02 BUKU INFORMASI Memelihara Sistem Proteksi PLTS Sistem Terpusat
02 BUKU INFORMASI Memelihara Sistem Proteksi PLTS Sistem Terpusat
DAFTAR ISI
Daftar Isi 2
BAB I Pendahuluan 5
A. Tujuan Umum 5
B. Tujuan Khusus 5
BAB II Menyiapkan perlengkapan pemeliharaan sistem proteksi PLTS tipe 6
terpusat (komunal)
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam menyiapkan perlengkapan 6
pemeliharaan sistem proteksi PLTS tipe terpusat (komunal)
1. Menyiapkan perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) 6
sesuai regulasi yang berlaku.
2. Menyiapkan peralatan untuk pemeliharaan sistem proteksi PLTS tipe 9
terpusat (komunal) sesuai SOP.
3. Menyiapkan dokumen spesifikasi teknis komponen dan petunjuk 13
pemeliharaan sistem proteksi PLTS tipe terpusat (komunal).
B. Keterampilan yang Diperlukan dalam menyiapkan perlengkapan 14
pemeliharaan sistem proteksi PLTS tipe terpusat (komunal)
1. Langkah-langkah dan cara Menyiapkan perlengkapan keselamatan dan 14
kesehatan kerja (K3) sesuai regulasi yang berlaku
2. Langkah-langkah dan cara Menyiapkan peralatan untuk pemeliharaan 14
sistem proteksi PLTS tipe terpusat (komunal) sesuai SOP
3. Langkah-langkah dan cara Menyiapkan dokumen spesifikasi teknis 14
komponen dan petunjuk pemeliharaan sistem proteksi PLTS tipe
terpusat (komunal)
C. Sikap Kerja yang Diperlukan menyiapkan perlengkapan pemeliharaan 15
sistem proteksi PLTS tipe terpusat (komunal)
BAB III Melaksanakan pemeliharaan sistem proteksi PLTS tipe terpusat 16
(komunal)
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam melaksanakan pemeliharaan 16
sistem proteksi PLTS tipe terpusat (komunal)
1. Mengukur resistansi pentanahan sesuai SOP. 16
2. Memeriksa kondisi fisik sistem penangkal petir sesuai SOP 19
22
3. Memeriksa status surge arrester, fuse, dan MCB yang terpasang
sesuai SOPf.
32
4. Melakukan tindakan korektif sesuai kebutuhan dan SOP yang
ditentukan
B. Keterampilan yang Diperlukan dalam melaksanakan pemeliharaan 33
sistem proteksi PLTS tipe terpusat (komunal)
1. Langkah-langkah dan cara mengukur resistansi pentanahan sesuai 33
SOP.
2. Langkah-langkah dan cara memeriksa kondisi fisik sistem penangkal 35
petir sesuai SOP
3. Langkah-langkah dan cara memeriksa status surge arrester, fuse, dan 36
MCB yang terpasang sesuai SOP
4. Melakukan tindakan korektif sesuai kebutuhan dan SOP yang 38
ditentukan
C. Sikap Kerja yang Diperlukan dalam Melaksanakan pemeliharaan sistem 38
proteksi PLTS tipe terpusat (komunal)
BAB IV Membuat laporan pemeliharaan sistem proteksi PLTS tipe terpusat 39
(komunal)
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam membuat laporan pemeliharaan 39
sistem proteksi PLTS tipe terpusat (komunal)
1. Menyiapkan Format laporan pemeliharaan sesuai ketentuan 39
2. Membuat Laporan pemeliharaan sesuai SOP yang berlaku 40
B. Keterampilan yang Diperlukan dalam membuat laporan pemeliharaan 41
sistem proteksi PLTS tipe terpusat (komunal)
1. Langkah-langkah dan cara menyiapkan Format laporan pemeliharaan 41
sesuai ketentuan
2. Langkah-langkah dan cara membuat Laporan pemeliharaan sesuai 42
SOP yang berlaku
C. Sikap Kerja yang Diperlukan dalam membuat laporan pemeliharaan 42
sistem proteksi PLTS tipe terpusat (komunal)
Daftar Pustaka 43
A. Buku Referensi 43
B. Referensi Lainnya 43
Daftar Alat dan Bahan 44
A. Daftar Peralatan/Mesin 44
B. Daftar Bahan 44
Daftar Penyusun 45
BAB I
PENDAHULUAN
A. TUJUAN UMUM
Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan mampu memelihara sistem
proyeksi PLTS tipe Terpusat (komunal)
B. TUJUAN KHUSUS
Adapun tujuan mempelajari unit kompetensi melalui buku Memelihara sistem
proyeksi PLTS tipe Terpusat (komunal) ini guna memfasilitasi peserta sehingga
pada akhir diklat diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Menyiapkan perlengkapan pemeliharaan sistem proteksi PLTS tipe terpusat
(komunal).
