkan tebal alveoli – kapiler (0,4 – 2,0
nanometer ), sehingga O2 (oksigen) mudah di difusi.
- Pencernaan : pada saat proses penyerapan makanan.
- Hati : fungsi untuk metabolism dalam tubuh.
PEMBUANGAN SISA METABOLIK
Dalam tubuh terdapat proses pembuatan dan juga tentunya terdapat proses
pembuangan agar terjadi kesetimbangan dalam tubuh.
Contoh :
- Paru – paru : CO2 di buang supaya tubuh tidak terjadi keracunan zat
buangan.
- Ginjal : membuang asam urat dan urea pada tubuh dan membuang
kelebihan air dan juga ion dalam tubuh.
PENGATURAN FUNGSI
Proses dalam tubuh berlangsung dengan baik, juga merupakan adanya sistem
pengarturan yang sangat baik sehingga homeostasis dapat terjadi.
Contoh :
- System syaraf :
1. Sensoris : panca indra
2. Pusat : otak dan medula
3. Motorik : pelaksana
4. Otonom : control bawah sadar
- Hormon : berfungsi untuk mengatur metabolism dalam tubuh agar
tetap terjaga kestabilan tubuh.
REPRODUKSI
Sebenernya dalam proses homeostasis tidak terlalu penting, namun dalam masa
pergantian muda dan tua, sangatlah bergantung dari sisem ini.
Contoh :
- Untuk penerus kehidupan di dunia
- Pengganti generasi
- Adanya dorongan kuatpada usia reproduksi
Sistem Pengatur Tubuh
Contoh mekanisme:
- Pengaturan konsentrasi oksigen
Di atur oleh hemoglobin, sifat kimiawi hemoglobin yang secara otomatis
mengatur berapa banyak konsentrasi O2 yang dilepas ke cairan jaringan.
- Pengaturan konsentrasi karbondioksida
Diatur dengan merangsang pusat respirasi, saat kadar CO2 tinggi paru-paru
dirangsang sehingga CO2 dilepas keluar atmosfer.
- Pengaturan tekanan arteri
Diatur oleh system baroreseptor, saat arteri tegang system baroreseptor
menghambat vasomotor sehingga arteri lebih longgar.
Batas nilai normal
Dalam mengatur homeostatis ada nilai-nilai batas normal yang harus dipenuhi.
Jika nilai sudah melewati batas bisa mempengaruhi keseimbangan tubuh dan
merusak sel-sel tubuh.
Contoh batas nilai normal:
- Suhu tubuh à 6o – 7o C
- pH à 0,5
Sifat Sistem Pengatur
1. negative feedback
feedback ini mengakibatkan system untuk memberi respon yang melawan
keadaan.
Contohnya: saat kelebihan karbondioksida, paru2 di rangsang untuk
mengeluarkan CO2 sehingga kembali ke keadaan normal.
2. positive feedback
feedback ini mengakibatkan system untuk memberi respon yang mendukung
keadaan.
Contohnya: saat seorang ibu melahirkan, serviks teregang, kemudian serviks di
tambah lagi regangannya sehingga bayi dapat keluar.
II.2. Komposisi Daarah
Komponen darah secara garis besar akan terbagi menjadi 2 bagian:
1.plasma darah 55%
2.sel darah 45%
PLASMA DARAH
terdiri atas :
1.90% air
2.7% protein
a. Albumin
Berperan dalam menjaga tekanan osmotic darah. Berfungsi mengikat berbagai
macam ligand seperti asam lemak bebas, Ca, Cu, Zn, hormone steroid, bilirubin,
metheme. Disintesis dalam hati
b. Globulin, yg terdiri atas 3 yaitu:
- alfaglobulin (ceruloplasimin)
- betaglobulin (transferin)
-gamaglobulin (immunoglobulin)
Berfungsi sebagai komponen zat kekebalan tubuh untuk melawan pathogen yang
masuk ke dalam tubuh. Terdiri atas IgG, IgE, IgD, IgA, IgM
c. Fibrinogen
Penting untuk proses pembekuan darah
3.senyawa2 lainnya
SEL-SEL DARAH
terdiri atas:
1. Eritrosit
Pada laki2 4,5-5 juta /mm kubik
Pada wanita 4-4, 5 juta / mm kubik
Bebentuk bikonkaf dan tidak memiliki inti. Dibentuk di sumsum tulang merah.
