Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah Sakit adalah suatu bangunan gedung atau sarana kesehatan yang telah
dilengkapi dengan berbagai sarana prasarana termasuk didalamnya system utility.
Kesemuanya ini memerlukan perhatian khusus dari segi keamanan, kesehatan,
keselamatan, kenyamanan dan kemudahan. Dimana berdasarkan UU No. 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit khususnya pasal 3 menyebutkan bahwa pengaturan
penyelenggaraan Rumah Sakit bertujuan :

1. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.


2. Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat dan
lingkungan Rumah Sakit dan sember daya manusia di Rumah Sakit.
3. Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan di Rumah Sakit.

Undang-undang No.28 Tahun 2002 tentang bangunan gedung juga menyebutkan


bahwa bangunan gedung penting sebagai tempat manuasi melakukan kegiatan, maka
perlu diperhatikan keamanan, keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan.
Bangunan gedung dalam hal ini lengkap dengan sarana dan prasarananya yang
melekat termasuk system utility.

Pedoman ini disusun sebagai panduan atau acuan teknis dalam rangka melakukan
perencanaan, pengadaan, pemasangan dan pemeliharaan serta perbaikan system
utility yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam suatu bangunan gedung
termasuk bangunan gedung Rumah Sakit.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Sebagai acuan dalam pengembangan dan perencanaan system utility di Rumah
Sakit Umum Daerah Waled Kab. Cirebon

2. Tujuan Khusus
a. Menjadi pedoman dalam pengembangan dan perencanaan system utility
RSUD Waled Kab. Cirebon.
b. Meningkatkan pengetahuan tentang tata cara pengembangan dan
perencanaan system utility di RSUD Waled Kab. Cirebon.
c. Menjadi acuan dan pedoman dalam rangka pemeliharaan system utility di
RSUD Waled Kab. Cirebon

Pokja MFK RSUD Waled Page 1


d. Meningkatkan pengetahuan bagi manajemen Rumah Sakit dalam pengambilan
keputusan pada pemilihan tata letak pengembangan dan perencanaan system
utility di RSUD Waled Kab. Cirebon

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari pedoman ini yaitu tentang pemeliharaan prasarana Rumah Sakit
dalam hal ini yang berkaitan dengan system utility di Rumah Sakit, yaitu :
1. Sistem proteksi kebakaran
2. Sistem komunikasi dalam Rumah Sakit
3. Sistem penangkal petir
4. Sistem kelistrikan
5. Sistem penghawaan (ventilasi) dan pengkondisian udara (HVAC)
6. Sistem pencahayaan
7. Sistem fasilitas sanitasi
8. Sistem instalasi gas medis
9. Sistem pengendalian terhadap kebisingan dan getaran
10. Sistem hubungan transportasi horizontal dalam Rumah Sakit
11. Sistem hubungan transportasi vertical dalam Rumah Sakit
12. Sarana evakuasi
13. Aksesibilitas penyandang cacat
14. Sarana dan prasarana umum

D. Batasan Operasional
Batasan operasional dari pedoman system utility ini yaitu berkaitan dengan
persyaratan teknis dan pemeliharaan system utility yang ada di Rumah Sakit.

E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
2. Undang-Undang No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
3. Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
4. Undang-Undang N0. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 340 Tahun 2010 Tentang Klasifikasi Rumah
Sakit.

Pokja MFK RSUD Waled Page 2


BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Dalam pelaksanaan pemeliharaan system utility yang berkesinambungan, perlu
didukung dengan tersedianya berbagai aspek, diantaranya yaitu aspek Sumber Daya
Manusia. Kualifikasi Sumber Daya Manusia yang dibutuhkan untuk melakukan
kegiatan pemeliharaan system utility adalah tenaga Teknik yang mempunyai keahlian
khusus di bidang system utility bangunan dan gedung.

B. Distribusi Ketenagaan
Dukungan tenaga Non-kesehatan sebagai pelaku pelayanan penunjang kesehatan di
fasilitas pelayanan kesehatan khususnya di rumah sakit sangat penting. Oleh karena
itu pola ketenagaan dan pola distribusinya harus tertata dengan baik.

Sehubungan dengan belum tercantumnya jumlah angka untuk jenis tenaga penunjang
medis dan non-medis dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.340 Tahun 2010
tentang Klasifikasi Rumah Sakit, maka sebagai dasar dalam menentukan jumlah
tenaga penunjang medis dan non-medis pada rumah sakit kelas B yaitu dari hasil
kajian standar kebutuhan SDM Kesehatan di fasyankes yang disajikan dalam
Lokakarya Nasional tentang Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan
Tahun 2014.

Berdasarkan dari hasil kajian tentang standar kebutuhan SDM Kesehatan tahun 2014,
maka jumlah tenaga Teknik yang menangani system utility yang merupakan tenaga
penunjang yang bertanggung jawab terhadap kegiatan pemeliharaan untuk Rumah
Sakit Kelas B berjumlah 15 – 25 orang.

