Anda di halaman 1dari 282

1

KURIKULUM TOT PELAYANAN AKUPRESUR


BAGI TENAGA KESEHATAN DI PUSKESMAS

DIREKTORAT PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL


DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
2022

2
Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI

615.822 2
Ind Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal
k Pelayanan Kesehatan
Kurikulum dan Modul Orientasi Akupresur pada Kasus
Kedaruratan Medik.—Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
2022

ISBN 978-623-301-329-1

1. Judul I. ACUPRESSURE
II. EMERGENCY MEDICINE
III. COMPLEMENTARY THERAPIES
IV. EMERGENCY MEDICAL SERVICES

615.822 2
Ind
k
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan
bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
diselenggarakan upaya kesehatan terpadu dan menyeluruh dalam bentuk
upaya kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Dalam
pasal 47 butir 1 dalam Undang-Undang tersebut dikemukakan bahwa,
pelayanan kesehatan tradisional adalah salah satu dari upaya kesehatan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Selanjutnya pada butir 2 dinyatakan
bahwa penyelenggaraan upaya kesehatan dimaksud didukung oleh sumber
daya kesehatan.
Pada pasal 59 Undang-Undang kesehatan disebutkan bahwa pelayanan
kesehatan tradisional dibina dan diawasi oleh Pemerintah agar dapat
dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya serta tidak bertentangan
dengan norma agama
Selaras dengan Undang-Undang Kesehatan RI tersebut dapat disimpulkan
bahwa agar penyelenggaraan pelayanan kesehatan tradisional dapat
dilaksanakan dengan baik, maka diperlukan dukungan sumber daya
kesehatan sebagai aparat pelaksana yang bekerja secara profesional sesuai
dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor No.
HK.01.07/MENKES/422/2017 tentang Rencana Strategis Kemenkes Tahun
2015 – 2019 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015 –
2019, telah ditetapkan indikator target kinerja jumlah puskesmas yang
menyelenggarakan kesehatan tradisional dan jumlah RS Pemerintah yang
menyelenggarakan kesehatan tradisional.
Oleh karena itu peningkatan kinerja sumber daya kesehatan melalui
pendidikan dan pelatihan untuk tenaga kesehatan, khususnya pelatihan tenaga
pelayanan kesehatan tradisional merupakan langkah penting yang harus
ditempuh. Pendidikan dan pelatihan sebagai penyiapan tenaga

3
pelayanan kesehatan tradisional diperlukan adanya dukungan dari Pemerintah
Daerah. Salah satu upaya dilakukan dengan mempersiapkan tenaga pelatih
untuk menyelenggarakan pendidikan pelatihan pelayanan akupresur di Provinsi.
Hal penting yang harus dilakukan untuk menyelenggarakan Pelayanan
akupresur bagi petugas Puskesmas adalah menyediakan tenaga kesehatan
yang profesional bagi pelayanan kesehatan tradisional di Puskesmas.
Sehubungan dengan hal tersebut maka dikembangkan kurikulum TOT
Pelayanan Akupresur bagi Tenaga Kesehatan di Puskesmas.

B. FILOSOFI PELATIHAN
Filosofi TOT Pelayanan Akupresur bagi Tenaga Kesehatan di Puskesmas ini
diselenggarakan dengan memperhatikan :
1. Pembelajaran orang dewasa (Adult Learning), yakni proses pelatihan
diselenggarakan dengan memerhatikan hak peserta selama pelatihan,
antara lain:
a. Dihargai keberadaannya selama menjadi peserta pelatihan.
b. Didengarkan dan dihargai pengalamannya terkait dengan materi
pelatihan.
c. Dipertimbangkan setiap ide dan pendapatnya, sejauh berada di
dalam konteks pelatihan.
d. Mendapatkan 1 paket bahan belajar yaitu modul pelatihan
e. Mendapatkan pelatih profesional yang dapat memfasilitasi dengan
berbagai metode, melakukan umpan balik, dan menguasai materi
pelatihan.
f. Melakukan refleksi dan memberikan umpan balik secara terbuka.
g. Melakukan evaluasi (terhadap penyelenggara maupun fasilitator)
dan dievaluasi tingkat pemahaman dan kemampuannya terkait
dengan materi pelatihan.

2. Berbasis kompetensi (Competency Based), yakni selama proses


pelatihan peserta diberikan kesempatan untuk mengembangkan
keterampilan langkah demi langkah menuju pencapaian kompetensi yang
diharapkan di akhir pelatihan.

4
3. Belajar sambil berbuat (Learning By Doing), yang memungkinkan peserta
untuk:
a. Mendapat kesempatan untuk belajar sambil berbuat (melakukan
sendiri) dari setiap materi pelatihan. Hal tesebut dapat dilakukan
dengan menggunakan metode pembelajaran dimana peserta lebih
aktif terlibat seperti antara lain: diskusi kelompok, studi kasus, dan
latihan (exercise) baik secara individu maupun kelompok.
b. Melakukan pengulangan ataupun perbaikan yang dirasa perlu untuk
mencapai kompetensi yang ditetapkan.

4. Berbasis Kompetensi, yang memungkinkan peserta untuk :


a. Pengembangan keterampilan peserta secara bertahap dalam
memperoleh kompetensi yang yang diharapkan dalam akupresur
b. Berhak memiliki sertifikat setelah dinyatakan memperoleh
kompetensi yang diharapkan pada akhir pelatihan dengan 1 (satu )
angka kredit.

5
BAB II
PERAN, FUNGSI DAN KOMPETENSI

A. Peran
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta berperan sebagai pelatih/fasilitator
pada pelatihan Pelayanan Akupresur bagi Tenaga Kesehatan di Puskesmas.

B. Fungsi
Dalam melaksanakan peranannya peserta mempuyai fungsi dalam melatih
pada pelatihan Pelayanan Akupresur bagi Tenaga Kesehatan di Puskesmas.

C. Kompetensi
Untuk menjalankan fungsinya, peserta memiliki kompetensi dalam:

1. Menjelaskan anatomi dan fisiologi dasar manusia


2. Menjelaskan dasar - dasar akupresur
3. Melakukan akupresur pada pada jalur meridian dan titik akupresur
4. Melakukan teknik akupresur
5. Melakukan tata laksana terapi akupresur
6. Melakukan tatalaksana kasus akupresur pada anak, wanita hamil dan umum
7. Melatih pada pelatihan Pelayanan Akupresur bagi Tenaga Kesehatan di
Puskesmas

6
BAB III
TUJUAN PELATIHAN

A. Tujuan Umum
Setelah mengikuti pelatihan peserta mampu melatih pada pelatihan pelayanan
akupresur bagi tenaga kesehatan di puskesmas.

B. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu:
1. Menjelaskan anatomi dan fisiologi dasar manusia
2. Menjelaskan dasar - dasar akupresur
3. Melakukan akupresur pada pada jalur meridian dan titik akupresur
4. Melakukan teknik akupresur
5. Melakukan tata laksana terapi akupresur
6. Melakukan tatalaksana kasus akupresur pada anak, wanita hamil dan umum
7. Melatih pada pelatihan pelayanan akupresur bagi tenaga kesehatan di puskesmas

7
BAB IV
STRUKTUR PROGRAM

Untuk mencapai tujuan TOT Pelayanan Akupresur bagi Tenaga Kesehatan di


Puskesmas pada kasus-kasus terpilih yang telah ditetapkan, maka disusun
materi dengan struktur program sebagai berikut :
ALOKASI WAKTU (JP)
NO. MATERI PELATIHAN
T P PL Total

MATERI DASAR
0 0
1. Kebijakan Pelayanan Kesehatan Tradisional 2 2

2. Tatalaksana Penyelenggaraan Pelayanan Akupresur


2 0 0 2
di Puskesmas
Pembinaan dan Pengawasan Penyehat Tradisional
3 2 0 0 2
Akupresur bagi Petugas Kesehatan

6 0 0 6
Subtotal

MATERI INTI
Anatomi dan Fisiologi Dasar Manusia 1 2 0 3
1.
Dasar- dasar Akupresur
2. 2 6 0 8

3. Jalur Meridian dan Titik Akupresur 4 12 0 16


4. Teknik Akupresur 1 3 0 4
5. Tatalaksana Terapi Akupresur 2 4 0 6
6. Tatalaksana Kasus Akupresur pada anak, wanita
2 7 0 9
hamil dan umum
7. Teknik Melatih 5 7 0 12
Subtotal 17 41 0 58

MATERI PENUNJANG
1. 0 3 0 3
Building Learning Commitment (BLC)
2. Anti Korupsi 1 2 0 3
3. Rencana Tindak Lanjut (RTL) 0 2 0 2
Subtotal 1 7 0 8
Total 24 48 0 72
Catatan:
1. Teori (T)= 40 %, Penugasan (P) = 60 %, 1 JP = 45 menit
2. Untuk teknik melatih pada Penugasan (P) micro teaching, peserta dibagi menjadi 3 (tiga) kelas
7JP x 3 Kls dengan ketentuan, setiap peserta diberikan kesempatan untuk mensimulasikan teknik
melatih minimal 30 menit setiap peserta

8
BAB V

GARIS GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN

Nomor : MD.1
Judul Materi : Kebijakan Pelayanan Kesehatan Tradisional
Waktu : 2 JPL (T=2 ; P=0; PL=0)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu
memahami kebijakan pelayanan kesehatan tradisional

Tujuan
Poko Bahasan dan Media dan Alat
Pembelajaran Metode Referensi
Sub Pokok Bahasan Bantu
Khusus

Setelah mengikuti
materi ini, peserta
mampu
menjelaskan:
 Curah  Bahan  UU No 36 Tahun
1. Kebijakan pendapat Tayang 2009 Tentang
penyelenggara  Ceramah  Modul Kesehatan
an pelayanan Tanya  Komputer/  Kepmenkes No
kesehatan jawab Laptop 1076/Menkes/SK/V
tradisonal 1. Kebijakan  LCD II/2003 Tentang
penyelenggaraan  Flipchart Penyelengaraan
2. Kebijakan kegiatan  Spidol Pengobatan
dasar pelayanan Tradisional
Puskesmas kesehatan  Keputusan Menteri
terkait tradisional Kesehatan RI NO
pelayanan HK.03.01/60/I/2010
kesehatan tentang Rencana
tradisional di 2. Kebijakan dasar Strategis
Puskesmas Puskesmas terkait Kementerian
pelayanan Kesehatan Tahun
kesehatan 2010-2014
tradisional di
puskesmas

9
Nomor : MD.2
Judul Materi : Tatalaksana Penyelenggaraan Pelayanan Akupresur
di Puskesmas
Waktu : 2 JPL (T:2 ; P:- ; PL:0)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) : Setelah mengikuti materi ini , peserta mampu
memahami tatalaksana penyelenggaraan pelayanan
akupresur di puskesmas

Tujuan
Poko Bahasan dan Media dan
Pembelajaran Metode Referensi
Sub Pokok Bahasan Alat Bantu
Khusus

Setelah mengikuti
materi ini, peserta
mampu:  Permenkes No
 Curah  Bahan
37 Tahun 2017
1. Menjelaskan pendapat Tayang
Tentang
Mekanisme  Ceramah  Modul
integrasi Pelayanan
Tanya  Komput Kesehatan
pelayanan 1. Mekanisme jawab er/
akupresur di integrasi Tradisional
Laptop Integrasi
puskesmas pelayanan  LCD
akupresur di  Panduan
 Flipcha Pengembangan
puskesmas:
rt Model
a. Alur
 Spidol Pelayanan
pelayanan
b. Tata Kesehatan
hubungan Tradisisonal di
kerja antar Jaringan
pelayanan di Pelayanan
puskesmas Kesehatan
c. Pencatatan Dasar
2. Menjelaskan pelaporan  Pedoman
Pebinaaan dan Pembinaan
pengawasan Pengobat
Pelayanan Tradisional
Integrasi di 2. Pembinaan dan Akupresur bagi
Puskeamas Pengawasan Petugas
pelayanan Kesehatan
Integrasi di
Puskesmas

10
Nomor : MD.3
Judul Materi : Pembinaan dan Pengawasan Penyehat Tradisional
Akupresur bagi Petugas Kesehatan
Waktu : 2 JPL (T:2 ; P:0 ; PL:0)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami
pelaksanaan pembinaan dan pengawasan
penyehat tradisional akupresur di wilayah kerjanya

Tujuan Pembelajaran Poko Bahasan dan Media dan


Metode Referensi
Khusus Sub Pokok Bahasan Alat Bantu

Setelah mengikuti
materi ini, peserta
mampu:

1. Menjelaskan
kegiatan  Curah  Bahan  Keputusan Menteri
pembinaan dan pendap Tayang Kesehatan No
pengawasan at  Modul 128/Menkes/SK/II/
pelayanan  Ceram  Komput Tahun 2004 tentang
kesehatan ah er/ Kebijakan Dasar Pusat
tradisional 1. Pembinaan dan Tanya Laptop Kesehatan Masyarakat
2. Menjelaskan peran pengawasan jawab  LCD  Permenkes No 61
Dinas Kesehatan pelayanan  Flipcha Tahun 2016 Tentang
Kabupaten/Kota, kesehatan rt Pelayanan Kesehatan
Puskesmas dan tradisional  Spidol Tradisional Empiris
Lintas Sektor terkait  Panduan
dalam pembinaan 2. Peran Dinas Pengembangan Model
dan pengawasan Kesehatan Pelayanan Kesehatan
Kabupaten/Kota, Tradisisonal di
3. Menjelaskan Puskesmas dan Jaringan Pelayanan
langkah-langkah Lintas Sektor terkait Kesehatan Dasar
pembinaan dan dalam pembinaan  Pedoman Pembinaan
pengawasan dan pengawasan Pengobat Tradisional
penyehat tradisional Akupresur bagi
akupresur di Petugas Kesehatan
wilayah kerjanya 3. Langkah-langkah
. pembinaan dan
4. Menjelaskan pengawasan
tatalaksana penyehat tradisional
penyelenggaraan akupresur di wilayah
akupresur oleh kerjanya.
penyehat tradisional

4. Tatalaksana
penyelenggaraan
akupresur oleh
penyehat tradisional

11
Nomor : MI.1

Materi : Anatomi dan Fisiologi Dasar Manusia


Waktu : 3 JPL (T:1 ; P:2 ; PL:0)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu
memahami anatomi dan fisiologi dasar manusia

Tujuan
Poko Bahasan dan Media dan Alat
Pembelajaran Metode Referensi
Sub Pokok Bahasan Bantu
Khusus

Setelah mengikuti
materi ini, peserta
mampu
menjelaskan:

1. Anatomi  Curah  Bahan  Anatomi dan


permukaan pendapat Tayang Fisiologi
tubuh untuk  Ceramah  Modul untuk
menentukan Tanya  Komputer/ Paramedis,
letak titik jawab Laptop Evelyn C.
akupresur  Demonstrasi  LCD Pearce,
1. Anatomi
 Flipchart Gramedia ,
2. Fisiologi permukaan tubuh 2009
untuk  Spidol
sistem  Phantom  WHO
peredaran menentukan letak
Akupunktur Accupunctur
darah, sistem titik akupresur
 Atlas Guideline
syaraf, sistem
 Panduan
pencernaan,
2. Fisiologi sistem demonstras
sistem
peredaran darah, i
pernafasan,
sistem sistem syaraf,
endokrin dan sistem
sistem pencernaan,
perkemihan sistem
pernafasan,
sistem endokrin
dan sistem
perkemihan
a. Dewasa
b. Anak
c. Keadaan
khusus

12
Nomor : MI.2
Materi : Dasar-dasar Akupresur
Waktu : 8 JPL (T:3 ; P:5 ; PL:0)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami dasar-
dasar akupresur

Tujuan
Poko Bahasan dan Media dan
Pembelajaran Metode Referensi
Sub Pokok Bahasan Alat Bantu
Khusus

Setelah mengikuti
materi ini, peserta
mampu
menjelaskan:

1. Sejarah  Curah  Bahan  Pedoman Praktis


perkembangan
akupresur pendapat Tayang Akupresur, Depkes
 Ceramah  Modul RI, Tahun 1998
2. Pengertian
akupresur Tanya  Komput  Buku Kesehatan
dengan 1. Sejarah
jawab er/ Swadaya, Oka Putu
pendekatan perkembangan
holistik akupresur  Diskusi Laptop S
Kelompok  LCD  Ilmu Akupuntur,
3. Mekanisme 2. Pengertian
kerja akupresur  Flipchar KSMF Akupunktur
akupresur dengan
t RSCM, Tahun 2000
pendekatan
4. Yin Yang dan holistik  Spidol  www.acupunctur.com
aplikasinya  Pandua
dalam 3. Mekanisme
kehidupan kerja akupresur n study
sehari-hari, kasus
gangguan
kesehatan dan 4. Yin Yang dan
pengobatan aplikasinya
dalam
5. Pergerakan kehidupan
Lima Unsur sehari-hari,
dan hukum- gangguan
hukumnya kesehatan dan
serta pengobatan
aplikasinya
dalam 5. Pergerakan
kehidupan Lima Unsur dan
sehari-hari, hukum-
gangguan hukumnya serta
kesehatan dan aplikasinya
pengobatan dalam
kehidupan
6. Energi Vital sehari-hari,
gangguan
kesehatan dan
13
7. Sistem organ pengobatan
tubuh manusia
dalam
akupresur 6. Energi Vital
beserta
fenomenanya 7. Sistem organ
tubuh manusia
8. Penyebab dalam
Penyakit akupresur
beserta
fenomenanya

8. Penyebab
Penyakit

14
Nomor : MI.3
Materi : Jaluri Meridian dan Titik Akupresur
Waktu : 16 JPL (T:6; P:10 ; PL:0)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu Melakukan
akupresur pada pada jalur meridian dan titik akupresur

Tujuan Poko Bahasan dan


Media dan
Pembelajaran Sub Pokok Metode Referensi
Alat Bantu
Khusus Bahasan

Setelah mengikuti
materi ini, peserta
mampu:

1. Melakukan  Curah  Bahan  Pedoman Praktis


akupresur
pendapa Tayang Akupresur, Depkes
pada jalur
meridian t  Modul RI, Tahun 1998
1. Akupresur pada
jalur meridian  Ceramah  Komputer/  Buku Kesehatan
a. Dasar – Tanya Laptop Swadaya, Oka Putu
dasar jalur
meridian jawab  LCD S
b. Lokasi  Diskusi  Flipchart  Ilmu Akupuntur,
titik-titik
Akupresur Kasus  Spidol KSMF Akupunktur
di 14  Latihan RSCM, Tahun 2000
 Boneka
meridian
c. Efek akupunkt  www.acupunctur.com
akupresur
ur
pada jalur
meredian  Embar
2. Melakukan d. Akupresur
kasus
akupresur pada jalur
pada titik-titik meridian Panduan
akupresur
latihan
2. Akupresur pada
titik-titik
akupresur
a. Dasar –
dasar titik-titik
akupresur
b. Lokasi titik-
titik
Akupresur
diregio tubuh
c. Efek
akupresur
pada titik-titik
akupresur
Akupresur
15
pada titik-titik
akupresur

16
Nomor : MI.4
Materi : Teknik Akupresur
Waktu : 4 JPL (T:1 ; P:3 ; PL:0)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan teknik
akupresur
Tujuan
Poko Bahasan dan Media dan
Pembelajaran Metode Referensi
Sub Pokok Bahasan Alat Bantu
Khusus

Setelah mengikuti
materi ini, peserta
mampu:

1. Menjelaskan  Curah  Bahan  Pedoman Praktis


Manfaat dan pendapat Tayang Akupresur, Depkes
efek Pemijatan  Ceramah  Modul RI, Tahun 1998
dalam Tanya  Komput  Buku Kesehatan
Akupresur 1. Manfaat dan jawab er/ Swadaya, Oka Putu
efek Pemijatan  Praktik Laptop S
dalam akupresur  Ilmu Akupuntur,
 LCD
a. Manfaat KSMF Akupunktur
 Flipchar
akupresur RSCM, Tahun 2000
t
b. Kontra
 Spidol  www.acupunctur.com
indikasi
akupresur  Pandua
2. Melakukan n praktik
teknik-teknik c. Efek samping
akupresur akupresur

2. Teknik-teknik
akupresur (11
teknik)

17
Nomor : MI.5
Materi : Tatalaksana Terapi akupresur
Waktu : 6 JPL (T:2 ; P:4 ; PL:0)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan
tatalaksana terapi akupresur

Tujuan
Poko Bahasan dan Sub Media dan Alat
Pembelajaran Metode Referensi
Pokok Bahasan Bantu
Khusus

Setelah
mengikuti materi
ini, peserta
mampu:
 Curah  Bahan  Pedoman Praktis
1. Melakukan pendapat Tayang Akupresur, Depkes
pemeriksaan  Ceramah  Modul RI, Tahun 1998
tindakan Tanya  Komputer/  Buku Kesehatan
akupresur jawab Laptop Swadaya, Oka Putu
1. Pemeriksaan
 Diskusi  LCD S
tindakan akupresur
Kelompo  Flipchart  Ilmu Akupuntur,
a. Pengamatan
k  Spidol KSMF Akupunktur
2. Merencanaka b. Pendengaran
 Panduan RSCM, Tahun 2000
n terapi dan
diskusi  www.acupunctur.com
akupresur penghidu/penciu
man kelompok
c. Wawancara
3. Melakukan d. Perabaan
tindakan e. Kesimpulan
Akupresur
2. Rencana terapi
Akupresur
a. Persiapan alat
b. Pemilihan titk
c. Rencana terapi

3. Tindakan Akupresur

18
Nomor : MI.6
Materi : Tatalaksana Kasus Akupresur pada anak, wanita hamil dan
umum
Waktu : 9 JPL (T:3 ; P:6 ; PL:-)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) : Setelah mengikuti materi, peserta mampu melakukan
tatalaksana akupresur pada pasien anak, wanita dan
gangguan kesehatan umum.

Tujuan
Poko Bahasan dan Sub Pokok Media dan
Pembelajaran Metode Referensi
Bahasan Alat Bantu
Khusus

Setelah
mengikuti
materi ini,
peserta mampu:
 Curah  Bahan  Pedoman Praktis
1. melakukan pendapat Tayang Akupresur, Depkes
tatalaksana  Ceramah  Modul RI, Tahun 1998
terapi pada Tanya  Komput  Buku Kesehatan
kasus anak jawab er/ Swadaya, Oka Putu
1. Tata laksana terapi pada
 Praktik Laptop S
kasus anak :
 LCD  Ilmu Akupuntur,
a. Penyebab dan gejala
 Flipchart KSMF Akupunktur
kasus pada anak
 Spidol RSCM, Tahun 2000
b. Rencana tindakan
 Boneka  www.acupunctur.co
untuk kasus pada anak
meridian m
c. Pelaksanaan akupresur
pada kasus pada anak  Pandua
d. Jenis-jenis kasus anak n praktik
- Asma
- Common cold/ Batuk
pilek
- Dispepsia/ Perut
kembung
2. melakukan - Anoreksia/
tatalaksana Meningkatkan nafsu
terapi pada makan
kasus - Enuresis/ mengompol
wanita -
2. Tata laksana terapi pada
kasus wanita
a. Penyebab dan gejala
kasus pada wanita
b. Rencana tindakan
untuk kasus pada
wanita
c. Pelaksanaan akupresur
pada kasus pada
wanita
d. Jenis-jenis Kasus pada
wanita
- Dismenorhea/
19
Gangguan nyeri
haid
- Emesis
grafidarum/ Mual
pada ibu hamil
3. Melakukan - Post partum care/
tatalaksana Perawatan setelah
terapi pada melahirkan
kasus
gangguan
umum 3. Tata laksana terapi pada
kasus gangguan umum
a. Penyebab dan gejala
kasus pada gangguan
umum
b. Rencana tindakan
untuk kasus pada
gangguan umum
c. Pelaksanaan
akupresur pada kasus
pada gangguan umum
d. Jenis-jenis Kasus
gangguan umum
- Migrain/ Nyeri
Kepala sebelah
- Myalgia/ Nyeri otot
- Nyeri gigi
- Nausea/ mual
- Konstipasi/
Sembelit
- Insomnia/ Susah
tidur
- Relaksasi otot
- Pemulihan stamina
sehabis sakit
- Arthritis genu

20
Nomor : MI.7
Materi : Teknik Melatih
Waktu : 12 JPL (T:5 ; P:7 ; PL:-)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) : Setelah mengikuti materi ini, peserta latih mampu melatih pada
Pelatihan Pelayanan Akupresur bagi Tenaga Kesehatan di
Puskesmas
Tujuan Pembelajaran Poko Bahasan dan Sub Media dan
Metode Referensi
Khusus Pokok Bahasan Alat Bantu

Setelah mengikuti
pelatihan, peserta
mampu :

1. Menjelaskan 1. Pembelajaran Orang


Pembelajaran Dewasa  CTJ  Komputer  Gagne, R et al,
Orang Dewasa a. Perubahan
paradigma  Penugas  OHP, tahun 1988
Pendidikan an  LCD,  Principles of
b. Pedagogi dan
 Diskusi  Flipchart, intructional
andragogi
c. Prinsip – prinsip  Simulasi  Whiteboar Design.
POD  Modul Tenaga
 Praktek d
d. Ruang lingkup
pendekatan & melatih  Lembar Pelatih
tujuan POD Penugasa Program
e. Strategi POD
n Kesehatan
2. Menyusun 2. Satuan Acara  Lembar Tahun 2009
Satuan Acara Pembelajaran penilaian  Modul
Pembelajaran a. SAP
teknik pelatihan
1) Pengertian SAP
2) Manfaat SAP melatih widyaiswara
3) Tujuan SAP  Teknik Melatih,
b. Langkah
Penyusunan SAP LAN RI Tahun
1) Sistimatika SAP 2008
2) Teknik
Penyusunan SAP
3) Kegiatan
Pembelajaran
c. Menyusun SAP

3. Menggunak 3. Penggunaan media


an metode, dan alat bantu
media dan pembelajaran
alat bantu

4. Melakukan 4. Teknik presentasi


presentasi interaktif
efektif a. Teknik presentasi
interaktif
1) Pengertian
2) tujuan
21
b. Menghantar materi
pembelajaran
c. Merangkum materi
Pembelajaran
d. Teknik Tanya –
jawab Efektif
e. Mengelola
hubungan interaktif

22
Nomor : MP. 1
Materi : Membangun Komitmen Belajar
Waktu : 3 JPL (T:-, P :3, PL : 0)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) : Setelah mengikuti materi, peserta mampu
membangun suasana belajar yang kondusif dan
membuat kesepakatan belajar

Tujuan
Poko Bahasan dan Media dan Alat
Pembelajaran Metode Referensi
Sub Pokok Bahasan Bantu
Khusus

Setelah mengikuti
materi ini, peserta
mampu:

1. Mengenal  Permainan  Modul  Buku


sesama  Diskusi  Flipchart Dinamika
peserta, Kelompok  Whiteboar Kelompok
fasilitator dan  Ceramah d  Buku Team
penyelenggara Tanya jawab  Spidol Building
. 1. Proses
perkenalan.  Panduan
2. Mengidentifika diskusi
si harapan kelompok
terhadap  Alat bantu
pelatihan. permainan
3. Membuat 2. Identifikasi
kesepakatan harapan
nilai, norma pembelajaran.
dan kontrol
kolektif.
3. Nilai, norma dan
kontrol kolektif.

4. Membuat
kesepakatan
organisasi
dalam kelas.
4. Organisasi kelas

5.

23
Nomor : MP. 2
Materi : Rencana Tindak Lanjut (RTL)
Waktu : 2 JPL (T:0, P : 2, PL0)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu
menyusun rencana tindak lanjut setelah mengikuti
pelatihan

Tujuan
Poko Bahasan dan Media dan
Pembelajaran Metode Referensi
Sub Pokok Bahasan Alat Bantu
Khusus

Setelah mengikuti
materi ini, peserta
mampu:

1. Menjelaskan  Ceramah  Modul


konsep RTL Tanya  Flipchart
jawab  Spidol
 Latihan  Petunjuk
(TPK3) Latihan
1. Konsep RTL
a. Pengertian  Form
2. Menjelaskan RTL
Komponen RTL RTL
b. Manfaat RTL
3. Menyusun RTL c. Prinsip
Penyusunan
RTL
2. Komponen RTL

3. Penyusunan RTL

24
Nomor : MP. 3
Judul Materi : Anti Korupsi
Waktu : 3 Jpl (T:1, P:2, PL:-)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu
memahami Anti Korupsi

Tujuan
Poko Bahasan dan Media dan
Pembelajaran Metode Referensi
Sub Pokok Bahasan Alat Bantu
Khusus

Setelah mengikuti
materi ini, peserta
mampu
menjelaskan:

1. Konsep
korupsi  Curah  Modul  Undang-undang
pendapat  Bahan Nomor 20 Tahun
 Ceramah tayang 2001 tentang
Tanya  Komputer Perubahan Atas
jawab  Flipchart Undang-undang
 Latihan  Spidol Nomor 31 Tahun
kasus  Latihan 1999 tentang
1. Konsep korupsi  Pemutaran kasus Pemberantasan
a. Definisi film  Film Tindak Pidana
korupsi Korupsi
b. Ciri-ciri  Instruksi Presiden
korupsi Nomor 1 Tahun 2013
2. Konsep anti  Keputusan Menteri
korupsi c. Bentuk/jenis
Kesehatan Nomor
korupsi
232/MENKES/SK/VI/2
d. Tingkatan 013 tentang Strategi
korupsi Komunikasi
e. Faktor Pekerjaan dan
penyebab Budaya Anti Korupsi
korupsi
3. Upaya f. Dasar hukum
pencegahan tentang
korupsi dan korupsi
pemberantasa
2. Konsep anti
n korupsi
korupsi
a. Definisi anti
korupsi
b. Nilai-nilai anti
korupsi
c. Prinsip-prinsip
anti korupsi

3. Upaya
pencegahan
4. Tata cara
korupsi dan
pelaporan
pemberantasan
25
dugaan korupsi
pelanggaran a. Upaya
tindak pidana pencegahan
korupsi korupsi
b. Upaya
pemberantasa
n korupsi
c. Strategi
komunikasi
Pemberatasan
Korupsi (PK)

4. Tata cara
pelaporan
dugaan
pelanggaran
tindak pidana
korupsi
5. Gratifikasi a. Laporan
b. Penyelesaian
hasil
penanganan
pengaduan
masyarakat
c. Pengaduan
d. Tatacara
penyampaian
e. Tim
pengadaan
pengaduan
masyarakat
terpadu di
lingkungan
Kemenkes.
f. Pencatatan
pengaduan

5. Gratifikasi
a.Pengertian
gratifikasi
b.Aspek hukum
c. Gratifikasi
dikatakan
sebagai tindak
pidana korupsi
d.Contoh
gratifikasi
e.Sanksi
gratifikasi

26
BAB VI
DIAGRAM ALUR PROSES PEMBELAJARAN

Pre Test

Pembukaan

Building Learning Commitment (BLC)


Metode: Games, Diskusi

E Wawasan Pengetahuan dan Keterampilan


V
A 1. Kebijakan 1. Anatomi dan fisiologi dasar manusia
L Yankestrad 2. Teori dasar akupresur
2. Tatalaksana 3. Teori meridian dan titik akupresur
U Penyelenggaraan 4. Teknik akupresur
A Pelayanan
Akupresur di
5. Tata laksana terapi akupresur
S 6. Tatalaksana kasus akupresur
Puskesmas
3. Binwas Hattra 7. Teknik Melatih
Akupresur bagi Metode:
Petugas  Curah Pendapat
Puskesmas  Ceramah tanya jawab
4. Anti Korupsi  Latihan
 Praktik
Metode :
 Simulasi
 Ceramah
 Diskusi kasus
Tanya
 Microteaching
Jawab
 Curah

Rencana Tindak Lanjut

Post Test dan Evaluasi Penyelenggaraan

Penutupan

27
Proses pembelajaran dalam pelatihan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pre-test
Pelaksanaan pre tes dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman awal
peserta terhadap materi yang akan diberikan pada proses pembelajaran.

2. Pembukaan
Proses pembukaan pelatihan meliputi beberapa kegiatan berikut:
a. Laporan ketua penyelenggara pelatihan dan penjelasan program pelatihan.
b. Pengarahan dari pejabat yang berwenang tentang latar belakang perlunya pelatihan
dan dukungannya terhadap program pelayanan kesehatan tradisional.

3. Membangun komitmen belajar


Kegiatan ini ditujukan untuk mempersiapkan peserta dalam mengikuti proses pelatihan.
Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam proses BLC adalah tujuan pelatihan, peserta
(jumlah dan karakteristik), waktu yang tersedia, sarana dan prasarana yang tersedia.
Proses pembelajaran dilakukan dengan berbagai bentuk permainan sesuai dengan
tujuan pelatihan. Proses BLC dilakukan dengan alokasi waktu minimal 3 jpl dan proses
tidak terputus. Dalam prosesnya 1 (satu) orang fasilitator memfasilitasi maksimal 30
orang peserta.

Proses pembelajaran meliputi:


a. Forming
Pada tahap ini setiap peserta masing-masing masih saling observasi dan membrikan
ide ke dalam kelompok. Pelatih berperan memberikan rangsangan agar setiap
peserta berperan serta dan memberikan ide yang bervariasi.

b. Storming
Pada tahap ini mulai terjadi debat yang makin lama suasanya makin memanas
karena ide yang diberikan mendapatkan tanggapan yang saling mempertahankan
idenya masing-masing. Pelatih berperan memberikan rangsangan pada peserta
yang kurang terlibat agar ikut aktif menanggapi

c. Norming
Pada tahap ini suasana yang memanas sudah mulai reda karena kelompok sudah
setuju dengan klarifikasi yang dibuat dan adanya kesamaan persepsi. Masing-
masing peserta mulai menyadari dan muncul rasa mau menerima ide peserta lainnya.
Dalam tahap ini sudah terbentuk norma baru yang disepakati kelompok. Pelatih
berperan membuatkan ide yang telah disepakati menjadi ide kelompok.

28
d. Performing
Pada tahap ini kelompok sudah kompak, diliputi suasana kerjasama yang harmonis
sesuai dengan norma baru yang telah disepakati bersama. Pelatih berperan
memamcu kelompok agar masing-masing peserta ikut serta aktif dalam setiap
kegiatan kelompok dan tetap menjalankan norma yang telah disepakati.

Hasil yang didapatkan pada proses pembelajaran:

1) Harapan yang ingin dicapai


2) Kekhawatiran
3) Norma kelas
4) Komitmen
5) Pembentukan tim (organisasi kelas)

4. Pengisian pengetahuan/ wawasan


Setelah materi Membangun Komitmen Belajar, kegiatan dilanjutkan dengan
memberikan materi Program Pelayanan Kesehatan Tradisional termasuk akupresur dan
anti korupsi sebagai dasar pengetahuan/ wawasan yang sebaiknya diketahui peserta
dalam pelatihan ini.

5. Pemberian pengetahuan dan ketrampilan


Pemberian materi pengetahuan dan keterampilan dari proses pelatihan mengarah pada
kompetensi yang akan dicapai oleh peserta. Penyampaian materi dilakukan dengan
menggunakan berbagai metode yang melibatkan semua peserta untuk berperan serta
aktif dalam mencapai kompetensi tersebut, yaitu curah pendapat, ceramah tanya jawab,
diskusi kelompok, demonstrasi, latihan, dan bermain peran/role play. Khusus pemberian
teori dilakukan dengan tugas baca kemudian peserta diberi kesempata untuk
menanyakan hal – hal yang kurang dipahami terkait materi.
Pengetahuan dan keterampilan yang disampaikan meliputi materi:
1. Anatomi dan fisiologi dasar manusia
2. Teori dasar akupresur
3. Teori dasar meridian dan titik akupresur
4. Teknik akupresur
5. Tatalaksana terapi akupresur
6. Tatalaksana kasus akupresur
7. Teknik melatih
Setiap hari sebelum proses pembelajaran dimulai, pelatih/fasilitator melakukan kegiatan
refleksi dimana pada kegiatan ini pelatih/fasilitator bertugas untuk menyamakan persepsi

29
tentang materi yang sebelumnya diterima sebagai bahan evaluasi untuk proses
pembelajaran berikutnya.

6. Evaluasi
 Evaluasi yang dimaksudkan adalah evaluasi terhadap proses pembelajaran tiap hari
(refleksi) dan terhadap pelatih/fasilitator.
 Evaluasi tiap hari (refleksi) dilakukan dengan cara me-review kegiatan proses
pembelajaran yang sudah berlangsung, sebagai umpan balik untuk menyempurnakan
proses pembelajaran selanjutnya.
 Evaluasi terhadap fasilitator dilakukan oleh peserta pada saat pelatih/fasilitator telah
mengakhiri materi yang disampaikannya. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan
form evaluasi terhadap pelatih/fasilitator.

7. Rencana Tindak Lanjut (RTL)


Masing-masing peserta menyusun rencana tindak lanjut berupa rencana kerja yang
dapat dilaksanakan setelah mengikuti pelatihan.

8. Post-test dan evaluasi penyelenggaraan


Post-tes dilakukan untuk mengetahui pengetahuan peserta setelah mendapat materi
selama pelatihan. Selain post-tes, dilakukan evaluasi kompetensi yaitu penilaian
terhadap kemampuan yang telah didapat peserta melalui penugasan-penugasan.
Setelah itu dilakukan evaluasi terhadap penyelenggaraan pelatihan yang dilakukan
setelah semua materi disampaikan dan sebelum penutupan. Tujuan evaluasi
penyelenggaraan adalah mendapatkan masukan dari peserta tentang penyelenggaraan
pelatihan yang akan digunakan untuk menyempurnakan penyelenggaraan pelatihan
berikutnya.

9. Penutupan
Acara penutupan adalah sesi akhir dari semua rangkaian kegiatan, dilaksanakan oleh
pejabat yang berwenang dengan susunan acara sebagai berikut:
a. Laporan ketua penyelenggara pelatihan.
b. Pengumuman peringkat keberhasilan peserta.
c. Pembagian sertifikat.
d. Kesan dan pesan dari perwakilan peserta.
e. Pengarahan dan penutupan oleh pejabat yang berwenang.
f. Pembacaan doa.

30
BAB VII
PESERTA DAN PELATIH

A. PESERTA
1. Kriteria
a. Pegawai Negeri Sipil aktif
b. Pendidikan minimal D-III bidang keperawatan atau kebidanan dan atau dokter
c. Menguasai ilmu akupunktur/akupresur, dibuktikan dengan sertifikat
pendidikan atau pelatihan
d. Diutamakan peserta yang telah mempraktekkan akupunktur/akupresur
minimal 1 tahun
2. Jumlah Peserta
Jumlah peserta maksimal dalam 1 kelas adalah 30 orang.

B. PELATIH
Kriteria pelatih adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan minimal D3 Keperawatan/D3 Kebidanan/S1 profesi Dokter


2. Menguasai subtansi yang akan dilatih dengan melampirkan curriculum vitae
3. Telah mengikuti pelatihan pengembangan keterampilan dasar teknik instruksional
(pekerti)/ToT/TPPK/Widyaiswara dasar/pengalaman melatih
4. Memahami kurikulum pelatihan TOT Peningkatan Kapasitas Tenaga Kesehatan
dalam Pelayanan Akurpesur di Puskesmas, terutama GBPP materi yang akan
diajarkan.

Instruktur :

Kriteria Instruktur adalah sebagai berikut:

1. Menguasai substansi/materi
2. Pengalaman Bekerja di Bidang pelayanan kesehatan tradisional
3. Pendidikan minimal D3 Keperawatan/D3 Kebidanan/S1 profesi Dokter

31
BAB VIII
PENYELENGARA DAN TEMPAT PENYELENGGARAAN

A. Penyelenggara
TOT Pelayanan Akupresur bagi tenaga Kesehatan di Puskesmas diselenggarakan oleh
Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional Kementerian Kesehatan dengan
penganpuan oleh Institusi pelatihan kesehatan yang terakreditasi (BPPK/Bapelkes)
dengan kriteria sebagai berikut:

1. Memiliki tenaga pengendali pelatihan atau seseorang yang ditunjuk sebagai


pengendali proses pembelajaran yang menguasai materi pelatihan
2. Memiliki minimal satu orang tenaga SDM yang telah mengikuti pelatihan
penyelenggara pelatihan/ Training Officer Course (TOC).

B. Tempat Penyelenggaraan
TOT Pelayanan Akurpesur bagi Tenaga Kesehatan di Puskesmas diselenggarakan di
BBPK/Bapelkes/Balai Diklat/institusi pelatihan/tempat lainnya yang memiliki sarana dan
fasilitas sesuai dengan kebutuhan pelatihan.

32
BAB IX
EVALUASI

Evaluasi dilakukan terhadap:

A. Peserta
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil pembelajaran dari peserta. Evaluasi terhadap
peserta dilakukan melalui:
1. Penjajagan awal melalui pre test.
2. Post test untuk mengukur pemahaman peserta terhadap materi yang telah diterima.
3. Penugasan masing- masing materi inti
4. Evaluasi sikap peserta
Soal pre dan post test dapat menggunakan soal dari bank soal (terlampir). Komposisi
soal mencakup materi dasar dan materi inti.