Tidak dapat bergerak bebas dan menembus dinding pembuluh kapiler. Berumur
115 – 120 hari.
Fungsi Hb: Mengangkut O2 sebagai oksohemoglobin, mengangkut CO2 sebagai
Karbominohemoglobin, menjaga keseimbangan asam-basa.
2. Leukosit
Sel darah putih, leukosit (en:white blood cell, WBC, leukocyte) adalah sel yang
membentuk komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu
tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan
tubuh. Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara
amoebeid, dan dapat menembus dinding kapiler / diapedesis. Dalam keadaan
normalnya terkandung 4×109 hingga 11×109 sel darah putih di dalam seliter darah
manusia dewasa yang sehat – sekitar 7000-25000 sel per tetes.Dalam setiap
milimeter kubil darah terdapat 6000 sampai 10000(rata-rata 8000) sel darah
putih .Dalam kasus leukemia, jumlahnya dapat meningkat hingga 50000 sel per
tetes.
Yg terdiri atas :
% dalam
Tipe Gambar Diagram tubuh Keterangan
manusia
Neutrofil berhubungan dengan pertahanan tubuh
terhadap infeksi bakteri serta proses peradangan kecil
Neutrofil 65%
lainnya, serta biasanya juga yang memberikan tanggapan
pertama terhadap infeksi bakteri; aktivitas dan matinya
neutrofil dalam jumlah yang banyak menyebabkan
adanya nanah.
Eosinofil terutama berhubungan dengan infeksi parasit,
Eosinofil 4% dengan demikian meningkatnya eosinofil menandakan
banyaknya parasit.
Basofil terutama bertanggung jawab untuk memberi
Basofil <1% reaksi alergi dan antigen dengan jalan mengeluarkan
histamin kimia yang menyebabkan peradangan.
Limfosit lebih umum dalam sistem limfa. Darah
mempunyai tiga jenis limfosit:
o Sel B: Sel B membuat antibodi yang
mengikat patogen lalu menghancurkannya. (Sel
B tidak hanya membuat antibodi yang dapat
mengikat patogen, tapi setelah adanya serangan,
beberapa sel B akan mempertahankan
kemampuannya dalam menghasilkan antibodi
sebagai layanan sistem ‘memori’.)
Limfosit 25% o Sel T: CD4+ (pembantu) Sel T
mengkoordinir tanggapan ketahanan (yang
bertahan dalam infeksi HIV) sarta penting untuk
menahan bakteri intraseluler. CD8+ (sitotoksik)
dapat membunuh sel yang terinfeksi virus.
o Sel natural killer: Sel pembunuh alami
(natural killer, NK) dapat membunuh sel tubuh
yang tidak menunjukkan sinyal bahwa dia tidak
boleh dibunuh karena telah terinfeksi virus atau
telah menjadi kanker.
Monosit membagi fungsi “pembersih vakum”
(fagositosis) dari neutrofil, tetapi lebih jauh dia hidup
dengan tugas tambahan: memberikan potongan patogen
Monosit 6%
kepada sel T sehingga patogen tersebut dapat dihafal dan
dibunuh, atau dapat membuat tanggapan antibodi untuk
menjaga.
Monosit dikenal juga sebagai makrofag setelah dia
(lihat di
Makrofag meninggalkan aliran darah serta masuk ke dalam
atas)
jaringan.
