Dokumen - Tips - Kelompok 7 Pengawetan Sari Buah
Dokumen - Tips - Kelompok 7 Pengawetan Sari Buah
KELOMPOK 5
ADE LUCKI C
BETA WULAN F
DYAH NUR F
LELA WIDYA K
2011
LAPORAN RESMI
II. TUJUAN :- Mahasiswa dapat mengetahui cara pengawetan buah dalam botol.
Buah dapat diolah menjadi berbagai bentuk minuman seperti anggur, sari buah,
dan sirup juga makanan seperti manisan, dodol, keripik, dan sale. Oleh karena itu pengolahan
Sari buah merupakan cairan jernih atau agak jernih tidak difermentasi, tetapi
diperoleh dari pengepresan buah-buahan yang telah matang dan masih segar. Pembuatan sari
buah terutama ditujukan untuk meningkatkan ketahanan simpan serta daya guna buah-buahan.
Pada dasarnya sari buah dibuat dengan cara penghancuran daging buah dan kemudian ditekan.
Alat
No.
Nama alat Gambar Jumlah
1. Botol 1
2. Panci email 1
3. Talenan 1
4. Pisau 1
5. Sterilisator 1
6. Pemanas 1
7. Sendok 1
8. mangkok 2
9. Pengaduk kayu 1
12. saringan 1
Bahan
2. Gula ¼ kg
Perlakuan Gambar
atau tidak.
VII. PEMBAHASAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengawetkan sari buah lemon dalam botol
tanpa merusak mutu dan rasa, selain itu untuk meningkatkan daya tahan simpan, daya guna
serta nilai ekonomis dari buah-buahan. Sari buah adalah cairan yang jernih dan keruh yang
diperoleh dengan cara penghancuran dan pengepresan daging buah-buahan yang telah masak
dan segar. Langkah awal yang digunakan dalam percobaan ini adalah memotong buah lemon
menjadi dua bagian kemudian memerasnya. Kemudian sari buah diencerkan dengan
menggunakan air mineral sebanyak 3 (tiga) kali. Warna yang terbentuk adalah putih
kekuningan keruh dengan rasa asam. Selanjutnya ditambah gula pasir ±10% dari larutan sari
buah yang ada dan 0.1% asam sitrat (satu ujung sendok teh). Kemudian menyaring larutan
tersebut lalu dimasukkan dalam botol yang telah disterilisasi selama ± 15 menit pada suhu 80ºC
kemudian ditutup rapat lalu disterilisasi lagi selama ± 15 menit pada suhu 80ºC.
Tujuan dari penyeterilisasian pada suhu 80ºC karena untuk menjaga agar sari buah
lemon tidak rusak baik rasa/warna. Proses pemanasan yang dilakukan pada pembuatan sari
buah adalah proses pasteurisasi. Proses pasteurisasi merupakan proses pemanasan dengan suhu
yang relatif cukup rendah (di bawah 100°C) dengan tujuan untuk menginaktifasi enzim dan
membunuh mikroba patogen (yang menyebabkan sakit). Pemilihan proses ini didasarkan pada
sifat produk yang relatif asam sehingga mikroba menjadi lebih sensitif terhadap panas, juga
untuk meminimalkan rusaknya beberapa zat gizi seperti vitamin C. Pemanasan dapat
mengawetkan makanan karena panas dapat membunuh atau memusnahkan mikroba patogen
dan pembusuk serta dapat menyebabkan inaktivasi enzim-enzim perusak, sehingga mutu
produk lebih stabil selama penyimpanan.
Sari buah kemudian didiamkan selama 3 hari. Botol yang telah diisi sari lemon diberi
label/stiker untuk memperindah penampilan. Setelah 3 hari diperoleh sari lemon yang terdapat
endapan dibagian bawahnya. Rasa dari sari buah lemon ini adalah asam dan terdapat rasa
manis. Rasa asam timbul dari asam sitrat dan sari lemon itu sendiri.
Produk yang dihasilkan
Buah lemon banyak mengandung vitamin dan mineral. Selain itu, buah lemon mengandung
senyawa asam sitrat. Asam sitrat merupakan asam organik lemah yang ditemukan pada daun
dan buah tumbuhan genus Citrus (jeruk-jerukan). Senyawa ini merupakan
bahan pengawet yang baik dan alami, selain digunakan sebagai penambah rasa masam
pada makanan dan minuman ringan. Buah lemon memiliki aroma khas karena mengandung
senyawa ester oktil asetat.
Kerajaan: Plantae
(tidak termasuk) Eudicots
(tidak termasuk) Rosids
Ordo: Sapindales
Famili: Rutaceae
Genus: Citrus
Spesies: C. limon
Zat pengawet adalah suatu zat yang jika ditambahkan ke dalam makanan atau minuman
dapat menghambat aktivitas mikroorganisme tanpa merusak mutu dan rasa.
Pada percobaan menggunakan bahan pengawet yang berupa gula dan asam sitrat.
