Anda di halaman 1dari 46

BUKU INFORMASI

MEMELIHARA SISTEM PROTEKSI PLTS TIPE


TERPUSAT (KOMUNAL)
D.35EBT26.007.1

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN R.I.


DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA
KEPENDIDIKAN BIDANG MESIN DAN TEKNIK INDUSTRI
BANDUNG
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Energi Terbarukan D.35EBT26.007.1

DAFTAR ISI

Daftar Isi 2
BAB I Pendahuluan 5
A. Tujuan Umum 5
B. Tujuan Khusus 5
BAB II Menyiapkan perlengkapan pemeliharaan sistem proteksi PLTS tipe 6
terpusat (komunal)
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam menyiapkan perlengkapan 6
pemeliharaan sistem proteksi PLTS tipe terpusat (komunal)
1. Menyiapkan perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) 6
sesuai regulasi yang berlaku.
2. Menyiapkan peralatan untuk pemeliharaan sistem proteksi PLTS tipe 9
terpusat (komunal) sesuai SOP.
3. Menyiapkan dokumen spesifikasi teknis komponen dan petunjuk 13
pemeliharaan sistem proteksi PLTS tipe terpusat (komunal).
B. Keterampilan yang Diperlukan dalam menyiapkan perlengkapan 14
pemeliharaan sistem proteksi PLTS tipe terpusat (komunal)
1. Langkah-langkah dan cara Menyiapkan perlengkapan keselamatan dan 14
kesehatan kerja (K3) sesuai regulasi yang berlaku
2. Langkah-langkah dan cara Menyiapkan peralatan untuk pemeliharaan 14
sistem proteksi PLTS tipe terpusat (komunal) sesuai SOP
3. Langkah-langkah dan cara Menyiapkan dokumen spesifikasi teknis 14
komponen dan petunjuk pemeliharaan sistem proteksi PLTS tipe
terpusat (komunal)
C. Sikap Kerja yang Diperlukan menyiapkan perlengkapan pemeliharaan 15
sistem proteksi PLTS tipe terpusat (komunal)
BAB III Melaksanakan pemeliharaan sistem proteksi PLTS tipe terpusat 16
(komunal)
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam melaksanakan pemeliharaan 16
sistem proteksi PLTS tipe terpusat (komunal)
1. Mengukur resistansi pentanahan sesuai SOP. 16
2. Memeriksa kondisi fisik sistem penangkal petir sesuai SOP 19

Judul Modul: Memelihara Sistem Proteksi PLTS Tipe Terpusat (Komunal)


Buku Informasi - Versi 2018 Halaman: 2 dari 45
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Energi Terbarukan D.35EBT26.007.1

22
3. Memeriksa status surge arrester, fuse, dan MCB yang terpasang
sesuai SOPf.
32
4. Melakukan tindakan korektif sesuai kebutuhan dan SOP yang
ditentukan
B. Keterampilan yang Diperlukan dalam melaksanakan pemeliharaan 33
sistem proteksi PLTS tipe terpusat (komunal)
1. Langkah-langkah dan cara mengukur resistansi pentanahan sesuai 33
SOP.
2. Langkah-langkah dan cara memeriksa kondisi fisik sistem penangkal 35
petir sesuai SOP
3. Langkah-langkah dan cara memeriksa status surge arrester, fuse, dan 36
MCB yang terpasang sesuai SOP
4. Melakukan tindakan korektif sesuai kebutuhan dan SOP yang 38
ditentukan
C. Sikap Kerja yang Diperlukan dalam Melaksanakan pemeliharaan sistem 38
proteksi PLTS tipe terpusat (komunal)
BAB IV Membuat laporan pemeliharaan sistem proteksi PLTS tipe terpusat 39
(komunal)
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam membuat laporan pemeliharaan 39
sistem proteksi PLTS tipe terpusat (komunal)
1. Menyiapkan Format laporan pemeliharaan sesuai ketentuan 39
2. Membuat Laporan pemeliharaan sesuai SOP yang berlaku 40
B. Keterampilan yang Diperlukan dalam membuat laporan pemeliharaan 41
sistem proteksi PLTS tipe terpusat (komunal)
1. Langkah-langkah dan cara menyiapkan Format laporan pemeliharaan 41
sesuai ketentuan
2. Langkah-langkah dan cara membuat Laporan pemeliharaan sesuai 42
SOP yang berlaku
C. Sikap Kerja yang Diperlukan dalam membuat laporan pemeliharaan 42
sistem proteksi PLTS tipe terpusat (komunal)
Daftar Pustaka 43

Judul Modul: Memelihara Sistem Proteksi PLTS Tipe Terpusat (Komunal)


Buku Informasi - Versi 2018 Halaman: 3 dari 45
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Energi Terbarukan D.35EBT26.007.1

A. Buku Referensi 43
B. Referensi Lainnya 43
Daftar Alat dan Bahan 44
A. Daftar Peralatan/Mesin 44
B. Daftar Bahan 44
Daftar Penyusun 45

Judul Modul: Memelihara Sistem Proteksi PLTS Tipe Terpusat (Komunal)


Buku Informasi - Versi 2018 Halaman: 4 dari 45
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Energi Terbarukan D.35EBT26.007.1

BAB I
PENDAHULUAN

A. TUJUAN UMUM
Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan mampu memelihara sistem
proyeksi PLTS tipe Terpusat (komunal)

B. TUJUAN KHUSUS
Adapun tujuan mempelajari unit kompetensi melalui buku Memelihara sistem
proyeksi PLTS tipe Terpusat (komunal) ini guna memfasilitasi peserta sehingga
pada akhir diklat diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Menyiapkan perlengkapan pemeliharaan sistem proteksi PLTS tipe terpusat
(komunal).
2. Melaksanakan pemeliharaan sistem proteksi PLTS tipe terpusat (komunal).
3. Membuat laporan pemeliharaan sistem proteksi PLTS tipe terpusat (komunal).

Judul Modul: Memelihara Sistem Proteksi PLTS Tipe Terpusat (Komunal)


Buku Informasi - Versi 2018 Halaman: 5 dari 45
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Energi Terbarukan D.35EBT26.007.1

BAB II
Menyiapkan Perlengkapan Pemeliharaan Sistem Proteksi PLTS Tipe
Terpusat (Komunal)

A. Pengetahuan yang diperlukan dalam menyiapkan perlengkapan


pemeliharaan sistem proteksi PLTS tipe terpusat (komunal)
1. Menyiapkan perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) sesuai
regulasi yang berlaku
Bagi seorang pekerja dan perusahaan, keselamatan kerja menjadi hal utama.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja atau K3 ini juga diatur dalam Undang-
undang Ketenagakerjaan. Perusahaan dan pekerja sama-sama harus
mengetahui tentang keselamatan kerja sesuai dengan standar yang berlaku,
salah satunya dengan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai
dengan standarisasi.
APD adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi
seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari
potensi bahaya di tempat kerja. APD ini terdiri dari kelengkapan wajib yang
digunakan oleh pekerja sesuai dengan bahaya dan risiko kerja yang digunakan
untuk menjaga keselamatan pekerja sekaligus orang di sekelilingnya.
Kewajiban ini tertuang dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. Per.08/Men/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri. Dan
pengusaha wajib untuk menyediakan APD sesuai dengan Standar Nasional
Indonesia (SNI) bagi pekerjanya.
a. Helm Keselamatan
Helm keselamatan atau safety helmet ini berfungsi untuk melindungi
kepala dari benturan, pukulan, atau kejatuhan benda tajam dan berat yang
melayang atau meluncur di udara. Helm ini juga bisa melindungi kepala
dari radiasi panas, api, percikan bahan kimia ataupun suhu yang ekstrim.
Untuk beberapa pekerjaan dengan risiko yang relatif lebih rendah bisa
menggunakan topi ataupun penutup kepala sebagai pelindung.
b. Sabuk dan tali Keselamatan
Sabuk keselamatan atau safety belt ini berfungsi untuk membatasi gerak
pekerja agar tidak terjatuh atau terlepas dari posisi yang diinginkan.

Judul Modul: Memelihara Sistem Proteksi PLTS Tipe Terpusat (Komunal)


Buku Informasi - Versi 2018 Halaman: 6 dari 45
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Energi Terbarukan D.35EBT26.007.1

Beberapa pekerjaan mengharuskan pekerja untuk berada pada posisi yang


cukup berbahaya seperti pada posisi miring, tergantung atau memasuki
rongga sempit. Sabuk keselamatan ini terdiri dari harness, lanyard, safety
rope, dan sabuk lainnya yang digunakan bersamaan dengan beberapa alat
lainnya seperti karabiner, rope clamp, decender, dan lain-lain.
c. Sepatu Boot
Sepatu boot ini berfungsi untuk melindungi kaki dari benturan atau
tertimpa benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan panas atau
dingin, uap panas, bahan kimia berbahaya ataupun permukaan licin.
Bedanya dengan safety shoes umumnya adalah perlindungan yang lebih
maksimal karena modelnya yang tinggi dan melindungi hingga ke betis dan
tulang kering.
d. Sepatu Pelindung
Sepatu pelindung ini berfungsi untuk melindungi kaki dari benturan atau
tertimpa benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan panas atau
dingin, uap panas, bahan kimia berbahaya ataupun permukaan licin. Selain
fungsi di atas, sepatu safety berkualitas juga memiliki tingkat keawetan
yang baik sehingga bisa digunakan dalam jangka waktu yang panjang.
Berbagai sepatu pelindung ataupun safety shoes tersedia sesuai dengan
kebutuhan. Ada yang antislip, antipanas, anti-bahan kimia, anti-listrik, dll.
e. Masker
Masker pernafasan ini berfungsi untuk melindungi organ pernafasan
dengan cara menyaring vemaran bahan kimia, mikro-organisme, partikel
debu, aerosol, uap, asap, ataupun gas. Sehingga udara yang dihirup masuk
ke dalam tubuh adalah udara yang bersih dan sehat. Masker ini terdiri dari
berbagai jenis, seperti respirator, katrit, kanister, tangki selam dan
regulator, dan alat pembantu pernafasan.
f. Penutup telinga
Penutup telinga ini bisa terdiri dari sumbat telinga ( ear plug) atau penutup
telinga (ear muff), yang berfungsi untuk melindungi telinga dari kebisingan
ataupun tekanan.
g. Kacamata Pengaman

