Dosen Pembimbing :
dr. Dewi Klarita Furtuna, M. Ked. Klin,Sp
Disusun oleh :
Andreany Uria Utama Ludjen
( FAA 114 028 )
Energi yang dilepaskan pada reaksi ini sebesar 2880 kJ per mol, yang
disimpan dalam regenerasi 38 ATP dari 38 ADP per glukosa. Angka ini 19
kali lebih besar daripada yang dihasilkan reaksi anaerobik. Organisme
eukariotik (semua kecuali bakteri) hanya memperoleh 36 ATP yang
diregenerasi dari ADP dalam proses ini. Hal ini disebabkan terdapat membran
yang harus dilewati oleh transport aktif.
2) Bakteri anaerob
Anaerob artinya hidup tanpa udara. Perkembangan bakteri anaerob ini
terjadi pada tempat-tempat yang sedikit atau sama sekali tidak mengandung
oksigen. Kuman-kuman ini normalnya ditemukan di mulut, saluran
pencernaan dan vagina serta pada kulit. Umumnya penyakit-penyakit yang
disebabkan oleh bakteri anaerob adalah gas gangren, tetanus dan botulisme.
Bakteri anaerob dapat menyebabkan infeksi jika barier (sawar) normal (seperti
kulit, gusi dan dinding usus) mengalami kerusakkan akibat pembedahan, jejas
atau penyakit. Biasanya sistem kekebalan tubuh akan membunuh bakteri yang
masuk ke dalam tubuh, tetapi kadang-kadang bakteri tersebut mampu
berkembang dan menyebabkan infeksi. Bagian tubuh yang mengalami
kerusakkan jaringan (nekrosis) atau suplai aliran darahnya sedikit merupakan
tempat-tempat yang disenangi oleh bakteri anaerob untuk tumbuh dan
berkembang karena miskin akan oksigen. Keadaan yang kurang mengandung
oksigen dapat disebabkan karena penyakit pembuluh darah, keadaan syok,
trauma/cedera dan tindakkan pembedahan.
Bakteri anaerob dapat menyebabkan infeksi di seluruh bagian tubuh.
Misalnya:
Mulut, kepala dan leher. Infeksi dapat terjadi pada saluran akar gigi, gusi,
rahang, tonsil, tenggorok, sinus-sinus dan telinga.
1. Paru : bakteri anaerob menyebabkan pneumonia, abses paru, infeksi pada
salaput pembungkus paru (empiema) dan pelebaran bronkhus pada paru
(bronkiektasis).
2. Rongga perut, infeksi bakteri anaerob didalam perut membentuk abses,
radang selaput rongga perut (peritonitis) dan radang usus buntu
(apendisitis).
3. Saluran kelamin wanita : bakteri anaerob menyebabkan abses panggul,
penyakit radang panggul, peradangan dinding rahim (endometritis) serta
infeksi panggul yang diikuti keguguran atau persalinan prematur.
4. Kulit dan jaringan lunak : bakteri anaerob sering menyebabkan ulkus pada
penderita diabetes, gangren, infeksi yang merusak lapisan kulit sebelah
dalam dan jaringan serta luka infeksi akibat gigitan.
5. Susunan saraf pusat : Bakteri anaerob menyebabkan pembentukkan abses
pada otak dan susunan saraf pada tulang belakang.
6. Aliran darah : Bakteri anaerob dapat ditemukan di dalam aliran darah
penderita yang sakit (keadaan ini disebut bakteremia).
Pertanyaan : Perbedaan eukariotik & prokariotik
Setiap organisme tersusun dari salah satu diantara dua jenis sel yang secara
struktural berbeda, sel prokariotik dan sel eukariotik. Hanya bakteri dan arkhea;
alga hijau biru yang memiliki sel prokariotik. Sedangkan protista, tumbuhan,
jamur dan hewan semuanya mempunyai sel eukariotik.
Sel Prokariotik. Kata prokariota (prokaryote) berasal dari bahasa Yunani,
pro yang berarti sebelum dan karyon yang artinya kernel atau juga disebut
nukleus. Sel prokariotik tidak memiliki nukleus. Materi genetiknya (DNA)
terkonsentrasi pada suatu daerah yang disebut nukleoid, tetapi tidak ada membran
yang memisahkan daerah nukleoid ini dengan bagian sel lainnya.
Sedangkan sel eukariotik, eu berarti sebenarnya dan karyon berarti
nukleus. Eukariotik mengandung pengertian memiliki nukleus sesungguhnya yang
dibungkus oleh selubung nukleus.
Selaput sitoplasma atau membran sel bakteri berfungsi dalam seleksi dan
pengangkutan larutan ke dalam sel; berperan dalam transfer elektron dan
fosforilasi oksidatil; pada bakteri aerob berperan dalam pengeluaran enzim
hidrolitik; sebagai tempat enzim dan molekul pembawa yang berfungsi dalam
biosintesis DNA, polimer dinding sel dan lipid selaput.
Komponen utama membran sel tersusun atas lipid dan protein atau lipoprotein.
Membran sel bakteri dan sianobakteri membentuk lipatan ke dalam yang
dinamakan mesosom. Pada beberapa bakteri, mesosom berperan dalam
pembelahan sel. Sedangkan pada sianobakteri, mesosom berfungsi sebagai
kompleks fotosintetik yang mengadung pigmen fotosintesis.
Di dalam sitoplasma terdapat kurang lebih 20.000 - 30.000 ribosom yang
tersusun atas RNA dan protein. Ribosom merupakan tempat sintesis protein.
Ribosom prokariotik tersusun atas sub unit kecil dan sub unit besar yang
berukuran 30 S dan 50 S (Svedberg). Pada saat proses transaksi, kedua sub unit ini
bersatu untuk menjalankan fungsinya. Di dalam sitoplasma juga terdapat molekul
protein dan enzim yang digunakan dalam setiap reaksi kimia di dalam sitoplasma.
Bakteri juga menyimpan cadangan makanan di sitoplasma dalam bentuk granula-
granula tidak larut air. Materi genetik sel prokariotik membentuk suatu struktur
yang dinamakan nukleoid, merupakan kromosom tunggal. Antara materi inti
dengan sitoplasma tidak terdapat pembatas atau tidak memiliki membrane inti. Sel
prokariotik mengandung sejumlah kecil DNA dengan total panjang antara 0,25
mm sampai 3 mm yang mampu mengkode 2000 3000 protein.
2. Struktur Sel Eukariotik
b. Sitoplasma
Sitoplasma merupakan cairan sel yang dibungkus oleh membrane
plasma. sitoplasma mengandung gula, asam amino, lemak,ion-ion dan
senyawa kimia lain yang digunakan untuk metabolisme sel. Di dalam
sitoplasma terdapat membran intrasel yang membungkus organel sel, misalnya
membran yang membungkus mitokrondria, kloroplas, lisosom, peroksisom,
retikulum endoplasma, dan badan Golgi. Bagian sitoplasma yang berada di
antara organel dinamakan sitosol. Volume sitosol lebih kurang 50% dari
volume sel. Di dalam sitosol juga terdapat protein dan enzim-enzim untuk
reaksi kimia.
c. Mitokondria
Ukuran mitokondria bervariasi, tetapi rata-rata ukuran diameternya
antara 0,2 - 0,7 mikrometer (pm) dan panjangnya antara 1 - 4 mikrometer.
