Anda di halaman 1dari 10

Kandang Inovasi jadi Jawaban Peternak

Ayam Skala Rumahan


Adang Jukardi Sabtu, 14 Sep 2019, 10:43
JAWA BARAT

KETUA Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) dari Program Studi PUTM
(Pendidikan Vocational Teknik Mesin) STKIP Sebelas April Sumedang. Novan Bayu
Nugraha, sedang menjelaskan kelebihan Kandang Close House (KCH) dengan
inovasi pada ekspos hasil produk pengabdian kepada masyaraka di ruang kuliah
STKIP Sebelas April Sumedang, Kamis, 12 September 2019.*/ADANG JUKARDI/PR
UNIT Pelaksana Teknis (UPT) Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat (PPM) STKIP Sebelas April Sumedang, menciptakan
kandang ayam broiler konvensional menggunakan Kandang Close
House (KCH) berukuran minimalis. KCH tersebut menggunakan
inovasi dengan penerapan teknologi sehingga disebut kandang
inovasi.

Karena ukurannya minimalis, sehingga kandang inovasi bisa


digunakan di lahan sempit. Bahkan, di pekarangan rumah,
sehingga bisa dijadikan usaha kecil rumah tangga.

KCH inovasi itu memiliki banyak kelebihan dibanding Kandang


Open House (KOH), atau kandang tipe terbuka yang selama ini
sering dijumpai di peternakan ayam ras pedaging. Diantaranya
yaitu tidak tergantung cuaca, apalagi musim pancaroba. Kandang
juga menjadi lebih higienis, daging ayamnya lebih berkualitas, serta
biaya pembuatannya relatif murah dan terjangkau, khususnya oleh
para peternak skala kecil.

Menurut Ketua Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) dari


Program Studi PUTM (Pendidikan Vocational Teknik Mesin) STKIP
Sebelas April Sumedang, Novan Bayu Nugraha, pembuatan KCH
inovasi tersebut berawal dari permasalahan yang sering dialami
para peternak ayam skala kecil di Kabupaten Sumedang.

Pada umumnya, mereka menggunakan kandang tipe


terbuka dengan ukuran yang besar. Masalahnya, KOH rentan
perubahan musim. Keterbatasan sekam untuk alas lantai
dan pemanasan yang menggunakan gas, juga berpengaruh pada
performa ayam.

Padahal, peternakan ayam ras pedaging di Kabupaten


Sumedang memiliki populasi yang tinggi. Populasinya mencapai
14.168.981 ekor.

Hal itu berdasarkan data BPS tahun 2016. Tingginya populasi itu,
menunjukan usaha peternakan ayam ras pedagang menjadi
sumber utama pendapatan penduduk Kabupaten Sumedang.

“Berangkat dari berbagai permasalahan ini, kami berupaya


mengatasinya dengan menciptakan KCH inovasi dengan
penerapan teknologi,” kata Novan, saat ekspos hasil produk
pengabdian kepada masyarakat bertema Peningkatan Kandang
Ayam Broiler Konvensional Menggunakan Kandang Close House
Tipe Baterai di ruang kuliah STKIP Sebelas
April Sumedang, Kamis, 12 September 2019.
Desain kandang

Lebih jauh Novan menjelaskan, teknologi yang


dipakai diantaranya lampu sebagai pemanas. Selain
itu, kandangnya juga tertutup, serta sirkulasi udara bisa
dikendalikan sehingga udara tetap bersih.

Kandang inovasi ini juga tidak menggunakan sekam untuk bagian


lantai, melainkan menggunakan lantai berlubang, sehingga kotoran
akan terpisah, Desain kandangnya dibangun dengan populasi
ayam sebanyak 100 ekor yang terbagi menjadi 4 kandang. Hal itu
dengan kerapatan kandang 25 ekor per meter persegi.

“Nah, selama masa pemeliharaan dilakukan pendampingan sampai


ayam dipanen. Ayam dipanen saat berusia 30 hari. Hasil panennya,
bobot ayam rata-rata 1,483 kg dengan FCR (jumlah pakan
habis/bobot) 1,501 dan tingkat kematian 5%,” tuturnya.