2. Melaksanakan pemeliharaan sistem proteksi PLTS tipe terpusat (komunal).
3. Membuat laporan pemeliharaan sistem proteksi PLTS tipe terpusat (komunal).
BAB II
Menyiapkan Perlengkapan Pemeliharaan Sistem Proteksi PLTS Tipe
Terpusat (Komunal)
untuk melakukan pekerjaan jika alat keselamatan kerja yang disediakan tidak
memenuhi ketentuan dan persyaratan.
Tedapat berbagai macam jenis, bentuk dan ukuran obeng yang digunakan
oleh Teknisi Listrik, namun secara umum obeng tersebut dapat dibagi
menjadi dua jenis, yaitu :
1) Obeng plus (philips screw-drivers)
Obeng plus biasa juga disebut dengan obeng kembang atau dalam
bahasa inggris disebut dengan philips screw-drivers. Obeng plus
berfungsi sebagai alat kerja listrik untuk membuka, memasang,
mengendurkan, mengencangkan baut atau sekrup yang memiliki
bagian atas (kepala) berbentuk silang (plus).
2) Obeng minus (slotted screw-drivers)
Obeng minus biasa juga disebut dengan obeng pipih atau dalam
bahasa inggris disebut dengan slotted screw-drivers. Obeng minus
berfungsi sebagai alat kerja listrik untuk membuka, memasang,
mengendurkan, mengencangkan baut atau sekrup yang memiliki
bagian atas (kepala) berbentuk pipih (minus).
d. Solder (Patri)
Solder merupakan suatu alat kerja listrik yang berfungsi untuk mencairkan
Timah Solder, untuk keperluan sambungan kabel berukuran kecil, maupun
pemasangan berbagai komponen listrik pada Papan rangkaian (PCB).
Solder adalah alat listrik yang mengubah energi listrik untuk menghasilkan
Panas.
Sambungan kabel (wire) dengan cara di solder termasuk cara
penyambungan yang baik dan aman, karena sambungan terhubung
dengan kuat (tidak mudah longgar).
e. Kunci inggris (adjustable wrench)
Kunci Inggris merupakan suatu alat kerja yang banyak digunakan oleh
berbagai teknisi, baik untuk teknisi listrik, teknisi mesin, montir, mekanik,
dan lainnya. Namun, khusus untuk kunci inggris yang digunakan sebagai
alat kerja tukang listrik (electrician), harus didesain khusus dengan
dilengkapi pengaman dibagian pegangan atau gagang dari bahan karet
atau bahan isolator yang tidak tembus tegangan listrik, sehingga aman
digunakan.
Kunci inggris adalah suatu alat kerja yang berfungsi untuk membuka,
mengendurkan, mengencangkan baut, dengan ukuran yang dapat
disesuaikan (adjustable).
f. Cutter (pemotong) adalah suatu alat kerja sejenis pisau yang dapat
digunakan untuk memotong, bagian pegangan (gagang) berbahan plastik
(isolator). Khusus untuk alat kerja teknisi listrik, cutter digunakan untuk
mengupas, membelah bagian isolasi kabel listrik yang memiliki ukuran
lebih besar, yang tidak dapat dikupas dengan menggunakan tang.
g. Selasiban, Isolasi, Insulation Tape (Isolasi)
Isolasi merupakan suatu alat atau bahan kerja yang pastinya dibawa oleh
seorang tukang listrik atau teknisi listrik. Isolasi (selasiban) berfungsi untuk
membalut/membungkus bagian sambungan-sambungan kabel agar
tegangan listriknya dapat terisolasi dan tidak membahayakan.