Judul Modul: Memelihara Sistem Proteksi PLTS Tipe Terpusat (Komunal)


Buku Informasi - Versi 2018 Halaman: 7 dari 45
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Energi Terbarukan D.35EBT26.007.1

Kacamata pengaman ini digunakan sebagai alat pelindung yang berfungsi


untuk melindungi mata dari paparan partikel yang melayang di udara
ataupun di air, percikan benda kecil, benda panas, ataupun uap panas.
Selain itu kacamata pengaman juga berfungsi untuk menghalangi pancaran
cahaya yang langsung ke mata, benturan serta pukulan benda keras dan
tajam. Jenis kacamata pengaman ini bisa berupa spectacles atau googgles.
h. Sarung Tangan
Sarung tangan ini berfungsi untuk melindungi jari-jari tangan dari api, suhu
panas, suhu dingin, radiasi, arus listrik, bahan kimia, benturan, pukulan,
tergores benda tajam ataupun infeksi dari zat patogen seperti virus dan
bakteri. Sarung tangan ini terbuat dari material yang beraneka macam,
tergantung dari kebutuhan. Ada yang terbuat dari logam, kulit, kanvas,
kain, karet dan sarung tangan yang tahan terhadap bahan kimia.
i. Pelindung Wajah
Pelindung wajah atau face shield ini merupakan alat pelindung yang
berfungsi untuk melindungi wajah dari paparan bahan kimia berbahaya,
partikel yang melayang di udara atau air, percikan benda kecil, panas
ataupun uap panas, benturan atau pukulan benda keras atau tajam, serta
pancaran cahaya. Terdiri dari tameng muka atau face shield, masker
selam, atau full face masker.
j. Pelampung
Pelampung ini digunakan oleh pekerja yang bekerja di atas air atau di
permukaan air agar terhindar dari bahaya tenggelam. Pelampung ini terdiri
dari life jacket, life vest atau bouyancy control device untuk mengatur
keterapungan.
APD atau Alat Pelindung Diri ini harus diperhatikan kondisinya. Jika APD rusak
atau rusak atau tidak dapat berfungsi dengan baik harus segera dimusnahkan.
Beberapa APD juga memiliki masa pakai, sehingga perawatannya harus lebih
diperhatikan dan dicatat waktu pembelian serta masa pemakaiannya.
Dalam Peraturan Menakertrans ini juga disebutkan bahwa pengadaan APD
dilakukan oleh perusahaan, dan pekerja berhak untuk menyatakan keberatan

Judul Modul: Memelihara Sistem Proteksi PLTS Tipe Terpusat (Komunal)


Buku Informasi - Versi 2018 Halaman: 8 dari 45
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Energi Terbarukan D.35EBT26.007.1

untuk melakukan pekerjaan jika alat keselamatan kerja yang disediakan tidak
memenuhi ketentuan dan persyaratan.

2. Menyiapkan peralatan untuk pemeliharaan sistem proteksi PLTS tipe


terpusat (komunal) sesuai SOP
Setiap teknisi tentunya membutuhkan peralatan atau alat yang digunakan
untuk melakukan berbagai pekerjaan dan perbaikan. Begitu juga halnya
dengan Teknisi listrik (Electrician), takkan bisa lepas dari berbagai alat kerja
listrik yang wajib dibawa saat akan melakukan pekerjaan, baik itu saat akan
memasang suatu instalasi listrik, melakukan perbaikan listrik, atau saat
sekedar untuk melakukan pemeriksaan dan perawatan berbagai peralatan dan
perlengkapan instalasi listrik. Berikut beberapa alat kerja listrik yang biasanya
digunakan dan dibawa seorang tukang listrik saat bekerja, antara lain:
a. Tespen merupakan suatu alat kerja yang wajib dibawa dimanapun teknisi
listrik bekerja. Testpen berfungsi sebagai alat kerja untuk mendeteksi atau
memeriksa apakah suatu peralatan listrik dialiri tegangan atau tidak. Untuk
menjaga keselamatan saat bekerja, setiap teknisi listrik harus memastikan
terlebih dahulu setiap peralatan yang akan diperiksa atau diperbaikinya,
apakah masih bertegangan atau tidak dengan menggunakan Tespen,
sebelum memulai pekerjaan.
b. Tang
Tang merupakan suatu alat kerja sejenis tuas, yang terbuat dari bahan
logam dengan dilapisi karet (isolasi) dibagian pegangan (gagang).
Sebenarnya Tang juga banyak digunakan untuk pekerjaan montir,
mekanik, teknisi mesin, tukang kayu, dan pekerjaan lainnya.
Namun khusus untuk Teknisi Listrik, Tang yang digunakan harus yang di
desain khusus untuk kerja listrik, memiliki bahan isolasi/karet pada
pegangan (gagang) dengan kemampuan bahan isolatornya mencapai
1000Volt (tegangan tembus isolator), sehingga aman untuk digunakan
pada pekerjaan yang berhubungan dengan Tegangan Listrik.
Tang yang biasa digunakan sebagai Alat kerja Teknisi Listrik (electrician),
terdapat berbagai macam, sesuai dengan bentuk dan kegunaannya, yaitu:

Judul Modul: Memelihara Sistem Proteksi PLTS Tipe Terpusat (Komunal)


Buku Informasi - Versi 2018 Halaman: 9 dari 45
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Energi Terbarukan D.35EBT26.007.1

1) Tang Kombinasi (Combination Pliers)


Tang kombinasi berfungsi sebagai alat bantu untuk memegang,
mencengkeram, memuntir, memotong berbagai benda kerja.
Contoh penggunaan tang kombinasi: tang kombinasi dapat digunakan
untuk memegang kabel, memotong kabel, memuntir kabel,
menyambung kabel, membuka baut/sekrup kecil yang sulit dibuka
dengan obeng, dan berbagai fungsi lainnya.
2) Tang potong (side cutting pliers)
Tang potong berfungsi sebagai alat kerja untuk memotong kabel listrik,
wire.
3) Tang lancip (long-nose pliers)
Tang Lancip berfungsi sebagai Alat kerja listrik untuk memegang benda
kerja yang berukuran kecil, memuntir kabel, membuat bulatan di ujung
kabel, dan dapat juga digunakan untuk memotong kabel.
4) Tang skun (crimping pliers)
Tang skun berfungsi sebagai alat kerja listrik untuk menjepit skun
kabel (cable scone) pada ujung kabel listrik agar terpasang dengan
baik. Selain itu tang skun ( crimping pliers) juga dapat digunakan untuk
mengupas, dan memotong kabel yang berdiameter kecil.
c. Obeng (screw-drivers)
Obeng merupakan suatu alat kerja yang berbentuk bulat memanjang,
berbahan logam dengan dilapisi bahan karet/isolator dibagian pegangan
(gagang). Sama halnya dengan tang, obeng tak hanya digunakan untuk
alat kerja teknisi listrik, obeng juga digunakan oleh teknisi mesin, montir,
bengkel, mekanik, tukang kayu, dan pekerjaan lainnya. Namun obeng yang
digunakan untuk teknisi listrik (electrician) harus memiliki desain khusus,
terbungkus dengan bahan karet atau Isolator pada hampir seluruh bagian
dari obeng tersebut kecuali pada bagian ujung (mata Obeng), dengan
ketahanan tegangan tembus isolasi sebesar 1000 Volt. sehingga aman
untuk digunakan untuk berbagai pekerjaan yang berhubungan dengan
tegangan Listrik.

Judul Modul: Memelihara Sistem Proteksi PLTS Tipe Terpusat (Komunal)


Buku Informasi - Versi 2018 Halaman: 10 dari 45
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Energi Terbarukan D.35EBT26.007.1

Tedapat berbagai macam jenis, bentuk dan ukuran obeng yang digunakan
oleh Teknisi Listrik, namun secara umum obeng tersebut dapat dibagi
menjadi dua jenis, yaitu :
1) Obeng plus (philips screw-drivers)
Obeng plus biasa juga disebut dengan obeng kembang atau dalam
bahasa inggris disebut dengan philips screw-drivers. Obeng plus
berfungsi sebagai alat kerja listrik untuk membuka, memasang,
mengendurkan, mengencangkan baut atau sekrup yang memiliki
bagian atas (kepala) berbentuk silang (plus).
2) Obeng minus (slotted screw-drivers)
Obeng minus biasa juga disebut dengan obeng pipih atau dalam
bahasa inggris disebut dengan slotted screw-drivers. Obeng minus
berfungsi sebagai alat kerja listrik untuk membuka, memasang,
mengendurkan, mengencangkan baut atau sekrup yang memiliki
bagian atas (kepala) berbentuk pipih (minus).
d. Solder (Patri)
Solder merupakan suatu alat kerja listrik yang berfungsi untuk mencairkan
Timah Solder, untuk keperluan sambungan kabel berukuran kecil, maupun
pemasangan berbagai komponen listrik pada Papan rangkaian (PCB).
Solder adalah alat listrik yang mengubah energi listrik untuk menghasilkan
Panas.
Sambungan kabel (wire) dengan cara di solder termasuk cara
penyambungan yang baik dan aman, karena sambungan terhubung
dengan kuat (tidak mudah longgar).
e. Kunci inggris (adjustable wrench)
Kunci Inggris merupakan suatu alat kerja yang banyak digunakan oleh
berbagai teknisi, baik untuk teknisi listrik, teknisi mesin, montir, mekanik,
dan lainnya. Namun, khusus untuk kunci inggris yang digunakan sebagai
alat kerja tukang listrik (electrician), harus didesain khusus dengan
dilengkapi pengaman dibagian pegangan atau gagang dari bahan karet
atau bahan isolator yang tidak tembus tegangan listrik, sehingga aman
digunakan.

