Anda di halaman 1dari 5

Kerupuk yang Mengandung Plastik

Telah beredar sebuah video mengenai kerupuk yang mengandung plastik yang terkesan
mudah terbakar ketika dipicu dengan sedikit api, video tersebut di posting pada tanggal 26
Desember 2015 melalui akun mhail viduka. Dalam video tersebut tampak beberapa orang
pria dewasa tampak melakukan eksperimen sederhana menggunakan korek api dan kerupuk.
Kerupuk langsung terbakar setelah korek dinyalakan. Karena hal tersebut banyak orang
menduga jika kerupuk mengandung plastik.
Faktanya setelah dilakukan penelusuran dilansir dari health.detik.com Badan Pengawas Obat
dan Makanan (BPOM) mengatakan kerupuk mirip uceng yang kalau dibakar pasti
menyala.Hal ini patut diwaspadai karena makanan yang digoreng dengan campuran plastik
tentunya memunculkan dampak negatif kesehatan. Direktur Inspeksi dan Sertifikasi Pangan
Olahan BPOM, Ratmono, membantah informasi yang mengatakan bahwa kerupuk yang
menyala saat dibakar pasti digoreng mengunakan plastik. Menurutnya, semua kerupuk kalau
dibakar pasti akan menyala dan berubah menjadi hitam.
Ratmono menegaskan Kerupuk itu kandungannya 75 persen tapioka, sifatnya kalau dibakar
akan menjadi karbon. Jadi pasti akan menjadi hitam kalau dibakar, itu bukan karena digoreng
dengan minyak mengandung plastik. Ratmono menyayangkan beredarnya informasi tentang
kerupuk mengandung plastik di internet. Menurutnya, informasi yang menyesatkan seperti itu
akan sangat merugikan para pedagang kerupuk dan meresahkan masyarakat pada umumnya
yang jadi takut makan kerupuk.
Telur Palsu

Jakarta - Adanya isu telur palsu marak di media sosial yang akhir-akhir ini sangat
meresahkan konsumen membuat Kementerian Pertanian dan Satgas Pangan Mabes Polri
bergerak cepat dalam menyikapi beredarnya berita-berita hoax tersebut. Selain membuat
resah konsumen, isu tersebut juga akan sangat merugikan peternak ayam petelur. Dalam
konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (16/3/2018), Direktur Kesehatan Masyarakat
Veteriner Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Syamsul Maarif
menegaskan, isu yang viral mengenai telur palsu adalah hoaks.