h. Tas pinggang (bag pouch)
Tas pinggang juga merupakan suatu alat kerja yang banyak digunakan
atau dibawa oleh seorang teknisi listrik. Tas pinggang (bag pouch)
berfungsi sebagai wadah atau tempat untuk menyimpan berbagai
peralatan dan alat kerja sehingga mudah untuk dibawa kemana-mana saat
bekerja.
i. Multitester, Multimeter, atau AVO meter
Multi tester merupakan salah satu alat kerja seorang tukang listrik yang
sangat penting. Multi tester berguna untuk melakukan berbagai
pengukuran yang menyangkut dengan kelistrikan, seperti untuk mengukur
besar tegangan listrik (Volt)), untuk mengukur arus listrik DC, mengukur
nilai resistor (tahanan), dan lain sebagainya.
j. Tang ampere (clamp meter)
Tang ampere (clamp-meter) merupakan suatu alat kerja listrik yang
berfungsi untuk mengukur besaran arus listrik AC. Cara mengukur Arus
listrik dengan menggunakan tang ampere sangat praktis dan mudah,
hanya dengan menjepit (melingkarkan) bagian tang ampere yang
menyerupai tang (penjepit), maka besar arus yang mengalir pada suatu
BAB III
Melaksanakan pemeliharaan sistem proteksi PLTS tipe terpusat (komunal)
Gambar Sistem TT
Pada sistem TT, bagian netral sumber listrik tidak terhubung langsung dengan
pembumian netral pada sisi konsumen (instalasi peralatan). Pada sistem TT,
konsumen harus menyediakan koneksi mereka sendiri ke bumi, yaitu dengan
memasang elektroda bumi yang cocok untuk instalasi tersebut .
3. Memeriksa status surge arrester, fuse, dan MCB yang terpasang sesuai SOP
Mengenal Arrester
Banyak yang menyebut alat ini hanya dengan sebutan Arester (Arrester),
namun sebenarnya alat ini disebut dengan Surge Arrester. Arrester atau Surge
Arrester berasal dari bahasa inggris yang dapat diartikan secara sederhana
sebagai Penangkap Kejutan.
Surge Arrester adalah suatu alat yang dipasang pada suatu instalasi listrik
yang berfungsi untuk melindungi berbagai peralatan listrik yang ada pada
instalasi tersebut, saat terjadi lonjakan tegangan ( Over voltage) yang melebihi
batas toleransi yang diperbolehkan.
Mengenal Fuse
Fuse atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Sekering adalah komponen
yang berfungsi sebagai pengaman dalam Rangkaian Elektronika maupun
perangkat listrik. Fuse (Sekering) pada dasarnya terdiri dari sebuah kawat
halus pendek yang akan meleleh dan terputus jika dialiri oleh Arus Listrik yang
berlebihan ataupun terjadinya hubungan arus pendek (short circuit) dalam
sebuah peralatan listrik / Elektronika.
Dengan putusnya Fuse (sekering) tersebut, Arus listrik yang berlebihan
tersebut tidak dapat masuk ke dalam Rangkaian Elektronika sehingga tidak
Macam-macam Fuse
a. Fuse Catridge
Fuse element adalah tipe fusible link yang berbentuk catridge atau kadang
juga disebut pacific fuse. Element Fuse yang digunakan dilengkapi dengan
terminal dan housing. Secara umum fuse element yang sering kita jumpai di
pasaran adalah yang cara pasangnya dengan cara plug-in atau dengan
menggunakan bolt.
Fusible link berbentuk kawat penghantar yang didesain akanmeleleh dan putus
saat dilewati oleh arus lebih yang melebihi kapasitas arusnya, karena
desainnya yang seperti itu maka isolation nya terbuat dari bahan yang tidak
mudah terbakar.
b. Fuse Diazed
Fuse Diazed memiliki bentuk fisik seperti galon air mineral berdimensi kecil
yang terbuat dari bahan keramik. Bahan fuse ini adalah pada bagian dasar dan
atas sekering terbuat dari bahan logam yang berfungsi sebagai penyalur arus.