Meski diakui dari segi bobot dan tingkat kematian tidak terlalu
berbeda dengan menggunakan KOH, kandang inovasi ini bisa
mengatasi masalah perubahan lingkungan dan kelangkaan
sekam. Ukurannya pun bisa minimalism sehingga bisa digunakan
di lahan sempit dengan investasi lebih rendah.

“Oleh karena itu, kandang inovasi ini sangat penting dikembangkan


di Kab. Sumedang. Apalagi di Sumedang banyak poeternak ayam
ras pedaging,” tuturnya.
Peternak skala kecil

Sementara itu, Kepala UPT PPM STKIP Sebelas April Arif Rahman
Sudrajat mengatakan, pembuatan kandang ayam itu dilaksanakan
oleh Tim Pelaksana Hibah Pengabdian kepada Masyarakat (PKM).
Pembuatan kandang tersebut sebagai bentuk
pertanggungjawaban tim pelaksana dalam pelaksanaan hibah
PPM dari Kemenristekdikti tahun 2019.

“Kami mendapatkan hibah ini, setelahnya ada mitra yakni peternak


ayam ras yang menggunakan kandang inovasi ini di Desa
Ciherang, Kec. Sumedang Selatan. Nilai hibahnya sekitar Rp 39
juta,” katanya.

Ia mengatakan, esensi pembuatan KCH inovasi tersebut, untuk


membantu mengatasi masalah yang selama ini dialami para
peternak ayam ras di Kab. Sumedang, khususnya skala kecil.

“Bagi para peternak ayam binaan kita, kandang ayam ini bernilai
ekonomis. Karena ukurannya minimalis, sehingga bisa disimpan di
lahan sempit atau perkarangan rumah. Lahan yang tidak berguna,
bisa produktif. Bahkan bisa menjadi lapangan kerja baru bagi
masyarakat,” kata Arif.
Untuk saat ini, kata dia, UPT PPM akan segera mematenkan KCH
inovasi hasil karya Tim PKM. Terlebih kandang inovasi ini baru ada
di Indonesia.

Untuk mengembangkan kandang inovasi hingga bisa dimiliki oleh


masyarakat luas, bisa diupayakan dengan pinjaman modal
perbankan atau dari CSR (tanggungjawab sosial perusahaan)
perbankan.

“Kami ingin menunjukan bahwa kampus swasta pun bisa bersaing


dengan kampus negeri. Sebetulnya UPT sudah banyak melakukan
kegiatan dan penelitian untuk pemberdayaan masyarakat. Hanya
saja, belum terekspos secara optimal,” ucapnya.***

DPRD Jabar Minta Dinas Peternakan


Atasi Penyebab Rendahnya
Produktivitas Peternak Ayam Petelur

KABAR DPRD JABAR

Selasa, 9 April 2019 | 11:54 WIB

Hj. Ati Suprihatin


b32@email.com

ist
DPRD Provinsi Jawa Barat mendorong Dinas Peternakan
Provinsi Jawa Barat untuk mengelola kebutuhan peternakan di
Jawa Barat. Potensi peternakan di Jawa Barat sangat besar,
sehingga membutuhkan perhatian dari Pemerintah Provinsi
(Pemprov) Jawa Barat.

Demikian disampaikan Ketua Komisi II DPRD Provinsi Jawa


Barat, Didi Sukardi saat bertemu Paguyuban Peternak Ayam
Petelur Ciamis, Kabupaten Ciamis, Senin (8/4/2019). Didi
bersama anggota Komisi II melakukan dialog dengan anggota
Paguyuban Peternak Ayam petelur untuk mengetahui kondisi di
lapangan.

Dari dialog tersebut, peternal ayam petelur di Kabupaten Ciamis mengeluhkan produktivitas
ayam petelur yang baru mencapai 50 persen hingga 60 persen. Untuk memenuhi kebutuhan
telur masyarakat, terpaksa mendatangkan telur dari luar provinsi.

Peternak mengungkapkan, kondisi tersebut sebagai dampak dari keterbatasan pakan untuk
ayam petelur. Selama ini ada ketergantungan peternak terhadap jagung impor yang
ketersediaannya masih minim.

Menanggapi keluhan peternak, Didi mengatakan, Komisi II akan mengusulkan pembentukan


peraturan daerah (Perda) inisiatif terkait dengan kedaruratan baik pakan maupun bibit ayam
(indukan-red) petelur yang belum terpenuhi dengan baik. Perda dianggap perlu untuk
mendukung daerah-daerah di Jawa Barat yang berpotensi menjadi penghasil peternakan,
diantaranya Kabupaten Ciamis.

