PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah Sakit adalah suatu bangunan gedung atau sarana kesehatan yang telah
dilengkapi dengan berbagai sarana prasarana termasuk didalamnya system utility.
Kesemuanya ini memerlukan perhatian khusus dari segi keamanan, kesehatan,
keselamatan, kenyamanan dan kemudahan. Dimana berdasarkan UU No. 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit khususnya pasal 3 menyebutkan bahwa pengaturan
penyelenggaraan Rumah Sakit bertujuan :
Pedoman ini disusun sebagai panduan atau acuan teknis dalam rangka melakukan
perencanaan, pengadaan, pemasangan dan pemeliharaan serta perbaikan system
utility yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam suatu bangunan gedung
termasuk bangunan gedung Rumah Sakit.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Sebagai acuan dalam pengembangan dan perencanaan system utility di Rumah
Sakit Umum Daerah Waled Kab. Cirebon
2. Tujuan Khusus
a. Menjadi pedoman dalam pengembangan dan perencanaan system utility
RSUD Waled Kab. Cirebon.
b. Meningkatkan pengetahuan tentang tata cara pengembangan dan
perencanaan system utility di RSUD Waled Kab. Cirebon.
c. Menjadi acuan dan pedoman dalam rangka pemeliharaan system utility di
RSUD Waled Kab. Cirebon
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari pedoman ini yaitu tentang pemeliharaan prasarana Rumah Sakit
dalam hal ini yang berkaitan dengan system utility di Rumah Sakit, yaitu :
1. Sistem proteksi kebakaran
2. Sistem komunikasi dalam Rumah Sakit
3. Sistem penangkal petir
4. Sistem kelistrikan
5. Sistem penghawaan (ventilasi) dan pengkondisian udara (HVAC)
6. Sistem pencahayaan
7. Sistem fasilitas sanitasi
8. Sistem instalasi gas medis
9. Sistem pengendalian terhadap kebisingan dan getaran
10. Sistem hubungan transportasi horizontal dalam Rumah Sakit
11. Sistem hubungan transportasi vertical dalam Rumah Sakit
12. Sarana evakuasi
13. Aksesibilitas penyandang cacat
14. Sarana dan prasarana umum
D. Batasan Operasional
Batasan operasional dari pedoman system utility ini yaitu berkaitan dengan
persyaratan teknis dan pemeliharaan system utility yang ada di Rumah Sakit.
E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
2. Undang-Undang No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
3. Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
4. Undang-Undang N0. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 340 Tahun 2010 Tentang Klasifikasi Rumah
Sakit.
B. Distribusi Ketenagaan
Dukungan tenaga Non-kesehatan sebagai pelaku pelayanan penunjang kesehatan di
fasilitas pelayanan kesehatan khususnya di rumah sakit sangat penting. Oleh karena
itu pola ketenagaan dan pola distribusinya harus tertata dengan baik.
Sehubungan dengan belum tercantumnya jumlah angka untuk jenis tenaga penunjang
medis dan non-medis dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.340 Tahun 2010
tentang Klasifikasi Rumah Sakit, maka sebagai dasar dalam menentukan jumlah
tenaga penunjang medis dan non-medis pada rumah sakit kelas B yaitu dari hasil
kajian standar kebutuhan SDM Kesehatan di fasyankes yang disajikan dalam
Lokakarya Nasional tentang Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan
Tahun 2014.
Berdasarkan dari hasil kajian tentang standar kebutuhan SDM Kesehatan tahun 2014,
maka jumlah tenaga Teknik yang menangani system utility yang merupakan tenaga
penunjang yang bertanggung jawab terhadap kegiatan pemeliharaan untuk Rumah
Sakit Kelas B berjumlah 15 – 25 orang.
C. Pengaturan Jaga
Pelayanan kesehatan di rumah sakit dilakukan selama 24 jam, oleh karena itu
diperlukan pengaturan jaga dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemeliharaan dan
pamantauan system utility. Dalam rangka memaksimalkan pelayanan penunjang
khusunya dalam hal pemeliharaan system utility, maka petugas pelaksana kegiatan
pemeliharaan system utility dalam pelaksanaan kegiatannya di bagi menjadi 3 ship,
A. Denah Ruangan
Salah satu aspek yang sangat penting dalam rangka pelaksanaan program atau
kegiatan pemeliharaan system utility adalah aspek fasilitas kerja. Salah satu fasilitas
kerja yang dibutuhkan dalam rangka menunjang proses atau kegiatan pemeliharaan
system utility di rumah sakit adalah ruangan tempat bekerja. Ruangan tempat bekerja
ini setidaknya minimal memiliki workshop/bengkel, gudang dan ruang administrasi.
