Anda di halaman 1dari 81

TUGAS

MODUL KULIT & JARINGAN

Dosen Pembimbing :
dr. Dewi Klarita Furtuna, M. Ked. Klin,Sp

Disusun oleh :
Andreany Uria Utama Ludjen
( FAA 114 028 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2017
Pertanyaan : Perbedaan Bakteri Aerob dan Anaerob
1) Bakteri aerob
Organisme aerobik atau aerob adalah organisme yang melakukan
metabolisme dengan bantuan oksigen. Aerob, dalam proses dikenal sebagai
respirasi sel, menggunakan oksigen untuk mengoksidasi substrat (sebagai
contoh gula dan lemak) untuk memperoleh energi. Misal: Nitrosococcus,
Nitrosomonas dan Nitrobacter
Aerob obligat membutuhkan oksigen untuk melakukan respirasi sel
aerobik.
Aerob fakultatif dapat menggunakan oksigen tetapi dapat juga
menghasilkan energi secara anaerobik.
Mikroaerofil adalah organisme yang bisa menggunakan oksigen tetapi
dalam konsentrasi yang sangat kecil (mikromolar).
Organisme aerotoleran dapat hidup walaupun terdapat oksigen di
sekitarnya, tetapi mereka tetap anaerobik karena mereka tidak menggunakan
oksigen sebagai terminal electron acceptor (akseptor elektron terminal).
Contoh yang dapat diberikan adalah oksidasi glukosa (monosakarida) dalam
respirasi aerobik.
C6H12O6 + 6 O2 + 38 ADP + 38 fosfat 6 CO2 + 6 H2O + 38 ATP

Energi yang dilepaskan pada reaksi ini sebesar 2880 kJ per mol, yang
disimpan dalam regenerasi 38 ATP dari 38 ADP per glukosa. Angka ini 19
kali lebih besar daripada yang dihasilkan reaksi anaerobik. Organisme
eukariotik (semua kecuali bakteri) hanya memperoleh 36 ATP yang
diregenerasi dari ADP dalam proses ini. Hal ini disebabkan terdapat membran
yang harus dilewati oleh transport aktif.

2) Bakteri anaerob
Anaerob artinya hidup tanpa udara. Perkembangan bakteri anaerob ini
terjadi pada tempat-tempat yang sedikit atau sama sekali tidak mengandung
oksigen. Kuman-kuman ini normalnya ditemukan di mulut, saluran
pencernaan dan vagina serta pada kulit. Umumnya penyakit-penyakit yang
disebabkan oleh bakteri anaerob adalah gas gangren, tetanus dan botulisme.
Bakteri anaerob dapat menyebabkan infeksi jika barier (sawar) normal (seperti
kulit, gusi dan dinding usus) mengalami kerusakkan akibat pembedahan, jejas
atau penyakit. Biasanya sistem kekebalan tubuh akan membunuh bakteri yang
masuk ke dalam tubuh, tetapi kadang-kadang bakteri tersebut mampu
berkembang dan menyebabkan infeksi. Bagian tubuh yang mengalami
kerusakkan jaringan (nekrosis) atau suplai aliran darahnya sedikit merupakan
tempat-tempat yang disenangi oleh bakteri anaerob untuk tumbuh dan
berkembang karena miskin akan oksigen. Keadaan yang kurang mengandung
oksigen dapat disebabkan karena penyakit pembuluh darah, keadaan syok,
trauma/cedera dan tindakkan pembedahan.
Bakteri anaerob dapat menyebabkan infeksi di seluruh bagian tubuh.
Misalnya:
Mulut, kepala dan leher. Infeksi dapat terjadi pada saluran akar gigi, gusi,
rahang, tonsil, tenggorok, sinus-sinus dan telinga.
1. Paru : bakteri anaerob menyebabkan pneumonia, abses paru, infeksi pada
salaput pembungkus paru (empiema) dan pelebaran bronkhus pada paru
(bronkiektasis).
2. Rongga perut, infeksi bakteri anaerob didalam perut membentuk abses,
radang selaput rongga perut (peritonitis) dan radang usus buntu
(apendisitis).
3. Saluran kelamin wanita : bakteri anaerob menyebabkan abses panggul,
penyakit radang panggul, peradangan dinding rahim (endometritis) serta
infeksi panggul yang diikuti keguguran atau persalinan prematur.
4. Kulit dan jaringan lunak : bakteri anaerob sering menyebabkan ulkus pada
penderita diabetes, gangren, infeksi yang merusak lapisan kulit sebelah
dalam dan jaringan serta luka infeksi akibat gigitan.
5. Susunan saraf pusat : Bakteri anaerob menyebabkan pembentukkan abses
pada otak dan susunan saraf pada tulang belakang.
6. Aliran darah : Bakteri anaerob dapat ditemukan di dalam aliran darah
penderita yang sakit (keadaan ini disebut bakteremia).
Pertanyaan : Perbedaan eukariotik & prokariotik

Setiap organisme tersusun dari salah satu diantara dua jenis sel yang secara
struktural berbeda, sel prokariotik dan sel eukariotik. Hanya bakteri dan arkhea;
alga hijau biru yang memiliki sel prokariotik. Sedangkan protista, tumbuhan,
jamur dan hewan semuanya mempunyai sel eukariotik.
Sel Prokariotik. Kata prokariota (prokaryote) berasal dari bahasa Yunani,
pro yang berarti sebelum dan karyon yang artinya kernel atau juga disebut
nukleus. Sel prokariotik tidak memiliki nukleus. Materi genetiknya (DNA)
terkonsentrasi pada suatu daerah yang disebut nukleoid, tetapi tidak ada membran
yang memisahkan daerah nukleoid ini dengan bagian sel lainnya.
Sedangkan sel eukariotik, eu berarti sebenarnya dan karyon berarti
nukleus. Eukariotik mengandung pengertian memiliki nukleus sesungguhnya yang
dibungkus oleh selubung nukleus.

Gambar. Penampang Sel Eukariotik


Gambar. Penampang Sel Prokariotik

Perbedaan antara sel perokariotik dan eukariotik, pada tabel berikut:


Struktur Prokariotik Eukariotik
Membran nukleus - +
Membran plastida - +
Nukleus - +
Nukleolus - +
Plastida - +/-
Mitokondria - +
Badan golgi - +
Kromosom + (tunggal) + (ganda)
DNA + (telanjang) + (dengan protein)
RNA + +
Histon - +
Pigmen + +
Pembelahan Amitosis Mitosis/meiosis

ANATOMI DAN FISIOLOGI SEL


Secara anatomis sel dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Selaput Plasma (Membran Plasma atau Plasmalemma).
2. Sitoplasma dan Organel Sel.
3. Inti Sel (Nukleus).

1. Selaput Plasma (Plasmalemma), Yaitu selaput atau membran sel yang


terletak paling luar yang tersusun dari senyawa kimia Lipoprotein (gabungan
dari senyawa lemak atau Lipid dan senyawa Protein). Lipoprotein ini tersusun
atas 3 lapisan yang jika ditinjau dari luar ke dalam urutannya adalah: Protein -
Lipid - Protein Trilaminer Layer.Lemak bersifat Hidrofobik (tidak larut dalam
air) sedangkan protein bersifat Hidrofilik (larut dal am air); oleh karena itu
selaput plasma bersifat Selektif Permeabel atau Semi Permeabel (teori dari
Overton). Selektif permeabel berarti hanya dapat memasukkan /di lewati
molekul tertentu saja. Fungsi dari selaput plasma ini adalah menyelenggarakan
Transportasi zat dari sel yang satu ke sel yang lain. Khusus pada sel
tumbahan, selain mempunyai selaput plasma masih ada satu struktur lagi yang
letaknya di luar selaput plasma yang disebut Dinding Sel (Cell Wall).
Dinding sel tersusun dari dua lapis senyawa Selulosa, di antara kedua lapisan
selulosa tadi terdapat rongga yang dinamakan Lamel Tengah (Middle Lamel)
yang dapat terisi oleh zat-zat penguat seperti Lignin, Chitine, Pektin,
Suberine dan lain-lain. Selain itu pada dinding sel tumbuhan kadang-kadang
terdapat celah yang disebut Noktah. Pada Noktah/Pit sering terdapat
penjuluran Sitoplasma yang disebut Plasmodesma yang fungsinya hampir
sama dengan fungsi saraf pada hewan.
2. Sitoplasma dan Organel Sel, Bagian yang cair dalam sel dinamakan
Sitoplasma khusus untuk cairan yang berada dalam inti sel dinamakan
Nukleoplasma), sedang bagian yang padat dan memiliki fungsi tertentu
digunakan Organel Sel. Penyusun utama dari sitoplasma adalah air (90%),
berfungsi sebagai pelarut zat-zat kimia serta sebagai media terjadinya reaksi
kirnia sel. Organel sel adalah benda-benda solid yang terdapat di dalam
sitoplasma dan bersifat hidup (menjalankan fungsi-fungsi kehidupan).

Gambar. a. Ultrastruktur Sel Hewan, b. Ultrastruktur Sel Tumbuhan


3. Perbedaan Struktur Sel Prokariotik dan Sel Eukariotik
Organel Sel tersebut antara lain :
a. Retikulum Endoplasma (RE.), Yaitu struktur berbentuk benang-
benang yang bermuara di inti sel. Dikenal dua jenis RE yaitu :
RE. Granuler (Rough E.R)
RE. Agranuler (Smooth E.R)
Fungsi R.E. adalah : sebagai alat transportasi zat-zat di dalam sel itu
sendiri. Struktur R.E. hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron.
b. Ribosom (Ergastoplasma), Struktur ini berbentuk bulat terdiri dari dua
partikel besar dan kecil, ada yang melekat sepanjang R.E. dan ada pula
yang soliter. Ribosom merupakan organel sel terkecil yang tersuspensi
di dalam sel. Fungsi dari ribosom adalah : tempat sintesis protein.
Struktur ini hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron.
c. Miitokondria (The Power House), Struktur berbentuk seperti cerutu
ini mempunyai dua lapis membran. Lapisan dalamnya berlekuk-lekuk
dan dinamakan Krista. Fungsi mitokondria adalah sebagai pusat
respirasi seluler yang menghasilkan banyak ATP (energi) ; karena itu
mitokondria diberi julukan "The Power House".
d. Lisosom, Fungsi dari organel ini adalah sebagai penghasil dan
penyimpan enzim pencernaan seluler. Salah satu enzimnya itu
bernama Lisozym.
e. Badan Golgi (Apparatus Golgi = Diktiosom), Organel ini
dihubungkan dengan fungsi ekskresi sel, dan struktur ini dapat dilihat
dengan menggunakan mikroskop cahaya biasa.
Organel ini banyak dijumpai pada organ tubuh yang melaksanakan
fungsi ekskresi, misalnya ginjal.
f. Sentrosom (Sentriol), Struktur berbentuk bintang yang berfungsi
dalam pembelahan sel (Mitosis maupun Meiosis). Sentrosom bertindak
sebagai benda kutub dalam mitosis dan meiosis. Struktur ini hanya
dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron.
g. Plastida
Dapat dilihat dengan mikroskop cahaya biasa. Dikenal tiga jenis
plastida yaitu :
1. Lekoplas
(plastida berwarna putih berfungsi sebagai penyimpan makanan),
terdiri dari:
Amiloplas (untak menyimpan amilum) dan,
Elaioplas (Lipidoplas) (untukmenyimpan lemak/minyak).
Proteoplas (untuk menyimpan protein).
2. Kloroplas
yaitu plastida berwarna hijau. Plastida ini berfungsi menghasilkan
klorofil dan sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis.
3. Kromoplas
Yaitu plastida yang mengandung pigmen, misalnya :
Karotin (kuning)
Fikodanin (biru)
Fikosantin (kuning)
Fikoeritrin (merah)
h. Vakuola (RonggaSel), Beberapa ahli tidak mesmasukkan vakuola
sebagai organel sel. Benda ini dapat dilihat dengan mikroskop cahaya
biasa. Selaput pembatas antara vakuola dengan sitoplasma disebut
Tonoplas.
Vakuola berisi :
garam-garam organic
glikosida
tanin (zat penyamak)
minyak eteris (misalnya Jasmine pada melati, Roseine pada mawar
Zingiberine pada jahe)
alkaloid (misalnya Kafein, Kinin, Nikotin, Likopersin dan lain-lain)
enzim
butir-butir pati
Pada beberapa spesies dikenal adanya vakuola kontraktil dan vaknola non
kontraktil.
i. Mikrotubulus, Berbentuk benang silindris, kaku, berfungsi untuk
mempertahankan bentuk sel dan sebagai "rangka sel". Contoh organel
ini antara lain benang-benang gelembung pembelahan Selain itu
mikrotubulus berguna dalam pembentakan Sentriol, Flagela dan Silia.
j. Mikrofilamen, Seperti Mikrotubulus, tetapi lebih lembut. Terbentuk
dari komponen utamanya yaitu protein aktin dan miosin (seperti pada
otot). Mikrofilamen berperan dalam pergerakan sel.
k. Peroksisom (Badan Mikro, Ukurannya sama seperti Lisosom. Organel
ini senantiasa berasosiasi dengan organel lain, dan banyak
mengandung enzim oksidase dan katalase (banyak disimpan dalam sel-
sel hati).
4. Inti Sel (Nukleus)
Inti sel terdiri dari bagian-bagian yaitu :
Selapue Inti (Karioteka)
Nukleoplasma (Kariolimfa)
Kromatin / Kromosom
Nukleolus(anak inti).
Berdasarkan ada tidaknya selaput inti kita mengenal 2 penggolongan sel yaitu
:
Sel Prokariotik (sel yang tidak memiliki selaput inti), misalnya dijumpai
pada bakteri, ganggang biru.
Sel Eukariotik (sel yang memiliki selaput inti).
Fungsi dari inti sel adalah : mengatur semua aktivitas (kegiatan) sel, karena di
dalam inti sel terdapat kromosom yang berisi ADN yang mengatur sintesis
protein.