Dalam pendistribusiannya di rumah sakit, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan


rumah sakit, tetapi dalam pelaksanaan kegiatannya masih dalam satu komando yaitu
dibawah komando Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPSRS).

C. Pengaturan Jaga
Pelayanan kesehatan di rumah sakit dilakukan selama 24 jam, oleh karena itu
diperlukan pengaturan jaga dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemeliharaan dan
pamantauan system utility. Dalam rangka memaksimalkan pelayanan penunjang
khusunya dalam hal pemeliharaan system utility, maka petugas pelaksana kegiatan
pemeliharaan system utility dalam pelaksanaan kegiatannya di bagi menjadi 3 ship,

Pokja MFK RSUD Waled Page 3


yaitu pagi, sore dan malam dengan jumlah tenaga masing-masing ship minimal 2
orang.

Pokja MFK RSUD Waled Page 4


BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan
Salah satu aspek yang sangat penting dalam rangka pelaksanaan program atau
kegiatan pemeliharaan system utility adalah aspek fasilitas kerja. Salah satu fasilitas
kerja yang dibutuhkan dalam rangka menunjang proses atau kegiatan pemeliharaan
system utility di rumah sakit adalah ruangan tempat bekerja. Ruangan tempat bekerja
ini setidaknya minimal memiliki workshop/bengkel, gudang dan ruang administrasi.
Berikut beberapa contoh denah ruangan tempat bekerja bagian pemeliharaan system
utility:

Gambar 1. Ruang Kerja Pemeliharaan

Gambar 2. Contoh Denah Ruangan Pemeliharaan Sistem Utility

Pokja MFK RSUD Waled Page 5


B. Standar Fasilitas
Salah satu standar fasilitas yang harus dilimiki dalam rangka pelaksanaan kegiatan
pemeliharaan system utility adalah fasilitas kerja atau alat kerja. Fasilitas kerja / alat
kerja pemeliharaan system utility diantaranya yaitu :

1. Alat ukur seperti AVO meter, Ground tester dll


2. Toolset elektrik
3. Toolset elektronik
4. Toolset system plumbing
5. Toolset system gas medis
6. Toolset dan perlengkapan system pendeteksi kebakaran dll

Pokja MFK RSUD Waled Page 6


BAB IV
TATA LAKSANA
PEMELIHARAAN SISTEM UTILITY

A. Pengoperasian Sistem Utility


Beberapa tahapan kegiatan yang perlu diperhatikan dan dilakukan dalam
operasionalisasi system utility yaitu tahapan persiapan, pelaksanaan
pengoperasian dalam pelayanan dan penyimpanan peralatan apabila telah selesai
digunakan.

1. Persiapan Pengoperasian
Berbagai aspek yang harus dipenuhi dan disiapkan agar system utility siap
dapat berfungsi dengan baik adalah: peralatan yang tergolong dalam system
utility Rumah Sakit harus dikondisikan dalam keadaan siap pakai lengkap
dengan aksesoris yang diperlukan, terpelihara dengan baik, izin operasional
yang masih berlaku bagi peralatan yang memerlukan izin. Bahan operasional
tersedia dan cukup sesuai dengan kebutuhan pelayanan. Kemudian SDM siap,
baik dokter, operator maupun paramedik dll.

2. Pelaksanaan Pengoperasian
Pelaksanaan pengoperasian peralatan, secara teknis agar mengikuti urutan
yang baku untuk setiap alat, mulai alat dihidupkan sampai alat dimatikan
setelah selesai digunakan. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa tombola
atau saklar mana saja yang dioperasikan (ON) lebih dulu dan tombol/saklar
mana yang dioperasikan kemudian secara berurutan sampai pengoperasian
selesai. Demikian halnya pada waktu mematikan alat, maka tombol/saklar
yang terakhir dioperasikan (ON) harus lebih awal dimatikan (OFF) dan
seterusnya secara berurutan, sehingga tombol yang pertama dihidupkan
adalah merupakan yang terakhir dimatikan (OFF) pada waktu mematikan alat.

3. Penyimpanan Peralatan system utility


Setelah peralatan selesai dipergunakan, maka peralatan agar disimpan dalam
kondisi yang baik. Selesai dioperasikan setiap aksesories alat harus dilepaskan,
kemudian alat dan aksesoriesnya dibersihkan sebagai kegiatan perawatan
yang merupakan bagian dari kegiatan pemeliharaan peralatan.

Pada waktu disimpan (dalam keadaan tidak operasional), setiap alat agar
ditutup dengan penutup debu sehingga peralatan terlihat selalu dalam

Pokja MFK RSUD Waled Page 7


keadaan bersih. Peralatan yang mobile sebaiknya diletakan di bagian ruangan
tertentu yang terhindar dari jalan keluar masuk personil. Sedangkan peralatan
yang bersifat portable beserta aksesoriesnya sebaiknya diletakan dalam lenari
atau rak.