Berikut beberapa contoh denah ruangan tempat bekerja bagian pemeliharaan system
utility:
1. Persiapan Pengoperasian
Berbagai aspek yang harus dipenuhi dan disiapkan agar system utility siap
dapat berfungsi dengan baik adalah: peralatan yang tergolong dalam system
utility Rumah Sakit harus dikondisikan dalam keadaan siap pakai lengkap
dengan aksesoris yang diperlukan, terpelihara dengan baik, izin operasional
yang masih berlaku bagi peralatan yang memerlukan izin. Bahan operasional
tersedia dan cukup sesuai dengan kebutuhan pelayanan. Kemudian SDM siap,
baik dokter, operator maupun paramedik dll.
2. Pelaksanaan Pengoperasian
Pelaksanaan pengoperasian peralatan, secara teknis agar mengikuti urutan
yang baku untuk setiap alat, mulai alat dihidupkan sampai alat dimatikan
setelah selesai digunakan. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa tombola
atau saklar mana saja yang dioperasikan (ON) lebih dulu dan tombol/saklar
mana yang dioperasikan kemudian secara berurutan sampai pengoperasian
selesai. Demikian halnya pada waktu mematikan alat, maka tombol/saklar
yang terakhir dioperasikan (ON) harus lebih awal dimatikan (OFF) dan
seterusnya secara berurutan, sehingga tombol yang pertama dihidupkan
adalah merupakan yang terakhir dimatikan (OFF) pada waktu mematikan alat.
Pada waktu disimpan (dalam keadaan tidak operasional), setiap alat agar
ditutup dengan penutup debu sehingga peralatan terlihat selalu dalam
1. Kriteria Pemeliharaan
Dalam pelaksanaan pemeliharaan system utility, terdapat dua kriteria
pemeliharaan, yaitu :
a. Pemeliharaan Terencana
Pemeliharaan terencana adalah kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan
terhadap alat sesuai dengan jadwal yang telah disusun. Jadwal
pemeliharaan disusun dengan memperhatikan jenis peralatan, Jumlah
kualifikasi petugas sesuai dengan bidangnya dan pembiayaan yang
tersedia. Pemeliharaan terencana meliputi pemeliharaan
preventif/pencegahan dan pemeliharaan korektif/perbaikan.
1) Pemeliharaan Preventif
Pemeliharaan preventif atau pencegahan adalah kegiatan
pemeliharaan berupa perawatan dengan membersihkan alat yang
dilaksanakan setiap hari oleh operator dan kegiatan penyetelan ,
pelumasan serta penggantian bahan pemeliharaan yang dilaksanakan
oleh Teknisi system utility secara berkala.
2) Pemeliharaan Korektif
Pemeliharaan korektif adalah kegiatan pemeliharaan yang bersifat
perbaikan terhadapa peralatan yang mengalami kerusakan dengan
atau tanpa penggantian suku cadang. Pemeliharaan korektif
dimaksudkan untuk mengembalikan kondisi peralatan yang rusak ke
kondisi siap operasional dan siap pakai serta dapat difungsikan dengan
baik.
2. Aspek Pemeliharaan
Agar pemeliharaan system utility dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya,
maka unit kerja pemeliharaan peralatan rumah sakit dalam hal ini IPSRS, perlu
b. Fasilitas Kerja
Fasilitas kerja pemeliharaan guna menunjang terlaksananya pemeliharaan
system utility meliputi :
c. Dokumen Pemeliharaan
Dokumen pemeliharaan sangat penting dalam mencapai keberhasilan
pelaksanaan pemeliharaan. Dokumen pemeliharaan terdiri dari dokumen
teknis dan data atau laporan hasil kegiatan pemeliharaan.