Dalam penggunaannya sekering diazed selalu dilengkapi komponen lainnya
seperti rumah sekering ( fuse holder ), adaptor dan tutupnya ( Fuse Cap).
Tepe fuse diazed ini adalah tipe ulir yang merupakan sekering dengan
kapasitas pemutus rendah. Fuse ini dipakai pada instalasi rumah. Bentuk Fisik
fuse diazed mirip dengan MCB. Cara penggunaannya saat terjadi overload dah
hubung singkat, maka yang didalam akan putus. Didalah fuse ini terdapat pasir
yang meredamkan api saat terjadinya overload dan hubung singkat.
c. Fuse Neozed
d. Fuse NH
Gambar fuse NH
sebagai pengaman trafo terhadap arus lebih yang terpasang di sisi tegangan
rendah (220 Volt), untuk melindungi trafo terhadap gangguan arus lebih yang
disebabkan karena hubung singkat dijaringan tegangan rendah maupun
karena beban lebih. NH Fuse umumnya dipasang pada PHB trafo listrik yang
berfungsi sebagai pemutus atau pengaman terhadap arus lebih.
e. HRC Fuse
Mengenal MCB
Gambar MCB
MCB adalah dan fungsi MCB dalam instalasi listrik dirumah. MCB merupakan
singkatan dari Miniature Circuit Breaker yang berfungsi sebagai alat pengaman
saat terjadi hubung singkat (konsleting) maupun beban lebih (over load). MCB
akan memutuskan arus apa bila arus yang melewatinya melebihi dari arus
nominal MCB, sebagai contoh MCB 2 A akan memutuskan arus jika
penggunaan beban melebihi 2 A, MCB juga akan memutuskan arus jika terjadi
hubung singkat karena saat hubung singkat arus yang dihasilkan sangat besar
dan melebihi 2 A. Sebagai salah satu alat pengaman listrik MCB sangatlah
menguntungkan dan lebih efisien dibandingkan sekering (patron lebur), patron
lebur merupakan alat pengaman beban lebih saja.
Tidak seperti MCB patron lebur hanya sebagai alat beban lebih dan apa bila
sudah putus maka harus mengganti kawat didalamnya dengan kawat khusus,
sedangkan jika MCB putus maka kita hanya perlu menghidupkannya kembali
layaknya sakelar. MCB biasanya digunakan oleh PLN sebagai pembatas daya
dalam rumah dan sekaligus sebagai pengaman dan sakelar utama, biasanya
MCB terletak dibawah KWH meter, anda dapat melihat MCB secara langsung
dirumah anda.
MCB merupakan pengaman listrik yang bekerja dengan prinsip bimetal dan
memiliki dua cara pemutusan yakni secara thermal (panas) dan
elektromagnetik. Saat terjadi hubung singkat maka MCB akan memutuskan
arus dengan sangat cepat karena menggunakan cara kerja elektromagnetik,
namun saat memutuskan arus karena bebean lebih maka akan sedikit lambat
karena MCB menggunakan cara kerja berdasarkan panas atau thermal.
Prinsip kerja MCB sangat sederhana, ketika ada arus lebih maka arus lebih
tersebut akan menghasilkan panas pada bimetal, saat terkena panas bimetal
akan melengkung sehingga memutuskan kontak MCB (Trip). Selain bimetal,
pada MCB biasanya juga terdapat solenoid yang akan mengtripkan MCB ketika
terjadi grounding (ground fault) atau hubung singkat (short circuit).
Namun penting juga untuk di ingat, bahwa MCB juga bisa trip dengan panas
(over heating) yang diakibatkan karena kesalahan desain/perencanaan
instalasi, seperti ukuran kabel yang terlalu kecil untuk digunakan dalam arus
yang tinggi, sehingga menghasilkan panas, yang lama-kelamaan akan
melekungkan bimetal dan mengtripkan MCB. Oleh karena itu penggunaan
kabel instalasi juga harus memperhatikan standar maksimum arus (A) kabel
yang akan digunakan, dan arus kabel tersebut tidak boleh lebih kecil dari arus
maksimum rangkaian/circuit.