Judul Modul: Memelihara Sistem Proteksi PLTS Tipe Terpusat (Komunal)


Buku Informasi - Versi 2018 Halaman: 11 dari 45
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Energi Terbarukan D.35EBT26.007.1

Kunci inggris adalah suatu alat kerja yang berfungsi untuk membuka,
mengendurkan, mengencangkan baut, dengan ukuran yang dapat
disesuaikan (adjustable).
f. Cutter (pemotong) adalah suatu alat kerja sejenis pisau yang dapat
digunakan untuk memotong, bagian pegangan (gagang) berbahan plastik
(isolator). Khusus untuk alat kerja teknisi listrik, cutter digunakan untuk
mengupas, membelah bagian isolasi kabel listrik yang memiliki ukuran
lebih besar, yang tidak dapat dikupas dengan menggunakan tang.
g. Selasiban, Isolasi, Insulation Tape (Isolasi)
Isolasi merupakan suatu alat atau bahan kerja yang pastinya dibawa oleh
seorang tukang listrik atau teknisi listrik. Isolasi (selasiban) berfungsi untuk
membalut/membungkus bagian sambungan-sambungan kabel agar
tegangan listriknya dapat terisolasi dan tidak membahayakan.
h. Tas pinggang (bag pouch)
Tas pinggang juga merupakan suatu alat kerja yang banyak digunakan
atau dibawa oleh seorang teknisi listrik. Tas pinggang (bag pouch)
berfungsi sebagai wadah atau tempat untuk menyimpan berbagai
peralatan dan alat kerja sehingga mudah untuk dibawa kemana-mana saat
bekerja.
i. Multitester, Multimeter, atau AVO meter
Multi tester merupakan salah satu alat kerja seorang tukang listrik yang
sangat penting. Multi tester berguna untuk melakukan berbagai
pengukuran yang menyangkut dengan kelistrikan, seperti untuk mengukur
besar tegangan listrik (Volt)), untuk mengukur arus listrik DC, mengukur
nilai resistor (tahanan), dan lain sebagainya.
j. Tang ampere (clamp meter)
Tang ampere (clamp-meter) merupakan suatu alat kerja listrik yang
berfungsi untuk mengukur besaran arus listrik AC. Cara mengukur Arus
listrik dengan menggunakan tang ampere sangat praktis dan mudah,
hanya dengan menjepit (melingkarkan) bagian tang ampere yang
menyerupai tang (penjepit), maka besar arus yang mengalir pada suatu

Judul Modul: Memelihara Sistem Proteksi PLTS Tipe Terpusat (Komunal)


Buku Informasi - Versi 2018 Halaman: 12 dari 45
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Energi Terbarukan D.35EBT26.007.1

kabel dapat diketahui, tanpa harus membuka atau memutuskan kabel


tersebut.
Jika Multitester dapat digunakan untuk mengukur arus (ampere) listrik
searah (DC), maka tang ampere (clamp meter) dapat digunakan untuk
mengukur besar arus listrik AC (Arus bolak-balik).
k. ELCB Tester adalah suatu alat kerja listrik yang berfungsi untuk
mengetahui kondisi atau kehandalan dari suatu alat pengaman anti kontak
(ELCB) yang sudah terpasang pada suatu instalasi listrik. ELCB tester dapat
mengetahui apakah ELCB (Anti Kontak Listrik) yang terpasang masih dalam
kondisi bagus dan dapat memberikan perlindungan pada saat terjadi
kebocoran listrik (Kesetrum).
l. Insulation tester atau disebut juga dengan Megger (Mega-Ohm Meter)
Insulation Tester (Megger) merupakan suatu alat kerja listrik yang
berfungsi untuk mengukur kondisi isolasi dari suatu kabel penghantar
listrik.
m. Grounding Tester atau Earth Tester
Grounding Tester merupakan suatu alat kerja listrik yang berfungsi untuk
melakukan pengukuran terhadap kondisi Grounding atau pentanahan yang
sudah terpasang. Grounding ((Pentanahan) diukur untuk mengetahui
berapa nilai tahanan groundingnya, Nilai tahanan grounding sebaiknya
dibawah 2 ohm. (<2 ohm).

3. Menyiapkan dokumen spesifikasi teknis komponen dan petunjuk pemeliharaan


sistem proteksi PLTS tipe terpusat (komunal).
Dokumen-dokumen yang relevan dengan pekerjaan pemeliharaan sistem
proteksi PLTS Terpusat harus terlebih dahulu disiapkan, dokumen tersebut
meliputi :
a. Dokumen izin dari atasan untuk melaksanakan pemeliharaan sistem
proteksi.
b. Dokumen spesifikasi teknis dari sistem yang akan dilakukan pemeriksaan
atau pemeliharaan. Dokumen ini biasa disebut juga dengan Manual Book.

Judul Modul: Memelihara Sistem Proteksi PLTS Tipe Terpusat (Komunal)


Buku Informasi - Versi 2018 Halaman: 13 dari 45
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Energi Terbarukan D.35EBT26.007.1

c. Dokumen-dokumen hasil pemeliharaan yang ada sehubungan dengan


sistem proteksi tersebut. Dokumen ini merupakan arsip yang senantiasa
meriwayatkan sejarah dari peralatan atau sistem proteksi yang ditinjau.
d. Dokumen laporan pemeliharaan terdahulu (laporan terakhir).
B. Keterampilan yang diperlukan dalam Menyiapkan perlengkapan
pemeliharaan PLTS terpusat (komunal).
1. Langkah-langkah dan cara menyiapkan perlengkapan keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) sesuai regulasi yang berlaku
Langkah-langkah dan cara menyiapkan perlengkapan keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) sesuai regulasi yang berlaku, antara lain:
a. Identifikasi peralatan APD yang akan digunakan sesuai dengan kondisi
dimana akan dilakukan pekerjaan pemeliharaan tersebut.
b. Periksa setiap perlengkapan APD , bahwa peralatan APD tersebut
berfungsi dengan baik.
c. Kenakan APD sesuai dengan SOP yang ada, dan pastikan bahwa APD
benar-benar terpasang dengan benar.
2. Langkah-langkah dan cara menyiapkan peralatan untuk pemeliharaan
sistem proteksi PLTS tipe terpusat (komunal) sesuai SOP
Langkah-langkah dan cara menyiapkan peralatan untuk pemeliharaan
sistem proteksi PLTS tipe terpusat (komunal) sesuai SOP., antara lain:
a. Identifikasi peralatan pemeliharaan yang akan digunakan sesuai dengan
kondisi dimana akan dilakukan pekerjaan pemeliharaan tersebut.
b. Periksa setiap peralatan pemeliharaan , bahwa peralatan tersebut
berfungsi dengan baik.
c. Kemas peralatan pemeliharaan sesuai dengan SOP yang ada, dan
pastikan bahwa peralatan tersebut benar-benar siap untuk digunakan.
3. Langkah-langkah dan cara menyiapkan dokumen spesifikasi teknis komponen
dan petunjuk pemeliharaan sistem proteksi PLTS tipe terpusat (komunal)
Langkah-langkah dan cara menyiapkan dokumen spesifikasi teknis komponen
dan petunjuk pemeliharaan sistem proteksi PLTS tipe terpusat (komunal),
antara lain:

Judul Modul: Memelihara Sistem Proteksi PLTS Tipe Terpusat (Komunal)


Buku Informasi - Versi 2018 Halaman: 14 dari 45
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Energi Terbarukan D.35EBT26.007.1

a. Identifikasi dokumen yang akan digunakan untuk pemeliharaan sesuai


dengan peralatan dimana akan dilakukan pekerjaan pemeliharaan
tersebut.
b. Periksa kelengkapan setiap dokumen pemeliharaan , bahwa peralatan
tersebut berfungsi dengan baik. Baik itu manual book, spesifikasi teknis,
surat ijin kerja, atau dokumen pemeliharaan dari sistem yang akan
ditinjau.
c. Kemas peralatan dokumen-dokumen pemeliharaan sesuai dengan SOP
yang ada, dan pastikan bahwa dokumen tersebut benar-benar siap untuk
digunakan.

C. Sikap kerja yang diperlukan dalam Menyiapkan perlengkapan


pemeliharaan sistem proteksi PLTS tipe terpusat (komunal)
Harus bersikap secara:
1. Cermat dan teliti dalam menyiapkan perlengkapan pemeliharaan sistem
proteksi PLTS tipe terpusat (komunal).
2. Taat asas dalam mengaplikasikan langkah-langkah, panduan, dan pedoman
yang dilakukan dalam menyiapkan perlengkapan pemeliharaan sistem proteksi
PLTS tipe terpusat (komunal).

Judul Modul: Memelihara Sistem Proteksi PLTS Tipe Terpusat (Komunal)


Buku Informasi - Versi 2018 Halaman: 15 dari 45
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Energi Terbarukan D.35EBT26.007.1

BAB III
Melaksanakan pemeliharaan sistem proteksi PLTS tipe terpusat (komunal)

A. Pengetahuan yang diperlukan dalam melaksanakan pemeliharaan


sistem proteksi PLTS tipe terpusat (komunal)
1. Mengukur resistansi pentanahan diukur sesuai SOP
Untuk mendapatkan suatu sistem grounding, pentanahan (pembumian) yang
baik, maka kabel penghantar yang ditanamkan harus benar-benar terhubung
ke bumi. Untuk mengetahui apakah sistem Grounding atau pentanahan yang
kita pasang sudah benar-benar terhubung ke bumi, yaitu sebisa mungkin
harus tidak memiliki hambatan atau resistan antara kabel grounding dengan
bumi.
Namun jika tidak bisa dipastikan benar-benar 100% persen terhubung ke
bumi, maka dibuatlah nilai standar maksimum dari hambatan atau resistan
kabel grounding ke bumi, yaitu dibawah 2 ohm atau dibawah 1 ohm.
Sebaiknya Nilai Tahanan Grounding terhadap Bumi adalah < 2 Ohm.
Bagaimana caranya kita mengetahui apakah nilai hambatan atau resistan
pentanahan atau tahanan grounding yang kita pasang sudah mencapai nilai
standar, sehingga dapat dikatakan sistem grounding yang kita pasang sudah
baik dan benar.
Untuk mengetahui hal ini, maka kita harus melakukan pengukuran sistem
grounding atau pentanahan (pembumian) yang kita pasang dengan
menggunakan alat ukur grounding atau pentanahan (pembumian). Alat ukur
ini biasa disebut dengan Grounding Tester atau Earth Tester.
Jenis-jenis Pentanahan (Sistem Grounding)
Sistem grounding/pentanahan perlu dimiliki pada suatu instalasi. Dalam
pemasangannya, sistem gorunding tersebut terbagi pada beberapa type
tergantung dari kebutuhan dan tingkat keamanan yang dibutuhkan serta
regulasi yang berlaku pada suatu wilayah yang kadang-kadang menetapkan
type jenis pentanahan yang hanya boleh digunakan pada daerah tersebut oleh
pejabat berwenang. Ketika akan mendesain suatu sistem instalasi, hal pertama
yang perlu dilakukan adalah menentukan type pentanahan apa yang akan
digunakan untuk instalasi tersebut.