B. Pelatih/fasilitator
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan pelatih/ fasilitator dalam
menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan yang
dapat dipahami dan diserap peserta, yaitu:
1. Penguasaan materi
2. Ketepatan waktu
3. Sistematika penyajian
4. Penggunaan metode dan alat bantu pelatihan
5. Empati, gaya dan sikap terhadap peserta
6. Penggunaan bahasa dan volume suara
7. Pemberian motivasi belajar kepada peserta
8. Pencapaian Tujuan Pembelajaran Umum
9. Memberikan kesempatan tanya jawab
10. Kemampuan menyajikan
11. Kerapihan berpakaian
12. Kerjasama antar Tim pelatih

33
C. Penyelenggara
Evaluasi dilakukan oleh peserta terhadap pelaksanaan pelatihan sesuai form terlampir
yang meliputi:

1. Efektivitas penyelenggaraan
2. Ketersediaan bahan pelatihan
3. Kesiapan sarana pelatihan
4. Kesesuaian pelaksanaan program dengan rencana
5. Ketersediaan dan kelengkapan sarana dan prasarana pelatihan
6. Kebersihan :
 Kelas
 Asrama
 Ruang makan
 Kamar mandi
7. Ketersediaan fasilitas olah raga dan kesehatan

34
BAB X
SERTIFIKASI

Setiap peserta yang telah mengikuti pelatihan dengan ketentuan kehadiran minimal 100%
dari keseluruhan jam pembelajaran akan mendapatkan sertifikat pelatihan yang dikeluarkan
oleh Kementerian Kesehatan RI dengan angka kredit 1 (satu). Sertifikat ditandatangani oleh
Kepala Pusat Pelatihan SDM Kesehatan atas nama Menteri Kesehatan RI. Pada halaman
belakang sertifikat ditandatangani oleh panitia penyelenggara.

35
MODUL TOT AKUPRESUR UNTUK PENINGKATAN
KOMPETENSI TENAGA KESEHATAN

DIREKTORAT PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL


DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
2022

36
MATERI DASAR 1

KEBIJAKAN PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL

I. DISKRIPSI SINGKAT

Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan


promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu,
menyeluruh dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tradisional merupakan salah
satu dari kegiatan penyelenggaraan upaya kesehatan di Indonesia.

Dalam Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 59


dinyatakan bahwa pelayanan kesehatan tradisional terbagi menjadi pelayanan
kesehatan tradisional yang menggunakan ketrampilan dan yang menggunakan ramuan.
Pelayanan kesehatan tradisional dibina dan diawasi oleh Pemerintah agar dapat
dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya, serta tidak bertentangan dengan
norma agama. Di sisi lain pada pasal 61 dinyatakan bahwa masyarakat diberi
kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengembangkan, meningkatkan dan
menggunakan pelayanan kesehatan tradisional yang dapat dipertanggungjawabkan
manfaat dan keamananannya.

Puskesmas merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak


pembangunan kesehatan di Indonesia yang menyelenggarakan upaya kesehatan tingkat
pertama, termasuk upaya pembinaan pengobatan tradisional dan pelayanan
komplementer. Oleh karena itu tenaga kesehatan di Puskesmas perlu mengetahui dan
memahami kebijakan tentang pelayanan kesehatan tradisional. Modul ini membahas
kebijakan pelayanan kesehatan tradisional, meliputi: Kebijakan Pelayanan Kesehatan
Tradisional dan Kebijakan Pelayanan Kesehatan Dasar di Puskesmas terkait pelayanan
kesehatan tradisional.

TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mempelajari materi, peserta mampu memahami kebijakan pelayanan


kesehatan tradisional.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mempelajari materi peserta mampu:


1. Kebijakan penyelenggaraan pelayanan kesehatan
tradisional
2. Kebijakan pelayanan dasar Puskesmas terkait pelayanan kesehatan tradisional
di Puskesmas

II. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN

37
A. Kebijakan penyelenggaraan kegiatan pelayanan kesehatan tradisional
B. Kebijakan Pelayanan Kesehatan Dasar Puskesmas terkait pelayanan kesehatan
tradisional

III. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN


Langkah 1 Pengkondisian (10 menit)
1. Fasilitator memperkenalkan diri, kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran serta
waktu yang tersedia untuk materi ini.
2. Fasilitator menggali pendapat peserta mengapa modul/materi ini diperlukan untuk
orientasi ini. Berikan juga kesempatan kepada peserta untuk menyampaikan
pendapat atau pengetahuannya tentang kebijakan pelayanan kesehatan tradisional.
tuliskan pada flipchart agar dapat dibaca semua orang.
3. Fasilitator memandu peserta untuk menanggapi sehingga terjadi interaksi yang
dinamis.

Langkah 2 Membahas pokok bahasan (80 menit)


1. Fasilitator mulai dengan menggali pendapat/pemahaman peserta tentang kebijakan
pelayanan kesehatan tradisional. Misalkan dengan menanyakan kepada peserta
“apa dasar kebijakan pelayanan kesehatan tradisional di Puskesmas?”. “Apa
Kegiatan Puskesmas dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan tradisonal
berdasarkan kebijakan dasar Puskesmas?”. Beri kesempatan peserta saling
menanggapi apa yang dikemukakan peserta lainnya sehingga kelas menjadi dinamis.
2. Fasilitator menyampaikan penjelasan materi Kebijakan pelayanan kesehatan
tradisional.
3. Berikan kesempatan peserta untuk tanya jawab dan klarifikasi

IV. BAHAN PEMBELAJARAN

A. Kebijakan Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Tradisional

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 kesehatan merupakan hak dasar/hak


fundamental warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk
mewujudkan hal tersebut telah ditetapkan Undang-undang No 17 tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun 2005-2025 yang
menyatakan bahwa dalam rangka mewujudkan bangsa yang berdaya saing, maka
pembangunan nasional diarahkan untuk mengedepankan pembangunan sumber
daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing. Untuk mewujudkan hal tersebut
Pemerintah menyelenggarakan pembangunan kesehatan yang diarahkan pada
peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud.

Dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan dinyatakan


bahwa untuk mewujudkan tujuan pembangunan kesehatan diselenggarakan upaya
kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan
perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan
dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan.
Selain itu Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 memberikan paradigma baru dalam

38
pelayanan kesehatan dimana pelayanan kesehatan tradisional sebagai salah satu
upaya dari 17 upaya kesehatan yang harus diselenggarakan secara menyeluruh
terpadu dan berkesinambungan.

Pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan/atau perawatan


dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun
temurun secara empiris yang dapat dipertanggungjawabkan dan diterapkan sesuai
dengan norma yang berlaku di masyarakat. Pasal 59 dari Undang-Undang tersebut
menyatakan bahwa pelayanan kesehatan tradisional terbagi menjadi pelayanan
kesehatan tradisional yang menggunakan ketrampilan dan yang menggunakan
ramuan, dibina dan diawasi oleh Pemerintah agar dapat dipertanggungjawabkan
manfaat dan keamanannya, serta tidak bertentangan dengan norma agama.
Akupresur merupakan salah satu jenis pelayanan kesehatan tradisional keterampilan.
Pasal 60 menyatakan Setiap orang yang melakukan pelayanan kesehatan tradisional
yang menggunakan alat dan teknologi harus mendapat izin dari lembaga kesehatan
yang berwenang dan harus dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan
keamanannya serta tidak bertentangan dengan norma agama dan kebudayaan
masyarakat. Di sisi lain pada pasal 61 dinyatakan bahwa masyarakat diberi
kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengembangkan, meningkatkan dan
menggunakan pelayanan kesehatan tradisional yang dapat dipertanggungjawabkan
manfaat dan keamananannya.

Pelayanan kesehatan tradisional merupakan warisan budaya bangsa yang


selama ini tumbuh dan berkembang serta terpelihara secara turun temurun di
kalangan masyarakat, digunakan sejak dahulu sampai kini dengan kecenderungan
yang terus meningkat. Komitmen Asean dalam “Declaration of the 7 th Asean Health
Ministers” 22 April 2004 di Penang Malaysia, menghendaki integrasi pelayanan
kesehatan tradisional ke dalam sistem pelayanan kesehatan sebagai bagian dari
pelayanan kesehatan dasar. Salah satu pelayanan kesehatan tradisional jenis
keterampilan yang banyak berkembang dalam masyarakat adalah pijat. Pijat telah
dikenal oleh masyarakat sejak dahulu kala sebagai bagian dan upaya untuk
membuat mereka Iebih sehat dan telah memberi andil yang cukup besar dalam
memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan. Jenis pijat yang berkembang saat
ini di antaranya adalah akupresur.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 103 tahun 2014 tentang
Pelayanan Kesehatan Tradisional yang bertujuan membangun sistem pelayanan
kesehatan tradisional yang bersinergi dengan pelayanan kesehatan konvensional,
membangun sistem pelayanan kesehatan tradisional komplementer yang bersinergi
dan dapat berintegrasi dengan pelayanan kesehatan konvensional di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan, memberikan perlindungan kepada masyarakat, meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan tradisional dan memberikan kepastian hukum bagi
pengguna dan pemberi pelayanan kesehatan tradisional.

Berdasarkan Capaian Indikator Rencana Strategis Kementerian Kesehatan


2020-2024, perihal pelayanan kesehatan tradisional menyatakan luaran yang akan
dicapai antara lain adalah jumlah Puskesmas yang menyelenggarakan Kesehatan
Tradisional, yang ditandai dengan indikator pencapaian sebagai berikut :

39
Jumlah Puskesmas yang menyelenggarakan
kesehatan tradisional

2020 2021 2022 2023 2024


175 250 325 400 475

Definisi Operasional :
Meningkatnya akses pelayanan kesehatan tradisional yang berkualitas. Indikator
pencapaian sasaran tersebut adalah:
a. Jumlah Puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan
tradisional.
b. RS pemerintah menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan tradisional
terintegrasi.
c. Tersedianya griya sehat di kabupaten/kota.

Untuk mewujudkan indikator tersebut perlu dilakukan penambahan kompetensi


tenaga kesehatan melalui pelatihan sehingga pelayanan kesehatan tradisional yang
telah aman dan bermanfaat bagi kesehatan dapat dilaksanakan di fasilitas pelayanan
kesehatan khususnya fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama di Puskesmas
B. Tatalaksana Penyelenggaraan Pelayanan Akupresur di Puskesmas

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota


yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja tertentu.

Fungsi Puskesmas

1. Pusat penggerak pembangunan wilayah berwawasan kesehatan


2. Pusat pemberdayaan masyarakat
3. Pusat pelayanan kesehatan:
a. Pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer – tingkat pertama
b. Pusat pelayanan kesehatan perorangan primer – tingkat pertama

Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan


primer dan upaya kesehatan masyarakat primer.

40
Kegiatan upaya kesehatan di Puskesmas ditetapkan berdasarkan komitmen
nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk
peningkatan derajat kesehatan masyarakat selain itu penetapan kegiatan upaya
kesehatan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat
serta disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas.

Penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan di Puskesmas harus


menerapkan azas penyelenggaraan Puskesmas secara terpadu. Azas
penyelenggaraan Puskesmas yang dimaksud adalah :

1. Azas pertanggungjawaban wilayah


Puskesmas bertanggungjawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk itu Puskesmas harus
melaksanakan berbagai kegiatan , antara lain sebagai berikut :
a. Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan sehingga
berwawasan kesehatan
b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya
c. Membina setiap upaya kesehatan strata tingkat pertama (primer) yang
diselenggarakan oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya
d. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata tingkat pertama (primer) secara
merata dan terjangkau di wilayah kerjanya

2. Azas pemberdayaan masyarakat


Puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat, agar
berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas.

3. Azas keterpaduan
Untuk mengatasi keterbatasan sumberdaya serta diperolehnya hasil yang
optimal, penyelenggaraan pelayanan setiap upaya Puskesmas harus
diselenggarakan secara terpadu, jika mungkin sejak dari tahap perencanaan.
Kertepaduan dilaksanakan baik keterpaduan lintas program dan lintas sektor.

4. Azas rujukan
Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan primer, kemampuan yang
dimiliki terbatas. Untuk membantu Puskesmas menyelesaikan berbagai
permasalahan kesehatan dalam masyarakat perlu ditopang oleh azas rujukan.
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggungjawab atas kasus penyakit
atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara
vertikal dalam arti satu strata fasilitas pelayanan kesehatan ke strata pelayanan
kesehatan lainnya, maupun secara horizontal dalam arti strata fasilitas pelayanan
kesehatan yang sama.

5. Manajemen Puskesmas
Penyelenggaraan berbagai upaya pelayanan kesehatan di Puskesmas yang
sesuai dengan azas penyelenggaraan Puskesmas perlu ditunjang oleh
manajemen Puskesmas yang baik. Manajemen Puskesmas adalah rangkaian
kegiatan yang bekerja secara sistemik untuk menghasilkan luaran Puskesmas

41
yang efektif dan efisien. Rangkaian kegiatan sistemis yang dilaksanakan oleh
Puskesmas membentuk fungsi-fungsi manajemen. Ada tiga fungsi manajemen
Puskesmas yang dikenal yakni 1)Perencanaan, 2)Pelaksanaan dan
Pengendalian, serta 3)Pengawasan dan Pertanggungjawaban. Semua fungsi
manajemen tersebut harus dilaksanakan secara terkait dan berkesinambungan.

Pelayanan kesehatan tradisional merupakan salah satu upaya kesehatan


yang diselenggarakan di Puskesmas. Langkah yang dilakukan untuk
penyelenggaraan pelayanan kesehatan tradisional di Puskesmas mengikuti
pelaksanaan manajemen Puskesmas yang telah ada.

V. Referensi

A. Undang-undang No 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka


Panjang Nasional tahun 2005-2025
B. UU No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
C. Keputusan Menteri Kesehatan No 128/Menkes/SK/II/ Tahun 2004 tentang Kebijakan
Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
D. KMK No. HK.01.07/MENKES/422/2017 tentang Rencana Strategis Kemenkes Tahun
2015 - 2019

42
MATERI DASAR 2

TATALAKSANA PENYELENGGARAAN PELAYANAN AKUPRESUR DI PUSKESMAS

I. DISKRIPSI SINGKAT

Dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan dinyatakan


bahwa upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu,
menyeluruh dan berkesinambungan. Selanjutnya disebutkan pada pasal 48 bahwa
pelayanan kesehatan tradisional merupakan salah satu kegiatan dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan.

Puskesmas yang merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan


menyelenggarakan upaya kesehatan tingkat pertama, termasuk pelayanan kesehatan
tradisional. Pelayanan akupresur merupakan salah satu cara pengobatan pelayanan
kesehatan tradisional yang menggunakan keterampilan.

Pelayanan akupresur menyelenggarakan kegiatan pelayanan yang


diselenggarakan di Puskesmas. Oleh karena itu tenaga kesehatan di Puskesmas perlu
mengetahui dan memahami tatalaksana penyelenggaraannya. Sehubungan dengan hal
tersebut, modul ini akan membahas tentang mekanisme integrasi pelayanan akupresur
di Puskesmas, meliputi : alur pelayanan, tata hubungan kerja antar unit pelayanan dan
pencatatan pelaporan.

TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami tatalaksana


penyelenggaraan pelayanan akupresur di Puskesmas.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mempelajari peserta mampu :


1. Menjelaskan Mekanisme integrasi pelayanan akupresur di Puskesmas
2. Menjelaskan Pembinaan dan Pengawasan Pelayanan Integrasi di Puskesmas

II. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN


A. Mekanisme integrasi pelayanan akupresur di puskesmas:
d. Alur pelayanan
e. Tata hubungan kerja antar pelayanan di puskesmas
f. Pencatatan pelaporan

B. Pembinaan dan Pengawasan pelayanan Integrasi di Puskesmas

III. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN


Langkah 1 Pengkondisian (10 menit)
1. Fasilitator memperkenalkan diri, kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran serta
waktu yang tersedia untuk materi ini

43
2. Fasilitator menggali pendapat peserta mengapa modul/materi ini diperlukan untuk
orientasi ini. Berikan juga kesempatan kepada peserta untuk menyampaikan
pendapat atau pengetahuannya tentang tatalaksana pelayanan akupresur di
Puskesmas. tuliskan pada kertas flipchart agar dapat dibaca semua orang
3. Fasilitator memandu peserta untuk menanggapi sehingga terjadi interaksi yang
dinamis

Langkah 2 Membahas pokok bahasan (80 menit)


1. Fasilitator mulai dengan menggali pendapat/pemahaman peserta tentang
tatalaksana pelayanan akupresur di Puskesmas. Misalkan dengan menanyakan
kepada peserta “bagaimana alur pelayanan kesehatan di Puskesmas?”. “bagaimana
tata hubungan pelayanan antar unit di Puskesmas?”. Beri kesempatan peserta saling
menanggapi apa yang dikemukakan peserta lainnya sehingga kelas menjadi dinamis.
2. Fasilitator menyampaikan penjelasan materi tatalaksana penyelenggaraan
pelayanan akupresur di Puskesmas.
3. Berikan kesempatan peserta untuk tanya jawab dan klarifikasi

IV. BAHAN PEMBELAJARAN

A. Mekanisme Integrasi Pelayanan Akupresur di Puskesmas


Integrasi pelayanan adalah penyatuan/ penggabungan sebagian atau seluruh aspek
pelayanan pengobatan komplementer–alternatif pada pelayanan kesehatan di semua
tingkatan fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk aspek regulasi, pembiayaan, serta
kebijakan mengenai penyelenggaraan pelayanan dan obat yang digunakan.

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan tradisional akupresur di Puskesmas


diperlukan persiapan dalam beberapa aspek sebagai berikut :

1. Aspek Regulasi
a. Undang-undang No.36 tahun 2009
b. Kepmenkes RI Nomor HK.03.01/160/I/20120 Tantang Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014
c. SKN (Sistem Kesehatan Nasional)

Untuk pengembangan Pelayanan Kesehatan Tradisional diperlukan dukungan


regulasi yang mengacu pada peraturan/kebijakan di Pusat terkait dengan
pelayanan kesehatan tradisional dan dukungan APBD dari Pemerintah
Kabupaten/Kota.

2. Aspek Manajemen
Manajemen pelayanan kesehatan tradisional akupresur terdiri dari perencanaan
(Rencana Usulan Kegiatan/RUK dan Rencana Pelaksanaan Kegiatan/RPK),
pelaksanaan dan pengendalian, serta pengawasan dan pertanggungjawaban.
Pelayanan kesehatan tradisional harus dilaksanakan secara terpadu dan
berkesinambungan dengan manajemen Pukesmas.
Beberapa hal penting yang perlu menjadi perhatian dalam pelaksanaan
manajemen pelayanan kesehatan tradisional akupresur adalah :

44
a. Tahap Perencanaan :
 Inventarisasi sarana, prasarana dan alat pelayanan akupresur
 Jenis dan jumlah bahan penunjang yang dibutuhkan
 Inventarisasi keluhan penyakit yang memerlukan pelayanan akupresur

b. Tahap Pelaksanaan dan Pengendalian :


1) Plan Of Action (POA).
2) Tim pelaksana pelayanan akupresur.
3) Pengadaan sarana prasarana.
4) Uraian tugas dan Standar Pelayanan Operasional (SPO).
5) Sosialisasi dan koordinasi.
6) Lokakarya mini.

c. Tahap Pengawasan dan Pertanggungjawaban


1) Pencatatan
2) Penilaian kinerja
3) Pelaporan
4) Bimbingan teknis

3. Aspek Sumber Daya


a. Tenaga Kesehatan
Pelayanan akupresur di Puskesmas dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang
terlatih akupresur.

b. Sarana Prasarana
1) Ruang Pelayanan Kesehatan Tradisional
Puskesmas dapat menyediakan ruangan khusus untuk pelayanan akupresur
kesehatan tradisional atau mengoptimalkan ruangan pelayanan yang
tersedia.

2) Peralatan dan bahan


Fasilitas pelayanan akupresur di Puskesmas minimal harus tersedia :

 Meja dan kursi


 Tempat tidur pelayanan
 Peralatan cuci tangan: wastafel, handuk kecil, sabun
 Bahan pelicin (minyak urut, handbody)
 Alat bantu pijat akupresur

4. Aspek Pembiayaan :
Pembiayaan pelayanan kesehatan tradisional akupresur di Puskesmas dapat
berasal dari APBD Kabupaten/Kota , APBD Provinsi, APBN, sumber-sumber lain
yang tidak mengikat dan tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

B. Alur Pelayanan Akupresur Di Puskesmas

45
Pasien yang datang ke Puskesmas tetap dilakukan pemeriksaan secara
konvensional dan diagnosis oleh Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP)
menggunakan ICD X.
Dalam memberikan pilihan pengobatan terdapat tiga pilihan yaitu:
1. Konvensional saja
2. Konvensional + Pelayanan Kesehatan Tradisional (komplement)
Disebut komplemen apabila pelayanan kesehatan tradisional melengkapi
pelayanan kesehatan konvensional.
3. Pelayanan Kesehatan Tradisional (alternatif)
Disebut alternatif apabila pelayanan kesehatan tradisional menjadi pengganti
pelayanan kesehatan konvensional dengan indikasi tertentu.

Mekanisme integrasi tersebut dapat dilihat dalam bagan berikut :


PASIEN DATANG

PEMERIKSAAN & DIAGNOSA OLEH DOKTER


( Penegakan Diagnosa secara Konvensional)

INFORM CONSENT, REQUEST CONSENT DAN TERAPI

1. Pengisian surat persetujuan pasien atas tindakan alternatif


komplementer (inform consent).
2. Pengisian surat permintaan pasien atas pelayanan kesehatan
alternatif dan komplementer (request consent).
3. Pilihan terapi yang diberikan dokter:
a. Konvensional saja
b. Konvensional +Yankes Tradisional (komplement)
c. Murni Yankes Tradisional (alternatif)

HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN

Tindakan dapat diberikan oleh:

• Tenaga kesehatan yang mendapat pelatihan khusus di


bidang pelayanan kesehatan tradisional (dalam
pengawasan dokter)

C. Tata hubungan kerja antar unit pelayanan di Puskesmas

46
Pelayanan akupresur di Puskesmas, lebih diutamakan kepada upaya preventif,
promotif, dan paliatif tanpa meninggalkan upaya kuratif dan rehabilitatif.

Pasien yang memerlukan pelayanan akupresur dari unit pelayanan yang ada di
Puskesmas dilaksanakan di ruang pelayanan akupresur dengan mematuhi protokol
kesehatan yang berlaku. Pelayanan akupresur dilaksanakan secara terintegrasi
dengan unit pelayanan yang ada atau sebagai klinik pelayanan tersendiri melalui
rekomendasi atau rujukan dari dokter yang ditunjuk.

Rujukan kasus dilakukan sesuai dengan sistem rujukan yang berlaku di Puskesmas.

D. Pencatatan Dan Pelaporan Pelayanan Di Puskesmas

Sistem pencatatan dan pelaporan pelayanan akupresur di Puskesmas mengikuti pola


pencatatan dan pelaporan yang berlaku di Puskesmas.

V. REFERENSI

A. UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


B. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 103 tahun 2014 tentang Pelayanan
Kesehatan Tradisional

47
MATERI DASAR 3

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYEHAT TRADISIONAL AKUPRESUR


BAGI PETUGAS KESEHATAN

I. DISKRIPSI SINGKAT

Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan


promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu,
menyeluruh dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tradisional merupakan salah
satu dari kegiatan penyelenggaraan upaya kesehatan di Indonesia.

Dalam Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 59


dinyatakan bahwa pelayanan kesehatan tradisional terbagi menjadi pelayanan
kesehatan tradisional yang menggunakan ketrampilan dan yang menggunakan ramuan.
Pelayanan kesehatan tradisional dibina dan diawasi oleh Pemerintah agar dapat
dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya, serta tidak bertentangan dengan
norma agama. Di sisi lain pada pasal 61 dinyatakan bahwa masyarakat diberi
kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengembangkan, meningkatkan dan
menggunakan pelayanan kesehatan tradisional yang dapat dipertanggungjawabkan
manfaat dan keamananannya.

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan


Pemerintahan antara Pemerintah Provinsi Kabupaten Kota menyatakan Kesehatan
merupakan urusan Pemerintah bersifat Konkuren dalam arti dilaksanakan secara
bersama sama oleh Pusat dan Daerah, dimana Pemerintah/Pusat berkewajiban untuk
menyusun Norma Standar Prosedur Kriteria Pelayanan Kesehatan, Provinsi sebagai
perpanjangtanganan Pusat di daerah dalam bidang kesehatan serta kabupaten kota
mengatur penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Pusat Kesehatan Masyarakat
sebagai Unit Pelaksana Teknis Kabupaten Kota yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan di wilayah kecamatan.

Puskesmas yang merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan


menyelenggarakan upaya kesehatan tingkat pertama, termasuk upaya pembinaan
pengobatan tradisional. Tenaga kesehatan di Puskesmas harus memiliki kemampuan
dalam melaksakan kegiatan upaya tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut, modul ini
akan membahas tentang pembinaan penyehat tradisional akupresur bagi tenaga
kesehatan, meliputi : kegiatan pembinaan dan pengawasan pelayanan kesehatan

48
tradisional, pembagian peran petugas Puskesmas dan Lintas Sektor serta langkah-
langkah pembinaan dan pengawasan penyehat tradisional akupresur di wilayah kerjanya,
dan Tata laksana penyelenggaraan pelayanan akupresur oleh penyehat tradisional.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mengikuti materi, peserta mampu memahami pembinaan dan pengawasan


penyehat tradisional akupresur di wilayah kerjanya

B. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mempelajari peserta mampu :


1. Menjelaskan kegiatan pembinaan dan pengawasan pelayanan akupresur
2. Menjelaskan pembagian peran petugas Puskesmas dan lintas sektor dalam
pembinaan dan pengawasan penyehat tradisional akupresur di wilayah kerjanya
3. Menjelaskan langkah-langkah pembinaan dan pengawasan penyehat tradisional
akupresur di wilayah kerjanya.
4. Menjelaskan tatalaksana penyelenggaraan pelayanan kesehatan tradisional
akupresur yang dilaksanakan oleh penyehat tradisional

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN


A. Kegiatan Pembinaan Pelayanan Kesehatan Tradisional
B. Peran Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Puskesmas dan Lintas Sektor Dalam
Pembinaan Penyehat Tradisional Akupresur
C. Langkah-langkah Pembinaan dan Pengawasan Penyehat Tradisional Akupresur
Pelayanan Kesehatan Tradisional Akupresur
D. Tatalaksana Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Tradisional akupresur yang
dilaksanakan oleh penyehat tradisional

LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Langkah 1 Pengkondisian (10 menit)

Fasilitator memperkenalkan diri, kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran serta waktu


yang tersedia untuk materi ini

Fasilitator menggali pendapat peserta mengapa modul/materi ini diperlukan untuk orientasi
ini. Berikan juga kesempatan kepada peserta untuk menyampaikan pendapat atau
pengetahuannya tentang pembinaan penyehat tradisional akupresur. tuliskan pada kertas
flipchart agar dapat dibaca semua orang

49
Fasilitator memandu peserta untuk menanggapi sehingga terjadi interaksi yang dinamis

Langkah 2 Membahas pokok bahasan (80 menit)

Fasilitator mulai dengan menggali pendapat/pemahaman peserta tentang pembinaan


pelayanan kesehatan tradisional, pembagian peran, langkah pelaksanaan pembinaan dan
pengawasan penyehat tradisional akupresur di Puskesmas, dan tata laksana
penyelenggaraan pelayanan akupresur oleh penyehat tradisional. Misalkan dengan
menanyakan kepada peserta “Apa tujuan pembinaan pelayanan kesehatan tradisional?”.
“Apa peran Puskesmas dan lintas sektor dalam pembinaan penyehat tradisonal?” dan “apa
langkah-langkah pembinaan yang dilakukan oleh petugas Puskesmas”. Beri kesempatan
peserta saling menanggapi apa yang dikemukakan peserta lainnya sehingga kelas menjadi
dinamis.

Fasilitator menyampaikan penjelasan materi pembinaan dan pengawasan penyehat


tradisional akupresur bagi petugas Puskesmas

Berikan kesempatan peserta untuk tanya jawab dan klarifikasi

BAHAN PEMBELAJARAN :

Pembinaan Dan Pengawasan Penyehat Tradisional Akupresur Bagi Petugas


Kesehatan

Pendahuluan :
Undang-Undang No 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional tahun 2005-2025 menyatakan bahwa pembangunan kesehatan
diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya dapat terwujud. Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, maka
pembangunan kesehatan dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan,
baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun oleh masyarakat.2.

Dalam Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 pada pasal 59 bahwa


pelayanan kesehatan tradisional terbagi menjadi pelayanan kesehatan tradisional
yang menggunakan keterampilan dan yang menggunakan ramuan, dibina dan
diawasi oleh Pemerintah agar dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan
keamanannya, serta tidak bertentangan dengan norma agama. Di sisi lain pada
pasal 61 dinyatakan bahwa masyarakat diberi kesempatan yang seluas-luasnya
untuk mengembangkan, meningkatkan dan menggunakan pelayanan kesehatan
tradisional yang dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan keamananannya.

50
Undang-Undang Republik Indonesia No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah menyatakan bahwa bidang kesehatan merupakan urusan bersama/
konkuren antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pembangunan
kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan upaya kesehatan termasuk di
antaranya pelayanan kesehatan tradisional.

Dalam Keputusan Menteri Kesehatan No 374/MENKES/SK/V/2009 tentang


Sistem Kesehatan Nasional disebutkan bahwa pengobatan tradisional merupakan
bagian dari subsistem Upaya Kesehatan. Upaya kesehatan yang diselenggarakan di
Puskesmas terdiri dari upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pilihan
(pengembangan) dimana pelayanan kesehatan tradisional merupakan upaya
kesehatan pilihan (pengembangan).

Pelayanan kesehatan tradisional merupakan warisan budaya bangsa yang


selama ini tumbuh dan berkembang serta terpelihara secara turun temurun di
kalangan masyarakat, digunakan sejak dahulu sampai kini dengan kecenderungan
yang terus meningkat.

Komitmen Asean dalam “Declaration of the 7 th


Asean Health Ministers” 22
April 2004 di Penang Malaysia, menghendaki integrasi pelayanan kesehatan
tradisional ke dalam sistem pelayanan kesehatan sebagai bagian dari pelayanan
kesehatan dasar.

Salah satu pelayanan kesehatan tradisional jenis keterampilan yang banyak


berkembang dalam masyarakat adalah pijat. Pijat telah dikenal oleh masyarakat
sejak dahulu kala sebagai bagian dan upaya untuk membuat mereka Iebih sehat dan
telah memberi andil yang cukup besar dalam memenuhi kebutuhan akan pelayanan
kesehatan. Jenis pijat yang berkembang saat ini diantaranya adalah akupresur.

Dalam rangka mewujudkan pelayanan akupresur yang dapat


dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya, tidak bertentangan dengan
norma yang berlaku serta memberikan perlindungan kepada masyarakat penerima
pelayanan, maka dalam penyelenggaraannya perlu dilakukan pembinaan dan
pengawasan.

Pembinaan terhadap pelayanan akupresur dilakukan secara berjenjang oleh


Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, Puskesmas, dengan melibatkan Lintas Sektor terkait.

1. Pembinaan Dan Pengawasan

51
Pembinaan dan pengawasan pelayanan kesehatan tradisional yang dilaksanakan
meliputi :
a. Pembinaan dan pengawasan pelayanan kesehatan tradisional diarahkan untuk
meningkatkan mutu pelayanan, keamanan dan manfaatnya bagi kesehatan.
b. Pembinaan dan pengawasan pelayanan kesehatan tradisional dilakukan
secara berjenjang mulai dari tingkat Puskesmas sampai ke Kementerian
Kesehatan.
c. Pembinaan dan pengawasan pelayanan kesehatan tradisional ditujukan untuk
semua jenis pelayanan kesehatan tradisional yang ada di masyarakat,
diselenggarakan bersama lintas program dan lintas sektor terkait dengan
mengikut sertakan asosiasi penyehat tradisional yang ada.
d. Pembinaan dan pengawasan pelayanan kesehatan tradisional dilaksanakan
berdasarkan metode yang digunakan, ramuan dan atau keterampilan.
e. Untuk menjamin keamanan dan manfaat pelayanan kesehatan tradisional yang
ada di masyarakat, perlu dilakukan penapisan terhadap metode, alat maupun
bahan yang digunakan melalui penelitian, pengkajian dan pengujian.
f. Penapisan dilakukan oleh SP3T, BKTM dan LKTM, Perguruan Tinggi, dan
institusi lainnya.
g. Pengujian, sertifikasi, akreditasi penyehat tradisional/penyehat tradisional
asing/ metode/obat tradisional, dilakukan oleh “Tim Penguji” yang terdiri dari
Tim atau institusi yang ditunjuk Pemerintah, meliputi unsur Pemerintah, unsur
asosiasi penyehat tradisional, pakar ilmuan terkait, pakar kesehatan serta
lembaga terkait (lembaga penelitian, lembaga pendidikan, dsb).
h. Pelayanan kesehatan tradisional yang telah diuji ternyata terbukti bermanfaat,
aman bagi kesehatan dan sesuai dengan kaidah ilmu kedokteran, dapat
diintegrasikan ke dalam fasilitas pelayanan kesehatan atau dapat
dikembangkan secara tersendiri apabila tidak sesuai dengan kaidah ilmu
kedokteran.

2. Tahap Dan Pola Pembinaan


Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan
koordinasi pembinaan dengan SP3T dan atau BKTM/LKTM terdekat melalui tahap
dan pola pembinaan sebagai berikut :
a. Tahap Pembinaan

52
i. Tahap Informatif
Tahapan untuk menjaring semua metode pelayanan kesehatan tradisional,
yang asli maupun yang berasal dari luar Indonesia tetapi keberadaannya
diakui oleh masyarakat, termasuk yang secara rasional belum terbukti
bermanfaat.
ii. Tahap Formatif
Tahapan untuk melakukan seleksi terhadap pelayanan kesehatan
tradisional yang telah secara rasional dapat dibuktikan mekanismenya
terhadap kesehatan untuk dapat dilakukan uji coba dalam fasilitas
pelayanan kesehatan. Hal ini dilakukan oleh SP3T, BKTM/LKTM terdekat
beserta Unit Teknisnya.
iii. Tahap Normatif
Tahapan untuk mengusulkan agar jenis pelayanan kesehatan tradisional
yang telah secara rasional dan berdasarkan observasi klinik dapat
dipertanggungjawabkan keamanan dan manfaatnya, diintegrasikan ke
dalam fasilitas kesehatan formal atau dikembangkan secara tersendiri di
masyarakat.

b. Pola Pembinaan
1) Pola Toleransi
Pembinaan terhadap semua jenis pelayanan kesehatan tradisional yang
diakui keberadaannya di masyarakat dimana pembinaan diarahkan hanya
untuk mengurangi efek samping yang mungkin terjadi.
2) Pola Integrasi
Pembinaan terhadap pelayanan kesehatan tradisional yang secara
rasional terbukti aman dan bermanfaat melalui pengujian dari Tim yang
berwenang, mempunyai kesesuaian dengan hakekat ilmu kedokteran dan
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan modern dan dapat
dilaksanakan di fasilitas kesehatan formal.
3) Pola Tersendiri
Pembinaan terhadap pelayanan kesehatan tradisional yang secara
rasional terbukti aman, bermanfaat dan dapat dipertanggung jawabkan
tetapi memiliki kaidah tersendiri sehingga dikembangkan dan dibina
secara tersendiri.

B. Pembagian Peran Dalam Pembinaan Dan Pengawasan Pelayanan Kesehatan


Tradisional

53
Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap pelayanan kesehatan
tradisional, pembagian peran dari institusi terkait adalah sebagai berikut :

1. Kementerian Kesehatan
a. Merumuskan kebijakan, sistem, pola, tahap pembinaan, pengawasan dan
pengembangan pelayanan kesehatan tradisional yang mencakup metode,
bahan, obat, alat dan penyehat tradisional.
b. Menyusun Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) pelayanan
kesehatan tradisional.
c. Melakukan sosialisasi NSPK pelayanan kesehatan tradisional yang meliputi
pedoman, petunjuk teknis, bimbingan teknis dan supervisi
d. Mengarahkan kegiatan penapisan melalui pengkajian, teknis dan pengujian di
SP3T, BKTM dan LKTM.
e. Menetapkan jenis atau metode pelayanan kesehatan tradisional yang aman
dan bermanfaat
f. Mengembangkan strategi penerapan integrasi hasil penapisan pelayanan
kesehatan tradisional ke dalam fasilitas pelayanan kesehatan.
g. Mengembangkan sistem monitoring keamanan dalam pemanfaatan
pelayanan kesehatan tradisional
h. Mengembangkan kerjasama luar negeri di bidang pelayanan kesehatan
tradisional
i. Mengembangkan peran penyehat tradisional sebagai motivator dan
komunikator pesan kesehatan.
j. Merumuskan penggerakan dan pemberdayaan masyarakat dalam
pemanfaatan pelayanan kesehatan tradisional secara mandiri
k. Melakukan penapisan teknis terhadap penyehat tradisional asing yang akan
bekerja di Indonesia, ditandai dengan Rekomendasi Menteri Kesehatan.
l. Melakukan pengawasan terhadap iklan dan publikasi pelayanan kesehatan
tradisional
m. Membina kemitraan dengan asosiasi penyehat tradisional tingkat nasional

2. Dinas Kesehatan Provinsi


a. Melakukan sosialisasi dan advokasi kebijakan program pelayanan kesehatan
tradisional di tingkat provinsi

54
b. Melaksanakan koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, lintas
program, lintas sektor terkait, termasuk asosiasi penyehat tradisional dalam
pembinaan dan pengawasan pelayanan kesehatan tradisional.
c. Mengendalikan kegiatan SP3T yang ada di wilayahnya.
d. Mengkoordinasikan penggerakan dan pemberdayaan masyarakat dalam
pemanfaatan pelayanan kesehatan tradisional secara mandiri di tingkat
Provinsi
e. Memberikan surat pengantar atas dokumen permohonan mempekerjakan
penyehat tradisional asing kepada Menteri Kesehatan setelah memeriksa
kelengkapan dokumen permohonan tersebut.
f. Mengirimkan laporan hasil kegiatan program pelayanan kesehatan tradisional
secara berkala ke Kementerian Kesehatan.
g. Membina kemitraan dengan asosiasi penyehat tradisional tingkat provinsi

3. Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota


a. Melakukan sosialisasi dan advokasi kebijakan program pelayanan kesehatan
tradisional di tingkat kabupaten/kota
b. Membantu pemerintah daerah dalam penyusunan Peraturan daerah
kabupaten/kota di bidang pelayanan kesehatan tradisional.
c. Melaksanakan koordinasi lintas program dan lintas sektor terkait dalam
pembinaan, pengawasan dan pengendalian pelayanan kesehatan tradisional
d. Melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap pelayanan
kesehatan tradisional.
e. Mengkoordinasikan penyelenggaraan pelatihan manajemen pelayanan dan
teknis keterampilan pelayanan kesehatan tradisional bagi petugas
Puskesmas, petugas Rumah Sakit dan kader kesehatan tradisional.
f. Memberikan Surat Terdaftar Penyehat Tradisional (STPT) dan Surat Izin
Penyehat Tradisional (SIPT).
g. Memberikan penilaian atas kelayakan fasilitas pelayanan kesehatan
tradisional yang akan mempekerjakan penyehat tradisional asing serta
memberikan surat pengantar permohonan pendayagunaan penyehat
tradisional asing yang memenuhi persyaratan ke Dinas Kesehatan Provinsi.
h. Melakukan supervisi ke penyehat tradisional, griya kesehatan tradisional,
Puskesmas dan Rumah Sakit.
i. Melakukan pemetaan pelayanan kesehatan tradisional.
j. Mengirimkan laporan program pelayanan kesehatan tradisional secara
berkala ke Dinas Kesehatan Provinsi.

55
k. Membina kemitraan dengan asosiasi penyehat tradisional tingkat
kabupaten/Kota

4. Puskesmas
a. Melakukan pendataan pelayanan kesehatan tradisional dengan
menggunakan instrumen pengumpulan data yang terintegrasi dengan
program kesehatan lainnya.
b. Pembinaan dan pengawasan penyehat tradisional di wilayah kerjanya,
dilaksanakan minimal 1 kali setahun dalam bentuk kunjungan lapangan.
c. Mengusulkan petugas Puskesmas dan kader kesehatan tradisional yang
akan dilatih tentang pelayanan kesehatan tradisional yang difasilitasi oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
d. Memberikan surat pengantar kepada penyehat tradisional untuk permohonan
pengurusan STPT/ SIPT ke Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
e. Mengirimkan laporan secara berkala kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/
Kota.

5. Lintas Sektor Terkait


Peran dari lintas sektor yang berperan dalam pembinaan dan pengawasan
pelayanan kesehatan tradisional, antara lain Badan POM, Kementerian Dalam
Negeri, Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Agama, Kejaksaan dan
lain sebagainya sesuai tugas pokok dan fungsinya masing-masing.