4. Pemantauan Operasional system utility.


Pemantauan operasioanl system utility dimaksudkan untuk mengetahui
kondisi alat. Dalam pemantauan didatakan kondisi alat apakah masih dalam
kondisi baik dan siap pakai atau dalam kondisi rusak yang memerlukan
tindakan perbaikan. Pemantauan dilakukan oleh Teknisi system utility secara
periodic pada selang waktu pemeliharaan preventif untuk setiap alat. Apabila
kondisi alat tidak memungkinkan untuk difungsikan, segera lakukan tindakan
perawatan/pemeliharaan.

B. Pemeliharaan Sistem Utility


Pemeliharaan Sistem Utility adalah suatu upaya yang dilakukan agar system utility
selalu dalam kondisi siap pakai, dapat difungsikan dengan baik dan menjamin usia
pakai lebih lama. Dalam pelaksanaan pemeliharaan system utility, terdapat
berbagai kriteria dan aspek-aspek yang berkaitan dengan pemeliharaan.

1. Kriteria Pemeliharaan
Dalam pelaksanaan pemeliharaan system utility, terdapat dua kriteria
pemeliharaan, yaitu :

a. Pemeliharaan Terencana
Pemeliharaan terencana adalah kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan
terhadap alat sesuai dengan jadwal yang telah disusun. Jadwal
pemeliharaan disusun dengan memperhatikan jenis peralatan, Jumlah
kualifikasi petugas sesuai dengan bidangnya dan pembiayaan yang
tersedia. Pemeliharaan terencana meliputi pemeliharaan
preventif/pencegahan dan pemeliharaan korektif/perbaikan.

1) Pemeliharaan Preventif
Pemeliharaan preventif atau pencegahan adalah kegiatan
pemeliharaan berupa perawatan dengan membersihkan alat yang
dilaksanakan setiap hari oleh operator dan kegiatan penyetelan ,
pelumasan serta penggantian bahan pemeliharaan yang dilaksanakan
oleh Teknisi system utility secara berkala.

Pokja MFK RSUD Waled Page 8


Pemeliharaan preventif bertujuan guna memperkecil kemungkinan
terjadinya kerusakan. Untuk jenis alat tertentu, pemeliharaan preventif
dapat dilakukan pada saat alat sedang jalan/operasioanal/running
maintenance, melalui pemeriksaan dengan melihat, merasakan,
mendengarkan bekerjanya alat, baik tanpa maupun dengan
mnggunakan alat ukur. Pada waktu running, maintenance dilakukan
dengan memberi pelumasan dan penyetelan bagian-bagian alat
tertentu yang memerlukan. Dalam hal ini kegiatan pemeliharaan dapat
berupa pembersihan, pelumasan, pengecekan fungsi komponen,
penyetelan, penggantian bahan pemeliharaan, pengukuran keluaran
dan keselamatan.

2) Pemeliharaan Korektif
Pemeliharaan korektif adalah kegiatan pemeliharaan yang bersifat
perbaikan terhadapa peralatan yang mengalami kerusakan dengan
atau tanpa penggantian suku cadang. Pemeliharaan korektif
dimaksudkan untuk mengembalikan kondisi peralatan yang rusak ke
kondisi siap operasional dan siap pakai serta dapat difungsikan dengan
baik.

Overhaul adalah bagian dari pemeliharaan korektif, yaitu kegiatan


perbaikan terhadap peralatan dengan mengganti bagian-bagian utama
alat, dengan tujuan untuk mengembalikan fungsi dan kemampuan
kerja alat yang sudah menurun karena usia dan penggunaan.

b. Pemeliharaan Tidak Terencana


Pemeliharaan tidak terencana adalah kegiatan pemeliharaan yang bersifat
darurat berupa perbaikan terhadap kerusakan alat yang mendadak/tidak
terduga dan harus segera dilaksanakan mengingat alat sangat dibutuhkan
dalam pelayanan. Untuk dapat melaksanakan pemeliharaan tidak
terencana, perlu adanya tenaga yang selalu siap (stand by) dan fasilitas
pendukungnya. Frekuensi pemeliharaan tidak terencana dapat ditekan
serendah mungkin dengan cara meningkatkan kegiatan pemeliharaan
terencana.