“Kita dari komisi II akan segera menindaklanjuti masalah ini dengan mengumpulkan tiga
elemen, yaitu Dinas Peternakan, Dinas Kesehatan, dan Himpunan Peternak Unggas supaya
semua keluar unek-uneknya, nanti hasilnya kita bisa rekomendasikan kepada pemprov,” ujar
Didi.

Terkait dengan ketersediaan jagung impor sebagai pakai ayam petelur, Didi mengungkapkan,
Jawa Barat khususnya Kabupaten Ciamis, terkenal sebagai salah satu sentra penghasil
jagung. Karenanya kondisi ini sangat ironi, sehingga harus dicarikan jalan keluar supaya
masalah ini teratasi.

“Kedepannya jangan sampai sektor ini lumpuh karena melonjaknya harga jagung yang
permanen. Bisa diperkirakan para peternak skala kecil lebih memilih untuk mengosongkan
kandangnya dan mencari alternatif usaha lain,” katanya.

Padahal, lanjutnya, populasi peternak kecil yang mencapai 70 persen itu, justru memiliki
kontribusi besar pada produksi telur. Dari peran mereka pula Ciamis berperan sebagai
pemasok 30 persen kebutuhan telur nasional.

Menurut Didi, apabula masalah tersebut tidak segera teratasi, maka diprediksi akan
menyebabkan peningkatan angka pengangguran.

“Bila tidak ada instansi atau pihak terkait yang memberikan solusi ataupun kebijakan dengan
segera, maaka klimaksnya komoditi telur menjadi langka karena penurunan populasi yang
signifikan,” katanya.

Sementara itu, Ketua Paguyuban Peternak Ayam Petelur Ciamis (P2APC), Ade Kusnadi
menyebutkan, kenaikan harga telur dipicu melonjaknya harga pakan yang dipengaruhi nilai
tukar rupiah. Selain itu, adanya kebijakan pemerintah untuk membatasi bibit ayam atau DOC.

"Faktor yang memengaruhi tingginya harga telur cukup banyak. Jadi penawaran dengan
permintaan tidak seimbang. Akibat ebijakan pengurangan 9,5 persen DOC beberapa waktu
lalu. Populasi ayam petelur berkurang,” tuturnya.