6. Organisasi Profesi
a. Menerima dan memberikan konsultasi terkait dengan penyelenggaraan
pelayanan kesehatan tradisional sesuai kebutuhan
b. Sosialisasi peraturan kepada anggotanya terkait penyelenggaraan
pelayanan kesehatan tradisional.

7. Asosiasi Penyehat Tradisional


a. Melakukan pembinaan dan pengawasan kepada anggotanya.
b. Memberikan rekomendasi kepada penyehat tradisional sejenis.
c. Menetapkan kode etik/etika profesi
d. Memberikan penghargaan atau sanksi kepada anggotanya.
e. Menetapkan standar pelayanan dan pelatihan.
f. Turut terlibat dalam melakukan penapisan terhadap penyehat tradisional baik
lokal maupun asing yang metodenya sejenis.

56
g. Meningkatkan dan menilai kompetensi para anggotanya.
h. Meningkatkan pemahaman anggotanya terhadap etika profesi, tata nilai dan
peraturan terkait dengan penyelenggaraan pelayanan kesehatan tradisional
di Indonesia
i. Menjadi mediator komunitas antar anggota organisasi
j. Memberikan mediasi dan advokasi kepada anggotanya.
k. Memberikan masukan kepada Kementerian Kesehatan terkait peraturan
tentang pelayanan kesehatan tradisional

C. Pembinaan Penyehat Tradisional Akupresur

1. Pelaksanaan Pembinaan
Pelaksanaan pembinaan penyehat tradisional akupresur, meliputi :

a. Inventarisasi sasaran dengan menggunakan instrumen pengumpulan data


kesehatan tradisional yang dilaksanakan setiap awal tahun, mencakup:
1) Jumlah penyehat tradisional akupresur
2) Jumlah kunjungan masyarakat yang memanfaatkan akupresur menurut
jenis kelamin dan kelompok usia
3) Jumlah rujukan klien penyehat tradisional akupresur ke Puskesmas
b. Jumlah Puskesmas yang memiliki petugas kesehatan terlatih akupresur
c. Pembinaan terhadap penyehat tradisional akupresur dilaksanakan melalui
berbagai kegiatan, yaitu :
1) Menganjurkan agar penyehat tradisional akupresur mendaftarkan diri ke
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat
2) Memberikan pengantar permohonan pendaftaran penyehat tradisional
akupresur ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
3) Penyuluhan tentang tata cara perizinan dan peraturan terkait lainnya
4) Kunjungan ke fasilitas penyehat tradisional akupresur
5) Penyelenggaraan sarasehan/ KIE/ bimbingan/ penyuluhan kepada
penyehat tradisional akupresur.
d. Pembinaan terhadap fasilitas, alat, bahan dan teknologi yang digunakan
dalam pelayanan akupresur, meliputi :
1) Pembinaan terhadap keamanan penggunaan alat, bahan dan teknologi
yang digunakan dalam pelayanan akupresur sesuai dengan peraturan
yang berlaku.

57
2) Pembinaan terhadap kebersihan fasilitas, sarana dan prasarana yang
digunakan agar sesuai dengan prinsip-prinsip hygiene dan sanitasi.
3) Penyuluhan tentang tata cara perizinan dan peraturan terkait lainnya
4) Pembinaan teknis pelayanan akupresur dapat dilakukan bekerjasama
dengan organisasi profesi atau asosiasi penyehat tradisional terkait.

2. Dukungan kebijakan dalam pembinaan akupresur


a. Kebijakan pembinaan mulai dari Pemerintah Pusat sampai ke Pemerintah
Daerah
b. Penyiapan petugas kesehatan dalam pembinaan akupresur di daerah
dilaksanakan melalui pelatihan teknis maupun manajemen
c. Fasilitasi sosialisasi dan advokasi kepada pembuat kebijakan (Gubernur,
Bupati/Walikota, Camat, Lintas Sektor terkait ).
d. Koordinasi lintas program dan lintas sektor terkait dalam pembinaan
akupresur.
e. Penyediaan jaringan informasi dan dokumentasi program pelayanan
kesehatan tradisional.
f. Pembinaan teknis oleh SP3T, BKTM dan LKTM terdekat.
g. Pengembangan model pelayanan akupresur di tingkat Kabupaten/ Kota.
h. Dukungan pembiayaan melalui APBN, APBD dan sumber-sumber lainnya

3. Indikator Keberhasilan

a. Tersedianya data akupresur yang ada di wilayah kerja Puskesmas dan


diperbaharui setiap tahun.
b. Terdaftarnya seluruh penyehat tradisional akupresur yang menjalankan
pekerjaannya dibuktikan dengan adanya Surat Terdaftar Penyehat
Tradisional (STPT) dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
setempat.Terlaksananya pembinaan terhadap penyehat tradisional
akupresur yang ada di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
secara berkala melalui forum komunikasi, KIE, sarasehan, dan lain-lain
minimal setahun sekali.

4. Sanksi
Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dapat memberikan tindakan administratif apabila ditemukan
adanya pelanggaraan dari peraturan yang berlaku.

58
Tindakan administrative dimaksud dapat berupa :
a. Teguran lisan berlaku 30 hari
b. Teguran tertulis berlaku 60 hari
c. Penghentian sementara kegiatan sampai masalahnya selesai.
d. Pencabutan atau rekomendasi pencabutan STPT

5. Daftar Tilik Pembinaan Penyehat Tradisional Akupresur


Daftar tilik pembinaan penyehat tradisional akupresur digunakan sebagai alat
bantu untuk monitoring dan evaluasi pada saat melakukan kunjungan ke
penyehat tradisional akupresur.

Daftar tilik ini secara umum berisi 3 (tiga) aspek penilaian yaitu aspek non
teknis, manajemen dan aspek teknis. Untuk pembinaan dalam aspek teknis,
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat melibatkan organisasi profesi kesehatan
atau asosiasi penyehat tradisional terkait yang ada di wilayah kerjanya.
Penilaian terhadap setiap uraian dalam daftar tilik dilakukan dengan
memberikan tanda rumput (v) pada kolom “ya” atau “tidak” sesuai dengan
penilaian kondisi yang ada. Pemberian nilai “ya” diberikan jika seluruh kondisi
yang disyaratkan terpenuhi, kekurangan dalam komponen penilaian berarti
jawaban tidak. Setelah dilakukan penilaian setiap uraian, kemudian diikuti
dengan penjumlahan penilaian “ya” sebagai hasil nilai aktual. Nilai aktual dibagi
dengan nilai harapan, dikali 100% merupakan hasil dari penilaian kepatuhan
penyehat tradisional terhadap pedoman penyelenggaraan pelayanan kesehatan
tradisional keterampilan dan pedoman teknis pelayanan akupresur.
Pengolahan data hasil penilaian dari daftar tilik berupa rekapitulasi hasil
penilaian daftar tilik. Hasil rekapitulasi penilaian ini dapat digunakan sebagai
dasar untuk merencanakan tindakan koreksi dalam upaya peningkatan mutu
pelayanan akupresur oleh penyehat tradisional melalui pembinaan secara
berkelanjutan.

DAFTAR TILIK PEMBINAAN PENYEHAT TRADISIONAL AKUPRESUR


Tanggal
Nama Penyehat Tradisional

59
Alamat

Kecamatan
Puskesmas
Petugas Pembina 1. ……………
2. …………….

Berikan penilaian terhadap komponen di bawah ini dengan memberikan tanda rumput
(v) pada kolom ya (Y) atau tidak (T). Kemudian isi kolom nilai aktual dengan
menjumlah jawaban ya (Y)

1.0 Sarana dan Prasarana Aktual


Y T
1.1 Luas ruang pelayanan min 2 x 2,5 M
1.2 Tersedia ruang tunggu klien
1.3 Tersedia ruang administrasi/tempat penyimpanan data klien
1.4 Pencahayaan baik, jelas untuk membaca
1.5 Ventilasi udara baik
1.6 Tersedia tempat sampah tertutup dan plastik di dalamnya
1.7 Tersedia tempat cuci tangan dengan air mengalir
1.8 Tersedia Toilet/WC terpisah dari ruang pelayanan
1.9 Ruangan bersih dan tidak berdebu
1.10 Terdapat papan nama penyehat tradisional
1.11 Papan nama mencantumkan nama penyehat tradisional
dan No STPT
Penilaian Nilai Aktual
Nilai Harapan 11

60
Aktual
2.0 Perlengkapan dalam ruangan
Y T
2.1 Meja dan kursi untuk penyehat tradisional akupresur
2.2 Kursi untuk klien
2.3 Meja atau rak tempat meletakkan alat bantu dan bahan
penunjang
2.4 Tempat gantungan baju klien
2.5 Meja untuk meletakkan barang klien (tas, arloji, dll)
2.6 Tempat tidur untuk klien
2.7 Sprei dan sarung bantal bersih
2.8 Sekat ruang: gordin, dinding, kayu yang memberikan privasi
klien (batas bawah sekat minimal 30 cm dari lantai)
2.9 Handuk kecil untuk lap tangan
2.10 Kain penutup tubuh klien
2.11 Alat komunikasi untuk selfcare/ telemedia

Penilaian Nilai Aktual

Nilai Harapan 11

3.0 Peralatan dan bahan penunjang Aktual


Y T
3.1 Alat bantu akupresur dapat terbuat dari kayu, batu, logam,
stainlessteel atau platik, berupa benda tumpul yang tidak
melukai pasien
3.2 Bahan penunjang krem, minyak, lotion yang tidak menimbulkan
iritasi atau gatal
3.3 Bahan penunjang kondisi baik dan tidak kadaluwarsa
3.4 Sabun antiseptik untuk cuci tangan
3.5 Alkohol untuk pembersih alat bantu akupresur
3.6 Mangkuk kecil tempat minyak
3.7 Alat bantu akupresur dicuci dengan air, dilap dan diolesi
antiseptik setelah digunakan
3.8 Alat bantu disimpan di tempat tertutup
Penilaian Nilai Aktual
Nilai Harapan 8

4.0 Penyehat tradisional akupresur Aktual


Y T
4.1 Memiliki STPT
4.2 Pakaian sopan, bersih dari noda dan tidak berbau

61
4.3 Tangan bersih, kuku pendek
4.4 Mencuci tangan dengan benar sebelum melakukan akupresur
Penilaian Nilai Aktual
Nilai Harapan 4

5.0 Manajemen, Pencatatan dan Pelaporan Aktual


Y T
5.1 Ada buku pendaftaran klien yang diisi dengan lengkap dan benar
5.2 Ada buku register klien
5.3 Ada kartu data per klien yang diisi lengkap
5.4 Tersedia format laporan bulanan klien ke Puskesmas
5.5 Ada arsip laporan bulanan
Penilaian Nilai Aktual
Nilai Harapan 5

6.0 Prosedur teknis pelayanan Aktual


Y T
6.1 Prosedur Pendaftaran klien
6.1.1 Menulis identitas klien secara lengkap di buku pendaftaran
6.1.2 Seleksi klien yang dapat dilakukan akupresur dan yang tidak
diperbolehkan dilakukan akupresur
6.2 Pemeriksaan klien
6.2.1 Battra pemberikan penjelasan tentang tindakan yang akan
dilakukan
6.2.2 Pemeriksaan klien dengan teori 4 cara pemeriksaan dan hasil
pemeriksaan dicatat di form data klien
6.2.3 Kesimpulan hasil pemeriksaan, keluhan utama, letak
gangguan, jenis gangguan dan penyebab penyakit ditulis di
form data klien

6.3 Perencanaan tindakan


6.3.1 Pemilihan cara pemijatan
6.3.2 Pemilihan alat bantu dan bahan pendukung
6.3.3 Pemilihan titik-titik akupresur
6.3.4 Penentuan jenis rangsangan
6.3.5 Penentuan frekuensi dan jumlah kunjungan klien
6.3.6 Perencanaan tindakan ditulis dalam form data klien
6.4 Melaksanakan tindakan akupresur

62
6.4.1 Persiapan alat dan bahan penunjang
6.4.2 Mencuci tangan dengan sabun antiseptik secara benar
6.4.3 Penjelasan kepada klien posisi pelayanan akupresur
6.4.4 Mengoleskan krem, minyak, lotion pada lokasi akupresur
apabila diperlukan
6.4.5 Pemijatan awal dengan pijat ringan pada jalur meridian terpilih
atau daerah sekitar keluhan
6.4.6 Pemijatan utama pada titik-titik akupresur terpilih atau
pengurutan jalur meridian sesuai teknik pemijatan yang
terpilih
6.4.7 Pemijatan diakhiri teknik relaksasi
6.4.8 Selama pemijatan klien ditanya apakah terlalu keras atau
terasa sakit
6.4.9 Pengurangan tekanan pemijatan apabila terlalu keras
6.4.10 Pemberitahuan akhir pemijatan
6.5 Evaluasi dan tindakan lanjut
6.5.1 Menanyakan dan mengamati keadaan klien
6.5.2 Pemberiaan anjuran pola hidup sehat sesuai kebutuhan klien

Penilaian Nilai Aktual

Nilai Harapan 23

63
REKAPITULASI DAFTAR TILIK

PEMBINAAN PENYEHAT TRADISIONAL AKUPRESUR

Kecamatan

Wilayah Puskesmas

Tanggal
Nama Penyehat
Tradisional
Alamat Griya

Petugas Pembina 1. ……………


2. ……………

No Aspek Penilaian Nilai Aktual Nilai Harapan %

1 Sarana dan Prasarana 11

2 Perlengkapan Dalam 10
Ruangan

3 Peralatan dan bahan 8


penunjang

4 Penyehat Tradisional 4

5 Manajemen, Pencatatan dan 5


Pelaporan

6 Prosedur teknis pelayanan 23

Total Nilai 61

Persentase Kepatuhan

64
D. Tatalaksana Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Tradisional Akupresur Yang
Dilaksanakan Oleh Penyehat Tradisional

Akupresur adalah salah satu bentuk pengobatan tradisional keterampilan dengan cara
menekan titik-titik akupunktur dengan penekanan menggunakan jari atau benda tumpul
di permukaan tubuh, dalam rangka mendukung upaya promotif, preventif, dan
rehabilitatif.

Sesuai dengan sejarahnya maka dasar falsafah akupresur adalah falsafah alamiah.
Hukum keseimbangan, sebab akibat, perubahan kualitas dan kuantitas, saling
ketergantungan, holistic, saling mempengaruhi, menjadi pertimbangan dalam
melaksanakan tindakan akupresur. Selama tidak bertentangan dengan irama alam,
pengobatan akupresur aman dilakukan, karena tidak melukai tubuh dan tidak
memasukkan zat-zat tertentu ke dalam tubuh, disamping itu murah dan mudah karena
dapat dilakukan oleh siapa saja yang telah mempelajari ilmu akupresur dengan benar.
Dalam kurun waktu 10 tahun telah banyak diteliti mekanisme kerja rangsang akupresur
oleh pendidikan, setiap mekanisme kerja dapat dijelaskan lebih ilmiah.

1. PERSYARATAN FASILITAS PELAYANAN AKUPRESUR


a. Tempat pelayanan Akupresur
1) Tempat pelayanan :
a) Tempat tidur klien dengan sprei dan bantal yang memenuhi syarat hygiene
dan sanitasi di tempat Pelayanan. Sprei dan sarung bantal harus diganti
setiap klien
b) Harus ada pembatasnya berupa kain, sekat kayu atau dinding. Batas
bawah sekat/ gordyn terbuka minimal 30 cm dari lantai.
c) Ada meja atau rak khusus untuk meletakkan alat bantu dan bahan
pendukung. Meja dan rak harus dibersihkan secara rutin dari debu atau
ceceran bahan pendukung
d) Ada meja atau rak untuk meletakkan barang milik klien (tas, kacamata,
arloji dan lain-lain). Meja dan rak harus dibersihkan secara rutin
e) Ada gantungan pakaian untuk klien
f) Ada papan nama penyehat keterampilan, ukuran maksimal 80 cm x 60 cm,
warna dasar putih dan tulisan hijau, mencantumkan nama penyehat
tradisional, waktu pelayanan, nomor STPT serta nama dan nomor asosiasi,
menggunakan tulisan huruf latin (Balok) dan menggunakan bahasa
Indonesia.

65
Semua ruangan harus memenuhi persyaratan hygiene dan sanitasi,
mempunyai ventilasi dan pencahayaan yang cukup serta memenuhi
syarat estetika sesuai dengan budaya lokal setempat.

2) Meja dan kursi


a) Meja dan kursi untuk praktisi
b) Kursi untuk klien
c) Kursi untuk ruang tunggu klien
Meja dan kursi harus dibersihkan dari debu secara rutin

3) Peralatan administrasi yang dipakai untuk mencatat data


a) Buku pendaftaran
b) Kartu data klien
c) Blanko laporan
d) Alat tulis
e) Tempat penyimpanan dokumentasi klien

4) Bangunan untuk praktek perorangan memiliki:


a) Ruang tunggu, luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan
b) Ruang pelayanan minimum ukuran 2 X 2,5 M X 2, 75 M
c) Toilet, luas disesuaikan dengan kebutuhan.

5) Prasarana yang tersedia harus memenuhi syarat, sebagai berikut :


a) Ruang harus mendapat cahaya cukup
b) Semua ruang harus memiliki ventilasi yang cukup
c) Tersedia air bersih yang cukup untuk toilet
d) Tersedia tempat cuci tangan dengan air mengalir dan sabun
e) Tersedia tempat sampah tertutup dan plastic di dalammya
f) Tersedia tempat saluran pembuangan air

2. PERSYARATAN ALAT BANTU DAN BAHAN PENDUKUNG


Alat bantu dan bahan pendukung harus tersedia dan harus memenuhi syarat hygiene
dan sanitasi, antara lain:
a. Alat bantu pijat sederhana berupa benda tumpul terbuat dari kayu, batu, logam,
stainlesteel atau plastik yang tidak melukai klien. Setelah dipergunakan untuk
pelayanan, alat bantu harus dicuci dengan antiseptic, dilap kering dan dioles
dengan kapas beralkohol. Alat bantu harus mempunyai tempat khusus yang

66
tertutup. Pelayanan akupresur tidak diperkenankan menggunakan alat-alat
kedokteran.
b. Bahan pendukung, berupa: krem, lotion, atau minyak yang tidak menimbulkan
gatal-gatal atau iritasi. Bahan pendukung yang dipergunakan masih dalam kondisi
baik dan tidak kadaluwarsa. Bahan pendukung tidak boleh tercemar zat lain
seperti alkohol atau air. Penggunaan krim, lotion dan minyak dengan cara
menuangkan secukupnya pada mangkuk kecil untuk menghindari pencemaran
pada bahan pendukung.
c. Handuk kecil untuk lap tangan
d. Kain untuk menutup bagian tubuh klien
e. Sabun anti septik untuk pencuci tangan
f. Mangkuk kecil untuk minyak atau bahan pendukung lainnya

3. PERSYARATAN AKUPRESURIS
a. Registrasi dan perizinan
Akupresuris dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan tradisional harus
telah terdaftar di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di wilayah kerjanya, yang
ditandai dengan adanya Surat Terdaftar Penyehat Tradisional (STPT).
b. Kebersihan Pakaian
Akupresuris harus menjaga kebersihan pakaian ketika melayani klien.
Pakaian harus bersih dari noda maupun bau. Jika perlu dapat menggunakan gaun
pelindung yang terbuat dari linen atau katun.
c. Kebersihan tangan
Akupresuris harus selalu menjaga kebersihan kuku dan jari-jari tangan. Kuku
Akupresuris harus selalu dipotong pendek. Jika terdapat luka pada tangan
sebaiknya menggunakan alat bantu. Sebelum dan sesudah melakukan pemijatan,
Akupresuris harus mencuci tangan dengan benar, yaitu :
- Melepaskan semua aksesoris pada tangan dan gulung lengan baju sampai
siku
- Mengalirkan air, hindari percikan pada pakaian
- Membasahi mulai dari pergelangan tangan
- Menggunakan sabun dan menggosok tangan sampai berbusa
- Menggosok kedua telapak tangan dengan cepat, selama 10 – 15 detik
- Menggosok punggung tangan
- Menggosok sela-sela jari
- Membilas tangan sampai bersih
- Mengeringkan tangan dengan handuk atau pengering

67
4. ALUR PELAYANAN AKUPRESUR
a. Klien mendaftar di tempat pendaftaran
b. Klien menunggu giliran sesuai nomor urut
c. Klien menuju tempat periksa dan pelayanan
d. Klien dipijat akupresur
e. Klien diberi saran dan jadwal kunjungan berikutnya apabila diperlukan
f. Klien menyelesaikan administrasi pelayanan

5. PENDAFTARAN DAN SELEKSI KLIEN


a. Pendaftaran
Mendata identitas klien di buku pendaftaran.

b. Seleksi Klien
Untuk seleksi layak dan tidaknya untuk dilakukan tindakan akupresur, maka klien
harus diidentifikasi keluhannya. Klien yang tidak boleh dilayani :
1) Anak usia dibawah 2 tahun
2) Klien sedang berobat dengan obat pengencer darah
3) Klien diketahui menderita kelainan pembekuan darah
4) Luka bakar pada lokasi akupresur
5) Penyakit infeksi pada kulit, koreng pada lokasi akupresur
6) Penyakit Infeksi menular : HIV –AIDS, hepatitis, typhus dan lain-lain.
7) Kondisi umum klien yang sangat lemah dan penyakit berat lainnya

Klien yang tidak dapat dilayani dengan akupresur berdasarkan seleksi klien,
dianjurkan memeriksakan diri ke Puskesmas atau dokter terdekat.

Klien yang akan ditangani dilakukan pencatatan data umum yang meliputi :
- Nama, umur, jenis kelamin, alamat
- Keluhan

Untuk Ibu Hamil, pelayanan akupresur hanya dapat dilakukan untuk


perawatan payudara dan mengurangi mual muntah

68
6. PEMERIKSAAN KLIEN
Klein setelah dianamnesa dan diagnosa oleh nakes dipersilahkan ke ruang pelayanan
sesuai giliran lalu diberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan, dan
diminta persetujuannya. Jika setuju, dilakukan pemeriksaan selanjutnya :
a. Cara pemeriksaan klien dilaksanakan sesuai dengan teori 4 cara pemeriksaan
terdiri dari pengamatan, pendengaran dan penciuman / penghidu, wawancara,
perabaan
b. Data hasil pemeriksaan dipakai sebagai dasar untuk menyimpulkan letak dan jenis
gangguan kesehatan klien
c. Hasil pemeriksaan dituliskan dalam form data klien

7. MENENTUKAN KESIMPULAN PEMERIKSAAN KLIEN


a. Kesimpulan ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan , meliputi : keluhan utama,
letak gangguan, jenis gangguan dan penyebab penyakit
b. Hasil kesimpulan dipergunakan sebagai dasar dalam merencanakan tindakan
c. Hasil kesimpulan dituliskan dalam form data klien
d. Penyebab timbulnya penyakit ditulis berdasarkan ilmu akupresur

8. PERENCANAAN TINDAKAN AKUPRESUR


a. Rencana tindakan disusun berdasarkan teori akupresur , meliputi :
1) Pemilihan jenis pemijatan
2) Pemilihan alat bantu dan bahan pendukung
3) Pemilihan titik-titik akupresur
4) Penentuan jenis rangsangan
5) Penentuan frekuensi dan jumlah kunjungan
b. Susunan rencana tindakan dipergunakan sebagai dasar dalam melakukan terapi
dan ditulis pada form data klien

9. MELAKSANAKAN TINDAKAN AKUPRESUR


a. Tindakan persiapan, meliputi :
1) Persiapan alat dan bahan.
Alat dan bahan yang akan dipergunakan dipilih dan disiapkan, seperti: alat
bantu pijat, krem, lotion, minyak urut.
2) Persiapan diri.
Mencuci tangan dengan sabun

69
3) Persiapan klien.
Klien diberi penjelasan dan diposisikan sesuai kebutuhan, berbaring atau
duduk dalam kondisi nyaman.

b. Melakukan Pijat Akupresur


1) Oleskan minyak atau cream secukupnya pada lokasi yang akan dipijat jika
diperlukan
2) Lakukan pemijatan pemanasan dengan memijit ringan pada jalur meridian
terpilih atau daerah sekitar tempat keluhan
3) Kemudian lakukan pemijatan utama pada lokasi yang diinginkan dan pada
titik- titik akupresur terpilih, atau pengurutan pada jalur meridian sesuai
dengan teknik pemijatan yang telah dipilih.
4) Pemijatan diakhiri dengan teknik relaksasi, yaitu pijatan ringan pada daerah
sekitar tempat pemijatan utama.
5) Selama pemijatan, klien ditanya apakah terlalu keras. Jika terlalu keras atau
sakit, tekanan dikurangi karena bisa mengakibatkan memar.
6) Khusus pada klien anak, diperhatikan reaksi anak terhadap teknik pemijatan
untuk mengetahui apakah teknik tersebut menyakitkan atau tidak.
7) Akhir pemijatan diberitahukan kepada klien.
c. Tindakan pelaksanaan akupresur ditulis dalam form data klien.

10. EVALUASI DAN TINDAK LANJUT


a. Setelah selesai tindakan dilakukan evaluasi hasil dengan menanyakan dan
mengamati keadaan klien. Jika timbul masalah setelah pemijatan, cepat
dilakukan tindakan penanggulangan atau jika perlu dikirim ke fasilitas kesehatan
lain yang sesuai.
b. Anjuran pola hidup sehat perlu diberikan kepada klien sesuai dengan kebutuhan.

11. REAKSI PIJATAN


Setiap pemberian rangsangan terhadap titik pijat akan memberikan reaksi terhadap:
a. Daerah sekitar titik tersebut
b. Daerah yang dilintasi oleh meridian titik tersebut
c. Organ yang mempunyai hubungan dengan titik tersebut
Oleh karena itu setiap akupresur yang akan dilakukan harus memperhitungkan
secara cermat reaksi yang akan ditimbulkan, reaksi penguatan (yang) atau reaksi
melemahkan (yin).

70
a. Lama akupresur

Akupresur yang menguatkan (yang) dapat dilakukan selama 30 kali tekanan atau
putaran. Sedangkan akupresur yang dilakukan lebih lama yaitu lebih dari 40 kali
akan menimbulkan reaksi melemahkan (yin)

b. Arah Akupresur

Akupresur yang menimbulkan reaksi menguatkan (yang) adalah akupresur yang


mengikuti arah putaran jarum jam atau searah dengan jalannya meridian.
Akupresur yang dilakukan sebaliknya, akan menimbulkan reaksi melemahkan
(yin)

12. PENCATATAN DAN PELAPORAN


a. Pencatatan
Pencatatan yang diperlukan pada Pelayanan kesehatan tradisional akupresur
meliputi :
1) Pencatatan klien
Pencatatan klien menjelaskan informasi tentang :
a) Identitas klien (nama, umur, jenis kelamin, alamat)
b) Kunjungan klien baru dan kunjungan lama
c) Keluhan klien
d) Rencana tindakan akupresur
e) Tindakan yang diberikan
f) Keterangan (nasihat, anjuran atau keterangan lain yang diperlukan)
2) Sarana pencatatan:
a) Catatan pelayanan kesehatan tradisional kunjungan setiap klien
b) Buku catatan/register setiap klien
c) Form pelaporan bulanan

b. Pelaporan
Mekanisme pelaporan dilakukan secara berjenjang dimulai praktik mandiri
penyehat tradisional dari griya kesehatan tradisional ke Puskesmas. Puskesmas
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
kepada Dinas Kesehatan Provinsi. Selanjutnya Dinas Kesehatan Provinsi ke
Kementerian Kesehatan RI yang dilakukan secara berkala.

71
MATERI INTI 1

ANATOMI DAN FISIOLOGI DASAR MANUSIA

I. DESKRIPSI SINGKAT
Pada modul anatomi dan fisiologi dasar manusia ini peserta orientasi akan mempelajari
berbagai sistem dan organ-organ dalam tubuh manusia yang berhubungan dengan
akupresur. Sesi ini berisi pokok-pokok bahasan: Pengertian anatomi tubuh manusia,
anatomi permukaan, fisiologi sistem alat gerak, peredaran darah, sistem syaraf, sistem
pencernaan, sistem pernafasan, reproduksi, sistem endokrin dan perkemihan pada
tubuh manusia. Sebagai prasyarat: peserta latih sudah pernah mendapatkan
pembelajaran anatomi dan fisiologi tubuh manusia.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mengikuti sesi ini peserta latih mampu memahami anatomi dan fisiologi dasar
manusia.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mengikuti sesi ini, peserta latih dapat menjelaskan :

1. Anatomi permukaan tubuh untuk menentukan letak titik akupresur


2. Fisiologi sistem alat gerak, peredaran darah, sistem syaraf, sistem pencernaan,
sistem pernafasan, reproduksi, sistem endokrin dan sistem perkemihan

III. POKOK BAHASAN


A. Anatomi permukaan tubuh untuk menentukan letak titik akupresur.
B. Fisiologi sistem alat gerak, sistem peredaran darah, sistem syaraf, sistem
pencernaan, sistem pernafasan, reproduksi, sistem endokrin dan sistem perkemihan.
a) Dewasa
b) Anak
c) Keadaan khusus

IV.BAHAN BELAJAR
A. Budiono Setiadi, 2011, Anatomi Tubuh Manusia, Laskar Aksara, Bekasi, Jawa Barat.
B. Pearce C Evelyn, 2009, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, cetakan ke- tiga
puluh tiga, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

72
V. LANGKAH-LANGKAH/ PROSES PEMBELAJARAN
Pokok bahasan akan dikemukakan secara runtut oleh fasilitator kepada peserta
pelatihan. Di lain pihak peserta latih akan mendengar, mencatat dan mengikuti arahan
dan petunjuk fasilitator. Proses pembelajaran ini dikemukakan sesuai langkah-langkah
sebagai berikut :

A. Langkah 1
1. Kegiatan fasilitator
a. Kegiatan bina situasi kelas
- Memperkenalkan diri
- Menyampaikan ruang lingkup bahasan
b. Menanyakan dan menggali pendapat peserta latih pengertian tentang anatomi
tubuh manusia dan fisiologinya
2. Kegiatan peserta
a. Menyiapkan diri dan alat tulis menulis yang diperlukan
b. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator
c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting

B. Langkah 2

1. Kegiatan fasilitator
a. Penyampaian materi sub pokok bahasan 1-2, tentang pengertian anatomi tubuh
manusia secara umum, menjelaskan beberapa istilah yang berhubungan dengan
anatomi tubuh manusia dan fisiologinya.
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang kurang
jelas
c. Menjawab pertanyaan yang diajukan peserta
2. Kegiatan peserta
a. Mengajukan pertanyaan yang diminta narasumber sesuai dengan kesempatan
yang diberikan.
b. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator
c. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang penting.

C. Langkah 3
1. Kegiatan Fasilitator.
a. Menyebutkan anatomi tubuh manusia dan fisiologinya yang berhubungan dengan
akupresur dengan menggunakan model atau seorang peserta latih sebagai model .

73
b. Meminta peserta latih menyebutkan anatomi dan fisiologi yang ditunjuk oleh
fasilitator
c. Meminta peserta untuk saling berlatih antar teman mengulang menyebutkan
anatomi dan fisiologi tubuh manusia
d. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk melakukan refleksi tentang
tanggapan mereka mengenai pembelajaran praktik anatomi dan fisiologi tubuh
manusia.
2. Kegiatan peserta.

a. Mengajukan pertanyaan yang diminta fasilitator sesuai dengan kesempatan yang


diberikan
b. Menyebutkan anatomi dan fisiologi tubuh manusia.

D. Langkah 4
1. Kegiatan Fasilitor.
a. Membagikan lembaran soal/test “mengisi nama-nama anatomi pada gambar
anatomi tubuh manusia dan fisiologinya’ kepada seluruh peserta latih .
b. Mengumumkan agar sewaktu mengerjakan soal/test peserta latih diminta untuk:
- Mengerjakan soal/kuis secara jujur
- Mengerjakan soal setelah semua peserta mendapatkan lembaran soal/kuis (ada
aba-aba dari fasilitator).
c. Meminta peserta latih mengerjakan soal/test.
d. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk melakukan refleksi tentang
tanggapan mereka mengenai pembelajaran anatomi dan fisiologi tubuh manusia.
2. Kegiatan peserta.
a. Mengajukan pertanyaan yang diminta fasilitator sesuai dengan kesempatan yang
diberikan.
b. Mendengar, mencatat dan bertanya tentang hal-hal yang kurang jelas
c. Melakukan kegiatan sesuai dengan petunjuk fasilitator.
d. Melakukan refleksi tentang tanggapan mereka mengenai pembelajaran anatomi dan
fisiologi tubuh manusia.
e. Mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang penting.

E. Langkah 5.
Penutup
1. Kegiatan nara sumber

74
a. Menutup acara pemberian sesi dengan ucapan penghargaan atas waktu dan
perhatian yang telah diberikan selama sesi penyampaian materi berlangsung,
b. Mengucapkan permohonan maaf jika terdapat sesuatu yang tidak berkenan selama
proses pembelajaran.
c. Mengucapkan salam penutup sesi

2. Kegiatan peserta.
a. Memberi sahutan atas ucapan salam fasilitator
b. Memberikan komentar tertulis tentang jalannya penyampaian materi oleh
narasumber dalam selembar kertas

VI. URAIAN MATERI


A. Anatomi Tubuh Manusia
Anatomi (ilmu Urai) tubuh manusia adalah ilmu yang mempelajari struktur
tubuh manusia atau susunan tubuh dan hubungan bagian-bagiannya satu sama lain
pada tubuh manusia. Anatomi berasal dari Bahasa Latin: anatome. Ana: berarti
bagian, memisahkan dan Tomneini yang berarti iris, potong .
Struktur tubuh manusia terdiri dari : 1. Sel yaitu bagian terkecil makhluk hidup
(manusia) yang hanya bisa dilihat dengan mikroskop 2. Jaringan yaitu sekumpulan
sel yang sama bentuk, ukuran dan fungsi yang terikat menjadi satu 3. Organ yaitu
kumpulan dari bermacam-macam jaringan yang bersatu dan mempunyai fungsi
khusus dan 4. Sistem yaitu susunan organ-organ yang mempunyai fungsi tertentu.
Anatomi sistemik atau pembagian tubuh dalam sistem-sistem disusun berdasarkan
fungsinya dan berdasarkan ilmu yang mempelajari bagian-bagian tubuh tertentu.
Osteologi : ilmu tentang tulang
Artrologi : ilmu tentang sendi
Miologi : ilmu tentang otot.
Splankologi : ilmu tentang organ atau visera ( alat dalam).
Neurologi : ilmu tentang saraf dan struktur saraf.
Sistem dalam tubuh manusia antara lain : sistem Skeletal, Muskularis,
Nervosum, Sirkulasi, Digestivus , Respiratorius, Urinarius, Genitalia, Endokrin,
Sensoria.
Anatomi regional mempelajari letak geografis bagian tubuh, setiap region
atau daerah. Misalnya lengan, tungkai, kepala , dada, dan seterusnya ternyata terdiri
atas sejumlah struktur atau susunan yang umumnya didapati pada semua region.
Struktur itu meliputi tulang, otot, saraf, pembuluh darah, dan seterusnya. Dengan

75
dasar penelaahan seperti itu dijumpai sejumlah sistem jaringan yang berbeda-beda.
Semua itu dikelompokkan bersama dan diterangkan dalam ilmu anatomi sistematik.

1. Berbagai istilah dalam anatomi :

a. Posisi Anatomi : tubuh manusia dipelajari dalam keadaan berdiri tegak dengan
kedua lengan di sisi terbuka dan telapak tangan menghadap ke depan, kepala tegak,
dan mata memandang lurus ke depan.
b. Bidang- bidang imajiner : letak berbagai bagian tubuh dilukiskan dengan membuat
perbandingan pada garis-garis dan bidang khayal. Misalnya bidang medial yang
melalui sumbu tengah tubuh. Struktur yang letaknya lebih dekat pada bidang median
tubuh dibanding struktur lain disebut medial terhadap yang lain. Misalnya otot
pangkal paha yang terletak di sebelah dalam paha adalah medial terhadap
kelompok lainnya yang berada di sebelah luar, yang disebut lateral. Karena itu, sisi
dalam paha disebut aspek medial dan sisi luar disebut aspek lateral.
c. Istilah internal dan eksternal : digunakan untuk melukiskan jarak relatif sebuah organ
atau struktur terhadap pusat rongga. Iga – iga misalnya mempunyai permukaan
interna, yaitu menghadap ke dalam rongga dada, dan permukaan eksterna, yaitu
menghadap ke sebelah luar. Arteri karotis interna terletak di dalam rongga
tengkorak, sedangkan yang eksterna terletak di sebelah luar.
d. Istilah superfisial (di permukaan) dan profunda ( di dalam) digunakan untuk
menunjukkan jarak relatif dari permukaan tubuh. Istilah superior dan inferior
menunjukkan letak relatif tinggi atau rendah, khususnya dalam perbandingan dengan
badan, seperti permukaan superior dan inferior dari klavikula (tulang selangka).
e. Istilah anterior dan posterior merupakan sinonim ventral dan dorsal. Istilah – istilah ini
hanya digunakan untuk orang dalam keadaan berdiri tegak atau “posisi anatomi”.
Misalnya arteri tibialis anterior dan posterior terletak di depan dan belakang tungkai
bawah. Dalam melukiskan permukaan telapak tangan digunakan istilah palmar dan
dorsal, bukan anterior dan posterior.
f. Istilah proksimal dan distal digunakan untuk menunjukkan jauh-dekat, atau jarak dari
sebuah titik tertentu. Misalnya falang proksimal lebih dekat pergelangan tangan
daripada distal, yang terletak lebih jauh. Bila tiga struktur terletak dalam
satu garis yang berjalan mulai dari bidang median tubuh ke samping luar, ini

dilukiskan sebagai letak medialis, intermedialis, dan lateralis. Contohnya dapat dilihat
pada urutan ketiga tulang kuneiformis telapak kaki. Bila tiga struktur terletak dalam
sebuah garis yang berjalan dari depan ke belakang (anterior ke posterior), hal ini
dilukiskan sebagai anterior, medialis, dan posterior, sebagaimana terjadi pada letak

76
ketiga fosa tengkorak. Bila tiga struktur terletak dalam sebuah garis dari atas ke
bawah (superior ke inferior), hal ini dilukiskan sebagai letak superior, medialis, dan
inferior, seperti yang terjadi pada letak urutan sendi sendi radius – ulnaris.

2. Anatomi Permukaan
Anatomi permukaan berarti pelajaran anatomi dalam keadaan hidup. Mereka yang
mempelajari anatomi mempunyai sumber pengetahuan yang langsung dapat
digunakan, yaitu tubuhnya sendiri. Berbagai bagian tulang yang menonjol dan dapat
diraba melalui kulit dapat digunakan sebagai pedoman. Letak berbagai organ dan
alat-alat dalam dapat dilukiskan kaitannya dengan tulang-tulang itu.

Salah satu cara untuk menentukan titik akupunktur / akupresur adalah berdasarkan
tanda-tanda anatomi permukaan. Cara menentukan titik berdasarkan tanda - tanda
anatomi permukaan tubuh, dibedakan menjadi tanda-tanda yang tetap dan bergerak.
Tanda-tanda tetap meliputi tonjolan, cekungan yang dibentuk oleh sendi dan otot,
konfigurasi dari pancaindera, garis rambut, kuku jari tangan dan kaki, papilla
mammae dan umbilicus. Tanda-tanda bergerak menunjukkan misalnya : celah,
cekungan, keriput atau tonjolan yang dibentuk oleh sendi, otot, tendon dan kulit

Ada tiga cara untuk menentukan titik akupunktur yaitu berdasarkan : 1. Tanda- tanda
anatomi permukaan (anatomical landmark), 2. Pengukuran perbandingan tulang
(bone cun) dan 3. Pengukuran dengan jari tangan (finger cun).

Anatomical Landmark

Sumber: WHO (2008)

77
Dalam ilmu akupresur bagian anterior lengan atas disebut aspek medial, di mana
titik-titik tiga meridian yin tangan menyebar, bagian dorsal lengan atas disebut aspek
dorsal tempat penyebaran titik akupresur tiga meridian yang tangan.

Di tungkai terdapat tiga aspek yaitu aspek medial di mana tiga meridian yin kaki
menyebar. Aspek lateral dan posterior tempat menyebar titik-titik akupresur tiga

meridian yang kaki. Garis tengah tubuh bagian anterior tempat menyebarnya titik-titik
akupresur meridian Ren, garis tengah bagian posterior tubuh tempat menyebar titik-
titik akupresur meridian Du.