Gula seperti halnya garam juga menghambat pertumbuhan dan aktivitas bakteri
penyebab pembusukan, kapang, dan khamir. Gula dan garam merupakan bahan yang efektif
untuk pengawetan karena sifatnya yang dapat menarik air dari dalam sel mikroba sehingga
sel menjadi kering karena proses osmosis. Pengawetan pangan dengan pemberian gula
dilakukan pada pengawetan buah-buahan dalam sirup dalam bentuk manisan.
Jenis mikroba yang berbeda mempunyai kepekaan terhadap osmosis oleh gula atau
garam yang berbeda pula. Kapang dan kamir umumnya lebih toleran terhadap gula dan
garam daripada bakteri. Oleh sebab itu dalam pangan bergula seperti jem atau jeli, kapang
dan kamir kadang-kadang ditemukan sedangkan bakteri tidak dapat tumbuh
2. Asam sitrat
Asam sitrat terdapat pada berbagai jenis buah dan sayuran, namun ditemukan pada
konsentrasi tinggi, yang dapat mencapai 8% bobot kering, pada jeruk lemon dan limau
(misalnya jeruk nipis dan jeruk purut).
Dalam biokimia, asam sitrat dikenal sebagai senyawa antara dalam siklus asam
sitrat yang terjadi di dalam mitokondria, yang penting dalam metabolisme makhluk hidup.
Zat ini juga dapat digunakan sebagai zat pembersih yang ramah lingkungan dan
sebagai antioksidan.
Pada temperatur kamar, asam sitrat berbentuk serbuk kristal berwarna putih. Serbuk
kristal tersebut dapat berupa bentuk anhydrous (bebas air), atau bentuk monohidrat yang
mengandung satu molekul air untuk setiap molekul asam sitrat. Bentuk anhydrous asam
sitrat mengkristal dalam air panas, sedangkan bentuk monohidrat didapatkan dari
kristalisasi asam sitrat dalam air dingin. Asam pada konsentrasi yang cukup dapat
menyebabkan kerusakan protein yang disebut denaturasi. Oleh karena sel mikroba
terbentuk dari protein, maka pemberian asam dari mikroba lainnya sehingga sering asam
yang dihasilkan oleh sejenis mikroba dalam suatu proses fermentasi akan menghambat
pertumbuhan jenis mikroba lain dalam bahan pangan tersebut. Dengan demikian pada
proses fermentasi tersebut akan terjadi proses seleksi, yaitu mikroba pembusuk yang
umumnya bersifat proteolitik akan terhambat pertumbuhannya.
Dalam pengawetan dengan asam, asam dapat dihasilkan oleh kultur bakteri pembentuk
asam yang ditambahkan ke dalam bahan pangan. Pada umumnya derajat keasaman pada
bahan pangan yang dapat diterima secara organoleptik tidak pernah cukup untuk
menghambat pertumbuhan mikroba secara keseluruhan. Oleh sebab itu selalu ada proses
pengawetan tambahan terhadap bahan-bahan pangan sejenis ini.
Kombinasi asam dengan panas memberikan pengaruh pemusnahan mikroba yang lebih
tinggi. Bahan pangan yang memiliki pH lebih rendah umumnya membutuhkan waktu
sterilisasi yang relatif lebih singkat pada suhu yang sama dibandingkan dengan bahan
pangan yang memiliki pH lebih tinggi.
Pada percobaan ini menggunakan bahan pengawet karena
Emulsifier memberikan tekstur produk berbentuk emulsi atau suspensi yang konsisten
dan mencegah pemisahan fasa air dengan fasa lemak suatu emulsi atau pemisahan fasa cair
dan fasa padat suatu suspensi. Penstabil dan pengental menghasilkan tekstur yang lembut
dan homogen pada pangan tertentu.
2.
Untuk meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi.
Vitamin dan mineral yang ditambahkan ke dalam pangan seperti susu, tepung, serelia
lain dan margarin untuk memperbaiki kekurangan zat tersebut dalam diet seseorang atau
mengganti kehilangannya selama proses pengolahan pangan. Fortifikasi dan pengayaan
pangan semacam ini telah membantu mengurangi malnutrisi dalam populasi masyarakat
Amerika. Semua pangan yang mengandung nutrien yang ditambahkan harus diberi label
yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku secara internasional atau sesuai ketentuan
masing-masing negara.
3. Untuk mempertahankan kelezatan dan kesehatan (wholesomeness) pangan
Pengawet menahan kerusakan pangan yang disebabkan oleh kapang, bakteria, fungi
atau khamir. Kontaminasi bakteria dapat menyebabkan penyakit yang dibawa makanan
( food born illness
) termasuk botulism yang membahayakan kehidupan.
Antioksidan adalah pengawet yang mencegah terjadinya bau yang tidak sedap. Antioksidan
juga mencegah potongan buah segar seperti apel menjadi coklat bila terkena udara.
