Anda di halaman 1dari 10

BERAU COAL GREEN MINING SYSTEM No.

Dokumen S-OHS-04
STANDAR Tanggal Efektif 22 Oktober 2019
Edisi/Revisi 1/1
Pengelolaan Kesehatan di Tempat Kerja
Halaman 1 dari 10

URAIAN STANDAR
Standar ini diberlakukan untuk PT Berau Coal & semua mitra kerja yang ada di daerah operasional PT Berau Coal
dan mencakup:
1. Pengelolaan Higiene dan Sanitasi di Tempat Kerja
2. Pengendalian Penyalahgunaan Alkohol & Narkotika di Tempat Kerja
3. Pelayanan Kesehatan Kerja
4. Pencegahan & Deteksi Dini PAK
5. Diagnosa dan Tatalaksana PAK
6. Pengukuran Kinerja Kesehatan Kerja Pertambangan

1. Pengelolaan Higiene dan Sanitasi


a. Penerapan higiene dan sanitasi meliputi:
- Halaman,
- Gedung
- Bangunan Bawah Tanah
b. Halaman harus bersih, tertata rapi, dan tidak becek serta cukup luas untuk lalu lintas orang dan barang,iika
terdapat saluran air pembuangan pada halaman, maka saluran air harus tertutup dan terbuat dari bahan
yang cukup kuat serta air buangan harus mengalir dan tidak boleh tergenang
c. Penerapan higiene dan sanitasi pada gedung meliputi:
- Dinding & Langit langit,
- Atap & Lantai.
Dilakukan untuk memastikan gedung dalam kondisi terpelihara dan bersih, kuat dan kokoh strukturnya,
serta cukup luas sehingga memberikan ruang gerak paling sedikit 2 (dua) meter persegi per orang.
d. Dinding dan langit-langit harus:
- Kering / tidak lembab,
- Dicat dan / atau mudah dibersihkan,
- Dicat ulang paling sedikit 5 (lima) tahun sekali (Khusus Area Perkantoran)
- Dibersihkan paling sedikit 1 (satu) kali setahun (Khusus Area Perkantoran)
e. Lantai, mudah dibersihkan & dibersihkan secara teratur dan terbuat dari :
- Bahan yang keras,
- Tahan air,
- Tahan dari bahan kimia yang merusak,
- Datar, tidak licin dan mudah diberisihkan
f. Penerapan higiene dan sanitasi pada bangunan bawah tanah dilakukan untuk memastikan bangunan bawah
tanah:
- Mempunyai struktur yang kuat
- Mempunyai sistem ventilasi udara
- Mempunyai sumber pencahayaan
- Mempunyai saluran pembuangan air yang mengalir dengan baik
- Bersih dan terawat dengan baik
g. Fasilitas kebersihan harus disediakan pada setiap tempat kerja. Fasilitas kebersihan meliputi:
- Toilet dan kelengkapannya
- Tempat sampah
- Peralatan kebersihan
- Instalasi pengelolaan air limbah
h. Ketentuan Toilet & Wastafel:
- Bersih dan tidak menimbulkan bau
- Tidak ada lalat, nyamuk, atau serangga lainnya
- Tersedia air bersih & saluran pembuangan air yang baik
- Dilengkapi dengan pintu
- Memiliki penerangan yang cukup
- Memiliki sirkulasi udara yang baik
- Dibersihkan setiap hari secara periodic

F-DEV-01.04
Ed./ Rev.: 1/1
BERAU COAL GREEN MINING SYSTEM No. Dokumen S-OHS-04
STANDAR Tanggal Efektif 22 Oktober 2019
Edisi/Revisi 1/1
Pengelolaan Kesehatan di Tempat Kerja
Halaman 2 dari 10