3. Berbagai sistem dalam tubuh manusia :


a. Sistem Muskuloskeletal.
1) Kerangka – Tulang.
a) Sistem Kerangka
Kerangka tubuh manusia terdiri dari susunan berbagai macam tulang
yang satu sama lainnya saling berhubungan, terdiri dari:
- Tulang kepala: 8 buah
- Tulang kerangka dada: 25 buah
- Tulang wajah: 14 buah
- Tulang belakang dan pinggul: 26 buah
- Tulang telinga dalam: 6 buah
- Tulang lengan: 64 buah
- Tulang kaki: 62 buah
b) Fungsi kerangka antara lain:
- menahan seluruh bagian-bagian tubuh agar tidak rubuh
- melindungi alat tubuh yang halus seperti otak, jantung, dan paru-paru
- tempat melekatnya otot-otot
- untuk pergerakan tubuh dengan perantaraan otot
- tempat pembuatan sel-sel darah terutama sel darah merah
memberikan
bentuk pada bangunan tubuh buah
Kerangka aksial ( kerangka sumbu) terdiri atas kepala dan badan, termasuk
tulang tengkorak, tulang dada,iga, tulang belakang dan tulang hyoid.
Kerangka apendikuler terdiri atas anggota gerak dan gelang panggul.
Anggota gerak terdiri dari anggota gerak atas dan anggota gerak bawah.
Terdapat tiga tulang kecil dalam rongga telinga.

78
2) Sendi atau persambungan pada kerangka.
Persambungan, sendi atau artikulasio adalah istilah yang digunakan untuk
menunjuk pertemuan antara dua atau beberapa tulang kerangka. Ilmu yang
mempelajari persendian disebut artrologi. Terdapat tiga jenis sendi utama:
sendi fibrus (sinartroses), sendi tulang rawan (amfiartroses), dan sendi
synovial atau diartroses. Sendi juga dapat diklasifikasikan menurut
kemungkinan gerakannya : tak bergerak, sedikit bergerak, dan bergerak luas.
bit.lipi.go.id

79
Sumber: http: // sectiocadaveris.files. wordpress.com/2009/12

80
Sumber: http: // sectiocadaveris.files. wordpress.com/2009/12

3) Otot Kerangka
Otot-otot kerangka merupakan salah satu dari empat kelompok jaringan
pokok. Miologi adalah ilmu yang mempelajari otot. Otot dikaitkan pada tulang,
tulang rawan. ligamen dan kulit. Yang langsung terletak di bawah kulit adalah
datar, dan yang pada anggota gerak adalah panjang.

Otot kerangka adakalanya dinamai menurut bentuknya, seperti Deltoid;


menurut jurusan serabutnya, Rektus abdominis; menurut kedudukan otot,
pektoralis mayor; menurut fungsinya, sperti Fleksor, Ekstensor, dan
sebagainya.

Otot kerangka biasanya dikaitkan pada dua tempat tertentu, tempat yang
terkuat disebut origo (asal) dan yang lebih dapat bergerak disebut insersio.
Origo dianggap sebagai tempat otot timbul dan insersio adalah tempat ke
arah mana otot berjalan. Tempat terkhir ini adalah struktur

yang menyediakan kaitan yang harus digerakkan otot itu. Kecuali pada
sebagian otot, setiap otot dapat menggerakkan baik origo maupun
insersionya. Karena itu, origo dan insersio dapat berbalik fungsi.

81
Tendon, misalnya tendon Achilles, mengikat otot pada tulang. Urat-urat ini
berupa serabut-serabut simpai yang putih, berkilap, dan tidak elastik.

Fasia adalah campuran jaringan fibrus dan areolar yang membungkus dan
mengikat jaringan lunak tubuh. Dalam bagian – bagian tertentu, seperti di
dalam tapak tangan, fasia ini sangat padat dan kuat. Misalnya fasia palmaris.

Retikulum adalah bagian – bagian padat dan fasia dalam, menambat tendon
– tendon yang berjalan melalui pergelangan dan mata kaki masuk ke dalam
tangan dan kaki.

Diafragma, adalah struktur muskulo-tendineus berbentuk kubah yang


memisahkan rongga toraks dari rongga abdomen, membentuk lantai rongga
toraks dan atap rongga abdomen.

82
Sumber: muhammadmatchel.blogspot.com

83
S
umb
er:
muh
amm
adm
atch
el.bl
ogsp
ot.co
m

84
a. Sistem saraf :
Sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas
menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk dideteksi oleh tubuh. Sistem
saraf memungkinkan makhluk hidup tanggap dengan cepat terhadap perubahan-
perubahan yang terjadi di lingkungan luar maupun dalam.
Susunan sistem saraf tersusun dari Sistem Saraf Pusat ( SSP) dan Sistem Saraf
Tepi ( SST). SSP terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Sedangkan
SST terdiri atas sistem saraf somatik dan sistem saraf otonom.

Sistem saraf pusat meliputi otak (ensefalon) dan sumsum tulang belakang
(Medula spinalis). Keduanya merupakan organ yang sangat lunak dengan fungsi
yang sangat penting sehingga perlu perlindungan. Selain tengkorak dan ruas-
ruas tulang belakang, otak juga dilindungi 3 lapisan selaput meninges.

Ketiga lapisan membran meninges dari luar ke dalam adalah sebagai berikut:
1) Durameter; merupakan selaput yang kuat dan bersatu dengan tengkorak.
2) Araknoid; disebut demikian karena bentuknya seperti sarang labah-labah. Di
dalamnya terdapat cairan serebrospinalis; semacam cairan limfa yang
mengisi sela sela membran araknoid. Fungsi selaput araknoid adalah
sebagai bantalan untuk melindungi otak dari bahaya kerusakan mekanik.
3) Piameter. Lapisan ini penuh dengan pembuluh darah dan sangat dekat
dengan permukaan otak. Agaknya lapisan ini berfungsi untuk memberi
oksigen dan nutrisi serta mengangkut bahan sisa metabolisme.

Otak dan sumsum tulang belakang mempunyai 3 materi esensial yaitu


1) badan sel yang membentuk bagian materi kelabu (substansi grissea)
2) serabut saraf yang membentuk bagian materi putih (substansi alba)
3) sel-sel neuroglia, yaitu jaringan ikat yang terletak di antara sel-sel saraf di
dalam sistem saraf pusat

Walaupun otak dan sumsum tulang belakang mempunyai materi yang sama
tetapi susunannya berbeda. Pada otak, materi kelabu terletak di bagian luar atau
kulitnya (korteks) dan bagian putih terletak di tengah. Pada sumsum tulang
belakang bagian tengah berupa materi kelabu berbentuk kupu-kupu, sedangkan
bagian korteks berupa materi putih.

85
1) Otak
Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu: otak besar (serebrum), otak
tengah (mesensefalon), otak kecil (serebelum), sumsum sambung (medulla
oblongata), dan jembatan varol.

a) Otak besar (serebrum)


Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktifitas mental,
yaitu yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori),
kesadaran, dan pertimbangan.

Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar atau


sesuai dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan refleks
otak. Pada bagian korteks serebrum yang berwarna kelabu terdapat
bagian penerima rangsang (area sensor) yang terletak di sebelah
belakang area motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau
merespon rangsangan. Selain itu terdapat area asosiasi yang
menghubungkan area motor dan sensorik. Area ini berperan dalam
proses belajar, menyimpan ingatan, membuat kesimpulan, dan belajar
berbagai bahasa. Di sekitar kedua area tersebut dalah bagian yang
mengatur kegiatan psikologi yang lebih tinggi. Misalnya bagian depan
merupakan pusat proses berfikir (yaitu mengingat, analisis, berbicara,
kreativitas) dan emosi. Pusat penglihatan terdapat di bagian belakang.
dalam pengaturan organ terdapat axis hipotalamus hipofisis organ.
Hipofisis terdiri dari tiga bagian yaitu bagian anterior, media dan posterior.
Dari ketiga bagian ini dikeluarkan factor-faktor perangsang hormon yang
akan mengatur organ-organ tertentu untuk mensekresi hormon.

b) Otak tengah (mesensefalon)


Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan
otak tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja
kelenjar-kelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal) otak tengah merupakan
lobus optikus yang mengatur refleks mata seperti penyempitan pupil mata,
dan juga merupakan pusat pendengaran.
c) Otak kecil (serebelum)
Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang
terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada
rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang
normal tidak mungkin dilaksanakan.

86
d) Jembatan varol (pons varoli)
Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil
bagian kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum
tulang belakang.

2) Sumsum sambung (medulla oblongata)

Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula


spinalis menuju ke otak. Sumsum sambung juga mempengaruhi jembatan,
refleks fisiologi seperti detak jantung, tekanan darah, volume dan kecepatan
respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan.

Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak refleks yang lain seperti
bersin, batuk, dan berkedip.

3) Sumsum tulang belakang (medulla spinalis)

Pada penampang melintang sumsum tulang belakang tampak bagian luar


berwarna putih, sedangkan bagian dalam berbentuk kupu-kupu dan berwarna
kelabu.

Pada penampang melintang sumsum tulang belakang ada bagian seperti


sayap yang terbagi atas sayap atas disebut tanduk dorsal dan sayap

bawah disebut tanduk ventral. Impuls sensori dari reseptor dihantar masuk ke
sumsum tulang belakang melalui tanduk dorsal dan impuls motor keluar dari
sumsum tulang belakang melalui tanduk ventral menuju efektor. Pada tanduk
dorsal terdapat badan sel saraf penghubung

(asosiasi konektor) yang akan menerima impuls dari sel saraf sensori dan
akan menghantarkannya ke saraf motor. Pada bagian putih terdapat serabut
saraf asosiasi. Kumpulan serabut saraf membentuk saraf (urat saraf). Urat
saraf yang membawa impuls ke otak merupakan saluran asenden dan yang
membawa impuls yang berupa perintah dari otak merupakan saluran
desenden.

87
4) Sistem Saraf Tepi (SST)

Susunan Saraf Tepi dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu : a) Saraf


Serebrospinalis yang terdiri dari : saraf kranial dan saraf spinal dan b) Saraf
Otonom. Saraf kranial mempunyai sifat : a) motorik, yaitu mengalirkan
rangsang dari pusat ke alat tubuh ( misalnya otot untuk bergerak) dan b)
sensorik, mengalirkan rangsang dari tepi (kulit, selaput lendir) menuju ke
pusat persarafan.

Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf sadar dan sistem saraf tak sadar
(sistem saraf otonom ). Sistem saraf sadar mengontrol aktivitas yang
kerjanya diatur oleh otak, sedangkan saraf otonom mengontrol aktivitas yang
tidak dapat diatur otak antara lain denyut jantung, gerak saluran pencernaan,
dan sekresi keringat. SST ini terletak bebas di antara jaringan – jaringan
tubuh, mudah dilihat sewaktu menyayat kulit, otot sebaagi benang – benang
putih mengkilat yang menghubungkan kulit dengan pusat persyarafan dan
pusat persyarafan dengan alat – alat tubuh seperti otot, kelenjar dan lain
sebagainya.

a) Sistem Saraf Sadar


Sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu saraf-
saraf yang keluar dari otak, dan saraf spinal (sumsum tulang belakang),
yaitu saraf-saraf yang keluar dari sumsum tulang belakang.

Saraf otak/ kranial, ada 12 pasang yang terdiri dari:

I. Nervus (N) Olfaktorius


II. N. Optikus
III. N. Okulomotorius
IV. N. Trokhlearis
V. N. Trigeminus
VI. N. Abdusens.
VII. N. Fasialis
VIII. N. Vestibulokohlearis.
IX. N. Glosopharingeus
X. N. Vagus
XI. N. Aksesorius
XII. N. Hipoglosus.

88
Pasangan saraf kranial :
1) Tiga pasang saraf sensori, yaitu saraf nomor 1, 2, dan 8
2) Lima pasang saraf motor, yaitu saraf nomor 3, 4, 6, 11, dan 12
3) Empat pasang saraf gabungan sensori dan motor, yaitu saraf nomor 5,
7, 9, dan 10.

Saraf kranial yang bersifat motorik mempersarafi :


- Otot mata ( N. III, IV, dan VI)
- Otot pengunyah : N.V
- Otot ekspresi : N. VII
- Otot tenggorokan : N. IX, X, XI
- Otot lidah : N. XII
- Kelenjar : N. III,VII, IX dan

- Saraf kranial yang bersifat sensorik : NI, II, V, VII, VIII, IX dan X

Saraf otak/kranial dikhususkan untuk daerah kepala dan leher, kecuali


nervus vagus yang melewati leher ke bawah sampai daerah toraks dan
rongga perut. Nervus vagus membentuk bagian saraf otonom. Oleh
karena daerah jangkauannya sangat luas maka nervus vagus disebut
saraf pengembara dan sekaligus merupakan saraf otak yang paling
penting.

Saraf sumsum tulang belakang/spinal berjumlah 31 pasang saraf


gabungan yang berasal dari daerah medula spinalis. Berdasarkan
asalnya, saraf sumsum tulang belakang dibedakan atas 8 pasang saraf
leher, 12 pasang saraf punggung, 5 pasang saraf pinggang, 5 pasang
saraf pinggul, dan satu pasang saraf ekor.

Susunan saraf spinal :


N. Servikal : I – V
N. Thoracal : N. I – XII
N. Lumbal : N. I – V
N. Sakral : N. I – V
N. Koksigeal : N.I
Beberapa urat saraf bersatu membentuk jaringan urat saraf yang disebut
pleksus. Ada 3 buah pleksus yaitu sebagai berikut.
1) Pleksus cervicalis merupakan gabungan urat saraf leher yang
mempengaruhi bagian leher, bahu, dan diafragma.
2) Pleksus brachialis mempengaruhi bagian tangan.
3) Pleksus Lumbo sakralis yang mempengaruhi bagian pinggul dan kaki.

89
b) Sistem saraf Tak Sadar/ Otonom

Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak
maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang
bersangkutan. Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur dan masing-

masing jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga membentuk


ganglion. Urat saraf yang terdapat pada pangkal ganglion disebut urat
saraf pra ganglion dan yang berada pada ujung ganglion disebut urat
saraf post ganglion.

Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan sistem
saraf parasimpatik. Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan
parasimpatik terletak pada posisi ganglion. Saraf simpatik mempunyai
ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang

menempel pada sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat pra


ganglion pendek, sedangkan saraf parasimpatik mempunyai urat pra
ganglion yang panjang karena ganglion menempel pada organ yang
dibantu.

Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan


(antagonis). Sistem saraf parasimpatik terdiri dari keseluruhan "nervus
vagus" bersama cabang-cabangnya ditambah dengan beberapa saraf
otak lain dan saraf sumsum sambung.

Tabel Fungsi Saraf Otonom

Parasimpatik Simpatik

1. mengecilkan pupil
1. memperbesar pupil
2. menstimulasi aliran ludah
2. menghambat aliran ludah
3. memperlambat denyut jantung
3. mempercepat denyut jantung
4. membesarkan bronkus
4. mengecilkan bronkus
5. menstimulasi sekresi kelenjar
5. menghambat sekresi kelenjar
pencernaan
pencernaan
6. mengerutkan kantung kemih
6. menghambat kontraksi kandung
kemih

90
5) Sistem Peredaran /sirkulasi
Sistem peredaran terdiri atas jantung, pembuluh darah, dan saluran limfe.
Jantung merupakan organ pemompa besar yang memelihara peredaran
melalui seluruh tubuh. Arteri membawa darah dari jantung.

Vena membawa darah ke jantung dan kapiler menggabungkan arteri dan


vena, terentang di antaranya dan merupakan jalan lalul lintas antara
makanan dan bahan buangan. Di sini juga terjadi pertukaran gas dalam
cairan ekstraseluler atau interstisiil. Saluran limfe mengumpulkan, menyaring,
dan menyalurkan kembali ke dalam darah limfenya yang

dikeluarkan melelui dindning kapiler halus untuk membersihkan jaringan.


Saluran limfe ini juga dapat dianggap menjadi bagian sistem peredaran
(sirkulasi).

Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga, basisnya di


atas, dan puncaknya di bawah. Apeksnya (puncak) miring ke sebelah kiri.
Berat jantung kira - kira 300 gram.

Kedudukan jantung. Jantung berada di dalam toraks, antara kedua paru–


paru dan di belakang sternum, dan lebih menghadap ke kiri daripada ke
kanan. Kedududkannya yang tepat dapat diganmbarkan pada kulit dada kita.

Struktur Jantung. Ukuran jantung kira-kira sebesar kepalan tangan .


Jantung dewasa beratnya antar 220 sampai 260 gram. Jantung terbagi oleh
sebuah septum (sekat) menjadi dua belah, yaitu kiri dan kanan. Sesudah lahir
tidak ada hubungan antara kedua belahan ini. Setiap belahan kemudian
dibagi lagi dalam dua ruang, yang atas disebut atrium, dan yang bawah
ventrikel. Maka di kiri terdapat 1 atrium dan 1 ventrikel, dan di kanan juga 1
atrium dan 1 ventrikel. Di setiap sisi ada hubungan antara atrium dan
ventrikel melalui lubang atrio - ventrikuler dan pada setiap lubang tersebut
terdapat katup; yang kanan bernama katup (valvula) trikuspidalis dan yang
kiri katup mitral atau katup bikuspidalis. (istilah atrium dan aurikel adalah
sama). Katup atrio - ventrikel, dan menghindarkan darah mengalir kembali
dari ventrikel ke atrium. Katup trikuspidalis terdiri atas tiga kelopak atau kuspa,
katup mitral terdiri atas dua kelopak - karena mirirp topi seorang uskup atau
mitre, dari situlah nama itu diambil.

91
Jantung tersusun atas otot serang lintang yang bersifat khusus dan
terbungkus sebuah membrane yang disebut pericardium. Membran itu terdiri
atas dua lapis, pericardium visceral adalah membrane serus yang

lekat sekali pada jantung dan pericardium parietal adalah lapisan fibrus yang
terlipat ke luar dari basis jantung dan membungkus jantung sebagai kantong
longgar. Karena susunan ini, jantung berada di dalam dua lapis kantong
pericardium, dan di antara dua lapisan itu ada cairan serus. Karena sifat
meminyaki dari cairan itu, jantung dapat bergerak bebas.

Di sebelah dalam jantung dilapisi endothelium. Lapisan ini disebut


endokardium. Katup - katupnya hanya merupakan bagian yang lebih

tebal dari membran ini. Tebal dinding jantung dilukiskan sebagai terdiri atas
tiga lapis : Perikardium atau pembungkus luar, Miokardium atau lapisaan otot
tengah dan Endokardium atau batas dalam.

Dinding otot jantung tidak sama tebalnya. Dinding ventrikel paling tebal dan
dinding di sebelah kiri lebih tebal dari dinding ventrikel sebelah kanan, sebab
kekuatan kontraksi ventrikel kiri jauh lebih besar daripada yang
kanan.Dinding atrium atas otot yang lebih tipis.

Sebelah dalam dinding ventrikel ditandai berkas - berkas otot yang tebal.
Beberapa berbentuk puting, yaitu otot - otot papilaris. Pada tepi bawah otot-
otot ini terkait benang - benang tendon tipis, yaitu kordae tendinae. Benang-
benang ini mempunyai kaitan kedua yaitu pada tepi bawah katup atrio-
ventrikuler. Kaitan ini menghindarkan kelopak katup terdorong masuk ke
dalam atrium, bila ventrikel berkontraksi .

Pembuluh darah yang tersambung dengan jantung.

Vena kava superior dan inferior menuangkan darahnya ke dalam atrium


kanan. Lubang vena kava inferior dijaga katup semilunar eustakhius. arteri
pulmonalis membawa darah ke luar dari ventrikel kanan. Empat vena
pulmonalis membawa darah dari paru-paru ke atrium kiri. Aorta membawa
darah ke luar dari ventrikel kiri.

Lobang aorta dan arteri pulmonalis dijaga katup semilunar. Katup antara
ventrikel kiri dan aorta disebut katup aortic, yang menghindarkan darah
mengalir kembali dari aorta ke ventrikel kiri. Katup antara ventrikel kanan dan

92
arteri pulmonalis disebut katup pulmonalis yang menghindarkan darah
mengalir kembmali ke dalam ventrikel kanan.

Penyaluran darah dan saraf ke jantung. Arteri koronaria kanan dan kiri
yang pertama-tama meningggalkan aorta dan kemudian bercabang menjadi
arteri-arteri lebih kecil. Arteri-arteri kecil ini mengitari jantung dan
menghantarkan darah ke semua bagian organ ini. Darah yang kembali dari
jantung terutama dikumpulkan sinus koronaria dan langsung kembali ke
dalam atrium kanan.

Persarafan. Meskipun gerakan jantung bersifat ritmik, tetapi kecepatan


kontraksi dipengaruhi rangsangan yang sampai pada jantung melalui

saraf vagus dan simpatetik. Cabang urat-urat saraf ini berjalan ke nodul
sinus-atrial. Pengaruh vagus, yang merupakan bagian dari sistem
parasimpatik atau sistem otonomik menyebabkan gerakan jantung
diperlambat atau dihambat.

Secara normal jantung selalu mendapat hambatan dari vagus. Akan tetapi,
bila tonus vagus atau “rem” ditiadakan untuk memnuhi kebutuhan tubuh
sewaktu bergerak cepat atau dalam keadaan hati panas, irama debatran
jantung bertambah. Sebaliknya waktu tubuh istirahat dan keadaan jiwa
tenang, iramanya lebih perlahan.

Siklus jantung. Jantung adalah sebuah pompa dan kejadian- kejadian yang
terjadi dalam jantung selama peredaran darah disebut siklus jantung.
Gerakan jantung berasal dari nodus sinus atrial, kemudian kedua atrium
berkontraksi. Gelombang kontraksi ini bergerak melalui berkas His kemudian
ventrikel berkontraksi. Gerakan njantung terdiri dari dua jenis, yaitu kontraksi
atau sistol, dan pengenduran atau diastole. Kontraksi dari kedua atrium
terjadi serentak dan disebut sistol atrial, pengendurannya disebut diastole
atrial. Serupa dengan itu kontraksi dan pengenduran ventrikel disebut juga
sistol dan diastole ventrikuler. Lama kontraksi ventrikel adalah 0,3 detik dan
tahap pengendurannya selama 0,5 detik. Dengan cara ini jantung terus
menerus, siang malam, selama hidupnya. Dan otot jantung mendapat
istirahat sewaktu diastole ventrikuler.

Kontraksi kedua atrium pendek, sedangkan kontraksi ventrikel lebih lama dan
lebih kuat. Dan yang dari ventrikel kiri adalah yang terkuat karena harus
mendorong darah ke seluruh tubuh untuk mempertahankan tekanan darah

93
arteri sistematik. Meskipun ventrikel kanan juga memompa volume darah
yang sama, tetapi tugasnya hanya mengirimkannya ke sekitar paru paru di
maan tekanannya jauh lebih rendah.

Bunyi Jantung. Selama gerakan jantung dapat terdengar dua macam suara
yang disebaabkan katup-katup yang menutup secara pasif. Bunyi pertama
disebabkan menutupnya katup atrio-ventrikuler, dan kontraksi ventrikel. Yang
pertama adalah panjang dan rata, yang kedua pendek

dan tajam. Demikianlah, yang pertama terdengar seperti ”lub” dan yang
kedua seperti “duk”. Dalam keadaan normal jantung tidak membuat bunyi lain,
tetapi bila arus darah cepat atau bila ada kelainan pada katup atau salah satu
ruangannya, maka dapat terjadi bunyi lain, bisanya disebut ”bising”.

Debaran jantung atau lebih tepat debaran apeks adalah pukulan ventrikel kiri
pada dinding anterior, yang terjadi selama kontraksi ventrikel. Debaran ini
dapat diraba, dan sering terlihat juaga pada ruang interkostal ke lima kiri, kira
-kira empat sentimeter dari garis tengah sternum.

Sifat otot jantung. Otot jantung mempunyai cirri- cirinya yang khas.

Kemampuan berkontraksi. Dengan berkontraksi otot jantung memompa


darah, yang masuk sewaktu diastole, ke luar dari ruang – ruangnya.

Konduktivitas (daya antar). Kontraksi diantarkan memlaui setiap serabut otot


jantung secara halus sekali. Kemampuan pengantaran ini sangat jelas dalam
berkas His.

Ritme. Otot jantung memilikimjuga kekuatan kontraksi ritmik secara otomatis,


tanpa tergantung pada rangsangan saraf.

Kecepatan denyut jantung :

Dalam keadaan sehat kecepatan denyut jantung berbeda – beda,


dipengaruhi oleh penghidupan, pekerjaan, makanan , umur dan emosi. irama
dan denyut sesuai dengan siklus jantung. Jika jumlah denyut ada 70 maka
berarti siklus jantung 70 kali permenit.

Sirkulasi darah

Jantung adalah organ utama sirkulasi darah. Aliran darah dari ventrikel kiri
melalui arteri, arterola, dan kapiler kembali ke atrium kanan memelui vena

94
disebut peredaran darah besar atau sirkulasi sistemik. Aliran dari ventrikel
kanan, melalui paru –paru, ke atrium kiri adalah peredaran kecil atau sirkulasi
pulmonal.

Sirkulasi portal. Darah dari lambung, usus, pancreas, dan limpa dikumpulkan
vena porta (pembuluh gerbang). Di dalam hati hati vena ini membelah diri ke
dalam sistem kapiler kemudian bersatu dengan kapiler- kapiler arteria
hepatika. Arteri ini mengharuantarka darah adri aorta ke

hati menjelajahi seluruh organ ini. Persediaan darah ganda ini dikumpulkan
sebuah sistem vena yang bersatu membentuk vena hepatika. Vena ini
menghantarkan darahnya ke vena kava inferior kemudian ke jantung.

Sirkulasi koroner (peredaran dalam pembuluh darah jantung), menyediakan


darah untuk jantung sendiri. Sistem sirkulasi adalah sistem transpor yang
menyuplai zat-zat yang diabsorpsi dari saluran pencernaan dan O2 ke
jaringan, mengembalikan CO2 ke paru-paru dan produk-produk metabolisme
lainnya ke ginjal, berfungsi dalam pengaturan temperature tubuh dan
mendistribusikan hormone-hormon dan zat-zat lain yang mengatur fungsi sel.

Darah yaitu pembawa zat-zat ini, dipompakan melalui sistem tertutup


pembuluh-pembuluh darah oleh jantung. Oleh karena itu sistem peredaran
darah manusia dikenal dengan sebutan peredaran darah tertutup. Setiap kali
beredar darah dua kali mengalir melewati jantung oleh karena itu sistem
peredaran darah manusia juga dikenal sebagai peredaran darah ganda
(rangkap).

Darah

Volume darah total normal yang beredar kira-kira 80% berat badan atau 5600
ml pada orang 70 kg.Darah tersusun dari plasma darah dan sel-sel darah.
Plasma darah meliputi 55% dari seluruh bagian darah, sedangkan 45%
sisanya adalah berupa sel-sel darah.

Plasma darah

Bagian cair darah yaitu plasma adalah suatu larutan yang baik sekali yang
mengandung molekul anorganik, molekul organic (protein, glukosa, lemak)
dan garam-garam mineral.Volume normal plasma kira-kira 5%

95
berat badan, atau secara kasar pada laki-laki 70 kg , 3500 ml. Bila darah
lengkap dibiarkan membeku dan bekuan dibuang cairan yang tertinggal
dinamakan serum

Protein plasma

Protein plasma biasanya terdiri dari fraksi albumin, globulin dan fibrinogen.
Albumin berfungsi untuk menjaga tekanan osmotik darah. Selain itu albumin
berperan sebagai pengemban untuk logam, ion asam lemak, asam amino,
bilirubin, enzim dan obat-obatan.

Globulin berfungsi untuk membentuk antibodi sehingga tubuh kebal terhadap


serangan penyakit yaitu berupa gama globulin, protein ini dibentuk dalam sel-
sel plasma, dan juga berfungsi untuk proses pembekuan yaitu berupa
globulin protrombin. Fibrinogen merupakan komponen protein yang juga
berfungsi untuk pembekuan darah. Fraksi albumin dan protein yang
berhubungan dengan pembekuan (fibrinogen dan protrombin) dibentuk dalam
hati.

Di dalam plasma darah , garam sangat berguna untuk berbagai tujuan.


Garam dapur (NaCl) misalnya berguna untuk melarutkan protein. Protein
dapat bekerja melakukan berbagai fungsinya jika berada dalam bentuk
terlarut. Beberapa garam lainnya berfungsi untuk menjaga pH darah tidak
berubah, jenis garam demikian dikenal sebagai zat penyangga. Selain itu
protein plasma juga bertanggung jawab untuk 15 % kapasitas bufer darah.

Unsur seluler darah.

Unsur seluler darah adalah sel darah merah (eritrosit) , sel darah putih
(leukosit), dan trombosit-trombosit tersuspensi dalam plasma

Sel darah merah

Sel darah merah (eritrosit) membawa hemoglobin dalam sirkulasi. Sel darah
merah berbentuk cakram bikonkaf. Pada mamalia sel-sel darah merah
kehilangan intinya sebelum memasuki sirkulasi, tidak memiliki mitokondria.
Pada manusia sel darah merah hidup dalam sirkulasi selama 120 hari.

96
Jumlah rata-rata sel darah merah normal pada laki-laki 5,4 juta /μL dan pada
wanita kira-kira 4,8 juta / μL.Tiap-tiap sel darah merah manusia diantaranya
kira-kira 7,5 μL dan tebalnya 2 μm.Mengandung ± 250 juta

molekul Hb , sejenis protein pengikat dan pembawa O2 yang mengandung


besi.Hb darah mampu berikatan dengan molekul gas nitrat oksida (NO) , di
mana di dalam dinding kapiler NO berperan untuk merelaksasikan dinding
kapiler sehingga dapat mengembang yang membantu mengirimkan O2 ke sel.

Pembentukan sel darah merah disebut eritropoeisis yang diatur oleh suatu
hormon glikoprotein yang beredar dinamakan eritropoeitin yang dibentuk oleh
kerja dari faktor ginjal pada globulin plasma. Dalam sirkulasi kira-kira terdapat
3 x 1013 sel darah merah dan kira-kira 900 gram hemoglobin dalam sirkulasi
darah laki-laki dewasa 70 Kg , dan setiap 0,3 gram dihancurkan dan 0,3 gram
disintesis.

Bila sel darah merah tua , akan dihancurkan dalam sistem retikuloendotelial,
bagian globin molekul hemoglobin dipisahkan dan hem diubah menjadi
biliverdin . Pada manusia sebagian biliverdin yang dibentuk dari heme diubah
menjadi bilirubin. Bilirubin disimpan dalam kantung empedu untuk
disekresikan pada saluran pencernaan. Besi dari hem dipakai kembali untuk
sintesis hemoglobin .

Sel darah putih

Normal terdapat 4000-11.000 sel darah putih per mikroliter darah manusia.
Pada mamalia sel darah putih dapat dibedakan dalam 5 tipe. Neutrofil, basofil,
eosinofil mempunyai inti yang bentuknya tidak teratur (karena itu sering
disebut polimorfonuklear) dan granula sitoplasmik jelas (tergolong granulosit).
Monosit dan limfosit (tergolong agranulosit) yaitu sel dengan inti yang besar
dan bulat dan sedikit sitoplasma agranuler dan inti berbentuk ginjal.

Tipe sel darah putih.

Eosinofil (2 atau 3 % dari jumlah leukosit yang beredar). Memfagosit


kompleks antigen-antibodi sehingga sel-sel ini penting dalam pembersihan
sisa-sisa suatu infeksi. Dan kadar eosinofil yang beredar akan meningkat
pada penderita penyakit alergi. Neutrofil (60-70%)

97
6) Sistem Perkemihan :
Sistem urinari terdiri atas :
 Ginjal, yang mengeluarkan sekret urin.
 Ureter, yang menyalurkan urine dari ginjal ke kandung kencing.
 Kandung kemih, yang bekerja sebagai penampung.
 Uretra, yang mengeluarkan urine dari kandung kemih.

Ginjal :

Terletak pada dinding posterior abdomen, terutama di daerah lumabl, di


sebelah kaann dan kiri tulang belakang, dibungkus lapisan lemak yang tebal,
di belakang peritoneum, dank arena itu di luar rongga peritoneum.

Kedudukan ginjal dapat diperkirakan dari belakang, mulai dari ketinggian


vertebra torakalis terakhir sampai vertebra lumbalis ketiga.Ginjal kanan
sedikit lebih rendah dari kiri, karena hati menduduki banyak ruang di sebelah
kanan

Fungsi ginjal adalah mengatur keseimbangan air, konsentrasi garam dalam


darah, keseimbanagan asam- basa darah, serta ekskresi bahan buangan dan
kelebihan garam.

Ureter. Terdapat dua ureter berupa dua pipa saluran, yang masing – masing
bersambung dengan ginjal dan dari ginjal berjalan ke kandung kencing. Tebal
setiap ureter kira - kira setebal tangkai bulu angsa dan panjngnya 35 sampai
45 sentimeter. Terdiri atas dindidng luar yang fibrus, lapisan tengah yang
berotot, dan lapisan mukosa sebelah dalam. Ureter mulai sebagai pelebaran
hilum ginjal dan berjalan ke bawah melalui rongga abdomen masuk ke dalam
pelvis dan dengan arah oblik bermuara ke dalam sebelah posterior kandung
kemih..

Kandung kemih. Kandung kemih bekerja sebagai penampung urin, organ ini
berbentuk buah pir (kendi). Letaknya di dalam pangggul besar, di depan isi
lainnya, dan di belakang simfisis pubis. Pada bayi letaknya lebih tinggi.
Bagian terbawah terpancang serta yang disebut basis, bagian atas atau
fundus naik kalau kandung membesar karena urine. Puncaknya (apeks)
mengarah ke depan bawah dan ada di belakang simfisis pubis.

Dinding kandung kemih terdiri atas :

98
- Sebuah lapisan serus sebelah luar
- Lapisan berotot
- Lapisan submukosa
- Lapisan mukosa dari epithelium transisional.
Tiga saluran bersambung dengan kandung kencing. Dua ureter bermuara
secara oblik di sebelah basis, letak oblik ini menghindarkan urin mengalir
kembali ke dalam ureter. Uretra ke luar dari kandung di sebelah depan.
Daerah segitiga antara dua lubang ureter dan uretra segitiga kandung
kencing (trigonum vesika urinarius). Pada wanita kandung kencing terletak di
antara simfisis pubis, uterus, dan vagina. Dari uterus kandung kencing
dipisahkan lipatan peritoneum-ruang utero-vesikal atau ruang Douglas.

Uretra adalah sebuah saluran yang berjalan dari leher kandung kencing ke
lubang luar, dilapisi membrane mukosa yang bersambung dengan membrane
yang melapisi kandung kencing. Meatus urinarius terdiri atas serabut otot
lingkar, yang membentuk sfingter uretra. Pada wanita panjang uretra adalah
2,5 sampai 3,5 sentimeter, pada pria 17 sampai 22,5 sentimeter.

7) Sistem Reproduksi
a) Organ - organ sistem Reproduksi.
Sel - sel reproduksi berkembang di sebelah depan ginjal dan kemudian
tertanam sebagai kolom - kolom sel yang kemudian membentuk kelenjar
reproduksi yang berisi sel benih dan juga membentuk struktur sekelilingnya.

Ovum adalah sel benih wanita dalam ovarium, dan spermatozoon adalah sel
benih laki–laki pada testis. Pada masa remaja sel benih ini berkembang
bersamaan dengan perubahan yang menentukan sifat laki - laki dan wanita.

Organ - organ reproduksi membentuk apa yang dikenal sebagai traktus


genitalis, yang berhubungan dengan traktus urinarius. Pada laki - laki kedua
traktus itu erat berhubungan. Pada wanita, meskipun traktus

genitalisnya erat berhubungan dengan traktus urinarius, tidak bersambung.


Traktus genitalis wanita bersambung dengan rongga peritoneum. Ini tidak
ada pada laki - laki, tidak ada saluran dari traktus genitalis yang terbuka di
rongga peritoneum. Organ pengembangbiakan pada wanita terletak dalam
panggul kecil, organ laki - laki sebagaian besar terletak di luar pelvis.

99
b) Organ Reproduksi Wanita:

Organ untuk reproduksi dapat dibagi dalam organ eksterna dan interna.

Organ eksterna : bersama - sama dikenal sebagai vulva, dan terdiri atas
bagian - bagian sebagai berikut :

Mons veneris, sebuah bantalan lemak yang terletak di depan simfisis pubis.
Daerah ini ditutupi bulu pada masa pubertas.

Labia Mayora (bibir besar) adalah dua lipatan tebal yang membentuk sisi
vulva, dan terdiri atas kulit dan lemak, dan jaringan otot polos, pembuluh
darah dan serabut saraf. Labia mayora panjangnya kira-kira 7,5 sentimeter.

Nimfae atau labia minora (bibir kecil) adalah dua lipatan kecil dari kulit di
antara bagian atas labia mayora. Labianya mengandung jaringan erektil.

Klitoris (kelentit) adalah sebuah jaringan erektil kecil yang serupa dengan
penis laki - laki. Letaknya anterior dalam vestibula.

Vestibula adalah lipatan labia yang bersambung dengan vagina. Uretra juga
masuk ke dalam vestibula di depan vagina, tepat di belakang klitoris. Kelenjar
vestibula mayor(Bartholini) terletak tepat di belakang labia mayora di setiap
sisi. Kelenjar ini mengeluarkan lendir dan salurannya ke luar antar hymen dan
labia minora. Himen adalah diafragma dari membrane tipis, di tengahnya
berlubang supaya kotoran menstruasi dapat mengalir ke luar. Letaknya di
mulut vagina dan dengan demikian memisahkan genitalia eksterna dan
interna.

Vagina adalah tabung berotot yang dilapisi membran dari jenis epithelium
bergaris yang khusus, dialiri pembuluh darah dan serabut saraf secara
berlimpah. Panjang vagina dari vestibula sampai uterus. Dindidng-dindingnya
bersambung secara normal, dan mengelilingi bagian bawah serviks uteri, dan
di sebelah belakang naik lebih tinggi dari yang didepan. Lekukan sempit di
depan disebut forniks anterior dan yang di sisi-sisinya disebut forniks lateral,
sedangkan yang di belakang disebut forniks posterior vagina.

Permukaan anterior vagina menyentuh basis kandung kencing dan uretra,


sedangkan dinding posteriornya menyentuh rektum dan kantong rekto vaginal
(ruang Douglas). Seperempat sebelah bawah vagina menyentuh badan
perineum.

100
Struktur.

Dinding vagina terdiri atas tiga lapis : lapisan dalam adalah selaput lendir
(membran mukosa) yang dilengkapi lipatan-lipatan atau rugae, sehingga
mempunyai rupa seakan - akan ditutupi papilla (selaput lendir vagina terdiri
atas sel epitel gepeng berlapis); lapisan luar adalah lapisan berotot yang
terdiri atas serabut longitudinal dan melingkar; dan antar kedua lapisan ini
gterdapat sebuah lapisan dan jaringan erektil terdiri atas jaringan areoler,
pembuluh darah, dan beberapa serabut otot tak bergaris.

Organ reproduksi bagian dalam, yang tereletak di dalam pelvis, adalah uterus,
dua ovarium, dan tuba uteri (falopii).

Uterus (rahim)

Struktur:

Uterus adalah organ yang tebal berotot, berbentuk buah pir, terletak di dalam
pelvis, antara rektum di belakang dan kandung kencing di depan. Ototnya
disebut miometrium dan selaput lendir yang melapisi sebelah dalamnya
disebut endometrium. Peritoneum menutupi sebagaian besar tidak
seluruhnya) permukaan luar uterus. Letak uterus sedikit antefleksi pada
bagian lehernya dan anteversi (meliuk agak memutar ke depan) dengan
fundusnya terletak di atas kandung kencing. Di bawah bersambung dengan
vagina dan di sebelah atasnya tuba uterine masuk

ke dalamnya. Ligamentum latum uteri dibentuk oleh dua lapis peritoneum; di


setiap sisi uterus terdapat ovarium dan tuba uterine. Persediaan darah
didapatkan dari arteri ovaria. Panjang uterus adalah 5 sampai 8 sentimeter,
dan beratnya 30 sampai 60 gram. Uterus terbagi atas tiga bagian berikut :

1) Fundus, bagian cembung di atas muara tuba uteri


2) Badan uterus melebar dari fundus ke serviks, sedangkan antara badan
dan serviks terdapat ismus.
3) Bagian bawah yang sempit pada uterus disebut serviks. Rongga serviks
bersambung dengan rongga vagina melalui os eksterna.

101
Fungsi Uterus.

Untuk menahan ovum yang telah dibuahi selama perkembangan. Sebutir


ovum, sesudah ke luar dari ovarium, diantarkan melalui tuba uterine ke uterus.
(Pembuahan ovum secara normal terjadi di dalam tuba uterin). Endometrium
disiapkan untuk penerimaan ovum yang telah dibuahi. Dan ovum tersebut
sekarang tertanam di dalamnya. Sewaktu hamil, yang secara normal
berlangsung selama kira - kira 40 minggu, uterus bertambah besar,
dindingnya menjadi tipis, tetapi lebih kuat dan membesar sampai ke luar
pelvis masuk ke dalam rongga abdomen pada masa pertumbuhan uterus.

Pada waktu saatnya tiba dan mulas tanda melahirkan mulai, uterus
berkontraksi secara ritmik dam mendorong bayi dan plasenta ke luar
kemudian kebali ke ukuran normalnya melalui proses yang dikenal sebagai
involusi.

Ovarium (indung telur)

Struktur.