Kementerian Pertanian menilai ada mafia ayam yang


mempermainkan harga di tingkat peternak. KATADATA | AJENG
DINAR ULFIANA 12 Mafia Permainkan Harga Ayam Menteri
Pertanian Amran Sulaiman mengatakan ada disparitas harga dari
peternak ke konsumen hingga 400 persen. Disparitas yang sangat
tinggi ini menunjukkan hal yang tidak wajar. Dia mengaku telah
menurunkan Satgas Pangan di seluruh sentra industri untuk
menyelidiki anjloknya harga daging ayam. Beberapa daerah yang
diselidiki di antaranya Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan
Lampung. Berdasarkan laporan sementara yang diterimanya, ada
sebagian oknum yang mempermainkan harga. "Ada broker, dan
kami akan tindak tegas nanti. Mudah-mudahan dalam waktu
singkat bisa normal, itu target kami," ujarnya di Surabaya, Jumat
(28/6). (Baca: Harga Ayam Anjlok, Mentan: Setelah Mafia Beras,
Mafia Ayam Kami Sikat) Menurutnya, ada yang salah dalam mata
rantai distribusi, termasuk proses yang sangat panjang dan
menyebabkan disparitas harga ayam potong. "Seperti halnya para
mafia pangan lainnya, bawang putih, beras, dan bawang bombay.
Kami akan menindak tegas para broker yang mempermainkan
harga ayam potong ini," ujarnya. Dia menyebut, saat ini sudah ada
400 mafia pangan yang ditetapkan sebagai tersangka dan ada 782
perusahaan yang sedang menjalani proses hukum. Ketut Diarmita
pun mengungkapkan hal yang sama. Dia menengarai ada oknum
yang mempermainkan harga ayam, sehingga anjlok di tingkat
peternak. Menurutnya anjloknya harga ayam merupakan kejahatan
ekonomi. Ia minta Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)
segera melakukan intervensi. "Analisa saya, kalau dari peternak
harga Rp 8 ribu, sedangkan di pasar basah Rp 22 ribu. Di Jakarta
malah Rp 30 ribu - Rp 45 ribu per kg. Di mana teori berlebihnya,
kalau pasar belum menikmati harga murah. Siapa yang beruntung
dengan disparitas harga yang jauh begini?" kata Ketut. (Baca:
KPPU Menduga Anjloknya Harga Ayam Akibat Pelanggaran
"Middle Man”) Kebijakan impor ayam pun menjadi salah satu
penyebab berlebihnya pasokan bibit dan daging ayam.
Berdasarkan catatan Kementan, kelebihan pasokan bibit anak
ayam DOC mencapai 1,5 juta ekor per hari. Suplai daging ayam ras
pada 2018 mencapai 3,64 juta ton per tahun. Sementara kebutuhan
daging ayam ras rata-rata hanya 3,25 juta ton per tahun. Upaya
Menyelamatkan Peternak Ayam Pemerintah berencana mengkaji
ulang pengajuan impor DOC perusahaan peternakan terintegrasi
(integrator). Pengkajian ulang perlu dilakukan agar lebih teliti lagi
dalam menghitung kebutuhan dan suplai ayam. Untuk diketahui,
integrator mendapatkan Surat Persetujuan Impor (SPI) yang
diterbitkan Kementerian Perdagangan, berdasarkan rekomendasi
dari Kementan. “Sebelum ada impor, harusnya integrator
mengajukan analisa kebutuhan perusahaannya. Sehingga ketika
ada kondisi seperti oversupply begini, pemerintah tidak disalahkan,”
kata Ketut Diarmita, di Gedung Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian, Jakarta, Senin (1/7). (Baca: Harga Ayam Anjlok,
Mentan Kembali Menduga Ada Peran Tengkulak Nakal) Upaya lain
yang dilakukan pemerintah adalah memotong ayam hidup (parent
stock/PS) broiler yang berumur di atas 68 minggu. Pemotongan
dilakukan oleh seluruh pembibit PS ayam ras broiler selama dua
pekan, dari 26 Juni sampai 9 Juli 2019. Langkah ini juga diikuti
Pakta Integritas antara pemerintah dengan perusahaan pembibit
PS ayam ras broiler tersebut. Kementan juga meminta pelaku
usaha perunggasan meningkatkan kapasitas pemotongan di
Rumah Potong Hewan Unggas (RPHU) sampai 30 persen dari
jumlah produksi live bird internal. Hal ini sesuai ketentuan Pasal 12
Ayat (1) Permentan Nomor 32 Tahun 2017 tentang Penyediaan,
Peredaran dan Pengawasan Ayam Ras dan Telur Konsumsi.
Kemudian mewajibkan pelaku usaha yang memiliki live bird di atas
300 ribu ekor per minggu memiliki RPHU dan cold storage untuk
menampung karkas mereka sendiri. Ayam Broiler (Katadata) Untuk
membantu menaikkan harga, Kementerian Perdagangan
(Kemendag) akan menyerap pasokan daging ayam langsung dari
peternak. Ayam-ayam ini akan dijual melalui bazar di lingkungan
Kemendag dengan harga Rp 32 ribu per kg. "Kemendag
mengimbau kementerian dan instansi lain untuk turut menyerap
pasokan daging ayam ras potong dari peternak," kata Direktur
Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Tjahya Widayanti
lewat keterangannya, Senin (1/7). (Baca: BUMN Belum Diminta
Serap Ayam untuk Atasi Anjloknya Harga) Kemendag juga meminta
Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) melakulan hal yang
sama sesuai harga acuan pembelian di peternak yang ditetapkan
dalam Permendag 96 Tahun 2018. Dalam hal ini Aprindo dapat
berkoordinasi dengan Asosiasi Rumah Potong Hewan Unggas
Indonesia (Arphuin). Dengan serangkaian upaya yang dilakukan,
Kementan mengklaim saat ini harga ayam di tingkat peternak
sudah mulai merangkak naik. Ketut Diarmita harga ayam peternak
di sejumlah wilayah berkisar Rp 15 ribu-Rp 18 ribu per kg.
Kenaikan harga hampir di semua wilayah sentra meliputi Jawa
Tengah, Jawa Timur, Bali, hingga Lampung. Ada sejumlah faktor
yang menyebabkan harga naik, salah satunya pengurangan bibit
ayam DOC dan final stock (FS) oleh integrator.