Kementan telah terjun ke lapangan untuk mencari tahu kebenaran info itu. Setelah diteliti,
ternyata itu telur asli, namun kondisinya dalam keadaan yang tidak baik (sudah terlalu lama
penyimpananya). Terkait telur yang diduga palsu beredar masyarakat, Pihaknya sudah
menguji ke laboratorium telur yang diduga palsu di masyarakat. Hasilnya dipastikan bahwa
telur tersebut asli. “Mungkin cuma sudah terlalu lama. Makanya kita jangan simpan telur
lama lama, lebih dari empat minggu,” ujarnya. Syamsul mengatakan, adanya telur palsu
sangat tidak mungkin. Menurutnya, secara akal sehat, harga telur yang dipalsukan pasti lebih
mahal. "Harganya bisa mencapai 1,5 kali lebih tinggi dari harga aslinya. Sebab, hal itu
membutuhkan teknologi untuk merekayasa produk biologis," ungkapnya. Ditemukannya
telur-telur dengan ciri tidak normal seperti kuningnya yang lembek, putih telur terlalu cair,
atau tidak lengket di tangan kemungkinan karena faktor alam akibat penyimpanan yang
terlalu lama. "Biasanya telur itu sudah terlalu lama atau ayamnya sakit, sehingga
mempengaruhi kondisi telur," kata Syamsul. Syamsul mengatakan, telur tidak bisa disimpan
terlalu lama karena akan memengaruhi konsistensinya. Di peternakan, tidak ada telur yang
disimpan lebih dari seminggu. Begitu bertelur, keesokan harinya langsung didistribusikan ke
konsumen. Idealnya, jangan simpan telur lebih dari empat minggu. Pada kesempatan yang
sama, Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan
Kementerian Pertanian, Sugiono meminta masyarakat agar tidak terpengaruh dengan info
hoaks itu karena telur tidak dapat dipalsukan. "Telur produk biologis, tidak akan dapat
dipalsukan, harga telur per kilogram jelas Rp. 20-23 ribu," kata Sugiono. "Kalau ada yang
mau memalsukan berapa biayanya, teknologi seperti apa yang digunakan, tidak mungkin bisa
dipalsukan,” ujarnya. Sugiono menjelaskan, telur sama seperti sperma yakni produk biologis,
sehingga mustahil dipalsukan. “Nanti ada sperma palsu, nanti ada produk biologis lain yang
palsu. Itu impossible," tandasnya. Sementara itu, Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Setyo
Wasisto mengatakan, adanya video singkat tentang telur palsu itu sangat meresahkan
konsumen. "Masyarakat jadi tidak yakin dan ragu saat mau beli di pasar atau toko," kata
Setyo. Kepala Satuan Tugas Pangan tersebut juga mengatakan, isu telur palsu sangat
meresahkan masyarakat, terutama menjelang bulan suci Ramadan. Polri memastikan bahwa
itu hoaks, karena sudah diselidiki ternyata tak benar ada telur palsu. Menurutnya, isu telur
palsu pertama kali diketahui di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Kemudian, polisi setempat
melakukan penyelidikan dan ditemukan bahwa informasi itu tidak benar. Namun, semakin
lama isu telur palsu kian berkembang dan semakin banyak. Setyo mengatakan, hal ini sangat
mengganggu situasi keamanan dan ketertiban masyarakat. Para peternak ayam akan merugi
karena masyarakat jadi takut membeli telur. Setyo mengingatkan masyarakat untuk tidak lagi
menyebarkan informasi telur palsu di media sosial. Jika kedapatan bisa dijerat dengan
Undang-Undang Informasi Transaksi Elektronik (ITE). "Jangan unggah ke medsos karena
ada Undang-Undang ITE. Siapa yang mengunggah berita palsu (bisa dikenakan) pasal 28, dia
diancam hukuman maksimal enam tahun dan denda Rp1 miliar,” pungkasnya.
Beras Palsu

Jakarta - Seperti tidak ada habisnya, kabar tentang ada beras palsu terbuat dari plastik
kembali muncul di media sosial. Satu video yang diunggah pada April 2019 lalu di Facebook
bahkan sudah dibagikan lebih dari 5 ribu kali, dilihat lebih dari 576 ribu pengguna.

Disebutkan dalam video bahwa beras plastik tersebut diproduksi di China dan telah menyebar
luas di Asia termasuk Indonesia.

"Itu berita bener kok, bosku aj arg china gk mau beli produksi negara, dia hanya beli barang
kli dri tsiwan, singapure maladia, Indonesia krnen mrka tau china semuax bis dipalsukn,,,"
komentar seorang pengguna Facebook.

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Republik Indonesia mengkonfirmasi


bahwa kisah beras plastik itu hoaks atau bohong. Tidak ada bukti di berbagai negara bahwa
ada peredaran beras plastik dari China.

"Faktanya, sejauh ini tidak ditemukan bukti yang menguatkan klaim terkait beras yang
dicampur potongan plastik tersebut dan tidak ada bukti yang dapat dipercaya bahwa beras
tersebut dibeli atau dijual di manapun di dunia," tulis Kominfo seperti dikutip dari situs
resminya pada Rabu (12/6/2019).

Kabar tentang beras plastik di Indonesia pernah muncul pada tahun 2015 lalu kembali
populer tahun 2017. Kala itu disebutkan bahwa beras yang terbuat dari plastik bisa dikepal-
kepal hingga berbentuk bola lalu memantul ketika dilempar.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menjelaskan bahwa memang pada dasarnya
ada beras yang tinggi kandungan amilosa dan amilopektin sehingga mudah dibentuk menjadi
bola dan bersifat kenyal. Kala itu BPOM juga menegaskan tidak ditemukan beras terbuat dari
plastik.

Anda mungkin juga menyukai