Anda di halaman 1dari 10

DOKUMEN

PANDUAN PENGEMBANGAN SILABUS


PENGEMBANGAN SILABUS
Penyusunan atau pengembaangan silabus sangat
tergantung pada sistem pendidikan yang berlaku. Pada sistem
pengelolaan pendidikan yang tersentralisasi seperti di Indonesia,
penyusunan silabus pada umumnya dilakukan oleh pemerintah
pusat dalam hal ini departemen yang mengurusi pendidikan. Pada
sistem pengelolaan pendidikan yang desentralistik penyusunan
silabus dilakukan oleh sekolah atau para guru yang mengajar di
sekolah tertentu. Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006),
pengembangan silabus, pembelajaran, dan penilaian diserahkan
kepada satuan pendidikan atau guru-guru sendiri yang
mengembangkan silabus, pembelajaran, dan penilaian di sekolah
tempat mereka mengajar. Kurikulum (2013) yang juga berbasis
pada kompetensi penyusunan silabus (minimal) sangat mungkin
disusun pemerintah pusat, namun pengembangannya perlu
disesuaikan dengan kondisi lingkungan belajar daerah atau satuan
pendidikan setempat.
Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan
standar isi, standar kelulusan, serta panduan penyusunan KTSP.
Dalam pelaksanaannya silabus dapat dikembangkan oleh guru
secara mandiri atau berkelompok dalam sekolah/madrasah atau
beberapa sekolah, MGMP, PKG (Pusat Kerja Guru), dan Dinas
Pendidikan. Dengan demikian apapun kurikulumnya, sekolah dan
guru-guru di sekolah tertentu perlu meningkatkan kemampuan
dalam penyusunan dan pengembangan silabus dan perencanaan
pembelajaran.
1. Pengertian Silabus
Silabus pada dasarnya merupakan garis besar program
pembelajaran. Departemen Pendidikan Nasional (2008: 16)
mendifinisikan silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu
dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup
standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, indicator pencapaian kompetensi, penilaian,
alokasi waktu, dan sumber belajar.
Silabus adalah rencana pembelajaran yang berisi rencana
bahan ajar mata pelajaran tertentu pada jenjang dan kelas tertentu,
sebagai hasil dari seleksi, pengelompokan, pengurutan, dn
penyajian materi kurikulum, yang dipertimbangkan berdasarkan ciri
dan kebutuhan daerah setempat.
Silabus merupakan salah satu produk pengembangan
kurikulum dan pembelajaran yang berisikan garis-garis besar materi
pembelajaran.