Judul Modul: Memelihara Sistem Proteksi PLTS Tipe Terpusat (Komunal)


Buku Informasi - Versi 2018 Halaman: 16 dari 45
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Energi Terbarukan D.35EBT26.007.1

Terdapat beberapa type pentanahan yang digunakan berdasarkan standar


IEEE yang menjadi acuan terhadap sistim pentanahan pada suatu instalasi,
adalah:
1. TN-S (Terre Neutral - Separate)
2. TN-C-S (Terre Neutral - Combined – Separate
3. TT (Double Terre)
4. TN-C (Terre Neutral - Combined)
5. IT (Isolated Terre)
Terre berasal dari bahasa perancis yang berarti pembumian , earth.

TN-S (Terre Neutral - Separate)

Gambar Sistem TN-S


Pada sebuah sistem TN-S, bagian netral sumber energi listrik terhubung
dengan bumi pada satu titik saja, sehingga bagian netral pada sebuah instalasi
konsumen terhubung langsung dengan netral sumber listrik. Type ini cocok
pada instalasi yang dekat dengan sumber energi listrik, seperti pada konsumen
besar yang memiliki satu atau lebih HV/LV transformer untuk kebutuhan
sendiri dan instalsai/perlatan nya berdekatan dengan sumber energi tersebut
(transformer).

Judul Modul: Memelihara Sistem Proteksi PLTS Tipe Terpusat (Komunal)


Buku Informasi - Versi 2018 Halaman: 17 dari 45
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Energi Terbarukan D.35EBT26.007.1

TN-C-S (Terre Neutral - Combined - Separate)

Gambar sistem TN-C-S


Sebuah sistem TN-C-S, memiliki saluran netral dari peralatan distribusi utama
(sumber listrik) terhubung dengan bumi dan pembumian pada jarak tertentu
disepanjang saluran netral yang menuju konsumen, biasanya disebut sebagai
Protective Multiple Earthing (PME). Dengan sistem ini konduktor netral dapat
berfungsi untuk mengembalikan arus gangguan pentanahan yang mungkin
timbul disisi konsumen (instlasi) kembali kesumber listrik. Pada sistem ini,
instalasi peralatan pada konsumen tinggal menghubungkan pentanahannya
pada terminal (saluran) yang telah disediakan oleh sumber listrik.
TT (Double Terre)

Gambar Sistem TT

Judul Modul: Memelihara Sistem Proteksi PLTS Tipe Terpusat (Komunal)


Buku Informasi - Versi 2018 Halaman: 18 dari 45
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Energi Terbarukan D.35EBT26.007.1

Pada sistem TT, bagian netral sumber listrik tidak terhubung langsung dengan
pembumian netral pada sisi konsumen (instalasi peralatan). Pada sistem TT,
konsumen harus menyediakan koneksi mereka sendiri ke bumi, yaitu dengan
memasang elektroda bumi yang cocok untuk instalasi tersebut .

2. Memeriksa kondisi fisik sistem penangkal petir diperiksa sesuai SOP


Penangkal Petir (Lightning Protection)
Penangkal petir atau Lightning Protection adalah suatu Alat atau sistem
rangkaian yang berfungsi untuk menangkap sambaran petir dan
mengalirkannya ke Bumi. Penangkal petir atau disebut dengan Lightning
Protection dipasang berfungsi sebagai cara untuk meminimalkan atau
mencegah resiko bahaya serta kerusakan yang dapat terjadi ketika Petir
dengan kekuatan listrik yang sangat besar menyambar ke bumi.
Sambaran petir dapat menyambar gedung-gedung yang tinggi, bangunan,
kabel jaringan listrik, Instalasi listrik di rumah, maupun alat-alat listrik serta
alat elektronik yang ada didalam bangunan tersebut. Petir adalah: fenomena
alam yang biasa terjadi saat akan turun hujan, dan dapat menghasilkan energi
listrik dengan tegangan yang sangat besar.
Energi listrik yang dihasilkan Petir ini terjadi karena adanya pergeseran awan
sehingga menyebabkan terjadinya gesekan antara dua jenis lempengan yang
memiliki muatan yang berbeda, baik itu lempengan awan dengan awan
maupun gesekan antara Lempengan awan dengan bumi.
Sambaran Petir ke bumi dibagi menjadi dua jenis, yaitu sambaran petir
langsung maupun tidak langsung.
a. Sambaran petir langsung adalah saat petir menyambar ke bumi
langsung mengenai berbagai benda yang ada dibumi, seperti gedung, kabel,
jaringan listrik dan sebagainya, Sambaran petir langsung ini memiliki dampak
bahaya atau kerusakan yang sangat fatal. Untuk mencegah bahaya dari
sambaran petir langsung ini, maka setiap bangunan, gedung, pabrik dan
lainnya dipasang tiang anti petir atau biasa disebut dengan Lightning
Protection, yang pemasangannya dibuat lebih tinggi dari bangunan yang ada.

Judul Modul: Memelihara Sistem Proteksi PLTS Tipe Terpusat (Komunal)


Buku Informasi - Versi 2018 Halaman: 19 dari 45
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Energi Terbarukan D.35EBT26.007.1

b. Sambaran petir tidak langsung adalah saat petir menyambar ke bumi,


dan sambarannya tidak langsung mengenai benda-benda yang ada dibumi,
namun efek dari sambaran petir tidak langsung ini menghasilkan induksi listrik
yang dapat mengalir melalui kabel-kabel jaringan listrik, dan menyebabkan
tegangan listrik yang mengaliri jaringan tersebut menjadi meningkat atau
melonjak sehingga dapat mengakibatkan kerusakan pada peralatan listrik dan
alat elektronik. Untuk mencegah kerusakan berbagai peralatan listrik dan
elektronik akibat lonjakan tegangan dari sambaran petir tidak langsung, maka
setiap instalasi listrik dan peralatan listrik perlu dilengkapi dengan alat
pengaman kejutan listrik atau disebut dengan arrester.

Prinsip kerja Penangkal petir (Lightning Protection):


Penangkal Petir atau Lightning Protection berfungsi untuk menangkap
sambaran petir langsung yang menyambar ke bumi dan kemudian
mengalirkan energi listrik dari sambaran petir tersebut menuju Bumi.
Oleh karena itu, untuk mendapatkan sistem penangkal petir atau Lightning
Protection yang baik, maka sistem pentanahan harus dipastikan terpasang
dengan baik dengan nilai tahanan lebih kecil dari 2 Ohm (<2Ω)
Sebenarnya istilah yang lebih tepat untuk menyebutkan alat ini adalah
Penangkap Petir bukan Penangkal, karena prinsip kerjanya adalah menangkap
sambaran petir dan kemudian mengalirkannya menuju Bumi untuk dinetralisir.
Gambar berikut memperlihatkan pemasangan penangkal petir.

Judul Modul: Memelihara Sistem Proteksi PLTS Tipe Terpusat (Komunal)


Buku Informasi - Versi 2018 Halaman: 20 dari 45
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Energi Terbarukan D.35EBT26.007.1

Gambar pemasangan penangkal petir

Pemasangan Penangkal Petir (Lightning Protection)


Komponen-komponen pemasangan Anti petir (Lightning Protection).
Untuk memasang sistem penangkal petir dibutuhkan beberapa komponen atau
material, antara lain:
a. Head Terminal (Penangkal Petir)
Head Terminal dari penangkal petir dipasang diatas tiang atau tower
penangkal petir sebagai alat untuk menangkap sambaran petir. Bagian Head
dipasang pada lokasi dan jarak yang disesuaikan dengan radius Penangkal
petir yang digunakan, dengan tujuan agar seluruh bangunan yang ada dapat
terlindungi dengan baik. Sebagai contoh: jika menggunakan penangkal petir
Thomas TP 125, maka radiusnya dapat mencapai 125 meter.
Ketinggian pemasangan Head dari atas bangunan disesuaikan dengan sudut
kemiringan dari puncak Head penangkal petir sebesar 45 derajat, agar
perlindungan dapat mencakup seluruh area bangunan yang ada.

Judul Modul: Memelihara Sistem Proteksi PLTS Tipe Terpusat (Komunal)


Buku Informasi - Versi 2018 Halaman: 21 dari 45
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Energi Terbarukan D.35EBT26.007.1

b. Kabel penyalur ke bumi (Kabel BC 50mm2)


Kabel BC (Bore Copper) 50mm2 dipasang untuk menghubungkan Head
Penangkal petir dan dialirkan ke bumi melalu grounding rod. Panjang kabel
disesuaikan dengan jarak ketinggian dari Head Terminal menuju Bumi
(Grounding).
c. Grounding Rod (Pentanahan)
Grounding rod adalah sejenis tembaga batangan yang ditanam di dalam tanah
untuk mendapatkan sistem pentanahan yang baik dengan nilai tahanan
<2ohm. Kedalaman pemasangan Grounding Rod didalam tanah disesuaikan
dengan nilai tahanan Grounding yang didapat, jika Grounding rod sudah
ditanam dengan kedalaman yang cukup dalam namun nilai tahanan masih
lebih dari 2 Ohm, maka dapat dilakukan penambahan beberapa titik Grounding
Rod dengan dihubungkan secara Paralel hingga didapat tahanan yang baik,
yakni <2ohm. Nilai tahanan atau Grounding yang baik menjadi faktor utama
Keberhasilan dari penangkal petir yang dipasang.