Struktur Sel Prokariotik dan Eukariotik


Sejak ditemukannya mikroskop elektron para ahli biologi mulai berhasil
mengidentifikasi struktur internal dari berbagai macam sel. Berdasarkan hasil
pengamatannya, para ahli menggolongkan sel menjadi dua kelompok, yaitu sel
prokariotik dan sel eukariotik. Penggolongan ini didasarkan atas ukuran dan
struktur intemal atau kandungan organel selnya. Sel prokariotik memiliki struktur
yang sederhana,. misalnya bakteri, ganggang hijau-biru, dan mikoplasma.
Sedangkan, sel eukariotik memiliki struktur yang lebih kompleks, misalnya
protista, fungi, tumbuhan, dan hewan.
1. Struktur Sel Prokariotik
Prokariotik meliputi archaebakteria (bakteri purba) dan eubakteria
(bakteri modern/ bakteri sejati) yang beranggotakan bakteri, mikoplasma dan
alga hijau-biru. Ukuran sel prokariotik berkisar antara 0,5-3 mm. Struktur
umum sel prokariotik yang diwakili oleh bakteri berturut-turut mulai dari luar
ke dalam adalah dinding sel, membran sel, mesosom, sitoplasma, ribosom dan
materi inti (DNA dan RNA). Dinding sel bakteri berfungsi untuk menahan
tekanan osmotic sitoplasma, sehingga sel tidak mudah pecah akibat masuknya
air kedalam sel, dinding sel bakteri tersusun atas peptidoglikan atau
mukopepetida yang dapat dipergunakan sebagai dasar penggolongan bakteri
menjadi dua golongan , yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negative.
Pada bajteri gram positif, hamper 90% komponen dinding selnya tersusun atas
peptidoglikan, sedangkan pada bakteri gram negative berkisar antara 5 20%.

Selaput sitoplasma atau membran sel bakteri berfungsi dalam seleksi dan
pengangkutan larutan ke dalam sel; berperan dalam transfer elektron dan
fosforilasi oksidatil; pada bakteri aerob berperan dalam pengeluaran enzim
hidrolitik; sebagai tempat enzim dan molekul pembawa yang berfungsi dalam
biosintesis DNA, polimer dinding sel dan lipid selaput.
Komponen utama membran sel tersusun atas lipid dan protein atau lipoprotein.
Membran sel bakteri dan sianobakteri membentuk lipatan ke dalam yang
dinamakan mesosom. Pada beberapa bakteri, mesosom berperan dalam
pembelahan sel. Sedangkan pada sianobakteri, mesosom berfungsi sebagai
kompleks fotosintetik yang mengadung pigmen fotosintesis.
Di dalam sitoplasma terdapat kurang lebih 20.000 - 30.000 ribosom yang
tersusun atas RNA dan protein. Ribosom merupakan tempat sintesis protein.
Ribosom prokariotik tersusun atas sub unit kecil dan sub unit besar yang
berukuran 30 S dan 50 S (Svedberg). Pada saat proses transaksi, kedua sub unit ini
bersatu untuk menjalankan fungsinya. Di dalam sitoplasma juga terdapat molekul
protein dan enzim yang digunakan dalam setiap reaksi kimia di dalam sitoplasma.
Bakteri juga menyimpan cadangan makanan di sitoplasma dalam bentuk granula-
granula tidak larut air. Materi genetik sel prokariotik membentuk suatu struktur
yang dinamakan nukleoid, merupakan kromosom tunggal. Antara materi inti
dengan sitoplasma tidak terdapat pembatas atau tidak memiliki membrane inti. Sel
prokariotik mengandung sejumlah kecil DNA dengan total panjang antara 0,25
mm sampai 3 mm yang mampu mengkode 2000 3000 protein.
2. Struktur Sel Eukariotik

Sel eukariotik biasanya merupakan penyusun struktur makhluk hidup multi


seluler. Sel eukariotik tersusun atas membrane sel, sitoplasma, nukleus, sentriol,
retikulum endoplasma, ribosom, komplek golgi, lisosom, badan mikro,
mitrokondria, mikrotubulus dan mikro filamen. Organelorganel di dalam sel
memiliki peran yang sangat penting bagi kelangsungan hidup sel tersebut. Setiap
organel di dalam sel memiliki fungsi yang berbeda - beda.
Berikut ini akan diuraikan tentang struktur dan fungsi :
a. Membran Sel
Sel memiliki struktur khusus yang berfungsi untuk memisahkan isi sel
dengan lingkungan luarnya, struktur ini dinamakan membrane plasma atau
membran sel. Membran plasma ini memiliki ketebalan antara 5 sampai 10 nm
(nanometer), oleh karena itu hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron.
Membran sel memiliki beberapa fungsi, antara lain yaitu:
1) Sebagai pembungkus isi sel dan membentuk sistem endomembran di
dalam sel, misalnya retikulum endoplasma, aparatus Golgi, dan lisosom.
2) Menyediakan selaput atau penghalang yang bersifat selektif permeabel.
Membran sel berfungsi untuk menyaring masuknya zat-zat ke dalam sel
sehingga tidak semua zat dapat menembus membran sel.
3) Sebagai sarana transpor larutan dari dan ke dalam sel. Membran sel
berfungsi dalam membantu memasukkan dan mengeluarkan senyawa
senyawa tertentu dari dan ke dalam sel.
4) Merespons terhadap sinyal dari luar. Pada membran sel terdapat protein
integral yang berfungsi sebagai reseptor untuk menerima sinyal dari
lingkungan sel.
5) Untuk interaksi interseluler. Protein - protein membran sel dan
glikoprotein sebagai perantara sel untuk berinteraksi dengan sel lain atau
dengan lingkungan luarnya.
6) Tempat aktivitas biokimiawi. Beberapa reaksi kimia dikatalisis oleh
protein integral membran yang berfungsi sebagai katalisator.
7) Untuk transduksi energi. Membran dalam (inner membrane) kloroplas
berfungsi untuk mengubah energi cahaya menjadi energi kimia dalam
proses fotosintesis.
Semua membran sel terdiri atas dua komponen utama, yaitu lemak (lipid)
dan protein yang terikat secara non kovalen dan tersusun dalam suatu struktur
yang menyerupai lembaran. Lembaran tersebut tersusun atas dua lapisan lemak
yang dinamakan lipid bilayer. sedangkan protein terletak di antara lemak atau di
permukaan lapisan lipid bilayer. Perbandingan jumlah, antara lemak dan protein
bervariasi, tergantung dari jenis membran sel, misalnya membran retikulum
endoplasma berbeda dengan membran Golgi, jenis organisme, misalnya membran
sel tumbuhan berbeda dengan membran sel hewan dan jenis sel, misalnya
membran sel tulang berbeda dengan sel hati. Karbohidrat terikat secara kovalen,
baik dengan lemak maupun protein.
Karbohidrat yang terikat dengan lemak dinamakan glikolipid, sedangkan
yang terikat dengan protein dinamakan glikoprotein. Baik glikolipid maupun
glikoprotein berfungsi sebagai media interaksi dengan sel lainnya. sekitar 2-10
ppersen glikolrotein membangun membran plasma, tergantung dari tipe sel dun
spesies. Fungsi glikolipid masih belum banyak diketahui, tetapi diduga
berhubungan dengan tempat melekatnya beberapa mikroorganisme infektif.
Kolesterol pada membran plasma hanya dijumpai pada sel hewan dan sekitar 50%
dari lemak membran terdiri atas kolesterol. Fungsi kolesterol pada membrane
berhubungan dengan rigiditas atau kekakuan membran. Protein yang menyusun
membran plasma tersusun atas lebih dari 50 jenis protein yang berbeda. Jenis-
jenis tersebut terletak dengan orientasi tertentu pada lipid bilayer. Protein
membran dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu:
1) Protein integral, Protein ini menembus lipid bilayer sehingga memiliki dua
permukaan, yaitu permukaan yang mengarah ke lingkungan luar sel dan yang
menghadap ke dalam sitoplasma
2) Protein perifer, Protein ini terdapat pada permukaan luar lipid bilayer atau
pada permukaan dalam-lipid bilayer. Ikatan antara protein perifer dengan lipid
bilayer adalah non kovalen.
3) Protein yang terikat lipid membran, Protein ini terikat secara kovalen dengan
lipid bilayer dan terletak pada permukaan luar dari lipid bilayer.

b. Sitoplasma
Sitoplasma merupakan cairan sel yang dibungkus oleh membrane
plasma. sitoplasma mengandung gula, asam amino, lemak,ion-ion dan
senyawa kimia lain yang digunakan untuk metabolisme sel. Di dalam
sitoplasma terdapat membran intrasel yang membungkus organel sel, misalnya
membran yang membungkus mitokrondria, kloroplas, lisosom, peroksisom,
retikulum endoplasma, dan badan Golgi. Bagian sitoplasma yang berada di
antara organel dinamakan sitosol. Volume sitosol lebih kurang 50% dari
volume sel. Di dalam sitosol juga terdapat protein dan enzim-enzim untuk
reaksi kimia.

c. Mitokondria
Ukuran mitokondria bervariasi, tetapi rata-rata ukuran diameternya
antara 0,2 - 0,7 mikrometer (pm) dan panjangnya antara 1 - 4 mikrometer.
Ukuran mitokondria ini hampir sama dengan ukuran bakteri yang
menunjukkan salah satu bukti evolusi bahwa mitokondria merupakan bakteri
yang bersimbiosis dengan sel eukoriotik. Bentuk mitokondria bervariasi,
tergantung dari jenis selnya, misalnya pada sel-sel awal embrio, bentuk
mitokondrianya bulat atau oval, sedangkan pada sel-sel lain bentuknya seperti
gelendong dan ada juga yang berbentuk pipa. Karena ukurannya yang relatif
besat mitokondria dapat terlihat cukup jelas di bawah mikroskop cahaya. Pada
umumnya, mitokondria tersebar secara acak di dalam sel dan cenderung
berkumpul pada bagian sel yang banyak memerlukan energi, misalnya di
sekitar gelendong pembelahan, atau di sekitar memmbran yang melakukan
endositosis. Jumlah mitokondria di dalam sel bervariasi tergantung dari jenis
sel, spesies organisme, dan keadaan fisiologi sel. Selsel yang metabolismenya
aktif banyak mengandung mitokondria dibandingkan sel-sel yang tidak aktif.
Mitokondria memiliki kelenturan yang tinggi sehingga bentuknya dapat
berubah-ubah dari waktu ke waktu. Selain itu, mitokondria mampu bergerak
atau berpindah dari satu tempat ke tempat lain dalam sitoplasma. Bagian-
bagian utama mitokondria dibedakan menjadi dua, yaitu bagian selaput atau
membran dan bagian matriks. Membran mitokondria ada dua yaitu membran
luar dan membran dalam. Antara membran dalam dan membran luar terdapat
ruang antarmembran yang berisi berbagai macam enzim. Membran luar
mitokondria lebih tipis dari pada membrane dalam yaitu kurang dari 6
nanometer, sedangkan membran dalam berukuran antara 6 - 8 nanometer.
Membran dalam mitokondria membentuk juluran-juluran ke arah matrik
sehingga memperluas permukaan dalamnva. Iuluran membran ke arah matriks
ini dinamakan tristae. Matriks mitokondria merupakan bagian mitokondria
yang menyerupai gel. Di dalam matriks mitokondria terdapat ribosom, DNA,
RNA dan beberapa protein yang larut dalam air serta filamen, dan granul.
Pada membran dalam (inner membrane) mitokondria terdapat beberapa jenis
protein yang terlibat dalam proses pembentukan ATP. Di dalam sel, ATP
merupakan molekul berenergi tinggi yang akan digunakan untuk metobolisme
sel. Selain berfungsi menghasilkan energi dalam bentuk ATP, mitokondria
juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan ion kalsium di dalam sel. Ion-ion
ini disimpan dalam suatu badan khusus yang dinamakan granul. Mitokondria
di dalam sel mampu menggandakan diri, sehingga jumlahnya dapat bertambah
sesuai dengan kebutuhan energi sel.

d. Retikulum Endoplasma
Retikulum Endoplasma (RE) merupakan bentukan membran yang
sangat berlipat-lipat membatasi suatu ruangan yang disebut lumen (sisterna).
Antara lumen RE dengan sitosol hanya dipisahkan oleh selapis membran
sehingga memudahkan terjadinya pertukaran zat antara lumen RE dengan
sitosol. Berdasarkan ada tidaknya ribosom yang menempel pada permukaan
luar membran, RE dibedakan menjadi dua, yaitu Retikulum Endoplasma
Halus (Smooth Endoplasmic Reticulumi /SER) dan Retikulum Endoplasma
Kasar(Rough Endoplasmic Reticulum / RER). Pada RER permukaan luar
membrannya banyak ditempeli oleh ribosom.sebaliknya pada SER permukaan
luar membrannya tidak ditempeli oleh ribosom. RER banyak dijumpai pada
sel-sel yang aktif mensekresikan protein misalnya sel sel pancreas, kelenjar
ludah, dan kelenjar lainnya.
Protein yang dihasilkan dari RER antara lain adalah protein yang
disekresikan keluar sel, protein integral membran, protein-protein khusus di
dalam organel, seperti protein di dalam Golgi, lisosom, endosom, dan vakuola,
makanan pada sel tumbuhan. SER banyak ditemukan pada otot rangka,
tubulus ginjal, dan kelenjar endokrin yang mensekresikan hormon steroid.
gambar:Re hewan

SER mempunyai beberapa fungsi, yaitu:


Sintesis hormon steroid pada sel-sel kelenjar endokrin pada gonad dan
adrenal
Detoksifikasi di dalam hati yang melibatkan beberapa molekul penting di
dalam sel hati.
Melepaskan glukosa dari glukosa-6-fosfat di dalam sel-sel hati.
Sebagai tempat melekatnya granul-granul yang berisi glikogen pada sel-sel
hati.
Tempat menyimpan ion-ion kalsium di dalam sisterna yang akan
dikeluarkan jika ada rangsangan yang menyebabkan pengeluaran ion
kalsium, misalnva kontraksi otot.

e. Aparatus Golgi atau Kompleks Golgi.


