Defina Fitri Lutfianti - 10821004 - Tugas Uas Manajemen Logistik Rs
Defina Fitri Lutfianti - 10821004 - Tugas Uas Manajemen Logistik Rs
Disusun oleh:
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sering kali menjadi pusat perawatan bagi mereka yang terluka atau
terhadap sumber daya dan pasokan yang terbatas menjadi tantangan yang
serius bagi rumah sakit. Oleh karena itu, penting bagi rumah sakit untuk
mempersiapkan dan memiliki kit darurat bencana yang lengkap dan siap
yang dapat terjadi kapan saja dan di mana saja. Bencana tersebut dapat
meningkat pesat, dan seringkali rumah sakit akan menerima jumlah korban
2
yang melebihi kapasitasnya. Selain itu, dalam situasi bencana, komunikasi
situasi darurat dan memberikan perawatan medis yang efektif bagi para
korban.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
3
2. Untuk mengetahui cara memberikan pertolongan medik darurat di
sakit.
D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
di rumah sakit.
2. Bagi Institut
4
meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang kesiapsiagaan
bencana.
3. Bagi Pemerintah
memadai.
5
BAB II
ISI
di Rumah Sakit
6
darurat, sehingga dapat meningkatkan kesempatan bertahan hidup
dan mengurangi risiko komplikasi medis. Penting untuk memastikan
bahwa emergency kit di rumah sakit selalu terisi dan siap digunakan
dalam situasi darurat atau bencana.
Kit darurat bencana adalah kumpulan peralatan, persediaan, dan
informasi yang telah disusun dan dipersiapkan sebelumnya untuk
memberikan bantuan dan memenuhi kebutuhan dasar dalam situasi
darurat atau bencana. Kit darurat bencana bertujuan untuk membantu
individu, keluarga, atau kelompok masyarakat bertahan dan mengatasi
kondisi darurat setelah terjadi bencana alam atau insiden darurat
lainnya. Peralatan dan persediaan dalam kit ini dirancang untuk
memenuhi berbagai kebutuhan, termasuk perlindungan, makanan, air,
perawatan medis, komunikasi, dan penerangan.
7
f. Dokumen penting: Dokumen penting seperti identitas, paspor,
dan dokumen asuransi.
g. Uang tunai: Uang tunai dalam denominasi kecil untuk membeli
barang-barang penting.
h. Perlengkapan mandi: Perlengkapan mandi seperti sabun,
sampo, dan handuk.
i. Alat-alat listrik: Alat-alat listrik seperti radio, telepon genggam,
dan charger.
j. Peralatan lainnya: Peralatan lainnya seperti pisau lipat, tali, dan
korek api.
8
alat bantu mobilitas lainnya untuk membantu mengangkut pasien
dari area yang terdampak ke area yang lebih aman.
4. Peralatan komunikasi: Peralatan komunikasi yang berfungsi baik
seperti radio portabel, walkie-talkie, atau telepon satelit harus ada
dalam kit darurat bencana untuk memastikan komunikasi yang
efektif antara staf medis dan koordinator bencana.
5. Persediaan air dan makanan: Kit darurat bencana di rumah sakit
harus mencakup persediaan air bersih dan makanan darurat untuk
memastikan staf medis dan pasien tetap tercukupi kebutuhan dasar
mereka selama situasi darurat.
6. Sumber daya energi cadangan: Kit darurat bencana di rumah sakit
harus memiliki sumber daya energi cadangan seperti generator
atau baterai cadangan untuk memastikan pasokan listrik terus
berjalan jika terjadi pemadaman listrik.
7. Dokumen dan informasi penting: Kit darurat bencana di rumah sakit
harus menyertakan salinan dokumen penting seperti rencana
evakuasi, informasi kontak darurat, peta rumah sakit, dan protokol
penanganan bencana.
8. Peralatan kebersihan dan sanitasi: Kit darurat bencana di rumah
sakit harus mencakup persediaan kebersihan dan sanitasi seperti
tisu basah, sabun cuci tangan, desinfektan, dan peralatan
kebersihan lainnya untuk menjaga kebersihan lingkungan rumah
sakit dalam situasi darurat.