- Dapat digunakan selama jam kerja


- Toilet Terpisah toilet laki-laki dan perempuan
- Toilet disediakan di lokasi kerja dan terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, & mudah dibersihkan;
- Toilet tidak berhubungan langsung dengan tempat kerja;
- Toilet memiliki petunjuk arah yang jelas;
- Toilet dibersihkan secara berkala dan selalu tersedia air bersih dalam jumlah yang cukup;
- Sarana jamban disediakan di tambang yang dibuat sedemikian rupa sehingga memenuhi persyaratan
kesehatan; dan
- Wastafel harus memadai dan memenuhi persyaratan kesehatan di tempat kerja sesuai kebutuhan.
i. Kelengkapan fasilitas toilet paling sedikit meliputi:
- Jamban
- Air bersih yang cukup
- Memiliki penerangan yang cukup
- Memiliki pertukaran udara yang baik
- Alat pembilas
- Tempat sampah
- Tempat cuci tangan
- Sabun
- Tissue
j. Penempatan toilet harus terpisah antara laki-laki & perempuan serta diberikan tanda yang jelas.
k. Untuk menjamin kecukupan atas kebutuhan jamban, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
No Jumlah pekerja Jumlah jamban
1 1 – 15 orang 1
2 16 – 30 orang 2
3 31 – 45 orang 3
4 46 – 60 orang 4
5 61 – 80 orang 5
6 81 – 100 orang 6
7 Setiap penambahan 40 (empat puluh) orang Ditambahkan 1 (satu) jamban
l. Dalam hal toilet laki-laki menyediakan fasilitas urinoar, jumlah jamban tidak boleh kurang dari 2/3 (dua
pertiga) jumlah jamban yang dipersyaratkan sesuai tabel diatas.

m. Khusus di area perkantoran (area Marine), harus memiliki toilet dengan jumlah kamar mandi, wastafel,
jamban, dan peturasan minimal seperti tabel di bawah:
Untuk Pria
No Jumlah Pekerja Jumlah Kamar Jumlah Jamban Jumlah Jumlah
Mandi Peturasan Wastafel
1 1 s/d 25 1 1 2 2
2 26 s/d 50 2 2 3 3
3 51 s/d 100 3 3 5 5
Setiap penambahan 40-100 pekerja harus ditambah satu kamar mandi, satu
wastafel, satu jamban, dan satu peturasan
Untuk Wanita
No Jumlah Pekerja Jumlah Kamar Jumlah Jamban Jumlah
Mandi Peturasan
1 1 s/d 20 1 1 2
2 21 s/d 40 2 2 3
3 41 s/d 70 3 3 5
71 s/d 100 4 4 6
101 s/d 140 5 5 7
141 s/d 180 6 6 8
Setiap penambahan 40-100 pekerja harus ditambah
satu kamar mandi, satu jamban, dan satu peturasan

F-DEV-01.04
Ed./ Rev.: 1/1
BERAU COAL GREEN MINING SYSTEM No. Dokumen S-OHS-04
STANDAR Tanggal Efektif 22 Oktober 2019
Edisi/Revisi 1/1
Pengelolaan Kesehatan di Tempat Kerja
Halaman 3 dari 10

Rasio jumlah toilet dengan jumlah tenaga kerjaRasio Jumlah


Toilet
Pria 1 : 40
Wanita 1 : 25
n. Pada area tempat kerja sementara seperti area explorasi, project dan disposal, harus memenuhi ketentuan
paling sedikit sebagai berikut:
No Jumlah pekerja Jumlah jamban
1 1 – 19 orang 1 jamban
2 20 – 199 orang 1 jamban dan 1 peturasan untuk setiap 40 orang
3 200 orang atau lebih 1 jamban dan 1 peturasan untuk setiap 50 orang
o. Ruang toilet paling sedikit berukuran: panjang = 80 cm, lebar = 155 cm, tinggi = 220 cm dengan lebar
pintu = 70 cm.