3. Trombosit
sebanyak 200.000-400.000/mm kubik yg berfungsi untuk mengumpalkan darah
II.3. Fungsi Darah
a. Eritrosit
Produk utama: hemoglobin
Fungsi nya : transport CO2 dan O2
b. Neutrofil
Produk utama : granula spesifik dan lisosom yang sudah di modifikasi
Fungsi nya : fagositosis bakteri
c. Eosinofil
Produk utama : granula spesifik dan zat yang aktif secara farmakologis
Fungsi nya : pertahanan terhadap parasit cacing
Modulasi proses peradangan
d. Basofil
Produk utama : granula spesifik mengandung histamine dan heparin
Fungsi nya : pelepasan histamin dan mediator inflamasi yang lain
e. Monosit
Produk utama nya: granula dengan enzim lisosomal
Fungsi nya : pembentukan sel fagosis
Mononuclear di dalam jaringan
Fagositosis dan pencernaan intraseral
f. Limfosit B
Produk utama : immunoglobin
Fungsi nya : pembentukan sel sel terminal pembentuk anti bodi
g. Limfosit T
Produk utama : senyawa yang membunuh sel
Senyawa yang mengatur aktifitas
Aktifitas dari leukosit la
Fungsi nya : membunuh sel yang trinfeksi firus
h. Sel T sitotoksik
Produk utama : senyawa yang menghasilkan perfosi di dalam membrane sel target
Fungsi nya : membunuh beberapa sel tumor dan sel yang terinfeksi virus
i.Trombosit
Produk utama : factor pembekuan darah
Fungsi nya : pembekuan darah
Fungsi lain darah:
1. respirasi
- pengangkutan O2 dari paru-paru ke jaringan
- pengangkutan CO2 dari jaringan ke paru-paru
2. nutrisi
-pengangkutan bahan makanan
3. eksresi
-pengangkutan sampah metabolic ke paru-paru, kulit, ginjal, dan usus
4. mempertahankan keseimbangan asam basa
5. keseimbangan air
6. pengaturan suhu tubuh
7. pertahanan
-melalui sel darah putih dan antibodi
8. pengangkut hormone
9. koagulasi
II.4. Tempat Pembentukan Sel Darah
1. Tempat pembentukan eritrosit
Dalam minggu-minggu pertama kehidupan embrio, sel-sel darah merah primitif
yang berinti diproduksi di yolk sac (kantung kuning telur). Dalam pertengahan
trimester masa gestasi, sel darah diproduksi di hati, namun terdapat juga sel-sel
darah merah yang di produksi di limpa dan kelenjar limfe. Lalu kira-kira selama
bulan terakhir kehamilan dan sesudah lahir, sel-sel darah merah hanya di produksi
di sumsum tulang.
Sumsum tulang dari semua tulang memproduksi sel-sel darah merah sampai
seseorang berusia 5 tahun; tapi tulang panjang, kecuali bagian proksimal humerus
dan tibia, menjadi sangat berlemak dan tidak memproduksi sel-sel darah merah
etalah berusia kurang lebih 20 tahun. Setelah usia ini, kebanyakan sel darah merah
diproduksi dalam sumsum tulang membranosa, seperti vertebra, sternum, rusuk,
dan ilium.
2. Tempat pembentukan leukosit
Leukosit sebagian di bentuk disumsum tulang (granulosit dan monosit serta
sedikit limposit) dan sebagian lagi di jaringan limfe (limposit dan sel-sel plasma).
II.5. Hematopoetik dan Pengontrolannya
Hematopoiesis merupakan proses pembentukan komponen sel darah, dimana
terjadi proliferasi, maturasi dan diferensiasi sel yang terjadi secara serentak.
Proliferasi sel menyebabkan peningkatan atau pelipatgandaan jumlah sel, dari satu
sel hematopoietik pluripotent menghasilkan sejumlah sel darah. Maturasi
merupakan proses pematangan sel darah, sedangkan diferensiasi menyebabkan
beberapa sel darah yang terbentuk memiliki sifat khusus yang berbeda-beda.
Hematopoiesis pada manusia terdiri atas beberapa periode :
1. Mesoblastik
Dari embrio umur 2 – 10 minggu. Terjadi di dalam yolk sac. Yang dihasilkan
adalah HbG1, HbG2, dan Hb Portland.