9. Perangkat evakuasi paska-bencana: Kit darurat bencana di rumah
sakit juga harus menyediakan perangkat evakuasi paska-bencana
seperti baju selam atau perahu karet, terutama jika rumah sakit
berdekatan dengan daerah rawan banjir.
10. Alat-alat pengukuran dan pemantauan: Kit darurat bencana di
rumah sakit harus mencakup alat-alat pengukuran dan
pemantauan seperti termometer, alat pemantau tekanan darah,
dan alat pengukur oksigen darah untuk membantu dalam penilaian
kondisi medis pasien.
Penting untuk mengatur dan memeriksa secara berkala isi dari kit
9
darurat bencana di rumah sakit, memastikan bahwa semua persediaan
tetap dalam kondisi baik, dan bahwa staf medis terlatih dalam
penggunaannya. Kit darurat bencana yang lengkap, terorganisir
dengan baik, dan siap digunakan akan memastikan rumah sakit dapat
merespons bencana dengan cepat dan efektif untuk melindungi pasien,
staf medis, dan fasilitas pelayanan medis.
10
Makanan untuk pasien dan petugas, persiapan dan distribusinya
dikoordinir oleh Instalasi Gizi sesuai dengan permintaan tertulis yang
disampaikan oleh kepala ruangan maupun penanggungjawab pos.
Makanan yang dipersiapkan dengan memperhitungkan sejumlah
makanan cadangan untuk antisipasi kedatangan korban baru maupun
petugas baru/ relawan.
5. Pengelolaan tenaga rumah sakit
Pengaturan jumlah dan kualifikasi tenaga yang diperlukan saat
penanganan bencana. Tenaga yang dimaksud adalah SDM rumah
sakit yang harus disiagakan serta pengelolaannya saat situasi
bencana.
6. Pengendalian korban bencana dan pengunjung
Pada situasi bencana internal maka pengunjung yang saat itu
berada di RS ditertibkan dan diarahkan pada tempat berkumpul yang
ditentukan. Demikian pula korban diarahkan untuk dikumpulkan pada
ruangan/ area tempat berkumpul yang ditentukan.
7. Koordinasi dengan instansi lain
Diperlukannya bantuan dari instansi lain untuk menanggulangi
bencana maupun efek dari bencana yang ada. Bantuan ini diperlukan
sesuai dengan jenis bencana yang terjadi. Instansi terkait yang
dimaksud adalah BPBD (Badan Penenggulangan Bencana Daerah
Jawa Tengah), Dinas Kesehatan Propinsi, Kepolisian, Dinas Pemadam
Kebakaran, SAR, PDAM, PLN, TELKOM, PMI, dan RS Jejaring, Intitusi
Pendidikan Kesehatan, Perhotelan dan PHRI.
8. Pengelolaan obat dan bahan atau alat habis pakai
Penyediaan obat dan bahan atau alat habis pakai dalam situasi
bencana merupakan salah satu unsur penunjang yang sangat penting
dalam pelayanan kesehatan, oleh karena itu diperlukan adanya
persediaan obat dan bahan/ alat habis pakai sebagai penunjang
pelayanan korban.
9. Pengelolaan volunteer (relawan)
Keberadaan relawan sangat diperlukan pada situasi bencana.
Individu/ kelompok organisasi yang berniat turut memberikan bantuan
sebaiknya dicatat dan diregistrasi secara baik oleh Bagian SDM, untuk
11
selanjutnya diikutsertakan dalam membantu proses pelayanan sesuai
dengan jenis ketenagaan yang dibutuhkan.
10. Pengelolaan kesehatan lingkungan
Kesehatan lingkungan tetap dijaga pada situasi apapun termasuk
situasi bencana untuk mencegah terjadinya pencemaran maupun
dampak dari bencana.
11. Pengelolaan donasi
Pada keadaan bencana rumah sakit membutuhkan bantuan
tambahan baik berupa obat, bahan/ alat habis pakai, makanan, alat
medis/ non medis, makanan, maupun financial
12. Pengelolaan listrik, telpon dan air
Meningkatnya kebutuhan power listrik, instalasi air dan tambahan
sambungan telpon saat disaster membutuhkan kesiapsiagaan dari
tenaga yang melaksanakannya. Persiapan pengadaan maupun
sambungannya mulai dilaksanakan saat aktifasi situasi bencana di
rumah sakit.