p. Tempat Sampah
 Di setiap lokasi kerja baik di ruangan tertutup ataupun sesuai tempat sampah disediakan
terbuka kebutuhannya;
 Tempat sampah domestik terbuat dari bahan yang relatif kuat dan memiliki tutup serta diberi
label yang sesuai dengan peruntukan jenis sampahnya berdasarkan standar yang berlaku;
 Pada tempat kerja yang menggunakan bahan berbahaya dan beracun disediakan tempat sampah
khusus limbah bahan berbahaya dan beracun yang spesifikasinya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan; dan
 Pada tempat kerja yang terdapat penanganan medis disediakan tempat sampah khusus limbah
medis yang spesifikasinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
q. Perusahaan wajib menyediakan sumber air untuk kebutuhan higiene dan sanitasi. Pengawasan terhadap
kualitas air perlu dilakukan, yang mencakup:
 Pengamatan lapangan dan pengambilan contoh air termasuk pada proses produksi dan distribusi;
 Pemeriksaan contoh air
 Analisis hasil pemeriksaan
 Kegiatan tindak lanjut berupa pemantauan upaya penanggulangan / perbaikan termausk penyuluhan;
 Distribusi air untuk keperluan higiene sanitasi perkantoran harus menggunakan sistem perpipaan
 Sumber air untuk kebutuhan higiene dan sanitasi dan sarana distribusinya harus bebas dari
pencemaran fisika, kimia, dan mikrobiologi.
 Dilakukan pengambilan sampel air untuk keperluan higiene dan sanitasi pada sumber, bak
penampungan dan pada kran terjauh untuk diperiksa di laboratorium secara berkala, minimal 2 (dua)
kali setahun.

r. Tenaga kerja dalam perusahaan tertentu (contoh: Workshop permanen) dapat diwajibkan memakai pakaian
kerja sesuai syarat-syarat K3 yang ditetapkan. Pakaian kerja harus disediakan oleh perusahaan. Dalam hal
tenaga kerja menggunakan pakaian kerja hanya selama bekerja, perusahaan harus menyediakan ruang
ganti pakaian yang bersih, terpisah antara laki-laki dan perempuan serta pemakaiannya harus diatur agar
tidak berdesakan. Ruang ganti pakaian harus tersedia tempat menyimpan pakaian / loker untuk setiap
pekerja yang terjamin keamanannya.

s. Tempat sampah dan peralatan kebersihan harus disediakan pada setiap tempat kerja. Tempat sampah
paling sedikit harus:
 Terpisah dan diberikan label untuk sampah organik, non organik, dan bahan berbahaya sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan
 Dilengkapi dengan penutup, mudah dibersihkan dan terbuat dari bahan kedap air, kuat & ringan
 Tidak menjadi sarang lalat atau binatang lainnya
 Jumlah mencukupi di setiap ruangan sesuai dengan jenisnya

F-DEV-01.04
Ed./ Rev.: 1/1
BERAU COAL GREEN MINING SYSTEM No. Dokumen S-OHS-04
STANDAR Tanggal Efektif 22 Oktober 2019
Edisi/Revisi 1/1
Pengelolaan Kesehatan di Tempat Kerja
Halaman 4 dari 10

t. Peralatan kebersihan harus disediakan pada lokasi atau ruangan khusus, dan paling sedikit terdiri atas:
 Sapu ijuk
 Sapu lidi
 Pengki
 Lap kering & basah
 Kemoceng
 Wiper kaca
 Cairan pembersih

u. Tempat pembuangan pembalut harus disediakan pada ruang toilet perempuan. Tempat pembuangan
pembalut harus:
 Terbuat dari bahan yang kedap cairan
 Dilengkapi dengan penutup
 Diberikan label yang jelas
 Harus dibersihkan setiap hari
v. Instalasi Pengelolaan Air Limbah harus memenuhi kriteria berupa:
 Air mengalir lancar dan tidak boleh tergenang
 Saluran pembuangan air tertutup, kedap air, dan terbuat dari bahan yang cukup kuat