2. Hepatik
Dimulai sejak embrio umur 6 minggu terjadi di hati Sedangkan pada limpa terjadi
pada umur 12 minggu dengan produksi yang lebih sedikit dari hati. Disini
menghasilkan Hb.
3. Mieloid
Dimulai pada usia kehamilan 20 minggu terjadi di dalam sumsum tulang, kelenjar
limfonodi, dan timus. Di sumsum tulang, hematopoiesis berlangsung seumur
hidup terutama menghasilkan HbA, granulosit, dan trombosit. Pada kelenjar
limfonodi terutama sel-sel limfosit, sedangkan pada timus yaitu limfosit, terutama
limfosit T.
Beberapa faktor yang mempengaruhi proses pembentukan sel darah di antaranya
adalah asam amino, vitamin, mineral, hormone, ketersediaan oksigen, transfusi
darah, dan faktor- faktor perangsang hematopoietik.
Hematopeiseis adalah proses pembentukan sel-sel darah. Dimana sel darah
tersebut awalnya berasal dari sel indul pluripoten yang selanjutnya akan
berkembang menjadi:
a. Sel myeloid yang selanjutnya akan berkembang menjadi:
- Eritrosis
- Granulosit
- Monosit
- Trombosit
b. Sel limfoid yang selanjutnya akan berkembang menjadi limfosit
ERITROPOEISIS
Merupakan proses pembentukan eritrosit yang terjadi melalui beberapa fase:
1. Rubiblast / Proetitroblast
Inti bulat, kromatin halus, sitoplasma berwarna kebiruan.
2. Prorubisit / Eritroblast basofilik
Kromatin mulai tampak kasar adan anakn inti menghilang. Sitoplasma sudah
mulai mengandung hemoglobin sehingga berwarna kemerahan. Ukuran sel lebih
kecil daripada rubiblast.
3. Rubrisit / Eritroblast polil romatik
Mengandung kromatin yang kasar. Inti sel lebih kecil daripada prorubrisit.
Sitoplasma lebih banyak. Mengandung warna biru karena mengandung RNA dan
merah karena mengandung hemoglobin. Namun warna merah biasanya lebih
dominan.
4. Metarubrisit / Eritroblast Ortokromatik
Inti sel padat dengan strukrur kromatin lebih menggumpal. Sitoplasma telah
mengandung lebih banyak hemoglobin sehingga warnanya merah walaupun
masih ada sisa-sisa warna biru dari RNA.
5. Retikulosit
Pada proses maturasi, setelah pembentukan hb dan penglepasan inti sel, masih
diperlukan beberapa hari lagi untuk melepaskan sisa-sisa RNA. Sebagian proses
ini berlangsung di sumsum tulang dan sebagian lagi dalam darah tepi. Pada proses
maturasi akhir, eritrosit juga mengandung berbagai fragmen mitokondria dan
organel lain. Pada stadium ini disebut dengan retikulosit. Retikulosit ini akan
beredar selama 1-2 hari
6. Eritrosit
Sel berbentuk cakram bikonkaf dengan baian tengah lebih tipis dari bagian tepi.
Mengandung hemoglobin, berumur kira-kira 120 hari.
GRANULOPOESIS
Merupakan proses pembentukan leukosit granular yaitu barofil, netrofil, dan
eusinofil.
1. Mieloblast
Sel termuda dengan inti bulat yang berwarna biru kemerahan. Memiliki satu atau
lebih anak inti. Kromatin halus. Sitoplasma berwarna biru.
2. Promielosit / Proagranulosit
Sitoplasma telah memperlihatkan granula berwarna biru tua. Berbentuk bulat
tidak teratur. Granula tampak menutupi inti. Inti bulat besar. Kromatin kasar.
Anak inti masih ada tapi tidak jelas.
3. Mielosit
Pada fase ini, granula sudah mengalami diferensiasi menjadi basofil, netrofil, atau
eusinofil. Inti sel bulat atau lonjong pada satu sisi. Anak inti tak tampak lagi.