Ukuran mitokondria ini hampir sama dengan ukuran bakteri yang
menunjukkan salah satu bukti evolusi bahwa mitokondria merupakan bakteri
yang bersimbiosis dengan sel eukoriotik. Bentuk mitokondria bervariasi,
tergantung dari jenis selnya, misalnya pada sel-sel awal embrio, bentuk
mitokondrianya bulat atau oval, sedangkan pada sel-sel lain bentuknya seperti
gelendong dan ada juga yang berbentuk pipa. Karena ukurannya yang relatif
besat mitokondria dapat terlihat cukup jelas di bawah mikroskop cahaya. Pada
umumnya, mitokondria tersebar secara acak di dalam sel dan cenderung
berkumpul pada bagian sel yang banyak memerlukan energi, misalnya di
sekitar gelendong pembelahan, atau di sekitar memmbran yang melakukan
endositosis. Jumlah mitokondria di dalam sel bervariasi tergantung dari jenis
sel, spesies organisme, dan keadaan fisiologi sel. Selsel yang metabolismenya
aktif banyak mengandung mitokondria dibandingkan sel-sel yang tidak aktif.
Mitokondria memiliki kelenturan yang tinggi sehingga bentuknya dapat
berubah-ubah dari waktu ke waktu. Selain itu, mitokondria mampu bergerak
atau berpindah dari satu tempat ke tempat lain dalam sitoplasma. Bagian-
bagian utama mitokondria dibedakan menjadi dua, yaitu bagian selaput atau
membran dan bagian matriks. Membran mitokondria ada dua yaitu membran
luar dan membran dalam. Antara membran dalam dan membran luar terdapat
ruang antarmembran yang berisi berbagai macam enzim. Membran luar
mitokondria lebih tipis dari pada membrane dalam yaitu kurang dari 6
nanometer, sedangkan membran dalam berukuran antara 6 - 8 nanometer.
Membran dalam mitokondria membentuk juluran-juluran ke arah matrik
sehingga memperluas permukaan dalamnva. Iuluran membran ke arah matriks
ini dinamakan tristae. Matriks mitokondria merupakan bagian mitokondria
yang menyerupai gel. Di dalam matriks mitokondria terdapat ribosom, DNA,
RNA dan beberapa protein yang larut dalam air serta filamen, dan granul.
Pada membran dalam (inner membrane) mitokondria terdapat beberapa jenis
protein yang terlibat dalam proses pembentukan ATP. Di dalam sel, ATP
merupakan molekul berenergi tinggi yang akan digunakan untuk metobolisme
sel. Selain berfungsi menghasilkan energi dalam bentuk ATP, mitokondria
juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan ion kalsium di dalam sel. Ion-ion
ini disimpan dalam suatu badan khusus yang dinamakan granul. Mitokondria
di dalam sel mampu menggandakan diri, sehingga jumlahnya dapat bertambah
sesuai dengan kebutuhan energi sel.
d. Retikulum Endoplasma
Retikulum Endoplasma (RE) merupakan bentukan membran yang
sangat berlipat-lipat membatasi suatu ruangan yang disebut lumen (sisterna).
Antara lumen RE dengan sitosol hanya dipisahkan oleh selapis membran
sehingga memudahkan terjadinya pertukaran zat antara lumen RE dengan
sitosol. Berdasarkan ada tidaknya ribosom yang menempel pada permukaan
luar membran, RE dibedakan menjadi dua, yaitu Retikulum Endoplasma
Halus (Smooth Endoplasmic Reticulumi /SER) dan Retikulum Endoplasma
Kasar(Rough Endoplasmic Reticulum / RER). Pada RER permukaan luar
membrannya banyak ditempeli oleh ribosom.sebaliknya pada SER permukaan
luar membrannya tidak ditempeli oleh ribosom. RER banyak dijumpai pada
sel-sel yang aktif mensekresikan protein misalnya sel sel pancreas, kelenjar
ludah, dan kelenjar lainnya.
Protein yang dihasilkan dari RER antara lain adalah protein yang
disekresikan keluar sel, protein integral membran, protein-protein khusus di
dalam organel, seperti protein di dalam Golgi, lisosom, endosom, dan vakuola,
makanan pada sel tumbuhan. SER banyak ditemukan pada otot rangka,
tubulus ginjal, dan kelenjar endokrin yang mensekresikan hormon steroid.
gambar:Re hewan
g. Badan Mikro
1) Peroksisom
Organel ini ditemukan pada sel hewan, sel tumbuhan tertentu
maupun sel ragi. Peroksisom pertama kali ditemukan oleh De Duve dan
kawan-kawannya pada tahun 1965 di dalam sel-sel hati. Di dalam
peroksisom ditemukan beberapa macam enzim oksidase dan enzim
katalase. Oleh karena enzim - enzim ini berperan dalam pembentukan
katalase. oleh karena enzim - enzim ini berperan dalam pembentukan dan
pembongkaran hidrogen peroksida(H2O2) , maka organel tersebut
dinamakan peroksisom.Pada sel tumbuhan, fungsi organel ini berkaitan
dengan siklus glioksilat sehingga dinamakan glioksisom. Di dalam sel,
peroksisom berbentuk bulat telur dengan diameter kurang lebih antara 0,5
- 0,7 mikrometer, hanya dibungkus oleh selapis membran. Jumlah
peroksisom untuk tiap sel bervariasi antara 70-700. Peroksisom memiliki
kemampuan untuk membelah diri sehingga dapat membentuk peroksisom
anak. Protein dan lipid yang diperlukan ditransfer dari sitosol. Selain
berfungsi untuk pembentukan dan perombakan H2O, menjadi substrat
organik dan H2O, peroksisom juga berfungsi untuk merombak asam lemak
yang tersimpan dalam biji menjadi glukosa untuk proses perkecambahan.
2) Glioksisom
Glioksisom merupakan badan mikro yang hanya ditemukan pada sel
tumbuhan. Diameter glioksisom antara 0,5 sampai 1,0 mikrometer.
Sedangkan peroksisom merupakan badan mikro yang ditemukan baik pada
sel hewan maupun sel tumbuhan. Glioksisom banyak ditemukan pada biji-
bijian yang berperan sebagai tempat menyimpan asam lemak untuk
pembentukan energi dalam Proses perkecambahan.
Salah satu proses utama pada biji yang sedang mengalami
perkecambahan adalah perubahan dari asam lemak dalam glioksisom,
menjadi karbohidrat atau disebut glukoneogenesis. Penguraian asam
lemak menjadi asetil ko-A selanjutnya berubah menjadi oksaloasetat untuk
membentuk sitrat. Asam sitrat yang terbentuk akan diubah menjadi
glukosa melalui serangkaian reaksi enzimatis yang terdapat di dalam
glioksisom.
h. Ribosom
Ribosom merupakan salah satu organel tidak bermembran yang
ditemukan pada semua sel, baik sel prokariotik maupun eukariotik. Pada
eukariotik , organel ini terdapat pada sitoplasma, menempel pada permukaan
luar retikulum endoplasma, didalam metriks mitokondria dan didalam stroma
kloroplas.
Ribosom terdiri atas dua sub unit yaitu sub unit besar darn sub unit kecil.
Kedua sub unit ini akan berfusi jika proses trnaslasi berlangsung.Sub unit
ribosom dinyatakan dengan satuan S (Svedberg) yang merupakan nama
penemunya, satuan ini menunjukkan kecepatan pengendapan pada saat sub
unit tersebut disentrifugasi, misalnya sub unit kecil dan sub unit
besar ribosom pada eukariotik adalah 40S dan 60s. Komponen penyusun besar
ribosom terdiri atas protein ribosom dan ARN ribosom (ARN-r). Protein
ribosom disintesis oleh bebas yang terdapat di dalam sitoplasma, sedangkan
ARN-r ditranskripsi di dalam anak inti (nukleous).