13. Penanganan keamanan
Keamanan diupayakan semaksimal mungkin pada area-area
transportasi korban dari lokasi ke IRD, pengamanan sekitar Triage dan
IRD pada umumnya serta pengamanan pada unit perawatan dan pos-
pos yang didirikan.
14. Pengelolaan informasi
Informasi, baik berupa data maupun laporan dibuat sesuai dengan
form yang ditentukan sehingga tidak terjadi kesimpangsiuran mengenai
jumlah korban baik korban hidup, korban meninggal, asal negara,
tempat perawatan korban dan status evakuasi ke luar rumah sakit.
Informasi ini meliputi identitas korban, SDM dan fasilitas yang
diperlukan untuk penanganan korban.
15. Jumpa pers
Informasi dari posko data merupakan sumber informasi yang akan
digunakan pihak rumah sakit pada saat jumpa pers. Pihak RS yang
menghadiri press release adalah Direktur Utama sebagai Komandan
RS, Komandan Bencana, Ketua Medikal support, dan Ketua
manajement support.
12
16. Pengelolaan media
Wartawan dari media cetak dan elektronik akan berada hampir 24
jam disekitar rumah sakit untuk meliput proses pelayanan dan
kunjungan tamu ke unit pelayanan, bukan hanya berasal dari media
regional, nasional tetapi juga internasional sehingga perlu dikelola
dengan baik.
13
kedaruratan secara cepat dan tepat guna menyelamatkan
nyawa, mencegah kecacatan lebih lanjut, dan memastikan
program kesehatan berjalan dengan terpenuhinya standar
minimal pelayanan kesehatan.
b. Penanggulangan Krisis Kesehatan pada tahap tanggap
darurat Krisis Kesehatan harus didahului dengan penetapan
status keadaan darurat Krisis Kesehatan.
c. Penetapan status keadaan darurat Krisis Kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh:
1) Menteri untuk status keadaan darurat Krisis Kesehatan
tingkat nasional;
2) Kepala dinas kesehatan provinsi untuk status keadaan
darurat Krisis Kesehatan tingkat provinsi; atau
3) Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota untuk status
keadaan darurat Krisis Kesehatan tingkat
kabupaten/kota.
d. Dalam hal Presiden, Gubernur, atau Bupati/Walikota
menetapkan status keadaan darurat Bencana, kegiatan
Penanggulangan Krisis Kesehatan pada tahap tanggap
darurat dapat dilaksanakan tanpa penetapan status
keadaan darurat Krisis Kesehatan.
e. Status keadaan darurat Krisis Kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
1) Status siaga darurat Krisis Kesehatan;
2) Status tanggap darurat Krisis Kesehatan; dan
3) Status transisi darurat Krisis Kesehatan.
f. Status siaga darurat Krisis Kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf a merupakan keadaan ketika
potensi ancaman Bencana sudah mengarah pada
terjadinya bencana yang ditandai dengan adanya informasi
peningkatan ancaman berdasarkan sistem peringatan dini
yang diperlakukan dan pertimbangan dampak yang akan
terjadi di masyarakat.
g. Status tanggap darurat Krisis Kesehatan sebagaimana
14
dimaksud pada ayat (3) huruf b merupakan keadaan ketika
ancaman kesehatan masyarakat terjadi.
h. Status transisi darurat Krisis Kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf c merupakan keadaan ketika
ancaman Bencana yang terjadi cenderung menurun
eskalasinya dan/atau telah berakhir, sedangkan gangguan
kehidupan dan penghidupan sekelompok orang/masyarakat
masih tetap berlangsung.
3. Tahap pascakrisis kesehatan
a. Penanggulangan pada tahap pascakrisis kesehatan
ditujukan untuk mengembalikan kondisi sistem kesehatan
seperti pada kondisi prakrisis kesehatan dan membangun
kembali lebih baik (build back better) dan aman (safe).
b. Penanggulangan Krisis Kesehatan pada tahap pascakrisis
kesehatan dilaksanakan oleh masing-masing
penanggungjawab program dan dikoordinasikan oleh
Menteri atau kepala dinas kesehatan sesuai tingkatan
Bencana.
c. Penanggulangan Krisis Kesehatan pada tahap pascakrisis
kesehatan meliputi kegiatan:
1) melakukan penilaian kerusakan, kerugian dan
kebutuhan sumber daya kesehatan pascakrisis
kesehatan;
2) menyusun rencana aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi
Kesehatan;
3) melaksanakan rencana aksi Rehabilitasi dan
Rekonstruksi Kesehatan; dan d. monitoring dan evaluasi
pelaksanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Kesehatan.