Kromatin menebal. Sitoplasma sel lebih banyak
4. Metamielosit
Proses pematangan. Inti sel membentuk lekukansehingga berbentuk seperti
kacang merah. Kromatin menggumpal. Sitoplasma mengandung granula kecil
kemerahan.
Jika lekukan melebihi setengah ukuran inti, akan terbentuk netrofil batang. Lalu
akan berubah menjadi netrofil segmen
5. Granulosit
PEMBENTUKAN MONOSIT
1. Monoblast
2. Promonosit
Inti lonjong atau berlekuk dengan pola kromatin. Memiliki 2 atau lebih anak inti.
3. Monosit
Anak inti tidak jelas. Sitoplasma banyak mengandung granula azofil halus.
Selanjutnya monosit akan pindah ke jaringan dan membentuk makrofag.
TROMBOSIPOESIS
Merupakan proses pembentukan trombosit
1. Megakarioblast
Sel dengan inti besar dan kromatin halus. Memiliki satu atau dua anak inti.
Sitoplasma biru tidak bergranula.
2. Promegakariosit
Mengandung inti yang terbagi menjadi dua atau empat lobus. Dalam
sitoplasmanya biasanya sudah terdapat granula biru kemerahan.
3. Megakariosit
Berinti dan bersitoplasma banyak. Lalu membentuk tonjolan sel yang kemudian
akan dilepaskan sebagai trombosit. Setelah pelepasan terjadi, megakariosit akan
mengkerut dan inti akan hancur.
LIMFOPOEISIS
Merupakan proses pembentukan limfosit
1. Limfoblast
Memiliki inti bulat berukuran besar dengan satu atau beberapa anak inti.
Kromatin inti tipis rata dan tidak menggumpal. Sitoplasma sedikit dan berwarna
biru.
2. Prolimfosit
Kromatin lebih kasar tetapi belum menggumpal.
3. Limfosit
Pengontrolan Produksi Eritrosit
Dilakukan oleh eritropoeitin. Merupakan suatu hormone yang secara langsung
mempengaruhiaktivitas sumsum tulang. Sangat peka terhadap perubahan kadar
oksigen dalam jaringan.
Jika kadar oksigenasi di jaringan menurun, ginjal akan mensekresi suatu enzim
yaitu eritrogenin yamg merupakan factor eritropoetik. Eritrogenin akan bereaksi
dengan protein dalam sirkulasi yang disebut eritropoetinogen membentuk
eritropoetin yang aktif. Eritropoetin akan mempercepat pembentukan eritrosit
pada semua stadia. Ini akan meningkatkan jumlah eritrosit muda yang masuk
dalam sirkulasi. Jika oksigenasi jaringan sudah kembali normal, maka produksi
eritropoetin akan ditekan kembali.
Pengontrolan Produksi Leukosit
Produksi limfosit bergantung pada jumlah pathogen yang masuk ke dalam tubuh.
Semakin banyak pathogen yang masuk, maka makin banyak pula leukosit yang
diproduksi dan sebaliknya.
II.6. Korelasi Klinis Hematopoeisis
Anemia dapat disebabkan oleh penurunan kecepatan eritopoiesis, kehilangan
eritrosit berlebihan, atau defisiensi kandungan hemoglobin dalam eritrosit.
Berbagai penyakit anemia dapat dikelompokkan ke dalam enam kategori:
1. Anemia gizi (nutritional anemia) disebabkan oleh defisiensi dalam diet suatu
faktor yang diperlukan untuk eritopoiesis. Sebagai contoh, anemia defisiensi besi
terjadi jika besi yang tersedia tidak mencukupi untuk sintesis hemoglobin karena
defisiensi besi dalam makanan atau gangguan penyerapan besi dari saluran
pencernaan.
2. Anemia pernisiosa disebabkan oleh ketidakmampuan saluran pencernaan
menyerap vitamin B12 dalam jumlah adekuat. Seperti asam folat, vitamin B12
penting untuk pembentukan DNA serta peran terkaitnya dalam proliferasi dan
pematangan enzim.
