Anda di halaman 1dari 2

Obesitas (kegemukan) kebanyakan terjadi pada saat remaja yang sebabkan karena pola

makan yang kurang baik serta kurang berolah raga maupun aktifitas fisik. Berakibat
terjadi akumulasi lemak di daerah subkutan & jaringan lainnya terutama perut. Faktor-
faktor yang menyebabkan obesitas juga bisa karena paksaan ibu yang mengharuskan
anaknya untuk menghabiskan makanan walaupun sebenarnya anak sudah kenyang.

Ketika masih anak-anak sering ibu memberikan makanan tambahan yang mengandung
kalori tinggi menjadikan pada saat remaja menjadi gemuk. Keinginan untuk makan juga
bertambah kalau sudah terlanjur gemuk biasanya sulit untuk kurus & harus perjuangan
yang ekstra.

Keadaan umum pasien seringkali dapat untuk menilai apakah keadaan pasien dalam
keadaan darurat medik/ tidak. Keadaan umum dibagi menjadi tiga atas tampak sakit
ringan, sakit sedang, & sakit berat.

Hal ini yang dapat segera dilihat pada pasien yaitu keadaan gizi beserta habitus (pasien
dengan berat badan serta bentuk badan yang ideal).

Pada kalil ini akan dibahas tentang cara mengukur indeks massa tubuh agar mengetahui
status gizi pasien, apakah kurang, cukup, mungkin berlebih.

Faktor yang menentukan kebutuhan gizi pasien adalah :

1. Ukuran tubuh (bb, tb).


2. Umur.
3. Jenis kelamin.
4. Aktivitas sehari-hari.
5. Kondisi fisik tertentu, misal sakit / baru saja sembuh dari sakit.
Cara menghitung indeks masa tubuh (IMT)

1. Menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan rumus:

IMT = Berat Badan (kg)/(Tinggi Badan (cm)/100)2

Contoh :

BB = 50 kg, TB = 160 cm
IMT = 50/(160/100)2 = 50/2,56 = 19,53

Klasifikasi nilai IMT :


IMT Status Gizi Kategori

< 17.0 Gizi Kurang Sangat Kurus

17.0 - 18.5 Gizi Kurang Kurus

18.5 - 25.0 Gizi Baik Normal

25.0 - 27.0 Gizi Lebih Gemuk

> 27.0 Gizi Lebih Sangat Gemuk


sumber : Departemen Kesehatan RI
2. Ukur lingkar pinggang

Batas lingkar pinggang normal:

Wanita : < 80 cm
Pria : < 90 cm

Lingkar pinggang yang berlebihan, terutama pada kaum pria, berkaitan erat dengan
risiko penyakit jantung dan kardiovaskuler

3. Pengukuran Tinggi Badan

Pengukuran tinggi badan dilakukan dengan berdiri membelakangi dinding dimana


microtoie terpasang dengan posisi siap santai (bukan siap miiter), tangan
disamping badan terkulai lemas, tumit, betis, pantat, tulang belikat dan kepala
menempeldi dinding. Pandangan lurus ke depan. Sebagai pegukur harus diperiksa
ketentuan ini sebelum membaca hasil pengukuran. Tarik microtiose ke bawah
sampai menempel ke kepala. Bagi terukur yang berjilbab agak sedikit ditekan agar
pengaruh jilbab bisa diminimalisir. Untuk terukur yang memakai sanggul harus
ditanggalkan lebih dahulu atau digeser ke bagia kiri kepala.
Saat pengkuran, sandal, dan topi harus dilepas. Baca hasil ukur pada posisi
tegak lurus dengan mata (sudut pandang mata dan skala microtoise harus sudut 90
derajat). Pada gambar di atas, apabila terukur lebuh tinggi dai Pengukur, maka
pengukur harus menggunakan alat peningi agar posisi baca tegak lurus. Bacaan
pada ketelitian 0,1 cm, artinya apabilatinggi terukur 160 cm, harus ditulis 160,0 cm
(koma nol harus ditulis).

Anda mungkin juga menyukai