15
1. Membuat rencana evakuasi: Rumah sakit harus memiliki rencana
evakuasi yang jelas dan terstruktur untuk mengatasi situasi darurat
atau bencana. Rencana ini harus mencakup prosedur evakuasi, rute
evakuasi, dan peran serta tanggung jawab setiap orang dalam tim
evakuasi.
2. Melatih staf rumah sakit: Staf rumah sakit harus dilatih untuk mengatasi
situasi darurat atau bencana, termasuk prosedur evakuasi dan
pemindahan pasien. Pelatihan ini harus dilakukan secara berkala untuk
memastikan bahwa staf rumah sakit siap menghadapi situasi darurat
atau bencana.
3. Menyiapkan peralatan dan perlengkapan: Rumah sakit harus memiliki
peralatan dan perlengkapan yang cukup untuk mengatasi situasi
darurat atau bencana, seperti peralatan pertolongan pertama, obat-
obatan, dan peralatan evakuasi.
4. Mengatur prioritas pasien: Rumah sakit harus mengatur prioritas
pasien yang akan dievakuasi atau dipindahkan terlebih dahulu. Pasien
yang membutuhkan perawatan medis yang mendesak harus
dievakuasi atau dipindahkan terlebih dahulu.
5. Mengkoordinasikan dengan pihak luar: Rumah sakit harus
mengkoordinasikan dengan pihak luar, seperti tim pemadam
kebakaran, polisi, dan tim medis lainnya, untuk memastikan evakuasi
dan pemindahan pasien berjalan dengan aman dan terkoordinasi.
6. Memastikan keamanan pasien: Rumah sakit harus memastikan
keamanan pasien selama proses evakuasi atau pemindahan. Pasien
harus dipindahkan dengan hati-hati dan memperhatikan faktor
keselamatan, seperti memastikan ventilasi yang cukup dan
menghindari sumber api terbuka.
16
E. Sistem Kode Darurat, Tingkat Kesiapsiagaan Kondisi Darurat
Rumah Sakit
a. Kode darurat
antara lain:
emergensi internal.
17
b. Nomor penting
18
3. Rambu-Rambu Mengenai Keselamatan dan Tanda Darurat
pada tempat yang mudah dilihat baik oleh petugas Rumah Sakit
2. Tanda exit
19
11. Rambu penanggulangan keadaan darurat
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
penanganan cepat. Kit ini biasanya berisi berbagai macam peralatan dan
pertama dalam keadaan darurat atau bencana di rumah sakit. Kit darurat
memenuhi kebutuhan dasar dalam situasi darurat atau bencana. Kit darurat
penerangan.
kebutuhan dan situasi yang dihadapi. Penting untuk memastikan bahwa kit
21
darurat bencana selalu terisi dan siap digunakan dalam situasi darurat atau
darurat bencana:
3. Obat-obatan
4. Alat bantu
6. Dokumen penting
7. Uang tunai
8. Perlengkapan mandi
rumah sakit. Kit darurat bencana di rumah sakit memiliki peran khusus
22
4. Peralatan komunikasi
dengan instansi lain, pengelolaan obat dan bahan atau alat habis pakai,
pasien dengan aman saat terjadi bencana di rumah sakit membuat rencana
23
evakuasi, melatih staf rumah sakit, menyiapkan peralatan dan
Rumah Sakit dan juga mengacu dari kebijakan pemerintah pusat. Rambu-
rambu keselamatan dan tanda darurat harus diletakkan pada tempat yang
antara lain arah jalur evakuasi, tanda exit, rambu titik kumpul, rambu
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
24
rumah sakit
2. Bagi Institusi
3. Bagi Pemerintah
dan setiap rumah sakit harus memiliki KIT darurat bencana yang cukup
25