Aparatus Golgi (AG) atau Kompleks Golgi pertama kali ditemukan oleh
Camilio Golgi tahun 1898 di dalam sitoplasma sel saraf. AG dijumpai hampir
pada semua sel tumbuhan dan sel hewan.
Organel ini terdiri atas setumpuk saku-saku pipih yang masing-masing
dibatasi oleh selapis membian. Dengan menggunakan mikroskop elektron,
tampak bahwa AG tersusun atas tiga bentukan membran, yaitu:
1) Kantung-kantung pipih yang disebut sisterna atau sakulus, kantung
kantung pipih tersebut tersusun bertumpuk membentuk diktiosom,
2) vesikel-vesikel kecil berdiameter kurang lebih 50 mikrometer yang terletak
pada sisi yang berbatasan dengan RE, vesikel ini dinamakan vesikel
tiansisi atau vesikel peralihan, fungsi vesikel adalah membawa protein dan
lipid dari RE ke AG dan dari sakulus satu ke sakulus lainnya,
3) vesikel besar yang terletak pada sisi yang berhadapan dengan membrane
plasma, vesikel ini dinamakan vesikel sekretori,vesikel sekretori adalah
membawa protein atau lipid yang telah mengalami Pemrosesan di dalam
lumen sakulus.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa AG tidak hanya berfungsi
sebagai alai transport materi ke luar sel. Akan tetapi banyak reaksi yang
berlangsung di dalam lumen AG, antara lain proses biosintesis- glikoprotein
dan glikolipid yang dikatalisis oleh enzim glikosil transferase, kedua proses ini
sering dinamakan glikosilasi. Di dalam AG juga terjadi proses penambaKan
gugus sulfat pada karbohidrat yang dikatalisis oleh enzim sulfat tansferase.
Seiain itu, di dalam lumen AG terjadi proses sintesis proteoglikan yang
merupakan komponen matriks ekstra sel. Pada sel tumbuhan yang sedang
membelah, AG berperanan dalam pembentukan komponen dinding sel yang
baru. Molekul-molekul protein dan lipid yang telah mengalami modifikasi
kimiawi di dalam lumen AG akan di packing oleh membran Golgi dan
ditransfer dalam bentuk vesikel. Ada tiga macam protein yang dihasilkan oleh
Golgi, antara lain:
1) Protein membran inti, membran plasma dan protein membran organel
2) Protein sekretori yang disimpan dalam bentuk vesikel
3) Protein enzim yang disimpan dalam vesikel (lisosom)
f. Lisosom
Lisosom pertama kali ditemukan pada tahun 1949 oleh De Duve di
dalam serpihan sel-sel hati. Organel ini berbentuk semacam kantung yang
berisi enzim hidrolitik. Selama masih terbungkus membran, enzim hidrolitik
bersifat stabil. Terdapat lebih kurang 40 macam enzim hidrolitik yang
ditemukan di dalam lisosom. Enzim-enzim tersebut meliputi
protease,nuklease, glikosidase, lipase, fosfolipase, fosfatase dan sulfatase.
Enzim enzim tersebut hanya akan dapat bekerja optimal pada pH sekitar
5.membran lisosom mengandung protein transfer untuk membawa hasil
pencernaan ke sitosol. Membran lisosom tidak akan tercerna oleh enzim yang
dikandungnya sendiri karena kandungan karbohidrat yang tinggi pada
membrannya.
Lisosom tergolong organel yang polimorfik karena memiliki bentuk dan
ukuran yang bervariasi. Ada empat macam bentuk lisosom, yaitu satu macam
lisosom primer dan tiga macam lisosom sekunder. Lisosom primer adalah
lisosom yang baru terbentuk dari AG dan belum berfusi (bergabung) dengan
materi yang akan dicerna. Lisosom sekunder ada tiga macam,yaitu:
1. Heterofagosom, merupakan gabungan antara lisosom primer dengan
fagosom,
2. Sitolisosom merupakan gabungan antara lisosom primer dengan autosom,
3. Badan residu, adalah vakuola yang berisi sisa materi yang tidak tercerna
Fungsi utama lisosom adalah untuk pencernaan intra sel. Materi yang
dicerna oleh lisosom dapat berasal dari luar sel atau dari dalam sel itu sendiri.
Materi dari luar sel masuk ke dalam sitoplasma melalui pinositosis dan
fagositosis. Pencernaan intra sel selalu terjadi di dalam lisosom, enzim,
hidorolitik tidak pernah keluar dari dalam lisosom sehinggan pencernaan
berlangsung optimal. Akan tetapi, jika membran lisosom pecah, maka enzim
hidrolitik pada lisosom akan keluar dan mencerna sel itu sendiri.
Beberapa peran lisosom antara lain adalah:
1) Perombakan organel sel yang telah tua
2) Proses metamoifosis pada katak, misalnya menyusutnya ekor pada berudu
karena dicerna oleh enzim katepsin di dalam lisosom
3) Pemulihan ukuran uterus setelah kehamilan
4) Proses fertiliasi, dimana bagian kepala sperma yang dinamakan akrosom
mengandung enzim hialuronidase untuk mencerna zona pelusida pada sel
telur.
Hasil pencernaan lisosom, seperti asam amino, glukosa dan nukleotida
mampu menembus membran lisosom menuju sitosol. Membran lisosom
selanjutnya akan dikembalikan menuju membran plasma melalui proses
eksositosis. pencernaan bagian - bagian sel yang telah tua dinamakan autofagi.

g. Badan Mikro
1) Peroksisom
Organel ini ditemukan pada sel hewan, sel tumbuhan tertentu
maupun sel ragi. Peroksisom pertama kali ditemukan oleh De Duve dan
kawan-kawannya pada tahun 1965 di dalam sel-sel hati. Di dalam
peroksisom ditemukan beberapa macam enzim oksidase dan enzim
katalase. Oleh karena enzim - enzim ini berperan dalam pembentukan
katalase. oleh karena enzim - enzim ini berperan dalam pembentukan dan
pembongkaran hidrogen peroksida(H2O2) , maka organel tersebut
dinamakan peroksisom.Pada sel tumbuhan, fungsi organel ini berkaitan
dengan siklus glioksilat sehingga dinamakan glioksisom. Di dalam sel,
peroksisom berbentuk bulat telur dengan diameter kurang lebih antara 0,5
- 0,7 mikrometer, hanya dibungkus oleh selapis membran. Jumlah
peroksisom untuk tiap sel bervariasi antara 70-700. Peroksisom memiliki
kemampuan untuk membelah diri sehingga dapat membentuk peroksisom
anak. Protein dan lipid yang diperlukan ditransfer dari sitosol. Selain
berfungsi untuk pembentukan dan perombakan H2O, menjadi substrat
organik dan H2O, peroksisom juga berfungsi untuk merombak asam lemak
yang tersimpan dalam biji menjadi glukosa untuk proses perkecambahan.
2) Glioksisom
Glioksisom merupakan badan mikro yang hanya ditemukan pada sel
tumbuhan. Diameter glioksisom antara 0,5 sampai 1,0 mikrometer.
Sedangkan peroksisom merupakan badan mikro yang ditemukan baik pada
sel hewan maupun sel tumbuhan. Glioksisom banyak ditemukan pada biji-
bijian yang berperan sebagai tempat menyimpan asam lemak untuk
pembentukan energi dalam Proses perkecambahan.
Salah satu proses utama pada biji yang sedang mengalami
perkecambahan adalah perubahan dari asam lemak dalam glioksisom,
menjadi karbohidrat atau disebut glukoneogenesis. Penguraian asam
lemak menjadi asetil ko-A selanjutnya berubah menjadi oksaloasetat untuk
membentuk sitrat. Asam sitrat yang terbentuk akan diubah menjadi
glukosa melalui serangkaian reaksi enzimatis yang terdapat di dalam
glioksisom.

h. Ribosom
Ribosom merupakan salah satu organel tidak bermembran yang
ditemukan pada semua sel, baik sel prokariotik maupun eukariotik. Pada
eukariotik , organel ini terdapat pada sitoplasma, menempel pada permukaan
luar retikulum endoplasma, didalam metriks mitokondria dan didalam stroma
kloroplas.
Ribosom terdiri atas dua sub unit yaitu sub unit besar darn sub unit kecil.
Kedua sub unit ini akan berfusi jika proses trnaslasi berlangsung.Sub unit
ribosom dinyatakan dengan satuan S (Svedberg) yang merupakan nama
penemunya, satuan ini menunjukkan kecepatan pengendapan pada saat sub
unit tersebut disentrifugasi, misalnya sub unit kecil dan sub unit
besar ribosom pada eukariotik adalah 40S dan 60s. Komponen penyusun besar
ribosom terdiri atas protein ribosom dan ARN ribosom (ARN-r). Protein
ribosom disintesis oleh bebas yang terdapat di dalam sitoplasma, sedangkan
ARN-r ditranskripsi di dalam anak inti (nukleous).
Organel ini merupakan tempat berlangsungnya penerjemahan (translasi)
kodon (kode genetik) yang dibawa ARN-duta (ARN-d). Hasil translasi ini
adalah polipeptida. Polipeptida hasil translasi pada RER akan dikirim dan
diolah di dalam AG menjadi protein membran, dan enzim lisosom, atau
disekresikan ke luar sel melalui vesikel. Sedangkan polipeptida
hasil translasi pada ribosom bebas dikirim ke mitokondria, sebagai enzim
peroksisom, atau sebagai protein ribosom.

i. Sitoskeleton
Di dalam sitosol juga ditemukan adanya sitoskeleton yang tersusun atas
mikrotubulus, mikrofilamen dan filamen intermediat. Sitoskeleton berfungsi
untuk menyokong bentuk sel dan memungkin terjadinya gerakan-gerakan
organel di dalam sitoplasma. Mikrotubulus ada yang Ietaknya terbenam di
dalam sitosol, dinamakan mikrotubulus sitoplasmik dan ada juga yang
berfungsi sebagai penyusun organel , sepe'rti silia, flagela, dan sentriol.
Mikrofilamen merupakan protein kontraktil yang berfungsi untuk pergerakan
di dalam sitoplasma, misalnya aliran sitoplasma di dalam sel tumbuhan dan
gerak amoeboid pada leukosit.
1. Mikrotubulus
Mikrotubulus tersusun atas molekul protein tubulin. Ada dua jenis
protein tubulin penyusun tubulin, yaitu tubulin dan tubulin . Setiap
mikrotubulus tersusun atas 13 protofilamen yang tersusun paralel
mengelilingi suatu sumbu. Ada dua macam mikrotubulus di dalam sel
yang dibedakan atas stabilitasnya, yaitu mikrotubulus stabil dan
mikrotubulus labil. Contoh mikrotulus stabil adalah pembentuk silia dan
flagela. Sedangkan mikrotubulus labil contohnva mikrotubulus pembentuk
gelendong pembelahan.
Mikrotubulus sitoplasmik didalam sel berfungsi sebagi keranga
dalam yang menetukan bentuk sel dan untuk transfer molekul di dalam sel.
Mikrotubulus ini berbentuk serabut tunggal dengan diameter lebih kurang
25 nanometer. Beberapa organel yang tersusun dari mikrotubulus adalah
sentriol, silia dan flagella.
2. Mikrofilamen
Mikrofilamen biasanya banyak terdistribusi dibawah permukaan
membrane plasma. Panjang mikrofilamen bervariasi, dengan diameter
lebih kurang 7 m. Mikrofilamen tersusun atas protein, terutama aktin dan
miosin. Hampir semua jenis sel hewan mengandung aktin. Aktin dan
miosin banyak ditemukan terutama pada sel otot, dengan komposisi
miosin yang lebih sedikit dibandingkan aktin. Kedua jenis protein ini
berperan untuk pergerakan, misalnya aliran sitoplasma pada sel tumbuhan
(siklosis), dan gerak amoeboid pada Protozoa.
3. Filamen lntermediet
Filamen intermediet memiliki diameter antara 8-10 pm, berbentuk
pembuluh, tersusun atas 4-5 protofilamen yang tersusun melingkar,
bersifat liat, stabil, dan tersusun atas protein fibrosa. Sebagaian besar
filamen intermediet berfungsi untuk menyokong sel dan inti sel. Letak
filamen inibiasanya terpusat disekitar inti. Pada sel epitel, filamen
intermediet membentuk anyaman yang berfungsi untuk menahan tekanan
dari luar. Contoh filamen entermediet antara lain adalah kertin, vimentin,
neurofilamen, lamina nuclear, dan keratin.
j. Inti Sel (Nucleus)

gambar:NUKLEUS

Pada sel eukariotik, materi intinya telah diselubungi oleh suatu membran
dan membentuk struktur inti sel atau nukleus. Bagian bagian yang menyusun
inti sel antara lain adalah membran inti, pori membran,matriks inti sel
(matriks), kromatin atau kromosom, dan anak inti (nukleolus). Pada
umumnya, inti sel berbentuk bulat, tetapi ada juga yang bentuknya seperti
gelendong. Sel eukariotik umumnya memiliki satu inti sel, tetapi ada juga
beberapa jenis sel yang memiliki inti lebih dari satu.
Berikut ini uraian tentang bagian-bagian penyusun inti sel.
1) Membran inti
Membran inti terdiri atas dua lapis, yaitu membran luar (membran
sitosolik) dan membran dalam (membran nukleo-plasmik). Di antara kedua
membran tersebut terdapat ruangan antar membran (perinuklear space)
selebar 10-15 nm. Membran luar inti bertautan dengan membran ER. Pada
membran inti juga terdapat enzim-enzim seperti yang terdapat pada
membran ER, misalnya sitokrom, transferase, dan glukosa-6-fosfatase.
Permukaan luar membran inti juga berikatan dengan filamen intermediet
yang menghubungkannya dengan membran plasma sehingga inti
terpancang pada suatu tempat di dalam sel.
2) Pori Membran Inti
Pada membran inti terbentuk pori-pori sebagai akibat pertautan
antara membran luar dan membran dalam inti. Diameter pori berkisar
antara 40 - 100 nm. Jumlah pori membran inti bervariasi tergantung dari
jenis sel dan kondisi fisiologi sel. Fungsi pori membrane inti ini, antara lain
sebagai jalan keluar atau masuknya senyawa senyawa dari inti dan
menuju inti, misalnya tempat keluarnya ARN duta dan protein ribosom.
Pori membran inti dikelilingi oleh bentukan semacam cincin (anulus) yang
bersama-sama dengan pori membentuk kompleks pori. Bagian dalam
cincin membentuk tonjolan-tonjolan ke arah lumen pori. Pada bagian
tengah pori terdapat sumbat tengah (central plug).
3) Matriks Inti (nukleoplasma)
Komponen utama dari matriks inti adalah protein vang kebanyakan
berupa enzim dan sebagian adalah protein structural inti. Matriks inti
diduga ikut berperan dalam proses proses pada materi inti, misalnya
transkripsi, replikasi DNA, dan proses proses lainva di dalam inti.
4) Materi Genetik
Bagian utama dari sebuah inti sel adalah materi genetik. Semua
aktivitas di dalam sel dikendalikan oleh materi genetik. Pada waktu
interfase, materi genetik dinamakan kromatin. Benang benang kromatin ini
akan mengalami pemampatan (kondensasi) pada saat sel akan membelah.
Kromatin yang mengalami kondensasi ini dinamakan kromosom. Hasil
analisis kimia menunjukkan, bahwa kromatin tersusun atas DNA, RNA,
protein histon dan protein nonhiston.
5) Anak Inti (Nukleolus)
Nukleolus banyak ditemukan pada sel-sel yang aktivitas . sintesis
proteinnya tinggi, misalnya pada neuron, oosit, dan kelenjar. Di dalam inti,
nukleolus tampak sebagai suatu struktur yang merupakan tempat
pembentukan dan penyimpanan prekusor ribosom dan pembentukan sub
unit ribosom. Selain itu, struktur ini merupakan tempat terjadinya proses
transkripsi gen ARN ribosom (ARN-r).

