Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FIBROADENOMA MAMMAE (FAM)


DI RUANG …. RS….

A. KONSEP DASAR FAM


1. Definisi
Fibroadenoma mammae atau FAM adalah jenis tumor jinak (non-kanker) yang
tumbuh di dalam payudara dan ditandai dengan munculnya benjolan pada payudara.
Benjolan ini berasal dari kelenjar susu dan jaringan ikat di sekitarnya.
Fibroadenoma mammae (FAM) adalah tumor jikank yang sering terjadi di
payudara, umumnya didiagnosa pada Wanita muda dan jarang ditemukan setelah
menopause. FAM merupakan tumor jinak payudara yang paling sering terjadi pada
Wanita usia kurang dari 25 tahun (Nelson 2010)
Fibroadenoma mammae adalah tumor jinak payudara yang keras, bulat dan dapat
digerakkan yang biasanya mengenai wanita pada akhir usia belasan atau akhir tiga
puluan. Massa ini tidak menimbulkan nyeri tekan dan kadang diangkat untuk
mengetahui kepastian diagnostiknya (Smeltzer, 2013)

2. Etiologi
Sampai saat ini penyebab FAM masih belum diketahui secara pasti,namun
berdasarkan hasil penelitian ada beberapa faktor risiko yangmempengaruhi timbulnya
tumor ini antara lain:
1. Umur
Umur merupakan faktor penting yang menentukan insiden atauf rekuensi
terjadinya FAM. Fibroadenoma biasanya terjadi pada Wanita usia muda < 30
tahun terutama terjadi pada wanita dengan usia antara15-25 tahun. Rata-rata
umur pasien yang menderita fibroadenoma adalah 23 tahun dengan rentang
usia 14-49 tahun.
2. Riwayat Perkawinan
Riwayat perkawinan dihubungkan dengan status perkawinan dan usia
perkawinan, paritas dan riwayat menyusui anak. Menikah < 21
tahunmeningkatkan risiko kejadian. Artinya penderita FAM
kemungkinan2,84 kali adalah wanita yang menikah pada usia < 21 tahun.
3. Penggunaan Hormon
Diperkirakan bahwa fibroadenoma mammae terjadi karena kepekaanterhadap
peningkatan hormon estrogen. Penggunaan kontrasepsi yangkomponen
utamanya adalah estrogen merupakan faktor risiko yang meningkatkan
kejadian FAM.
4. Obesitas
Berat badan yang berlebihan (obesitas) dan IMT yang lebihdari normal
merupakan faktor risiko terjadinya FAM.
5. Riwayat Keluarga
Tidak ada faktor genetik diketahui mempengaruhi risiko fibroadenoma.
Namun, riwayat keluarga kanker payudara pada keluarga tingkat pertama
dilaporkan oleh beberapa peneliti berhubungan dengan peningkatan risiko
tumor ini. Dari beberapa penelitian menunjukkan adanya risiko menderita
FAM pada Wanita yang ibu dan saudara perempuan mengalami penyakit
payudara. Dilaporkan 27 % dari penderita FAM memiliki riwayat keluarga
menderita penyakit pada payudara.
6. Stress
Stress berat dapat meningkatkan produksi hormon endogen estrogen yang
juga akan meningkatkan insiden FAM. Berdasarkan penelitian orang yang
mengalami stress memiliki risiko lebih tinggi menderita FAM artinya orang
yang mengalami stress memiliki risiko 1,43 kali menderita FAM
dibandingkan dengan orang yang tidak stress.
7. Faktor Lingkungan
Tinggal di dekat pabrik yang memproduksi Polycyclic aromatic
hydrocarbons (PAHs) juga dapat menjadi faktor risiko terjadinyaFAM.
PAHs adalah salah satu pencemar organik yang paling luas. PAHs dibentuk
oleh pembakaran tidak sempurna dari karbon yang mengandung bahan bakar
seperti kayu, batu bara, diesel, lemak, tembakau, dan dupa. Banyak senyawa-
senyawa aromatik, termasuk PAHs, yang bersifat karsinogenik. Hal ini
berdasarkan sifatnya yang hidrofobik (tidak suka akan air), dan tidak
memiliki gugus metil atau gugus reaktif lainnya untuk dapat diubah menjadi
senyawa yang lebih polar. Akibatnya senyawa PAHs sangat sulit diekskresi
dari dalam tubuh dan biasanya terakumulasi pada jaringan hati, ginjal,
maupun adiposa atau lemak tubuh. Dengan struktur molekul yang
menyerupai basa nukleat (adenosin, timin, guanin, dan sitosin), molekul
PAHs dapat dengan mudah menyisipkan diri pada untaian DNA. Akibatnya
fungsi DNA akan terganggu dan apabila kerusakan ini tidak dapatdiperbaiki
dalam sel, maka akan menimbulkan penyakit kanker

3. Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang sering terjadi pada fibroadenoma mammae adalah adanya
bagian yang menonjol pada permukaan payudara, benjolan memiliki batas yang tegas
dengan konsistensi padat dan kenyal. Ukuran diameter benjolan yang sering terjadi
sekitar 1-4 cm, namun kadang dapat tumbuh dan berkembang dengan cepat dengan
ukuran benjolan berdiameter lebih dari 5 cm.
Benjolan yang tumbuh dapat diraba dan digerakkan dengan bebas. Umumnya
fibroadenoma tidak menimbulkan rasa nyeri atau tidak sakit. Perubahan fibroadenoma
menjadi ganas dalam komponen epitel fibroadenoma umumnya dianggap langka.
Fibroadenoma secara signifikan tidak meningkatkan risiko berkembang menjadi
kanker payudara.

4. Klasifikasi
Berdasarkan tipe benjolannya, FAM terbagi menjadi beberapa jenis yaitu:
1. Simple Fibroadenoma
Simple fibroadenoma atau benjolan sederhana merupakan jenis yang paling umum
terjadi, terutama pada wanita usia muda. Ukuran jaringan ini tidak akan bertambah
besar dan akan selalu sama.
2. Complex Fibroadenoma
Complex fibroadenoma biasanya membutuhkan tes diagnosis khusus untuk
memastikan penyebabnya. Jenis benjolan ini mudah membesar dan mengalami
perubahan, seperti pertumbuhan sel-sel (hiperplasia) yang begitu cepat. Complex
fibroadenoma sering terjadi pada wanita lanjut usia.
3. Juvenile Fibroadenoma
Juvenile fibroadenoma cenderung terjadi pada perempuan remaja dengan rentang
usia 10-18 tahun. Tipe benjolan ini dapat membesar, namun umumnya akan
mengecil dan hilang seiring berjalannya waktu.
4. Giant Fibroadenoma
Ukuran benjolan pada giant fibroadenoma dapat membesar hingga 5 cm. Itulah
mengapa dibutuhkan prosedur operasi pengangkatan benjolan untuk menangani
kondisi ini.

5. Penatalaksanaan medis
a. Insisi permukaan, dilakukan pada tumor dengan ukuran lebih besar dari 5 cm.
b. Insisi tumor dengan anastesi lokal ataupun umum. ini dilakukan untuk tumor
yang berukuran < 5 cm. selanjutnya spesimen operasi periksa potologis. Bila
penderitanya muda dengan lesi kecil, diagnosa dapat dibuatdengan aspurasi jarum
halus bila penderita tidak menginginkan biopsy dengan eksisi.
c. Fibroadenoma yang lebih dari 3 cm harus di angkat karena dapat menyebabkan
nyeri dan tumbuh terus
6. Pemeriksaan penunjang
1. Fine Needle Aspiration Biopsi (FNAB)
Prosedur pemeriksaan ini dengan cara menyuntikkan jarum berukuran22 – 25
gauge melewati kulit atau secara percutaneous untuk mengambil contoh
cairan dari kista payudara atau mengambil sekelompok sel dari massa yang
solid pada payudara. Setelah dilakukan FNAB, material sel yang diambil dari
payudara akan diperiksa di bawah mikroskop yang sebelumnya terlebih
dahulu dilakukan pengecatan sampel.
2. Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan ini dapat dilakukan baik dengan menggunakan jarum yang
sangat halus maupun dengan jarum yang cukup besar untuk mengambil
jaringan. Kemudian jaringan yang diperoleh menggunakan metode insisi
maupun eksisi dilakukan pewarnaan dengan Hematoxylindan Eosin. Metode
biopsi eksisi maupun insisi ini merupakan pengambilan jaringan yang
dicurigai patologis disertai pengambilansebagian jaringan normal sebagai
pembandingnya.
Tingkat keakuratan diagnosis metode ini hampir 100% karena pengambilan
sampel jaringan cukup banyak dan kemungkinan kesalahan diagnosis sangat
kecil. Tetapi metode ini memiliki kekurangan seperti harus melibatkan tenaga
ahli anastesi, mahal, membutuhkan waktu pemulihan yang lebih lama karena
harus di insisi, menimbulkan bekas berupa jaringan parut yang nantinya akan
mengganggu gambaran mammografi, serta dapat terjadi komplikasi berupa
perdarahan dan infeksi.
3. Mammografi dan Ultrasonografi
Mammografi dan ultrasonografi berperan dalam membantu diagnosis lesi
payudara yang padat palpable maupun impalpable serta bermanfaat untuk
membedakan tumor solid, kistik dan ganas