2. Aspek Pemeliharaan
Agar pemeliharaan system utility dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya,
maka unit kerja pemeliharaan peralatan rumah sakit dalam hal ini IPSRS, perlu

Pokja MFK RSUD Waled Page 9


dilengkapi dengan aspek-aspek pemeliharaan yang berkaitan dan memadai
meliputi: sumber daya manusia, fasilitas dan peralatan kerja, dokumen
pemeliharaan, suku cadang dan bahan pemeliharaan. Aspek-aspek ini pada
umumnya memerlukan pembiayaan.

a. Sumber Daya Manusia


Sumber Daya Manusia merupakan unsur yang penting dalam pelaksanaan
pemeliharaan system utility. Kualifikasi teknis disesuaikan dengan jenis dan
teknologi peralatan yang tergolong dalam katagori system utility yang
ditangani, sedangkan jumlahnya berdasarkan kepada jumlah setiap jenis
alat. Semuanya ini merupakan beban kerja yang harus ditangani oleh
Teknisi Sistem Utility.

b. Fasilitas Kerja
Fasilitas kerja pemeliharaan guna menunjang terlaksananya pemeliharaan
system utility meliputi :

1) Ruangan tempat bekerja, terdiri dari workshop/bengkel, gudang dan


ruang administrasi.
2) Peralatan kerja terdiri dari toolset elektrik, toolset elektronik, toolset
mekanik, toolset gas dan berbagai macam alat ukur.

c. Dokumen Pemeliharaan
Dokumen pemeliharaan sangat penting dalam mencapai keberhasilan
pelaksanaan pemeliharaan. Dokumen pemeliharaan terdiri dari dokumen
teknis dan data atau laporan hasil kegiatan pemeliharaan.

Dokumen teknis peralatan yaitu dokumen yang menyertai peralatan pada


waktu pengadaannya, pada umumnya meliputi : brosure, installation
manual, installation report, operating manual, service manual yang
mencakup scematic diagram part list, recommended part. Prosedur tetap
pengoperasian dan prosedur tetap pemeliharaan. Guna memudahkan
penanganan pemeliharaannya, maka setiap alat agar dilengkapi dengan
dokumen teknis alat yang bersangkutan.

Data atau hasil pemeliharaan yaitu dokumen yang berisi data yang
berhubungan dengan kegiatan pemeliharaan peralatan, pada umumnya
merupakan kumpulan atau kronologis hasil pemeliharaan setiap alat,
meliputi :

Pokja MFK RSUD Waled Page 10


1) Inventarisasi Peralatan
Inventarisasi peralatan ini berisi data yang berkaitan dengan aspek
teknis setiap type/model alat untuk nama dan merk alat yang sama,
mencakup nama alat, merk, type/model, nama perusahaan yang
mengageninya, apakah mempunyai operating manual dan service
manual, kalau tidak memilikinya maka perlu diusahakan pada agen
atau instansi lainnya agar dapat dipenuhi, berapa jumlahnya alat
dengan type/modelnya sama.

Total peralatan yang tertuang dalam lembar inventarisasi ini akan


menjadi beban kerja pemeliharaan. Dari data ini akan dapat diprediksi
kebutuhan aspek pemeliharaan secara keseluruhan, sehingga
pemeliharaan peralatan dapat dilaksanakan dengan baik.

Inventarisasi peralatan guna kepentingan pemeliharaan alat dilakukan


oleh pengelola pemeliharaan dan ditinjau secara periodic, paling tidak
setahun sekali dan setiap ada perubahan atau penmbahan peralatan
baru.
2) Kartu Pemeliharaan
Kartu pemeliharaan adalah kartu yang di pasang /digantungkan pada
setiap alat, dengan maksud agar memudahkan kepada setiap petugas
terkait untuk mengetahui data mengenai suatu alat dan penanganan
apa saja yang telah dilakukan pada alat tersebut. Kartu ini berlaku
untuk setiap alat dan memuat data masing-masing alat yang berkaitan
erat dengan aspek pemeliharaan, yaitu :

a) Data Statis
- Nama Rumah Sakit
- Nama instansi pelayanan tempat alat tersebut digunakan
- Nama alat sesuai fungsinya
- Merk alat, type/model
- Nomor seri
- Tahun pengadaan
- Nilai pengadaan
- Nomor inventaris

Data tersebut di atas dibuat pada saat alat mulai dimasukan pada
daftar inventaris di rumah sakit.

Pokja MFK RSUD Waled Page 11


b) Data Dinamis
- Tanggal kegiatan pemeliharaan dilakukan
- Uraian kegiatan, hasil dan nama teknisi pelaksana
- Keterangan lainnya yang dianggap perlu.

3) Catatan Pemeliharaan Alat


Catatan pemeliharaan alat berupa Lembar Kerja Pemeliharaan yang
disimpan pada urusan administrasi teknis peralatan di unit kerja
pemeliharaan/IPSRS, dengan maksud agar memudahkan petugas
administrasi teknis dan teknisi untuk mengetahui data alat dan
penanganan apa saja yang telah dilakukan pada alat tersebut. Lembar
Kerja Pemeliharaan ini memuat data masing-masing alat yang
berkaitan erat dengan kegiatan pemeliharaan alat, yaitu :

a) Data Statis
- Nama Rumah Sakit
- Nama instansi pelayanan tempat alat tersebut digunakan
- Nomor insventaris
- Nama alat sesuai fungsinya
- Merk alat, type/model
- Nomor seri
- Sumber pengadaan
- Tahun pengadaan/pemasangan
- Supplier/agen
- Periode pemeliharaan

Data tersebut di atas dibuat pada saat alat mulai diinventarisasikan


di rumah sakit.

b) Data Dinamis
- Keluhan yang berupa gejala dan kondisi yang terjadi sebelum
dilakukan pemeliharaan.
- Uraian kegiatan dan hasilnya, untuk setiap kegiatan
pemeliharaan yang dilakukan pada alat yang bersangkutan.
- Nama teknisi pelaksana kegiatan dan nama perusahaan pihak III
yang melakukan pemeliharaan.
- Tanggal dimulai dan tanggal selesainya kegiatan pemeliharaan
- Biaya yang dikeluarkan/dibutuhkan

Pokja MFK RSUD Waled Page 12


- Keterangan yang mendukung kegiatan pemeliharaan.