k. Sentriol
Sentriol merupakan organel sel berbentuk silindris dengan diameter
lebih kurang 2 pm (mikrometer) dan panjang lebih kurang 4 ptm. Di dalam
setiap sel mengandung sepasang sentriol yang letaknya saling tegak lurus
dekat inti sel. sentriol berfungsi sebagai bahan pembentuk sillia dan flagella ,
persis dengan sentriol. Jadi, selain sebagai komponen penyusun sentrosom,
sentriol berfungsi sebagai tubuh basalis.

l. Silia dan Flagela


Kedua organel ini berfungsi sebagai alat pergerakan sel yang letaknya
berada pada permukaan luar membran sel. Baik silia maupun flagella memiliki
struktur yang sama, yaitu memiliki sumbu yang dinamakan aksonem. Struktur
aksonem sangat kompleks karetra tersusun atas mikrotubulus dan protein.
Jumlah silia pada umumnya banyak, sedangkan jumlah flagela hanya satu atau
dua. Silia berukuran lebih halus dan lebih pendek dari pada flagela. Berbeda
dengan sentriol, silia dan flagella dibungkus oleh membran. Membran silia
dan flagela merupakan perluasan dari membran sel.
Contoh sel-sel bersilia adalah lapisan epitel saluran telur (oviduct) pada
wanita, epitel saluran sperma (epididimis) pada lakilaki, pada organisme
eukariotik uniseluler misalnya Paramaecium caudatum. Sedangkan flagela
dapat ditemukan pada spermatazoa dan beberapa organisme eukariotik uni
seluler misalnya Euglena viridis dan lain-lain.
gambar:NUKLEUS

Gbr. a. Ultrastruktur Sel Hewan, b. Ultrastruktur Sel Tumbuhan

Organel-organel yang terdapat dalam sitoplasma antara lain:


Retikulum endpla sma, Ribosom, Mitokondria, Badan golgi, Lososom,
dll yang akan kita pelajari lebih dalam setelah ini.
Selain organel, terdapat pula vakuola, butir-butir tepung, butir silikat dan
berbagai produk sekunder lain. Vakuola memiliki peran penting sebagai
tempat penampungan produk sekunder yang berbentuk cair, sehingga
disebut pula cairan sel. Cairan yang mengisi vakuola berbeda-beda,
tergantung letak dan fungsi sel. yang menjadi tempat organel-organel sel.
Gbr. Penampang Sel. Sitoplasma ditunjukkan berwarna pink,

Nukleus

Nukleus ini umumnya paling mencolok pada sel eukariotik. Rata-rata


diameternya 5 m. Nukleus memiliki membran yang menyelubunginya yang
disebut membran atau selubung inti. Membran ini memisahkan isi nukleus
dengan sitoplasma.
Membran atau selubung inti merupakan membran ganda. Kedua selubung
ini masing-masing merupakan bilayer lipid dengan protein yang terkait.
Membran ini dilubangi oleh beberapa pori yang berdiameter sekitar 100 nm.
Pada bibir setiap pori membran dalam dan membran luar selubung nukleus
menyatu. Pori-pori ini memungkinkan hubungan antara nukleoplasma
(cairan inti) dengan sitoplasma (cairan sel).
Selain pori, sisi dalam selubung ini dilapisi lamina nukleus dengan susunan
mirip jaring yang terdiri dari filamen protein yang mempertahankan bentuk
nukleus.
Di dalam nukleus terdapat:
1) Nukleolus (anak inti), berfungsi mensintesis berbagai macam molekul
RNA (asam ribonukleat) yang digunakan dalam perakitan ribosom.
Molekul RNA yang disintesis dilewatkan melalui pori nukleus ke
sitoplasma, kemudian semuanya bergabung membentuk ribosom.
Nukleolus berentuk seperti bola, dan memalui mikroskop elektron
nukleolus ini tampak sebagai suatu massa yang terdiri dari butiran dan
serabut berwarna pekat yang menempel pada bagian kromatin.
2) Nukleoplasma (cairan inti) merupakan zat yang tersusun dari protein.
3) Butiran kromatin, yang terdapat di dalam nukleoplasma. Tampak jelas
pada saat sel tidak membelah. Pada saat sel membelah butiran kromatin
menebal menjadi struktur seperti benang yang disebut kromosom.
Kromosom mengandung DNA (asam dioksiribonukleat) yang berfungsi
menyampaikan informasi genetik melalui sintesis protein.

Membran Sel

Membran sel sering juga disebut membran plasma. Membran sel


merupakan bagian paling luar yang membatasi isi sel dengan sekitarnya
(kecuali pada sel tumbuhan, bagian luarnya masih terdapat dinding sel atau
cell wall).
Membran sel berupa lapisan luar biasa tipisnya. Tebalnya kira-kira 8
nm. Dibutuhkan 8000 membran sel untuk menyamai tebal kertas yang biasa
kita pakai untuk menulis.
Lipid dan protein merupakan bahan penyusun utama dari membran,
meskipun karbohidrat juga merupakan unsur penting. Gabungan lipid dan
protein dinamakan lipoprotein. Saat ini model yang dapat diterima untuk
penyusunan molekul-molekultersebut dalam membran ialah model mosaik
fluida.
Pada 1895, Charles Overton mempostuatkan bahwa membran terbuat
dari lipid, berdasarkan pengamatannya bahwa zat yang larut dalam lipid
memasuki sel jauh lebih cepat dari pada zat yang tidak larut dalam lipid. 20
tahun kemudian, membran yang diisolasi dari sel darah merah dianalisis
secara kimiawi ternyata tersusun atas lipid dan protein, yang sekaligus
membenarkan postulat dari Overton.
Fosfolipid merupakan lipid yang jumlahnya paling melimpah dalam
sebagian besar membran. Kemampuan fosfolipid untuk membentuk
membran disebabkan oleh struktur molekularnya. Fosfolipid merupakan
suatu molekul amfipatik, yang berarti bahwa molekul ini memiliki daerah
hidrofilik (menykai air) maupun daerah hidrofobik (takut dengan air).
Berdasar struktur tersebut maka membran sel bersifat semi permeable atau
selektif permeable yang berfungsi mengatur masuk dan keluarnya zat dari
sel.

Plastida
Plastida adalah organel yang meghasilkan warna pada sel tumbuhan.
Plastida dapat dilihat dengan mikroskop cahaya biasa. Organel ini hanya
terdapat pada sel tumbuhan. Dikenal tiga jenis plastida yaitu:
1) Leukoplas
Plastida ini berwarna putih berfungsi sebagai penyimpan makanan,
terdiri dari:
Amiloplas (untuk menyimpan amilum)
Elaioplas atau Lipidoplas (untuk menyimpan lemak/minyak).
Proteoplas (untuk menyimpan protein).
2) Kloroplas
Kloroplas merupakan plastida berwarna hijau. Kloroplas yang
berkembang dalam batang dan sel daun mengandung pigmen hijau yang
dalam fotositesis menyerap tenaga matahari untuk mengubah karbon
dioksida menjadi gula, yakni sumber energi kimia dan makanan bagi
tetumbuhan. Kloroplas memperbanyak diri dengan memisahkan diri
secara bebas dari pembelahan inti sel. Plastida ini berfungsi
menghasilkan klorofil dan sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis.

3) Kromoplas yaitu plastida yang mengandung pigmen, misalnya :


Fikosianin menimbulkan warna biru misalnya pada Cyanophyta.
Fikoeritrin menimbulkan warna merah misalnya pada Rhodophyta.
Karoten menimbulkan warna keemasan misalnya pada wortel dan
Chrysophyta.
Xantofil menimbulkan warna kuning misalnya pada daun yang tua.
Fukosatin menimbulkan warna pirang misalnya pada Phaeophyta.

Kloroplas dan plastida lainnya memiliki membran rangkap. Membran


dalam melingkupi matriks yang dinamakan stroma. Membran dalam ini
terlipat berpasangan yang disebut lamela. Secara berkala lamella ini
membesar sehingga membentuk gelembung pipih terbungkus membran dan
dinamakan tilakoid. Struktur ini tersusun dalam tumpukan mirip koin.
Tumpikan tilakoid dinamakan granum. Pada tilakoid terdapat unit
fotosintesis yang berisi molekul pigmen seperti klorofil a, klorofil b,
karoten, xantofil.
Gambar. Kloroplas (merupakan salah satu jenis plastida pada tumbuhan).

Kandungan kimiawi kloroplas adalah protein, fosfolipid, pigmen


hijau dan kuning, DNA dan RNA.

Dinding Sel
Dinding sel hanya terdapat pada sel tumbuhan. Dinding sel itu tipis,
berlapis-lapis, dan pada tahap awalnya lentur. Lapisan dasar yang terbentuk
pada saat pembelahan sel terutama adalah pektin, zat yang membuat agar-
agar mengental. Lapisan inilah yang merekatkan sel-sel yang berdekatan.
Setelah pembelahan sel, tiap belahan baru membentuk dinding dalam dari
serat selulosa. Dinding ini terentang selama sel tumbuh serta menjadi tebal
dan kaku setelah tumbuhan dewasa. (Sumber: Time Life, 1984).
Pada dinding sel ada bagian yang tidak menebal, yaitu bagian yang
disebut noktah. Melalui noktah ini terjadi hubungan antara antara sitoplasma
satu dengan yang lain yang disebut plasmodesmata. Plasmodesmata berupa
juluran plasma, yang berfungsi menjadi pintu keluar masuknya zat.
Sebagian besar isi dari sel berupa air. Tekanan air atau isi sel terhadap
dinding sel disebut tekanan turgor. Dinding sel dan vakuola berperan dalam
turgiditas sel.

Gambar. Sel Tumbuhan dengan Dinding Sel diperbesar

Gambar. Model Dinding Sel


Pertanyaan : staphylococcus sp

A. Kalasifikasi Staphylococcus
Genus Staphylococcus mencakup 32 spesies. Kebanyakan tidak
berbahaya dan tinggal di atas kulit dan selaput lendir manusia dan organisme
lainnya. Mereka juga menjadi mikroba tanah. Genus ini dapat ditemui di
seluruh dunia.
Kingdom : Moner A
Divisio : Firmicutes
Class : Bacilli
Order : Bacillales
Family : Sthapylococcacae
Genus : Staphyloccocus
Spesies : Staphylococcus aureus
Staphylococcus citerus
Staphylococcus albus
Staphylococcus epidermidis
Staphylococcus saprophyticus (Cahtim dkk, 1993)

B. Morfologi dan Fisiologi


Morfologi
Bentuk : bulat, ukuran 1 mikron. Tidak membentuk spora. Tidak
mempunyai flagela. Letak sel satu sama lain yang karakteristik bergerombol
seperti buah anggur. Sifat karakteristik ini dipakai sebagai pemberian nama
Staphylococcus. Tetapi kadang-kadang ada yang letaknya tersebar atau
terpencar. Pengelompokan ini akan terlihat baik pada pengamatan penanaman
dalam media padat. Pasangan atau rantai pendek lebih sering terlihat dalam
smear nanah dan kultur dalam kaldu. Sifat pewarnaan : pada kultur muda
bersifat Gram (+), sedang pada kultur tua bersifat Gram (-).
Koloni micrococci tumbuh cepat pada media agar pada suhu normal
(370), dan biasanya bergaris tengah 1-2 mm setelah inkubasi 24 jam. Koloni
tadi halus, basah, menonjol dengan tepi bulat dan berwarna, yaitu pada
varietas albus berwarna putih, varietas citreus berwarna kuning jernih dan
varietas aureus berwarna kuning emas. (Jawtez, 1996)

Fisiologi
Micrococci tumbuh paling baik pada suhu 220 370. Umumnya dapat
tumbuh dalam lingkungan aerob maupun anaerob. Produksi warna terlihat
baik pada situasi aerob dan terlihat paling baik pada kultur yang tumbuh pada
suhu rendah.
Produksi toksin pada semua strain terlihat pada penanaman dalam media
sederhana yang berisi asam-asam amino, garam glukosa dan faktor
pertumbuhan yaitu thiamin dan asam nicotinat. Dalam garis besarnya strain
aureus lebih aktif metabolismenya dari pada strain albus. Dalam media kaldu
yang berisi dekstrosa, sukrosa, maltosa, dan manitol akan terjadi pemecahan
karbohidrat menjadi asam tanpa gas. (Jawetz, 1996)

C. Patogenitas
Staphylococcus merupakan penyebab terjadinya infeksi yang bersifat
poogenik. Untuk pembuatan kultur dapat diambil bahan dari pernanahan kecil,
bisul kecil, bisul besar, dan abces diberbagai bagian tubuh. Bakteri ini dapat
masuk ke dalam kulit melalui folikel-folikel rambut, muara kelenjar keringat
dan luka-luka kecil. Kemampuan yang menyebabkan penyakit dari
staphylococcus adalah gabungan dari efek yang ditimbulkan oleh produk-
produk ekstraseluler, daya infasi kuman dan kemampuan untuk berkembang
biak.
Staphylococcus patogen mempunyai sifat sebagai berikut:
Dapat menghemolisa eritrosit
Menghasilkan koagulasidapat membentuk pigmen (kuning keemasan)
Dapat memecah manitol menjadi asam
Diantara staphylococcus yang mempunyai kemampuan besar untuk
menimbulkan penyakit ialah Staphylococcus aureus. Staphylococcus
nonpatogen bersifat:
Non hemolitik
Tidak menghasilkan koagulasi
Koloni berwarna putih
Tidak memecah manitol
Infeksi yang ditimbulkan oleh Staphylococcus dapat meluas ke jaringan
sekitarnya, perluasannya dapat melalui darah atau limfe, sehingga pernanahan
disitu bersifat menahun, misalnya sampai pada sumsum sehingga terjadi
radang sumsum tulang (osteomyelitis). Perluasan ini dapat sampai ke paru-
paru, selaput otak dan sebagainya.