3. Memeriksa status surge arrester, fuse, dan MCB yang terpasang sesuai SOP
Mengenal Arrester
Banyak yang menyebut alat ini hanya dengan sebutan Arester (Arrester),
namun sebenarnya alat ini disebut dengan Surge Arrester. Arrester atau Surge
Arrester berasal dari bahasa inggris yang dapat diartikan secara sederhana
sebagai Penangkap Kejutan.
Surge Arrester adalah suatu alat yang dipasang pada suatu instalasi listrik
yang berfungsi untuk melindungi berbagai peralatan listrik yang ada pada
instalasi tersebut, saat terjadi lonjakan tegangan ( Over voltage) yang melebihi
batas toleransi yang diperbolehkan.

Penyebab terjadinya Lonjakan Tegangan


Terjadinya lonjakan tegangan listrik pada suatu instalasi atau jaringan Listrik
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti sambaran petir tidak
langsung, Over Voltage karena permasalahan pada pembangkit, terjadinya
hubung singkat (Korsleting), maupun lonjakan tegangan listrik saat terjadi

Judul Modul: Memelihara Sistem Proteksi PLTS Tipe Terpusat (Komunal)


Buku Informasi - Versi 2018 Halaman: 22 dari 45
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Energi Terbarukan D.35EBT26.007.1

Switching (Penyalaan). Lonjakan tegangan yang disebabkan beberapa faktor


diatas akan menyebabkan Tegangan listrik yang mengalir pada suatu instalasi
listrik menuju berbagai peralatan listrik nilainya melebihi tegangan normal,
dan akibatnya dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan listrik.
Seperti kita ketahui, bahwa berbagai peralatan listrik dan alat elektronik yang
kita gunakan sangat sensitif terhadap lonjakan tegangan, sehingga saat
terjadi lonjakan tegangan akan menyebabkan kerusakan pada peralatan listrik
dan elektronik tersebut. Oleh karena itulah, dibutuhkan suatu alat yang dapat
mencegah Lonjakan tegangan tersebut agar tidak sampai merusak berbagai
peralatan listrik yang kita miliki, alat tersebut adalah Surge Arrester.

Pemasangan Surge Arrester


Surge Arrester harus dipasang pada sumber listrik utama sebelum dialirkan ke
berbagai peralatan listrik agar seluruh peralatan listrik dapat di proteksi
dengan baik.

Gambar pemasangan surge arrester

Prinsip kerja Surge Arrester


Saat tegangan yang mengalir pada Instalasi listrik memiliki nilai tegangan
normal, maka Surge Arrester belum bekerja. Kemudian pada saat Tegangan

Judul Modul: Memelihara Sistem Proteksi PLTS Tipe Terpusat (Komunal)


Buku Informasi - Versi 2018 Halaman: 23 dari 45
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Energi Terbarukan D.35EBT26.007.1

yang mengalir tiba-tiba melonjak dan besar tegangannya melebihi toleransi


tegangan normal, maka Surge Arrester akan bekerja secara otomatis
mengalirkan tegangan lebih tersebut menuju pentanahan atau Bumi (Arde).
Saat Surge Arrester bekerja mengalirkan tegangan lebih menuju Bumi, maka
akan terjadi lonjakan arus yang sangat besar, karena peristiwa ini sama
halnya dengan kejadian kebocoran arus listrik menuju bumi. Lonjakan arus
yang terjadi karena tegangan lebih dialirkan ke bumi akan mengakibatkan
pengaman arus lebih yang terpasang sebelum Surge Arrester akan bekerja
memutuskan Aliran listrik utama.
Jadi, saat terjadi Lonjakan Arus listrik pada suatu instalasi listrik yang sudah
terpasang Surge Arrester, maka Pengaman Arus lebih akan bekerja
memutuskan Arus listrik langsung dari sumber utama, Sehingga Lonjakan
tegangan listrik yang terjadi tidak sampai mengalir ke berbagai peralatan
listrik pada instalasi listrik tersebut, karena Surge arrester lebih dulu
mendeteksinya dan mengalirkannya ke bumi.
Terdapat berbagai jenis, model dan ukuran Surge Arrester yang dapat
disesuaikan dengan fungsi, ukuran dan pemasangannya. Oleh karena itu, kita
sebaiknya melengkapi instalasi listrik kita dengan surge arrester, terutama
untuk kita yang menggunakan berbagai peralatan elektronik yang sangat
sensitif terhadap lonjakan tegangan, seperti Komputer, Alat ukur digital,
Timbangan listrik digital, dan berbagai alat elektronik lainnya yang bernilai
mahal dan sensitifitas tinggi terhadap lonjakan arus yang tidak diinginkan.

Mengenal Fuse
Fuse atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Sekering adalah komponen
yang berfungsi sebagai pengaman dalam Rangkaian Elektronika maupun
perangkat listrik. Fuse (Sekering) pada dasarnya terdiri dari sebuah kawat
halus pendek yang akan meleleh dan terputus jika dialiri oleh Arus Listrik yang
berlebihan ataupun terjadinya hubungan arus pendek (short circuit) dalam
sebuah peralatan listrik / Elektronika.
Dengan putusnya Fuse (sekering) tersebut, Arus listrik yang berlebihan
tersebut tidak dapat masuk ke dalam Rangkaian Elektronika sehingga tidak

Judul Modul: Memelihara Sistem Proteksi PLTS Tipe Terpusat (Komunal)


Buku Informasi - Versi 2018 Halaman: 24 dari 45
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Energi Terbarukan D.35EBT26.007.1

merusak komponen-komponen yang terdapat dalam rangkaian Elektronika


yang bersangkutan. Karena fungsinya yang dapat melindungi peralatan listrik
dan peralatan Elektronika dari kerusakan akibat arus listrik yang berlebihan,
Fuse atau sekering juga sering disebut sebagai Pengaman Listrik.
Fuse (Sekering) terdiri dari 2 Terminal dan biasanya dipasang secara Seri
dengan Rangkaian Elektronika / Listrik yang akan dilindunginya sehingga
apabila Fuse (Sekering) tersebut terputus maka akan terjadi “Open Circuit”
yang memutuskan hubungan aliran listrik agar arus listrik tidak dapat mengalir
masuk ke dalam Rangkaian yang dilindunginya.
Berikut ini adalah Simbol Fuse (Sekering) dan posisi pemasangan Fuse secara
umum:

Gambar simbol fuse

Bentuk Fuse (Sekering) yang paling sering ditemukan adalah berbentuk


tabung (silinder) dan Pisau (Blade Type). Fuse yang berbentuk tabung atau
silinder sering ditemukan di peralatan listrik Rumah Tangga sedangkan Fuse
yang berbentuk Pisau (blade) lebih sering digunakan di bidang Otomotif
(kendaraan bermotor).
Nilai Fuse biasanya tertera pada badan Fuse itu sendiri ataupun diukir pada
Terminal Fuse, nilai Fuse diantaranya terdiri dari Arus Listrik (dalam satuan
Ampere (A) ataupun miliAmpere (mA) dan Tegangan (dalam satuan Volt (V)
ataupun miliVolt (mV). Dalam Rangkaian Eletronika maupun Listrik, Fuse atau
Sekering ini sering dilambangkan dengan huruf “F”.
Pada umumnya Fuse memiliki bungkusan transparan yang terbuat dari Kaca
maupun Plastik sehingga kita dapat melihat langsung apakah Kawat halus
Fuse tersebut putus atau tidak. Tetapi ada juga jenis Fuse yang
Judul Modul: Memelihara Sistem Proteksi PLTS Tipe Terpusat (Komunal)
Buku Informasi - Versi 2018 Halaman: 25 dari 45
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Energi Terbarukan D.35EBT26.007.1

bungkusannya menutupi Kawat halus di dalamnya sehingga kita sulit untuk


melihat isi daripada Fuse tersebut. Oleh karena itu, kita perlu mengukur Fuse
dengan Multimeter untuk mengetahui apakah Fuse tersebut masih baik atau
sudah terputus.
Fuse yang sudah putus harus diganti dengan Fuse yang spesifikasinya yang
sama. Apabila Spesifikasi Fuse yang diganti tersebut berbeda, maka fungsi
Fuse yang sebagai pengaman ini tidak dapat berfungsi secara maksimal atau
tidak dapat melindungi Rangkaian / Peralatan Elektronika ataupun peralatan
listrik dengan baik.