4) Daftar Keagenan Peralatan


Keberadaan perusahaan yang mengageni suatu alat sangat diperlukan
dalam rangka pemeliharaan system utility. Agen pemasok system utility
bertanggung jawab terhadap penyediaan suku cadang peralatan yang
diageninya, sebagai realisasi dari jaminan purna jual terhadap
peralatan yang dijualnya.

Untuk peralatan tertentu yang dalam pemeliharaannya tidak dapat


dilakukan oleh teknisi rumah sakit, secara teknis dan ekonomis
pemeliharaannya lebih baik dilaksanakan langsung oleh perusahaan
yang mengageninya, sejauh dapat diproses sesuai dengan prosedur
dan ketentuan yang berlaku.

Daftar keagenan alat dapat memudahkan untuk mengetahui nama


perusahaan dan alamatnya yang mengageni peralatan tertentu,
sehingga apabila alat mengalami masalah, agen yang bersangkutan
dapat dengan mudah dimintakan bantuannya.

5) Pelaporan dan Evaluasi


Setiap kegiatan pemeliharaan system utility dari mulai perencanaan,
pelaksanaan dan hasilnya harus dicatat atau didatakan kemudian
dilaporkan kepada pejabat pemberi tugas sesuai dengan
penugasannya. Kemudian secara berkala, laporan kegiatan tersebut
dievaluasi sebagai dasar pertimbangan perencanaan pemeliharaan
periode selanjutnya.

d. Pelaksanaan Pemeliharaan
Berdasarkan berbagai aspek yang meliputi volume pekerjaan, kemampuan
teknisi, tingkat teknologi peralatan, fasilitas kerja dan prosedur
pembiayaan, maka pelaksanaan pemeliharaan system utility di rumah sakit
dapat dilakukan oleh teknisi rumah sakit setempat atau melalui pihak III.

1) Dilaksanakan oleh Teknisi Rumah Sakit


Pada dasarnya pemeliharaan system utility di rumah sakit harus dapat
dilaksanakan oleh teknisi setempat sejauh memungkinkan ditinjau dari
segala aspek, khususnya aspek pemeliharaan.

2) Dilaksanakan oleh Pihak III

Pokja MFK RSUD Waled Page 13


Apabila pemeliharaan suatu alat memerlukan suku cadang atau
keahlian khusus dan biaya besar, maka pelaksanaannya dapat
diserahkan kepada pihak III . Pada umumnya pihak III yang dimaksud
adalah perusahaan yang mengageni alat tersebut dengan melalui
proses sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku.

e. Bahan Pemeliharaan dan Suku Cadang


Pemeliharaan peralatan dapat dilaksanakan apabila aspek pemeliharaan
yang mendukung tersedia. Bahan pemeliharaan setiap jenis alat sangat
diperlukan untuk terselenggaranya pemeliharaan preventif peralatan.
Demikian juga suku cadang diperlukan apabila melakukan pemeliharaan
korektif.

Agar pemeliharaan system utility dapat terlaksana dengan baik sesuai


jadwal, maka penyediaan kebutuhan bahan pemeliharaan dan suku cadang
perlu mendapat perhatian yang seksama, melalui suatu perencanaan yang
matang, baik aspek teknis maupun pembiayaannya.

Pokja MFK RSUD Waled Page 14


BAB V
LOGISTIK

Untuk terlaksananya kegiatan pemeliharaan system utility dengan baik, maka kebutuhan
logistik yang berkaitan dengan proses kegiatan pemeliharaan system utility sangat
penting adanya. Dalam pelaksanaan kegiatan pemeliharaan system utility, ada beberapa
logistik yang perlu disiapkan dan terbagi dalam dua kriteria logistic, yaitu :

A. Kebutuhan Logistik yang Bersifat Administratif


Kebutuhan logistik yang berupa administratif adalah kebutuhan logistic yang
berbentuk dokumen-dokumen yang dibutuhkan dalam menunjang kegiatan
pemeliharaan system utility yang nantinya akan membantu dalam mengatasi masalah
saat melakukan pemeliharaan terhadap system utility, selain itu dapat membantu
juga dalam proses pelaporan dan evaluasi dari kegiatan pemeliharaan system utility.
Dokumen-dokumen ini berupa :