D. Toksin dan Enzim


Staphylococcus dapat menyebabkan penyakit karena kemampuannya
berkembang biak dan menyebarluas dalam jaringan tubuh serta adanya
beberapa zat yang dapat diproduksi olehnya, zat tersebut ialah:
1) Eksotoksin
Bahan ini dapat diketemukan di dalam filtrat hasil pemisahan dari
kuman dengan jalan menyaring kultur. Bahan ini bersifat tidak tahan
pemanasan dan bila disuntikkan kepada hewan percobaan dapat
menimbulkan kematian dan nekrose kulit. Eksotoksin ini mengandung
hemolisin, yang dikenal dalam beberapa jenis:
a) Alfa hemolisin : ialah putih telur yang dapat menghancurkan
eritrosit kelinci dan dapat mempengaruhi otot polos pembuluh darah.
b) Beta hemolisin : ialah suatu putih telur yang dapat menghancurkan
eritrosit kambing (tetapi tidak pada eritrosit kelinci) dalam 1 jam pada
suhu 37o
c) Gama hemolisin : bersifat antigen.
Eksotoksin ini bila ditambah formalin akan kehilangan sifat
toksinnya dan terbentuk toksoid yang dapat digunakan untuk imunisasi,
walaupun akhirnya tidak dipakai karena nilai imunitasnya tidak ternilai.
(Lowy, F. 2003)
1) Leukosidin
Yaitu suatu suspensi yang dihasilkan oleh Staphylococcus yang
bersifat membinasakan atau mematikan leukosit dari berbagai macam
spesies binatang. Leukosidin juga suatu antigen tetapi lebih termolabil
daripada eksotoksin. (Lowy, F. 2003)
2) Enterotoksin
Yaitu suatu suspensi yang dihasilkan oleh jenis Staphylococcus
tertentu, terutama bila ditanam pada media setengah padat dengan
konsentrasi CO2 yang tinggi (30 %).
Sifat-sifat enterotoksin: bersifat antigen Termostabil, tidak
mengalami perubahan pada perebusan selama 30 menit.
Merupakan salah satu penyebab gejala keracunan makanan
dengan gejala berupa: lesu, kejang perut, berak-berak (diare), muntah-
muntah, yang terjadi 1-6 jam setelah makan makanan yang
mengandung enterotoksin. (Lowy, F. 2003)
3) Koagulase
Yaitu suspensi seperti enzim yang terdiri atas putih telur yang
dapat mengendapkan plasma sitrat atau plasma oksalat.
Staphylococcus patogen kebanyakan menghasilkan bahan ini. (Lowy,
F. 2003)
4) Lain-lain produk ekstra seluler dari Staphylococcus :
a) Stafilokinase yang dapat dengan lambat melarutkan fibrin seperti
streptokinase.
b) Penisilinase, yang dapat merusak penisilin G.
c) Hialuronidase
d) Proteinase
e) Lipase (Lowy, F. 2003)

E. Pemeriksaan Laboratorium
Untuk pemeriksaan staphylococcus secara laboratorium dapat dilakukan
dengan bermacam-macam cara.
Bahan pemeriksaannya dapat berupa:
Nanah
Darah
Cairan otak
Usapan luka
Pengambilan sampel untuk pemeriksaan mikrobiologi berneda dengan
pemeriksaan laboratorium lainya. Pengambilan sampel untuk mikrobiologi
harus dilakukan secar aseftik unuk mengindari adanya kuman bakteri lain
yang tumbuh pada saat pembiakan pada media.
Pengambilan sampel darah untuk mikrobiologi harus dilakukan dengan
cara :
1. Tindakan asepsis kulit secara melingkar dengan iodophor dan alkohol 70%
2. Darah diambil dengan spuit secara steril
3. Tanpa antikoagulan atau dengan sodium polyanetholsulfonate (SPS)
(Yellow-capped tube) dan pindahkan darah ke botol media kultur
Pengambila sampel dari luka atau usapan luka :
Cara : biopsi(jar. Luka diambil sedikit) (terbaik), aspirasi(disedot)(ex,
bisul yg tertutup), dan swab
Anaerob : biopsi dan aspirasi
Aspirasi untuk :
Abses tertutup
Luka bergaung dengan cairan di dalamnya yang tertutup debris
superfisial
Swab :
Pus diluar dibersihkan terlebih dahulu dengan swab yang telah
dicelupkan dengan NaCl steril dengan swab baru buat usapan dari
dasar ulkus
Tidak dianjurkan untuk mengambil pus yang berasal dari drain (Wahid, M.
H. 2007)

F. Cara Kerja
Identifikasi dilakukan berdasarkan pada :
1. Pemeriksaan mikroskopik dengan pewarnaan gram
Alat dan bahan :
Alat : Bahan :
- Kaca obejek suspensi bakteri Staphylococcus sp
- ose
- Lampu spirtus
- Mikroskop
Cara kerja :
1) Buat apusan kering dari suspense bakteri yang tealh disediakan
2) Sedian yang telah difiksasi di bubuhi Kristal violet (1 menit)
3) Cuci dengan air mengalir, tetesi lugol (1 menit)
4) Cuci dengan air mengalir, tetesi alkolhol 96 % (20 30 detik)
5) Cuci dengan air mengalir, tetesi safranin (30 detik)
6) Cuci dengan iar mengalir, keringkan
7) Amati dengan mikroskop perbesaran 100X
2. Pembiakan (morfologi dan sifat koloni)
Bahan pemeriksaan ditanam pada perbenihan media agar darah dan
MSA (manitol salt agar), inkubasi pada suhu 37 selama 18 24 jam.
Kemudian hari berikutnya lakukan pengamatan koloni pada media
tersebut. Kemudian dilakukan kembali pewarnaan gram dari koloni yang
tumbuh untuk di identifikasi jenis spesies Staphylococcus nya.
3. Uji katalase dan uji biokimia
Uji katale untuk membedakan Staphylococcus dengan
Streptococcus.
Alat dan bahan :
Alat : Bahan :
- Objek glass - Koloni bakteri tersangka
- Ose - Larutan 2H2O
- Lampu spirtus
Cara kerja :
1) Siapkan objek galss, ambil 1 ose koloni bakteri
2) Tetesi dengan 2H2O aduk dengan ose
3) Amati terbentuknya gelembung gas
Uji bikomia dengan manitol untuk membedakan spesies dari bakteri
Staphylocccus sp.
Alat dan bahan :
Alat : Bahan :
- Ose - Koloni bakteri tersangka
- Lampu spirtus - Media manitol
Cara kerja :
1) 1 ose koloni ditanam pada media manitol
2) Inkubasi pada suhu 37 selama 24 jam
3) Amati perubahan waran pada media
4. Uji plasma koagulase
Uji plasma koagulase digunakan untuk mengetahui bakteri
Staphylococcus yang pathogen.
Alat dan bahan :
Alat : Bahan :
- Ose - Plasma
- Lampu spirtus - Koloni bakteri
- Objek glass
Cara kerja :
1) 1 ose koloni bakteri di tempatkan pada objek glass
2) Tambahkan 1 tetes plasma sitrat manusia
3) Campur dan baca hasilnya, hasil positif akan di tandai dengan
gumpalan putih.
5. Uji resistensi terhadap novobiosin
Cara kerja :
1) Sediakan lempeng agar Mueller hinton, buat suspense kuman pada
NaCl fisiologis sampai didapat kekeruhan 1 Mc farland
2) Tanam suspense kuman pada agar
3) Letakkan cakram antibiotic novobiosin
4) Inkubasi pada suhu 37 selama 24 jam.

G. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil pengamatan
Hari I :
1. Hasil direct preparat dengan pewarnaan Gram
Sampel : se Bentuk : coccus
Susunan : bergerombol, satu
kokus, diplokokus
Sifat : Gram positif
Tersangka :Staphylococcus sp

Sampel : sa Bentuk : coccus


Susunan : bergerombol
Sifat : gram positif
Tersangka : Staphylococcus sp

Hari II :
1. Morfologi koloni
Media
Cirri-ciri koloni Agar Darah MSA
Koloni : se Koloni : sa Koloni : se
Bentuk koloni Bulat Bulat Bulat
Diameter(mm) 3 mm 3 mm 0.1 mm
Warna Putih Putih Putih
Elevasi Convex / Convex / Convex /
cembung cembung cembung
Permukaan Molst / basah Molst / basah Molst / basah
Pinggiran Rata Rata Rata
Sifat hemolisis* - hemolisis -
Mempermentasi - - Tidak
manitol memfermentasi
manitol
2. Hasil pewarnaan Gram dari koloni tersangka media AD
Sampel : se Bentuk : coccus
Susunan : bergerombol,
satu kokus, diplokokus
Sifat : Gram positif
Tersangka :Staphylococcus
sp
Sampel : sa Bentuk : coccus
Susunan : bergerombol,
satu kokus, diplokokus
Sifat : Gram positif
Tersangka :Staphylococcus
sp

3. Hasil uji katalase : koloni + H2O2 bergelembung,

katalase positif (+)


Hari III :

No. Parameter pemeriksaan Hasil


1. Plasma koagulase Negatif (-)
2. Gula manitol Negatif (-)
3. Gula glukosa Positif (+)
4. Resistensi terhadap novobiosin Sensitif (diameter 20 mm)

B. Pembahsan
Cara pemeriksaan bakteri tersangka dapat dilakukan dengan car :
1. Pemeriksaan langsung
Dari bahan dibuat sediaan/preparat, kemudian diadakan
pewarnaan. Dapat dipakai zat warna sederhana, tetapi lebih baik
dengan zat warna Gram. Umumnya bersifat gram positif. Secara
mikroskopis tidak dapat dibedakan antara staphylococcus patogen dan
yang non patogen.
2. Penanaman
Kalau ditanam pada media agar darah selama 18 jam suhu 37O C
akan tumbuh koloni. Untuk melihat ada tidaknya hemolisin, atau
terbentuknya pigmen. Pengeraman harus lebih lama lagi. Pada infeksi
campuran penanaman pada media ditambah 75 % NaCl agar flora lain
sukar tumbuh.
3. Tes Koagulase
Plasma sitrat yang telah diencerkan 1:5 dicampur dengan
pertumbuhan Staphylococcus dalam media cair dalam jumlah yang
sama. Kemudian ditunggu selama 3 jam, apabila terjadi perjendelan
berarti bahwa Staphylococcus tersebut menghasilkan koagulase.
Semua staphylococcus aureus yang tes koagulase positif adalah
bersifat patogen terhadap manusia, kecuali staphylococcus albus yang
dapat menyebabkan endocarditis (radang selaput dalam jantung).
4. Tes Manitol
Staphylococcus ditanam pada media cair (air pepton) + 5 %
manitol + phenol merah (sebagai indikator). Setelah dieramkan 18-24
jam akan terjadi perubahan warna menjadi kuning; karena terbentuk
asam.( Juuti, K. 2004)
Sama halnya dengan pemeriksaan bakteri tersangka pada
praktikum kali ini yaitu dengan cara :
1. Pemeriksaan mikroskopik
Dari kedua sampel didapat :
Bentuk koloni : coccus
Susunan : bergerombol diplokokus, satu kokus
Sifat : gram positef
Tersangka : Staphylococcus sp
2. Isolasi
Sampel bahan pemeriksaan diisolasi dalam media dan
diinkubasi dalam inkubator dengan suhu 37o C selama 24 jam.
a. Biakan pada Agar Darah (BAP= Blood Agar Plate)
Media BAP untuk membedakan bakteri yang
menghemolisa darah dan non hemolisa. Pengamatan koloni
pada media:
Media Agar Darah : Koloni berwarna putih, halus,
dan basah. Pada sampel sa di sekitar koloni menjadi jernih
atau transparan pada terjadi hemolisis. Kemudian Yang tumbuh
pada media BAP dengan koloni hemolisa positif kemudian
dilakukan pembuatan preparat dan pewarnaan metode Gram (
karena Streptococcus juga hemolisa positif ).
Hasil Pemeriksaan : Bentuknya Coccus/bulat, ungu gram
positif. Susunannya bergerombol seperti buah anggur.
b. Biakan pada MSA (Manitol Salt Agar).
Media MSA : Koloni berwarna merah berarti tidak
memecah manitol.
c. Koloni pada subkultur dilakukan uji katalase dan parameter
pemriksaan yang lain.
Uji Katalase : 1 ose koloni + 1 ose H2O2 3%. Hasil
positif dengan indikasi dengan terbentuknya gelembung. Tes
katalase menentukan apakah organisme menghasilkan enzim
katalase yang menguraikan hidrogen peroksida menjadi air
dan oksigen.
Parameter pemriksaan lain :

No. Parameter pemeriksaan hasil


1. Plasma koagulase Negatif (-)
2. Gula manitol Negatif (-)
3. Gula glukosa Positif (+)
Resistensi terhadap Sensitif (diameter 20
4.
novobiosin mm)

H. Kesimpulan
Diagnostik bakteriologik :
Dari bahan pemeriksaan dengan sampel se didapatkan bakteri
Staphylococcus epedermidis sedangkan dari sampel sa didapatkan bakteri
Staphylococcus aureus.
Pertanyaan : Streptococcus