Organel ini merupakan tempat berlangsungnya penerjemahan (translasi)
kodon (kode genetik) yang dibawa ARN-duta (ARN-d). Hasil translasi ini
adalah polipeptida. Polipeptida hasil translasi pada RER akan dikirim dan
diolah di dalam AG menjadi protein membran, dan enzim lisosom, atau
disekresikan ke luar sel melalui vesikel. Sedangkan polipeptida
hasil translasi pada ribosom bebas dikirim ke mitokondria, sebagai enzim
peroksisom, atau sebagai protein ribosom.
i. Sitoskeleton
Di dalam sitosol juga ditemukan adanya sitoskeleton yang tersusun atas
mikrotubulus, mikrofilamen dan filamen intermediat. Sitoskeleton berfungsi
untuk menyokong bentuk sel dan memungkin terjadinya gerakan-gerakan
organel di dalam sitoplasma. Mikrotubulus ada yang Ietaknya terbenam di
dalam sitosol, dinamakan mikrotubulus sitoplasmik dan ada juga yang
berfungsi sebagai penyusun organel , sepe'rti silia, flagela, dan sentriol.
Mikrofilamen merupakan protein kontraktil yang berfungsi untuk pergerakan
di dalam sitoplasma, misalnya aliran sitoplasma di dalam sel tumbuhan dan
gerak amoeboid pada leukosit.
1. Mikrotubulus
Mikrotubulus tersusun atas molekul protein tubulin. Ada dua jenis
protein tubulin penyusun tubulin, yaitu tubulin dan tubulin . Setiap
mikrotubulus tersusun atas 13 protofilamen yang tersusun paralel
mengelilingi suatu sumbu. Ada dua macam mikrotubulus di dalam sel
yang dibedakan atas stabilitasnya, yaitu mikrotubulus stabil dan
mikrotubulus labil. Contoh mikrotulus stabil adalah pembentuk silia dan
flagela. Sedangkan mikrotubulus labil contohnva mikrotubulus pembentuk
gelendong pembelahan.
Mikrotubulus sitoplasmik didalam sel berfungsi sebagi keranga
dalam yang menetukan bentuk sel dan untuk transfer molekul di dalam sel.
Mikrotubulus ini berbentuk serabut tunggal dengan diameter lebih kurang
25 nanometer. Beberapa organel yang tersusun dari mikrotubulus adalah
sentriol, silia dan flagella.
2. Mikrofilamen
Mikrofilamen biasanya banyak terdistribusi dibawah permukaan
membrane plasma. Panjang mikrofilamen bervariasi, dengan diameter
lebih kurang 7 m. Mikrofilamen tersusun atas protein, terutama aktin dan
miosin. Hampir semua jenis sel hewan mengandung aktin. Aktin dan
miosin banyak ditemukan terutama pada sel otot, dengan komposisi
miosin yang lebih sedikit dibandingkan aktin. Kedua jenis protein ini
berperan untuk pergerakan, misalnya aliran sitoplasma pada sel tumbuhan
(siklosis), dan gerak amoeboid pada Protozoa.
3. Filamen lntermediet
Filamen intermediet memiliki diameter antara 8-10 pm, berbentuk
pembuluh, tersusun atas 4-5 protofilamen yang tersusun melingkar,
bersifat liat, stabil, dan tersusun atas protein fibrosa. Sebagaian besar
filamen intermediet berfungsi untuk menyokong sel dan inti sel. Letak
filamen inibiasanya terpusat disekitar inti. Pada sel epitel, filamen
intermediet membentuk anyaman yang berfungsi untuk menahan tekanan
dari luar. Contoh filamen entermediet antara lain adalah kertin, vimentin,
neurofilamen, lamina nuclear, dan keratin.
j. Inti Sel (Nucleus)
gambar:NUKLEUS
Pada sel eukariotik, materi intinya telah diselubungi oleh suatu membran
dan membentuk struktur inti sel atau nukleus. Bagian bagian yang menyusun
inti sel antara lain adalah membran inti, pori membran,matriks inti sel
(matriks), kromatin atau kromosom, dan anak inti (nukleolus). Pada
umumnya, inti sel berbentuk bulat, tetapi ada juga yang bentuknya seperti
gelendong. Sel eukariotik umumnya memiliki satu inti sel, tetapi ada juga
beberapa jenis sel yang memiliki inti lebih dari satu.
Berikut ini uraian tentang bagian-bagian penyusun inti sel.
1) Membran inti
Membran inti terdiri atas dua lapis, yaitu membran luar (membran
sitosolik) dan membran dalam (membran nukleo-plasmik). Di antara kedua
membran tersebut terdapat ruangan antar membran (perinuklear space)
selebar 10-15 nm. Membran luar inti bertautan dengan membran ER. Pada
membran inti juga terdapat enzim-enzim seperti yang terdapat pada
membran ER, misalnya sitokrom, transferase, dan glukosa-6-fosfatase.
Permukaan luar membran inti juga berikatan dengan filamen intermediet
yang menghubungkannya dengan membran plasma sehingga inti
terpancang pada suatu tempat di dalam sel.
2) Pori Membran Inti
Pada membran inti terbentuk pori-pori sebagai akibat pertautan
antara membran luar dan membran dalam inti. Diameter pori berkisar
antara 40 - 100 nm. Jumlah pori membran inti bervariasi tergantung dari
jenis sel dan kondisi fisiologi sel. Fungsi pori membrane inti ini, antara lain
sebagai jalan keluar atau masuknya senyawa senyawa dari inti dan
menuju inti, misalnya tempat keluarnya ARN duta dan protein ribosom.
Pori membran inti dikelilingi oleh bentukan semacam cincin (anulus) yang
bersama-sama dengan pori membentuk kompleks pori. Bagian dalam
cincin membentuk tonjolan-tonjolan ke arah lumen pori. Pada bagian
tengah pori terdapat sumbat tengah (central plug).
3) Matriks Inti (nukleoplasma)
Komponen utama dari matriks inti adalah protein vang kebanyakan
berupa enzim dan sebagian adalah protein structural inti. Matriks inti
diduga ikut berperan dalam proses proses pada materi inti, misalnya
transkripsi, replikasi DNA, dan proses proses lainva di dalam inti.
4) Materi Genetik
Bagian utama dari sebuah inti sel adalah materi genetik. Semua
aktivitas di dalam sel dikendalikan oleh materi genetik. Pada waktu
interfase, materi genetik dinamakan kromatin. Benang benang kromatin ini
akan mengalami pemampatan (kondensasi) pada saat sel akan membelah.
Kromatin yang mengalami kondensasi ini dinamakan kromosom. Hasil
analisis kimia menunjukkan, bahwa kromatin tersusun atas DNA, RNA,
protein histon dan protein nonhiston.
5) Anak Inti (Nukleolus)
Nukleolus banyak ditemukan pada sel-sel yang aktivitas . sintesis
proteinnya tinggi, misalnya pada neuron, oosit, dan kelenjar. Di dalam inti,
nukleolus tampak sebagai suatu struktur yang merupakan tempat
pembentukan dan penyimpanan prekusor ribosom dan pembentukan sub
unit ribosom. Selain itu, struktur ini merupakan tempat terjadinya proses
transkripsi gen ARN ribosom (ARN-r).
k. Sentriol
Sentriol merupakan organel sel berbentuk silindris dengan diameter
lebih kurang 2 pm (mikrometer) dan panjang lebih kurang 4 ptm. Di dalam
setiap sel mengandung sepasang sentriol yang letaknya saling tegak lurus
dekat inti sel. sentriol berfungsi sebagai bahan pembentuk sillia dan flagella ,
persis dengan sentriol. Jadi, selain sebagai komponen penyusun sentrosom,
sentriol berfungsi sebagai tubuh basalis.