Menurut karakteristik Tripnya, ada tiga tipe utama dari MCB, yaitu: tipe B, tipe
C, dan tipe D yang didefinisikan dalam IEC 60898.
a. MCB Tipe B, adalah tipe MCB yang akan trip ketika arus beban lebih besar 3
sampai 5 kali dari arus maksimum atau arus nominal MCB. MCB tipe B
merupakan karateristik trip tipe standar yang biasa digunakan pada
bangunan domestik.
b. MCB Tipe C, adalah tipe MCB yang akan trip ketika arus beban lebih besar 5
sampai 10 kali arus nominal MCB. Karakteristik trip MCB tipe ini akan
menguntungkan bila digunakan pada peralatan listrik dengan arus yang
lebih tinggi, seperti lampu, motor dan lain sebagainya.
c. MCB tipe D, adalah tipe MCB yang akan trip ketika arus beban lebih besar 8
sampai 12 kali arus nominal MCB. Karakteristik trip MCB tipe D merupakan
karakteristik trip yang biasa digunakan pada peralatan listrik yang dapat
menghasilkan lonjakan arus kuat.
Berdasarkan waktu pemutusannya, pengaman-pengaman otomatis dapat
terbagi atas Otomat-L, Otoma-H, dan Otomat-G.
a. Otomat-L (Untuk Hantaran)
Pada Otomat jenis ini pengaman termisnya disesuaikan dengan
meningkatnya suhu hantaran. Apabila terjadi beban lebih dan suhu
hantarannya melebihi suatu nilai tertentu, elemen dwi logamnya akan
memutuskan arusnya. Kalau terjadi hubung singkat, arusnya diputuskan
oleh pengaman elekromagnetiknya. Untuk arus bolak-balik yang sama
dengan 4 In-6 In dan arus searah yang sama dengan 8 In pemutusan
arusnya berlangsug dalam waktu 0.2 sekon.
b. Otomat-H (Untuk Instalasi Rumah)
Secara termis jenis ini sama dengan Otomat-L. Tetapi pengaman
elektromagnetiknya memutuskan dalam waktu 0,2 sekon, jika arusnya
sama dengan 2,5 In–3 In untuk arus bolak-balik atau sama dengan 4 In
untuk arus searah. Jenis Otomat ini digunakan untuk instalasi rumah. Pada
instalasi rumah, arus gangguan yang rendah pun harus diputuskan dengan
cepat. Jadi kalau terjadi gangguan tanah, bagian-bagian yang terbuat dari
logam tidak akan lama bertegangan.
c. Otomat-G
Jenis Otomat ini digunakan untuk mengamankan motor-motor listrik kecil
untuk arus bolak-balik atau arus searah, alat-alat listrik dan juga rangkaian
akhir besar untuk penerangan, misalnya penerangan pabrik. Pengaman
elektromagnetiknya berfungsi pada 8 In-11 In untuk arus bolak-balik atau
pada 14 In untuk arus searah. Kontak-kontak sakelarnya dan ruang
pemadam busur apinya memiliki konstruksi khusus. Karena itu jenis Otomat
ini dapat memutuskan arus hubung singkat yang besar, yaitu hingga 1500
A.
Tiap tipe MCB juga memilki faktor pengali, misalnya:
1) Tipe L : 3,1
2) Tipe G : 7,5
3) Tipe H : 8
Alat ukur grounding earth tester atau grounding tester ini, dilengkapi 3 (tiga)
buah lubang konektor dan 3(tiga) kabel ukur yang akan digunakan. Ketiga
kabel tersebut yaitu:
a. Kabel berwarna merah (C), dihubungkan ke lubang konektor berwarna
merah pada alat ukur, dan ujung satunya dihubungkan ke stick/tongkat
besi yang tersedia dan sudah ditancapkan ke bumi/tanah. Usahakan jarak
antara stick atau tongkat besi yang satu dengan yang lainnya sekitar 5m –
10 m.
d. Setelah itu putar selektor pada alat ukur (Earth Tester) untuk kita arahkan
pada pengukuran dengan nilai tertinggi (skala 100 Ω) terlebih dahulu, lalu
tekan tombol test.
e. Jika jarum ukur belum bergerak atau bergerak namun sangat kecil, putar
selektor untuk mengubah satuan skala yang lebih kecil (10 Ω).
f. Jika jarum ukur masih bergerak hanya sedikit juga, maka bisa kita coba
lagi dengan skala ukur yang lebih kecil (1 Ω), untuk mendapatkan hasil
pengukuran yang lebih akurat.