1. Dokumen teknis alat yaitu berupa brosure, instalasi manual, instalasi report,
operating manual, sevice manual, scematic diagram, part list, recommended part,
prosedur pengoperasian dan prosedur pemeliharaan.
2. Data atau hasil pemeliharaan yaitu dokumen yang berisi data yang berhubungan
dengan kegiatan pemeliharaan system utility. Pada umumnya merupakan
kumpulan hasil pemeliharaan setiap alat medis yang meliputi :

a. Daftar inventaris system utility


b. Kartu pemeliharaan system utility
c. Catatan pemeliharaan system utility ( servive report )
d. Daftar keagenan system utility
e. Hasil pelaporan dan evaluasi

B. Kebutuhan Logistik yang Berupa Alat Kerja dan Suku Cadang


Kebutuhan logistic ini, sangat penting guna dapat terlaksananya kegiatan
pemeliharaan system utility, diantaranya tersedianya alat kerja yang dibutuhkan.
Ketersediaan bahan pemeliharaan dan suku cadang juga dibutuhkan untuk dapat
terselenggaranya kegiatan pemeliharaan yang bersifat korektif. Penyediaan bahan
dan suku cadang pemeliharaan perlu mendapat perhatian yang seksama melalui
suatu perencanaan yang matang, baik dilihat dari aspek teknis maupun dari aspek
ekonomis.

Pokja MFK RSUD Waled Page 15


Dalam penyediaannya, semua kebutuhan logistik yang diperlukan dalam rangka
menunjang lancar dan terselenggaranya kegiatan pemeliharaan system utility, maka
unit pemeliharaan system utility dalam hal ini adalah Instalasi Pemeliharaan Sarana
Rumah Sakit (IPSRS) bekerjasama dan berkoordinasi dengan bagian perlengkapan.

Pokja MFK RSUD Waled Page 16


BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Di Rumah Sakit, hampir setiap tindakan medis yang memerlukan/memanfaatkan


prasarana system utility menyimpan potensi resiko. Banyaknya peralatan medis, jenis
pemeriksaan dan prosedur yang harus dilakukan, banyaknya staff serta pasien di rumah
sakit merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis. Oleh karena itu
dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap pasien harus benar-benar
diperhatikan dari segi keselamatannya.

Langkah yang perlu dilakukan untuk menjamin keselamatan pasien dari penggunaan
system utility di rumah sakit adalah terjaminnya system utility yang selalu dalam kondisi
siap pakai. Untuk memenuhi itu semua maka diperlukan tindakan khusus dari mulai
perencanaan, pengadaan, pemeliharaan, pengoperasian serta cara penyimpanan system
utility setelah digunakan dalam pelayanan.

Untuk menjamin system utility tetap dalam kondisi siap pakai, maka pada system utility
perlu dilakukan pemeliharaan secara berkala dan berkesinambungan. Selain itu dalam
pengoperasiannya diperlukan langkah-langkah yang tepat dan cermat yang dituangkan
dalam suatu Standar Prosedur Operasional (SPO) untuk setiap alat dalam system utility,
sehingga dalam penggunaannya tidak terjadi kesalahan yang mengakibatkan timbulnya
resiko negative, baik terhadap pasien, pengguna maupun lingkungan sekitar.

Dalam proses kegiatan pemeliharaan system utility, yang merupakan suatu kegiatan yang
sangat penting yang wajib dilakukan dalam upaya meningkatkan pelayanan di rumah sakit
dan untuk menjamin keselamatan pasien, maka perlu didukung dengan tersediannya
berbagai aspek, diantaranya yaitu :

1. Sumber Daya Manusia , dalam hal ini teknisi yang terlatih yang memenuhi standar
kualifikasi baik dari segi standar kualitas maupun standar kuantitas.
2. Peralatan kerja yang lengkap, sehingga dalam proses kegiatannya aspek ini tidak
menjadi aspek yang menghambat dalam pelaksanaan kegiatan pemeliharaan.
3. Dokumen teknis penyerta yang lengkap selain berfungsi sebagai referensi dalam
penyelesaian masalah dalam pelaksanaan kegiatan pemeliharaan, juga berguna untuk
menunjang proses pelaporan dan evaluasi.
4. Ketersediannya suku cadang sesuai dengan kebutuhan alat yang ada, sehingga dalam
proses pemeliharaan yang bersifat korektif dapat dilakukan dan diselesaikan dengan
cepat dan tepat.

Pokja MFK RSUD Waled Page 17


5. Adanya mekanisme kerja yang dapat difahami dan dilaksanakan oleh setiap teknisi
system utility, sehingga dalam proses pelaksanaan kegiatan pemeliharaan secara
keseluruhan dapat terarah, tepat dan sesuai prosedur.
6. Adanya bahan pemeliharaan yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan alat
7. Adanya material bantu sesuai dengan kebutuhan alat
8. Adanya prosedur tetap pemeliharaan untuk setia jenis alat yang mudah difahami dan
mudah dilaksanakan.