7. Patofisiologi
Fibroadenoma merupakan tumor jinak payudara yang sering ditemukan
pada masa reproduksi yang disebabkan oleh beberapa kemungkinan yaitu akibat
sensitivitas jaringan setempat yang berlebihan terhadap hormon estrogen
sehingga kelainan ini sering digolongkan dalam mamary displasia. Fibroadenoma
biasanya ditemukan pada kuadran luaratas, merupakan lobus yang berbatas jelas,
mudah digerakkan dari jaringandi sekitarnya.
Fibroadenoma mammae biasanya tidak menimbulkan gejala dan
ditemukan secara kebetulan. Fibroadenoma biasanya ditemukan sebagai benjolan
tunggal, tetapi sekitar 10%-15% wanita yang menderita fibroadenoma memiliki
beberapa benjolan pada kedua payudara.
Penyebab munculnya beberapa fibroadenoma pada payudara belum
diketahui secara jelas dan pasti. Hubungan antara munculnya beberapa
fibroadenoma dengan penggunaan kontrasepsi oral belum dapat dilaporkan
dengan pasti. Selain itu adanya kemungkinan patogenesis yang berhubungan
dengan hipersensitivitas jaringan payudara lokal terhadap estrogen, faktor
makanan dan faktor riwayat keluarga atau keturunan. Kemungkinan lain adalah
bahwa tingkat fisiologi estrogen penderita tidakmeningkat tetapi sebaliknya
jumlah reseptor estrogen meningkat. Peningkatan kepekaan terhadap estrogen
dapat menyebabkan hyperplasia kelenjar susu dan akan berkembang menjadi
karsinoma.
Fibroadenoma sensitif terhadap perubahan hormon. Fibroadenoma
bervariasi selama siklus menstruasi, kadang dapat terlihat menonjol, dandapat
membesar selama masa kehamilan dan menyusui. Akan tetapi tidak menggangu
kemampuan seorang wanita untuk menyusui. Diperkirakan bahwa sepertiga dari
kasus fibroadenoma jika dibiarkan ukurannya akan berkurang bahkan hilang
sepenuhnya. Namun yang paling sering terjadi, jika dibiarkan ukuran
fibroadenoma akan tetap. Tumor ini biasanya bersifat kenyal dan berbatas tegas
dan tidak sulit untuk diraba. Apabila benjolan didorong atau diraba akan terasa
seperti bergerak-gerak sehingga beberapaorang menyebut fibroadenoma sebagai
“breast mouse”. Biasanya fibroadenoma tidak terasa sakit, namun kadang kala
akan menimbulkan rasa tidak nyaman dan sangat sensitif apabila disentuh.
8. Pathway
B. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan
klien, baik fisik, mental dan lingkungan. (Dermawan, 2012)

1. Identitas
a. Identitas Klien
Identitas klien dapat berupa nama, umur, pendidikan, pekerjaan, agama, suku
bangsa, status perkawinan, tanggal dan jam MRS, nomor register, tanggal
pengkajian, diagnosa medis.
b. Identitas Penanggungjawab
Identitas penanggungjawab dapat meliputi nama, umur, pekerjaan, alamat, dan
hubungan dengan klien.

2. Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan klien pada saat pengkajian untuk menentukan priortas
intervensi keperawatan, keluhan utamanya yakni ada benjolan pada payudara, serta
beberapa keluhan lain, dan sejak kapan

3. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya benjolan yang
menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras, bengkak
dan nyeri
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya riwayat ca mammae sebelumnya atau ada kelainan pada mammae,
kebiasaan makan tinggi lemak, pernah mengalami sakit pada bagian dada
sehingga pernah mendapatkan penyinaran pada bagian dada, ataupun mengidap
penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker serviks
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya riwayat ca mammae sebelumnya atau ada kelainan padamammae,
kebiasaan makan tinggi lemak, pernah mengalami sakit pada bagian dada
sehingga pernah mendapatkan penyinaran pada bagian dada,ataupun mengidap
penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium ataukanker serviks
4. Pola Pola Fungsi Kesehatan
1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya klien tidak langsung memeriksakan benjolan yang terasa pada
payudaranya ke rumah sakit karena menganggap itu hanya benjolan biasa
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Kebiasaan diet buruk, biasanya klien akan mengalami anoreksia,muntah dan
terjadi penurunan berat badan, klien juga ada riwayatmengkonsumsi makanan
mengandung MSG
3. Pola eliminasi
Biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, klien akan mengalamimelena, nyeri
saat defekasi, distensi abdomen dan konstipasi
4. Pola tidur dan istirahat
Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri.
5. Pola aktivitas
Biasanya klien melakukan aktivitas sehari hari seperti biasanya
6. Pola hubungan dan peran
Biasanya pada sebagian besar klien akan mengalami gangguan dalam
melakukan perannya dalam berinteraksi sosial
7. Pola persepsi dan konsep diri
Payudara merupakan alat vital bagi wanita. Kelainan atau kehilangan akibat
operasi akan membuat klien tidak percaya diri, malu, dan kehilangan haknya
sebagai wanita normal
8. Pola sensori dan kognitif
Biasanya klien akan mengalami pusing pasca bedah sehinggakemungkinan ada
komplikasi pada kognitif, sensorik maupunmotorik.
9. Pola reproduksi seksual
Biasanya aka nada gangguan seksualitas klien dan perubahan pada tingkat
kepuasan
10. Pola penanggulangan stress
Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan, dan keputusasaan.
11. Pola tata nilai dan kepercayaan
Diperlukan pendekatan agama supaya klien menerima kondisinya dengan baik

5. Pengkajian fisik
Pemeriksaan fisik pada klien fibroadenoma mammae
a. Keadaan umum,
Kesadaran klien biasanya composmentis
b. Tanda tanda vital
Tekanan darah, suhu tubuh, denyut nadi, pernapasan klien
c. Integumen
Warna kulit, terdapat lesi atau tidak, terdapat edema atau tidak
d. Kepala
Bentuk kepala simetris atau tidak, terdapat benjolan atau tidak, terdapat nyeri
tekan atau tidak
e. Muka
Bentuk muka simetris atau tidak, terdapat edema atau tidak
f. Mata
Konjungtiva anemis, sklera putih, biasanya tidak ada kelainan reflek cahaya
g. Telinga
normalnya bentuk dan posisi simetris. Tidak ada tanda-tandainfeksi dan tidak
ada gangguan fungsi pendengaran
h. Hidung
bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri tekan, tidak ada sekret
i. Mulut
mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa, tidak ada karies gigi
j. Leher
Terdapat kelainan kelenjar limfe atau tidak, terdapat pembesaran kelenjar
tiroid atau tidak
k. Thorax
Terdapat benjolan di payudara, terdapat tanda tanda peradangan atau tidak,
l. Jantung
Terdapat suara tambahan atau tidak,
m. Abdomen
Ada benjolan atau tidak, ada nyeri tekan atau tidak
n. Inguinal-genetalia-anus
Tidak terdapat hernia, tidak ada pembesaran kelenjar limfe
o. Ekstremitas
Tidak terdapat edema, tidak ada nyeri tekan

