Rapat : Rapat/Konsultasi Publik Tahap II Penyusunan KLHS RTRW
Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2022-2042 Hari/Tanggal : Selasa/ 27 September 2022 Waktu : 08.30 Wib s/d selesai Rapat dibuka Oleh : Bapak Sekretaris Daerah Kabupaten Rejang Lebong Acara : 1. Pembukaan 2. Pemaparan Materi 3. Pembahasan/Tanya Jawab 4. Penilaian Mandiri 5. Penutup
Peserta Rapat : 1. Anggota Tim Pokja Penyusunan KLHS
2. Stakeholder dari tokoh masyarakat, pemerhati lingkungan, dan Lembaga Non Goverment.
1. Kata Pembukaan : Rapat dibuka Oleh Bapak Sekretaris Daerah Kabupaten
Rejang Lebong 2. Pemimpin Rapat : Rapat dipimpin oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Rejang Lebong 3. Pembahasan : Pembahasan rapat didampingi oleh tenaga Rapat Ahli/Narasumber Kegiatan Penyusunan KLHS RTRW 4. Peraturan : 1. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelenggaraan KLHS; 3. Peraturen Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 69 Tahun 2017 tentang Tata Cara Penyelenggaraan KLHS; 4. Permen Agraria Nomor 5 Tahun 2022 tentang Tata Cara Pengintegrasian Kegiatan Kajian Lingkungan Hidup Strategis dalam Penyusunan Rencan Tata Ruang Wilayah.
I. Pembahas / Narasumber Yaitu
1. Prof Dr. Ir. Atra Romeida, MSi Rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif, untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilaya dan/atau KRP. Untuk saat ini penulisan KLHS RTRW melakukan perombakan hingga 80% dikarenakan menyesuaikan dengan peraturan terbaru. Sehingga untuk dokumen yang sekarang terdiri dari 4 BAB saja, dan hal inin tentu saja menyebabkan perubahan total dimana penulisan sebelumnya terdiri dari 7 BAB. Uraian Tanggapan I. Amin Jaya, ST (Kabid Tata Ruang PU) Prof.Dr. Ir. Atra Romeida, MSi 1. Terkait pembangunan jalan tol, Dinas 1. Untuk isu prioritas KLHS PUPR tidak dapat berbuat banyak karena harus masuk pada dokumen hal tersebut merupakan proyek strategis RTRW Bab I Dokumen RTRW Nasional, sehingga nantinya Dari Dinas begitu juga sebaliknya. Isu PUPRPKP akan merujuk pada program strategis dan prioritas RTRW Nasional tersebut saja. juga akan dimasukan dalam 2. Untuk Data Shp LP2B saat ini ada di PU Bab I dokumen KLHS. filenya, sehingga dapat digunakan untuk 2. Analisis dilakukan dengan melakukan analisis. menggunakan data spasial 3. Jika dari hasil Kajian Lingkungan sehingga data-data dalam terlihat banyak program yang bentuk shapefile sangat mengakibatkan kerusakan lingkungan perlukan guna membantu maka akan dilakukan perbaikan kajian yang dilakukan. dokumen RTRW ataupun akan dilakukan 3. Ya benar ada beberap yang pembangunan dengan tehnologi tinggi. memang berdampak pada lingkungan hal ini masih bias tetap dilaksanakan hanya saja dengan menggunakan teknologi tinggi.
Agus Susanto.
1. Untuk jaringan air ersih, DDTLH
secara umum belum terlampaui. 2. Kalau ada KRP yang dimasukan namun melampaui DDDTLH maka menurut PP46 Tahun 2016 makan KRP tersebut harus dipindahkan. 3. Untuk Kabupaten Rejang Lebong lebih diarahkan saja, seperti untuk pembangunan jalan akan dilihat berdasarkan Dampak dan berdasarkan strategisnya.