2. Komponen Silabus
Panduan Implementasi Standar Proses untuk
SatuanPendidikan Dasar dan Menengah (2009) menyatakan bahwa
silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata
pelajaran atau tema pelajaran, standar kompetensi (SK),
kompetensi dasar (KD), materi pelajaran, kegiatan pembelajaran,
indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan
sumber belajar.
a. Identitas Mata Pelajaran
Identitas mata pelajaran berisi nama sekolah, mata
pelajaran/tema, kelas/semester.
b. Standar Kompetensi
Standar Kompetensi (Chamsiatin, 2008) adalah kualifikasi
kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan
penguasaan konsep, pengetahuan, dan keterampilan sesuai
tingkat dan/atau semester. Standar kompetensi terdiri atas
sejumlah kompetensi dasar sebagai acuan baku yang harus
dicapai dan berlaku secara nasional. Standar kompetensi
merupakan seperangkat kompetensiyang dibakukan secara
nasional, diwujudkan dengan hasil belajar oeserta didik secara
minimal. Pengembang silabus dapat mengambil begitu saja dari
standar isi yang sudah disusun oleh pemerintah pusat
(Kemendiknas).
c. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar (Chamsiatin, 2008) adalah sejumlah
kemampuan yang harus dimiliki peserta didik dalam mata
pelajaran tertentu. Kompetensi dasar dijabarkan dari standar
kompetensi. Pengembanga silabus dapat mengambilnya begitu
saja dari standar isi yang sudah disusun oleh pemerintah pusat
(Kemendiknas).
d. Materi Pokok
Materi pokok adalah materi pelajaran yang harus dipelajari dan
dibangun oleh peserta didik sebagai sarana pencapaian
kompetensi dasar. Materi pokok mencakup nilai, pengetahuan,
sikap, fakta, konsep, prinsip, teori, hukum, dan prosedur yang
dibangun dengan pola urutan prosedur, hierarkis atau kombinasi.
Materi pelajaran dapat dikembangkan sesuai substansi SK, KD,
dan indikator yang bias digali, dielaborasi, dan dikonfirmasi dari
berbagai sumber belajar, misalnya dari buku pelajaran,
narasumber, internet, peristiwa, lingkungan belajar, dan lainnya.
Materi pembelajaran juga bias diangkat melalui pengalaman
belajar siswa dalam model pembelajaran yang dijalankan selama
proses pembelajaran, termasuk dibangun melalui media
pembelajaran. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam
pemilihan materi pokok adalah akurasi (kebenarannya teruji),
benar-benar dibutuhkan peserta didik, bermanfaat untuk
kepentingan pengembangan kemampuan akademis dan
nonakademis, kelayakan, dan menarik peserta didik untuk
mempelajari lebih lanjut.
e. Kegiatan Belajar-Mengajar (KBM)
Substansi KBM sesungguhnya adalah pengalaman belajar
peserta didik. Dalam proses pembelajaran, ia belajar apa?
Pengalaman belajar (Chamsiatin, 2008) dirancang untuk
melibatkan proses mental dan fisik peserta didik dengan
sesamanya, guru, sumber dan media, juga lingkungan belajar
lain demi pencapaian kompetensi. Pemanfaatan strategi,
pendekatan, model, metode, teknik, dan taktik pembelajaran
sangat menentukan pengalaman belajar peserta didik. Adapun
hal-hal yang perlu diperhatikan dalam KBM adalah rangkaian
kegiatan belajar secara berurutan untuk mencapai kompetensi
dasar, bersifat hierarkis dalam penyajian materi pelajaran,
tercermin dalam kegiatan belajar peserta didik.
f. Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator pencapaian kometensi adalah penanda perubahan nilai,
pengetahuan, sikap, keterampilan, dan perilaku yang dapat
diukur. Indikator digunakan sebagai dasar untuk
mengembangkan tujuan pembelajaran, substansi materi,
sumber, dan media, serta alat penilaian.
Lise Chamsiatin (2008) menyebutkan pengembangan indikator
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
(1)Setiap KD dapat dikembangkan menjadi beberapa indikator
(2)Perumusan indikator menggunakan kata kerja operasional
yang dapat diukur dan/atau diobservasi
(3)Tingkat kata kerja dalam indikator lebih rendah atau setara
dengan kata kerja dalam KD
(4)Menggunakan prinsip urgensi, kontinuitas, relevansi, dan
kontekstual
(5)Seluruh indikator KD merupakan tanda untuk menilai
pencapaian kompetensi dasar, yakni terinternalisasikan nilai,
sikap, kemampuan berpikir, dan bertindak secara konsisten.
g. Penilaian
Penilaian (Chamsiatin, 2008) merupakan serangkaian kegiatan
untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data dari
peserta didik, dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan, sehungga menjadi informasi yang bermakna
dalam pengambilan keputusan. Penilaian dilakukan dengan
menggunakan tes dan non-tes, mencakup aspek kognitif, afektif,
dan psikomotor, dilakukan secara formal dan informal bertolak
dari tujuan, mendorong kemampuan penalaran dan berpikir
kritis, menunjukkan kompetensi siswa, dan adil.
h. Alokasi Waktu
Alokasi pada setiap KD didasarkan jumlah minggu efektif dan
alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan
mempertimbangkan jumlah KD, keluasan, kedalaman, tingkat
kesulitan dan kepentingan KD, dan memperhatikan
keberagaman.
i. Sumber/bahan/alat belajar
Sumber belajar dapat berupa buku-buku rujukan, objek, subjek,
atau bahan dan alat untuk kegiatan pembelajaran. Sumber
belajar dapat berupa bahan cetak dan elektronik, narasumber,
peristiwa, lingkungan, dan lainnya yang relevan.

3. Prosedur Pengembangan Silabus


Chamsiatin (2008) menyatakan bahwa pengembangan
silabus dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mengisi kolom identitas.
b. Mengkaji standar kompetensi.
Mengkaji standar kompetensi perlu memperhatikan: (1) hierarki
konsep disiplin ilmu atau tingkat kesulitan materi; (2) keterkaitan
standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran.
c. Mengkaji kompetensi dasar.
d. Mengidentifikasi materi pokok.
Mengkaji materi pokok perlu mempertimbangkan: (1) tingkat
perkembangan fisik, intelektual, emosional, social, dan spiritual
peserta didik; (2) kebermanfaatan bagi peserta didik; (3) struktur
keilmuan; (4) kedalaman dan keluasan materi; (5) relevansi
dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan
(6) alokasi waktu.
e. Mengembangkan pengalaman belajar.
Pengalaman belajar berisi skenario pembelajaran yang lebih
menonjolkan pengalaman belajar peserta didik, memberi
kesempatan siswa mengkonstruksi pengetahuan sendiri,
mengembangkan seluruh kecakapan hidup peserta didik, dan
bermakna bagi kehidupan mereka. Ketepatan pilihan pada
pendekatan, model,metode, teknik,dan taktik pembelajaran
sangat menentukan pengalaman belajar peserta didik.
f. Merumuskan indikator.
Indikator merupakan penjabaran KD yang menunjukkan tanda-
tanda perbuatan atau respons dari peserta didik. Pengembangan
indikator hendaknya memperhatikan karakteristik daerah,
satuan pendidikan, dan peserta didik, menggunakan kata kerja
operasional yang terukur dan dapat diobservasi. Pilihan pada
kata kerja operasional dapat dirumuskan sendiri oleh guru, dan
digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.
g. Menentukan jenis penilaian.
Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes non-tes dalam
bentuk tertulis maupun lisan, kinerja, produk, sikap, proyek,
portofolio, laporan diri, dan lainnya yang relevan.
h. Menentukan alokasi waktu.
Penentuan alokasi waktu pada setiap KD didasarkan pada jumlah
minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu
dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar,
keluasan,kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan
kompetensi dasar, diperkirakan sesuai kebutuhan peserta didik
untuk menguasai kompetensi dasar.
i. Menentukan sumber belajar.
Sumber belajar dapat menggunakan buku rujukan, objek, bahan,
benda, narasumber, peristiwa, lingkungan fisik-sosial-psikologis-
budaya, dan lainnya yang relevan. Sumber belajar hendaknya
bersesuaian dengan SK, KD, indikator, dan tujuan pembelajaran.