Nukleus
Membran Sel
Plastida
Plastida adalah organel yang meghasilkan warna pada sel tumbuhan.
Plastida dapat dilihat dengan mikroskop cahaya biasa. Organel ini hanya
terdapat pada sel tumbuhan. Dikenal tiga jenis plastida yaitu:
1) Leukoplas
Plastida ini berwarna putih berfungsi sebagai penyimpan makanan,
terdiri dari:
Amiloplas (untuk menyimpan amilum)
Elaioplas atau Lipidoplas (untuk menyimpan lemak/minyak).
Proteoplas (untuk menyimpan protein).
2) Kloroplas
Kloroplas merupakan plastida berwarna hijau. Kloroplas yang
berkembang dalam batang dan sel daun mengandung pigmen hijau yang
dalam fotositesis menyerap tenaga matahari untuk mengubah karbon
dioksida menjadi gula, yakni sumber energi kimia dan makanan bagi
tetumbuhan. Kloroplas memperbanyak diri dengan memisahkan diri
secara bebas dari pembelahan inti sel. Plastida ini berfungsi
menghasilkan klorofil dan sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis.
Dinding Sel
Dinding sel hanya terdapat pada sel tumbuhan. Dinding sel itu tipis,
berlapis-lapis, dan pada tahap awalnya lentur. Lapisan dasar yang terbentuk
pada saat pembelahan sel terutama adalah pektin, zat yang membuat agar-
agar mengental. Lapisan inilah yang merekatkan sel-sel yang berdekatan.
Setelah pembelahan sel, tiap belahan baru membentuk dinding dalam dari
serat selulosa. Dinding ini terentang selama sel tumbuh serta menjadi tebal
dan kaku setelah tumbuhan dewasa. (Sumber: Time Life, 1984).
Pada dinding sel ada bagian yang tidak menebal, yaitu bagian yang
disebut noktah. Melalui noktah ini terjadi hubungan antara antara sitoplasma
satu dengan yang lain yang disebut plasmodesmata. Plasmodesmata berupa
juluran plasma, yang berfungsi menjadi pintu keluar masuknya zat.
Sebagian besar isi dari sel berupa air. Tekanan air atau isi sel terhadap
dinding sel disebut tekanan turgor. Dinding sel dan vakuola berperan dalam
turgiditas sel.
A. Kalasifikasi Staphylococcus
Genus Staphylococcus mencakup 32 spesies. Kebanyakan tidak
berbahaya dan tinggal di atas kulit dan selaput lendir manusia dan organisme
lainnya. Mereka juga menjadi mikroba tanah. Genus ini dapat ditemui di
seluruh dunia.
Kingdom : Moner A
Divisio : Firmicutes
Class : Bacilli
Order : Bacillales
Family : Sthapylococcacae
Genus : Staphyloccocus
Spesies : Staphylococcus aureus
Staphylococcus citerus
Staphylococcus albus
Staphylococcus epidermidis
Staphylococcus saprophyticus (Cahtim dkk, 1993)
Fisiologi
Micrococci tumbuh paling baik pada suhu 220 370. Umumnya dapat
tumbuh dalam lingkungan aerob maupun anaerob. Produksi warna terlihat
baik pada situasi aerob dan terlihat paling baik pada kultur yang tumbuh pada
suhu rendah.
Produksi toksin pada semua strain terlihat pada penanaman dalam media
sederhana yang berisi asam-asam amino, garam glukosa dan faktor
pertumbuhan yaitu thiamin dan asam nicotinat. Dalam garis besarnya strain
aureus lebih aktif metabolismenya dari pada strain albus. Dalam media kaldu
yang berisi dekstrosa, sukrosa, maltosa, dan manitol akan terjadi pemecahan
karbohidrat menjadi asam tanpa gas. (Jawetz, 1996)
C. Patogenitas
Staphylococcus merupakan penyebab terjadinya infeksi yang bersifat
poogenik. Untuk pembuatan kultur dapat diambil bahan dari pernanahan kecil,
bisul kecil, bisul besar, dan abces diberbagai bagian tubuh. Bakteri ini dapat
masuk ke dalam kulit melalui folikel-folikel rambut, muara kelenjar keringat
dan luka-luka kecil. Kemampuan yang menyebabkan penyakit dari
staphylococcus adalah gabungan dari efek yang ditimbulkan oleh produk-
produk ekstraseluler, daya infasi kuman dan kemampuan untuk berkembang
biak.
Staphylococcus patogen mempunyai sifat sebagai berikut:
Dapat menghemolisa eritrosit
Menghasilkan koagulasidapat membentuk pigmen (kuning keemasan)
Dapat memecah manitol menjadi asam
Diantara staphylococcus yang mempunyai kemampuan besar untuk
menimbulkan penyakit ialah Staphylococcus aureus. Staphylococcus
nonpatogen bersifat:
Non hemolitik
Tidak menghasilkan koagulasi
Koloni berwarna putih
Tidak memecah manitol
Infeksi yang ditimbulkan oleh Staphylococcus dapat meluas ke jaringan
sekitarnya, perluasannya dapat melalui darah atau limfe, sehingga pernanahan
disitu bersifat menahun, misalnya sampai pada sumsum sehingga terjadi
radang sumsum tulang (osteomyelitis). Perluasan ini dapat sampai ke paru-
paru, selaput otak dan sebagainya.
E. Pemeriksaan Laboratorium
Untuk pemeriksaan staphylococcus secara laboratorium dapat dilakukan
dengan bermacam-macam cara.
Bahan pemeriksaannya dapat berupa:
Nanah
Darah
Cairan otak
Usapan luka
Pengambilan sampel untuk pemeriksaan mikrobiologi berneda dengan
pemeriksaan laboratorium lainya. Pengambilan sampel untuk mikrobiologi
harus dilakukan secar aseftik unuk mengindari adanya kuman bakteri lain
yang tumbuh pada saat pembiakan pada media.
Pengambilan sampel darah untuk mikrobiologi harus dilakukan dengan
cara :
1. Tindakan asepsis kulit secara melingkar dengan iodophor dan alkohol 70%
2. Darah diambil dengan spuit secara steril
3. Tanpa antikoagulan atau dengan sodium polyanetholsulfonate (SPS)
(Yellow-capped tube) dan pindahkan darah ke botol media kultur
Pengambila sampel dari luka atau usapan luka :
Cara : biopsi(jar. Luka diambil sedikit) (terbaik), aspirasi(disedot)(ex,
bisul yg tertutup), dan swab
Anaerob : biopsi dan aspirasi
Aspirasi untuk :
Abses tertutup
Luka bergaung dengan cairan di dalamnya yang tertutup debris
superfisial
Swab :
Pus diluar dibersihkan terlebih dahulu dengan swab yang telah
dicelupkan dengan NaCl steril dengan swab baru buat usapan dari
dasar ulkus
Tidak dianjurkan untuk mengambil pus yang berasal dari drain (Wahid, M.