2. Pengendalian Penyalahgunaan Alkohol & Narkotika di Tempat Kerja


a. Pemeriksaan acak penyalahgunaan alkohol & narkotika di tempat kerja dapat dilakukan dengan prioritas
pekerja dengan risiko tinggi terhadap keselamatan, seperti Operator Alat Berat, Pengemudi Bus / LV,
Pekerja Blasting, Operator Peralatan Konstruksi,dll). Pemeriksaan random ini dilakukan diluar waktu
pelaksanaan MCU berkala ataupun pasca kecelakaan (accident).

b. Pekerja yang terlibat kecelakaan wajib dilakukan pemeriksaan penyalahgunaan alkohol & narkotika.

c. OHS & HR PT Berau Coal/Mitra Kerja memberikan informasi kepada pekerja mengenai pemeriksaan
alkohol dan narkotika serta kebijakan perusahaan tentang alkohol dan narkotika dan konsekuensinya/
sanksi akibat dari pekerja yang menolak pemeriksaan.

d. Pekerja memberikan pernyataan baik secara lisan dan tertulis mengenai kesediaan mengikuti pemeriksaan
Alkohol dan Narkotika.

e. Setiap hasil pemeriksaan dikomunikasikan ke pihak-pihak yang berkepentingan dengan


memperhatikan/menjaga kerahasiaan dan ada usaha untuk melindungi privasi orang tersebut.

f. Jika hasil tes negatif mengandung alkohol dan/atau narkotika maka pekerja diinformasikan terkait
hasilnya dan dinyatakan fit serta dapat kembali bekerja secara normal.

g. Jika hasil tes mengindikasikan pekerja positif mengkonsumsi Alkohol dan/atau Narkotika maka Sanksi
administratif diberikan sesuai peraturan internal perusahaan.

h. Jika pekerja tidak percaya dengan hasil tersebut dan pekerja tersebut meminta pemeriksaan ulang, maka
pemeriksaan dapat dilakukan untuk sample yang diketahui positif saja. Hasil pemeriksaan ulang dijadikan
acuan akhir.

i. OH & IH Superintendent / Dokter Perusahaan / Paramedik Perusahaan membuat laporan hasil


pemeriksaan (screening) alkohol dan narkotika dan melaporkannya kepada pihak yang berkepentingan.
Laporan pelaksanaan kegiatan sedikitnya berisi informasi tentang:
1. Waktu & Tempat Pelaksanaan
2. Parameter Pemeriksaan,Pelaksana Kegiatan
3. Daftar Peserta, Dokumentasi Kegiatan
4. Temuan hasil pemeriksaan & Kendala yang dihadapi
F-DEV-01.04
Ed./ Rev.: 1/1
BERAU COAL GREEN MINING SYSTEM No. Dokumen S-OHS-04
STANDAR Tanggal Efektif 22 Oktober 2019
Edisi/Revisi 1/1
Pengelolaan Kesehatan di Tempat Kerja
Halaman 5 dari 10

j. Jenis pemeriksaan Narkotika yang diuji pada setiap pemeriksaan pasca kecelakaan minimal 3 jenis, yaitu:
- Amphetamines (Ekstasi)
- Methamphetamine (Sabu-sabu)
- Cannabis/THC/Ganja

k. Kandungan alkohol dalam darah yang diizinkan untuk pekerja di wilayah operasional PT Berau Coal
adalah 0,05 %, bila lebih pekerja dianggap tidak fit dan tidak diizinkan untuk bekerja.

l. Batas penilaian dari penyalahgunaan obat-obatan yang diperoleh dari hasil pemeriksaan urin berdasarkan
nilai dibawah ini:
N Kadar
Obat/Zat
o (microgram/liter)
1 Amphetamines (Ekstasi) 300
2 Methamphetamine (Sabu-sabu) 300
3 Cannabis/Ganja 50
m. Usaha pencampuran/pemalsuan, penggantian atau upaya lainnya terhadap sampel tes alkohol dan
Nakotika yang dilakukan selama proses ataupun hasilnya, akan dilakukan Pemutusan Hubungan Kerja.