Dengan terpenuhinya aspek-aspek seperti di atas, maka resiko keselamatan pasien akibat
dari penggunaan system utility, baik dari sisi pengoperasian maupun dari sisi
pemeliharaan dapat ditekan seminimal mungkin.

Pokja MFK RSUD Waled Page 18


BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh masyarakat, maka


tuntutan pengelolaan program Keselamatan Kerja di Rumah Sakit semakin tinggi karena
Sumber Daya Manusia (SDM) Rumah Sakit, pengunjung/pengantar pasien, pasien dan
masyarakat sekitar Rumah Sakit ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan
kesehatan dan kecelakaan kerja, baik sebagai dampak dari proses kegiatan pemberian
pelayanan maupun karena kondisi sarana dan prasarana yang ada di Rumah Sakit yang
tidak memenuhi standar.

Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik
tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan
teknologi dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu
meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar
terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Selain dituntut mampu memberikan
pelayanan dan pengobatan yang bermutu, Rumah Sakit Juga dituntut harus
melaksanakan dan mengembangkan program keselamatan kerja.

Berdasarkan Undang-Undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, maka Rumah Sakit
harus menjamin kesehatan dan keselamatan baik terhadap pasien, penyedia layanan atau
pekerja maupun masyarakat sekitar dari berbagai potensi bahaya di Rumah Sakit. Oleh
karena itu Rumah Sakit dituntut untuk melaksanakan upaya keselamatan kerja yang
dilaksanakan secara terintegrasi dan menyeluruh sehingga resiko terjadinya Penyakit
Akibar Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) di Rumah Sakit dapat dihindari.

Pada prinsipnya pelayanan keselamatan kerja berkaitan erat dengan sarana, prasarana
dan peralatan kerja. Bentuk pelayanan keselamatan kerja yang harus dilakukan oleh
Rumah Sakit adalah :

1. Pembinaan dan pengawasan kesehatan dan keselamatan sarana, prasarana dan


peralatan, baik dalam proses penggunaan, pemeliharaan maupun pada proses
perbaikan.
2. Manajemen menyediakan sarana dan prasarana pencegahan dan penanggulangan
kebakaran, khususnya dalam hal ini kebakaran akibat proses kegiatan pemeliharaan
system utility.
3. Membuat tim penanggulangan kebakaran

Pokja MFK RSUD Waled Page 19


4. Membuat Standar Prosedur Operasional (SPO) yang berkaitan dengan keselamatan
kerja.
5. Melakukan sosialisasi dan pelatihan pencegahan serta penanggulangan bahaya
kebakaran.
6. Melakukan audit internal terhadap system pencegahan dan penanggulangan
kebakaran.
7. Membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan keselamatan kerja
yang disampaikan kepada Direktur Rumah Sakit dan Unit teknis terkait di wilayah
kerja Rumah Sakit.

Pokja MFK RSUD Waled Page 20


BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Optimalisasi dalam pemanfaatan dan pemeliharaan system utility tidak bisa dipungkiri
merupakan salah satu pilar tegaknya diagnosis dan tindakan pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit. Oleh karena itu diperlukan suatu sistem pengendalian pemanfaatan dan
pemeliharaan system utility di Rumah Sakit yang berbasis mutu. Salah satu elemen pokok
dalam sistem tersebut adalah peningkatan kemampuan dan kompetensi baik bagi
operator/ instrumentator/ pengguna alat maupun teknisi system utility di Rumah Sakit.

Peralatan system utility yang berfungsi baik merupakan salah satu faktor penunjang yang
sangat penting dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan di sarana pelayanan
kesehatan termasuk di Rumah Sakit. Agar keadaan tersebut dapat tercapai, maka
dibutuhkan pengelolaan system utility yang baik dan terpadu, dimulai dari tahap
perencanaan, pengadaan, pendayagunaan dan pemeliharaan. Peralatan system utility
merupakan investasi Rumah Sakit yang cukup mahal, sehingga perlu dikelola dengan baik
dan dipertahankan tingkat kehandalannya dalam pelayanan. Pengelolaan system utility
yang baik di Rumah Sakit, memerlukan kebijakan pemerintah yang diawali dari
perencanaan, pengadaan sampai proses penghapusan. Semua pihak yang terkait, sudah
seharusnya memahami dan melaksanakan kebijakan sesuai dengan bidang tugas masing-
masing. Dengan adanya kebijakan dalam pengelolaan system utility, maka diharapkan :

1. Pelayanan kesehatan akan lebih meningkat


2. Sistem utility yang ada dapat mencapai usia teknis yang diharapkan
3. Sistem utility dapat terjamin kehandalannya dalam menunjang penegakan diagnosis
dan tindakan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit

Dalam rangka melaksanakan pengelolaan system utility di Rumah Sakit sebagai langkah
dalam pengendalian mutu sitem utility, maka ada langkah-langkah yang harus di tempuh
yaitu :