Artikel ini telah tayang di Katadata.co.id dengan judul "Permainan


Harga yang Membuat Peternak Ayam Merugi"
, https://katadata.co.id/telaah/2019/07/02/permainan-harga-yang-
membuat-peternak-ayam-merugi/1
Penulis: Safrezi Fitra
Editor: Safrezi Fitra
BUMN Peternakan Berdikari Rambah Bisnis Pakan Ayam Penulis:
Fariha Sulmaihati Editor: Martha Ruth Thertina 15/8/2019, 17.22
WIB Perusahaan akan memproduksi 1.000 ton pakan ayam per
bulan, pada tahap awal. ANTARA FOTO/ABRIAWAN ABHE
Seorang pekerja sedang megontrol ayam usia sehari (day old
chick) di sebuah peternakan. PT Berdikari mulai memproduksi
pakan ternak untuk ayam sebanyak 1.000 ton per bulan. Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang peternakan PT Berdikari
meluncurkan produk baru yaitu pakan ayam ternak. Produk
tersebut mulai diproduksi Agustus ini di Cirebon, Jawa Barat.
Direktur Utama Berdikari Eko Taufik Wibowo menjelaskan, untuk
tahap awal, perusahaan akan memproduksi 1.000 ton pakan ayam
per bulan. Dari hasil produksi tersebut, 60% akan diserap oleh
peternakan milik Berdikari, sedangkan 40% sisanya dijual ke
peternak mandiri. "Di situ ada celah pasar, kami bisa masuk,”
ujarnya di Jakarta, Kamis (15/8). (Baca: Mengenal Berdikari, BUMN
yang Impor Ribuan Ton Daging dari Brasil) Berdikari bekerja sama
dengan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) dalam
pengembangan produk pakan ayam ini. PPI bertugas
mengkoordinir penyerapan bahan baku pakan yaitu jagung dari
para tengkulak. Eko memastikan produknya memiliki kualitas yang
baik dan harga yang terjangkau. Sebab, sebagai BUMN,
perusahaan memang tidak mengambil terlalu banyak keuntungan.
Ia pun mencontohkan harga produk ayam hidup (live bird), ataupun
ayam usia sehari (day old chicken/DOC) yang selalu di bawah
harga pasar. "Margin keuntungannya tipis sekali sekitar Rp 100-500
per kilogram itu untuk semua produk Berdikari," ujarnya. (Baca:
Bisa Ekspor Ayam ke Indonesia, Ini Gambaran Industri Peternakan
Brasil) Berdikari mulai mengembangkan bisnis ayam pada 2018,
diawali dengan impor Grand Parent Stock sebanyak 36 ribu ekor.
Saat ini, Berdikari masih fokus dalam bidang peternakan ayam
terintegrasi yang menghasilkan DOC Parent Stock. Perusahaan
memiliki dua farm Grand Parent Stock yaitu di Tasikmalaya, Jawa
Barat dan Pasuruan, Jawa Timur, dengan kapasitas sekitar 90 ribu
ekor. Sedangkan, rata-rata produksi sekitar 120 ribu ekor DOC
Parent Stock. Berdikari sudah menambah dua farm Parent Stock di
Sukabumi, Jawa Barat dan Medan, Sumatera Utara dengan
populasi masing-masing farm sekitar 25 ribu ekor. Selain itu,
perusahaan telah memproduksi DOC Final Stock di farm Sukabumi.
Berdikari berencana untuk menambah farm Parent Stock di Ciamis,
Jawa Barat dengan rencana kapasitas sekitar 70 ribu ekor. Dari
ketiga farm Parent Stock tersebut target produksi Final Stock
diperkirakan sekitar 320 ribu ekor.

Artikel ini telah tayang di Katadata.co.id dengan judul "BUMN


Peternakan Berdikari Rambah Bisnis Pakan Ayam"
, https://katadata.co.id/berita/2019/08/15/bumn-peternakan-berdikari-
rambah-bisnis-pakan-ayam
Penulis: Fariha Sulmaihati
Editor: Martha Ruth Thertina

Anda mungkin juga menyukai