3. Pelayanan Kesehatan Kerja meliputi :


Promotif Preventif Kuratif Rehabilitatif
Seminar, Pengaturan Asupan Makanan / Gizi Pengobatan rawat dilakukan oleh tenaga
Workshop, Kegiatan Olahraga Bersama jalan, Pengobatan kesehatan baik melalui
Health Talk, rawat inap rawat jalan di klinik
Buletin, Penggunaan APD yang sesuai perusahaan atau Dokter
Spanduk, dengan jenis pekerjaan Spesialis / rumah sakit
Poster, yang ditunjuk oleh
Dan sejenisnya Dan sejenisnya perusahaan.

4. Pencegahan & Deteksi Dini PAK dilakukan melalui


a. Setiap kontraktor tambang wajib menyampaikan laporan surveilance pencegahan, deteksi dini PAK secara
berkala kepada dept OHS & Dokter perusahaan Berau Coal minimal 1 (satu) kali dalam setahun
b. Surveilance berkelanjutan data kesehatan kerja yang meliputi:
1. Data MCU berkala, khususnya hasil pengukuran terkait paparan / pajanan yang ada di tempat kerja
(Audiometri, Rontgen Paru, Spirometri)
2. Data pemeriksaan khusus, termasuk monitoring biologis
3. Data hasil pengukuran kesehatan lingkungan kerja (higiene industri)

5. Diagnosa PAK dan Tata Laksana PAK


5.1. Diagnosis PAK
Dalam rangka menegakkan diagnosa Penyakit Akibat Kerja (PAK), sedikitnya ada 8 (delapan) langkah yang
harus diikuti. Personil yang terlibat dalam 8 tahapan tersebut adalah Dokter Pemeriksa Kesehatan tenaga
kerja (Dokter Perusahaan) dan OH & IH Superintendent. Keterlibatan disesuaikan dengan kompetensi
masing-masing.

a. Dokter Pemeriksan Kesehatan tenaga kerja: Minimal seorang dokter umum, telah mendapatkan
pelatihan & sertifikasi hiperkes serta Pelatihan Diagnosa dan Tata Laksana Penyakit Akibat Kerja.
Dokter adalah dokter yang telah terdaftar sebagai Dokter Pemeriksa Kesehatan tenaga kerja di
Kementerian Tenaga Kerja

b. Personil Industrial Hygiene (IH): Personil yang memiliki sertifikasi dan kompetensi yang sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu:
 Higiene Industri Muda

F-DEV-01.04
Ed./ Rev.: 1/1
BERAU COAL GREEN MINING SYSTEM No. Dokumen S-OHS-04
STANDAR Tanggal Efektif 22 Oktober 2019
Edisi/Revisi 1/1
Pengelolaan Kesehatan di Tempat Kerja
Halaman 6 dari 10

 Higiene Industri Madya


 Higiene Industri Utama

c. Delapan (8) Tahapan Penegakkan Diagnosa PAK


1) Penyakit Akibat Kerja antara lain berupa penyakit:
a. Yang disebabkan pajanan faktor yang timbul dari aktivitas pekerjaan;
b. Berdasarkan sistem target organ;
c. Kanker akibat kerja; dan
d. Spesifik lainnya

2) Dokter Pemeriksa Kesehatan Tenaga Kerja dan OH & IH Superintendent melakukan diagnosa
okupasi dengan menentukan pajanan yang dialami pekerja di tempat kerja dengan melakukan
anamnesis yang mencakup:
a. Deskripsi semua pekerjaan secara kronologis dan pajanan yang dialami
b. Periode waktu melakukan masing-masing pekerjaan
c. Produk yang dihasilkan
d. Bahan yang digunakan
e. Cara bekerja
f. Proses kerja
g. Riwayat kecelakaan kerja (tumpahan bahan kimia,dll)
h. Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan

3) Dokter Pemeriksa Kesehatan Tenaga Kerja harus Menegakkan diagnosis Klinis. Diagnosis klinis
harus ditegakkan terlebih dahulu dengan melakukan:
a. Anamnesa
b. Pemeriksaan Fisik

4) Bila diperlukan dilakukan pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan khusus Dokter Pemeriksa
Kesehatan Tenaga Kerja dan OH & IH Superintendent menentukan hubungan pajanan dengan
diagnosis klinis yang teridentifikasi berdasarkan dengan hasil amnesis poin (1) Data pemeriksaan
awal dan berkala digunakan sebagai data pendukung.