Kedua ovarium adalah kelenhjar berbentuk biji buah kenari, terletak di kanan
dan kiri uterus, di bawah tuba uterin, dan terikat di sebelah belakang oleh
ligamentum latum uteri. Ovarium berisi sejumlah besar ovum belum matang,
yang disebut oosit primer. Setiap oosit di kelilingi sekelompok sel folikel
pemberi makanan. Pada setiap siklus haid dari sebuah ovarium ini mulai
matang dan kemudian cepat berkembang menjadi folikel ovary yang
vesiskuler.(folikel Graaf).

Sewaktu folikel Graaf berkembang, perubahan terjadi di dalam sel - sel ini,
dan cairan likuor folikuli memisahkan sel-sel dari membran granulose menjadi
beberapa lapis. Pada tahap inilah dikeluarkan hormon Estrogen. Pada masa
folikel Graaf mendekati pengembangan penuh atau pematangan, letaknya
dekat permukaan ovarium, dan menjadi makin mekar karena cairan,
sehingga menonjol, seperti pembengkakan yang menyerupai kista pada
permukaan ovarium. Tekanan dari dalam folikel menyebabkan sobek dan
cairan serta ovum lepas melalui rongga peritoneal masuk ke lubang yang
berbentuk corong dari tuba uteri.

Setiap bulan sebuah folikel berkembang dan sebuah ovum dilepaskan dan
dikeluarkan pada saat kira-kira pertengahan (hari ke 14) siklus menstruasi.

102
Tuba Uteri (Falopii)

Tuba Uteri atau saluran telur, berjalan di sebelah kiri dan sebelah kanan
sebuah, dari sudut atau uterus ke samping, di tepi atas ligamen lebar ke arah
sisi pelvis. Panjangnya kira - kira 10 sentimeter, dan di ujung bagian dekat
uterus menyempit. Makin jauh dari rahim makin membesar dan membentuk
ampula, dan akhirnya belok ke bawah untuk berakhir menjadi tepi berfimbria.
Salah satu umbai (fimbria) menempel ke ovarium. Tuba uteri ditutupi
peritoneum; di bawah peritoneum ini terdapat lapisan berotot yang terdiri atas
serabut longitudinal dan melingkar. Lapisan dalam dari tuba ini terdiri atas sel
epitelilum yang bersilia. Lubang ujung tuba uteri menghadap ke peritoneum,
maka dengan demikian terbentuk jalan dari vagina, melalui uterus dan tuba
masuk rongga peritoneum, sehingga pada wanita peritoneum berupa kantong
terbuka, buka tertutup. Ovarium dan tuba uteri mendapat darah dari arteria
ovarika dan pelayanan persarafan diambil dari pleksus hipogastrik dan
pleksus ovarikus.

Fungsi normal tuba uteri adalah menghantarkan ovum dari ovarium ke uterus.
Juga menyediakan tempat untuk pembuahan.

Kelenjar Mammae

Kelenjar mammae atau payudara (buah dada) adalah pelengkapan pada


organ reproduksi wanita dan mengeluarkan air susu. Pada laki - laki kelenjar
ini rudimenter. Buah dada terletak di dalam fasia superfisialis di daerah
pektoral antara sternum dan aksila dan melebar kira- kira iga ke dua atau ke
tiga sampai iga ke enam atau ke tujuh.

Bentuk buah dada , cembung ke depan dengan puting di tengahnya, yang


terdiri atas kulit dan jaringan erektil dan berwarna tua. Puting ini dilingkari
daerah berwarna cokelat yang disebut areola. Dekat dasar puting terdapat
kelenjar sebaseus, yaitu kelenjar Montgomery, yang menegeluarkan zat
lemak supaya puting tetap lemas. Puting berlubang -lubang 15 sampai 20
buah, yang merupakan saluran dari kelenjar susu.

Sistem genitalia Laki - laki :

Alat kelamin laki- laki dapat dibagi menjadi :

a) Testis yaitu bagian yang memproduksi sperma dan

103
b) Urethra yaitu bagian untuk mengeluarkan sperma.

Lain dengan traktus urinarius pada perempuan yang terpisah sama sekali
dari traktus genitalis, pada laki-laki tidak terpisah. Uretra meninggalkan
kandung kencing dan melalui kelenjar prostat bagian tersebut dikenal sebagai
uretra pars prostatika, berjalan ke uretra membranosa, kemudian ke luar
melalui penis.

Testis adalah organ kelamin laki-laki untuk reproduksi, tempat terbentuknya


spermatozoa,dan hormon laki-laki testosteron. Hormon testosteron
disekresikan oleh sel interstsiil, yaitu sel-sel yang terletak di dalam ruang
antara tubula-tubula seminiferus testis di bawah rangsangan hormon
perangsang sel intertisiil (ICSH) dari hipofisis, yang sebenarnya adalah bahan
yang sama dengan hormon luteinizing (LH).

8) Sistem Pencernaan Makanan :


Sistem pencernaan (mulai dari mulut sampai anus) berfungsi sebagai berikut:

- menerima makanan
- memecah makanan menjadi zat –zat gizi (suatu proses yang disebut
pencernaan).
- menyerap zat - zat gizi ke dalam aliran darah.
- membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna tubuh. Saluran
pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan, kerongkongan, lambung, usus
halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi
organ - organ yang terletak di luar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati
dan kandung empedu.

a) Mulut, Tenggorokan & Kerongkongan :

Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan dan pernafasan.


Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Saluran dari kelenjar
liur di pipi, di bawah rahang mengalirkan isinya ke dalam mulut. Di dasar
mulut terdapat lidah, yang berfungsi untuk merasakan dan mencampur
makanan. Di belakang dan di bawah mulut terdapat tenggorokan(faring).
Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan
lidah. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung. Pengecapan
relatif sederhana, terdiri dari manis asam, asin dan pahit. Penciuman lebih
rumit, terdiri dari berbagai macam bau. Makanan dipotong-potong oleh

104
gigi depan (incisivus) dan dikunyah oleh gigi belakang (molar, geraham)
menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari
kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut
dengan enzim - enzim pencernaan dan mulai mencernanya.

Pada saat makan , aliran dari ludah membersihkan bakteri yang bisa
menyebabkan pembusukan gigi dan kelainan lainnya. Ludah juga
mengandung antibodi dan enzim, misalnya lisozim, yang menelan protein
dan menyerang bakteri secara langsung.Proses menelan dimulai secara
sadar dan berlanjut secara otomatis. Epiglotis akan tertutup agar
makanan tidak masuk ke dalam pipa udara (trakea) dan ke paru-paru,
sedangkan bagian atap mulut sebelah belakang (palatum mole, langit-
langit lunak) terangkat agar makanan tidak masuk ke dalam hidung.
Kerongkongan (esofagus) merupakan saluran berotot yang berdinding
tipis dan dilapisi oleh selaput lendir. Kerongkongan menghubungkan
tenggorokan dengan lambung. Makanan didorong melalui kerongkongan
bukan oleh gaya tarik bumi, tetapi oleh gelombang kontraksi dan relaksasi
otot ritmik yang disebut dengan peristaltik.

b) Lambung :
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara
ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang
melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting:

- lendir,
- asam klorida,
- prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein).

c) Usus Halus:
Usus Halus, Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari
(duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus . Makanan
masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang
bisa dicerna oleh usus halus.
d) Pankreas:
Pankreas merupakan suatu organ yang terdiri dari 2 jaringan dasar:
- Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan

105
- Pulau pankreas, menghasilkan hormon. Pankreas melepaskan enzim
pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon ke dalam
darah.
Ada 3 hormon yang dihasilkan oleh pancreas, yaitu :
- Insulin, yang berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah
- Glukagon, yang berfungsi menaikkan kadar gula dalam darah
- Somatostatin, yang berfungsi menghalangi pelepasan kedua hormon
lainnya (insulin dan glukagon).

e) Hati :
Hati merupakan sebuah organ yang besar dan memiliki berbagai fungsi,
beberapa di antaranya berhubungan dengan pencernaan dan
detoksifikasi. Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus
yang kaya akan pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini
mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung dengan vena yang
lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta.
Vena porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati ,
dimana darah yang masuk diolah .

Darah diolah dalam 2 cara :

- Bakteri dan partikel asing lainnya yang diserap dari usus dibuang
- Berbagai zat gizi yang diserap dari usus selanjutnya dipecah sehingga
dapat digunakan oleh tubuh . Hati melakukan proses tersebut dengan
kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya dengan zat-zat gizi, darah
dialirkan ke dalam sirkulasi umum. Hati menghasilkan sekitar separuh
dari seluruh kolesterol dalam tubuh, sisanya berasal dari makanan.
Sekitar 80% kolesterol yang dihasilkan di hati digunakan untuk
membuat empedu. Hati juga menghasilkan empedu, yang disimpan di
dalam kandung empedu .

f) Kandung empedu & Saluran empedu:


Empedu mengalir dari hati melalui duktus hepatikus kiri dan kanan, yang
selanjutnya bergabung membentuk duktus hepatikus umum. Saluran ini
kemudian bergabung dengan sebuah saluran yang berasal dari kandung
empedu (duktus sistikus) untuk membentuk saluran empedu umum.
Duktus pankreatikus bergabung dengan saluran empedu umum dan ma
masuk ke dalam duodenum. Sebelum makan, garam-garam empedu

106
menumpuk di dalam kandung empedu dan hanya sedikit empedu yang
mengalir dari hati. Makanan di dalam duodenum memicu serangkaian
sinyal hormonal dan sinyal saraf sehingga kandung empedu berkontraksi.
Sebagai akibatnya, empedu mengalir ke dalam duodenum dan bercampur
dengan makanan.

g) Usus Besar : Usus Besar Usus besar terdiri dari:


- Kolon asendens (kanan)
- Kolon transversum
- Kolon desendens (kiri)
- Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum).

h) Rektum & Anus :


Rektum & Anus Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung
usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Biasanya rektum
ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang

lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh
dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air
besar. Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini,
tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam
pengendalian otot yang penting untuk menunda buang air besar. Anus
merupakan lubang di ujung saluran

pencernaan, di mana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus


terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lainnya dari usus.
Suatu cincin berotot (sfingter ani) menjaga agar anus tetap tertutup.

9). Sistem Pernafasan :


Sistem pernafasan pada dasarnya dibentuk oleh jalan atau saluran nafas dan
paru-paru beserta pembungkusnya (pleura) dan rongga dada yang
melindunginya. Di dalam rongga dada terdapat juga jantung di dalamnya.
Rongga dada dipisahkan dengan rongga perut oleh diafragma. Saluran nafas
yang dilalui udara adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus
dan alveoli. Di dalamnya terdapat suatu sistem yang sedemikian rupa dapat
menghangatkan udara sebelum sampai ke alveoli.

107
Terdapat juga suatu sistem pertahanan yang memungkinkan kotoran atau
benda asing yang masuk dapat dikeluarkan baik melalui batuk ataupun bersin.
Paru-paru dibungkus oleh pleura. Pleura ada yang menempel langsung ke
paru, disebut sebagai pleura viseral. Sedangkan pleura parietal menempel
pada dinding rongga dada dalam. Di antara pleura viseral dan pleura parietal
terdapat cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas sehingga
memungkinkan pergerakan dan pengembangan paru secara bebas tanpa
ada gesekan dengan dinding dada. Rongga dada diperkuat oleh tulang-
tulang yang membentuk rangka dada. Rangka dada ini terdiri dari kostae
(iga-iga), sternum (tulang dada) tempat sebagian iga-iga menempel di depan,
dan vertebra torakal (tulang belakang) tempat menempelnya iga-iga di bagian
belakang.Terdapat otot-otot yang menempel pada rangka dada yang
berfungsi penting sebagai otot pernafasan. Otot-otot yang berfungsi dalam
bernafas adalah sebagai berikut :

 Interkostalis eksternus (antar iga luar) yang mengangkat masing-


masing iga.

 Sternokleidomastoid yang mengangkat sternum (tulang dada).


 Skalenus yang mengangkat 2 iga teratas.
 Interkostalis internus (antar iga dalam) yang menurunkan iga-iga.
 Otot perut yang menarik iga ke bawah sekaligus membuat isi perut
mendorong diafragma ke atas.
 Otot dalam diafragma yang dapat menurunkan diafragma.
Percabangan saluran nafas dimulai dari trakea yang bercabang menjadi
bronkus kanan dan kiri. Masing-masing bronkus terus bercabang sampai
dengan 20-25 kali sebelum sampai ke alveoli. Sampai dengan percabangan
bronkus terakhir sebelum bronkiolus, bronkus dilapisi oleh cincin tulang
rawan untuk menjaga agar saluran nafas tidak kolaps atau kempis sehingga
aliran udara lancar. Bagian terakhir dari perjalanan udara adalah di alveoli. Di
sini terjadi pertukaran oksigen dan karbondioksida dari pembuluh darah
kapiler dengan udara. Terdapat sekitar 300 juta alveoli di kedua paru dengan
diameter masing-masing rata-rata 0,2 milimeter.

10.Sistem Endokrin
Organ Endokrin
Kelenjar tanpa saluran atau kelenjar buntu digolongkan bersama di bawah
nama organ endokrin, sebab sekresi yang dibuat tidak meninggalkan

108
kelenjarnya melalui suatu saluran, tetapi langsung masuk ke dalam darah
yang beredar di dalam jaringan kelenjar. Kata endokrin berasal dari bahasa
Yunani yang berarti “sekresi ke dalam”, zat aktif utama dari sekresi interna ini
disebut”hormon”, dari kata Yunani yang berarti “merangsang”. Beberapa
organ endokrin menghasilkan satu hormon tunggal, sedangkan yang lailn
menghasilkan dua atau beberapa jenis hormon: misalnya kelenjar hipofisis
menghasilkan beberapa jenis hormon yang mengendalikan kegiatan banyak
organ lain; karena itulah kelenjar hipofisis dilukiskan sebagai “kelenjar
pimpinan tubuh”.
Beberapa organ endokrin :
Kelenjar hipofisis, lobus anterior dan posterior.
Kelenjar tiroid dan paratiroid.
Kelenjar suprarenal, korteks dan medula.
Kelenjar timus dan badan pineal.
Pembentukan sekresi interna adalah suatu fungsi penting, juga pada organ
dan kelenjar lain, seperti insulin dari kepulauan Langerhans di dalam
pankreas, gastrin di dalam lambung, Estrogen dan progesteron di dalam
ovarium, dan testosteron di dalam testis.

Pengetahuan tentang fungsi kelenjar - kelenjar didapati dengan mempelajari


efek dari penyakit yang ada di dalamnya dan hal ini biasanya dapat
diterangkan sebagai akibat produksi terlalu banyak atau terlalu sedikit
hormon yang diperlukan.

Kelenjar hipofisis terletak di dasar tengkorak, di dalam fosa hipofisis tulang


sfenoid. Kelenjar itu terdiri atas dua lobus, yaitu anterior dan posterior, dan
bagian di antara ke dua lobus adalah pars intermedia. Untuk memudahkan
mempelajari fungsinya maka dipandang dua bagian, yaitu lobus anterior dan
posterior.

Lobus anterior. Kelenjar hipofisis menghasilkan sejumlah hormon yang


bekerja sebagai zat pengendali produksi sekresi dari semua organ endokrin
lain.

 Hormon pertumbuhan (hormon somatotropik) mengendalikan


pertumbuhan tubuh.
 Hormon tirotropik mengendalikan kegiatan kelenjar tiroid dalam
menghasilkan tiroksin.

109
 Hormon adrenokortikotropik(ACTH) menegndalikan kegiaatn kelenjar
suprarenal dalam menghasilkan kortisol yang bersal dari korteks kelenjar
suprarenal ini.
 Hormon gonadotropik : Hormon perangsang folikel (follicle- stimulating -
hormon - FSH) merangsang perkembangan folikel Graaf di dalam
ovarium dan pembentukan sprematozoa di dalam testis. Luteinizing
hormon, (LH) atau Insterstitial Cell Stimulating Hormon (ICSH)
mengendalikan sekresi estrogen dan progesteron di dalam ovarium dan
testosteron di dalam testis. Hormon ke tiga dari hormon gonadotropik ini
adalah luteotrofin atau prolaktin, mengendalikan sekresi air susu, dan
mempertahankan adanya korpus luteum selama hamil.

Sekresi lobus anterior. Lobus anterior kelenjar hipofisis mengeluarkan sekret


dua jenis hormon : Hormon anti diuretik (ADH) mengatur jumlah air yang
melalui ginjal, sedangkan hormon oksitoksik merangsang kontraksi uterus
sewaktu melahirkan bayi dan pengeluaran air susu sewaktu menyusui.

Kelenjar tiroid. Terdiri atas dua buah lobus yang terletak di sebelah kanan
dan kiri trakhea, dan diikat bersama oleh secarik jaringan tiroid yang disebut
ismus tiroid dan yang melintasi trakea di sebelah depannya.

Struktur. Kelenjar tiroid terdiri atas sejumlah besar vesikel yang dibatasi
epitelium silinder, mendapat persediaan darah berlimpah, dan yang disatukan
jaringan ikat. Sel itu mengeluarkan sekret cairan yang bersifat lekat yaitu
koloida tiroid, yang mengandung zat senyawa yodium; zat aktif yang utama
ini adalah hormon tiroksin. Sekret ini mengisi vesikel dan dari sini berjalan ke
aliran darah, baik langsung maupun melalui saluran limfe.

Fungsi. Sekresi tiroid diatur sebuah hormon dari lobus anterior kelenjar
hipofisis, yaitu hormon tirotropik. Fungsi kelenjar tiroid sangat erat bertalian
dengan kegiatan metabolik dalam hal pengaturan susunan kimia dalam
jaringan; bekerja sebagai perangsang proses oksidasi, mengatur
penggunaan oksigen, dan dengan sendirinya mengatur pengeluaran karbon
dioksida.

Hiposekresi (hipotiroidisme). Bila kelenjar tiroid kurang mengeluarkan sekret


pada waktu bayi maka mengakibatkan suatu keadaan yang dikenal sebagai
kretinisme, berupa hambatan pertumbuhan mental dan fisik. Pada orang

110
dewasa, kekurangan sekresi mengakibatkan miksudema; proses metabolik
mundur dan terdapat kecenderungan untuk bertambah berat, gerakannya
lamban, cara berfikir dan bicara lamban, kulit menjadi tebal dan kering, serta
rambut rontok dan menjadi jarang. Suhu badannya di bawah normal dan
denyut nadi perlahan.

Hipersekresi (hipertiroidisme). Pada pembesaran kelenjar dan penambahan


sekresi yang disebut hipertiroidisme, semua simtomnya kebalikan dari
miksudema. Kecepatan metabolisme naik dan suhu tubuh dapat lebih tinggi
dari normal. Pasien tururn beratnya, gelisah dan mudah marah, kecepatan
denyut nadi naik, “cardiac output” bertambah, dan simtom kardio- vaskuler
mencakup fibrilasi atrium dan kegagalan jantung.

Pada keadaan yang dikenal sebagai penyakit Grave atau gondok


eksoptalmus, tampak mata menonjol ke luar. Efek ini disebabkan terlampau
aktifnya hormon tiroid. Adakalanya tidak hilang dengan pengobatan.

Kelenjar Paratiroid

Di setiap sisi kelenjar tiroid terdapat dua kelenjar kecil, yaitu kelenjar
paratiroid, di dalam leher. Sekresi paratiroid, yaitu hormon paratiroid.
Mengatur metabolisme zat kapur dan mengendalikan jumlah zat kapur di
dalam darah dan tulang.

Hipoparatroidisme, yaitu kekurangan kalsium dalam darah atau hipokalsemi,


mengakibatkan keadaan yang disebut tetani, dengan gejala khas kejang dan
konvulsi, khususnya pada tangan dan kaki yang disebut karpopedal spasmus,
simtom-simtom ini dapat cepat diringankan dengan pemberian kalsium.

Hiperparatiroidisma atau over - aktivitas kelenjar, biasanya ada sangkut


pautnya dengan pembesaran (tumor) kelenjar. Keseimbangan distribusi
kalsium terganggu, kalsium dikeluarkan kembali dari tulang dan dimasukkan
kembali ke dalam serum darah, dengan akibat terjadinya penyakit tulang
dengan tanda-tanda khas beberapa bagian keropos, yang dikenal sebaagi
osteitis fibrosa sistika, karena terbentuk kista pada tulang. Kalsiumnya
diendapkan di dalam ginjal dan dapat menyebabkan batu ginjal dan
kegagalan ginjal.

Kelenjar Timus

111
Kelenjar timus terletak di dalam toraks, kira- kira pada ketingian bifurkasi
trakea. Warnanya kemerah - merahan dan terdiri atas dua lobus. Pada bayi
yang baru lahir sangat kecil dan beratnya kira-kira 10 gram atau lebih sedikit.
Ukurannya bertambah, pada masa remaja beratnya dari 30 sampai 40 gram,
dan kemudian mengerut lagi. Fungsinya belum diketahui, tetapi diperkirakan
ada hubungannya dengan produksi antibodi.

Kelenjar Adrenal

Kelenjar Adrenal atau kelenjar suprarenalis terletak di atas kutub sebelah


atas setiap ginjal. Kelenjar adrenal terdiri atas bagian luar yang berwarna
kekuning-kuningan yang disebut korteks yang menghasilkan kortisol

(hidrokortison), dengan rumus seperti kortison, dan atas bagian medula di


sebelah dalam yang menghasilkan adrenalin (epifirin) dan noradrenalin
(norepifirin).

Zat-zat yang disekresikan di bawah pengendalian sistem persarafan simpatis.


Sekresinya bertambah dalam kedaan emosi, seperti marah dan takut, serta
dalam keadaan asfiksia dan kelaparan. Pengeluaran yang bertambah itu
menaikkan tekanan darah guna melawan syok yang disebabakan
kegentingan ini. Noradrenalin menaikkan tekanan darah dengan jalan
merangsang serabut otot di dalam dinding pembuluh darah untuk
berkontraksi. Adrenalin membantu metabolisme karbohidrat dengan jalan
menambah pengeluaran glukosa dari hati.

Beberapa hormon terpenting yang disekresikan korteks adrenal adalah


hidrokortison, aldosteron, dan kortikosteron, yang semuanya bertalian erat
dengan metabolisme pertumbuhan, fungsi ginjal, dan tonus otot. Pada
insufisiensi adrenal (penyakit Adison), pasien menjadi kurus dan tampak sakit
dan makin lemah, terutama karena tidak adanya hormon ini, sedangkan ginjal
gagal menyimpan natrium, karena mengeluarkan natrium dalam jumlah
terlampau besar. Penyakit ini diobati dengan kortison.

Kepulauan Langerhans pada pankreas membentuk organ endokrin yang


menyekresikan insulin, yaitu sebuah hormon antidiabetika, yang diberikan
dalam pengobatan diabetes. Insulin adalah sebuah protein yang dapat turut
dicernakan oleh enzim- enzim pencerna protein dan karena itu tidak diberikan

112
melalui mulut melainkan dengan suntikan subkutan. Insulin mengendalikan
kadar glukosa dan bila digunakan sebagai pengobatan dalam hal kekurangan,
seperti pada diabetes, akan memperbaiki kemampuan sel tubuh mengadopsi
dan menggunakan glukosa dan lemak.

Secara klinik, defisiensi insulin mengakibatkan hiperglikemia yaitu kadar gula


darah yang tinggi, turunnya berat badan, lelah dan poliuria (sering buang air
kecil), disertai haus, lapar, kulit kering, mulut dan lidah kering. Akibatnya juga
ketosis serta asidosis dan kecepatan bernapas bertambah.

Keadaan sebaliknya ialah hipoglikemia, atau kadar gula darah rendah, dapat
terjadi sebagai akibat kelebihan dosis insulin, atau karena pasien tidak makan
makanan (atau muntah barangkali) setelah suntikan insulin, sehingga
kelebihan insulin dalam darahnya menyebabkan koma hipoglikemia.
Demikianlah maka koma pada seorang pasien dengan diabetes dapat
disebabkan tidak adanya insulin, atau terlampau banyak insulin (koma
hipoglikemia) yang diobati dengan glukosa.

Kelenjar pinealis berbentuk kecil merah seperti buah cemara dan terdapat di
dekat korpus kalosum. Fungsinya belum terang. Kelenjar lain yang
menghasilkan sekresi interna penting adalah pankreas, dan kelenjar kelamin.

VII. Referensi :
1. Buku Anatomi Tubuh Manusia, Setiadi Budiyono, dr, Laskar Aksara, Bekasi, Jawa
Barat, 2011.
2. Buku Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, cetakan ke tiga puluh tiga, Evelyn C.
Pearce, PT. Gramedia Pustaka, 2009.

113
Lembar Penugasan MI.1

Panduan Demonstrasi
Materi Inti 1
ANATOMI DAN FISIOLOGI DASAR MANUSIA

4. Fasilitator menyediakan phantom akupunktur dan atlas anatomi manusia.


5. Fasilitator membagi peserta menjadi 5 kelompok
6. Fasilitator menunjuk bagian anatomi tubuh dan fungsinya (fisiologinya)
7. Setiap kelompok diminta untuk memperagakan ulang penunjukkan bagian anatomi
tubuh dan menyebutkan fungsinya.

114
MATERI INTI 2
DASAR- DASAR AKUPRESUR

I. DESKRIPSI SINGKAT
Penusukan jarum pada titik-titik akupuntur menurut teori akupuntur tidak hanya dapat
dilakukan dengan jarum saja, tetapi boleh menggunakan alat berbeda dengan pijat urut
yang telah lama dikenal oleh bangsa Indonesia sebagai warisan budaya turun temurun
yang ilmunya belum terstruktur, akupresur menggunakan teori dasar akupunktur sebagai
landasan teorinya. Falsafah dasar, tata cara pemeriksaan, diagnosa dan tata laksana
terapinya sama dengan akupunktur, hanya dalam pelaksanaan terapi tidak menggunakan
jarum melainkan menggunakan jari atau benda tumpul lainnya sebagai alat
perangsangan. Oleh karena itu akupresur dapat dipertanggungjawabkan secara jelas
keamanan dan manfaatnya.
Dalam modul ini diuraikan secara singkat teori dasar akupresur yang diambil dari
teori dasar akupunktur, sebagai pedoman bagi pelaksanaan terapi akupresur.
Teori dasar akupresur dalam modul ini membahas tentang pengertian dan sejarah
akupresur, pandangan Holistik, teori yin yang, teori Pergerakan Lima Unsur, teori Energi
Vital (qi), teori Fenomena Organ, dan teori Penyebab Penyakit.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum :
Setelah mengikuti sesi ini peserta latih mampu memahami dasar-dasar akupresur

B. Tujuan Pembelajaran Khusus :


1. Sejarah perkembangan akupresur
2. Akupresur dengan pendekatan holistik
3. Mekanisme kerja akupresur
4. Yin yang dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari, gangguan kesehatan
dan pengobatan
5. Pergerakan Lima Unsur dan hukum- hukumnya serta aplikasinya dalam
kehidupan sehari-hari, gangguan kesehatan dan pengobatan
6. Energi Vital
7. Sistem organ tubuh manusia dalam akupresur beserta fenomenanya
8. Penyebab penyakit

115
C. POKOK BAHASAN
1. Pengenalan dan sejarah akupresur
Sub pokok bahasan
a. Pengertian akupresur
b. Fungsi pijat akupresur
c. Sejarah perkembangan akupresur
d. Pandangan holistic

2. Akupresur dengan pendekatan Holistik


Sub Pokok Bahasan
a. Pengertian yin yang
b. Perbedaan jenis yin yang dalam gangguan kesehatan
c. Penerapan teori yin yang dalam melakukan tindakan akupresur

3. Mekanisme Kerja Akupresur


Sub Pokok Bahasan
a. Pengertian Pergerakan Lima Unsur
b. Hukum-hukum Pergerakan Lima Unsur
c. Penggolongan Lima Unsur

4. Energy vital (qi)


Sub Pokok Bahasan
a. Pengertian qi
b. Asal qi
c. Fungsi qi

5.Teori Fenomena Organ


Sub Pokok Bahasan
a. Pengertian fenomena organ
b. Fungsi organ dalam
c. Gangguan fungsi organ dalam

6.Teori Penyebab Penyakit


Sub Pokok Bahasan
a. Pengertian penyebab penyakit
b. Macam-macam penyebab penyakit

116
D. BAHAN BELAJAR
1. Buku pedoman pelatihan akupresur untuk petugas kesehatan
2. Powerpoint, gambar, patung, lembar kerja.

E. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


No Fasilitator Peserta
1. Pembukaan
a. Mengucapkan salam a. Menjawab salam
b. Mencairkan suasana dengan b. Menjawab pertanyaan mengenai
pertanyaan tentang pijat pengalaman pijat
c. Memberitahukan pokok bahasan c. Mencatat pokok bahasan
d. Memberitahukan tujuan d. Menyepakati tujuan

2. Inti
a. Menjelaskan materi pengertian dan a. Memperhatikan uraian materi
sejarah akupresur b. Menjawab dan menanyakan inti
b. Menjelaskan materi pandangan materi yang belum dimengerti
holistik c. Simulasi
c. Menjelaskan materi yin yang d. Membentuk kelompok diskusi
d. Menjelaskan materi pergerakan lima e. Mengerjakan tugas kelompok
unsur f. Memaparkan hasil diskusi
e. Menjelaskan materi energi vital kelompok
f. Menjelaskan materi fenomena organ
g. Menjelaskan materi penyebab
penyakit
h. Menanyakan beberapa inti materi
sebagai contoh
i. Mengatur kelompok diskusi
j. Memberikan tugas kelompok
k. Memimpin simulasi

3. Penutupan
a. Tanya jawab mengenai penguasaan
materi a. Menjawab pertanyaan evaluasi
b. Merangkum hasil pembahasan b. Membuat rangkuman
c. Menutup kegiatan

F. URAIAN MATERI
1. PENGERTIAN DAN FUNGSI AKUPRESUR
Akupresur berasal dari kata accus dan pressure, yang berarti jarum dan menekan.
Istilah ini dipakai untuk cara penyembuhan yang menggunakan teknik penekanan
dengan jari pada titik-titik akupunktur sebagai pengganti penusukan jarum pada

117
sistem penyembuhan akupunktur. Tujuan penekanan pada titik-titik akupresur adalah
melancarkan aliran energi vital pada seluruh bagian tubuh. Manusia memerlukan
energi untuk dapat menjalankan fungsinya. Fungsi organ-organ tubuh akan
terganggu jika tidak mendapatkan aliran energi yang cukup. Gangguan fungsi tubuh
akan mengganggu keseimbangan sistem tubuh.
Titik-titik akupresur merupakan pusat-pusat di mana energi vital terkumpul.
Penekanan pada titik-titik ini bermaksud untuk mempengaruhinya agar aliran energi
yang kemungkinan terhambat dapat dilancarkan kembali. Kelancaran aliran energi
mempengaruhi aliran darah, transportasi cairan-cairan tubuh, system syaraf, sistem
hormonal, sistem getah bening, dll.

2. SEJARAH PERKEMBANGAN AKUPRESUR


Pijat telah dikenal oleh bangsa Indonesia sejak jaman dahulu kala. Demikian juga
oleh bangsa-bangsa yang lain, karena pijat merupakan cara pengobatan alami,
yang secara naluri dilakukan oleh manusia jika merasa badannya tidak enak.
Pengalaman demi pengalaman yang diturunkan kepada keluarganya secara turun
temurun menjadi keterampilan yang dimiliki oleh keluarga tersebut. Interaksi antar
manusia bahkan antar bangsa menambah kekayaan pengalaman keterampilan
memijat, bahkan dapat dirumuskan menjadi ilmu yang dapat dipelajari. Bangsa
China yang berimigrasi ke Indonesia sejak jaman dahulu juga turut serta membawa
kebudayaannya antara lain pengobatan tradisional Cina, yang ikut mewarnai
keterampilan pijat penduduk asli Indonesia.

Di Indonesia pada tahun 1963 oleh Presiden Soekarno ditunjuk Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo sebagai pilot project pengobatan di bidang Akupunktur. Dalam
perjalanannya, telah dibentuk program pendidikan dokter spesialis akupunktur medik
yang dalam kurikulum pendidikannya memasukkan akupresur sebagai salah satu
mata pelajaran pendidikan.

Pada tahun 1984 Yayasan Penyehat Tradisional Indonesia berusaha


mengembangkan pijat yang ada di masyarakat, tetapi karena tidak ada dokumen
tentang pijat maka digunakanlah ilmu akupunktur dalam menata pola pijat yang ada
di masyarakat tersebut dan disepakati perlunya keseragaman dari berbagai pijat
yang ada.

Pijat dengan pendekatan ilmu akupunktur disebut akupresur dan istilah ini digunakan
sampai sekarang. Indonesia mengembangkan akupresur sejak tahun 1989 yang

118
disepakati pada pertemuan antara Departemen Kesehatan dengan Yayasan
Penyehat Tradisional Indonesia. SP3T DKI Jakarta mengadakan survei tentang
battra pijat untuk di DKI Jakarta, diperoleh hasilnya tidak adanya pola pijat yang
terstuktur sehingga menyulitkan. Ilmu ini dikembangkan di masyarakat sebagai
asuhan mandiri (selfcare) karena terbukti aman dan bermanfaat bagi kesehatan.

Kementerian Kesehatan mendukung pengembangan program ini dan memantaunya


serta mengadakan berbagai kajian melalui Sentra Pengembangan dan Penerapan
Pengobatan Tradisional (SP3T) akupresur menjadi salah satu pola pijat yang terbukti
aman dan bermanfaat. Saat ini akupresur dikembangkan melalui integrasi ke dalam
sistem pelayanan kesehatan di Puskesmas.

3. PANDANGAN HOLISTIK
Holistik berasal dari bahasa Inggris “whole” yang berarti seluruh. Kata holistik
dipakai sebagai istilah bagi cara pandang atau pandangan hidup yang memandang
segala segi kehidupan secara menyeluruh, sebagai kesatuan yang utuh, bukan
parsial. Semua yang ada di dalam alam semesta merupakan satu kesatuan, tanah,
air, udara, langit, binatang, tumbuh-tumbuhan, manusia, dll. adalah bagian dari
kesatuan alam semesta tersebut.

Alam semesta sebagai makro kosmos, sedangkan bagian-bagiannya adalah mikro


kosmos. Mikro kosmos juga merupakan kesatuan dari bagian-bagiannya, demikian
pula bagian-bagian tersebut adalah kesatuan dari bagian yang lebih kecil lagi,
sampai yang terkecil. Tidak ada benda yang berdiri sendiri secara mutlak. Semua
yang ada dalam alam semesta terbentuk karena saling hubungan antara bagian-
bagian yang bekerja sama dalam kesatuan dengan keseimbangan yang dinamis.

Manusia adalah kesatuan dari organ-organ tubuh, anggota tubuh, jaringan


penunjang, panca indera, cairan-cairan, darah, dll. Organ tubuh merupakan kesatuan
dari sel-sel dan seterusnya. Manusia saling pengaruh mempengaruhi dengan alam
lingkungannya dan dengan sesama manusia itu sendiri, termasuk kondisi sosial
ekonomi, kebudayaan, politik dan sebagainya.

Organ-organ dan sistem kehidupan di dalam tubuh manusia saling mempengaruhi.


Jika salah satu bagian dari tubuh terganggu akan mempengaruhi bagian tubuh yang
lain dan dapat mengganggu kesehatan tubuh. Untuk mengembalikan kondisi tubuh

119
agar sehat harus dilakukan upaya pengembalian keseimbangan yang dinamis, baik
keseimbangan di dalam tubuh maupun keseimbangan manusia dengan alam.

Keseimbangan kehidupan manusia tidak hanya secara fisik, namun juga


membutuhkan keseimbangan secara spiritual, psikologis, ekonomi, sosial dan
budaya. Kebutuhan ini menjadi bagian yang sangat mempengaruhi kehidupan
manusia itu sendiri.

Atas dasar pandangan tersebut, maka dalam memandang, menganalisis,


mendiagnosa dan mengatasi gangguan kesehatan harus dilakukan secara
menyeluruh (holistik), tidak bagian demi bagian (parsial), agar mendapatkan hasil
yang optimal.

4. TEORI YIN YANG


Yin artinya bayangan, yang artinya cahaya. Kedua kata ini berasal dari bahasa China,
kemudian dipakai sebagai istilah untuk membedakan dua aspek yang mendominasi
kehidupan alam yang saling bertentangan, misalnya sisi gelap dan sisi terang, panas
dan dingin, dan sebagainya.

Menurut teori ini, setiap benda dalam alam semesta baik benda besar maupun kecil
mempunyai dua aspek yang berlawanan, tetapi saling terkait dan saling
mempengaruhi, saling membentuk dan saling menghancurkan, bergerak dinamis
dalam kesatuan tetapi tidak mutlak. Sebagai contoh manusia terdiri dari pria yang
bersifat yang dan wanita yang bersifat yin. Pria dan wanita berlawanan jenis, tetapi
saling terkait, saling membutuhkan dan saling mempengaruhi. Pada tubuh wanita
terdapat sedikit hormon laki-laki, dan sebaliknya pada laki-laki terdapat sedikit
hormon wanita. Pada pria terdapat sifat wanita, pada wanita terdapat sifat pria, ini
menunjukkan bahwa walaupun keduanya memiliki ciri yang berbeda namun tidak
mutlak. Secara lebih mudah yin yang dapat dibedakan menjadi yang bersifat pasif
termasuk golongan yin, sedangkan yang bersifat aktif termasuk golongan yang.

Yin dapat digambarkan sebagai air dengan segala sifatnya, sedangkan yang dapat
digambarkan sebagai api dengan segala sifatnya. Keseimbangan kedua aspek ini
mewujudkan keharmonisan dalam kehidupan. Kedinamisan yin yang merupakan
usaha untuk mewujudkan keseimbangan tersebut. Siang yang panas berganti
malam yang dingin adalah contoh kedinamisan yin yang dalam kehidupan alam.

120
Gangguan kesehatan manusia terjadi karena gangguan keseimbangan yin yang
dalam tubuhnya dan atau antara yin yang dalam tubuh dengan alam sekitarnya.
Dengan demikian, cara untuk mengatasi gangguan kesehatannya dilakukan melalui
usaha untuk mengembalikan keseimbangan yin yang di dalam tubuh. Jika yin
dominan, dilakukan upaya menguatkan yang, dan jika yang dominan dilakukan
upaya melemahkan yang atau meguatkan yin.
Pengelompokan yin yang dapat diterapkan di dalam berbagai aspek kehidupan,
dalam perilaku alam semesta, perilaku mahluk hidup, letak masalah kesehatan, arah,
sifat dan jenis masalah. Pengelompokan ini digunakan dalam mengatasi gangguan
kesehatan melalui pemberian rangsangan akupresur.

GAMBAR TAIJI YANG MENERANGKAN SIFAT-SIFAT yin yang

PENGELOMPOKAN yin yang


NO. PENGELOMPOKAN yin yang

1. Dalam alam semesta gelap, malam, air, terang, siang, api, kering,
basah/lembab, bagian bagian atas, luar, timur,
bawah, dalam, barat, selatan
utara.
2. Tubuh manusia wanita, dada, perut, fisik, sisi pria, punggung, pinggang,
dalam, gemuk, lambat, pelan mental/psikis, sisi luar,
kurus, cepat, nyaring
3. Organ-organ tubuh paru-paru, limpa, jantung, usus besar, lambung, usus
ginjal, selaput jantung, hati kecil, kandung kemih, tri
pemanas, kandung empedu
4. Sifat penyakit kronis (menahun), tenang, akut (mendadak), gelisah,
lama, dingin, lembab, baru, panas, kering, ekses,
defisiensi, lemah, pucat kuat, demam
5. Cara terapi menguatkan, melemahkan,
menghangatkan, menambah mendinginkan, mengurangi

121
5. TEORI PERGERAKAN LIMA UNSUR
Teori pergerakan lima unsur yaitu suatu teori yang menjelaskan tentang hubungan
antara unsur-unsur yang ada dalam kehidupan alam semesta. Menurut teori ini, alam
semesta maupun manusia terdiri dari lima unsur yang saling berhubungan. Lima
unsur tersebut adalah : kayu, api, tanah, logam dan air. Bagian-bagian tubuh
manusia dan segala hal yang terkait dengannya terbagi ke dalam kelompok lima
unsur tersebut di atas.