6. Pemeriksaan penunjang
1. Fine Needle Aspiration Biopsi (FNAB)
Prosedur pemeriksaan ini dengan cara menyuntikkan jarum berukuran22 – 25
gauge melewati kulit atau secara percutaneous untuk mengambil contoh cairan
dari kista payudara atau mengambil sekelompok sel dari massa yang solid pada
payudara. Setelah dilakukan FNAB, material sel yang diambil dari payudara
akan diperiksa di bawah mikroskop yang sebelumnya terlebih dahulu
dilakukan pengecatan sampel.
2. Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan ini dapat dilakukan baik dengan menggunakan jarum yang sangat
halus maupun dengan jarum yang cukup besar untuk mengambil jaringan.
Kemudian jaringan yang diperoleh menggunakan metode insisi maupun eksisi
dilakukan pewarnaan dengan Hematoxylindan Eosin. Metode biopsi eksisi
maupun insisi ini merupakan pengambilan jaringan yang dicurigai patologis
disertai pengambilansebagian jaringan normal sebagai pembandingnya.
Tetapi metode ini memiliki kekurangan seperti harus melibatkan tenaga ahli
anastesi, mahal, membutuhkan waktu pemulihan yang lebih lama karena harus
di insisi, menimbulkan bekas berupa jaringan parut yang nantinya akan
mengganggu gambaran mammografi, serta dapat terjadi komplikasi berupa
perdarahan dan infeksi.
3. Mammografi dan Ultrasonografi
Mammografi dan ultrasonografi berperan dalam membantu diagnosis lesi
payudara yang padat palpable maupun impalpable serta bermanfaat untuk
membedakan tumor solid, kistik dan ganas

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respons klien terhadap
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya. Diagnosis keperawatan
bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga, dan komunitas
terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul yaitu:
1) Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (prosedur operasi) d.d klien mengeluh nyeri,
tampak meringis, bersikap protektif (D. 0077)
2) Defisit pengetahuan b.d keterbatasan kognitif, interpretasi terhadapinformasi yang
salah, kurangnya keinginan untuk mencari informasi,tidak mengetahui sumber-
sumber informasi. (D.0111)
3) Resiko infeksi b.d prosedur invasive (D. 0142)

C. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan segala treatment yang dilakukan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Menurut SIKI DPP PPNI (2016), intervensi atau tindakan yang akan
dilakukan yaitu :
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (prosedur operasi) d.d klien mengeluh nyeri,
tampak meringis, bersikap protektif (D. 0077)
Tujuan: setelah diberikan intervensi keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil (L.08066)
1) Nyeri berkurang
2) Klien terlihat tenang
3) Skala nyeri 0-1 (0-10)
4) TTV dalam batas normal

Manajemen Nyeri (I. 08238)


Observasi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Idenfitikasi respon nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
1. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
2. Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2. Defisit pengetahuan b.d keterbatasan kognitif, interpretasi terhadapinformasi yang


salah, kurangnya keinginan untuk mencari informasi,tidak mengetahui sumber-
sumber informasi. (D.0111)
Tujuan: setelah diberikan intervensi keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
tingkat pengetahuan meningkat dengan kriteria hasil (L.12111)
1) Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik meningkat
2) Kemampuan menggambarkan pengalaman sebelumnya yang sesuai dengan
topik meningkat
3) Perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat
4) Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi menurun
5) Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun

Edukasi Kesehatan (I. 12383)


Observasi
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih dan sehat

Terapeutik
1. Sediakan materi dan media Pendidikan Kesehatan
2. Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai kesepakatan
3. Berikan kesempatan untuk bertanya

Edukasi
1. Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi Kesehatan
2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
3. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih
dan sehat

3. Resiko infeksi b.d prosedur invasive (D. 0142)


Tujuan: setelah diberikan intervensi keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
tingkat infeksi menurun dengan kriteria hasil (L.14137)
1. Demam menurun
2. Kemerahan menurun
3. Nyeri menurun
4. Bengkak menurun
5. Kadar sel darah putih membaik

Pencegahan Infeksi (I. 14539)


Observasi
1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Terapeutik
1. Batasi jumlah pengunjung
2. Berikan perawatan kulit pada area edema
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
4. Pertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko tinggi
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu

D. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan
yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994,
dalam Potter & Perry, 2011).

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan
keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu masalah.
(Meirisa, 2013). Evaluasi dilakukan dengan cara membandingkan hasil akhir yang
teramati dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat dalam rencana keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI

NANDA. (2018).buku diagnosa keperawatan definisi dan klasifikasi 2018-2020. Jakarta: EGC

Nurarif & Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC NOC. Yogyakarta. Medication

Anda mungkin juga menyukai