5) Dokter Pemeriksa Kesehatan Tenaga Kerja beserta OH & IH Superintendent melakukan penilaian
untuk menentukan kecukupan pajanan tersebut untuk menimbulkan gejala penyakit dapat diakukan
secara:
 Kualitatif
a. Pengamatan cara, proses, dan lingkungan kerja dengan memperhitungkan lama kerja dan
masa kerja
b. Pemakaian alat pelindung secara benar dan konsisten untuk mengurangi besar pajanan
 Kuantitatif
a. Data pengukuran lingkungan kerja (industrial hygiene) yang dilakukan secara periodik
b. Data monitoring biologis (data pemeriksaan khusus)

6) Dokter Pemeriksa Kesehatan tenaga kerja harus menentukan faktor individu yang berperan terhadap
timbulnya penyakit antara lain: Jenis kelamin; Usia Kebiasaan; Riwayat penyakit keluarga (genetik);
Riwayat atopi dan Penyakit penyerta;

7) Dokter Pemeriksa Kesehatan Tenaga Kerja dan OH & IH Superintendent mempertimbangkan


pajanan yang terdapat di luar tempat kerja terkait hobi, pekerjaan rumah dan pekerjaan sampingan.

8) Penetapan Status Penyakit


 Dokter perusahaan/dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja menetapkan status Penyakit
Akibat Kerja berdasarkan hasil pemeriksaan setelah membuktikan hubungan sebab akibat
antara penyakit dengan pekerjaan dan/ atau lingkungan kerjanya;

F-DEV-01.04
Ed./ Rev.: 1/1
BERAU COAL GREEN MINING SYSTEM No. Dokumen S-OHS-04
STANDAR Tanggal Efektif 22 Oktober 2019
Edisi/Revisi 1/1
Pengelolaan Kesehatan di Tempat Kerja
Halaman 7 dari 10

 Apabila terdapat keragu-raguan dalam menegakkan diagnosis Penyakit Akibat Kerja, dokter
perusahaan dapat berkonsultasi dengan dokter ahli yang sesuai.
 Laporan dibuat & ditandatangani oleh Dokter Perusahaan / Dokter Pemeriksa Kesehatan Tenaga
Kerja menggunakan Formulir Pelaporan dan Diagnosa PAK (F-OHS-08.08).

5.2. Penilaian Kecacatan Penyakit Akibat Kerja


PAK dapat menimbulkan disabilitas akibat kecacatan anatomi maupun fungsi yang perlu dinilai
persentasenya sehingga pekerja berhak mendapatkan kompensasi, apabila:
 Pengobatan Penyakit Akibat Kerja dinyatakan selesai dan dijumpai adanya suatu kecacatan, maka
dokter perusahaan dapat menetapkan persentase kecacatan sesuai dengan pencatatan peraturan
perundang-undangan; dan
 Terdapat keragu-raguan dalam menetapkan persentase kecacatan, dokter perusahaan dapat
berkonsultasi dengan dokter ahli yang sesuai.
Penentuan tingkat kecacatan mengacu ke peraturan yang berlaku.

5.3. Penyelidikan Penyakit Akibat Kerja


a. Setiap Penyakit Akibat Kerja yang telah ditegakkan oleh dokter perusahaan dilakukan penyelidikan
untuk menemukan faktor-faktor bahaya kesehatan di lokasi Pekerja yang terkena Penyakit Akibat
Kerja;
b. Proses penyelidikan Penyakit Akibat Kerja mencakup penilaian kesehatan Pekerja lainnya yang
memiliki pajanan bahaya yang sama atau sejenis untuk memastikan apakah ada pekerja lainnya
yang menderita penyakit yang sama; dan
c. Proses penyelidikan Penyakit Akibat Kerja dilakukan oleh tim yang paling sedikit melibatkan
dokter perusahaan dan petugas kesehatan kerja atau higiene industri (industrial hygiene).