H. 2007)
F. Cara Kerja
Identifikasi dilakukan berdasarkan pada :
1. Pemeriksaan mikroskopik dengan pewarnaan gram
Alat dan bahan :
Alat : Bahan :
- Kaca obejek suspensi bakteri Staphylococcus sp
- ose
- Lampu spirtus
- Mikroskop
Cara kerja :
1) Buat apusan kering dari suspense bakteri yang tealh disediakan
2) Sedian yang telah difiksasi di bubuhi Kristal violet (1 menit)
3) Cuci dengan air mengalir, tetesi lugol (1 menit)
4) Cuci dengan air mengalir, tetesi alkolhol 96 % (20 30 detik)
5) Cuci dengan air mengalir, tetesi safranin (30 detik)
6) Cuci dengan iar mengalir, keringkan
7) Amati dengan mikroskop perbesaran 100X
2. Pembiakan (morfologi dan sifat koloni)
Bahan pemeriksaan ditanam pada perbenihan media agar darah dan
MSA (manitol salt agar), inkubasi pada suhu 37 selama 18 24 jam.
Kemudian hari berikutnya lakukan pengamatan koloni pada media
tersebut. Kemudian dilakukan kembali pewarnaan gram dari koloni yang
tumbuh untuk di identifikasi jenis spesies Staphylococcus nya.
3. Uji katalase dan uji biokimia
Uji katale untuk membedakan Staphylococcus dengan
Streptococcus.
Alat dan bahan :
Alat : Bahan :
- Objek glass - Koloni bakteri tersangka
- Ose - Larutan 2H2O
- Lampu spirtus
Cara kerja :
1) Siapkan objek galss, ambil 1 ose koloni bakteri
2) Tetesi dengan 2H2O aduk dengan ose
3) Amati terbentuknya gelembung gas
Uji bikomia dengan manitol untuk membedakan spesies dari bakteri
Staphylocccus sp.
Alat dan bahan :
Alat : Bahan :
- Ose - Koloni bakteri tersangka
- Lampu spirtus - Media manitol
Cara kerja :
1) 1 ose koloni ditanam pada media manitol
2) Inkubasi pada suhu 37 selama 24 jam
3) Amati perubahan waran pada media
4. Uji plasma koagulase
Uji plasma koagulase digunakan untuk mengetahui bakteri
Staphylococcus yang pathogen.
Alat dan bahan :
Alat : Bahan :
- Ose - Plasma
- Lampu spirtus - Koloni bakteri
- Objek glass
Cara kerja :
1) 1 ose koloni bakteri di tempatkan pada objek glass
2) Tambahkan 1 tetes plasma sitrat manusia
3) Campur dan baca hasilnya, hasil positif akan di tandai dengan
gumpalan putih.
5. Uji resistensi terhadap novobiosin
Cara kerja :
1) Sediakan lempeng agar Mueller hinton, buat suspense kuman pada
NaCl fisiologis sampai didapat kekeruhan 1 Mc farland
2) Tanam suspense kuman pada agar
3) Letakkan cakram antibiotic novobiosin
4) Inkubasi pada suhu 37 selama 24 jam.
Hari II :
1. Morfologi koloni
Media
Cirri-ciri koloni Agar Darah MSA
Koloni : se Koloni : sa Koloni : se
Bentuk koloni Bulat Bulat Bulat
Diameter(mm) 3 mm 3 mm 0.1 mm
Warna Putih Putih Putih
Elevasi Convex / Convex / Convex /
cembung cembung cembung
Permukaan Molst / basah Molst / basah Molst / basah
Pinggiran Rata Rata Rata
Sifat hemolisis* - hemolisis -
Mempermentasi - - Tidak
manitol memfermentasi
manitol
2. Hasil pewarnaan Gram dari koloni tersangka media AD
Sampel : se Bentuk : coccus
Susunan : bergerombol,
satu kokus, diplokokus
Sifat : Gram positif
Tersangka :Staphylococcus
sp
Sampel : sa Bentuk : coccus
Susunan : bergerombol,
satu kokus, diplokokus
Sifat : Gram positif
Tersangka :Staphylococcus
sp
B. Pembahsan
Cara pemeriksaan bakteri tersangka dapat dilakukan dengan car :
1. Pemeriksaan langsung
Dari bahan dibuat sediaan/preparat, kemudian diadakan
pewarnaan. Dapat dipakai zat warna sederhana, tetapi lebih baik
dengan zat warna Gram. Umumnya bersifat gram positif. Secara
mikroskopis tidak dapat dibedakan antara staphylococcus patogen dan
yang non patogen.
2. Penanaman
Kalau ditanam pada media agar darah selama 18 jam suhu 37O C
akan tumbuh koloni. Untuk melihat ada tidaknya hemolisin, atau
terbentuknya pigmen. Pengeraman harus lebih lama lagi. Pada infeksi
campuran penanaman pada media ditambah 75 % NaCl agar flora lain
sukar tumbuh.
3. Tes Koagulase
Plasma sitrat yang telah diencerkan 1:5 dicampur dengan
pertumbuhan Staphylococcus dalam media cair dalam jumlah yang
sama. Kemudian ditunggu selama 3 jam, apabila terjadi perjendelan
berarti bahwa Staphylococcus tersebut menghasilkan koagulase.
Semua staphylococcus aureus yang tes koagulase positif adalah
bersifat patogen terhadap manusia, kecuali staphylococcus albus yang
dapat menyebabkan endocarditis (radang selaput dalam jantung).
4. Tes Manitol
Staphylococcus ditanam pada media cair (air pepton) + 5 %
manitol + phenol merah (sebagai indikator). Setelah dieramkan 18-24
jam akan terjadi perubahan warna menjadi kuning; karena terbentuk
asam.( Juuti, K. 2004)
Sama halnya dengan pemeriksaan bakteri tersangka pada
praktikum kali ini yaitu dengan cara :
1. Pemeriksaan mikroskopik
Dari kedua sampel didapat :
Bentuk koloni : coccus
Susunan : bergerombol diplokokus, satu kokus
Sifat : gram positef
Tersangka : Staphylococcus sp
2. Isolasi
Sampel bahan pemeriksaan diisolasi dalam media dan
diinkubasi dalam inkubator dengan suhu 37o C selama 24 jam.
a. Biakan pada Agar Darah (BAP= Blood Agar Plate)
Media BAP untuk membedakan bakteri yang
menghemolisa darah dan non hemolisa. Pengamatan koloni
pada media:
Media Agar Darah : Koloni berwarna putih, halus,
dan basah. Pada sampel sa di sekitar koloni menjadi jernih
atau transparan pada terjadi hemolisis. Kemudian Yang tumbuh
pada media BAP dengan koloni hemolisa positif kemudian
dilakukan pembuatan preparat dan pewarnaan metode Gram (
karena Streptococcus juga hemolisa positif ).
Hasil Pemeriksaan : Bentuknya Coccus/bulat, ungu gram
positif. Susunannya bergerombol seperti buah anggur.
b. Biakan pada MSA (Manitol Salt Agar).
Media MSA : Koloni berwarna merah berarti tidak
memecah manitol.
c. Koloni pada subkultur dilakukan uji katalase dan parameter
pemriksaan yang lain.
Uji Katalase : 1 ose koloni + 1 ose H2O2 3%. Hasil
positif dengan indikasi dengan terbentuknya gelembung. Tes
katalase menentukan apakah organisme menghasilkan enzim
katalase yang menguraikan hidrogen peroksida menjadi air
dan oksigen.
Parameter pemriksaan lain :
H. Kesimpulan
Diagnostik bakteriologik :
Dari bahan pemeriksaan dengan sampel se didapatkan bakteri
Staphylococcus epedermidis sedangkan dari sampel sa didapatkan bakteri
Staphylococcus aureus.