3. Anemia aplastik disebabkan oleh kegagalan sumsum tulang untuk
menghasilkan sel darah merah dalam jumlah adekuat, walaupun semua bahan
yang digunakan untuk eritropoiesis tersedia yang disebabkan oleh destruksi
sumsum tulang merah oleh zat kimia toksik (misalnya benzen, arsen, dan obat
tertentu, terutama kloromfenikol), radiasi yang berlebihan, atau invasi sumsum
tulang merah oleh sel – sel kanker.
4. Anemia ginjal disebabkan oleh penyakit ginjal. Karena eritropoietin dari ginjal
adalah stimulus utama untuk mendorong eritropoiesis, sekresi eritropoietin yang
tidak adekuat akibat penyakit ginjal menyebabkan gangguan produksi sel darah
merah dan anemia.
5. Anemia hemoragik disebabkan oleh hilangnya darah dalam juml ah besar.
Kehilangan darah ini dapat bersifat akut, misalnya akibat perdarahan luka atau
kronik, seperti yang dijumpai pada wanita dengan riwayat haid berlebihan. Dapat
diganti oleh tranfusi darah atau peningkatan eritropoiesis.
6. Anemia hemolitik disebabkan oleh pecahnya eritrosit yang bersirkulasi dalam
jumlah besar. Hemolisis atau pecahnya sel darah merah, karena sel bersifat
defektif, seperti anemia sel sabit.
Ada dua jenis penggolongan darah yang paling penting, yaitu penggolongan OAB dan
Rhesus (faktor Rh). Selain sistem OAB dan Rh, masih ada lagi macam penggolongan
darah lain yang ditentukan berdasarkan antigen yang terkandung dalam sel darah merah.
Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen OAB dan Rh,
hanya saja lebih jarang dijumpai.
Manfaat Golongan Darah :
1. Genetik / Herediter
2. Forensik
3. Transplantasi
Sistem OAB
Karl Landsteiner, seorang ilmuwan asal Austria yang menemukan 3 dari 4 golongan
darah dalam sistem OAB pada tahun 1900 dengan cara memeriksa golongan darah
beberapa teman sekerjanya. Percobaan sederhana ini pun dilakukan dengan mereaksikan
sel darah merah dengan serum dari para donor.
Hasilnya adalah dua macam reaksi (menjadi dasar antigen tipe A dan B, dikenal dengan
golongan darah A dan B) dan satu macam tanpa reaksi (tidak memiliki antigen, dikenal
dengan golonga darah O). Kesimpulannya ada dua macam antigen A dan B di sel darah
merah yang disebut golongan A dan B, atau sama sekali tidak ada reaksi yang disebut
golongan O.
Kemudian Alfred Von Decastello dan Adriano Sturli yang masih kolega dari Landsteiner
menemukan golongan darah AB pada tahun 1901. Pada golongan darah AB, kedua
antigen A dan B ditemukan secara bersamaan pada sel darah merah sedangkan pada
serum tidak ditemukan antibodi.
Dalam sistem OAB, golongan darah dibagi menjadi 4 golongan:
Golongan Darah Antigen/Aglutinogen Antibodi/Aglutinin
A A Anti B
B B Anti A
AB A dan B -
O - Anti A dan B
Bila seseorang tidak mempunyai aglutinogen tipe A didalam darahnya, maka dalam
plasmanya akan terbentuk antibodi yang dikenal sebagai aglutinin anti-A.
Pada bayi yang baru lahir, tidak ada aglutinin pada plasma. Setelah dua sampai delapan
bulan baru terbentuk aglutinin di plasma. Aglutinin merupakan gama globulin dan
dihasilkan oleh sel-sel yang sama di sumsum tulang dan kelenjae limfe yang
menghasilkan antibodi terhadap antigen yang lain.
Proses Aglutinasi.
Bila darah yang tidak cocok dicampur sehingga plasma anti-A atau anti-B dicampur
dengan sel darah merah yang mengandung aglutinogen A atau B, maka sel darah merah
akan mengalami aglutinasi karena aglutinin merekatkan diri pada sel darah merah.