Gambar Pergerakan Lima Unsur

- Hati
- Kandung
Empedu
- Mata
- Tendon
- Hijau
- Asam
- Angin
- Jengkel/
Dongkol
- Menjerit
- Air mata

- Ginjal KAYU
- Kandung - Jantung
kemih - Usus kecil
- Telinga - Lidah
- Tulang - Pembuluh
- Hitam darah
- Asin - Merah
AIR API - Pahit
- Dingin
- Takut - Panas
- Merintih - Gembira
- Kotoran - Tertawa
telinga - Keringat

LOGAM TANAH

- Paru - Limpa
- Usus besar - Lambung
- Hidung - Mulut
- Kulit - Otot
- Putih - Kuning
- Pedas - Manis
- Kering - Lembab
- Khawatir/ - Rindu/
sedih berfikir
- Menangis - Menyanyi
- Ingus - Air liur 122
Catatan:
1. Arah panah melingkar menunjukkan hubungan menghidupi
2. Arah panah bintang menunjukkan hubungan membatasi
Manusia beserta segala hal yang terkait dengannya juga terdiri dari lima unsur di atas,
yang kemudian dapat digolongkan ke dalam tabel seperti tercantum di bawah ini :

TABEL PENGGOLONGAN LIMA UNSUR

Lima unsur Kayu Api Tanah Logam Air


Uraian
Organ padat Hati Jantung Limpa Paru Ginjal

Organ berongga Kandung Usus kecil Lambung Usus besar Kandung


empedu kemih
Hubungan luar Mata Lidah Mulut Hidung Telinga
Hubungan dalam Tendon Pembuluh Otot Kulit Tulang,
darah gigi, rambut
Warna muka Hijau Merah Kuning Putih Hitam
Kesukaan rasa Asam Pahit Manis Pedas Asin
Penyebab penyakit Angin Panas Lembab Kering Dingin
luar
Penyebab penyakit Jengkel/ gembira Rindu/ Khawatir Takut
dalam dongkol/ berfikir sedih
marah
Suara Menjerit Tertawa Menyanyi Menangis Merintih

Cairan Air mata Keringat Air liur Ingus Kotoran


telinga

Cara memahami tabel serta keterangan tabel 5 unsur :


Yang termasuk unsur kayu adalah : Hati - Empedu - Mata - Urat - Hijau- Asam -
Angin – Jengkel/ Dongkol - Menjerit - Air mata.
Hati berhubungan dengan Kandung Empedu.
a. Hati dan Kandung Empedu memancarkan warna kehijauan. Warna ini akan
nampak lebih jelas di muka, jika hati terganggu.
b. Emosi jengkel, sangat mempengaruhi organ hati dan Kantung Empedu.

123
c. Jengkel menyebabkan gangguan keseimbangan di hati yang mendorong
keluarnya suara menjerit.
d. Kelainan pada organ hati dapat tercermin melalui gangguan pada mata, tendon),
dan air mata. Manifestasi yang muncul antara lain berupa: mata merah, katarak,
rabun, mudah keseleo, kram, air mata berlebihan, air mata kering, dll.
Semua hal di atas berhubungan erat karena berada dalam kelompok unsur yang
sama (kayu).
Hubungan antara unsur-unsur kehidupan tersebut mengikuti prinsip-prinsip tertentu,
yaitu pada keadaan normal/ fisiologi, meliputi :

a. Hubungan saling menghidupi


Setiap unsur mempunyai fungsi menghidupi dan dihidupi oleh unsur yang lain.
Kayu menghidupi api, api menghidupi tanah, tanah menghidupi logam, logam
menghidupi air, air menghidupi kayu.
Jika terjadi gangguan pada salah satu unsur akan mengganggu unsur yang lain
atau unsur yang dihidupi. Contohnya : jika kayu terlalu sedikit (lemah) maka api
menjadi kecil karena kurang bahan bakar. Jika air terlalu sedikit, maka kayu tidak
subur.
Dalam kehidupan manusia, ibu menyusui anaknya. Jika ibu sakit anak menderita,
jika anak sakit ibu menderita. Unsur yang menghidupi (menunjang) diibaratkan
seperti ibu, sedangkan unsur yang dihidupi diibaratkan seperti anak. Hal ini
merupakan hukum ibu-anak.

b. Hubungan saling membatasi (mengendalikan)


Setiap unsur berfungsi membatasi (mengendalikan) unsur yang lain. Kayu
mengendalikan tanah, tanah mengendalikan air, air mengendalikan api, api
mengendalikan logam, logam mengendalikan kayu.

c. Hubungan saling membatasi-menghidupi/ menghidupi-membatasi


Contoh: tanah berfungsi mengendalikan air supaya air menghidupi kayu tidak
terlalu besar sehingga kayu membatasi tanah agar tidak terlalu kuat.

d. Pada kondisi terjadi penyakit/ patologi akan terjadi:


Hubungan Penindasan/ penghinaan
contoh: Pada keadaan fisiologi kelebihan air akan mengurangi api, pada keadaan
patologi terjadi kelebihan api akan mengurangi air. Keadaan ini disebut sebagai
hubungan penindasan/ penghinaan.

124
gambar: penindasan dan penghinaan

6. ENERGI VITAL (qi)


Materi dasar kehidupan manusia terdiri dari jing, qi dan shen.
Jing berarti materi, qi berarti energi vital, dan shen berarti semangat (fenomena).
Yang akan dibahas dalam modul ini adalah qi atau energi kehidupan (energi vital)
pada tubuh manusia. Qi berasal dari bahasa China yang dapat diartikan sebagai
daya kekuatan yang menyertai materi. Pada manusia qi berarti energi kehidupan
yang merupakan sumber kekuatan untuk hidup, berkembang, dan beraktivitas.
Qi berasal dan bersumber dari :
a. Orang tua (qi bawaan)
b. Makanan, minuman, dan hawa udara (qi yang di dapat)
Qi bawaan adalah energi modal pertama manusia yang diperoleh dari yang Maha
Kuasa melalui kedua orang tuanya, dimana ayah adalah mewakili yang, dan ibu
mewakili yin. Energi ini membawa sifat turunan dari orang tua.
Qi (didapat/ perolehan), yaitu energi yang diperoleh setelah lahir, berasal dari
makanan, minuman, dan udara yang dikonsumsinya. Energi ini merupakan
kekuatan hasil olahan organ dalam tubuh kemudian didistribusikan ke seluruh bagian
untuk menjadi tenaga dalam menjalankan fungsinya masing-masing.

125
Pembentukan dan penyebaran qi melibatkan seluruh organ dalam tubuh dan sangat
dipengaruhi oleh lingkungan.
Menurut fungsi dan letaknya Energi Vital dapat digolongkan menjadi :
a. Energi Vital (qi) organ, letaknya di setiap organ dan berfungsi memberi tenaga
pada organ.
b. Energi Vital (qi) meridian, letaknya di meridian dan berfungsi memberi tenaga
pada meridian.
c. Energi Vital (qi) pertahanan tubuh, letaknya di permukaan tubuh dan berfungsi
mempertahankan tubuh dari serangan penyakit.
d. Energi Vital (qi) darah, berada di dalam pembuluh darah dan berfungsi sebagai
penggerak dan pemelihara darah.
e. Energi (qi) turunan, berada di ginjal berfungsi untuk reproduksi.

7. TEORI FENOMENA ORGAN


ORGAN DALAM TUBUH DAN FUNGSINYA
a. Definisi
Fenomena organ adalah suatu konsep tradisional untuk menilai keadaan fisiologis
dan patologis fungsi organ dalam berdasarkan apa yang terlihat dari luar
(fenomena), sebagai pencerminan keadaan organ dalam tersebut.

b. Organ Padat (Zang) dan Organ berongga (Fu)


Dalam pengertian akupresur, organ dibagi menjadi dua kelompok yaitu organ
zang dan organ fu, yang terdiri dari 6 organ zang dan 6 organ fu. Disamping itu
terdapat juga organ istimewa, yaitu organ yang mempunyai sifat baik organ Zang
maupun organ Fu.
1) Organ zang yaitu : Jantung, Paru-paru, limpa, Hati, Ginjal dan Perikardium.
Fungsi organ zang adalah: memproduksi, mendistribusikan, dan menyimpan
substansi penting termasuk qi, darah, cairan tubuh.
2) Organ fu yaitu : Kandung empedu, Lambung, Usus Kecil, Usus besar, Kandung
Kemih, dan Sanjiao (Tri pemanas). Fungsi organ fu adalah : menerima dan
mencerna makanan, menyalurkan dan mengeluarkan sisa/ ampas.
3) Organ zang dan fu yang bersimbol sama mempunyai fungsi dan sifat yang
berkaitan, hubungan antara keduanya disebut hubungan luar (organ fu) dan
hubungan dalam (organ zang).

126
Organ zang Organ fu
Paru Usus besar
Limpa Lambung
Jantung Usus kecil
Ginjal Kandung kemih
Perikardium Tripemanas/Sanjiao
Hati Kandung empedu

4) Organ istimewa yaitu: otak, kandung empedu, uterus dan testis

c. Fungsi dan Gangguan Fungsi Organ


1) Paru-Paru
Fungsi Paru-paru :
a) Menguasai qi dan mengendalikan pernafasan
b) Mengatur penyebaran cairan
c) Menguasai kulit dan rambut badan
d) Berhubungan luar-dalam dengan usus besar.

Gangguan fungsi paru


a) Gangguan pernafasan ( batuk, asma, sesak nafas)
b) Gangguan penyebaran cairan dalam tubuh ( bengkak, banyak lendir )
c) Gangguan kulit dan rambut badan (biduran, gatal-gatal)
d) Gangguan hidung,tenggorokan, suara (pilek, hidung tersumbat, sakit
tenggorok, suara serak)

2) Usus Besar
Fungsi Usus Besar:
Usus besar menerima sisa makanan dari usus kecil kemudian mengubahnya
menjadi tinja yang akan dikeluarkan dari tubuh. Hubungan luar dalam dengan
paru.

Gangguan fungsi usus besar :


a) Gangguan buang air besar ( sembelit, diare, buang air besar berdarah)
b) Gangguan anus ( wasir)

127
3) Limpa
Fungsi Limpa :
a) Menguasai transportasi dan pengolahannya, yaitu pengolahan pada
pencernaan dan penyerapannya.
b) Mengendalikan darah: supaya darah tetap berada di dalam pembuluh darah
dan mencegah perdarahan.
c) Mempengaruhi otot dan anggota gerak: memelihara besar dan kuatnya otot

Gangguan Fungsi Limpa :


a) Gangguan pencernaan dan cairan tubuh (diare, sembelit, kurang nafsu
makan, selalu lapar, bengkak )
b) Gangguan perdarahan (menstruasi)
c) Gangguan Otot (kurus, gemuk, otot lunak)

4) Lambung
Fungsi lambung :
Lambung menerima dan mencernakan makanan kemudian menyalurkan ke
usus kecil. Hubungan luar dalam dengan limpa.

Gejala fungsi lambung :


a) Gangguan pada pencernaan makanan (diare, sembelit, mual, muntah,
kembung, nafsu makan)
b) Gangguan otot ( otot lunak, tegang, kram, keseleo, dll )
c) Gangguan daerah ulu hati ( nyeri ulu hati, sendawa, cegukan)
d) Gangguan mulut ( sariawan, sakit gigi )

5) Jantung
Fungsi Jantung :
a) Mengedarkan darah dan menguasai pembuluh darah.
b) Menguasai semangat dan mental.
c) Mempengaruhi kecerdasan dan daya fikir.
d) Berhubungan luar-dalam dengan usus kecil.
Gangguan fungsi jantung dan selaput Jantung :
a) Gangguan peredaran darah dan pembuluh darah (penyumbatan/ pecah
pembuluh darah/ perdarahan)

128
b) Gangguan semangat, mental, kesadaran (kurang gairah, depresi,
gelisah,susah tidur, pingsan,koma)
c) Gangguan kecerdasan dan daya fikir (lambat berfikir, dungu, keterlambatan
mental).
d) Gangguan lidah (lidah bengkok, sariawan).

6) Usus Kecil
Fungsi Usus Kecil :
a) Menerima dan menyimpan sementara makanan dari lambung.
b) Melanjutkan pencernaan makanan tersebut untuk kemudian diserap.
c) Menyalurkan sisa makanan ke usus besar.
d) Hubungan luar dalam dengan jantung

Gangguan fungsi usus kecil :


a) Gangguan buang air besar ( Diare, sembelit )
b) Gangguan volume air kemih ( Urin sedikit )

7) Ginjal
Fungsi Ginjal :
a) Menyimpan jing dan qi
b) Menguasai reproduksi, pertumbuhan dan perkembangan.
c) Menghasilkan sumsum, otak, menguasai tulang dan memproduksi darah.
d) Menguasai cairan tubuh
e) Menerima dan mengatur distribusi qi
f) Berhubungan luar-dalam dengan kandung kemih

Gangguan fungsi ginjal:


a) Gangguan fungsi otak, tulang dan darah ( kelincahan gerak, daya ingat,
kualitas darah, pengeroposan tulang, konsentrasi )
b) Gangguan reproduksi ( kurang subur, kemampuan seksual )
c) Gangguan cairan tubuh ( gangguan urin , bengkak )
d) Gangguan telinga dan gangguan rambut kepala, kurang pendengaran,
berdenging, rambut cepat beruban.

8) Kandung Kemih
Fungsi Kandung Kemih:
a) Menampung air kemih

129
b) Membuang air kemih
c) Hubungan luar dalam dengan ginjal

Gangguan fungsi kandung kemih :


Gangguan pengeluaran air kemih (ngompol, beser, kencing sakit, kencing
berdarah, dll)

9) Selaput jantung (Pericardium)


Fungsi selaput jantung (pericardium) dan gangguan fungsi Selaput Jantung
sama dengan gangguan jantung

10) Tri Pemanas (Sanjiao)


Tri Pemanas (Sanjiao) bukan merupakan organ nyata melainkan generalisasi
dari sebagian fungsi organ zang fu yang terletak pada berbagai tempat yang
berbeda dalam rongga tubuh. Sanjiao terdiri dari :
a) Jiao atas (mewakili dada)
b) Jiao tengah (mewakili abdomen)
c) Jiao bawah (mewakili pelvis)

Fungsi Tri Pemanas (Sanjiao) adalah :


a) Menghangatkan organ zang dan fu.
b) Koordinasi kerja zang dan fu supaya dapat bekerja sama.
c) Keseimbangan cairan
d) Berhubungan luar dalam dengan selaput jantung (pericardium)

Gejala kelainan fungsi Tri Pemanas (Sanjiao) :


a) Gangguan pada jiao atas, sama dengan gangguan fungsi paru-paru dan
jantung.
b) Gangguan pada jiao tengah, sama dengan gangguan fungsi pada
pencernaan.
c) Gangguan pada jiao bawah, sama dengan gangguan fungsi pada ginjal dan
kandung kemih.

11) Hati
Fungsi Hati :
a) Menyimpan darah, hati mempunyai fungsi menyimpan dan mengatur jumlah
darah yang beredar.

130
b) Memelihara aliran qi yaitu untuk menjaga keharmonisan dan melancarkan
fungsi dari kegiatan tubuh.
c) Mengontrol mental.
d) Mempengaruhi alat kelamin.

Gangguan fungsi hati :


a) Gangguan pendarahan ( menstruasi berlebihan/ tidak teratur, muntah darah,
kesemutan)
b) Gangguan tendon ( kram, lemah jalan, alat gerak kurang tenaga)
c) Gangguan mental ( kesal, takut, sedih, khawatir )
d) Gangguan alat kelamin ( hernia, impotensi )
e) Gangguan mata ( buta senja, kabur, katarak, buta warna )

12) Kandung Empedu


Fungsi Kandung Empedu :
Kandung empedu melekat pada hati dan fungsi utamanya adalah menyimpan
getah empedu yang dikeluarkan ke usus untuk membantu pencernaan.
Berhubungan luar-dalam dengan hati.

Gangguan fungsi kandung empedu :


a) Gangguan pencernaan ( mual, nyeri ulu hati )
b) Gangguan iga bawah ( nyeri iga )
c) Gangguan mental ( bimbang, takut )

8. PENYEBAB PENYAKIT
Menurut ilmu akupresur, orang dianggap sehat kalau unsur yin yang di dalam
tubuhnya seimbang. Kalau yin yang orang bersangkutan tidak seimbang orang
tersebut dianggap sakit. Tidak seimbangnya unsur yin yang tersebut tentu ada
penyebabnya, dan penyebab itu disebut penyebab penyakit.
Kesehatan fisik (tubuh), pikiran, dan mental seseorang dipengaruhi oleh: alam
(lingkungan) di tempatnya berada, emosi, kebiasaan hidup, kebiasaan makan dan
kecelakaan yang menimpa dirinya. Dengan demikian untuk menjaga hidup agar tetap
sehat, harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan, memelihara emosi,
mengendalikan kebiasaan hidup atau menghindari kecelakaan.

Ada tiga macam penyebab penyakit :


a. Penyebab Penyakit Luar (PPL)

131
b. Penyebab Penyakit Dalam (PPD)
c. Penyebab Penyakit Lain-lain (PP golongan III).

Apabila daya tahan tubuh lemah, maka penyebab penyakit akan dengan mudah
menyerang tubuh kita.
1) Penyebab Penyakit Luar (PPL)
Yang termasuk penyebab penyakit luar adalah: keadaan hawa udara seperti
angin, dingin, panas, lembab, kering dan api.
Penyebab penyakit luar ini masuk ke dalam tubuh melalui jalur meridian.
a) Angin
Angin bersifat yang, dianggap sebagai pimpinan atau kendaraan yang
mengangkut penyebab penyakit luar, artinya kalau ia menyerang tubuh
manusia membawa hawa dingin, panas, lembab, dan lain sebagainya,
sehingga ada yang disebut angin dingin atau angin panas menyerang tubuh, dll.
Gejala angin: Mendadak keluar keringat, takut dingin, pusing berputar- putar,
gemetar dan kejang, sakit berpindah-pindah.
b) Dingin
Dingin bersifat yin, mengerutkan pembuluh darah dan meridian menyebabkan
energi vital terhambat sehingga menimbulkan rasa nyeri dan ngilu.
Gejala serangan dingin:
 Serangan terhadap bagian luar tubuh: demam, takut dingin, sesak nafas,
panas tak berkeringat, nyeri kepala, nyeri seluruh tubuh.
 Serangan terhadap meridian : otot kaku/ kejang, otot dan tulang nyeri, ngilu.
 Serangan terhadap organ: diare, muntah, usus berbunyi, nyeri daerah perut,
banyak buang air kecil.
c) Panas
Panas bersifat yang, sering menyerang secara tiba tiba pada waktu sedang
bekerja di tempat panas atau bekerja di bawah sinar matahari.
Gejala yang timbul:
banyak keringat, dapat hilang kesadaran, susah buang air besar, buang air
kecil sedikit, haus, mengigau dan gelisah.
d) Lembab
Lembab bersifat yin, biasanya menyerang pada musim pancaroba. Gejala yang
timbul : perasaan badan berat, lesu, capai dan malas, kepala terasa berat
seperti dibebani barang berat, perut kembung, tidak nafsu makan, mual
muntah, banyak dahak, bengkak.
e) Kering

132
Kering bersifat yang, menyerang di musim panas, udara yang kering dapat
mengganggu cairan tubuh.
Gejala yang timbul:
kekurangan cairan, bibir dan mulut kering, nyeri tenggorokan, kelainan pada
fungsi hidung, batuk, susah buang air besar.
f) Api
Api bersifat yang, dimaksudkan disini api yang derajatnya lebih tinggi dari
panas dan kering.
Gejala yang timbul:
perdarahan dan kejang.

2. Penyebab Penyakit Dalam (PPD)


Penyebab penyakit dalam (PPD) adalah emosi. Keadaan emosi seseorang dapat
menyebabkan timbulnya keluhan atau penyakit pada dirinya. Perasaan tertentu
yang berkepanjangan pada seseorang akan mengganggu fungsi organ tubuh
tertentu, sesuai dengan hubungan lima unsur.
Sebagai contoh, kalau seseorang terus menerus dikuasai oleh kemarahan maka
organ hatinya akan terganggu, atau kalau seseorang menderita gangguan pada
organ hati akan selalu marah-marah. Saling hubungan organ tubuh dengan emosi
dapat dilihat pada tabel lima unsur.
Emosi yang termasuk penyebab penyakit dalam, yaitu:
a. Gembira, berhubungan dengan jantung ( api )
b. Marah atau mendongkol, berhubungan dengan hati (kayu)
c. Rindu,berpikir,melamun, berhubungan dengan limpa ( tanah )
d. Kuatir, sedih, berhubungan dengan paru-paru ( logam)
e. Takut, berhubungan dengan ginjal ( air)
f. Terkejut, berhubungan dengan ginjal dan jantung ( air dan api ).

3. Penyebab Penyakit Lain-lain (PP golongan III)


Yang termasuk ke dalam penyebab penyakit lain-lain (PP golongan III) adalah
kebiasaan hidup yang salah, adaptasi dengan lingkungan yang salah dan
kecelakaan atau musibah, gigitan binatang/ serangga yang beracun dan penyakit
turunan.

Kebiasaan hidup meliputi:

133
Kebiasaan tidur dan bangun, kerja dan istirahat, hubungan seksual, makan minum,
buang air besar dan kecil, berpakaian, berkendaraan, berjalan, berolah raga dan
lain sebagainya.
Gigitan binatang, keracunan, kecelakaan, bencana alam adalah penyebab
penyakit golongan III sebagai akibat kegagalan beradaptasi (menyesuaikan diri)
dengan lingkungan.

Penyebab penyakit turunan atau kelainan bawaan termasuk penyebab


penyakit golongan III seperti :
a. Kondisi kesehatan ibu ketika hamil mempengaruhi bayi di dalam kandungan,
jika ada kelemahan ibu waktu hamil menyebabkan organ-organ penting bayi
yang dikandung akan lemah.
b. Keadaan energi bawaan dari ayah-ibunya mempengaruhi pembentukan janin.

G. Referensi:
 Buku Pedoman Praktis Akupresur, DEPKES RI, terbitan th. 1998
 Buku Kesehatan Swadaya, Oka Putu S. , terbitan th.
 Buku Ilmu Akupuntur, KSMF Akupunktur RSCM th 2000
 WHO Standard Acupuncture Point Locations in The Western Pacific Region
 www.acupunctur.com

Lembar Penugasan MI.2

134
Panduan Diskusi Kelompok
Materi Inti 2
DASAR-DASAR AKUPRESUR

1. Fasilitator membagi peserta menjadi 5 kelompok.


2. Maisng-masing kelompok diberikan tugas untuk membahas tentang yin yang dan lima
unsur.
3. Setiap kelompok maju untuk mempresentasikan hasil diskusinya.
4. Kelompok lain memberikan masukan terhadap kelompok yang melakukan presentasi.
5. Setelah selesai, fasilitator memberikan masukan kepada setiap kelompok terhadap hasil
presentasi.
6. Setelah diskusi, fasilitator melakukan kuis sebagai berikut:

A. Yin yang
1. Tebak Kata
a. Fasilitator memberi pertanyaan tentang yin yang sebanyak 10 butir
b. Peserta menjawab dengan gerakan tangan:
1) Jika menjawab yin, menutup dada
2) Jika menjawab yang, kedua tangan ke belakang pinggang
c. Peserta yang salah, maju ke depan untuk diberi hukuman
d. Fasilitator menyimpulkan teori yin yang
2. Permainan kartu yin yang
a. Fasilitator memberi pertanyaan tentang yin yang sebanyak 10 butir
b. Peserta memilih kartu dan menempatkannya ke dalam kelompok yin atau yang
secara tepat
c. Peserta yang salah, maju ke depan untuk diberi hukuman
d. Fasilitator menyimpulkan teori yin yang

B. Lima unsur
1. Permainan hukum pergerakan 5 unsur
a. Peserta sebanyak 5 orang membentuk lingkaran
b. Setiap orang berperan sebagai salah satu dari 5 unsur
c. Fasilitator mengajukan pertanyaan siapa menghidupi atau membatasi siapa?
d. Peserta yang salah, maju ke depan untuk diberi hukuman
e. Fasilitator memberikan penjelasan mana yang benar.
2. Permainan kartu penggolongan 5 unsur

135
a. Peserta membentuk kelompok terdiri dari 4-5 orang
b. Fasilitator memasang kartu lima unsur pada kolom dan baris pertama
c. Tiap kelompok memasangkan kartu pasangannya sesuai tabel lima unsur
dengan waktu yang ditentukan
d. Fasilitator mengoreksi hasil pasangan kartu.
3. Perpaduan pergerakan dan penggolongan 5 unsur
a. Peserta sebanyak 5 orang membentuk lingkaran
b. Setiap orang berperan sebagai salah satu dari 5 unsur
c. Peserta yang lain mengikuti 5 peserta lain sesuai tabel 5 unsur.
d. Peserta yang salah, maju ke
e. depan untuk diberi hukuman
f. Fasilitator memberikan penjelasan mana yang benar dan menyimpulkan teori 5
unsur.

C. Tugas Kelompok Teori Dasar Akupresur


1. Fasilitator membagikan lembar tugas kelompok
a. Tiap kelompok mempresentasikan hasil tugasnya
b. Fasilitator menyimpulkan teori dasar akupresur

136
MATERI INTI 3
JALUR MERIDIAN DAN TITIK AKUPUNKTUR

I. DESKRIPSI SINGKAT
Energi vital (qi) mengalir di seluruh tubuh melalui jalur khusus yaitu Meridian. Meridian
merupakan jejaring yang tidak putus di dalam tubuh, berbeda dengan pembuluh darah
dan syaraf. Penelitian dengan radioisotop di titik distal tubuh menunjukan perjalanan
meridian. Jalur meridian perlu dipelajari karena hambatan pada aliran qi di meridian
bisa mengakibatkan gangguan pada bagian-bagian tubuh yang dilaluinya. Pada jalur
meridian terdapat titik-titik akupresur tempat pusat-pusat energi (qi) tubuh. Melalui jalur
meridian itu pula dapat dilakukan terapi akupresur.

Modul ini menguraikan secara singkat tentang jalur meridian dan titik-titik akupresur
terpilih serta fungsi dan indikasinya, agar dapat digunakan sebagai panduan di dalam
melaksanakan tindakan akupresur.

Standar nomenklatur titik akupunktur yang diterbitkan WHO 1998 terdapat juga
tentang standar nomenklatur titik akupunktur daun telinga (auricular) dan kulit kepala
(scalp).

II. URAIAN MATERI


A. Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah mengikuti sesi modul ini peserta mampu melakukan akupresur pada jalur
meridian dan titik akupresur tubuh dan daun telinga.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus:


1. Melakukan akupresur pada jalur meridian
2. Melakukan akupresur pada titik-titik akupresur
3. Melakukan akupresur pada titik daun telinga

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN


A. Akupresur pada jalur meridian
a. Pengertian, penggolongan, fungsi dan indikasi meridian
b. Topografi perjalanan meridian
c. Penggunaan teori meridian dalam tatalaksana akupresur

137
B. Akupresur pada Titik-titik Akupresur
a. Pengertian titik akupresur dan penggolonganya berdasarkan nomenklatur
WHO
b. Lokasi titik-titik akupresur yang tepat dan benar
c. Fungsi dan indikasi titik akupresur

C. Akupresur pada Titik Daun Telinga


a. Pengertian, penggolongan, fungsi, dan indikasi titik daun telinga
b. Anatomi daun telinga
c. Fungsi dan indikasi titik akupresur telinga untuk henti rokok
d. Fungsi dan indikasi titik akupresur telinga untuk insomnia

IV. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


Langkah 1 Pengkondisian (10 menit)
1. Fasilitator memperkenalkan diri, kemudian menyampaikan pokok bahasan
pembelajaran serta waktu yang tersedia untuk materi ini
2. Fasilitator menggali pendapat peserta untuk menyampaikan pendapat atau
pengetahuannya tentang Meridian dan titik-titik akupresur tubuh dan daun telinga
lalu menjelaskan pokok bahasan. Tuliskan pada flipchart agar dapat dibaca
semua orang
3. Fasilitator memandu peserta untuk menanggapi sehingga terjadi interaksi yang
dinamis.

Langkah 2 Membahas Pokok Bahasan (360 menit)


1. Fasilitator mulai menjelaskan pengertian, penggolongan dan fungsi Meridian.
2. Fasilitator menjelaskan pengertian titik-titik akupresur tubuh dan daun telinga.
3. Fasilitator memberi kesempatan pada peserta untuk menyampaikan pendapat,
tanya jawab dan klarifikasi.
4. Fasilitator menjelaskan Perjalanan meridian dan titik akupresur pada 14 meridian
5. Fasilitator menjelaskan anatomi daun telinga dan titik akupresur telinga untuk
henti rokok dan insomnia.
6. Fasilitator membagi peserta kelompok. Setiap kelompok menyelesaikan
penugasan yang diberikan oleh fasilitator kemudian melakukan role play
dengan menunjukkan alur meridian dan titik-titik akupresur berdasarkan hasil
diskusi kelompok.
7. Fasilitator memberi kesempatan pada peserta untuk menyampaikan pendapat,
tanya jawab dan klarifikasi

138
V. BAHAN PEMBELAJARAN
A. PENGERTIAN MERIDIAN
Meridian menurut pengertian umum adalah garis yang membujur dan melintang
pada globe atau peta dunia, untuk mempermudah menunjukkan tata wilayah
suatu negara atau daerah. Garis ini merupakan garis khayal bukan garis nyata
yang nampak wujudnya.
Selanjutnya istilah meridian dipergunakan dalam ilmu akupunktur untuk nama
jalur-jalur aliran qi yang ada pada manusia yang menghubungkan antar bagian
tubuh. Dalam bahasa China meridian ini dinamakan Jing Luo, yang terdiri dari
Jing May dan Luo May. Jing May merupakan meridian besar yang membujur,
sedangkan Luo May merupakan cabang dari Jing May yang melintang
menghubungkan jaringan di seluruh tubuh yang membentuk satu jaringan
bagaikan jala. Jing Luo merupakan saluran yang menyalurkan qi dan darah. Jing
Luo menghubungkan organ zang dengan organ zang, organ zang dengan organ
fu, organ fu dengan organ fu, juga menghubungkan organ zang fu dengan seluruh
jaringan tubuh yang menjadikan tubuh manusia sebagai kesatuan yang organik.
Seluruh tubuh manusia memerlukan energi untuk dapat melakukan aktivitas
sesuai dengan fungsinya masing-masing. Darah tidak dapat mengalir tanpa energi,
organ jantung tidak dapat memompa darah tanpa energi, cairan-cairan tubuh tidak
dapat tersebar tanpa energi. Oleh karenanya penyebaran qi ke seluruh tubuh
menjadi penting. Penyebaran qi ini disalurkan melalui jalur khusus yang
dinamakan meridian.

B. FUNGSI MERIDIAN
Meridian tersebar di seluruh bagian tubuh baik di permukaan maupun di bagian
dalam, berfungsi sebagai :
1. Penghubung antar bagian tubuh. Bagian permukaan dengan bagian dalam
tubuh, bagian atas dengan bawah, bagian kanan dengan kiri, organ dengan
organ, organ dengan panca indera, dll.
2. Penghantar qi ke seluruh bagian tubuh. Jika ada aliran qi yang terhambat di
meridian akan menimbulkan gangguan kesehatan, seperti rasa nyeri di kepala
bisa terjadi karena sumbatan energi pada meridian di kepala.
3. Penghantar rangsang. Perangsangan pada meridian akan mempengaruhi
daerah sepanjang jalur meridian, termasuk organ-organ penting di dalam tubuh,
seperti: perangsangan di kaki dapat menghilangkan keluhan di kepala.

139
4. Pencerminan keadaan organ dalam. Perubahan fungsi organ dapat tercermin
pada meridian, seperti: gangguan lambung dapat dimanifestasikan berupa
rasa pegal-pegal di kaki.
5. Penghantar penyebab penyakit dari luar ke dalam, seperti: hawa dingin masuk
ke dalam tubuh menyebabkan diare.

C. PENGGOLONGAN MERIDIAN
1. Meridian umum
Ada 12 meridian umum di tubuh manusia yang nama-namanya sama dengan
12 organ tubuh. Yaitu :
I. Meridian paru-paru (LU = Lung)
II. Meridian usus besar (LI = Large Intestine)
III. Meridian lambung (ST = Stomach)
IV. Meridian limpa (SP = Spleen)
V. Meridian jantung (HT = Heart)
VI. Meridian usus kecil (SI = Small Intestine)
VII. Meridian kandung kemih (BL = Bladder) / (UB=Urinary Bladder)
VIII. Meridian ginjal (KI) = KD (Kidney)
IX. Meridian selaput jantung (PC = Pericardium)
X. Meridian tri pemanas (TH= Triple Heater) / (SJ=San Jiao)
XI. Meridian kantung empedu (GB = Gall Bladder)
XII. Meridian hati (LR = Liver)

2. Meridian Istimewa
Ada 8 meridian istimewa, namun dalam pembahasan ini hanya 2 meridian
yang digunakan untuk melakukan tatalaksana kasus:
I. Meridian konsepsi (CV= Conception Vessel) yang membentuk garis
tengah tubuh bagian depan (dada) dan bertanggung jawab terhadap
semua meridian yin
II. Meridian gubernur (GV= Governor Vessel) yang membentuk garis
tengah pada tubuh bagian belakang (punggung) yang memerintah
semua meridian yang
III. Meridian Chong
IV. Meridian Dai
V. Meridian Yin Qiao
VI. Meridian Yang Qiao
VII. Meridian Yin Wei

140
VIII. Meredian Yang Wei

3. Pengelompokan, Alur dan Indikasi umum Meridian


Pengelompokan meridian Alur meridian Indikasi umum
A. Meridian yin Tangan
I. Paru-paru Dari dada menuju jari Untuk mengatasi gangguan
V. Jantung tangan dada, jantung, lambung,
IX. Selaput jantung tangan dan mental
B. Meridian yang tangan
II. Usus besar Dari jari tangan menuju ke Untuk mengatasi gangguan
VI. Usus kecil wajah di tangan, kepala,
X. Tri pemanas tenggorokan, pencernaan
dan wajah.
C. Meridian yang kaki
III. Lambung Dari wajah menuju ke jari Untuk mengatasi gangguan
VII. Kandung kemih kaki kepala, punggung, pinggang,
XI. Kandung empedu kaki dan perut
D. Meridian yin kaki
IV. Limpa Dari ujung kaki menuju ke Untuk mengatasi gangguan
VIII. Ginjal dada perut, alat kelamin dan
XII. Hati saluran kemih

D. TITIK AKUPRESUR TELINGA


Akupunktur daun telinga adalah salah satu mikroakupunktur, akupunktur yang
menggunakan daun telinga sebagai sasaran rangsangan untuk promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif. Akupunktur daun telinga pertama kali dipublikasi pada akhir
tahun 50an abad ke XX oleh Paul Nogier dari Perancis, kemudian berkembang lebih
lanjut di RRC dan lahir peta akupunktur daun telinga baru yang lebih rinci. Untuk
memahami penyebaran titik rangsang mikroakupunktur ini perlu mengenal anatomi
daun telinga.

141
Triangle Fossa

Sumber: FK UGM-RSUP dr. Sardjito

Nomenklatur titik akupresur telinga berdasarkan standar WHO (1998) adalah M


(microsystem), A (auricular).

E. TITIK AKUPRESUR
1. Pengertian
Titik akupresur adalah simpul meridian tempat terpusatnya qi dan merupakan titik
perangsangan untuk melancarkan aliran qi dan menimbulkan keseimbangan yin
yang dalam tubuh.

Ada tiga jenis titik :


a. Titik umum yaitu titik akupresur yang berada di saluran meridian
b. Titik ekstra yaitu titik akupresur yang berada di luar saluran meridian
c. Titik nyeri atau yes point/ ashi point yaitu tempat yang kalau ditekan terasa
nyeri dan letaknya bukan di titik umum maupun titik istimewa.

2. Fungsi Titik
a. Sebagai tempat perangsangan untuk mengatasi gangguan di sepanjang
saluran meridian
b. Sebagai tempat pencerminan baik kondisi fisiologi maupun patologi/gangguan
fungsi organ dalam (organ zang dan organ fu), untuk melakukan akupresur
pada kondisi tertentu.

142
3. Nomenklatur titik akupunktur (WHO)
Berdasarkan keputusan WHO tentang penamaan titik akupunktur/akupresur yang
berlaku Internasional, mengikuti pedoman di bawah ini:
a. Titik Akupresur Umum
Terdiri dari 2 huruf capital yang merupakan singkatan organ, diikuti angka arab
sesuai dengan perjalanan meridian di tubuh.
b. Titik Akupresur Ekstra
Terdiri dari awalan EX (Extra Point) diikuti regio tubuh yaitu:
1) HN (Head and Neck) : Kepala Leher
2) CA (Chest and Abdomen) : Dada Perut
3) B (Back) : Punggung
4) UE (Upper Extremities) : Lengan Atas
5) LE (Lower Extremities) : Lengan bawah

Penomoran diurut dari kepala sampai dengan kaki/ atas ke bawah


contoh: EX-HN-1
EX menandakan titik istimewa (Extra Point)
HN menunjukkan lokasinya di kepal dan leher
Angka 1 menunjukkan letak paling di atas

4. Mekanisme Kerja
a. Titik akupresur berada di permukaan kulit yang sensitif terhadap perangsangan
biolistrik dan dapat menghantarkan rangsangan
b. Nyeri dapat menghambat aliran darah dan oksigen ke daerah yang sakit,
sehingga dengan mengurangi nyeri, aliran darah dan oksigen menjadi lebih
baik. Perangsangan di titik akupresur menyebabkan dikeluarkannya endorfin,
suatu neuro transmitter yang dapat mengurangi rasa nyeri.
c. Akupresur menutup pintu sinyal nyeri ke medula spinalis dan otak
d. Akupresur dapat memelihara keseimbangan tubuh dengan mengurangi
ketegangan, stress dan meningkatkan kekebalan tubuh terhadap perubahan
lingkungan atau penyakit.
e. Perangsangan titik akupresur dapat meningkatkan aliran darah dan oksigen
pada daerah yang sakit sehingga pengeluaran toksin atau racun menjadi lebih
baik.

143
Gambar Mekanisme Kerja Akupresur Secara Biokimia
Sumber: Mehta P, Dhapte V et al, Contemporary acupresuure therapy, JTM
2017

5. Cara menentukan titik tubuh


Untuk menentukan letak titik akupresur digunakan cara dengan mengikuti penanda
anatomi tubuh dan ukuran tertentu.
a. Penanda anatomi (anatomical landmark)
Penanda anatomi tubuh yang umumnya digunakan adalah sesuai dengan
ketentuan-ketentuan perhimpunan anatomi dunia. Contoh: tulang leher 7
ditentukan dengan menentukan tonjolan pada leher bagian belakang ketika
menunduk.

b. Finger cun/ F-cun (cun jari)


Jari tangan penderita dipergunakan sebagai patokan ukuran.
1) 1 cun sama dengan lebar ruas ibu jari tangan
2) 1,5 cun sama dengan lebar 2 (dua) jari tangan telunjuk dan jari tengah yang
dirapatkan
3) 2 cun sama dengan lebar 3 (tiga) jari tangan; telunjuk, tengah dan jari
manis yang dirapatkan
4) 3 cun sama dengan lebar 4 (empat) jari tangan dirapatkan, tanpa jempol

144
Finger Cun
Sumber: WHO Standard acupuncture Point Location (2008)

c. Bone Cun/ B-cun (Cun Tulang)


Ukuran jarak penanda anatomi tubuh dibagi menjadi jumlah tertentu.
Contoh:
1) jarak antara batas rambut depan ke batas rambut belakang dibagi menjadi
12 bagian.
2) Jarak dari bagian bawah tulang dada ke pertengahan pusar sama dengan 8
bagian
3) Jarak antara pertengahan pusar ke tulang kemaluan dibagi menjadi 5
bagian
4) Jarak antara lipat siku ke lipat pergelangan tangan sama dengan 12 bagian
5) Jarak antara titik ST35 ke titik ST44 sama dengan 16 bagian

145
Bone Cun Anterior Bone Cun Posterior
Sumber: WHO Standard acupuncture Point Location (2008)

146
6) WHO STANDARD ACUPUNCTURE POINT LOCATIONS

147
E. NAMA DAN TITIK-TITIK PENTING
Setiap organ mempunyai dua macam meridian, yaitu meridian dalam dan meridian
luar yang saling berhubungan dan keduanya sangat penting. Meridian dalam adalah
meridian yang menghubungkan organ yang bersangkutan dengan organ
pasangannya serta daerah tubuh tertentu yang menjadi wilayah tanggungjawabnya.
Meridian luar adalah meridian yang muncul di permukaan tubuh (di bawah kulit) yang
menjadi tempat lokasi titik pijat.

Berikut ini adalah meridian luar masing-masing organ :

1. MERIDIAN PARU-PARU (LU)


Meridian paru-paru dimulai dari daerah pinggir dada lalu naik ke bawah lengkung
tulang klavikula, kemudian menyusuri tangan bagian dalam pada batas warna kulit
gelap dan terang segaris menuju ibu jari.

Gambar meridian paru-paru

Titik pijat penting pada meridian paru-paru


Semua titik-titik pada meridian paru-paru dapat digunakan untuk membantu
mengatasi gangguan pada paru-paru dan daerah sepanjang jalur meridiannya,
seperti : asma, batuk, pilek, gangguan pada pergelangan tangan, siku, lengan dan
bahu.
Titik-titik penting yang perlu diingat adalah :
LU 1
Lokasi : Di bawah klavikula, antara intercostae I dan II
Indikasi : Batuk, asma, sakit bahu, sakit punggung

LU 5
Lokasi : Lateral dari tendon brakhialis
Indikasi : Batuk, alergi, kejang otot lengan

148
LU 6
Lokasi : 5 cun distal dari LU 5
Indikasi : Batuk darah, sakit lengan dan siku

LU 7
Lokasi : 1,5 cun di proksimal pergelangan tangan
Indikasi : nyeri tenggorokan, mulut miring, ibu jari susah digerakkan, jari
tangan lemah
LU 9
Lokasi : dari pulsasi arteri radialis
Indikasi : Sesak nafas, tenggorokan kering

LU10
Lokasi : Pertengahan metacarpal 1 pada batas warna gelap dan terang
kulit
Indikasi : batuk darah, kejang, telapak tangan terasa panas

149
2. MERIDIAN USUS BESAR ( LI )
Meridian usus besar mulai dari ujung jari telunjuk naik menyusuri tepi luar lengan ke bahu,
naik ke leher, wajah dan berakhir pada tepi hidung yang berlawanan (meridian yang
kanan akan berakhir di tepi hidung kiri dan sebaliknya meridian kiri di tepi hidung kanan).