Pertanyaan : Streptococcus
Klasifikasi Streptococcus sp
Kingdom : Bacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Lactobacillales
Family : Streptococcaceae
Genus : Streptococcus
Spesies : Streptococcus pneumonia
Streptococcus pyogenes
Streptococcus agalactiae
Streptococcus viridians
Streptococcus anginosus
Morfologi
Streptococcus berbentuk bulat atau oval, memanjang seperti rantai, bersifat
gram positif, tidak bergerak, tidak membentuk spora atau kapsul dan bersifat
fakultatif aerob. Diameter bakteri berukuran 0,7-1,4m. Bakteri ini dapat hidup
di air tawar dan air laut dengan kisaran suhu baginpertumbuhannya antara 10-
45C (Karantina, 2003).
Streptococcus adalah sel sferis, coccus tunggal berbentuk batang atau ovoid
dan tersusun seperti rantai. Coccus membelah pada bidang yang tegak lurus
sumbu panjang rantai. Panjang rantai bervariasi dipengaruhi oleh factor
lingkungan. Streptococcus merupakan bakteri gram positif, namun pada biakan
yang lama dan bakteri yang mati Streptococcus kehilangan gram positifnya dan
terlihat seperti gram negatif. Hal ini dapat terjadi setelah inkubasi semalaman
(Jawetz dkk, 2007 ). Selain itu, Streptococcus tidak motil, tidak dapat membentuk
spora, dan ada yang berkapsul (Soemarno, 1962).
Biakan Selektif (Identifikasi)
Kebanyakan streptococcus tumbuh dalam media padat sebagai koloni
discoid, biasanya berdiameter 1-2 mm. Strain yang menghasilkan bahan sampai
kering membentuk koloni mukoid (Jawetz, 1986).
Media yang dapat digunakan untuk menumbuhkan Streptococcus, yaitu
sebagai berikut:
Gejala Klinis
Berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh Streptococcus hemolitik
kelompok A mungkin berkaitan dengan produk ekstraseluler yang dihasilkannya
dalam jumlah yang besar. Lebih dari 20 macam senyawa dihasilkan sifatnya
antigenik dan sebagian besar tampaknya berperan dalam menimbulkan penyakit.
Produk-produk itu juga penting dalam diagnosis infeksi streptokokal (Irianto,
2006).
Berbagai proses penyakit dihubungkan dengan infeksi Streptococcus.
Sifat-sifat biologik organisme penginfeksi, sifat respon inang, dan jalan masuknya
infeksi sangat mempegaruhi gambaran patologik.
Selain faringitis streptokokus (atau radang tenggorokan), spesies
Streptococcus tertentu dapat menyebabkan meningitis, pneumonia bakteri,
endokarditis, api luka dan fasiitis nekrotikans (para 'pemakan daging' infeksi
bakteri).However, many streptococcal species are non-pathogenic. Selain itu,
Streptococcus mutans juga menyebabkan karies gigi. Namun, banyak spesies
streptokokus non-patogenik. Streptococci are also part of the normal of the mouth,
skin, intestine, and upper respiratory tract of humans. Streptococcus juga
merupakan bagian dari normal flora normal pada mulut, kulit, usus, dan saluran
pernapasan bagian atas manusia (Wikipedia, 2010).
Antigen
Streptococcus hemolitik dapat dibagi dalam beberapa golongan serologi
(A-U), dan golongan-golongan tertentu dapat dibagi lagi menjadi beberapa
tipe. Beberapa zat antigen yang ditemukan:
1. Antigen dinding sel spesifik-golongan: karbohidrat ini terdapat dalam
dinding sel banyak streptococcus dan merupakan dasar penggolongan
serologik (golongan A-U Lancefield).
2. Protein M: zat ini adalah factor virulensi utama dari Spyogenes golongan
A. Protein M nampak sebagai bentuk yang mirip rambut pada dinding sel
streptococcus.
3. Zat T: Antigen ini tidak mempunhyai hubungan dengan virulensi
streptococcus. Zat T memungkinkan perbedaan tipe-tipe tertentu
streptococcus oleh aglutinasi dengan antiserum spesifik, sedangkan tipe
lainnya mempunyai zat T yang sama. Antigen permukaan lainnya
dinamakan protein R.
4. Nukleoprotein: Ekstraksi streptococcus dengan basa lemah menghasilkan
campuran protein dan zat-zat lain dengan spesifitas serologik yang
rendah, dan di namakan zat P. Zat ini mungkin merupakan sebagian besar
badan sel streptococcus.
Pertanyaan : bagaimana bakteri gram positif dan bakteri gram negatif
GRAM POSITIF
Gram-positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna kristal
violet sewaktu proses pewarnaan Gram sehingga akan berwarna biru atau ungu di
bawah mikroskop.
Bakteri gram positif seperti Staphylococcus aureus (bakteri patogen yang
umum pada manusia) hanya mempunyai membran plasma tunggal yang
dikelilingi dinding sel tebal berupa peptidoglikan. Sekitar 90 persen dari dinding
sel tersebut tersusun atas peptidoglikan sedangkan sisanya berupa molekul lain
bernama asam teikhoat.
Ciri-ciri bakteri gram positif yaitu:
Struktur dinding selnya tebal, sekitar 15-80 nm, berlapis tunggal atau
monolayer.
Dinding selnya mengandung lipid yang lebih normal (1-4%), peptidoglikan
ada yang sebagai lapisan tunggal. Komponen utama merupakan lebih dari
50% berat ringan.
Mengandung asam tekoat.
Bersifat lebih rentan terhadap penisilin.
Pertumbuhan dihambat secara nyata oleh zat-zat warna seperti ungu kristal.
Komposisi nutrisi yang dibutuhkan lebih rumit.
Lebih resisten terhadap gangguan fisik.
Resistensi terhadap alkali (1% KOH) larut
Tidak peka terhadap streptomisin
Toksin yang dibentuk Eksotoksin Endotoksin
GRAM NEGATIF
Pewarnaan Gram
Reagen
o Kristal violet (pewarnaan primer)
o Larutan lugol (untuk memfiksasi kristal violet di dinding sel)
o Etil alcohol,aseton, alcohol 96% (untuk dekolorisasi)
o Air fukhsin atau Safranin (pewarnaan kontras)
o Air
Langkah kerja
o Suspensi kuman ( biakan kuman dalam tetesan garam fisiologis)
disebarkan setipis mungkin dan melingkar diatas glass deck.
o Biarkan mengering atau dapat dihangatkan di atas api.
o Fiksasi suspensi dengan dilewatkan diatas api 3 kali.
o Warnai kuman dengan kristal violet selama 5 menit.
o Bersihkan kristal violet yang tidak terikat dengan bilasan air yang lembut
(jangan melebihi 5 detik).
o Beri larutan lugol, biarkan selama 1 menit untuk memfiksasi kristal
violet).
o Buang larutan lugol, bilas dengan etil alcohol atau alkohol 96% secara
lembut hingga tidak ada zat warna yang mengalir lagi.Pada tahap ini
bakteri gram negative akan tampak tidak berwarna ungu lagi.Sedangkan
bakteri gram positif tetap berwarna ungu.
o Bilas sampel dengan air, dan beri pewarnaan kontras dengan air fukhsin
selama 1-2 menit. Bakteri gram positif tetap berwarna ungu dan bakteri
gram negative akan menjadi merah akibat pewarnaan kontras.
o Cuci sampel dan periksa dengan mikroskop.