Karena aglutinin mempunyai dua tempat pengikatan (tipe IgG) atau 10 tempat pengikatan
(tipe IgM), maka satu aglutinin dapat melekat pada dua atau lebih sel darah merah pada
waktu yang sama, dengan demikian menyebabkan sel tersebut melekat bersamaan dengan
aglutinin. Keadaan ini menyebabkan sel-sel menggumpal, yang merupakan proses
”aglutinasi”. Gumpalan ini akan menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah kecil
di seluruh sistem sirkulasi. Sel darah putih fagositik akan menghancurkan sel-sel yang
teraglutinasi, yang akan melepaskan hemoglobin ke dalam plasma, yaitu suatu keadaan
yang disebut ”hemolisis” sel darah merah.
Sistem Rhesus (Rh)
Rh atau Rhesus (juga biasa disebut Rhesus Faktor) pertama sekali ditemukan pada tahun
1940 oleh Landsteiner dan Weiner. Dinamakan rhesus karena dalam riset digunakan
darah kera rhesus (Macaca mulatta), salah satu spesies kera yang paling banyak dijumpai
di India dan Cina.
Perbedaan sistem OAB dengan sistem rhesus yaitu pada sistem OAB aglutinin plasma
bertanggung jawab atas timbulnya reaksi transfusi yang terjadi secara spontan, sedangkan
pada sistem Rh, reaksi aglutinin spontan hampir tidak pernah terjadi.
Pada sistem ABO, yang menentukan golongan darah adalah antigen A dan B, sedangkan
pada Rh faktor, golongan darah ditentukan adalah antigen Rh (dikenal juga sebagai
antigen D). Terdapat enam tipe antigen Rh yang umum, setiap tipe disebut faktor Rh.
Tipe-tipe ini ditandai dengan C, D, E, c, d, dan e. Setiap orang hanya mempunyai satu
dari ketiga pasangan anti gen tersebut.
Jika hasil tes darah di laboratorium seseorang dinyatakan tidak memiliki antigen Rh atau
antigen D, maka ia memiliki darah dengan Rh negatif (Rh-), sebaliknya bila ditemukan
antigen Rh atau antigen D pada pemeriksaan, maka ia memiliki darah dengan Rh positif
(Rh+).
Pada umumnya orang berkulit putih memiliki darah Rh negatif (Rh-), sedangkan pada
orang yang mempunyai kulit hitam pada umumnya memiliki darah Rh positif (Rh+).
Penyakit yang berhubungan dengan sistem rhesus yaitu :
Eritroblastosis Fetalis (Penyakit Hemolitik pada Bayi Baru Lahir)
Eritroblastosis Fetalis adalah penyakit pada janin dan bayi baru lahir yang ditandai oleh
aglutinasi dan fagositosis pada sel darah merah janin. Ibu mempunyai darah Rh negatif
dan ayah darah Rh positif. Bayi mempunyai antigen Rh positif yang diturunkan dari
ayahnya, dan ibu membentuk aglutinin anti-Rh akibat terpajan dengan antigen Rh janin.
Kemudian, aglutinin ibu berdifusi ke dalam tubuh janin melalui plasenta dan
menimbulkan aglutinasi sel darah merah.
Sel darah merah yang teraglutinasi akan mengalami hemolisis sesudahnya, dan
melepaskan hemoglobin dalam darah. Makrofag janin kemudian mengubah hemoglobin
menjadi bilirubin, yang menyebabkan kulit bayi kekuningan (ikterik). Jaringan
hematopoitik bayi mencoba untuk mengganti sel-sel darah merah yang mengalami
hemolisis. Karena cepatnya produksi sel darah merah, banyak bentuk sel darah merah
yang muda, meliputi banyak bentuk blastik yang berinti, dilepas dari sumsum tulang bayi
ke dalam sirkulasi, dan karena adanya sel darah merah dalam bentuk blas berinti ini,
penyakit tersebut dinamakan eritroblastosis fetalis.