Data atau hasil pemeliharaan yaitu dokumen yang berisi data yang
berhubungan dengan kegiatan pemeliharaan peralatan, pada umumnya
merupakan kumpulan atau kronologis hasil pemeliharaan setiap alat,
meliputi :
a) Data Statis
- Nama Rumah Sakit
- Nama instansi pelayanan tempat alat tersebut digunakan
- Nama alat sesuai fungsinya
- Merk alat, type/model
- Nomor seri
- Tahun pengadaan
- Nilai pengadaan
- Nomor inventaris
Data tersebut di atas dibuat pada saat alat mulai dimasukan pada
daftar inventaris di rumah sakit.
a) Data Statis
- Nama Rumah Sakit
- Nama instansi pelayanan tempat alat tersebut digunakan
- Nomor insventaris
- Nama alat sesuai fungsinya
- Merk alat, type/model
- Nomor seri
- Sumber pengadaan
- Tahun pengadaan/pemasangan
- Supplier/agen
- Periode pemeliharaan
b) Data Dinamis
- Keluhan yang berupa gejala dan kondisi yang terjadi sebelum
dilakukan pemeliharaan.
- Uraian kegiatan dan hasilnya, untuk setiap kegiatan
pemeliharaan yang dilakukan pada alat yang bersangkutan.
- Nama teknisi pelaksana kegiatan dan nama perusahaan pihak III
yang melakukan pemeliharaan.
- Tanggal dimulai dan tanggal selesainya kegiatan pemeliharaan
- Biaya yang dikeluarkan/dibutuhkan
d. Pelaksanaan Pemeliharaan
Berdasarkan berbagai aspek yang meliputi volume pekerjaan, kemampuan
teknisi, tingkat teknologi peralatan, fasilitas kerja dan prosedur
pembiayaan, maka pelaksanaan pemeliharaan system utility di rumah sakit
dapat dilakukan oleh teknisi rumah sakit setempat atau melalui pihak III.
Untuk terlaksananya kegiatan pemeliharaan system utility dengan baik, maka kebutuhan
logistik yang berkaitan dengan proses kegiatan pemeliharaan system utility sangat
penting adanya. Dalam pelaksanaan kegiatan pemeliharaan system utility, ada beberapa
logistik yang perlu disiapkan dan terbagi dalam dua kriteria logistic, yaitu :
1. Dokumen teknis alat yaitu berupa brosure, instalasi manual, instalasi report,
operating manual, sevice manual, scematic diagram, part list, recommended part,
prosedur pengoperasian dan prosedur pemeliharaan.
2. Data atau hasil pemeliharaan yaitu dokumen yang berisi data yang berhubungan
dengan kegiatan pemeliharaan system utility. Pada umumnya merupakan
kumpulan hasil pemeliharaan setiap alat medis yang meliputi :
Langkah yang perlu dilakukan untuk menjamin keselamatan pasien dari penggunaan
system utility di rumah sakit adalah terjaminnya system utility yang selalu dalam kondisi
siap pakai. Untuk memenuhi itu semua maka diperlukan tindakan khusus dari mulai
perencanaan, pengadaan, pemeliharaan, pengoperasian serta cara penyimpanan system
utility setelah digunakan dalam pelayanan.
Untuk menjamin system utility tetap dalam kondisi siap pakai, maka pada system utility
perlu dilakukan pemeliharaan secara berkala dan berkesinambungan. Selain itu dalam
pengoperasiannya diperlukan langkah-langkah yang tepat dan cermat yang dituangkan
dalam suatu Standar Prosedur Operasional (SPO) untuk setiap alat dalam system utility,
sehingga dalam penggunaannya tidak terjadi kesalahan yang mengakibatkan timbulnya
resiko negative, baik terhadap pasien, pengguna maupun lingkungan sekitar.
Dalam proses kegiatan pemeliharaan system utility, yang merupakan suatu kegiatan yang
sangat penting yang wajib dilakukan dalam upaya meningkatkan pelayanan di rumah sakit
dan untuk menjamin keselamatan pasien, maka perlu didukung dengan tersediannya
berbagai aspek, diantaranya yaitu :
1. Sumber Daya Manusia , dalam hal ini teknisi yang terlatih yang memenuhi standar
kualifikasi baik dari segi standar kualitas maupun standar kuantitas.
2. Peralatan kerja yang lengkap, sehingga dalam proses kegiatannya aspek ini tidak
menjadi aspek yang menghambat dalam pelaksanaan kegiatan pemeliharaan.
3. Dokumen teknis penyerta yang lengkap selain berfungsi sebagai referensi dalam
penyelesaian masalah dalam pelaksanaan kegiatan pemeliharaan, juga berguna untuk
menunjang proses pelaporan dan evaluasi.