Beberapa perbedaan sifat yang dapat dijumpai antara bakteri gram positif
dan bakteri gram negative adalah sebagai berikut :
Pembeda Bakteri gram positif Bakteri gram negatif
Dinding sel :
Lapisan peptidoglikan lebih tebal lebih tipis
Kadar lipid 1-4 % 11-22%
Resistensi terhadap alkali tidak larut larut
(1% KOH)
Kepekaan terhadap lebih peka kurang peka
Iodium
Toksin yang dibentuk eksotoksin endotoksin
Resistensi terhadap lebih tahan lebih peka
tellurit
Sifat tahan asam ada yang tahan asam tidak ada yang tahan
asam
kepekaan terhadap lebih peka kurang peka
penisilin
kepekaan terhadap tidak peka peka
streptomisin
Bakteri gram positif memiliki lapisan petidoglikan yang tebal tetapi tidak
memiliki membranluar. Sedangkan pada bakteri gram negative, lapisan
peptidoglikan tipis dan memilki membran luar yang tersusun atas
Lipopolisakarisa (LPS) dan protein.
contoh - contoh bakteri gram positif dan gram negatif serta perannya dalam
kehidupan manusia.
gram positif :
Staphylococus : penyebab impetigo, keracunan makanan, bronkitis
Streptococus : penyebab pneumonia, meningitis, karies gigi
Enterococus : penyebab enteritis
Listeria : penyebab listeriosis
Basillus : penyebab anthrax ( Basillus antharx)
Clostridium : penyebab tetanus ( Clostridium tetani), botulisme
Mycobacterium : penyebab tuberkulosa, difteri
Mycoplasma : penyebab jerawat, peumonia
gram negatif :
Salmonella : penyebab thypus (Salmonella thyposa), salmonelosis
Escherichia : penyebab gastroenteritis / radang saluran cerna ( Escherichia
coli)
Shigella : penyebab disentri
Pseudomonas : penyebab infeksi luka bakar
Hellicobacter : penyebab tukak lambung
Haemophilus : penyebab bronkhitis , pneumonia (Heumophilus influenzae)
Bordetella : penyebab batuk rejan (Bordetella pertusis)
Chlamydia : penyebab pneumonia, uretritis, trakoma
A. Pendahuluan
Bakteri mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas. Bakteri
merupakan mikroorganisme yang berukuran mikroskopik. Selain mikroskopik,
bakteri juga hampir tidak berwarna atau transparan dan kontras dengan air.
Sehingga melihat dan mengamati bakteri dalam kedaan hidup sangat sulit. Untuk
mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bakteri.
Ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian
mikrobiologi. Hal itu untuk mempernudah proses identifikasi bakteri.
Banyak metode atau tahapan standar yang dilakukan dalam
mengidentifikasi mikroba, salah satunya berdasarkan sifat kimiawinya. Sel terdiri
dari berbagai bahan kimia. Bila sel mikroba diberi perlakuan kimiawi, maka sel
ini memperlihatkan susunan kimiawi yang spesifik. Sebagai contoh disini adalah
bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air,
dimanasel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk mengamati
bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode
pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat
fisiologisnya yaitumengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian
pengecatan.
Dalam taksonomi mikroba alat yang paling ampuh digunakan yaitu
pewarnaan Gram (Gram Stain), yang dapat digunakan untuk memisahkan
anggota- anggota dominan bakteria ke dalam dua kelompok berdasarkan
perbedaan dinding selnya. Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang lebih
sederhana,dengan jumlah peptidoglikan yang relatif banyak. Dinding sel bakteri
gram-negatif memiliki peptidoglikan yang lebih sedikit dan secara struktural lebih
kompleks. Membran bagian luar pada dinding sel gram-negatif mengandung
lipopolisakarida, yaitu karbohidrat yang terikat dengan lipid. Diantara bakteri
patogen,yang menyebabkan penyakit, spesies gram-negatif umumnya lebih
berbahaya dibandingkan dengan spesies gram-positif
Melihat dari berbagai devinisi yang telah disebutkan diatas maka kami
sangat tertarik untuk melakukan pengujian guna untuk mengidentifikasi dan
mengetahui morfologi dari bakteri utamanya pada bakteri yang ber gram positif
dan gram negatif serta dapat mengetahui morfologi bakteri aerob dan anaerob
dengan cara pewarnaan gram, uji KOH dan uji fisiologis mikroba.
B. Tinjauan
Mikroorganisme sulit dilihat dengan mikroskop cahaya, karena tidak
mengadsorbsi atau pun membiaskan cahaya. Alasan inilah yang menyebabkan zat
warna digunakan untuk mewarnai mikroorganisme karena zat warna
mengadsorbsi dan membiaskan cahaya sehingga kontras mikroorganisme dengan
lingkungannya ditingkatkan. Karakterisasi merupakan salah satu kegiatan yang
dilakukan untuk mengobservasi bakteri maupun kapang hasil isolasi (isolat).
Kegiatan karakterisasi dapat dilakukan berdasarkan sifat sitologi (bentuk sel,
gerak atau motilitas, sifat Gram dan endospora), sifat morfologi, dan sifat
fisiologi. Uji sifat morfologi mencakup sifat-sifat koloni, seperti ukuran, bentuk,
warna dan tepian, sedangkan uji sifat fisiologi diantaranya uji hidrolisis pati,
hidrolisis lemak, hidrolisis protein dan uji katalase (Subandi, 2009).
Menurut Pelzar et al , macam-macam pewarnaan antara lain pewarnaan
sederhana yaitu dengan menggunakan larutan tunggal suatu pewarna pada lapisan
tipis yang sudah di fiksasi. Pewarnaan differentsial yaitu prosedur pewarnaan
yang menampilkan perbedaan diantara sel-sel mikroba atau bagian bagian sel
mikroba dari pewarnaan gram adalah teknik pewarnaan differensial digunakan
untuk bakteri (Pelzar, 2005)
Pewarnaan Gram dan spora dapat dilakukan dalam uji sifat sitologi suatu
bakteri. Prinsip pewarnaan Gram adalah kemampuan dinding sel terhadap zat
warna dasar (Kristal violet) setelah pencucian alkohol 96%. Bakteri Gram positif
terlihat berwarna ungu karena dinding selnya mengikat Kristal violet lebih kuat,
sedangkan sel Gram negatif mengandung lebih banyak lipid sehingga pori-pori
mudah membesar dan Kristal violet mudah larut saat pencucian alkohol.
Pewarnaan spora dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya spora pada
bakteri. Spora dapat terbentuk saat kondisi tidak memungkinkan pertumbuhan
bakteri. Spora juga mampu mengikat warna lebih cepat dan sukar melepaskannya
(Fardiaz, 2007).
Pewarnaan gram dilakukan bertujuan sama dengan uji gram yaitu untuk
membedakan bakteri apakah gram positif atau gram negatif, bakteri dicampur
dengan tetesan air steril pada gelas objek, kemudian disebarkan ditengah gelas
obyek sehingga membentuk lapisan tipis dan difiksasi. Dengan kristal violet
olesan bakteri digenangi selama dua menit, lalu dicuci dengan air mengalir, dan
dikering anginkan. Diberi yodium selama dua menit, dicuci dengan air mengalir
dan dikeringanginkan. Selanjutnya diberi larutan pemucat yaitu alkohol 95%,
tetes demi tetes sampai zat warna ungu tidak terlihat lagi, lalu dicuci pada air
mengalir dan dikeringanginkan. Kemudian dogenangi lagi dengna safranin selama
30 detik, lalu dicuci dan dibiarkan kering diudara. Warna merah pada olesan
bakteri menujukkan bakteri gram negatif dan jika warna ungu menunjukkan
bakteri gram positif (Michael, 2008).
C. Metodologi praktikum
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah : Lampu spritus, jarum
ose, kaca benda, mikroskop, dan pipet.
Bahan yang di gunakan pada praktikum ini adalah : biakan murni dan
larutan KOH 3.
Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum ini adalah :
- Uji larutan KOH
1. Mengambil satu ose biakan bakteri bacillus dan campurkan 2 tetes larutan
KOH 3%, di atas gelas objek.
