Anda di halaman 1dari 2

Nama : Wina Nur'aeni

NIM : 1203050178
Jurusan : Ilmu Hukum
Semester : 6D
Mata Kuliah : Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual
CONTOH SENGKETA SENGKETA DESAIN INDUSTRI

Majelis Hakim Pengadilan Negeri Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada
Selasa (8/9) mengabulkan gugatan pembatalan pendaftaran desain industri dan ganti rugi yang
diajukan PT Ayam Geprek Benny Sujono kepada Ruben Samuel Onsu. Dalam putusannya,
majelis hakim telah menetapkan desain industri pada kotak kemasan Geprek Bensu adalah milik
pengusaha kuliner Benny Sujono. Dalam perkara ini, diketahui desain industri kotak kemasan
yang dimiliki oleh Ruben Onsu menyerupai desain industri kotak kemasan milik Benny Sujono.
Desain industri kemasan milik PT Ayam Geprek Benny Sujono telah terdaftar dalam dalam
Daftar Umum Merek pada Direktur Merek dengan Nomor IDM000643531 tertanggal 24 Mei
2019 untuk melindungi produk dalam kelas 43. Atas hal tersebut, majelis hakim memutuskan
untuk membatalkan Hak atas Desain Industri Kotak Kemasan Makanan atas nama Ruben Samuel
Onsu dengan nomor pendaftaran IDD000049596 tanggal 20 Juli 2018.

Tanggapan akan kasus ini adalah diketahui bahwa ternyata direktur merek telah membuat
culpae dalam pemberian hak desain industri kepada masyarakat. Karena pada dasarnya, produk
desain yang mengandung unsur kesamaan dengan desain lain yang telah terdaftar lebih dahulu
tidak dapat diterbitkan. Berdasarkan Pasal 4 UU Nomor 21 Tahun 2000, Hak Desain Industri
tidak dapat diberikan apabila Desain Industritersebut bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, ketertiban umum, agama, atau kesusilaan.

Atas dasar ini, Geprek milik Ruben Samuel Onsu tidak memenuhi unsur dari Pasal 4.
Namun, karena dalam kasus ini Geprek Benny Sujono mendaftarkan hak desain terlebih dahulu,
maka hak Desain Ruben Samuel Onsu dibatalkan sesuai dengan ketentuan pada Pasal 12 "Pihak
yang untuk pertama kali mengajukan Permohonan dianggap sebagai pemegang Hak Desain
Industri, kecuali jika terbukti sebaliknya."
Untuk itu, pembaharuan yang terdapat dalam RUU Desain Industri yang baru dirasa
sangatlah tepat, dimana Tidak semua desain industri dapat diberikan perlindungan atau hak
desain industri, hal ini sebagaimana dijelaskan dalam ketentuan dalam Pasal 25 Ayat (1)
Persetujuan TRIPs-WTO yang menyatakan: “Members shall provide for the protection of
independently created industrial designs that are new or original. Members may provide that
designs are not new or original if they do notsignificantly differ from known designs or
combinations of known design features. Members may provide that suchprotection shall not
extend to designs dictated essentially by technical or functional considerations.”

Dengan demikian desain industri tidak dapat diberikan hak desain industri apabila desain
industri tersebut tidak memiliki “kebaruan”, tidak orisinil. Sehingga, diharapkan kedepannya
tidak terjadi lagi kasus-kasus pelanggaran hak desain industri seperti ini

Anda mungkin juga menyukai