Klasifikasi Streptococcus sp
Kingdom : Bacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Lactobacillales
Family : Streptococcaceae
Genus : Streptococcus
Spesies : Streptococcus pneumonia
Streptococcus pyogenes
Streptococcus agalactiae
Streptococcus viridians
Streptococcus anginosus

Morfologi
Streptococcus berbentuk bulat atau oval, memanjang seperti rantai, bersifat
gram positif, tidak bergerak, tidak membentuk spora atau kapsul dan bersifat
fakultatif aerob. Diameter bakteri berukuran 0,7-1,4m. Bakteri ini dapat hidup
di air tawar dan air laut dengan kisaran suhu baginpertumbuhannya antara 10-
45C (Karantina, 2003).
Streptococcus adalah sel sferis, coccus tunggal berbentuk batang atau ovoid
dan tersusun seperti rantai. Coccus membelah pada bidang yang tegak lurus
sumbu panjang rantai. Panjang rantai bervariasi dipengaruhi oleh factor
lingkungan. Streptococcus merupakan bakteri gram positif, namun pada biakan
yang lama dan bakteri yang mati Streptococcus kehilangan gram positifnya dan
terlihat seperti gram negatif. Hal ini dapat terjadi setelah inkubasi semalaman
(Jawetz dkk, 2007 ). Selain itu, Streptococcus tidak motil, tidak dapat membentuk
spora, dan ada yang berkapsul (Soemarno, 1962).
Biakan Selektif (Identifikasi)
Kebanyakan streptococcus tumbuh dalam media padat sebagai koloni
discoid, biasanya berdiameter 1-2 mm. Strain yang menghasilkan bahan sampai
kering membentuk koloni mukoid (Jawetz, 1986).
Media yang dapat digunakan untuk menumbuhkan Streptococcus, yaitu
sebagai berikut:

a) Blood Agar Plate (BAP)


Koloni Streptococcus yang tumbuh pada media ini berukuran kecil-
kecil, bulat halus, berdiameter kurang dari 1 mm, pinggiran rata dan
disekeliling koloni tampak zone :
Bening : hemolisis total (Beta streptococcus)
Jernih kehijauan : hemodigesti (Alpa Streptococcus)
Tidak berubah sama sekali : Gamma Streptococcus

b) Manit Salt Agar (MSA)


Koloni Streptococcus pada media MSA berukuran kecil, smooth, bulat
dan cembung-cembung. Warna koloni putih kekuningan, artinya bakteri
mampu memfermentasikan bahan dalam media.

Gejala Klinis
Berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh Streptococcus hemolitik
kelompok A mungkin berkaitan dengan produk ekstraseluler yang dihasilkannya
dalam jumlah yang besar. Lebih dari 20 macam senyawa dihasilkan sifatnya
antigenik dan sebagian besar tampaknya berperan dalam menimbulkan penyakit.
Produk-produk itu juga penting dalam diagnosis infeksi streptokokal (Irianto,
2006).
Berbagai proses penyakit dihubungkan dengan infeksi Streptococcus.
Sifat-sifat biologik organisme penginfeksi, sifat respon inang, dan jalan masuknya
infeksi sangat mempegaruhi gambaran patologik.
Selain faringitis streptokokus (atau radang tenggorokan), spesies
Streptococcus tertentu dapat menyebabkan meningitis, pneumonia bakteri,
endokarditis, api luka dan fasiitis nekrotikans (para 'pemakan daging' infeksi
bakteri).However, many streptococcal species are non-pathogenic. Selain itu,
Streptococcus mutans juga menyebabkan karies gigi. Namun, banyak spesies
streptokokus non-patogenik. Streptococci are also part of the normal of the mouth,
skin, intestine, and upper respiratory tract of humans. Streptococcus juga
merupakan bagian dari normal flora normal pada mulut, kulit, usus, dan saluran
pernapasan bagian atas manusia (Wikipedia, 2010).

Antigen
Streptococcus hemolitik dapat dibagi dalam beberapa golongan serologi
(A-U), dan golongan-golongan tertentu dapat dibagi lagi menjadi beberapa
tipe. Beberapa zat antigen yang ditemukan:
1. Antigen dinding sel spesifik-golongan: karbohidrat ini terdapat dalam
dinding sel banyak streptococcus dan merupakan dasar penggolongan
serologik (golongan A-U Lancefield).
2. Protein M: zat ini adalah factor virulensi utama dari Spyogenes golongan
A. Protein M nampak sebagai bentuk yang mirip rambut pada dinding sel
streptococcus.
3. Zat T: Antigen ini tidak mempunhyai hubungan dengan virulensi
streptococcus. Zat T memungkinkan perbedaan tipe-tipe tertentu
streptococcus oleh aglutinasi dengan antiserum spesifik, sedangkan tipe
lainnya mempunyai zat T yang sama. Antigen permukaan lainnya
dinamakan protein R.
4. Nukleoprotein: Ekstraksi streptococcus dengan basa lemah menghasilkan
campuran protein dan zat-zat lain dengan spesifitas serologik yang
rendah, dan di namakan zat P. Zat ini mungkin merupakan sebagian besar
badan sel streptococcus.
Pertanyaan : bagaimana bakteri gram positif dan bakteri gram negatif

GRAM POSITIF
Gram-positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna kristal
violet sewaktu proses pewarnaan Gram sehingga akan berwarna biru atau ungu di
bawah mikroskop.
Bakteri gram positif seperti Staphylococcus aureus (bakteri patogen yang
umum pada manusia) hanya mempunyai membran plasma tunggal yang
dikelilingi dinding sel tebal berupa peptidoglikan. Sekitar 90 persen dari dinding
sel tersebut tersusun atas peptidoglikan sedangkan sisanya berupa molekul lain
bernama asam teikhoat.
Ciri-ciri bakteri gram positif yaitu:
Struktur dinding selnya tebal, sekitar 15-80 nm, berlapis tunggal atau
monolayer.
Dinding selnya mengandung lipid yang lebih normal (1-4%), peptidoglikan
ada yang sebagai lapisan tunggal. Komponen utama merupakan lebih dari
50% berat ringan.
Mengandung asam tekoat.
Bersifat lebih rentan terhadap penisilin.
Pertumbuhan dihambat secara nyata oleh zat-zat warna seperti ungu kristal.
Komposisi nutrisi yang dibutuhkan lebih rumit.
Lebih resisten terhadap gangguan fisik.
Resistensi terhadap alkali (1% KOH) larut
Tidak peka terhadap streptomisin
Toksin yang dibentuk Eksotoksin Endotoksin

GRAM NEGATIF

Bakteri gram-negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat


warna kristal violet sewaktu proses pewarnaan Gram sehingga akan berwarna
merah bila diamati dengan mikroskop. bakteri gram negatif (seperti E. coli)
memiliki sistem membran ganda di mana membran pasmanya diselimuti oleh
membran luar permeabel. Bakteri ini mempunyai dinding sel tebal berupa
peptidoglikan, yang terletak di antara membran dalam dan membran luarnya.
Ciri-ciri bakteri gram negatif yaitu:
Struktur dinding selnya tipis, sekitar 10 15 mm, berlapis tiga atau multilayer.
Dinding selnya mengandung lemak lebih banyak (11-22%), peptidoglikan
terdapat didalam
lapisan kaku, sebelah dalam dengan jumlah sedikit 10% dari berat kering,
tidak mengandung asam tekoat.
Kurang rentan terhadap senyawa penisilin.
Pertumbuhannya tidak begitu dihambat oleh zat warna dasar misalnya kristal
violet.
Komposisi nutrisi yang dibutuhkan relatif sederhana.
Tidak resisten terhadap gangguan fisik.
Resistensi terhadap alkali (1% KOH) lebih pekat
Peka terhadap streptomisin
Toksin yang dibentuk Endotoksin

KARAKTERISTIK GRAM POSITIF DAN NEGATIF

Karakteristik Gram positif Gram negatif

Homogen dan tebal (20-80 nm) Peptidoglikan (2-7 nm) di antara


serta sebagian besar tersusun membran dam dan luar, serta
Dinding sel dari peptidoglikan. Polisakarida adanya membran luar (7-8 nm
lain dan asam teikoat dapat ikut tebalnya) yang terdii dari lipid,
menyusun dinding sel. protein, dan lipopolisakarida

Bulat, batang atau filamen Bulat, oval, batang lurus atau


melingkar seprti tand koma,
Bentuk sel heliks atau filamen; beberapa
mempunyai selubung atau
kapsul

Pembelahan biner Pembelahan biner, kadang-


Reproduksi
kadang pertunasan

kemoorganoheterotrof Fototrof, kemolitoautotrof, atau


Metabolisme
kemoorganoheterotrof

Kebanyakan nonmotil, bila Motil atau nonmotil. Bentuk


motil tipe flagelanya adalah flagela dapat bervariasi-
Motilitas
petritrikus (petritrichous) polar,lopotrikus (lophtrichous),
petritrikus (petritrichous).

Anggota Biasanya tidak memiliki Dapat memiliki pili, fimbriae,


tubuh apendase tangkai
(apendase)
Beberapa grup dapat Tidak dapat membentuk
Endospora
membentuk endspora endospora

Bakteri Gram Positif dan Negative


Bakteri dapat diklasifikasikan berdasarkan metoda pewarnaan gram menjadi
2 kelompok besar, yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Pewarnaan
ini membedakan bakteri berdasarkan karakteristik fisik dan kimia dinding sel-
nya. Pewarnaan Gram meliputi 3 proses utama, yaitu pengecatan dengan kristal
violet, dekolorisasi (penghapusan warna)dengan etil alkohol atau aseton,
kemudian counterstaining atau pemberian pewarna kontras menggunaan air
fukhsin.

Bakteri gram positif

Bakteri gram negatif


Pada awal pengecatan, semua bakteri akan berwarna ungu, proses
dekolorisasi dan pemberian warna kontraslah yang membedakan antara kedua
jenis bakteri ini. Bakteri gram positif akan menunjukkan warna ungu karena
memiliki lapisan peptidoglikan tebal yang menahan kristal violet selama
pengecatan gram.Sedangkan pada bakteri gram negatif akan berwarna merah
akibat tipisnya dinding peptidoglikan sehingga kristal violet terbuang selama
proses dekolorisasi dan pemberian air fukhsin akan mengecat bakteri gram negatif
menjadi merah.

Pewarnaan Gram
Reagen
o Kristal violet (pewarnaan primer)
o Larutan lugol (untuk memfiksasi kristal violet di dinding sel)
o Etil alcohol,aseton, alcohol 96% (untuk dekolorisasi)
o Air fukhsin atau Safranin (pewarnaan kontras)
o Air
Langkah kerja
o Suspensi kuman ( biakan kuman dalam tetesan garam fisiologis)
disebarkan setipis mungkin dan melingkar diatas glass deck.
o Biarkan mengering atau dapat dihangatkan di atas api.
o Fiksasi suspensi dengan dilewatkan diatas api 3 kali.
o Warnai kuman dengan kristal violet selama 5 menit.
o Bersihkan kristal violet yang tidak terikat dengan bilasan air yang lembut
(jangan melebihi 5 detik).
o Beri larutan lugol, biarkan selama 1 menit untuk memfiksasi kristal
violet).
o Buang larutan lugol, bilas dengan etil alcohol atau alkohol 96% secara
lembut hingga tidak ada zat warna yang mengalir lagi.Pada tahap ini
bakteri gram negative akan tampak tidak berwarna ungu lagi.Sedangkan
bakteri gram positif tetap berwarna ungu.
o Bilas sampel dengan air, dan beri pewarnaan kontras dengan air fukhsin
selama 1-2 menit. Bakteri gram positif tetap berwarna ungu dan bakteri
gram negative akan menjadi merah akibat pewarnaan kontras.
o Cuci sampel dan periksa dengan mikroskop.

Karakteristik bakteri gram positif :


Memiliki cytoplasmic lipid membrane
Memiliki lapisan peptidoglikan yang tebal
o Terdapat asam teichoic dan lipoid yang membentuk lapisan asam
lipoteichoic yang berguna untuk chelating agen dan untuk adhesi tipe
tertentu.
Beberapa spesies memiliki kapsul polisakarida
Beberapa spesies memiliki flagellum
o Jika terdapat akan diperkuat oleh 2 cincin, berbeda dengan bakteri gram
negative yang flagellumnya diperkuat oleh 4 cincin.

Karakteristik bakteri gram negative :


Memiliki Cytoplasmic membrane
Lapisan peptidoglikan tipis
Memiliki membran tambahan diluar lapisan peptidoglikan yang dipisahakan
oleh spasium periplasmik.
Membran luar terdiri atas Lipopolisakarida (LPS) yang tersusun oleh lipid A,
inti polisakarida, antigen O
Terdapat porin di membran luar sebagai pori-pori untuk molekul tertentu.
Memiliki S-layer (Surface layer) yang melekat langsung pada membran luar.
Jika memiliki flagella, maka akan disokong oleh 4 buah cincin.
Tidak memiliki asam teichoic ataupun asam lipoteichoic.
Lipoprotein merekat pada polisakarida.
Kebanyakan tidak mengalami sporulasi.

Beberapa perbedaan sifat yang dapat dijumpai antara bakteri gram positif
dan bakteri gram negative adalah sebagai berikut :
Pembeda Bakteri gram positif Bakteri gram negatif

Dinding sel :
Lapisan peptidoglikan lebih tebal lebih tipis
Kadar lipid 1-4 % 11-22%
Resistensi terhadap alkali tidak larut larut
(1% KOH)
Kepekaan terhadap lebih peka kurang peka
Iodium
Toksin yang dibentuk eksotoksin endotoksin
Resistensi terhadap lebih tahan lebih peka
tellurit
Sifat tahan asam ada yang tahan asam tidak ada yang tahan
asam
kepekaan terhadap lebih peka kurang peka
penisilin
kepekaan terhadap tidak peka peka
streptomisin

Bakteri gram positif memiliki lapisan petidoglikan yang tebal tetapi tidak
memiliki membranluar. Sedangkan pada bakteri gram negative, lapisan
peptidoglikan tipis dan memilki membran luar yang tersusun atas
Lipopolisakarisa (LPS) dan protein.