1. Manajemen Rumah Sakit, pejabat terkait, penanggung jawab/pengelola unit harus


mampu melakukan pengelolaan system utility yang baik dalam hal : Perencanaan
pengadaan dan penerimaan peralatan, Pengelolaan peralatan, Pengawasan dan
pembinaan, dan Penyediaan anggaran
2. Teknisi dalam hal ini tenaga Teknik Sistem Utility Rumah Sakit harus mampu untuk
melaksanakan : Pengelolaan peralatan dari aspek teknis, Perencanaan pemeliharaan

Pokja MFK RSUD Waled Page 21


system utility, Pelayanan teknis system utility, Perencanaan dan pengembangan
system utility.
3. Operator atau pengguna alat harus mampu untuk melaksanakan: Perencanaan
pengadaan system utility, Pengelolaan system utility dari aspek
operasional, Pelayanan dengan penggunaan system utility secara
optimal, Pemeliharaan harian system utility

Rumah Sakit sebagai pemberi pelayanan kesehatan rujukan, diharapkan dapat


menyediakan fasilitas kesehatan yang aman, fungsional dan suportif bagi pasien, keluarga
pasien, staf serta pengunjung Rumah Sakit lainnya. Dengan menerapkan manajemen
fasilitas dan resiko pelayanan kesehatan yang baik, maka diharapkan dapat mengurangi
dan mengendalikan bahaya dan resiko yang ditimbulkan akibat pelayanan dan alat
pendukung pelayanan, serta mencegah terjadinya kecelakan dan cidera. Insiden dan
kecelakaan yang mungkin terjadi di Rumah Sakit atau sarana pelayanan kesehatan adalah
sebagai berikut :

1. KNC = kejadian Nyaris Cidera


2. KDC = Kejadian Potensial Cidera
3. KTC = Kejadian Tidak Cidera
4. KTD = Kejadian Tidak Diharapkan
5. Sentinel = kejadian tidak diharapkan yang menyebabkan kematian atau cidera
serius

Sistem utility yang akan diadakan harus memenuhi standar atau ketentuan sebagaimana
yang dipersyaratkan secara teknis pada Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah
Sakit Kelas B yang diterbitkan oleh Pusat Sarana, Prasarana dan Peralatan Kesehatan
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2010.

Melihat betapa pentingnya dukungan system utility yang baik dalam menunjang
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, maka sudah sepatutnyalah Rumah Sakit mulai
berbenah diri dengan melakukan tahap perencanaan, pemantauan pengadaan,
penggunaan, pemeliharaan hingga tahap penghapusan yang baik dalam pengelolaan dan
pengendalian mutu system utility di Rumah Sakit , agar mutu pelayanan Rumah Sakit
menjadi lebih baik.

Dalam rangka upaya pengendalian mutu dari proses kegiatan pemeliharaan system utility,
maka perlu dilakukan pemeliharaan system utility secara berkala, kontinyu dan

Pokja MFK RSUD Waled Page 22


berkesinambungan. Selain itu juga diperlukan pengujian, dan pemantauan kinerja
terhadap system utility di Rumah Sakit agar system utility selalu dalam kondisi siap pakai.

Pokja MFK RSUD Waled Page 23


BAB IX
PENUTUP

Diharapkan dengan adanya Pedoman Pemeliharaan Sistem Utility ini, pelaksanaan


kegiatan pemeliharaan system utility yang selama ini sudah dijalankan, dapat ditingkatkan
menjadi lebih baik. Untuk SDM Rumah Sakit khususnya tenaga Teknik yang bertanggung
jawab terhadap kegiatan pemeliharaan system utility, diharapkan pedoman ini dapat
membantu dalam memahami dan mengatasi masalah-masalah yang ditemukan selama
melakukan kegiatan pemeliharaan system utility di Rumah Sakit Umum Daerah Waled
Kabupaten Cirebon. Selain itu dengan adanya pedoman ini diharapkan dapat melakukan
upaya-upaya antisipasi terhadap akibat-akibat yang ditimbulkan dalam proses
pelaksanaan kegiatan pemeliharaan system utility sehingga keselamatan dan keamanan
dapat terjaga, baik keselamatan dan keamanan terhadap alat, pasien, pengunjung,
pengguna, teknisi maupun terhadap lingkungan sekitar.

Tentu saja Pedoman Pemeliharaan Sistem Utility ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu diharapkan saran dan masukannya untuk dapat menyempurnakan Pedoman
Pemeliharaan Sistem Utility ini.

Cirebon, September 2016


Mengetahui Ketua Pokja MFK
Direktur RSUD Waled RSUD Waled Kab.Cirebon
Kab. Cirebon

dr. H. Boyke Sisprihattono, Sp.M Juju Hermanto, SKM, M.Si


Pembina Utama Muda Pembina
NIP. 19580324 198703 1 005 NIP. 19670816 198901 1 002

Pokja MFK RSUD Waled Page 24

Anda mungkin juga menyukai