4. Ketersediannya suku cadang sesuai dengan kebutuhan alat yang ada, sehingga dalam
proses pemeliharaan yang bersifat korektif dapat dilakukan dan diselesaikan dengan
cepat dan tepat.
Dengan terpenuhinya aspek-aspek seperti di atas, maka resiko keselamatan pasien akibat
dari penggunaan system utility, baik dari sisi pengoperasian maupun dari sisi
pemeliharaan dapat ditekan seminimal mungkin.
Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik
tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan
teknologi dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu
meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar
terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Selain dituntut mampu memberikan
pelayanan dan pengobatan yang bermutu, Rumah Sakit Juga dituntut harus
melaksanakan dan mengembangkan program keselamatan kerja.
Berdasarkan Undang-Undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, maka Rumah Sakit
harus menjamin kesehatan dan keselamatan baik terhadap pasien, penyedia layanan atau
pekerja maupun masyarakat sekitar dari berbagai potensi bahaya di Rumah Sakit. Oleh
karena itu Rumah Sakit dituntut untuk melaksanakan upaya keselamatan kerja yang
dilaksanakan secara terintegrasi dan menyeluruh sehingga resiko terjadinya Penyakit
Akibar Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) di Rumah Sakit dapat dihindari.
Pada prinsipnya pelayanan keselamatan kerja berkaitan erat dengan sarana, prasarana
dan peralatan kerja. Bentuk pelayanan keselamatan kerja yang harus dilakukan oleh
Rumah Sakit adalah :
Optimalisasi dalam pemanfaatan dan pemeliharaan system utility tidak bisa dipungkiri
merupakan salah satu pilar tegaknya diagnosis dan tindakan pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit. Oleh karena itu diperlukan suatu sistem pengendalian pemanfaatan dan
pemeliharaan system utility di Rumah Sakit yang berbasis mutu. Salah satu elemen pokok
dalam sistem tersebut adalah peningkatan kemampuan dan kompetensi baik bagi
operator/ instrumentator/ pengguna alat maupun teknisi system utility di Rumah Sakit.
Peralatan system utility yang berfungsi baik merupakan salah satu faktor penunjang yang
sangat penting dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan di sarana pelayanan
kesehatan termasuk di Rumah Sakit. Agar keadaan tersebut dapat tercapai, maka
dibutuhkan pengelolaan system utility yang baik dan terpadu, dimulai dari tahap
perencanaan, pengadaan, pendayagunaan dan pemeliharaan. Peralatan system utility
merupakan investasi Rumah Sakit yang cukup mahal, sehingga perlu dikelola dengan baik
dan dipertahankan tingkat kehandalannya dalam pelayanan. Pengelolaan system utility
yang baik di Rumah Sakit, memerlukan kebijakan pemerintah yang diawali dari
perencanaan, pengadaan sampai proses penghapusan. Semua pihak yang terkait, sudah
seharusnya memahami dan melaksanakan kebijakan sesuai dengan bidang tugas masing-
masing. Dengan adanya kebijakan dalam pengelolaan system utility, maka diharapkan :
Dalam rangka melaksanakan pengelolaan system utility di Rumah Sakit sebagai langkah
dalam pengendalian mutu sitem utility, maka ada langkah-langkah yang harus di tempuh
yaitu :
Sistem utility yang akan diadakan harus memenuhi standar atau ketentuan sebagaimana
yang dipersyaratkan secara teknis pada Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah
Sakit Kelas B yang diterbitkan oleh Pusat Sarana, Prasarana dan Peralatan Kesehatan
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2010.
Melihat betapa pentingnya dukungan system utility yang baik dalam menunjang
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, maka sudah sepatutnyalah Rumah Sakit mulai
berbenah diri dengan melakukan tahap perencanaan, pemantauan pengadaan,
penggunaan, pemeliharaan hingga tahap penghapusan yang baik dalam pengelolaan dan
pengendalian mutu system utility di Rumah Sakit , agar mutu pelayanan Rumah Sakit
menjadi lebih baik.
Dalam rangka upaya pengendalian mutu dari proses kegiatan pemeliharaan system utility,
maka perlu dilakukan pemeliharaan system utility secara berkala, kontinyu dan
Tentu saja Pedoman Pemeliharaan Sistem Utility ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu diharapkan saran dan masukannya untuk dapat menyempurnakan Pedoman
Pemeliharaan Sistem Utility ini.