Gambar Meridian Usus Besar

Titik Pijat Penting Pada Meridian Usus Besar.


Semua titik-titik pada meridian usus besar dapat dipergunakan untuk membantu
mengatasi gangguan pada usus besar dan daerah sepanjang jalur meridiannya, seperti :
sakit perut, mencret, sembelit, sakit kepala, sakit gigi, nyeri lengan dan bahu.

Titik-titik penting yang perlu diingat adalah :


LI 4
Lokasi : Ketika telunjuk dan ibu jari dirapatkan, terdapat tonjolan tertinggi di
punggung tangan di antara metacarpal 1 dan 2
Indikasi : Sakit kepala, sakit gigi, sakit perut, sembelit, mencret, nyeri haid
LI 10

150
Lokasi : 2 cun distal titik LI 11
Indikasi : Nyeri abdominal, diare, sakit gigi, nyeri pada bahu dan lengan
LI 11
Lokasi : Antara olicranon dan lipat siku bagian radial dibagi 2
Indikasi : Sakit panas, gatal-gatal.
LI15
Lokasi : Pangkal lengan atas, pada lekukan persendian bahu ketika lengan
abduksi
Indikasi : Gangguan sendi bahu, tangan tidak bertenaga
LI 20
Lokasi : Perpotongan garis antara puncak hidung dengan perpotongan sudut
mesolambia (di samping cuping hidung kanan dan kiri)
Indikasi : Mimisan, sakit gigi, sariawan, mulut miring

151
3. MERIDIAN LAMBUNG ( ST )
Meridian lambung di mulai dari bawah pertengahan bola mata, lalu turun ke rahang
bawah, kemudian bercabang dimana yang satu menuju ke arah sudut rambut di atas
dahi dan lainnya turun ke leher, dada (segaris vertikal dengan puting), perut (tiga jari di
samping pusar), lateral paha, sisi luar tulang kering, menuju jari kaki kedua (antara
metatarsal 2 dan 3, batas kulit hitam dan putih).

Gambar Meridian Lambung

152
Titik pijat penting Meridian Lambung
Semua titik-titik pada meridian lambung dapat dipergunakan untuk membantu
mengatasi gangguan lambung dan daerah sepanjang jalur yang dilaluinya seperti : lesu,
sakit perut, kembung, mual, muntah, ndiffungsi yeri ulu hati, pegal-pegal di kaki, dll.

Titik-titik penting yang perlu diingat adalah :


ST 2
Lokasi : Satu cun di bawah pupil mata, berpotongan dengan orbita
Indikasi : Mata merah, mata bengkak, kejang otot muka
ST4
Lokasi : Pandangan pasien lurus ke depan, jika dari pupil mata ditarik garis ke
bawah, berpotongan dengan garis dari sudut mulut.
Indikasi : Mulut miring, pipi bengkak, radang gusi, sariawan
ST 6
Lokasi : Lekukan sudut tulang rahang bawah, segaris dengan sudut mulut,
tepat di angulus mandibula.
Indikasi : Kelumpuhan muka, mulut miring, suara hilang, pipi bengkak, sakit gigi,
leher kaku dan mulut mengancing
ST 8
Lokasi : 0,5 cun dari tepi batas garis rambut pada sudut dahi
Indikasi : Sakit dahi, sakit kepala sebelah, sakit mata, banyak keluar air mata
ST 15
Lokasi : Pada garis lateral dada II di intercosta II, 4 cun lateral garis medial
tubuh
Indikasi : batuk, asma, penambah air susu ibu
ST 16
Lokasi : Pada garis lateral dada II di intercosta III, 4 cun lateral garis medial
tubuh
Indikasi : batuk, asma, penambah air susu ibu
ST 18
Lokasi : Di intercosta V, 2 jari di bawah papila mamae
Indikasi : batuk, asma, penambah air susu ibu
ST 25
Lokasi : 2 cun samping kiri dan kanan umbilikus
Indikasi : Gangguan pencernaan, nyeri sekitar pusar, sembelit, usus berbunyi,
perut kembung, keputihan
ST 30
Lokasi : Di ligamentum inguinale, sejajar dengan batas superior simfisis pubis,
Indikasi : 2 cun lateral dari garis median anterior tubuh
Disfungsi ereksi
ST 35
Lokasi : Di pangkal tulang kering (krista tibia), bawah luar tempurung lutut
Indikasi : Nyeri lutut, kebas ( tidak terasa) pada tungkai.
ST 36
Lokasi : 3 cun di bawah titik ST 35
Indikasi : Gangguan pencernaan karena dingin, sering lapar (lambung panas),

153
kembung, nyeri lambung, sembelit, lumpuh muka dan anggota gerak,
ayan, nyeri tenggorokan, nyeri lutut dan kaki, badan bengkak,
meningkatkan daya tahan tubuh.
ST 37
Lokasi : 6 cun di bawah titik ST 35, 1 jari lateral dari krista tibia
Indikasi : Nyeri abdominal, konstipasi, diare
ST40
Lokasi : pertengahan antara titik ST 35 dan maleolus eksternus, 1,5 cun ke sisi
luar dari krista tibia
Indikasi : Batuk, pusing, mengeluarkan dahak, pergerakan tungkai terganggu
ST 44
Lokasi : Lekukan antara pangkal tulang metatarsal II dan III
Indikasi : Sakit gigi, amandel, mimisan, sakit perut, kembung, nyeri dan bengkak
pada punggung kaki, mulut miring

4. MERIDIAN LIMPA ( SP )
Meridian limpa mulai dari sisi sebelah dalam ibu jari kaki naik menyusuri batas gelap
terang punggung kaki ke tepi dalam tungkai, menuju ke paha, lalu ke perut bagian
samping, dada, dan berakhir di lipat bawah ketiak.

Gambar Meridian Limpa

154
Titik Pijat Penting Meridian Limpa.
Semua titik-titik pada meridian limpa dapat digunakan untuk membantu mengatasi
gangguan limpa dan daerah sepanjang jalur yang dilaluinya, seperti : lesu, mual,
ngantuk, maag, mencret, keputihan, nyeri haid, disfungsi ereksi, dll.

155
Titik-titik penting yang perlu diingat adalah :
SP 1
Lokasi : Sudut pangkal kuku ibu jari kaki medial
Indikasi : Kembung, tidak nafsu makan, muntah, mencret, gangguan haid
(haid yang berlebihan), kaki tangan dingin.
SP 4
lokasi : Pada lekukan pangkal metatarsal pertama
Indikasi : Perut bunyi, nyeri lambung, sakit punggung kaki
SP 6
Lokasi : 3 cun ke atas dari mata kaki bagian medial
Indikasi : Menormalkan fungsi limpa, lambung, gangguan pencernaan,
usus bunyi, kembung, mencret, haid tidak teratur, keputihan,
kesukaran melahirkan, perdarahan, emisi seminal, difungsi
ereksi, ngompol, nyeri tungkai bawah
SP 8
Lokasi : 3 cun dibawah SP 9
Indikasi : Nyeri haid
SP 9
lokasi : Di bawah lutut ujung tulang kering atas sisi sebelah medial
Indikasi : Radang usus, tidak nafsu makan, gangguan berkemih, nyeri
lutut
SP 10
Lokasi : 2 cun di atas patelaris dan 2 cun ke arah medial
Indikasi : Gangguan haid, eksim, penyakit kulit, nyeri paha bagian dalam
SP 15
Lokasi : 4 cun disamping kanan dan kiri umbilikus
indikasi : Sembelit
SP 18
Lokasi : Pada garis lateral dada III, intercosta IV
Indikasi : batuk, cegukan, penambah air susu ibu

5. MERIDIAN JANTUNG ( HT )
Meridian Jantung mulai dari bawah tengah ketiak menyusuri lengan bagian dalam garis
lurus menuju jari kelingking

156
Gambar Meridian Jantung

HT 5

Titik Pijat Penting Meridian Jantung


Semua titik-titik pada meridian jantung dapat digunakan untuk membantu mengatasi
gangguan jantung dan daerah sepanjang jalur yang dilaluinya, seperti : berdebar-debar,
susah tidur, banyak keluar keringat
Titik-titik penting yang perlu diingat adalah :
HT 3
Lokasi : Antara olicranon dan lipat siku bagian ulnar dibagi 2
Indikasi : Kesemutan, nyeri jantung, kebas pada siku, kejang otot lengan
HT 5
Lokasi : 1 cun dari pergelangan tangan bagian dalam, segaris dengan jari
kelingking
Indikasi : jantung berdebar, disfungsi erkesi, gila, daya ingat menurun, suara
tiba-tiba hilang, lidah kaku, pergelangan tangan sakit, mata merah,
tenggorokan kering
HT 7
Lokasi : Tepat pada lekukan garis pergelangan tangan, segaris dengan jari
kelingking
Indikasi : Jantung berdebar, sulit tidur, nyeri tulang iga

6. MERIDIAN USUS KECIL ( SI )


Meridian usus kecil dimulai dari ujung sebelah dalam jari kelingking, menyusuri
punggung tangan segaris dengan metakarpal 5, melewati punggung lengan segaris
dengan tulang ulnar sampai ke siku, menuju ujung lipatan ketiak belakang, ke belikat
terus sampai ke bahu, naik ke leher, rahang bawah, ke pipi dan berakhir di depan
tragus (anak telinga). Gambar Meridian Usus Kecil

157
Titik Pijat Penting Meridian Usus Kecil.
Semua titik-titik pada meridian usus kecil dapat dipilih untuk membantu mengatasi
gangguan usus kecil dan daerah sepanjang jalur yang dilaluinya, seperti : sakit perut,
mulas, mencret, nyeri belikat, nyeri lengan, kaku jari kelingking.
Titik-titik penting yang perlu diingat adalah :
SI 1
Lokasi : Pada 0,1 cun proksimal medial sudut kuku jari kelingking
tangan
Indikasi : Panas, sakit kepala, penambah air susu ibu
SI 3
Lokasi : Ujung lipat pangkal jari kelingking pada tangan yang
dikepalkan pada perbatasan warna kulit gelap dan
terang
Indikasi : Sakit kepala, kaku leher, mata merah, ayan, mimisan,
kencing merah (haematuria).
SI 9
Lokasi : 1 cun di atas ujung lipat posterior axila
Indikasi : Nyeri bahu, kaku leher.
SI 11
Lokasi : Di daerah scapula, pada sepertiga atas garis yang
menghubungkan antara titik tengah tulang spina dengan
ujung bawah skapula.
Indikasi : Nyeri daerah belikat, nyeri sisi luar lengan dan siku, nyeri
bahu

158
SI 15
Lokasi : Dibagian depan tulang acromion, cekungan yang
Indikasi : terbentuk saat lengan di abduksi
Nyeri otot bahu
SI 19
Lokasi : Ketika mulut dibuka, ada lekukan didepan tragus (anak
telinga)
Indikasi : Gangguan pendengaran, telinga berbunyi (berdengung),
tuli

159
7. MERIDIAN KANDUNG KEMIH (BL) / (Urinary Bladder= UB)
Dimulai dari sudut mata bagian dalam, naik lurus ke kepala lalu menyusuri punggung
1,5 cun dan 3 cun sejajar tulang belakang turun ke panggul terus ke tengah paha, turun
ke betis, belakang mata kaki bagian luar dan berakhir metatarsal V.

Gambar Meridian Kandung Kemih

160
Titik penting meridian kandung kemih
Semua titik-titik meridian BL dapat dipilih untuk mengatasi gangguan pada fungsi
kantong kemih dan daerah sepanjang jalur meridiannya, seperti : ngompol, sakit
kencing, sakit pada pinggang, punggung, bokong, lutut, betis, tumit, leher, mata,
kepala,dll.

Titik-titik penting yang perlu diingat adalah :


BL 2
Lokasi : Di ujung medial ( pangkal) alis
Indikasi : Sering mengeluarkan air mata, daya penglihatan menurun, mata terasa
berat
BL 11
Lokasi : 1,5 cun ke arah lateral dari vertebra thorakalis 1 (T 1)
Indikasi : Gangguan pada tulang, kaku leher, keseleo
BL12
Lokasi : 1,5 cun ke arah lateral dari vertebra thorakalis 2 (T 2)
Indikasi : Mengusir angin, batuk pilek
BL 13
Lokasi : 1,5 cun ke arah lateral dari vertebra thorakalis 3 (T 3)
Indikasi : Panas, gelisah, batuk, batuk darah, radang paru-paru, radang selaput
dada, bronkitis /radang tenggorokan, asma
(Catatan : untuk penderita sakit paru-paru titik ini bila ditekan terasa
sakit, karena titik ini merupakan titik yang menguasai paru-paru)
BL15
Lokasi : 1,5 cun ke arah lateral dari vertebra thorakalis 5 (T 5)
Indikasi : Pemurung, spermatorhea (ngompol mani), pelupa, jantung berdebar,
menenangkan jiwa, terlambat berbicara, mengeluarkan banyak keringat
pada malam hari. (titik ini merupakan titik yang menguasai Jantung )
BL 17
Lokasi : 1,5 cun ke arah lateral dari vertebra thorakalis 7 (T 7)
Indikasi : Pendarahan, sukar tidur, lesu, penyakit lambung, kejang perut, banyak
keringat, panas tanpa keringat, cegukan. (titik ini merupakan titik yang
menguasai darah).
BL 18
Lokasi : 1,5 cun ke arah lateral dari vertebra thorakalis 9 (T 9)
Indikasi : Nyeri di dada, sakit jiwa, ayan, mata merah, mata kabur, gangguan
fungsi hati ( titik ini merupakan titik yang menguasai hati )

BL 19
Lokasi : 1,5 cun ke arah lateral dari vertebra thorakalis 10 (T 10)
Indikasi : Sakit kuning, nyeri iga, mulut terasa pahit, gangguan hati, lambung rasa
penuh, sakit pada ulu hati, mual muntah yang bukan disebabkan oleh
ngidam.
(Titik ini merupakan titik yang menguasai kandung empedu )

161
BL 20
Lokasi :
Indikasi:
1,5 cun ke arah lateral dari vertebra thorakalis 11 (T 11)

Perut kembung, mencret, bengkak, asma dan banyak lendir. (Titik ini merupakan titik yang
menguasai limpa )

BL 21

Lokasi
Indikasi : 1,5 cun ke arah lateral dari vertebra thorakalis 12 (T 12)
: Nyeri ulu hati, mual muntah, perut kembung, menguatkan fungsi limpa dan
lambung. (Titik ini merupakan titik yang menguasai lambung )
BL 22
Lokasi : 1,5 cun ke arah lateral dari vertebra lumbalis 1 (L 1)
Indikasi : Perut kembung, usus berbunyi, mencret, gangguan pencernaan, kencing
sering tapi sedikit-sedikit, sakit pinggang, dan ngompol.
(Titik ini merupakan titik yang menguasai tri pemanas )
BL 23
Lokasi : 1,5 cun ke arah lateral dari vertebra lumbalis 2 (L 2)
Indikasi : Spermatorhea, ngompol, impoten, sex terlalu kuat, sering kencing, sakit
pinggang, keputihan, telinga berdengung, tuli, mata kabur.
(Titik ini merupakan titik yang menguasai ginjal)
BL 25
Lokasi : 1,5 cun ke arah lateral dari vertebra lumbalis 4 (L 4)
Indikasi : Sakit perut, usus berbunyi, mencret, sembelit, perut kembung, sakit
pinggang (Titik ini merupakan titik yang menguasai usus besar)
BL 28
Lokasi : 1,5 cun ke arah lateral dari os sacrum 2
Indikasi : Ejakulasi dini, ngompol, nyeri di daerah panggul.
(Titik ini merupakan titik yang menguasai kandung kemih)
BL 40
Lokasi : Di tengah-tengah lipat lutut bagian belakang (fosa poplitea)
Indikasi : Sakit pinggang, sakit pada tungkai bawah, gangguan sendi lutut, tungkai
lumpuh, sakit perut.
BL 57
Lokasi : Di lekukan pada bagian bawah otot gastroknemius (otot betis).
Indikasi : Sakit pinggang, nyeri betis, kejang betis, wasir, sembelit
BL 60
Lokasi : Di lekukan belakang mata kaki luar
Indikasi : Sakit kepala, rematik, nyeri tumit, leher kaku, pegal otot pinggang

162
8. MERIDIAN GINJAL ( KI ) = KD (KIDNEY)

Meridian ginjal dimulai dari telapak kaki naik melingkari mata kaki bagian dalam,
menyusuri tungkai sebelah dalam, lalu ke paha bagian dalam, naik ke arah perut di
antara meridian lambung dan garis tengah badan, berakhir di bawah tulang selangka.

Gambar Meridian Ginjal

Titik Penting Meridian Ginjal (KI).


Semua titik-titik pada meridian ginjal dapat dipakai untuk mengatasi gangguan ginjal
dan daerah sepanjang jalur yang dilaluinya seperti : sakit pinggang, disfungsi ereksi,
lutut nyeri, rematik,dll

163
Titik-titik penting yang perlu diingat adalah :
KI 1
Lokasi : Di garis antara metatarsal kedua dan ketiga, pada telapak kaki
1/3 bagian depan
Indikasi : Sakit puncak kepala (ubun-ubun), pusing, mata kabur, sakit
tenggorokan, gangguan kencing, sembelit, telapak kaki terasa
nyeri dan panas, mimisan
KI 3
Lokasi : Di lekukan belakang mata kaki bagian dalam
Indikasi : Sakit tenggorokan, sakit gigi, asma, haid tidak teratur, susah
tidur, ejakulasi dini, disfungsi ereksi.
KI 7
Lokasi : 2 cun di atas titik KI 3
Indikasi : Mencret, oedem, sakit testis, banyak keringat.

9. MERIDIAN SELAPUT JANTUNG (PC)


Dimulai dari samping luar puting susu, melewati lipat ketiak bagian depan, menelusuri
tengah lengan bagian dalam menuju lipat siku bagian tengah terus menuju telapak
tangan melalui titik tengah bagian dalam pergelangan tangan, melewati telapak tangan
dan berakhir di ujung jari tengah bagian dalam

Gambar Meridian Selaput Jantung

Titik penting meridian selaput jantung


Semua titik-titik meridian selaput jantung dapat dipilih untuk mengatasi gangguan
jantung seperti : jantung berdebar, susah tidur, gelisah, nyeri ulu hati, kesemutan di
tangan

164
Titik-titik penting yang perlu diingat adalah :
PC 3
Lokasi : Ditengah lipat siku bagian dalam
Indikasi : Berdebar, tangan bergetar, tangan kesemutan/ kebas
PC 6
Lokasi : 2 cun di atas pertengahan pergelangan tangan bagian dalam
Indikasi : Denyut nadi cepat, sakit lambung, mual-muntah,
cegukan, susah tidur, gelisah, nyeri/ kaku daerah siku.
PC 7
Lokasi : Di pertengahan pergelangan tangan bagian dalam.
Indikasi : Gelisah, nyeri ulu hati, mual muntah, nyeri dada, nyeri/kaku
daerah siku, sakit tenggorokan, telapak tangan terasa panas.
PC 9
Lokasi : Di ujung jari tengah tangan
Indikasi : Pingsan, telapak tangan terasa panas, anak rewel,
sakit ujung lidah.

10. MERIDIAN TRI PEMANAS (TH) = TE (Tri Energizer) = SJ (San Jiao)


Dimulai dari sudut luar pangkal kuku jari manis, naik ke punggung tangan segaris
dengan antara metacarpal empat dan lima, terus melalui tengah pergelangan tangan
bagian luar, naik ke siku menyusuri garis tengah punggung lengan bawah, terus
menyusuri garis tengah punggung lengan atas menuju bahu bagian belakang, naik ke
leher bagian belakang menyusuri batas rambut belakang mengitari telinga sampai ke
depan tragus/anak telinga naik kembali dan berakhir diujung alis
Gambar Meridian tri Pemanas

165
Titik Penting Meridian Tri Pemanas (SJ)
Semua titik-titik akupresur pada meridian tri pemanas dapat dipilih untuk mengatasi
gangguan kepala, leher, telinga, mata, bahu, lengan, dll
Titik-titik penting yang perlu diingat adalah :
TE 3
Lokasi : Pada lekukan punggung tangan didepan pertemuan antara tulang
metakarpal empat dan lima
Indikasi : Telinga bunyi, tuli, sakit tenggorokan, sakit kepala
sebelah, mata merah, nyeri/kaku daerah siku.
TE 5
Lokasi : 2 cun ke atas dari punggung pergelangan tangan segaris jari tengah.
Indikasi : Sakit kepala, demam, flu, tuli, telinga berdengung, nyeri iga, kaki dan
tangan susah digerakkan, sakit pergelangan tangan, tangan gemetar
TE 14
Lokasi : Di bagian belakang dan bawah tulang acromion, cekungan yang
terbentuk ketika lengan di abduksi.
Indikasi :
Nyeri bahu
TE 17
Lokasi : Pada lekukan di belakang dari lobus telinga.
Indikasi : Telinga berdengung, kurang pendengaran, lumpuh otot muka
TE 23
Lokasi : Pada ujung alis bagian luar.
Indikasi : Sakit kepala sebelah, nyeri syaraf telinga, mata kedutan, mata kabur.

11. MERIDIAN KANDUNG EMPEDU = GB (Gall Bladder)


Dimulai dari sudut mata bagian luar, naik ke samping kepala sampai ke bawah tragus,
naik ke arah sudut garis rambut menyusuri bagian samping kepala menuju tengkuk,
melewati leher, bahu, lengan bagian depan, bawah ketiak terus menyusuri samping
tubuh, tungkai bagian luar, dan berakhir di ujung jari ke empat.

166
Gambar Meridian Kandung Empedu

Titik penting Meridian Kandung Empedu


Semua titik-titik akupresur pada meridian kandung empedu dapat dipilih untuk
mengatasi gangguan sakit kepala, leher, bahu, kaki sebelah luar

Titik-titik penting yang perlu diingat adalah :


GB 1
Lokasi : Pada ujung sudut mata luar
Indikasi : Gangguan pada mata, migren
GB14
Lokasi : Pada kening, 1 cun di atas pertengahan alis
Indikasi : Pusing kepala, vertigo
GB 20
Lokasi : Pada lekukan kiri kanan di belakang kepala, 1 cun di atas batas rambut
Indikasi : Sakit kepala, gejala flu, kaku leher, nyeri bahu, mata merah, gangguan
bicara (gagap)
GB 21
Lokasi : Pada daerah belakang leher di pertengahan antara vertebra cervicalis 7
(C7) dan akromion
Indikasi : Kaku leher, nyeri bahu, lengan tak dapat diangkat
GB 30
Lokasi : 1/3 luar pada garis yang menghubungkan antara ujung trokhanter mayor
dan hiatus sakrum
Indikasi : Sakit pinggang-pinggul, nyeri sendi tungkai, lumpuh
GB 31
Lokasi : Dalam posisi berdiri tegak dan lengan lurus serta tangan menempel
pada paha, titiknya terletak pada paha dimana ujung jari tengah berada.
Indikasi : Lumpuh dan nyeri tungkai bawah

167
GB 34
Lokasi : Di lekukan depan bawah kaput fibula
Indikasi : Lumpuh tungkai bawah, nyeri sendi lutut
GB 39
Lokasi : 3 cun di atas tonjolan mata kaki luar
Indikasi : Kaku leher, lumpuh tungkai, nyeri iga, nyeri pinggang, pegal linu di
tungkai bawah.
GB 41
Lokasi : Di lekukan pertemuan metatarsal empat dan lima di samping tendon jari
manis punggung kaki
Indikasi : Nyeri sudut mata bagian luar, mata kabur, nyeri iga,
bengkak pada punggung kaki, keseleo

12. MERIDIAN HATI = LR (LIVER)


Dimulai dari sudut kuku bagian luar ibu jari kaki, yang berada dekat dengan jari ke dua
menyusuri punggung kaki, naik ke tungkai sebelah dalam, menuju paha bagian dalam,
melingkari daerah kemaluan terus naik ke perut bagian samping dan berakhir di dada
bawah payudara.

Gambar Meridian Hati

168
Titik-titik penting meridian Hati.
Semua titik-titik pada meridian hati dapat dipilih untuk mengatasi gangguan sakit kepala,
sakit iga, gangguan kelamin.

Titik-titik penting yang perlu diingat adalah :


LR 3
Lokasi : Di punggung kaki pada cekungan antara pertemuan tulang
metatarsal satu dan dua
Indikasi : Pendarahan, oligospermae, ngompol, nyeri daerah testis,
sakit kepala, mulut miring, nyeri iga, nyeri pinggang, penenang, libido
berlebihan
LR 8
Lokasi : Ujung medial lipat lutut bagian medial
Indikasi : Nyeri haid, gangguan berkemih, gatal pada alat kelamin
luar, nyeri daerah testis, lutut bengkak, disfungsi ereksi.
LR 13
Lokasi : Pada bagian samping perut di ujung iga ke sebelas
Indikasi : Gangguan hati, perut kembung, nyeri daerah iga, nyeri
punggung dan pinggang, mencret.
LR 14
Lokasi : Pada sela iga enam dan tujuh, 4 cun ke lateral dari garis median
anterior
Indikasi : Pembengkakan hati, radang hati, nyeri iga

13. MERIDIAN REN/ KONSEPSI (CV)


Dimulai dari pertengahan antara lubang dubur dan daerah kelamin luar (perinium),
menyusuri garis tengah tubuh bagian depan terus ke perut merambat ke atas sampai di
leher, dagu dan berakhir di bagian tengah di bawah bibir bawah
Gambar Meridian Ren (CV)

169
Titik Penting Meridian Ren = CV (Conception Vessel)
Semua titik-titik pada meridian ren dapat dipilih untuk mengatasi gangguan organ-organ
dalam, leher dan wajah.

Titik-titik penting yang perlu diingat adalah :


CV 2
Lokasi : Pada perut bagian bawah, diatas simfisis pubis dan di garis median
: anterior.
Indikasi Disfungsi ereksi
CV 3
Lokasi : 4 cun di bawah pusar
Indikasi : Gangguan berkemih, nyeri haid, gangguan pada alat kelamin
CV 4
Lokasi : 3 cun di bawah pusar
Indikasi : Disfungsi ereksi, ngompol, gangguan berkemih, gangguan haid,
wasir, mandul, keputihan
CV 6
Lokasi : 1,5 cun di bawah pusar
Indikasi : keputihan, gangguan haid, ngompol, sembelit, sakit pinggang, wasir,
sakit perut, kaki tangan terasa dingin
CV 12
Lokasi : 4 cun di atas pusar (antara umbilikus dan prosesus sifoidius dibagi 2)
Indikasi : Gangguan lambung, mencret
CV 17
Lokasi : Pada intercosta 4 di garis median anterior
Indikasi : Asma, nyeri dada, dan ASI kurang
CV 22
Lokasi : Tepat pada lekukan pangkal leher depan
Indikasi : Asma, suara serak, nyeri tenggorokan
CV 23
Lokasi : Pada bagian depan leher, didepan garis median, diatas tulang hyoid.
Indikasi : Nyeri gigi
CV 24
Lokasi : Lekukan pada bagian tengah di bawah bibir mulut bawah
Indikasi : Sakit gigi, gusi bengkak, mulut miring

170
14. MERIDIAN DU / GOVERNOR (GV)
Dimulai dari antara dubur dengan tulang ekor, menyusuri tulang punggung,ke leher
bagian belakang naik ke kepala, terus ke wajah sampai di puncak hidung, bibir bagian
atas dan masuk ke pangkal gusi tengah rahang atas.

Gambar Meridian DU/Governor

Titik Penting Meridian Du


Semua titik-titik pada meridian du dapat dipilih untuk mengatasi gangguan sakit pada
daerah tulang belakang, leher, kepala, hidung.
Titik-titik penting yang perlu diingat adalah :
GV 1
Lokasi : Di daerah perineum, dibawah tulang koksigis. Pertengahan antara ujung
Indikasi : tulang koksigis dan anus.
Disfungsi ereksi
GV4
Lokasi : Di tulang pinggang (lumbal), sejajar umbilikus
Indikasi : Sakit ginjal, sakit pinggang, mencret, ngompol, disfungsi ereksi
keputihan, menguatkan ginjal.

171
GV14
Lokasi : Di atas tulang punggung (thorakal) satu, setinggi pundak.
Indikasi : Banyak keringat, keluar keringat malam hari, asma, masuk angin, kaku
leher, nyeri punggung, nyeri iga, batuk, demam
GV 20
Lokasi : 5 cun ke belakang dari batas rambut depan, tepatnya di puncak kepala
Indikasi : Sakit kepala, sakit puncak kepala, ayan, pusing.
GV 26
Lokasi : Di bawah hidung, sepertiga garis philtrum
Indikasi : Upaya pertolongan pertama pada pingsan dan kejang, ayan, nyeri
pinggang.

F. RANGKUMAN JALUR MERIDIAN


1. Meridian yang melewati tangan
Daerah yin : LU, PC, HT
Digunakan untuk mengatasi gangguan daerah dada, jantung dan
lambung
Daerah yang : LI, TH, SI
Digunakan untuk mengatasi gangguan pada daerah wajah, bahu,
leher, belikat, lengan, perut

172
2. Meridian yang melewati daerah kaki
Daerah yin : SP, KI, LR
Digunakan untuk mengatasi daerah leher depan, epigastrium,
kelamin dan kaki bagian sisi dalam

Daerah yang : ST, GB, BL


Digunakan untuk mengatasi gangguan wajah, kepala, leher, bahu,
perut, dada, punggung, pinggang, bokong, kaki bagian samping, luar
dan belakang

173
G. TITIK-TITIK EKSTRA
Titik akupresur istimewa/ titik ekstra adalah titik yang terletak diluar jalur meridian.
WHO menentukan kriteria titik akupresur istimewa yaitu :
3. Lokasi titik akupresur jelas letak anatominya
4. Titik-titik tersebut sering digunakan
5. Terdapat bukti efektifitas dari titik tersebut
6. Harus berjarak minimal 0,5 cun dari titik akupresur umum
7. Jika titik akupresur istimewa ini namanya sama dengan titik akupresur umum,
maka titik akupresur tersebut harus ditambah awalan . contoh titik LI 20 ying
xiang, titik akupresur istimewanya EXHN 7 sang ying xiang

Nomenklatur titik istimewa akupresur berdasarkan :


1. Lokasi :
Kepala leher ( HN = Head Neck )
Dada perut ( CA = Chest Abdomen)
Punggung (B = Back)
Ekstermitas atas (UE = Upper Extremity)
Ekstermitas bawah (LE = Lower Extremity)
2. Penomoran :
Batang tubuh : dari atas ke bawah

174
Ekstermitas atas/Ekstermitas bawah : dari atas ke bawah, jika titik sama tinggi
penomoran medial terlebih dahulu.
Contoh : EX HN 3
EX = titik istimewa , HN terletak di kepala dan leher, 3 urutan dari atas

DAERAH KEPALA
EX HN 3
lokasi : pertengahan ke 2 alis
indikasi : Sakit kepala bagian depan, pusing, gangguan pada hidung,
gangguan pada mata
EX HN 4
lokasi : di alis di atas pupil
indikasi : Gangguan pada mata, sakit kepala sebelah, vertigo

EX HN 5
lokasi : di daerah temporal,antara ujung alis lateral dan kantus eksterna Sakit
Indikasi : kepala sebelah, sakit mata

DAERAH TUNGKAI
EX LE 2
lokasi : di lutut,di cekungan,atas dari pertengahan patella
Indikasi : Sakit pada lutut, kaki lemah
EX LE 4
lokasi : ketika lutut dl fleksi,titik terletak di cekungan lig patela medialis
Indikasi : sakit atau dingin, lumpuh kaki
EX LE 7
lokasi :
2 cun di bawah ST 36.
Indikasi :
Beri-beri, Usus buntu
EX LE 10
lokasi : sela jari kaki,pada perubahan warna kulit merah ke putih
Indikasi : bengkak pada punggung kaki, kutu air

175
H. TITIK AKUPUNKTUR BERDASARKAN REGIO
1. Titik akupunktur penting di region
a. Kepala : GV 20, GB 20, TE 17, ST 8, EX-HN 5
b. Mata : ST 2, GB 1, BL 2, TE 23, EX-HN 3, EX-HN 4
c. Telinga : SI 19
d. Mulut : ST 6,CV 24, ST 4
e. Hidung : GV 26, LI 20
f. Batang Tubuh Ventral : LU 1, CV 22, CV 17, ST 15, ST 16, ST 18, SP
18, LR 13, LR 14, CV 3, CV 12, CV 8, CV 6,
CV 4, ST 25
g. Batang Tubuh Dorsal : GB 21, GV 14, GV 4, GV 1, EX B 2, BL 11,
BL 12, BL 13, BL 15, BL 17, BL 18, BL 19, BL
20, BL 21, BL 22, BL 23, BL 25, BL 27, BL 28,
SI 9, SI 11

h.
Ekstremitas
Superior
Anterior
Lateral Median Medial
LU 5 LU 6 LU LU 9 PC PC PC PC HT HT HT
7 LU 3 6 7 9 3 5 7
10

Dorsal
LI 4 LI 11 LI TE TE SI SI
15 3 5 1 3

i.Ekstremitas
Inferior
Medial
Anterior Median Posterior
LR 3 SP 1 KI 1
LR 8 SP 4 KI 3
SP 10 SP 8 KI 7
SP 9
SP 6
ST 30
Lateral
ST 35 GB 30 BL 40
ST 36 GB 31 BL 57
ST 40 GB 34 BL 60
ST 44 GB 39
GB 41

176
VI. Referensi :
Standar Internasional WHO, 2008
Buku Pedoman Praktis Akupresur, DEPKES RI, terbitan th. 1998
Buku Kesehatan Swadaya, Oka Putu S.
Buku Akupuntur RSCM
Dasar Teori Akupunktur, Sim Kie Jie
www.all-about-acupungture.com

VII. Lampiran berupa bahan evaluasi dan lembar kerja

177
Lembar Penugasan MI.3

Panduan Diskusi dan Latihan


Materi Inti 3
JALUR MERIDIAN DAN TITIK-TITIK AKUPRESUR

1. Panduan Diskusi
i. Fasilitator membagi peserta ke dalam kelompok, masing-masing kelompok terdiri
dari 5-6 orang
ii. Fasilitator membagikan gambar tubuh manusia.
iii. Tiap kelompok menyelesaikan tugas yaitu menggambarkan jalur meridian (waktu
30 menit), kemudian mempresentasikan hasil tugas tiap kelompok.

2. Panduan Latihan
i. Peserta diatur berpasangan, satu sebagai model dan satu sebagai penunjuk titik,
dilakukan secara bergantian.
ii. Penunjuk titik menempelkan kertas di tubuh model sesuai instruksi fasilitator
(regio kepala, regio batang tubuh anterior, regio batang tubuh posterior, regio
ekstremitas superior dan regio ekstremitas inferior).
iii. Fasilitator merangkum penugasan titik akupresur

178
MATERI INTI 4
TEKNIK AKUPRESUR

I. URAIAN MATERI
Memijat adalah bagian terpenting dalam melakukan tindakan akupresur. Dengan
melakukan pemijatan yang benar, maka tujuan dalam mengatasi gejala penyakit dapat
tercapai. Penggunaan teknik akupresur disesuaikan dengan hasil pemeriksaan
terhadap pasien agar tindakan akupresur dapat mencapai hasil maksimal. Cara memijat
yang baik dan benar juga dapat membantu meningkatkan hasil pemijatan, selain itu
membantu pemijat dalam menghemat tenaga saat memijat. Akupresur dapat
menimbulkan efek yang tidak diinginkan sehingga pada saat pelaksanaan akupresur,
perhatian akupresuris terhadap klien sangat dibutuhkan.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum :
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan teknik akupresur

B. Tujuan Pembelajaran Khusus :


1. Menjelaskan manfaat dan efek pemijatan dalam akupresur
2. Melakukan teknik-teknik akupresur

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN


Pemijatan dalam akupresur
1. Teknik pemijatan dalam akupresur
2. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemijatan dalam akupresur

IV. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


Langkah 1 Pengkondisian (10 menit)
1. Fasilitator memperkenalkan diri, kemudian menyampaikan pokok bahasan
pembelajaran serta waktu yang tersedia untuk materi ini
2. Fasilitator menggali pendapat peserta untuk menyampaikan pendapat atau
pengetahuannya tentang macam-macam pijat yang diketahui, lalu menjelaskan pokok
bahasan. Tuliskan pada flip chart agar dapat dibaca semua orang
3. Fasilitator memandu peserta untuk menanggapi sehingga terjadi interaksi yang
dinamis.
Langkah 2 Membahas Pokok Bahasan (180 menit)
1. Fasilitator mulai menjelaskan tujuan pemijatan

179
2. Fasilitator menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan
akupresur
3. Fasilitator menjelaskan dan mendemostrasikan teknik-teknik pemijatan dalam
akupresur
4. Fasilitator membagi peserta berpasangan. Setiap pasangan diminta untuk
mempraktekkan teknik memijat secara bergantian.
5. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk menyampaikan pendapat,
tanya jawab dan klarifikasi.

III. BAHAN PEMBELAJARAN


A. TEKNIK PEMIJATAN DALAM AKUPRESUR
1. Pengertian
Memijat ialah melakukan penekanan pada permukaan tubuh dengan
menggunakan jari, atau bagian tubuh yang lain, atau alat bantu dengan tujuan
untuk perawatan kesehatan. Pemijatan telah dilakukan oleh banyak orang dari
semenjak zaman dahulu. Pemijatan biasa dilakukan oleh diri sendiri atau orang
lain.
Pada umumnya cara memijat sudah dimiliki secara naluri alamiah
disamping itu keahlian memijat didapatkan secara turun temurun, atau
pengalaman. Oleh karena itu cara pemijatan bervariasi sesuai dengan
pengalaman dan pengembangan kreatifitas masing-masing pemijat, sehingga
sulit untuk dirumuskan keilmuannya. Karena interaksi budaya antar bangsa,
maka teknik pemijatan berkembang sesuai dengan perkembangan pemikiran
manusia. Teori-teori pengobatan yang sudah ada dapat dijadikan landasan teori
bagi teknik pijat yang belum terstruktur ilmunya, contohnya teori akupunktur,
teori anatomi tubuh manusia, dll.

2. Teknik Perangsangan Dan Cara Memijat


Perangsangan pada titik akupresur mempengaruhi efek pemijatan. Teknik
perangsangan dalam akupresur dibagi 2, yaitu :
a. Penguatan :
- Dilakukan pada pasien yang sifat penyakitnya masuk dalam kelompok yin
- Pemijatan pada setiap titik yang dipilih maksimal 30 kali putaran atau
tekanan
- Arah putaran searah dengan jarum jam
- Tekanan pijatan tidak boleh kuat
- Titik yang dipilih maksimal 10 titik akupresur

180
- Pemijatan dilakukan searah meredian
b. Pelemahan
- Dilakukan pada pasien yang sifat penyakitnya masuk dalam kelompok
yang
- Pemijatan pada setiap titik yang dipilih, antara 40 – 60 kali putaran atau
tekanan
- Arah putaran, berlawanan dengan arah jarum jam
- Tekanan pijatan mulai dari sedang dan kuat
- Jumlah titik yang dipilih disesuaikan dengan kebutuhan
- Pemijatan dilakukan berlawanan arah meridian
Teknik pemijatan sangat bervariasi sesuai dengan teknik akupresur. Contoh
teknik pemijatan yang dilakukan oleh akupresuris, sebagai berikut :
1. Menekan menggunakan ibu jari atau menutuk dengan jari telunjuk lalu
diputar-putar (mengucak) pada titik akupresur, misalnya pemijatan pada
daerah kepala, tangan, kaki, dada dan perut.
2. Menekan menggunakan pangkal atau sisi telapak tangan atau siku untuk
permukaan tubuh yang luas atau bagian tubuh yang ototnya tebal, misalnya
pemijatan pada daerah punggung, paha dan bokong
3. Mendorong atau menggosok sepanjang jalur meridian menggunakan ibu
jari atau pangkal telapak tangan, misalnya pemijatan pada ekstremitas atas,
ekstremitas bawah dan punggung.
4. Menjepit mengenai dua meridian atau titik sekaligus, misalnya pemijatan
pada LU 5 dan LI 11
5. Meremas jalur meridian, misalnya pemijatan di tangan atau kaki
6. Mencubit otot, cubitan kecil maupun besar.
7. Menggetarkan yaitu menekan titik akupresur menggunakan jari atau telapak
tangan sambil digetarkan.
8. Menyeka yaitu memijat menggunakan dua ibu jari dengan arah berlawanan.
9. Mengetuk dan menepuk yaitu memukul-mukul permukaan tubuh
mengunakan ujung-ujung jari.
10. Mengusap dengan menggunakan telapak tangan pada permukaan tubuh.
11. Menyisir yaitu melakukan gerakan seperti menggaruk untuk daerah kepala.
Teknik pemijatan pada anak sama dengan teknik pemijatan pada orang dewasa,
namun jumlah pemijatannya setengah dari jumlah pemijatan pada orang
dewasa dan tekanannya disesuaikan dengan kondisi anak.