5.4. Tata Laksana PAK


5.4.1. Tata Laksana Medis
a. Tata Laksana medis dilakukan setelah diagnosa klinis pada diagnosis PAK ditegakkan. Tata
Laksana medis berupa rawat jalan dan / atau rawat inap yang dapat dilakukan oleh dokter sesuai
kompetensinya.
b. Terapi yang diberikan berupa medikamentosa dan / atau non medikamentosa seperti edukasi,
exercise, fisioterapi,konseling, psikoterapi dan nutrisi.

5.4.2. Tata Laksana Okupasi pada Individu Pekerja


Tata Laksana okupasi adalah individu pekerja terdiri dari :
a. Penetapan kelaikan kerja (Fit To Work)
Penetapan kelaikan kerja meliputi penilaian risiko, kapasitas dan toleransi pekerja dengan tuntutan
pekerjaan yang ada di tempat kerja .
b. Program Kembali Bekerja (Return To Work)
Suatu upaya terencana agar pekerja yang mengalami cedera/sakit dapat segera kembali bekerja
secara produktif, aman dan berkelanjutan.
Ada beberapa kasus yang memerlukan penentuan kelaikan kerja untuk program kembali bekerja
(return to work) sesudah dinyatakan tidak diperlukan untuk rawat inap atau beristirahat, yaitu:
 Kasus kelainan kronis
 Sesudah mengalami kelainan yang akut (mendadak)
 Kasus kelainan infeksi menular
 Kasus kelainan yang memerlukan pengobatan jangka panjang
 Kasus kelainan khusus terkait organ tubuh yang dapat dipengaruhi atau diperberat akibat
pajanan lingkungan kerja atau jenis / beban pekerjaan tertentu.

Program kembali bekerja juga dapat dilakukan jika:


a. Diperlukan kunjungan ke tempat kerja pasien untuk melihat pekerjaan lain yang tersedia yang
cocok dengan kondisi medis pasien

F-DEV-01.04
Ed./ Rev.: 1/1
BERAU COAL GREEN MINING SYSTEM No. Dokumen S-OHS-04
STANDAR Tanggal Efektif 22 Oktober 2019
Edisi/Revisi 1/1
Pengelolaan Kesehatan di Tempat Kerja
Halaman 8 dari 10

b. Status kesehatan pasien kompleks (melibatkan lebih dari 1 (satu) sistem organ atau melibatkan
hanya 1 (satu) sistem organ tetapi sistem organ yang vital
c. Pajanan faktor risiko yang ada di tempat kerja kompleks dan saling berkaitan
d. Terdapat keraguan dalam menentukan besaran risiko yang ada dan risiko yang dapat diterima
(acceptable risk)
e. Terdapat ketidakpuasan pekerja atas penetapan kelaikan kerja

5.4.3. Tata Laksana Okupasi pada Komunitas Pekerja terdiri dari:


1. Upaya Pengendalian PAK
a. Berdasarkan hasil penyelidikan Penyakit Akibat Kerja, dibuat rencana perbaikan dan
pencegahan agar Penyakit Akibat Kerja yang sama tidak terjadi pada pekerja yang lain:
b. setiap pekerja mematuhi semua prosedur dan persyaratan untuk pencegahan Penyakit
Akibat Kerja dalam melaksanakan pekerjaannya; dan
c. perusahaan melakukan upaya kuratif dan rehabilitatif terhadap Pekerja yang didiagnosis
menderita Penyakit Akibat Kerja.