Macam-macam Fuse
a. Fuse Catridge

Gambar fuse catridge

Fuse element adalah tipe fusible link yang berbentuk catridge atau kadang
juga disebut pacific fuse. Element Fuse yang digunakan dilengkapi dengan
terminal dan housing. Secara umum fuse element yang sering kita jumpai di
pasaran adalah yang cara pasangnya dengan cara plug-in atau dengan
menggunakan bolt.
Fusible link berbentuk kawat penghantar yang didesain akanmeleleh dan putus
saat dilewati oleh arus lebih yang melebihi kapasitas arusnya, karena
desainnya yang seperti itu maka isolation nya terbuat dari bahan yang tidak
mudah terbakar.
b. Fuse Diazed

Judul Modul: Memelihara Sistem Proteksi PLTS Tipe Terpusat (Komunal)


Buku Informasi - Versi 2018 Halaman: 26 dari 45
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Energi Terbarukan D.35EBT26.007.1

Gambar fuse diazed

Fuse Diazed memiliki bentuk fisik seperti galon air mineral berdimensi kecil
yang terbuat dari bahan keramik. Bahan fuse ini adalah pada bagian dasar dan
atas sekering terbuat dari bahan logam yang berfungsi sebagai penyalur arus.
Dalam penggunaannya sekering diazed selalu dilengkapi komponen lainnya
seperti rumah sekering ( fuse holder ), adaptor dan tutupnya ( Fuse Cap).
Tepe fuse diazed ini adalah tipe ulir yang merupakan sekering dengan
kapasitas pemutus rendah. Fuse ini dipakai pada instalasi rumah. Bentuk Fisik
fuse diazed mirip dengan MCB. Cara penggunaannya saat terjadi overload dah
hubung singkat, maka yang didalam akan putus. Didalah fuse ini terdapat pasir
yang meredamkan api saat terjadinya overload dan hubung singkat.
c. Fuse Neozed

Gambar fuse neozed


Fuse Neozed mirip dengan fuse diazed pada patron leburnya hanya saja
berbeda tempatnya. Cara penggunaannya saat hubung singkat dan overload,
patron leburnya yang ada didalam fuse ini akan mendorong keluar, yang
menandakan fise neozed telah putus

Judul Modul: Memelihara Sistem Proteksi PLTS Tipe Terpusat (Komunal)


Buku Informasi - Versi 2018 Halaman: 27 dari 45
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Energi Terbarukan D.35EBT26.007.1

d. Fuse NH

Gambar fuse NH
sebagai pengaman trafo terhadap arus lebih yang terpasang di sisi tegangan
rendah (220 Volt), untuk melindungi trafo terhadap gangguan arus lebih yang
disebabkan karena hubung singkat dijaringan tegangan rendah maupun
karena beban lebih. NH Fuse umumnya dipasang pada PHB trafo listrik yang
berfungsi sebagai pemutus atau pengaman terhadap arus lebih.
e. HRC Fuse

Gambar HRC fuse


Sekering jenis ini sering disebut pula HRC fuse ( High Rupturing Capacity
fuse). Sekering tipe ini merupakan jenis sekering dengan kapasitas pemutusan
tinggi.
f. Power Fuse

Judul Modul: Memelihara Sistem Proteksi PLTS Tipe Terpusat (Komunal)


Buku Informasi - Versi 2018 Halaman: 28 dari 45
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Energi Terbarukan D.35EBT26.007.1

Gambar power fuse


Open Fuse Cut Out atau power fuse Pada umumnya fuse cutout dipasang
antara trafo distribusi dgn saluran distribusi primer. Pada saat terjadi
gangguan, elemen fuse akan melebur dan memutuskan rangkaian sehingga
akan melindung trafo distribusi dari kerusakan akibat gangguan dan arus lebih
pada saluran primer, atau sebaliknya memutuskan saluran primer dari trafo
distribusi apabila terjadi gangguan pada trafo atau jaringan sisi sekunder
sehingga akan mencegah terjadinya pemadaman pada seluruh jaringan
primer.

Mengenal MCB

Gambar MCB
MCB adalah dan fungsi MCB dalam instalasi listrik dirumah. MCB merupakan
singkatan dari Miniature Circuit Breaker yang berfungsi sebagai alat pengaman
saat terjadi hubung singkat (konsleting) maupun beban lebih (over load). MCB
akan memutuskan arus apa bila arus yang melewatinya melebihi dari arus
nominal MCB, sebagai contoh MCB 2 A akan memutuskan arus jika

Judul Modul: Memelihara Sistem Proteksi PLTS Tipe Terpusat (Komunal)


Buku Informasi - Versi 2018 Halaman: 29 dari 45
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Energi Terbarukan D.35EBT26.007.1

penggunaan beban melebihi 2 A, MCB juga akan memutuskan arus jika terjadi
hubung singkat karena saat hubung singkat arus yang dihasilkan sangat besar
dan melebihi 2 A. Sebagai salah satu alat pengaman listrik MCB sangatlah
menguntungkan dan lebih efisien dibandingkan sekering (patron lebur), patron
lebur merupakan alat pengaman beban lebih saja.
Tidak seperti MCB patron lebur hanya sebagai alat beban lebih dan apa bila
sudah putus maka harus mengganti kawat didalamnya dengan kawat khusus,
sedangkan jika MCB putus maka kita hanya perlu menghidupkannya kembali
layaknya sakelar. MCB biasanya digunakan oleh PLN sebagai pembatas daya
dalam rumah dan sekaligus sebagai pengaman dan sakelar utama, biasanya
MCB terletak dibawah KWH meter, anda dapat melihat MCB secara langsung
dirumah anda.
MCB merupakan pengaman listrik yang bekerja dengan prinsip bimetal dan
memiliki dua cara pemutusan yakni secara thermal (panas) dan
elektromagnetik. Saat terjadi hubung singkat maka MCB akan memutuskan
arus dengan sangat cepat karena menggunakan cara kerja elektromagnetik,
namun saat memutuskan arus karena bebean lebih maka akan sedikit lambat
karena MCB menggunakan cara kerja berdasarkan panas atau thermal.
Prinsip kerja MCB sangat sederhana, ketika ada arus lebih maka arus lebih
tersebut akan menghasilkan panas pada bimetal, saat terkena panas bimetal
akan melengkung sehingga memutuskan kontak MCB (Trip). Selain bimetal,
pada MCB biasanya juga terdapat solenoid yang akan mengtripkan MCB ketika
terjadi grounding (ground fault) atau hubung singkat (short circuit).
Namun penting juga untuk di ingat, bahwa MCB juga bisa trip dengan panas
(over heating) yang diakibatkan karena kesalahan desain/perencanaan
instalasi, seperti ukuran kabel yang terlalu kecil untuk digunakan dalam arus
yang tinggi, sehingga menghasilkan panas, yang lama-kelamaan akan
melekungkan bimetal dan mengtripkan MCB. Oleh karena itu penggunaan
kabel instalasi juga harus memperhatikan standar maksimum arus (A) kabel
yang akan digunakan, dan arus kabel tersebut tidak boleh lebih kecil dari arus
maksimum rangkaian/circuit.

Judul Modul: Memelihara Sistem Proteksi PLTS Tipe Terpusat (Komunal)


Buku Informasi - Versi 2018 Halaman: 30 dari 45
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Energi Terbarukan D.35EBT26.007.1

Menurut karakteristik Tripnya, ada tiga tipe utama dari MCB, yaitu: tipe B, tipe
C, dan tipe D yang didefinisikan dalam IEC 60898.

a. MCB Tipe B, adalah tipe MCB yang akan trip ketika arus beban lebih besar 3
sampai 5 kali dari arus maksimum atau arus nominal MCB. MCB tipe B
merupakan karateristik trip tipe standar yang biasa digunakan pada
bangunan domestik.
b. MCB Tipe C, adalah tipe MCB yang akan trip ketika arus beban lebih besar 5
sampai 10 kali arus nominal MCB. Karakteristik trip MCB tipe ini akan
menguntungkan bila digunakan pada peralatan listrik dengan arus yang
lebih tinggi, seperti lampu, motor dan lain sebagainya.
c. MCB tipe D, adalah tipe MCB yang akan trip ketika arus beban lebih besar 8
sampai 12 kali arus nominal MCB. Karakteristik trip MCB tipe D merupakan
karakteristik trip yang biasa digunakan pada peralatan listrik yang dapat
menghasilkan lonjakan arus kuat.
Berdasarkan waktu pemutusannya, pengaman-pengaman otomatis dapat
terbagi atas Otomat-L, Otoma-H, dan Otomat-G.
a. Otomat-L (Untuk Hantaran)
Pada Otomat jenis ini pengaman termisnya disesuaikan dengan
meningkatnya suhu hantaran. Apabila terjadi beban lebih dan suhu
hantarannya melebihi suatu nilai tertentu, elemen dwi logamnya akan
memutuskan arusnya. Kalau terjadi hubung singkat, arusnya diputuskan
oleh pengaman elekromagnetiknya. Untuk arus bolak-balik yang sama
dengan 4 In-6 In dan arus searah yang sama dengan 8 In pemutusan
arusnya berlangsug dalam waktu 0.2 sekon.
b. Otomat-H (Untuk Instalasi Rumah)
Secara termis jenis ini sama dengan Otomat-L. Tetapi pengaman
elektromagnetiknya memutuskan dalam waktu 0,2 sekon, jika arusnya
sama dengan 2,5 In–3 In untuk arus bolak-balik atau sama dengan 4 In
untuk arus searah. Jenis Otomat ini digunakan untuk instalasi rumah. Pada
instalasi rumah, arus gangguan yang rendah pun harus diputuskan dengan

Judul Modul: Memelihara Sistem Proteksi PLTS Tipe Terpusat (Komunal)


Buku Informasi - Versi 2018 Halaman: 31 dari 45
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Energi Terbarukan D.35EBT26.007.1

cepat. Jadi kalau terjadi gangguan tanah, bagian-bagian yang terbuat dari
logam tidak akan lama bertegangan.

c. Otomat-G
Jenis Otomat ini digunakan untuk mengamankan motor-motor listrik kecil
untuk arus bolak-balik atau arus searah, alat-alat listrik dan juga rangkaian
akhir besar untuk penerangan, misalnya penerangan pabrik. Pengaman
elektromagnetiknya berfungsi pada 8 In-11 In untuk arus bolak-balik atau
pada 14 In untuk arus searah. Kontak-kontak sakelarnya dan ruang
pemadam busur apinya memiliki konstruksi khusus. Karena itu jenis Otomat
ini dapat memutuskan arus hubung singkat yang besar, yaitu hingga 1500
A.
Tiap tipe MCB juga memilki faktor pengali, misalnya:
1) Tipe L : 3,1
2) Tipe G : 7,5
3) Tipe H : 8

4. Melakukan tindakan korektif sesuai kebutuhan dan SOP yang ditentukan


Tindakan korektif dilakukan tentunya dengan berpedoman pada SOP yang
berlaku. Tindakan korektif dilakukan manakala pada pemeriksaan ditemukan
kondisi yang tidak semestinya. Sebenarnya tindakan korektis sudah dilakukan
bila terjadi perbedaan antara kondisi riil dengan kondisi yang seharusnya
terjadi. Tindakan koreksi dapat dilakukan pada saat dilakukan:
a. Inspeksi dokumen teknis.
b. Inspeksi/ pemeriksaan visual.
c. Pengujian.
Tindakan koreksi yang dilakukan pada saat tersebut, tentunya suatu tindakan
koreksi dimana semua kebutuhan baik bahan maupun peralatan maupun
sumber daya manusia sudah tersedia.
Jika ditemukan suatu tindakan koreksi yang memerlukan waktu, material atau
sumberdaya yang pada saat tersebut tidak bisa dilakukan, maka tindakan yang

Judul Modul: Memelihara Sistem Proteksi PLTS Tipe Terpusat (Komunal)


Buku Informasi - Versi 2018 Halaman: 32 dari 45
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Energi Terbarukan D.35EBT26.007.1

harus dilakukan adalah membuat laporan kerusakan dengan kebutuhan-


kebutuhan yang diperlukan.