Bakteri Gram Positif


Berdasarkan klasifikasi phyla bakteri yang asli, bakteri gram positif
termasuk dalam filum Firmicutes. Didalamnya terdapat kelompok- kelompok
bakteri yang sudah banyak dikenal, yaitu :
Staphylococcus
Streptococcus
Enterococcus
Bacillus
Corynebacterium
Nocardia
Clostridium
Actinobacteria
Listeria

Bakteri Gram Negatif


Bakteri gram negatif termasuk dalam divisi Gracillicutes.
Proteobacteria adalah grup mayor dalam kelompok bakteri gram negatif.Jenis-
jenisnya yaitu :
Enterobacteriaceae
o Escherichia Coli
o Salmonella
o Sigella
Pseudomonas
Moraxella
Helicobacter
Stenotrophomonas
Bdellovibrio
Bakteri asam asetat
Legionella
Alpha-proteobacteria
o Wolbachia
Cyanobacteria
Spirochaeta
green sulfur & green non-sulfur bacteria.

Bakteri Gram Positif Dan Gram Negatif


Gram negatif dan gram positif adalah klasifikasi bakteri yang dibedakan
dari ciri- ciri fisik bakteri tersebut. perbedaan yang mendasar terdapat pada
peptidoglikan yang terkandung dalam dinding sel kedua bakteri tersebut. pada
bakteri gram positive lapisan peptidoglikannya lebih tebal, sedangkan pada gram
negatif lapisan peptidoglikan lebih tipis. Sehingga saat identifikasi dengan
pewarnaan bakteri gram positif akan berwarna sedangkan bakteri gram negatif
warna akan hilang saat disiram etanol.
Berikut penjabaran perbedaan karakteristik antara bakteri gram positif dan
gram negatif:
1. Dinding sel
- Gram positif : homogen dan tebal ( 20-80 nm)sebagian besar tersusun dari
peptidoglikan sebagian lagi terdiri dari polisakarida lain dan asam teikoat.
- Gram negatif : terdiri lapisan membran luar dan membran dalam,
diantaranya terdapat lapisan peptidoglikan setebal 2-7 nm, tebal membran
luar 7-8 nm tersusun dari polisakarida, lipid, dan protein.
2. Bentuk sel
- gram positif : bulat, batang atau filamen
- gram negatif : bulat, oval, batang lurus atau melingkar seperti koma, heliks
atau flamen, dan beberapa memiliki kapsul pelindung.
3. Reproduksi
- gram positif : pembelahan biner
- gram negatif : pembelahan biner, kadang pertunasan
4. metabilosme
- gram positif: kemoorganoheterotrof
- gram negatif :fototrof, kemolitoaotutrof, kemoorganoheterotrof
5. motilitas ( flagela/ alat gerak)
- gram positif :kebanyakan nonmitil, bila memiliki motil maka tipe
falgelanya adalah petritrikus
- gram negatif : motil dan non motil, bentuk flagela bervariasi,
polar,iopotrikus dan petritrikus

contoh - contoh bakteri gram positif dan gram negatif serta perannya dalam
kehidupan manusia.
gram positif :
Staphylococus : penyebab impetigo, keracunan makanan, bronkitis
Streptococus : penyebab pneumonia, meningitis, karies gigi
Enterococus : penyebab enteritis
Listeria : penyebab listeriosis
Basillus : penyebab anthrax ( Basillus antharx)
Clostridium : penyebab tetanus ( Clostridium tetani), botulisme
Mycobacterium : penyebab tuberkulosa, difteri
Mycoplasma : penyebab jerawat, peumonia

gram negatif :
Salmonella : penyebab thypus (Salmonella thyposa), salmonelosis
Escherichia : penyebab gastroenteritis / radang saluran cerna ( Escherichia
coli)
Shigella : penyebab disentri
Pseudomonas : penyebab infeksi luka bakar
Hellicobacter : penyebab tukak lambung
Haemophilus : penyebab bronkhitis , pneumonia (Heumophilus influenzae)
Bordetella : penyebab batuk rejan (Bordetella pertusis)
Chlamydia : penyebab pneumonia, uretritis, trakoma

Bakteri gram negatif lebih berbahaya saat menimbulkan penyakit dibanding


gram positif karena bakteri jenis gram negatif dapat menghasilkan endotoksin,
dan memiliki enzym pada kapsula yang dapat menimbulkan resistensi terhadap
antibiotik.
Namun bakteri juga dapat memberikan manfaat bagi kehidupan mnusia
,contohnya:
- Escherichia coli yang benyak ditemukan di dalam usus besar berperan dalam
pembusukan makanan dan penghasil vitamin K (gram negatif)
- Rhizobium dapat menyuburkan tanah
- Pseudomonas denitrificans dapat menghasilkan vitamin B12 (gram negatif)
- Lactobasillus casei membantu dalam pembuatan keju (gram positif )
- Lactobacillus bulgaris membantu pembuatan yoghurt (gram positif)
- Acetobacer cylinum membantu pembuatan nata de coco (gram negatif)
- Acetobacer membantu dalam pembuatan cuka (gram negatif)
- Sterptococus griseus untuk pembuatan antibiotik (gram positif)
Pertanyaan : Langkah-langkah KOH

A. Pendahuluan
Bakteri mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas. Bakteri
merupakan mikroorganisme yang berukuran mikroskopik. Selain mikroskopik,
bakteri juga hampir tidak berwarna atau transparan dan kontras dengan air.
Sehingga melihat dan mengamati bakteri dalam kedaan hidup sangat sulit. Untuk
mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bakteri.
Ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian
mikrobiologi. Hal itu untuk mempernudah proses identifikasi bakteri.
Banyak metode atau tahapan standar yang dilakukan dalam
mengidentifikasi mikroba, salah satunya berdasarkan sifat kimiawinya. Sel terdiri
dari berbagai bahan kimia. Bila sel mikroba diberi perlakuan kimiawi, maka sel
ini memperlihatkan susunan kimiawi yang spesifik. Sebagai contoh disini adalah
bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air,
dimanasel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk mengamati
bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode
pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat
fisiologisnya yaitumengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian
pengecatan.
Dalam taksonomi mikroba alat yang paling ampuh digunakan yaitu
pewarnaan Gram (Gram Stain), yang dapat digunakan untuk memisahkan
anggota- anggota dominan bakteria ke dalam dua kelompok berdasarkan
perbedaan dinding selnya. Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang lebih
sederhana,dengan jumlah peptidoglikan yang relatif banyak. Dinding sel bakteri
gram-negatif memiliki peptidoglikan yang lebih sedikit dan secara struktural lebih
kompleks. Membran bagian luar pada dinding sel gram-negatif mengandung
lipopolisakarida, yaitu karbohidrat yang terikat dengan lipid. Diantara bakteri
patogen,yang menyebabkan penyakit, spesies gram-negatif umumnya lebih
berbahaya dibandingkan dengan spesies gram-positif
Melihat dari berbagai devinisi yang telah disebutkan diatas maka kami
sangat tertarik untuk melakukan pengujian guna untuk mengidentifikasi dan
mengetahui morfologi dari bakteri utamanya pada bakteri yang ber gram positif
dan gram negatif serta dapat mengetahui morfologi bakteri aerob dan anaerob
dengan cara pewarnaan gram, uji KOH dan uji fisiologis mikroba.

B. Tinjauan
Mikroorganisme sulit dilihat dengan mikroskop cahaya, karena tidak
mengadsorbsi atau pun membiaskan cahaya. Alasan inilah yang menyebabkan zat
warna digunakan untuk mewarnai mikroorganisme karena zat warna
mengadsorbsi dan membiaskan cahaya sehingga kontras mikroorganisme dengan
lingkungannya ditingkatkan. Karakterisasi merupakan salah satu kegiatan yang
dilakukan untuk mengobservasi bakteri maupun kapang hasil isolasi (isolat).
Kegiatan karakterisasi dapat dilakukan berdasarkan sifat sitologi (bentuk sel,
gerak atau motilitas, sifat Gram dan endospora), sifat morfologi, dan sifat
fisiologi. Uji sifat morfologi mencakup sifat-sifat koloni, seperti ukuran, bentuk,
warna dan tepian, sedangkan uji sifat fisiologi diantaranya uji hidrolisis pati,
hidrolisis lemak, hidrolisis protein dan uji katalase (Subandi, 2009).
Menurut Pelzar et al , macam-macam pewarnaan antara lain pewarnaan
sederhana yaitu dengan menggunakan larutan tunggal suatu pewarna pada lapisan
tipis yang sudah di fiksasi. Pewarnaan differentsial yaitu prosedur pewarnaan
yang menampilkan perbedaan diantara sel-sel mikroba atau bagian bagian sel
mikroba dari pewarnaan gram adalah teknik pewarnaan differensial digunakan
untuk bakteri (Pelzar, 2005)
Pewarnaan Gram dan spora dapat dilakukan dalam uji sifat sitologi suatu
bakteri. Prinsip pewarnaan Gram adalah kemampuan dinding sel terhadap zat
warna dasar (Kristal violet) setelah pencucian alkohol 96%. Bakteri Gram positif
terlihat berwarna ungu karena dinding selnya mengikat Kristal violet lebih kuat,
sedangkan sel Gram negatif mengandung lebih banyak lipid sehingga pori-pori
mudah membesar dan Kristal violet mudah larut saat pencucian alkohol.
Pewarnaan spora dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya spora pada
bakteri. Spora dapat terbentuk saat kondisi tidak memungkinkan pertumbuhan
bakteri. Spora juga mampu mengikat warna lebih cepat dan sukar melepaskannya
(Fardiaz, 2007).
Pewarnaan gram dilakukan bertujuan sama dengan uji gram yaitu untuk
membedakan bakteri apakah gram positif atau gram negatif, bakteri dicampur
dengan tetesan air steril pada gelas objek, kemudian disebarkan ditengah gelas
obyek sehingga membentuk lapisan tipis dan difiksasi. Dengan kristal violet
olesan bakteri digenangi selama dua menit, lalu dicuci dengan air mengalir, dan
dikering anginkan. Diberi yodium selama dua menit, dicuci dengan air mengalir
dan dikeringanginkan. Selanjutnya diberi larutan pemucat yaitu alkohol 95%,
tetes demi tetes sampai zat warna ungu tidak terlihat lagi, lalu dicuci pada air
mengalir dan dikeringanginkan. Kemudian dogenangi lagi dengna safranin selama
30 detik, lalu dicuci dan dibiarkan kering diudara. Warna merah pada olesan
bakteri menujukkan bakteri gram negatif dan jika warna ungu menunjukkan
bakteri gram positif (Michael, 2008).

C. Metodologi praktikum
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah : Lampu spritus, jarum
ose, kaca benda, mikroskop, dan pipet.
Bahan yang di gunakan pada praktikum ini adalah : biakan murni dan
larutan KOH 3.
Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum ini adalah :
- Uji larutan KOH
1. Mengambil satu ose biakan bakteri bacillus dan campurkan 2 tetes larutan
KOH 3%, di atas gelas objek.
2. Mengaduk secara merata dengan jarum ose, tarik jarum ose ke atas gelas
objek dan amati pembentukan lendir. Jika terbentuk lendir
mengindikasikan bakteri gram negatif (-), jika tidak berlendir
mengindikasikan bakteri gram positif (+).
3. Lakukan hal yang sama (prosedur 1 dan 2) untuk isolat-isolat bakteri
lainnya.

D. Hasil & Pembahasan


Hasil
Hasil pengamatan pada praktikum ini di bentuk dalam tabel sebagai
berikut :
NO Kode Isolat Hasil Pengamatan
Pewarnaan Gram Uji KOH
Reaksi Gram Bentuk Sel
1. Koloni pertama Positif Tidak pecah Tidak berlendir
2. Koloni kedua Negatif Pecah Berlendir
3. Koloni ketiga Positif Tidak pecah Tidak berlendir
4. Koloni keempat Negatif Pecah Berlendir

Pembahasan
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode untuk
membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram-positif dan
gram-negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini
diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram
(18531938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk
membedakan antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae.
Dengan metode pewarnaan Gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu bakteri Gram positif dan Gram negatif berdasarkan reaksi atau sifat
bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh
komposisi dinding selnya. Oleh karena itu, pengecatan Gram tidak bisa dilakukan
pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp
Contoh bakteri yang tergolong bakteri tahan asam, yaitu dari genus
Mycobacterium dan beberapa spesies tertentu dari genus Nocardia. Bakteribakteri
dari kedua genus ini diketahui memiliki sejumlah besar zat lipodial (berlemak) di
dalam dinding selnya sehingga menyebabkan dinding sel tersebut relatif tidak
permeabel terhadap zat-zat warna yang umum sehingga sel bakteri tersebut tidak
terwarnai oleh metode pewarnaan biasa, seperti pewarnaan sederhana atau Gram.
Perbedaan dasar antara bakteri gram positif dan negatif adalah pada
komponen dinding selnya. Bakteri gram positif lapisan peptidogliaknnya tebal
sehingga tidak mengalami lisis atau kebocoran sel, sedangkan bakteri gram
negative lapisan peptidoglikannya tipis sehingga mengalami lisis atau kebocoran
sel akibatnya berlendir. Bakteri gram positif memiliki membran tunggal yang
dilapisi peptidoglikan yang tebal (25-50nm) sedangkan bakteri negative lapisan
peptidoglikogennya tipis (1-3 nm).