4. Prinsip Pengembangan Silabus


KTSP memberi kewenangan kepada satuan pendidikan dan
guru untuk mengembangkan silabus. “Silabus minimal” dalam
Kurikulum 2013 juga sangat mungkin dikembangkan lebih lanjut
oleh satuan pendidikan dan guru disesuaikan situasi dan kondisi
masing-masing daerah dan satuan pendidikan setempat.
Para guru dan calon guru perlu memahami prinsip-prinsip
pengembangan silabus, sebagaimana yang ditentukan oleh
Departemen Pendidikan Nasional (2008:16), sebagai berikut:
a. Prinsip relevansi
Prinsip relevansi memberikan arahan bahwa silabus hendaknya
mempertimbangkan cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran,
dan urutan penyajian materi, disesuaikan dengan tingkat
perkembangan fisik, intelektual, social, emosional, dan spiritual
peserta didik. Prinsip relevansi ini juga mendasari pemilihan
materi, strategi dan pendekatan dalam kegiatan pembelajaran,
penetapan waktu, pertimbangan pemilihan sumber dan media
pembelajaran dan strategi penilaian hasil pembelajaran.
b. Prinsip sistematis
Prinsip sistematis memberikan arahan bahwa penyusunan
silabus hendaknya bersifat sistemik dan sistematik. Jika silabus
dipandang sebagai sistem garis besar program pembelajaran
bersifat sistemik, komponen silabus hendaknya bersifat sinergis
dalam pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar
hendaknya menjadi acuan dalam mengembangkan indicator,
materi standar, kegiatan belajar, penentuan waktu, pemilihan
sumber dan media pembelajaran dan standar penilaian.
c. Prinsip konsistensi
Prinsip konsitensi ini memberi arahan bahwa dalam
pengembangan silabus terjadi hubungan yang konsiten (ajek dan
taat asas) antara KD, indicator, materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, sumber belajar, dan instrument penilaian bersifat
searah dalam rangka pencapaian standar kompetensi.
d. Prinsip memadai
Prinsip ini memberi arahan bahwa cakupan indikator, materi
pembelajaran, pengalaman belajar, sumber dan media
pembelajaran, dan penilaian cukup memadai untuk menunjang
pencapaian kompetensi dasar.
e. Prinsip aktual dan kontekstual
Prinsip ini memberikan arahan bahwa cakupan indikator, materi,
pembelajaran, pengalaman belajar, dan sistem penilaian
hendaknya memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang terwujud dalam realitas kehidupan. Ilmu
pengetahuan dan teknologi berkembang pesat di tengah
masyarakat. Silabus hendaknya jangan tertinggal oleh
perkembangan masyarakat dan ipteks. Kontekstual berarti
pengembangan silabus hendaknya sesuai dengan konteks
zaman dan kehidupan peserta didik. Pengalaman belajar yang
dirancang dalamsilabus hendaknya menggunakan situasi
kehidupan riil yang sedang terjadi di tengah-tengah kehidupan
peserta didik.
f. Prinsip fleksibilitas
Prinsipini memberi arahan bahwa seluruh komponen silabus
hendaknya dapat mengakomodasi keragaman peserta didik,
pendidik, lingkungan belajar, dan dinamika perubahan yang
terjadi di masyarakat dan satuan pendidikan setempat. Silabus
hendaknya disusunfleksibel sesuai kondisi dan kebutuhan
peserta didik dan masyarakat.
g. Prinsip Menyeluruh
Prinsip ini memberi arahan bahwa pengembangan indikator
silabus hendaknya mencakup seluruh ranah kompetensi, baik
kognitif, afektif, dan psikomotor. Selain itu idealnya sesuai juga
dengan pengembangan materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, dan penilaian pembelajaran. Prinsip menyeluruh
ini perlu diletakkan dalam pencapaian kompetensi sebagai
pencerminan pengetahuan, nilai, sikap, dan perbuatan, dan
terwujud dalam berbagai kecakapan hidup.

Anda mungkin juga menyukai