2. Mengaduk secara merata dengan jarum ose, tarik jarum ose ke atas gelas
objek dan amati pembentukan lendir. Jika terbentuk lendir
mengindikasikan bakteri gram negatif (-), jika tidak berlendir
mengindikasikan bakteri gram positif (+).
3. Lakukan hal yang sama (prosedur 1 dan 2) untuk isolat-isolat bakteri
lainnya.
Pembahasan
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode untuk
membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram-positif dan
gram-negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini
diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram
(18531938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk
membedakan antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae.
Dengan metode pewarnaan Gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu bakteri Gram positif dan Gram negatif berdasarkan reaksi atau sifat
bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh
komposisi dinding selnya. Oleh karena itu, pengecatan Gram tidak bisa dilakukan
pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp
Contoh bakteri yang tergolong bakteri tahan asam, yaitu dari genus
Mycobacterium dan beberapa spesies tertentu dari genus Nocardia. Bakteribakteri
dari kedua genus ini diketahui memiliki sejumlah besar zat lipodial (berlemak) di
dalam dinding selnya sehingga menyebabkan dinding sel tersebut relatif tidak
permeabel terhadap zat-zat warna yang umum sehingga sel bakteri tersebut tidak
terwarnai oleh metode pewarnaan biasa, seperti pewarnaan sederhana atau Gram.
Perbedaan dasar antara bakteri gram positif dan negatif adalah pada
komponen dinding selnya. Bakteri gram positif lapisan peptidogliaknnya tebal
sehingga tidak mengalami lisis atau kebocoran sel, sedangkan bakteri gram
negative lapisan peptidoglikannya tipis sehingga mengalami lisis atau kebocoran
sel akibatnya berlendir. Bakteri gram positif memiliki membran tunggal yang
dilapisi peptidoglikan yang tebal (25-50nm) sedangkan bakteri negative lapisan
peptidoglikogennya tipis (1-3 nm).
E. Kesimpulan
Gram memiliki dinding sel yang tebal dan lemak yang tipis sedangkan
gram berlemak tebal dan berdinding sel tipis yang berada di ruang periplasma.
penentuan sifat gram dengan KOH 3% (disebutKOH string test) memiliki hasil
yang sama dengan pewarnaan gram.
Semua bakteri memiliki enzim proteinase tapi tidak semuanya memiliki
enzim proteinase ekstraseluler, aktivitas enzim ini juga dapat dibuktikan dengan
adanya zona bening di sekeliling koloni. Jenis bakteri yang dapat menghidrolisis
protein adalah bakteri yang memproduksi enzim proteinase ekstraseluler.
Lampiran :
Pertanyaan : Langkah-langkah Gram
Pada pewarnaan digunakan zat warna bersifat basa seperti methylen blue,
methylviolet, fuchsin air, safranin. Zat warna bersifat basa ini bermuatan listrik
positif (kation) sehingga mampu mewarnai sel kuman dikarenakan sel kuman
banyak mengandung asam nukleat (nucleic acid) dan fosfat yang bermuatan
negatif (anion). Zat warna asam umumnya tidak dapat mewarnai sel kuman.
Ukuran bakteri sangat kecil sehingga setelah dilakukan pewarnaan maka untuk
pengamatan dilakukan dibawah mikroskop dengan pembesaran 1000 kali.
Adapun jenis pewarnaan adalah :
- Pewarnaan sederhana
- Pewarnaan khusus
- Pewarnaan diferensial
Prosedur Pembuatan Hapusan Bakteri :
1. Bersihkan gelas objek dengan kain bersih agar tidak berlemak, gelas objek
dilayang kan diatas nyala api
2. Setelah didinginkan, beri label dengan pensil kaca atau spidol
3. Teteskan satu tetes aquadest atau garam faal pada gelas objek
4. Pijarkan sengkelit kemudian dinginkan
5. Ambil sediaan yang hendak diwarnai dengan menggunakan sengkelit.
Pada saat mengambil sediaan, hanya ujung sengkelit yang menyentuh
koloni.
6. Suspensikan sediaan tersebut pada tetesan aquadest pada gelas objek lalu
sebarkan dengan gerakan memutar agar rata. Luas sediaan 1-2 cm2 .
Pijarkan kembali sengkelit yang dipakai untuk mengambil sediaan yang
mengandung bakteri tadi
7. Sediaan dibiarkan mengering di udara, kemudian lewatkan diatas nyala
api sebanyak 3 kali agar sediaan melekat sempurna di atas permukaan
gelas objek (sisi gelas objek yang mengandung sediaan menghadap keatas
agar tidak terkena nyala api).
A. Pewarnaan Sederhana
1. Lakukan fiksasi dari koloni atau dari sediaan langsung
2. Lumuri dengan zat warna methylen blue sampai menutupi seluruh
permukaan sediaan selama 30-60 detik
3. Cuci dengan air untuk menghilangkan zat warna yang berlebihan
4. Keringkan di udara dengan bantuan nyala api dan kertas saring.
5. Sediaan siap untuk dilihat dibawah mikroskop.
B. Pewarnaan Diferensial
I. Pewarnaan Gram
Pewarnaan diferensial Gram sering dipakai pada pemeriksaan rutin .
Pewarnaan Gram (Dr. Hans Christian Gram , 1884) dapat membedakan bakteri
atas 2 golongan besar yaitu :
1. Bakteri Gram positif, yaitu bakteri yang berwarna ungu (oleh karena
mampu menahan zat warna ungu terhadap zat peluntur).
2. Bakteri Gram negatif, yaitu bakteri yang berwarna merah (warna counter
stain) oleh karena zat peluntur melepaskan zat warna ungu lalu
mengambil warna counter stain (fuchsin air, safranin).
Perbedaan ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel bakteri. Pada sel
bakteri Gram positif, ikatan warna violet dengan jodium tidak dapat dilepaskan
oleh peluntur alkohol atau aceton ; sedangkan pada bakteri yang Gram negatif,
ikatan ini terlepas kembali sehingga protoplasma mengambil warna kedua (
counter stain).
C. Pewarnaan Khusus
Tidak semua bakteri atau bagian-bagiannya dapat diamati dengan baik
dengan pewarnaan sederhana atau pewarnaan gram. Untuk dapat mempelajari
morfologi atau mengamati bagian-bagian tertentu bakteri maka harus dilakukan
pewarnaan khusus.
I . Pewarnaan spora menurut Schaefer Fulton
1. Buat sediaan dan fiksir pada gelas objek
2. Tuang dengan larutan malachite green 5%
3. Panaskan dibawah nyala api ( jangan mendidih ) selama 5 menit
4. Cuci dengan air
5. Genangi dengan safranin atau air fuchsin 0.05%... selama 30 detik
6. Cuci dengan air kran dan keringkan
Cara Gray
1. Sediaan pada objek gelas digenangi dengan mordant dari uan Gray selama
5-10 menit
2. Cuci dengan aquadest
3. Genangi dengan carbofuchsin selama 5-10 menit
4. Cuci dengan air kran
5. Keringkan dan periksa dibawah mikroskop
Teknik pewarnaan :
1. Buat sediaan hapus dan fiksir dengan dipanaskan
2. Genangi dengan zat warna fluorescent selama 15 menit, suhu 370C
3. Cuci dengan aquadest
4. Lunturkan dengan decoloriser selama 2-3 menit
5. Cuci dengan aquadest
6. Genangi dengan counterstain selama 2-4 menit
7. Cuci dengan air dan keringkan
DAFTAR PUSTAKA