E. Kesimpulan
Gram memiliki dinding sel yang tebal dan lemak yang tipis sedangkan
gram berlemak tebal dan berdinding sel tipis yang berada di ruang periplasma.
penentuan sifat gram dengan KOH 3% (disebutKOH string test) memiliki hasil
yang sama dengan pewarnaan gram.
Semua bakteri memiliki enzim proteinase tapi tidak semuanya memiliki
enzim proteinase ekstraseluler, aktivitas enzim ini juga dapat dibuktikan dengan
adanya zona bening di sekeliling koloni. Jenis bakteri yang dapat menghidrolisis
protein adalah bakteri yang memproduksi enzim proteinase ekstraseluler.
Lampiran :
Pertanyaan : Langkah-langkah Gram

Pada pewarnaan digunakan zat warna bersifat basa seperti methylen blue,
methylviolet, fuchsin air, safranin. Zat warna bersifat basa ini bermuatan listrik
positif (kation) sehingga mampu mewarnai sel kuman dikarenakan sel kuman
banyak mengandung asam nukleat (nucleic acid) dan fosfat yang bermuatan
negatif (anion). Zat warna asam umumnya tidak dapat mewarnai sel kuman.
Ukuran bakteri sangat kecil sehingga setelah dilakukan pewarnaan maka untuk
pengamatan dilakukan dibawah mikroskop dengan pembesaran 1000 kali.
Adapun jenis pewarnaan adalah :
- Pewarnaan sederhana
- Pewarnaan khusus
- Pewarnaan diferensial
Prosedur Pembuatan Hapusan Bakteri :
1. Bersihkan gelas objek dengan kain bersih agar tidak berlemak, gelas objek
dilayang kan diatas nyala api
2. Setelah didinginkan, beri label dengan pensil kaca atau spidol
3. Teteskan satu tetes aquadest atau garam faal pada gelas objek
4. Pijarkan sengkelit kemudian dinginkan
5. Ambil sediaan yang hendak diwarnai dengan menggunakan sengkelit.
Pada saat mengambil sediaan, hanya ujung sengkelit yang menyentuh
koloni.
6. Suspensikan sediaan tersebut pada tetesan aquadest pada gelas objek lalu
sebarkan dengan gerakan memutar agar rata. Luas sediaan 1-2 cm2 .
Pijarkan kembali sengkelit yang dipakai untuk mengambil sediaan yang
mengandung bakteri tadi
7. Sediaan dibiarkan mengering di udara, kemudian lewatkan diatas nyala
api sebanyak 3 kali agar sediaan melekat sempurna di atas permukaan
gelas objek (sisi gelas objek yang mengandung sediaan menghadap keatas
agar tidak terkena nyala api).
A. Pewarnaan Sederhana
1. Lakukan fiksasi dari koloni atau dari sediaan langsung
2. Lumuri dengan zat warna methylen blue sampai menutupi seluruh
permukaan sediaan selama 30-60 detik
3. Cuci dengan air untuk menghilangkan zat warna yang berlebihan
4. Keringkan di udara dengan bantuan nyala api dan kertas saring.
5. Sediaan siap untuk dilihat dibawah mikroskop.

B. Pewarnaan Diferensial
I. Pewarnaan Gram
Pewarnaan diferensial Gram sering dipakai pada pemeriksaan rutin .
Pewarnaan Gram (Dr. Hans Christian Gram , 1884) dapat membedakan bakteri
atas 2 golongan besar yaitu :
1. Bakteri Gram positif, yaitu bakteri yang berwarna ungu (oleh karena
mampu menahan zat warna ungu terhadap zat peluntur).
2. Bakteri Gram negatif, yaitu bakteri yang berwarna merah (warna counter
stain) oleh karena zat peluntur melepaskan zat warna ungu lalu
mengambil warna counter stain (fuchsin air, safranin).

Perbedaan ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel bakteri. Pada sel
bakteri Gram positif, ikatan warna violet dengan jodium tidak dapat dilepaskan
oleh peluntur alkohol atau aceton ; sedangkan pada bakteri yang Gram negatif,
ikatan ini terlepas kembali sehingga protoplasma mengambil warna kedua (
counter stain).

Teknik Pelaksanaan Pewarnaan Gram :


1. Lakukan fiksasi ( seperti cara yang sudah diterangkan)
2. Tuang zat warna ungu kristal diatas sediaan :
Jika memakai warna ungu kristal.....................................................1 menit
Jika memakai karbol-gentian violet..................................................5 menit
3. Cuci sediaan dengan air kran.........................................................5-10detik
4. Genangi dengan larutan lugol.........................................................1 menit
5. Cuci sediaan dengan air kran.........................................................5-10 detik
6. Celup dan goyang dalam bak berisi alkohol 96%...........................30 detik
Jika dalam aceton alkohol................................................................10 detik
Jika dalam aceton.............................................................................3 detik
7. Cuci sediaan dengan air kran
8. Genangi dengan fuchsin-air ( safranin) selama..............................1-2 menit
9. Cuci kembali dengan air kran, lalu keringkan diudara
10. Setelah kering, lihat dibawah mikroskop

II . Pewarnaan Bakteri Tahan Asam


Bakteri tahan asam ( BTA ) sangat sukar diwarnai dengan zat warna
anilin, akan tetapi dengan menggunakan larutan zat warna yang keras ( misalnya
yang mengandung fenol) dan disertai pemanasan ( atau memasuki zat kimia
tergitol), maka zat warna tersebut dapat masuk kedalam sel bakteri tersebut. Dan
sekali zat warna memasuki sel bakteri tersebut maka zat warna sukar dilepaskan
dengan menggunkana zat peluntur walaupun menggunakan pelarut yang kuat.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka bakteri yang termasuk BTA ,
diwarnai dengan zat warna fuchsin basa ( basa fuchsin) yang mengandung fenol,
kemudian dilunturkan dengan asam keras ( H2SO4 20% atau HCl 3% dalam
alkohol 95% yang disebut asam alkohol).
Hasilnya bakteri tidak tahan asam akan melepaskan zat warna lalu
mengambil zat warna kedua ( zat warna kontras), sedangkan bakteri BTA akan
mempertahankan zat warna.
Pewarnaan Ziehl Neelsen (Pewarnaan BTA Menurut Ziehl Neelsen)
Cara Membuat Sediaan Dahak
Pewarnaan Metode Ziehl Neelsen
Pewarnaan BTA menurut Tan Thiam Hok-Devulder
1. Buat sediaan, fiksasi seperti biasa
2. Genangi dengan larutan Kinyoun selama.........................................3 menit
3. Cuci dengan air selama.................................................................... menit
4. Genangi dengan Larutan
5. Gabbet............................................................................................1-3 menit
6. Cuci dengan air dan kemudian dikeringkan

Larutan Kinyoun terdiri dari :


- Basic fuchsin....................... 4 gr
- Fenol................................... 8 cc
- Alkohol 95%....................... 20 cc
- Aquadest............................ 100cc

Larutan Gabbet terdiri dari :


- Biru metilin.............................. 1 gr
- H2SO4 96%............................ 20 cc
- Alkohol absolut....................... 30 cc
- Aquadest .................................50 cc

C. Pewarnaan Khusus
Tidak semua bakteri atau bagian-bagiannya dapat diamati dengan baik
dengan pewarnaan sederhana atau pewarnaan gram. Untuk dapat mempelajari
morfologi atau mengamati bagian-bagian tertentu bakteri maka harus dilakukan
pewarnaan khusus.
I . Pewarnaan spora menurut Schaefer Fulton
1. Buat sediaan dan fiksir pada gelas objek
2. Tuang dengan larutan malachite green 5%
3. Panaskan dibawah nyala api ( jangan mendidih ) selama 5 menit
4. Cuci dengan air
5. Genangi dengan safranin atau air fuchsin 0.05%... selama 30 detik
6. Cuci dengan air kran dan keringkan

II. Pewarnaan Kapsul menurut Gins-Burri ( modified)


1. Sediakan satu tetes suspensi bakteri yang akan diamati pada salah satu
ujung gelas objek. Kemudian pada kiri dan kanannya diteteskan pula satu
tetes tinta India dan satu tetes larutan glukosa 6%.
2. Campurkan ketiga tetesan tadi dengan ujung gelas objek tadi yang bersih
dan dengan bantuan gelas objek tersebut dibuat sediaan hapus (seperti
membuat sediaan hapus darah).
3. Keringkan sediaan hapus tersebut dan fiksir dengan cara menggenanginya
dengan metilalkohol lalu keringkan hati-hati diatas nyala api.
4. Genangi dengan larutan kristal violet selama 1-2 menit.
5. Cuci dengan air, lalu keringkan.
6.
III. Pewarnaan Flagella
Dikenal beberapa cara untuk pewarnaan flagella yaitu pewarnaan menurut
Gray, menurut Leifson atau modifikasi Leifson. Agar hasil pewarnaan baik,
digunakan kultur berusia 12-24 jam.
1. Buat suspensi bakteri dalam aquadest ( jangan NaCl) dari koloni hingga
membentuk campuran yang tidak terlalu tebal ( cloudy).
2. Campurkan satu tetes suspensi diatas dengan satu tetes aquadest pada
gelas objek yang bebas lemak. Gelas objek harus dibersihkan dengabn
NaOH KOH agar lemak dapat dihilangkan dan cuci dengan asam chlorida
encer lalu bilas dengan aquadest.
3. Letakkan satu tetes kultur yang akan diperiksa itu diatas objek gelas dan
buatlah sediaan hapus yang tipis lalu keringkan dengan nyala api. Hati-hati
sebab pemanasan dapat menghancurkan flagella. Digunakan mordant dari
Gray dan Carbofuchsin sebagai zat warnanya.

Cara Gray
1. Sediaan pada objek gelas digenangi dengan mordant dari uan Gray selama
5-10 menit
2. Cuci dengan aquadest
3. Genangi dengan carbofuchsin selama 5-10 menit
4. Cuci dengan air kran
5. Keringkan dan periksa dibawah mikroskop

IV.Pewarnaan Giemsa Untuk Chlamydia


1. Buat sediaan pada gelas objek yang dikeringkan dalam udara ( jangan
dipanaskan)
2. Fiksir sediaan tersebut dengan metanol absolut selama 5 menit
3. Genangi dengan larutan Giemsa yang dibuat baru dan biarkan selama 1
jam
4. Cuci segera dengan ethyl alkohol 95% untuk membuang kelebihan zat
warna
5. Keringkan

V. Pewarnaan Gimenez Untuk Chlamydia


1. Buat sediaan hapus yang tipis pada gelas objek dan keringkan dalam udara
( jangan dipanaskan)
2. Genangkan dengan carbol basic fuchsin yang disaring dan biarkan selama
1-2 menit
3. Cuci dengan air kran hingga bersih
4. Genangi dengan malachit green selama 6-9 detik
5. Cuci dengan air kran
6. Keringkan dengan bantuan kertas hisap
Hasil : elementary bodies berwarna merah dan warna dasar kehijauan

VI. Pewarnaan Truant Auramine-Rhodamine


Merupakan tekhnik pewarnaan mycobacteria memakai tekhnik
fluorescent, jadi hasil pewarnaan diamati dengan mikroskop fluorscent. Zat warna
yang digunakan yaitu :
a. Zat warna fluorescent
Auramine O ( C.I.41000)...... 1,50 g
Rhodamine B ( C.I.749)...... 0,75g
Glycerol................................ 75.00 ml
Phenol.................................. 10.00ml
Aquadest............................. 50.00ml
b. Decoloriser: 0.5% HCl dalam 70%ethyl alkohol
c. Counter stain : potassium permanganas 0.5% dalam air

Teknik pewarnaan :
1. Buat sediaan hapus dan fiksir dengan dipanaskan
2. Genangi dengan zat warna fluorescent selama 15 menit, suhu 370C
3. Cuci dengan aquadest
4. Lunturkan dengan decoloriser selama 2-3 menit
5. Cuci dengan aquadest
6. Genangi dengan counterstain selama 2-4 menit
7. Cuci dengan air dan keringkan
DAFTAR PUSTAKA

1. Cahtim, A., dan Suharto. 1993. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran.


Jakarta: Bina Aksara Rupa. hal.39-52.
2. Jawetz, J. L. Melnick, E. A. Adelberg, G. F. Brooks, J. S. Butel and L. N.
3. Orston. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 20. Diterjemahkan oleh E.
Nugroho & R.F. Maulany. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. hal. 211-215.
4. Juuti, K. 2004. Surface protein Pls of methicillin-resistant Staphylococcus
aureus role in adhesion, invasion and pathogenesis, and evolutionary
aspects. [Disertation]. Helinski: Department of Biological and
Environmental Sciences Faculty of Biosciences. p. 61-63.
5. Lowy, F. 2003. Gram positive : the example of Staphylococcus aureus. J
Clinic Invest. 111(9): 1265-1273.
6. Wahid, M. H. 2007. Pengambilan specimen mikrobiologi . Dalam: Andra.
Jakarta, 29 Juni-1 Juli. Jakarta: Farmacia.
7. Sitti Zuleiha, Penuntun Praktikum Mikrobiologi Kedokteran, Departemen
Mikrobiologi FK USU Medan, 2005.
8. Levinson, W., Jawetz E., Medical microbiology & immunology :
examination & board review, International Edition, 7th edition, McGraw-
Hill, USA, 2003.
9. Murray R.P , Rosenthal, K.S., Kobayashi G.S., Pealler M.A.,Medical
microbiology , 4th edition, Mosby, Missouri, 2002.
10. Josodiwondo S., Kokus Negatif Gram, Buku Ajar Mikrobiologi
Kedokteran Fakultas Kedokteran UI, Jakarta, Edisi Revisi, 1994.
11. Warsa UC, Kokus Positif Gram, Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran,
Fakultas Kedokteran UI, Jakarta, Edisi Revisi, 1994.
12. Farrdiaz. 2007. Mikrobiologi Dasar Jilid I. Jakarta : Erlangga.
13. Michael. 2008. Microbiology 2nd Edition USA : WMC Brown Publisher.
14. Pelzar Et Al. 2005. Dasar- dasar Mikrobiologi. Jakarta: PT Penerbit
Djambatan.
15. Subandi,U.2009. Mikrobiologi dasar Dalam Praktek. Gramedia. Jakarta.
16. Ballows A, Hausler WJ. Diagnostic Procedurs for Bacterial, Mycotic and
Parasitic Infection.6th ed. Amer Public Health Assoc. Inc. Washington DC:
808-810, 1981
17. Frankel s, reitman S and Sonnenwith,AC: Grad wohls Clinical Laboratory
th
Methods and Diagnosis. 7 ed. The Mosby .Co.Saint Louis 2: 1068-
76,1970
18. Iswara R. Buku Penuntun Praktikum Mikrobiologi Kedokteran, 9-13, 1987
19. Lennete EH, Balows A, Hausler WJ and Truant JP: Manual of Clinical
Microbiology. 3th ed. Amer Society for Microbiol. Washington DC.1011-
1024, 1980

Anda mungkin juga menyukai