B. Keterampilan yang diperlukan dalam melaksanakan pemeliharaan


sistem proteksi PLTS tipe terpusat (komunal)
1. Langkah-langkah dan cara mengukur resistansi pentanahan sesuai SOP
Berbagai jenis tipe, merek dan model alat ukur grounding atau pentanahan
yang dijual di pasaran.
Cara menggunakan alat ukur grounding earth tester atau grounding tester
yang benar.

Gambar Earth Tester

Alat ukur grounding earth tester atau grounding tester ini, dilengkapi 3 (tiga)
buah lubang konektor dan 3(tiga) kabel ukur yang akan digunakan. Ketiga
kabel tersebut yaitu:
a. Kabel berwarna merah (C), dihubungkan ke lubang konektor berwarna
merah pada alat ukur, dan ujung satunya dihubungkan ke stick/tongkat
besi yang tersedia dan sudah ditancapkan ke bumi/tanah. Usahakan jarak
antara stick atau tongkat besi yang satu dengan yang lainnya sekitar 5m –
10 m.

Judul Modul: Memelihara Sistem Proteksi PLTS Tipe Terpusat (Komunal)


Buku Informasi - Versi 2018 Halaman: 33 dari 45
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Energi Terbarukan D.35EBT26.007.1

b. Kabel berwarna kuning (P), dihubungkan ke lubang konektor berwarna


kuning pada alat ukur, dan ujung satunya dihubungkan ke stick/tongkat
besi yang tersedia dan sudah ditancapkan ke bumi/tanah. Usahakan jarak
antara stick atau tongkat besi yang satu dengan yang lainnya sekitar 5m –
10 m. Begitu juga jarak antara masing-masing stick / tongkat besi dengan
titik grounding atau pentanahan yang diukur juga harus memiliki jarak
antara 5m – 10 m.
c. Kabel berwarna hijau (E), Kabel berwarna Hijau (E), dihubungkan ke
lubang konektor berwarna Hijau pada alat ukur ( Earth Tester), dan ujung
satunya dihubungkan ke kabel penghantar pada titik grounding atau
pentanahan yang sudah kita pasang. Gambar berikut memperlihatkan
pemasangan pengkuran grounding.

Gambar Pemasangan Alat Earth Meter

d. Setelah itu putar selektor pada alat ukur (Earth Tester) untuk kita arahkan
pada pengukuran dengan nilai tertinggi (skala 100 Ω) terlebih dahulu, lalu
tekan tombol test.
e. Jika jarum ukur belum bergerak atau bergerak namun sangat kecil, putar
selektor untuk mengubah satuan skala yang lebih kecil (10 Ω).

Judul Modul: Memelihara Sistem Proteksi PLTS Tipe Terpusat (Komunal)


Buku Informasi - Versi 2018 Halaman: 34 dari 45
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Energi Terbarukan D.35EBT26.007.1

f. Jika jarum ukur masih bergerak hanya sedikit juga, maka bisa kita coba
lagi dengan skala ukur yang lebih kecil (1 Ω), untuk mendapatkan hasil
pengukuran yang lebih akurat.
Menghitung hasil pengukuran:
a. Jika pada skala ukur 1 Ω, jarum ukur bergerak pada angka 2, maka hasil
pengukuran adalah: 2 x 1 Ω = 2 Ω. (Tahanan grounding baik dan benar
memenuhi nilai standar).
b. Jika skala ukur yang kita gunakan pada pilihan selektor 10 Ω, dan jarum
ukur bergerak menunjuk angka 2, maka hasil pengukuran adalah: 2 x 10
Ω = 20 Ω. (Tahanan Grounding buruk).
c. Jika skala ukur yang kita gunakan pada pilihan selektor 100 Ω, dan jarum
ukur bergerak menunjuk angka 2, maka hasil pengukuran adalah: 2 x 100
Ω = 200 Ω. (Tahanan Grounding sangat Buruk, bahkan mungkin tidak
terpasang).

2. Langkah-langkah dan cara memeriksa kondisi fisik sistem penangkal petir


diperiksa sesuai SOP
Langkah-langkah dan cara memeriksa kondisi fisik sistem penangkal petir
diperiksa sesuai SOP, antara lain:
a. Pastikan bahwa system secara umum dalam keadaan baik.
b. Pastikan tidak ada ikatan yang lepas dan tidak ada sambungan dan
konduktor yang lepas dalam sistem penagkal petir.
c. Pastikan tidak ada bagian yang melemah akibat korosi terutama yang
terdapat pada permukaan tanah.
d. Pastikan sambungan ke tanah dalam keadaan terikat kencang.
e. Pastikan semua konduktor dan sistem komponen terikat kencang
ditempatnya dan terlindungi dari kerusakan mekanik.
f. Pastikan tidak ada penambahan atau perubahan pada instalasi yang
memerlukan tambahan proteksi.
g. Pastikan tidak ada tanda-tanda kerusakan pada sistem penangkal petir,
arrester dan atau kegagalan pemutus arus yang memproteksi pada gawai
pemutus surya.

Judul Modul: Memelihara Sistem Proteksi PLTS Tipe Terpusat (Komunal)


Buku Informasi - Versi 2018 Halaman: 35 dari 45
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Energi Terbarukan D.35EBT26.007.1

h. Pastikan bahwa instalasi penangkal petir telah terpasang dengan benar


untuk instalasi baru atau tambahan yang dibuat pada sistem yang ada sejak
inspeksi terakhir dan pengujian kontinuitas telah dilaksanakan.
i. Pastikan bahwa konduktor pengikat dan ikatan dalam bangunan masih ada
dan berfungsi.
j. Pastikan jarak aman terpelihara.
k. Pastikan konduktor pengikat dan sambungan, peralatan pemerisaian, jalur
kabel dan surge arrester telah diperiksa dan diuji.

3. Langkah-langkah dan cara memerika status surge arrester, fuse, dan MCB
yang terpasang sesuai SOP.
Langkah-langkah dan cara memerika status surge arrester, fuse, dan MCB
yang terpasang sesuai SOP., antara lain:
1. Pemeriksaan status arrester:
a. Periksa penunjukkan pada disharge counter ukur apakah ada kenaikan
atau tidak. Hal ini dilakukan dengan membandingkan catatan
pemeliharaan yang terakhir dengan kondisi sekarang.
b. Periksa kondisi fisik pada rumah isolator secara visual, apakah ada
keretakan atau tidak, juga bersihkan jika kotor.
c. Lakukan uji fungsional pada miliammeter.
d. Lakukan uji tahanan antara elektroda dengan elektroda, apakah masih
memnuhi persyaratan.
2. Pemeriksaan status fuse:
Pada umumnya Fuse memiliki bungkusan transparan yang terbuat dari
Kaca maupun Plastik sehingga kita dapat melihat langsung apakah Kawat
halus Fuse tersebut putus atau tidak. Tetapi ada juga jenis Fuse yang
bungkusannya menutupi Kawat halus di dalamnya sehingga kita sulit untuk
melihat isi daripada Fuse tersebut. Oleh karena itu, kita perlu mengukur
Fuse dengan Multimeter untuk mengetahui apakah Fuse tersebut masih
baik atau sudah terputus.
Berikut ini adalah cara untuk mengukur Fuse dengan menggunakan
Multimeter Digital:

Judul Modul: Memelihara Sistem Proteksi PLTS Tipe Terpusat (Komunal)


Buku Informasi - Versi 2018 Halaman: 36 dari 45
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Energi Terbarukan D.35EBT26.007.1

a. Aturlah posisi Saklar Multimeter pada posisi Ohm (Ω).


b. Hubungkan Probe Multimeter pada masing-masing Terminal Fuse /
Sekering seperti pada gambar berikut ini. Fuse atau Sekering tidak
memiliki polaritas, jadi posisi Probe Merah dan Probe Hitam tidak
dipermasalahkan.
c. Pastikan nilai yang ditunjukan pada Display Multimeter adalah “0” Ohm.
Kondisi tersebut menandakan Fuse tersebut dalam kondisi baik ( short).
d. Jika Display Multimeter menunjukan “Tak Terhingga”, maka Fuse
tersebut dinyatakan telah putus atau terbakar.

Gambar Pengukuran Fungsi Fuse

Fuse yang sudah putus harus diganti dengan Fuse yang spesifikasinya yang
sama. Apabila Spesifikasi Fuse yang diganti tersebut berbeda, maka fungsi
Fuse yang sebagai pengaman ini tidak dapat berfungsi secara maksimal
atau tidak dapat melindungi Rangkaian / Peralatan Elektronika ataupun
peralatan listrik dengan baik.