Pada kehamilan permata, antirhesus mungkin hanya akan menyebabkan si bayi lahir
kuning (karena proses pemecahan sel darah merah menghasilkan bilirubin yang
menyebabkan warna kuning pada kulit).
Tapi pada kehamilan kedua, problemnya bisa menjadi fatal jika anak kedua juga
memiliki rhesus positif. Saat itu, kadar antirhesus ibu sedemikian tinggi, sehingga daya
rusaknya terhadap sel darah merah bayi juga hebat. Ini bisa menyebabkan janin
mengalami keguguran.
Pengobatan
Pengobatan Eritroblastosis pada bayi yang baru lahir yaitu dengan mengganti darah bayi
yang baru lahir dengan darah Rh negatif dan Rh positif bayi dikeluarkan. Cara ini
diulangi berkali-kali selama minggu-minggu pertama kehidupan supaya kadar bilirubin
tetap rendah dan aglutinin anti-Rh yang berasal dari ibu dihancurkan.
Pencegahan
Pencegahannya yaitu dengan cara memasukkan globin imunoglobin Rh, suatu antibodi
anti D pada ibu hamil dimulai dari usia 28 sampai 30 minggu. Hal ini dapat mengurangi
resiko terbentuknya sejumlah besar antibodi D selama kehamilannya berikutnya.
II.9. Komposisi Cairan Tubuh
Air menyusun 60 % -75 % total berat badan dengan kisaran antara 40%-80%. Air tubuh
terdistribusi diantara dua kompartemen cairan utama.
- Cairan intraseluler (CIS), dalam membran sel. CIS membentuk sekitar 2/3 dari H2O
total tubuh.
Komposisi cairan intrasel:
ü Kation : Na+ = 10,0 mEq/L
K+ = 140,0 mEq/L
Ca2+ = 1,0 mEq/L
Mg2+ = 50,0 mEq/L
ü Anion : Cl- = 4,0 mEq/L
HCO3- = 10,0 mEq/L
HPO4-2 = 75,0 mEq/L
SO4-2 = 20,0 mEq/L
Protein = 50,0 mEq/L
- Cairan ekstraseluler (CES)
CES membentuk 1/3 dari kompartmen cairan ekstra sel, yang termasuk dalm CES adalah
Limfe dan cairan limfe sel. CES dibagi menjadi :
o cairan intravaskuler atau plasma darah, berada dalam pembuluh darah yang meliputi
20% CES atau 15% dari total berat badan.
o Kation : Na+ = 140,0 mEq/L
K+ = 5,0 mEq/L
Ca2+ = 5,0 mEq/L
Mg2+ = 2,0 mEq/L
o Anion : Cl- = 100,0 mEq/L
HCO3- = 28,0 mEq/L
HPO4-2 = 2,0 mEq/L
SO4-2 = 1,0 mEq/L
Protein = 16,0 mEq/L
o cairan interstisial (cairan berada diantara sel) yang mencapai 80% CES atau 5% dari
total berat badan. Selain kedua kompartmen tersebut, ada kompartmen lain yang
ditempati oleh cairan tubuh.
o Kation : Na+ = 145,0 mEq/L
K+ = 5,0 mEq/L
Ca2+ = 3,0 mEq/L
Mg2+ = 2,0 mEq/L
o Anion : Cl- = 114,0 mEq/L
HCO3- = 30,0 mEq/L
HPO4-2 = 2,0 mEq/L
SO4-2 = 1,0 mEq/L
Protein = 1,0 mEq/L
o cairan transel (cairan lintas sel). Namun volumenya diabaikan karena kecil, yaitu cairan
sendi, cairan otak, cairan perikard, liur pencernaan, dll. Ion Na+ dan Cl- terutama terdapat
pada cairan ektrasel, sedangkan ion K+ di cairan intrasel. Anion protein tidak tampak
dalam cairan intersisial karena jumlahnya paling sedikit dibandingkan dengan intrasel
dan plasma