Bahan pengembang yang melepaskan asam bila dipanaskan bereaksi dengan baking
soda membantu mengembangkan kue, biskuit dan roti selama proses pemanggangan.
Pengatur keasaman/kebasaan membantu memodifiksi keasaman/kebasaan pangan agar
diperoleh bau, rasa dan warna yang sesuai.
5. Untuk menguatkan rasa atau mendapatkan warna yang diinginkan.
Berbagai jenis bumbu dan penguat rasa sintetik atau alami memperkuat rasa pangan.
Sebaliknya warna memperindah tampilan pangan tertentu untuk memenuhi ekspektasi
konsumen.
Jadi, selain tujuan di atas, juga untuk memelihara kesegaran dan mencegah kerusakan
makanan atau bahan makanan. Beberapa pengawet yang termasuk antioksidan berfungsi
mencegah makanan menjadi tengik yang disebabkan oleh perubahan kimiawi dalam makanan
tersebut.
Tujuan utama pembotolan adalah untuk mengawetkan bahan makanan dalam kondisi
yang dapat dimakan (edible) dan dengan demikian dapat mencegah kebusukan. Prinsip
pembotolan adalah mengemas bahan makanan dalam wadah yang tertutup dan hemertis.
Pembotolan merupakan salah satu cara pengawetan bahan pangan, sebab bahan pangan
dikemas secara hemertis, yakni kedap terhadap udara, air dari lingkungan luar, mikrobia
kontaminan, dan benda asing, sehingga bahan pangan akan menjadi tidak mudah mengalami
kerusakan (Sacharow, 1970). Wadah yang hemertis merupakan kemasan yang secara sempurna
tidak dapat dilalui oleh udara dan air dari lingkungan luar, selain itu mampu melindungi bahan
terhadap kontaminasi mikrobia dan benda asing. Dalam pembotolan juga dilakukan penutupan
botol, yang berfungsi mengintensifkan perlindungan bahan makanan dari lingkungan luar.
Sehingga harus penutup bahan dengan bahan yang sesuai, misalnya yang umum digunakan
tutup botol dari logam, selain itu perlu dipilih metode dan alat penutupan yang sesuai pula,
sehingga benar-benar dapat menutup botol secara sempurna.
Penggunaan botol gelas sebagai kemasan produk pangan dinilai memiliki keunggulan
dari segi keamanan, kompatibilitas produk, dan penerimaan konsumen. Wadah gelas dapat
menyimpan pangan cair dan padat untuk waktu periode waktu yang lama tanpa efek perubahan
pada kualitas flavor produk, sehingga merupakan bahan yang cocok untuk mewadahi makanan
dan minuman. Dari sisi penerimaan konsumen, riset pemasaran mengindikasikan bahwa
konsumen memberikan penilaian kualitas yang tinggi terhadap pangan yang dikemas botol
gelas. Selain itu penggunaan botol berfungsi agar ketika pemanasan tidak pecah dan tidak
mudah bereaksi dengan pengawet kimia.
Pada umumnya semakin tinggi suhu dan semakin lama waktu pemanasan maka
semakin tinggi tingkat inaktivasi mikroba dan enzim-enzim, tetapi disisi lain dapat
menyebabkan tingginya kerusakan zat gizi dan cita rasa. Oleh sebab itu suhu dan waktu
pemanasan perlu dikontrol.
Dengan bahan baku yang baik serta proses yang terkontrol maka sari buah yang
dihasilkan akan mempunyai karakteristik yang baik serta memiliki keawetan yang relatif tinggi
walaupun tanpa bahan pengawet.
Pada hasil percobaan, sari buah yang dihasilkan endapan yang terletak di bagian bawah,
hal ini menunjukkan bahwa proses pembuatan sari buah yang dilakukan kurang steril/bersih
sehinggan mikroba ikut masuk dalam botol. Selain itu, terdapat kesalahan proses
penyeterilisasian, dimana seharusnya botol yang telah disterilisasi tidak dikeluarkan dari
sterilisator melainkan proses masuknya sari buah terjadi ketika botol berada di dalam
sterilisator. Selain itu, adanya endapan menunjukkan bahwa vitamin C dalam sari buah sudah
rusak.
GulaPasir Rp 3.000,-
AsamSitrat Rp 500,-
Botol Rp 3.000,-
Rp 14.000,-
X. KESIMPULAN
1. Tujuan dari percobaan ini adalah melatih mahasiswa agar dapat mengawetkan sari buah
dengan prosedur yang tepat, serta dapat menganalisis kelayakan usahanya.
- Memeras buah
4. Zat pengawet adalah suatu zat yang jika ditambahkan ke dalam makanan atau minuman
dapat menghambat aktivitas mikroorganisme tanpa merusak mutu dan rasa
kimia.
- http://www.primakelola.co.id/?modul=article_desc&id=55
- http://yuphyyehahaa.blogspot.com/2010/11/pengemasan-jus-buah-mangga-dengan-
botol.html
- http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_sitrat