2. Upaya pencegahan PAK, antara lain:


a. Melakukan identifikasi potensi bahaya PAK
b. Promosi kesehatan kerja sesuai dengan hasil identifikasi potensi bahaya yang ada di tempat kerja
c. Melakukan pengendalian potensi bahaya
d. Pemberian informasi mengenai APD yang sesuai dengan potensi bahaya yang ada di tempat kerja
dan cara pemakaian APD yang benar

3. Pemberian imunisasi bagi pekerja


a. Penemuan Dini Penyakit Akibat Kerja
b. Pemeriksaan kesehatan pra kerja
c. Pemeriksaan berkala
d. Pemeriksaan khusus (dilakukan sesuai indikasi bila ditemukan ada keluhan medis dan / atau
potensi bahaya di tempat kerja (lingkungan kerja)
e. Surveilance kesehatan pekerja dan lingkungan kerja

6. Pengukuran Kinerja Kesehatan Kerja Pertambangan


6.1. Pengukuran kinerja kesehatan kerja pertambangan dengan menggunakan 2 (dua) indikator sbb:

a. Indikator proses (leading indicator)


Pengukuran terhadap segala upaya yang sudah dilakukan dalam pengelolaan kesehatan kerja
pertambangan berupa realisasi pelaksanaan program kesehatan kerja pertambangan.

b. Indikator hasil akhir (lagging indicator)


Pengukuran terhadap hasil dari pengelolaan kesehatan kerja pertambangan yang berupa statistik
kesehatan kerja pertambangan sebagai berikut:

(1) Rasio Kelayakan Kerja


rasio kelayakan kerja berupa persentase tenaga kerja yang layak kerja berdasarkan
pemeriksaan kesehatan dengan rumus sebagai berikut:

F-DEV-01.04
Ed./ Rev.: 1/1
BERAU COAL GREEN MINING SYSTEM No. Dokumen S-OHS-04
STANDAR Tanggal Efektif 22 Oktober 2019
Edisi/Revisi 1/1
Pengelolaan Kesehatan di Tempat Kerja
Halaman 9 dari 10

(2) Angka Kesakitan Kasar (Crude Morbidity Rate)


angka kesakitan kasar (crude morbidity rate) adalah berupa persentase yang menunjukkan
jumlah Pekerja yang sakit karena penyakit tidak termasuk kecelakaan dibagi jumlah
Pekerja kumulatif.

(3) Tingkat Kekerapan Kesakitan (Morbidity Frequency Rate)


Tingkat kekerapan kesakitan (morbidity frequency rate) adalah tingkat kekerapan kesakitan
(morbidity frequency rate) berupa angka kekerapan berdasarkan jumlah tenaga kerja yang
sakit karena penyakit tidak termasuk kecelakaan dibagi jumlah jam kerja kumulatif
selama kurun waktu 1.000.000 jam kerja.

(4) Tingkat Keparahan Penyakit (Spell Severity Rate)


Tingkat keparahan penyakit (spell severity rate) adalah berupa angka keparahan penyakit
berdasarkan spell selama kurun waktu 1.000.000 jam kerja.

(5) Tingkat Keparahan Penyakit Berdasarkan Absensi (Absence Severity Rate)


Tingkat keparahan penyakit berdasarkan absensi (absence severity rate) berupa angka
keparahan penyakit yang dihitung berdasarkan jumlah absensi karena sakit tidak termasuk
kecelakaan dibagi dengan jumlah jam kerja kumulatif selama kurun waktu 1.000.000 jam
kerja.

(6) Penyakit Akibat Kerja


Frekuensi Penyakit Akibat Kerja dihitung dari jumlah kasus Penyakit Akibat Kerja
dibagi jumlah tenaga kerja dikali 1.000.000 (konstanta).

6.2. Laporan Berkala Indikator Kinerja Kesehatan Kerja


Indikator proses (leading indicator) dan indicator hasil (lagging indicator) wajib dilaporkan oleh setiap
Mitra Kerja minimal 1 (satu) kali dalam sebulan paling lambat tanggal 5 pada awal bulan berjalan
menggunakan formulir ke personil kesehatan kerja dan higiene industri (OH & IH) PT Berau Coal.

F-DEV-01.04
Ed./ Rev.: 1/1

Anda mungkin juga menyukai