Menghitung hasil pengukuran:
a. Jika pada skala ukur 1 Ω, jarum ukur bergerak pada angka 2, maka hasil
pengukuran adalah: 2 x 1 Ω = 2 Ω. (Tahanan grounding baik dan benar
memenuhi nilai standar).
b. Jika skala ukur yang kita gunakan pada pilihan selektor 10 Ω, dan jarum
ukur bergerak menunjuk angka 2, maka hasil pengukuran adalah: 2 x 10
Ω = 20 Ω. (Tahanan Grounding buruk).
c. Jika skala ukur yang kita gunakan pada pilihan selektor 100 Ω, dan jarum
ukur bergerak menunjuk angka 2, maka hasil pengukuran adalah: 2 x 100
Ω = 200 Ω. (Tahanan Grounding sangat Buruk, bahkan mungkin tidak
terpasang).
3. Langkah-langkah dan cara memerika status surge arrester, fuse, dan MCB
yang terpasang sesuai SOP.
Langkah-langkah dan cara memerika status surge arrester, fuse, dan MCB
yang terpasang sesuai SOP., antara lain:
1. Pemeriksaan status arrester:
a. Periksa penunjukkan pada disharge counter ukur apakah ada kenaikan
atau tidak. Hal ini dilakukan dengan membandingkan catatan
pemeliharaan yang terakhir dengan kondisi sekarang.
b. Periksa kondisi fisik pada rumah isolator secara visual, apakah ada
keretakan atau tidak, juga bersihkan jika kotor.
c. Lakukan uji fungsional pada miliammeter.
d. Lakukan uji tahanan antara elektroda dengan elektroda, apakah masih
memnuhi persyaratan.
2. Pemeriksaan status fuse:
Pada umumnya Fuse memiliki bungkusan transparan yang terbuat dari
Kaca maupun Plastik sehingga kita dapat melihat langsung apakah Kawat
halus Fuse tersebut putus atau tidak. Tetapi ada juga jenis Fuse yang
bungkusannya menutupi Kawat halus di dalamnya sehingga kita sulit untuk
melihat isi daripada Fuse tersebut. Oleh karena itu, kita perlu mengukur
Fuse dengan Multimeter untuk mengetahui apakah Fuse tersebut masih
baik atau sudah terputus.
Berikut ini adalah cara untuk mengukur Fuse dengan menggunakan
Multimeter Digital:
Fuse yang sudah putus harus diganti dengan Fuse yang spesifikasinya yang
sama. Apabila Spesifikasi Fuse yang diganti tersebut berbeda, maka fungsi
Fuse yang sebagai pengaman ini tidak dapat berfungsi secara maksimal
atau tidak dapat melindungi Rangkaian / Peralatan Elektronika ataupun
peralatan listrik dengan baik.
BAB IV
Membuat laporan Pemeliharaan Sistem Proteksi PLTS
Tipe Terpusat (komunal)
DAFTAR PUSTAKA
A. BukuReferensi
a. ---------------, Materi Pembelajaran, Diklat Instruktur Berbasis Kompetensi:
Bidang Metodologi Pelatihan, Unit Kompetensi Merancang Penyajian Materi
Pembelajaran, Kode Unit: D1, Buku Informasi, Depnakertrans, Ditjen
Binalattas, Dit Intala, 2007.
b. Wanto, Modul Pengenalan PLTMH, PPPPTK BMTI, Cimahi, 2014.
B. Referensi Lainnya
a. https://dokumen.tips/documents/kartu-pemeliharaan-barang-
568aa0355e341.html
b. http://www.anugerahdino.com/2015/01/pemeliharaan-dan-perawatan-
barang.html
A. Daftar Peralatan/Mesin
B. Daftar Bahan
DAFTAR PENYUSUN
1. Instruktur/Widyaioswara TET
1. Wanto, S.T., M.Eng
2. Asesor TET