Haryanto Yatap, S.Hut, MSi
Sebaiknya rapat KLHS ini 1. Kita membutuhkan data
mengundang WALHI LP2B dalam bentuk Shp , jika ada di PU yang dari ATR BPN hal ini tentu saja akan sangat membantu, karena kemarin kit belum dapat data shp- nya. 2. Apakah ada kebijakan dari kepala daerah, KRP-KRP kepala daerah yang ingin dimasukan hal ini harus didiskusikan oleh Pokja dan dalam penyusunan dokumen RTRW. 3. II. Budi Afrian, ST (kabid Liti Bappeda RL) Sisi perencanaan sebelum dilakukannya pembangunan haruslah memperhatikan / memperbaiki isu-isu lingkungan. Jika ada pembangunan/KRP yang memberikan yang dapat merusak lingkungan maka nanti dibuat saja rekomendasinya, di dalam dokumen KLHS sehingga draft dokumen RTRW bias diperbaiki. Mengenai jalan tol belum ada informasinya sampai dimana
III. Tarmizi / Dinas Pertanian
Menyepakati sesuai dengan hasil
pengukuran BPN bahwa luas LP2B Kabupaten Rejang Lebong adalah seluas : 4321.9 Ha , namun belum menjadi perda.
IV. Ir. Chairunas / Dinas Ketahanan Pangan
Tentang jangka waktu KLHS yaitu dari
tahun 2022-2042 ini adalah waktu yang sangat panjang, sedangkan masih banyak sekali di RTRW yang belum masuk, sedangkan sangat berpotensi untuk dikembangkan. Didalam bahan tadi ada di baca hutan produksi sedangkan Rejang Lebong saya rasa tidak ada hutan Produksi, hutan produksi yang dimaksud tersebut hutan di wilayah mana?
V. Eka Sonata, ST (BPBD)
Dalam memasukan data bencana, mohon untuk dapat juga memasukan data bencana gempa bumi, karena Rejang Lebong juga memiliki gunung aktif, sehingga berpotensi sekali merusak lingkungan. Indeks bencana Indonesia adalah 92,58 ini termasuk dalam aktegori sedang dan mohon untuk daa tersebut dapat ditambahkan. Isu Pembangunan berkelanjutan juga hendaknya membahas data bencana gempa bumi.
V. Khairul ketua AMAN Kabupaten
Rejang Lebong
Harapan dari Aman yaitu mohon
untuk dapat memasukan lahan hutan yang sudah menjadi lahan yg di garap oleh masyakat sebagai lahan APL, bukan lagi lahan Hutan Lindung, dan itu ada sekitar 20 Ha Bukit basah sekarang sudah menjadi HPT dimana kementerian menyatakan lahan termasuk dalam hutan lindung. Daerah Talang Benih yang merupakan lahan persawahan sekarang sudah marak dengan lahan tambang pasir dan batu. Kami menunggu jika ada undangan berikutnya dari DLH untuk pembahasan hutan adat.
Tanggapan terhadap pertanyaan keseluruhan
1. Prof. Dr. Ir. Atra Romeida, MSi KLHS mempunyai keterbatasan juga dalam menganlisis, yaitu menganalisis apa saja yang masuk ke dalam materi teknik,. Untuk Kabupaten yang telah menyusun RDTR kita tidak perlu lagi menyusun AMDAL. dan tempatnya bukan di RTRW. Untuk menjamurnya perumahan dan sebagainya itu akan ada KLHS sendiri yang akan membahas tersebut, dan itu juga harus direncanakan oleh bappeda, dan tidak bisa diakomodir semua di sini. Kemudian RPJMD sendiri punya KLHS nya sendiri, dan daftranya bukan merupakan pola dan struktur ruang tetapi berdasarkan SDGs nya. 2. Jangka waktunya 20 tahun, benar pak, tetapi itu bias diditunjau setiap 5 tahun sekali, artiny adalah setiap pemilihan kepada Daerah, barangkali aka nada perubahan – perubahan yang sangat significant yang sebelumnya mgki tidak terlihat, sehingga kita perlu mengakomodir dokumen peraturanmengenai rpjmd . 3. Yang kedua, adanya egiatn staf]gisk