3. Pemeriksaan status MCB:

Judul Modul: Memelihara Sistem Proteksi PLTS Tipe Terpusat (Komunal)


Buku Informasi - Versi 2018 Halaman: 37 dari 45
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Energi Terbarukan D.35EBT26.007.1

a. Periksa secara fisik/visual apakah ada keretakan atau bekas terbakar


pada MCB.
b. Pastikan bhawa saklar on off dapat berfungsi dengan baik pada saat
dinyalakan/
c. Pastikan bahwa saklar on dan off dapat berfungsi dengan baik,
walaupun listrik sudah dimatikan.
4. Langkah-langkah dan cara melakukan tindakan korektif sesuai kebutuhan dan
SOP yang ditentukan
Langkah-langkah dan cara melakukan tindakan korektif sesuai kebutuhan dan
SOP yang ditentukan, antara lain:
a. Siapkan dokume n ijin perbaikan dari atasan.
b. Siapkan dokumrn teknis dan periksa kelengkapannya sesuai dengan
standard dan cocok dengan instalasi yang diperiksa.
c. Siapkan APD sesuai dengan instalasi yang akan diperiksa.
d. Siapkan bahan/material yang sudah disetujui.
e. Siapkan peralatan perbaikan sesuai dengan rencana perbaikan korektif.
f. Siapkan personil yang sudah ditunjuk untuk perbaikan korektif.
g. Yakinkan bahwa lokasi sudah diperiksa keamannya.
h. Lakukan perbaikan korektif.
i. Setelah selesai lakukan uji fungsi.
j. Dokumentasikan hal.-hal yang sudah dilakukan
k. Buatlah laporan perbaikan.

C. Sikap kerja yang diperlukan dalam Melaksanakan pemeliharaan


sistem proteksi PLTS tipe terpusat (komunal)
Harus bersikap secara:
1. Cermat dan teliti dalam Melaksanakan pemeliharaan sistem proteksi PLTS
tipe terpusat (komunal);
2. Taat asas dalam mengaplikasikan cara, langkah-langkah, panduan, dan
pedoman yang dilakukan pada saat Melaksanakan pemeliharaan sistem
proteksi PLTS tipe terpusat (komunal).

Judul Modul: Memelihara Sistem Proteksi PLTS Tipe Terpusat (Komunal)


Buku Informasi - Versi 2018 Halaman: 38 dari 45
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Energi Terbarukan D.35EBT26.007.1

Judul Modul: Memelihara Sistem Proteksi PLTS Tipe Terpusat (Komunal)


Buku Informasi - Versi 2018 Halaman: 39 dari 45
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Energi Terbarukan D.35EBT26.007.1

BAB IV
Membuat laporan Pemeliharaan Sistem Proteksi PLTS
Tipe Terpusat (komunal)

A. Pengetahuan yang diperlukan dalam membuat laporan pemeliharaan


sistem proteksi PLTS tipe terpusat (komunal)
1. Menyiapkan format laporan pemeliharaan disiapkan sesuai ketentuan
Pemeliharaan dan perawatan komponen mutlak harus dilaksanakan, karena
kalau tidak akan mengakibatkan barang menjadi cepat rusak sehingga akan
mengganggu pelaksanaan kerja. Pemeliharaan dan perawatan adalah suatu
kegiatan terus menerus untuk mengusahakan agar barang tetap dalam
keadaan baik dan siap pakai.
Manfaat pemeliharaan dan perawatan adalah: barang-barang akan terpelihara
dengan baik sehingga jarang terjadi kerusakan, memperpanjang umur barang
(perlengkapan) sehingga tidak perlu diganti dalam waktu singkat,
menghindari kehilangan karena selalu terpantau dengan baik, menghindari
penyimpanan yang tidak teratur, dan dengan terpeliharanya akan
menghasilkan pekerjaan yang baik.
Bermacam jenis pemeliharaan/perawatan barang:
a. Menurut kurun waktu
Pemeliharaan sehari-hari, yaitu pemeliharaan yang dilakukan setiap hari,
dan dikerjakan oleh orang yang bertanggungjawab menggunakan barang
tersebut. Pemeliharaan berkala, yaitu dilaksanakan dalam jangka waktu
tertentu, (misalnya satu bulan sekali, tiga bulan sekali) dan dikerjakan
sendiri maupun meminta bantuan orang lan.
b. Menurut jenis barang
Barang bergerak, misalnya kendaraan bermotor, alat elektronik dan lain
sebagainya. Pemeliharaannya dapat dilakukan setiap hari atau berkala.
Barang tidak bergerak, misalnya menutup keran air, memadamkan listrik.
Pemeliharaan dapat dilakukan tiap hari dengan tujuan untuk mencegah
kerusakan, dan pencegah pemborosan.
Contoh kartu perawatan ditunjukkan pada gambar di bawah ini:

Judul Modul: Memelihara Sistem Proteksi PLTS Tipe Terpusat (Komunal)


Buku Informasi - Versi 2018 Halaman: 40 dari 45
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Energi Terbarukan D.35EBT26.007.1

2. Membuat laporan pemeliharaan dibuat sesuai SOP yang berlaku.


Panduan laporan pemeliharaan/perbaikan merupakan arahan dalam rangka
proses inspeksi/pemeliharaan. Panduan tersebut harus berisi informasi yang
cukup yang dapat mengarahkan pemeriksa dalam pemeriksaan melalui proses
inspeksi/pemeliharaan sehingga inspector dapat mendokumentasikan seluruh
hal penting yang berkaitan dengan metoda instalasi sistem proteksi PLTS
Terpusat, jenis dan komponen sistem proteksi PLTS Terpusat, metoda
pengujian dan rekaman yang baik dari data
pemeliharaan/perbaikan/pengujian yang didapat agar terdokumentasi dengan
baik.

Judul Modul: Memelihara Sistem Proteksi PLTS Tipe Terpusat (Komunal)


Buku Informasi - Versi 2018 Halaman: 41 dari 45
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Energi Terbarukan D.35EBT26.007.1

Pemeriksa sebaiknya/harus menyimpan satu laporan


ispeksi/pemeliharaan/perbaikan dari Sistem Proteksi PLTS Terpusat yang
disimpan bersama dengan laporan rancangan SPP dan dengan laporan
kegiatan sebelumnya.

B. Keterampilan yang diperlukan dalam membuat laporan pemeliharaan


sistem proteksi PLTS tipe terpusat (komunal)
1. Langkah-langkah dan cara menyiapkan format laporan pemeliharaan sesuai
ketentuan
Langkah-langkah dan cara menyiapkan format laporan pemeliharaan sesuai
ketentuanTentukan nama komponen yang dibuatkan kartunya.
a. Masukan spesifikasinya.
b. Masukan kodifikasi alat.
c. Tentukan waktu perawatan berkalanya.
d. Buatlah draft formulir.
e. Pastikan semua parameter dapat dibaca.
f. Cetak formulir.

2. Langkah-langkah dan cara membuat laporan pemeliharaan sesuai SOP yang


berlaku.
Langkah-langkah dan membuat laporan pemeliharaan sistem proteksi PLTS
tipe terpusat (komunal) antara lain:
a. Laporkan kondisi umum dari konduktor/peralatan yang diinspeksi
/diperbaiki.
b. Laporkan tingkat korosi secara umum dan kondisinya.
c. Laporkan keamanan dan pemasangan ikatan komponen dan konduktor
dari system proteksi PLTS Terpusat.
d. Laporkan pengukuran resistansih tanah dan sistem terminasi tanah.
e. Dokumentasikan semua perubahan instalasi dan setiap perubahan yang
terjadi.
f. Laporkan hasil pengujian yang dilakukan..

Judul Modul: Memelihara Sistem Proteksi PLTS Tipe Terpusat (Komunal)


Buku Informasi - Versi 2018 Halaman: 42 dari 45
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Energi Terbarukan D.35EBT26.007.1

C. Sikap kerja yang diperlukan dalam membuat laporan pemeliharaan


sistem proteksi PLTS tipe terpusat (komunal)
Harus bersikap secara:
1. Cermat dan teliti dalam Membuat laporan pemeliharaan sistem proteksi
PLTS tipe terpusat (komunal).
2. Taat asas dalam mengaplikasikan cara, langkah-langkah, panduan, dan
pedoman yang dilakukan dalam Membuat laporan pemeliharaan sistem
proteksi PLTS tipe terpusat (komunal)

Judul Modul: Memelihara Sistem Proteksi PLTS Tipe Terpusat (Komunal)


Buku Informasi - Versi 2018 Halaman: 43 dari 45
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Energi Terbarukan D.35EBT26.007.1

DAFTAR PUSTAKA

A. BukuReferensi
a. ---------------, Materi Pembelajaran, Diklat Instruktur Berbasis Kompetensi:
Bidang Metodologi Pelatihan, Unit Kompetensi Merancang Penyajian Materi
Pembelajaran, Kode Unit: D1, Buku Informasi, Depnakertrans, Ditjen
Binalattas, Dit Intala, 2007.
b. Wanto, Modul Pengenalan PLTMH, PPPPTK BMTI, Cimahi, 2014.

B. Referensi Lainnya
a. https://dokumen.tips/documents/kartu-pemeliharaan-barang-
568aa0355e341.html
b. http://www.anugerahdino.com/2015/01/pemeliharaan-dan-perawatan-
barang.html

Judul Modul: Memelihara Sistem Proteksi PLTS Tipe Terpusat (Komunal)


Buku Informasi - Versi 2018 Halaman: 44 dari 45
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Energi Terbarukan D.35EBT26.007.1

DAFTAR ALAT DAN BAHAN

A. Daftar Peralatan/Mesin

No. Nama Peralatan/Mesin Keterangan


1. Instalasi PLTS Terpusat Untuk di ruang praktek
2. Laptop/komputer Untuk di ruang praktek
3. Multimeter Untuk di ruang praktek
4. Tang amper Untuk di ruang praktek
5. Earth tester Untuk di ruang praktek
6. Tool set Untuk di ruang praktek

B. Daftar Bahan

No. Nama Bahan Keterangan


1. Kertas HVS Setiap peserta
2. Tinta Setiap peserta
3. Kabel Setiap peserta
4. Isolasi Setiap peserta

Judul Modul: Memelihara Sistem Proteksi PLTS Tipe Terpusat (Komunal)


Buku Informasi - Versi 2018 Halaman: 45 dari 45
Modul Diklat Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Energi Terbarukan D.35EBT26.007.1

DAFTAR PENYUSUN

No. Nama Profesi

1. Instruktur/Widyaioswara TET
1. Wanto, S.T., M.Eng
2. Asesor TET

Judul Modul: Memelihara Sistem Proteksi PLTS Tipe Terpusat (Komunal)


Buku Informasi - Versi 2018 Halaman: 46 dari 45

Anda mungkin juga menyukai