181
KEKUATAN TEKAN / PIJAT

182
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PENEKANAN
Sebelum melakukan pemijatan perlu diketahui hal-hal penting yang berkaitan dengan
pelaksanaan pemijatan, yaitu :
1. Kondisi pasien
Akupresur tidak boleh dilakukan terhadap penderita yang :
a. Dalam keadaan terlalu lapar.
b. Dalam keadaan terlalu kenyang.
c. Dalam keadaan terlalu emosional.
d. Penekanan pada titik-titik tertentu, misalnya PC6 dan ST36 efektif mengatasi
mual muntah pada kehamilan.
e. Dalam kondisi tubuh sangat lemah hanya diperlukan pijat untuk menguatkan.

2. Kontra Indikasi
Akupresur hanya merupakan pendukung untuk mengatasi gangguan kesehatan,
sehingga penanganan penyakit tetap berada dibawah tanggungjawab dokter.
Kondisi yang tidak bisa ditangani dengan akupresur adalah :
a. Kegawatdaruratan medik
b. Kasus yang perlu pembedahan
c. Keganasan
Dalam kasus keganasan dilarang melakukan akupresur di lokasi tumor,
kelenjar getah bening yang membesar, serta daerah-daerah yang terjadi borok
akibat tumor.
d. Penggunaan obat pengencer darah (antikoagulansia)Diketahui ada kelainan
pembekuan darah
e. Penyakit akibat hubungan seksual
f. Penyakit Infeksi
g. Daerah luka bakar, borok dan luka parut yang baru (kurang dari satu bulan)

3. Kondisi ruangan.
a. Suhu jangan terlalu panas dan jangan terlalu dingin
b. Sirkulasi udara lancar dan segar
c. Sarana dan prasarana yang digunakan harus bersih
d. Pencahayaan cukup

4. Posisi pasien dan pemijat.


Posisi pasien sewaktu dipijat juga harus diperhatikan, posisi dapat duduk atau
berbaring serta dalam keadaan relaks.

183
Posisi pemijat hendaklah berada pada keadaan yang bebas dan nyaman untuk
melakukan pemijatan dan lebih tinggi dari pasien.
Pemijatan yang dilakukan tidak sesuai dengan posisi yang benar dapat
menimbulkan efek yang tidak diinginkan.

5. Efek samping pemijatan :


Hal-hal yang mungkin bisa terjadi akibat pemijatan ialah:
d. Shock
Gejalanya : keluar keringat dingin, pucat, lemas, mual, pusing.
Penyebabnya : Pasien dalam keadaan lapar, terlalu lemah/ lelah, atau
takut.
Cara mengatasinya : hentikan pemijatan , tidurkan pasien, beri minum air
hangat atau teh manis hangat, tenangkan pasien,
istirahatkan.
e. Kejang otot
Gejalanya : kram, otot menjadi kaku dan tegang
Penyebabnya : pemijatan terlalu kuat atau pasien dalam keadaan
tegang
Cara mengatasinya : hentikan pemijatan pada daerah tersebut, pijat kembali
daerah lain secara pelan pada titik-titik meridian di
sekitarnya, jangan pada tempat yang kejang.
f. Bengkak / memar
Gejalanya : terjadi pembengkakan pada tempat bekas yang dipijat,
mungkin muncul warna kebiruan
Penyebabnya : pemijatan terlalu kuat atau kulit pasien sensitif
Cara mengatasinya : hentikan pemijatan pada daerah tersebut , beri minyak
khusus untuk memar atau kompres dingin

184
Lembar Penugasan MI.4

Panduan Praktik
Materi Inti 4
TEKNIK AKUPRESUR

1. Peserta dibagi menjadi berpasangan


2. Masing-masing pasangan berperan sebagai model dan terapis, secara bergantian
3. Terapis melakukan pemijatan terhadap model mengikuti arahan fasilitator
4. Fasilitator mendemonstrasikan cara memijat dengan jari diikuti peserta
5. Falitator mendemonstrasikan cara memijat dengan persendian diikuti peserta
6. Fasilitator mendemonstrasikan cara memijat dengan telapak tangan diikuti peserta
7. Fasilitator mendemonstrasikan cara memijat dengan siku diikuti peserta
8. Fasilitator mendemonstrasikan cara memijat dengan cara mencubit diikuti peserta
9. Fasilitator mendemonstrasikan cara memijat dengan cara memukul diikuti peserta
10. Fasilitator mendemonstrasikan cara memijat dengan mengurut diikuti peserta
11. Fasilitator memeriksa setiap cara memijat apakah peserta sudah melakukan dengan
benar. Bila belum, fasilitator mengarahkan secara benar.
12. Peserta menyampaikan apa yang dirasakan saat pemijatan.

185
MATERI INTI 5

TATALAKSANA TERAPI AKUPRESUR

I. DESKRIPSI SINGKAT
Dalam melakukan terapi akupresur, tatalaksana terapi menjadi penting karena apa yang
akan dilakukan terhadap pasien harus dapat dipertanggung jawabkan. Pasien adalah
orang yang datang kepada penyehat untuk mendapatkan pertolongan akan keluhan
yang dideritanya. Semua yang dilakukan terhadap pasien pada waktu terapi harus
melalui perencanaan yang merupakan hasil pemikiran dan keputusan.
Tatalaksana terapi dimulai dari pemeriksaan pasien, diagnosa, dan perencanaan terapi
sehingga tindakan dapat dilaksanakan dengan baik dan benar.
Modul ini menjelaskan cara pemeriksaan, cara menyimpulkan hasil pemeriksaan, cara
menyusun rencana terapi, dan melaksanakan terapi agar dapat dipakai sebagai
pedoman dalam melaksanakan terapi akupresur.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum :
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan tatalaksana terapi
akupresur

B. Tujuan Pembelajaran Khusus :


Setelah mengikuti materi ini, peserta:
1. Melakukan pemeriksaan tindakan akupresur
2. Merencanakan terapi akupresur.
3. Melakukan tindakan akupresur

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN


A. Pemeriksaan kondisi pasien
Empat cara pemeriksaan
B. Perencanaan tindakan akupresur
1. Pemilihan alat dan bahan untuk terapi
2. Pemilihan titik-titik akupresur
C. Pencatatan pemeriksaan dan rencana terapi
Pengisian Form

186
IV. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Langkah 1 Pengkondisian (10 menit)
1. Fasilitator memperkenalkan diri, kemudian menyampaikan pokok bahasan
pembelajaran serta waktu yang tersedia untuk materi ini
2. Fasilitator menggali pendapat peserta untuk menyampaikan pendapat atau
pengetahuannya tentang tatalaksana terapi akupresur. Tuliskan pada flipchart agar
dapat dibaca semua orang
3. Fasilitator memandu peserta untuk menanggapi sehingga terjadi interaksi yang
dinamis.
Langkah 2 Membahas Pokok Bahasan (15 menit)
1. Fasilitator mulai menjelaskan fungsi pemeriksaan dan rencana terapi
2. Fasilitator menjelaskan penyiapan tempat, alat, bahan dan pasien untuk
pelaksanaan akupresur
3. Fasilitator menjelaskan penyiapan diri untuk melakukan terapi
4. Fasilitator menjelaskan pemijatan sesuai perencanaan
5. Fasilitator menjelaskan pemberian saran, evaluasi dan jadwal terapi
6. Fasilitator membagi peserta berpasangan. Setiap pasangan diminta untuk
melakukan role play dan mendemonstrasikan cara pemeriksaan
7. Fasilitator memberi kesempatan pada peserta untuk menyampaikan pendapat,
tanya jawab dan klarifikasi.

V. BAHAN PEMBELAJARAN
A. PEMERIKSAAN KLIEN
Pelaksanaan akupresur dimulai dengan pemeriksaan terhadap klien, agar dapat
ditentukan letak, jenis dan penyebab penyakitnya.
Ada empat cara untuk melakukan pemeriksaan berdasarkan teori akupresur. Hasil
dari setiap cara tersebut akan saling menunjang atau saling melengkapi sehingga
didapatkan sebuah kesimpulan yang mendekati kebenaran.
1. Pengamatan
Yang diamati dari pasien adalah kelainan yang tampak meliputi:
a. Keadaan jiwanya atau semangatnya.
b. Warna wajah dan ekspresinya, contoh : pucat atau segar
Ekspressi yang layu, lesu, pucat menunjukkan keadaan yin. Ekspresi cerah,
bergairah, tegang, pemarah menunjukkan keadaan yang.
c. Bentuk tubuh dan gerak gerik

187
Contoh: yang gemuk, gerak gerik lamban, menunjukkan keadaan yin. Bentuk
kurus, gerak-gerik agresif menunjukkan keadaan yang.
d. Lidah, pemeriksaan lidah terdiri dari 2 bagian, yaitu otot lidah dan selaput lidah.
i. Otot lidah
Otot Lidah yang sehat, berbentuk sedang (tidak gemuk, tidak kurus) dan
berwarna merah muda, selaput putih, tipis, bersih, gerakannya leluasa
dan tidak ada tapal gigi di otot lidah.
ii. Selaput Lidah
Selaput lidah yang normal tipis, warna putih sampai kuning muda.
Penyebarannya merata di seluruh permukaan lidah.

2. Pendengaran dan penghidu/penciuman


a. Suara yang didengar dari pasien : Batuk (keras atau lemah), bersin-bersin,
suara nafas atau suara lainnya. Suara yang keras menunjukkan ciri yang,
suara lemah ciri yin
b. Bau yang tercium dari pasien: bau keringat, bau mulut, bau air kencing, bau
busuk . Bau yang tajam menunjukkan ciri yang dan bau yang lemah
menunjukkan ciri yin

3. Wawancara
Dalam wawancara yang perlu diketahui adalah:
a. Keluhan
b. Riwayat penyakit
c. Keadaan lingkungan tempat tinggal/ tempat kerja
d. Kebiasaan makan minum (panas, dingin, pedas, manis dll)
e. Obat dan pengobatan yang pernah didapat
f. Kebiasaan dan keadaan buang air besar dan buang air kecil.
g. Keringat banyak atau sedikit
h. Tempat keluhan
i. Khusus untuk wanita : keadaan haid, riwayat kehamilan, mempergunakan
kontrasepsi atau tidak.
j. Khusus anak: imunisasi, riwayat penyakit bawaan, lahir cukup bulan atau
tidak, lahir normal atau perlu tindakan
Wawancara harus dilakukan dengan ramah, sopan, tidak terlalu panjang dan
berulang-ulang, serta tidak menyinggung perasaan pasien (empati).

188
4. Perabaaan
Pada perabaan, 2 hal yang perlu kita lakukan, yaitu:
a. Perabaan Nadi
b. Perabaan daerah nyeri
Pada perabaan daerah nyeri, perlu diperhatikan lokasi nyeri maupun reaksi
akibat perabaan:
1) Nyeri enak tekan : hipofungsi
2) Nyeri semakin nyeri : hiperfungsi

5. Kesimpulan
Kesimpulan akhir adalah hasil dari analisa data pemeriksaan yang akan
digunakan sebagai dasar dalam merencanakan terapi.
Diagnosa akupresur, terdiri dari:
a. Keluhan.
Misalnya sakit di bahu, lutut kaku, dll.
b. Letak keluhan
Di bagian luar tubuh(meridian) atau di bagian dalam tubuh (organ)
c. Sifat / jenis keluhan
Hiperfungsi atau hipofungsi
d. Penyebab keluhan
Penyebab Penyakit Luar, Penyebab Penyakit Dalam atau Penyebab Penyakit
Golongan III

contoh kesimpulan:
Sakit kepala sebelah kiri karena gangguan pada
meridian GB (kandung empedu) bersifat hiperfungsi,
disebabkan oleh penyebab penyakit luar (panas).

PERENCANAAN TINDAKAN

Perencanaan tindakan berfungsi untuk menuntun akupresuris bekerja secara


sistematis dan efektif.
Hal-hal yang akan dilakukan oleh akupresuris dalam merencanakan terapi :
1. Pemilihan alat dan bahan untuk terapi
Umumnya terapi pijat menggunakan jari-jari tangan, namun jika diperlukan boleh
menggunakan alat bantu berupa benda-benda tumpul yang tidak melukai kulit
pasien, seperti terbuat dari kayu, plastik, batu, atau logam.

189
Bahan terapi dapat berupa cream atau minyak urut, seperti.body lotion, minyak
kelapa, minyak zaitun, baby oil dll.
2. Pemilihan titik-titik
Akupresur menggunakan titik-titik akupresur sebagai lokasi pemijatan.
Cara memilih lokasi / titik-titik akupresur dapat dilakukan dengan berbagai cara,
diantaranya:
a. Dengan memilih titik-titik sekitar tempat yang sakit
b. Dengan memilih lokasi tempat yang sakit
c. Dengan memilih titik yang mempunyai indikasi sesuai keluhan
d. Dengan memilih jalur meridian yang terganggu
e. Dengan memilih organ yang sakit

Contoh :
Sakit kepala, dipilih titik-titik :
a. yang ada di kepala sekitar tempat yang sakit
b. tepat di tempat yang sakit
c. titik-titik jauh dari keluhan tetapi bias mempengaruhi penyakitnya
d. meridian yang melalui tempat yang sakit

190
B. PENCATATAN PEMERIKSAAN DAN RENCANA TERAPI
Berikut contoh form pengisian untuk pelayanan akupresur:
FORM PEMERIKSAAN DAN RENCANA TERAPI

Nama : _____________________ Umur : _________________


Alamat : _____________________ Jenis Kelamin : _________________
_____________________ Tgl/ Jam : _________________
Pekerjaan : _____________________ No. Peserta : _________________

I. PENGAMATAN

1. Keadaan kejiwaan
(Shen) .........................................................................................................................................
...........
......................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................

2. Warna wajah dan ekspresi muka


(Se) ..............................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
..

3. Bentuk tubuh dan gerak gerik (Xing Tay)

a. Bentuk tubuh : ................................................................................................


b. Gerak-gerik : ................................................................................................
c. Kulit : ................................................................................................
d. Rambut : ................................................................................................
e. Hidung : ................................................................................................
f. Telinga : ................................................................................................
g. Mata : ................................................................................................
h. Mulut : ................................................................................................
i. Lidah
1) Otot lidah : ................................................................................................
2) Selaput lidah : ................................................................................................

II. PENDENGARAN DAN PENGHIDU/PENCIUMAN

1 Pendengaran : ..........................................................................................................
..........................................................................................................
...............................................................................
2 Penghidu : ..........................................................................................................
..........................................................................................................
...............................................................................

191
192
III. WAWANCARA

HAL-HAL UMUM
1. Keluhan utama : ....................................................................................................
2. Keluhan tambahan : ....................................................................................................
3. Riwayat penyakit : ....................................................................................................
4. Penyebab Penyakit : ....................................................................................................

HAL-HAL KHUSUS
1. Lingkungan tempat kerja : .................................................................................
2. Obat dan pengobatan yang pernah : ........................................................................................
didapat ..........................................................................
3. Kebiasaan makan minum : ........................................................................................
(panas, dingin, pedas, manis, dll) ........................................................................................
...................................................................
4. Kehausan : .................................................................................
5. Keringat : .................................................................................
6. Buang air kecil : .................................................................................
7. Buang air besar : .................................................................................
8. Kebiasaan tidur : .................................................................................
9. Daerah/ tempat keluhan : .................................................................................
10. Khusus wanita : .................................................................................
11. Khusus anak : .................................................................................

12. Lain-lain
...................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................
............................................................................................................................................

IV. PERABAAN

1. Daerah keluhan : ..................................................................................................................


..................................................................................................................
.......................................................................................
2. Titik khusus : ..................................................................................................................
..................................................................................................................
.......................................................................................
3. Nadi : ..................................................................................................................
..................................................................................................................
.......................................................................................

193
V. DIAGNOSA/ KESIMPULAN
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................

VI. PERENCANAAN TINDAKAN


1. Alat/ bahan yang digunakan : ..........................................................................................
..........................................................................................
.....................................................................
2. Titik Akupresur yang dipilih dan : ..........................................................................................
teknik rangsangan ..........................................................................................
..........................................................................................
..........................................................................................
..........................................................................................
..........................................................................................
..........................................................................................
..................................
3. Saran : ..........................................................................................
..........................................................................................
..........................................................................................
..........................................................................................
..........................................................................................
..........................................................................................
..........................................................................................
..................................
4. Jadwal terapi : ..........................................................................................
..........................................................................................
..........................................................................................
..............................................................

Petugas Akupresur,

(......................................................)

194
PETUNJUK PENGISIAN KARTU PEMERIKSAAN
Cara pengisian data khusus adalah sebagai berikut:

I. PENGAMATAN

Keadaan jiwa : diisi dengan semangat yang terbaca pada wajah


pasien,
contoh: lesu, ceria, kurang gairah, tegang dll
Ekspresi muka : diisi dengan sinar yang memancar dari wajah,
seperti:
pucat, segar, suram, kemerahan, kehtitaman,
kekuningan dll

Bentuk tubuh dan gerak-gerik (Xing Tay)


Bentuk tubuh : gemuk,kurus atau normal
Gerak-gerik : misalnya pincang, jalan dengan menyeret sebelah
tungkai
Kulit : diisi dengan kelainan yang tampak pada kulit, seperti:
lembab, kering, benjolan, bercak-bercak merah dll
Rambut : diisi dengan kelainan yang tampak pada rambut,
seperti:
tipis, beruban, kering, rontok dll
Hidung : diisi dengan kelainan yang tampak pada hidung,
seperti: mengeluarkan cairan dll
Telinga : diisi dengan kelainan yang tampak pada telinga,
seperti:
merah, mengeluarkan cairan dll
Mata : diisi dengan kelainan yang tampak pada mata,
seperti :
merah, bengkak, ada selaput putih, berkacamata dll
Mulut : diisi dengan kelainan yang tampak pada mulut
pasien, seperti : kering, sariawan, bibir pecah-
pecah, bibir pucat atau merah dll
Lidah
Otot lidah : diisi dengan kelainan warna pada otot lidah,
seperti :
merah, pucat, berbintik hitam dll

195
Selaput lidah : diisi dengan kelainan warna dan ketebalan selaput
lidah, seperti: putih tebal, kuning tebal, putih tipis
dll

196
II. PENDENGARAN DAN PENGHIDU/ PENCIUMAN

Pendengaran : diisi dengan kelainan suara yang muncul dari pasien yang
menunjukkan kelainan, seperti: suara yang lemah, suara
batuk, nafas memburu, cekutan, sendawa dll
Penghidu : diisi dengan bau yang tercium dari pasien,seperti:
bau keringat, bau nafas, bau urine dll

III. WAWANCARA

HAL-HAL UMUM
Keluhan utama : diisi dengan keluhan yang dirasakan sangat menganggu
pasien pada saat itu, seperti: mual, pusing, nyeri gigi, nyeri
pinggang dll
Keluhan tambahan : Keluhan tambahan:diisi dengan keluhan tambahan dari
pasien atau dari hasil pertanyaan pemeriksa, seperti: susah
tidur, BAB atau BAK terganggu dll
Riwayat penyakit : diisi dengan riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyebab penyakit : diisi dengan penyebab penyakit yang membuat pasien
mengalami gangguan dan lamanya gangguan, seperti:
karena kehujanan (PPL) dan sudah 3 hari.

HAL-HAL KHUSUS
Lingkungan tempat : diisi dengan kondisi lingkungan kerja pasien, seperti:
kerja di pabrik, pasar dll
Obat dan pengobatan : diisi seperti: sudah ke puskesmas minum obat dokter
yang pernah didapat
Kebiasaan makan : diisi dengan suhu dan rasa yang disukai, seperti: suka
minum (panas, dingin, hangat dan rasa manis, suka dingin dan rasa pedas dll
pedas, manis, dll)
Kehausan : diisi kelainannya, seperti haus yang berlebihan
Keringat : diisi kelainannya, seperti keringat berlebihan, suka
keringat dingin
Buang air kecil : diisi kelainannya, seperti: kurang lancar, beser, nyeri dll
Buang air besar : diisi kelainannya, seperti sembelit, diare, berdarah dll
Kebiasaan tidur : diisi kelainannya, seperti susah tidur, mudah mengantuk
dll
Daerah/ tempat keluhan : diisi dengan letak keluhan pada anggota badan, seperti:

197
di kepala, di kaki, di tangan dll
Khusus wanita : Pada wanita diisi kelainan pada menstruasinya, seperti:
menopause, nyeri haid, kehamilan dll.
Khusus anak : Pada anak diisi kelengkapan imunisasinya, riwayat
penyakit berat, seperti step dll
Lain-lain : Di isi keterangan hal-hal khusus lain yang dianggap perlu
untuk membantu pengisian kartu pemeriksaan

IV. PERABAAN

Daerah keluhan : diisi dengan hasil perabaan pada daerah keluhan, seperti:
enak tekan atau nyeri tekan, ada benjolan, ada otot tegang dll
Titik Khusus : diisi dengan titik nyeri yang berhubungan dengan keluhan sakit
Nadi : diisi dengan hasil perabaan nadi pada pasien, terdiri dari cepat
atau lambat menunjukan adanya panas atau dingin, kuat atau
lemah menunjukkan hiperfungsi atau hipofungsi, luar atau dalam
menunjukan di organ atau meridian.
Contoh: kuat cepat di luar artinya jenisnya hiperfungsi, ada panas
di meridian

V. DIAGNOSA/ KESIMPULAN
Diisi dengan kalimat yang menyatakan keluhan, letak penyakit di meridian atau organ,
jenisnya hiperfungsi atau hipofungsi dan penyebab penyakit.
contoh: sakit kepala sebelah kiri, karena gangguan pada meridian GB (kandung
empedu) bersifat hiperfungsi disebabkan oleh penyebab luar.

VI. PERENCANAAN TINDAKAN


Alat/bahan yang : diisi dengan apa yang akan digunakan,
digunakan contoh: menggunakan minyak urut dan alat pijat kayu
Titik akupresur yang : diisi dengan titik akupresur yang dipilih,
dipilih dan teknik contoh: ST36 dikuatkan, CV 12 dilemahkan, PC6
rangsangan dilemahkan dll
Saran : diisi dengan saran untuk pasien, seperti: banyak istirahat,
perbanyak minum, jangan tidur terlalu malam dll
Jadwal terapi : diiisi dengan jadwal yang ditentukan berdasarkan keluhan,
seperti: 2x seminggu, seminggu sekali dll
VII. Referensi :
Buku Pedoman Praktis Akupresur, DEPKES RI, th. 1998
Buku Kesehatan Swadaya, Oka Putu S. , th 2004.
Buku Akupunktur, KSMF Akupunktur RSCM th 2000

198
VIII. Lampiran berupa bahan evaluasi dan lembar kerja
Lembar Penugasan MI.5

Panduan Diskusi Kelompok


Materi Inti 5
TATA LAKSANA TERAPI AKUPRESUR

1. Peserta di bagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 3 sampai
dengan 5 orang.
2. Di setiap kelompok 1 orang peserta berperan sebagai model, yang lainnya
melakukan pemeriksaan dan pengisian “Kartu Data Pasien” yang terdiri dari hasil-
hasil pemeriksaan, kesimpulan pemeriksaan, rencana terapi dan rencana tindakan
akupresur (waktu 60 menit)
3. Setelah selesai tiap kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
4. Peserta lainnya memberi tanggapan, pertanyaan dan klarifikasi
5. Fasilitator merangkum hasil pemeriksaan, kesimpulan pemeriksaan, rencana terapi
dan rencana tindakan akupresur yang benar.

199
MATERI INTI 6
TATALAKSANA KASUS AKUPRESUR PADA MASA COVID-19,UNTUK KESEHATAN
IBU, DAN ANAK, PENYAKIT TIDAK MENULAR, GANGGUAN MENTAL DAN KONDISI /
GANGGUAN KESEHATAN YANG SERING DITEMUKAN SEHARI-HARI

DESKRIPSI SINGKAT :

Tidak semua kasus gangguan kesehatan dapat diatasi dengan akupresur, karena
akupresur tidak membunuh kuman dan juga tidak dapat memperbaiki kecacatan, namun
dapat mengatasi gangguan kesehatan ringan. Modul ini memandu bagaimana mengatasi
gangguan kesehatan ringan yang biasa diderita oleh masyarakat dengan akupresur.

TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan Pembelajaran Umum :

Setelah menyelesaikan materi, peserta mampu melakukan tatalaksana akupresur pada


masa Covid-19, untuk kesehatan ibu dan anak, penyakit tidak menular, gangguan mental
dan kondisi/gangguan kesehatan yang sering ditemukan sehari-hari

A. Tujuan Pembelajaran Khusus :


1. Mempraktikan tatalaksana terapi akupresur pada masa Covid-19,
2. Mempraktikan tatalaksana terapi untuk kesehatan ibu, dan anak,
3. Mempraktikan tatalaksana terapi penyakit tidak menular,
4. Mempraktikan tatalaksana terapi gangguan mental
5. Mempraktikan tatalaksana terapi kondisi/gangguan kesehatan yang sering
ditemukan sehari-hari

I. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN


A. Mempraktikan tatalaksana terapi akupresur pada masa Covid-19
B. Mempraktikan tatalaksana terapi untuk kesehatan ibu, dan anak
1. Meningkatkan nafsu makan anak
2. Meningkatkan produksi ASI
3. Mengurangi mual muntah pada ibu hamil
4. Membantu mempercepat kontraksi uterus pasca melahirkan
C. Mempraktikan pengontrolan komorbid dan faktor resiko Covid -19
1. HT essential primer
2. DM Tipe 2, gula darah sewaktu tidak lebih dari 200 mg%
3. Obesitas

200
4. Henti rokok

D. Mempraktikan tatalaksana terapi gangguan mental, mengontrol masa pemulihan


Covid-19
1. Kecemasan (anxiety)
2. Sulit tidur (insomnia)

E. Mempraktikan tatalaksana terapi Kondisi / gangguan kesehatan yang sering


ditemukan sehari-hari.
1. Nyeri
a) Nyeri kepala sebelah (migrain)
b) Nyeri kepala tipe tegang (tension headache)
c) Nyeri punggung dan pinggang bawah
d) Nyeri lutut
e) Nyeri bahu
f) Nyeri gigi
g) Nyeri haid
h) nyeri otot (myalgia)
2. Pernafasan : batuk, sesak nafas (asthma)
3. Penyakit kulit : urtikaria
4. Memulihkan stamina, kebugaran, pasca perawatan dan pasca operasi
5. Gangguan sistem kemih : ngompol anak
6. Gangguan sistem reproduksi pria : disfungsi ereksi
7. Gangguan sistem pencernaan :
a) Dispepsia
b) Sembelit (konstipasi)

II. BAHAN BELAJAR


Modul, bahan tayang, panduan demonstrasi, dan panduan simulasi.

III. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


Langkah 1 Pengkondisian (10 menit)
1. Fasilitator memperkenalkan diri, kemudian menyampaikan pokok bahasan
pembelajaran serta waktu yang tersedia untuk materi ini
2. Fasilitator menggali pendapat peserta untuk menyampaikan pendapat atau
pengetahuannya tentang Tatalaksana Kasus Akupresur pada masa Covid-19,
kesehatan ibu, dan bayi, Hipertensi esensial, diabetes tipe 2, obesitas, henti rokok,
gangguan mental dan kondisi/gangguan kesehatan yang sering ditemukan sehari-
hari lalu menjelaskan pokok bahasan. Tuliskan pada flipchart agar dapat dibaca
semua orang

201
3. Fasilitator memandu peserta untuk menanggapi sehingga terjadi interaksi yang
dinamis.
Langkah 2 Membahas Pokok Bahasan (360 menit)
1. Fasilitator mulai menjelaskan tatalaksana kasus Akupresur pada masa Covid-19,
kesehatan ibu, dan bayi, Hipertensi esensial, diabetes tipe 2, obesitas, henti rokok,
gangguan mental dan kondisi/gangguan kesehatan yang sering ditemukan sehari-
hari.
2. Fasilitator menjelaskan pengertian titik-titik akupunktur pada masa Covid-19,
kesehatan ibu, dan bayi, Hipertensi esensial, diabetes tipe 2, obesitas, henti rokok,
gangguan mental dan kondisi/gangguan kesehatan yang sering ditemukan sehari-
hari.
3. Fasilitator memberi kesempatan pada peserta untuk menyampaikan pendapat, tanya
jawab dan klarifikasi.
4. Fasilitator menjelaskan perjalanan meridian dan titik akupresur pada 14 meridian
5. Fasilitator menjelaskan mikrosistem daun telinga
6. Fasilitator membagi peserta kelompok. Setiap kelompok menyelesaikan penugasan
yang diberikan oleh fasilitator kemudian melakukan role play dengan menunjukkan
alur meridian dan titik-titik akupresur berdasarkan hasil diskusi kelompok
7. Fasilitator memberi kesempatan pada peserta untuk menyampaikan pendapat, tanya
jawab dan klarifikasi

IV. URAIAN MATERI


A. Paradigma baru tata laksana akupresur di masa Pandemi Covid-19
Akupresur merupakan suatu teknik non invasif yang terbukti aman dan efektif untuk
mengatasi berbagai keluhan serta dapat dilakukan secara asuhan mandiri di rumah.
Tenaga kesehatan yang terlatih dapat mengedukasi pasien untuk melakukan akupresur
sehingga dapat membantu mengatasi gangguan kesehatannya. Dengan pemanfaatan
teknologi informasi tenaga kesehatan dapat memfasilitasi pasien untuk melakukan
akupresur asuhan mandiri di rumah.
Akupresur dapat menjadi terapi tambahan untuk mengatasi keluhan Covid-19 pada
pasien dengan komorbid seperti hipertensi dalam menurunkan tekanan darah sistolik
serta diabetes mellitus tipe 2 dalam menurunkan kadar gula darah sewaktu dan puasa.
Pandemi penyakit menular seperti COVID-19 dapat menyebabkan gejala sisa
psikopatologis yang disebabkan oleh infeksi virus secara langsung pada sistem saraf
pusat (SSP) atau secara tidak langsung melalui respon imun. Interaksi antara sistem
imun dan neurotransmitter mengakibatkan terjadinya kecemasan, gangguan mood dan
psikosis.

202
B. Tata laksana peningkatan kesehatan ibu dan anak:
1. Meningkatkan nafsu makan
1) Titik yang digunakan: ST36, CV12, SP3, SP6, ST25

2) Teknik rangsang: penekanan selama 30 detik pada setiap titik dengan


kekuatan 1/3 ujung distal ibu jari tangan menjadi putih
3) Outcome: meningkatnya nafsu makan
4) Edukasi

203
 Perubahan gaya hidup
 Hindari makanan yang merangsang lambung
 Makanan bervariasi agar tidak bosan
 Istirahat cukup
5) Level of edivence
2A
6) Referensi
Suci rahmawati, Atik Nurhayati, Deded Nugraha. 2018

2. Meningkatkan produksi ASI


1) Titik yang digunakan : SI1, LI4 dan GB20

2) Teknik rangsang : penekanan dilakukan 3 kali sehari selama 5 menit


3) Outcome : peningkatan produksi ASI dan bertambahnya berat badan bayi
4) Edukasi :
- Makan makanan bergizi
- Banyak minum air putih

204
- Istirahat cukup
- Olahraga cukup
- Hindari stress
5) Level of evidence : 1b
6) Referensi : Esfahani M, Sooghe S, et al. Effect of acupressure on milik
valume of breastfeeding mothers referring to selected health care centers in
Tehran. Iran J Nurs Midwivery Res. 2015

3. Mengurangi mual muntah pada ibu hamil (ICD 10: Dispepsia K30)
1) Titik Yang Digunakan
 ST36, PC6 bilateral

2) Teknik Rangsang
 Penekanan selama 30 menit (7,5 menit untuk setiap titik).
3) Outcome
 Numeric Rating Scale (NRS) for Nausea Severity Measurement turun
4 poin
4) Edukasi
 Perubahan gaya hidup
 Hindari makanan yang merangsang
 Istirahat cukup
5) Level of evidence
2A
6) Referensi : NICE 2021, inline dengan perhimpunan kebidanan Inggris.
2021.

4. Membantu mempercepat kontraksi uterus pasca melahirkan

205
1) Titik yang digunakan
 SP 6

2) Teknik rangsang : penekanan selama 30 detik pada setiap titik dengan


kekuatan 1/3 ujung distal ibu jari tangan menjadi putih dapat diulang 3
kali per hari.
3) Outcome: skor VAS menurun, mempercepat kontraksi uterus
4) Edukasi:
- Kontrol teratur
- Jika terjadi perdarahan banyak harap kontrol ke dokter atau bidan
- Menjaga personal hygiene
- Makan makanan bergizi dan seimbang
5) Level of evidence: 3
6) Referensi: Munevver I, Effect of massage and acupressure on relieving
labor pain, reducing labor time, and increasing delivery satisfaction, The
journal of nursing research vol 28 N0.1, 2020.

C. Mempraktikan tatalaksana terapi penyakit tidak menular


1. Hipertensi esensial (ICD 10: I10)
1) Titik Yang Digunakan
 LR3

2) Teknik Rangsang
Penekanan secara perpendikuler (tegak lurus) selama 5 detik, diselingi
istirahat 1 detik. Dilakukan sebanyak 30 kali.
3) Outcome

206
Penurunan 15 – 20 mmHg setelah tindakan selama 15 dan 30 menit
4) Edukasi
 Kontrol ke dokter secara teratur
 Obat anti hipertensi tetap dikonsumsi sesuai anjuran dokter
 Diet rendah garam dan rendah lemak
 Olah raga teratur
 Istirahat cukup
5) Level of evidence
2B
6) Referensi
Lin GH, Chang WC, et al. Effectiveness of Acupressure on the Taichong
Acupoint in Lowering Blood Pressure in Patients with Hypertension: A
Randomized Clinical Trial. DOI: 10.1155/2016/1549658. Oktober 2016.

2. DM Tipe 2 (ICD 10: E14.9)


1) Titik Yang Digunakan
 ST36, LR3, KI3 dan SP6 bilateral

207
2) Teknik Rangsang
 Tiap titik ditekan selama 10 detik, diselingi istirahat 2 detik selama
5 menit.
3) Outcome
 Penurunan kadar gula darah puasa sebesar 20 mg%
 Kadar insulin meningkat 10 mg%
4) Edukasi
 Kontrol ke dokter secara teratur
 Obat anti diabetes tetap dikonsumsi sesuai anjuran dokter
 Diet rendah karbohidrat
 Olah raga teratur
5) Level of evidence: 2B
6) Referensi
Zarvasi A, Jaberi A, et al. Effect of self-acupressure on Fasting Blood Sugar
(FBS) and Insulin Level in Type 2 Diabetic Patients: A Randomized Clinical
Trial. DOI: 10.19082/7155. Agustus 2018.

3. Obesitas (ICD10: E66)


1) Titik Yang Digunakan
 LR3, ST36 dan SP6 bilateral

208
2) Teknik Rangsang
 Penekanan selama 30 kali pada setiap titik
3) Outcome: -
4) Edukasi
 Makan dengan gizi seimbang
 Hindari makanan tidak sehat
 Istirahat cukup
 Olah raga teratur
5) Level of evidence: 4
6) Referensi
http://www.malaymail.com/news/life/2017/three-acupressure -point-for-a-
springtime-boost/1359011.

4. Henti rokok
1) Titik yang digunakan menurut NADA National Acupuncture Detoxification
Association adalah: titik akupresur telinga MA TF1 (Shenmen telinga), MA IC1
(paru), MA SC5 (hati), MA SC (ginjal), MA AH7 (simpatis).

209
2) Teknik rangsang : menggunakan stainless steel press pellet tapes (ear seed),
yang ditempelkan di titik telinga dan dilakukan penekanan selama 10 detik
pada tiap titik, dilakukan 3 kali sehari dan saat menculnya keinganan untuk
merokok. Dalam kondisi sulit mendapatkan alat, dapat dilakukan dengan
menggunakan cotton bud.
3) Outcome : Mood and phsysical symptoms Scale (MPPS) atau keinginan
untuk merokok berkurang 75%.
4) Edukasi :
 Istirahat yang cukup
 Olahraga teratur
 Makan makanan yang bergizi
5) Level of edivence : 4
6) Referensi
Zhang A, Di Y, et al, Ear acupressure for smoking cessation : A randomised
controlled trial, Research artile, 2013

D. Mempraktikan tatalaksana terapi gangguan anxiety


1. Kecemasan (anxiety) (ICD10: F41.9)
1) Titik yang digunakan: EX-HN3 dan HT7

210
2) Teknik rangsang: penekanan pada titik EX-HN3 dan HT7 selama 30 detik
pada setiap titik dengan kekuatan 1/3 ujung distal ibu jari tangan menjadi
putih.
3) Outcome mengurangi keluhan kecemasan, Hospital anxiety and depression
scale HADS), Hamilton depression scale (HAMD).
4) Edukasi:
- Melakukan teknik relaksasi seperti meditasi dan yoga
- Dukungan keluarga dan teman
- Olahraga teratur
- Menghindari kafein, rokok dan minuman beralkohol
5) Level of edivence: 1A
6) Referensi: Au D, Tsang H, Ling P, Efects of acupressure on anxiety A
systematic review and meta analysis

2. Sulit tidur (insomnia) (ICD10: G47.0)


1) Titik Yang Digunakan
 HT7
 Titik Telinga: MA –TF 1 (Shenmen)

211
2) Teknik Rangsang
 Penekanan selama 30 kali pada setiap titik
 Untuk titik di telinga, dilakukan penekanan selama 3 menit. Sebanyak 3 x
per hari.
3) Outcome:
 Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) < 5, menandakan kualitas tidur yang
baik.
4) Edukasi:
 Edukasi sleep hygiene:
- Hindari tidur siang
- Hindari makanan dan minuman yang mengandung kafein, merokok, dan
alkohol sesaat sebelum tidur
- Saat tidur gunakan lampu redup
- Hindari makanan berlebihan sebelum tidur
- Memastikan lingkungan sekitar tenang
5) Level of evidence: 2A
6) Referensi:
 Simoncini M, et al. Acupressure in Insomnia and Others Sleep Disorders
in Elderly Institutionalized Patients Suffering from Alzheimer’s Disease.
Aging Clin Wxp Res. 2015
 Tanumas G, Mihardja H, Srilestrari A, Rooshoeroe AG. Efek Akupunktur
terhadap Perbaikan Skor PSQI pada Pasien Geriatri dengan Insomnia.
2018.

E. Mempraktikan tatalaksana terapi Kondisi/gangguan kesehatan yang sering


ditemukan sehari-hari
1. Nyeri

212
a. Nyeri kepala sebelah (migrain) (ICD10: G43.9)
1) Titik yang digunakan: GB41, GV20, GB20 dan GB21

2) Teknik rangsang: penekanan selama 30 detik pada setiap titik dengan


kekuatan 1/3 ujung distal ibu jari tangan menjadi putih
3) Outcome: VAS turun 2 setelah tindakan
4) Edukasi:

213
- Hindari faktor penyebab seperti perubahan cuaca, stres, cahaya
yang terlalu terang dan kurang istirahat
- Hindari makanan yang mengandung bahan pengawet seperti
monosodium glutamat (MSG) atau pemanis buatan.
- Hindari makanan dan minuman yang mengandung kafein
- Rutin olahraga
5) Level of edivence: 1B
6) Referensi: Wang et al. Eficacy of acupuncture for migraine prophylaxis:
A single-blinded, doubledummy, randomized controlled trial. Pain 12
2011; 1864-1871.

b. Nyeri kepala tipe tegang (tension headache) (ICD10: G44.2)


1) Titik yang digunakan : GV20, GB5, GB20, TE21, BL2

214
2) Tekink rangsang : penekanan selama 30 kali pada setiap titik.
3) Outcome : VAS turun 2 tingkat
4) Edukasi :
 Hindari faktor penyebab seperti perubahan cuaca, stres, cahaya
yang terlalu terang dan kurang istirahat.
 Jika tidak ada perbaikan konsultasi ke dokter.
5) Level of edivence : 2A
6) Referensi:
Li L Hsieh, et al. Effect of Acupressure ang Trigger Points in Treating
Headache: A Randomized Controlled Trial. The American Journal of
Chinese Medicine Vol. 38 No.01 PP. 1-14. 2010

c. Nyeri punggung dan pinggang bawah (ICD10: M54.5)

215
1) Titik Yang Digunakan
• LI4, GB30, GB31 dan GB34 bilateral

2) Teknik Rangsang
Penekanan selama 1 menit (60 kali hitungan) pada tiap titik.
3) Outcome
VAS turun 2,5 tingkat

216
4) Edukasi
• Hindari mengangkat berat
• Posisi duduk yang baik (ergonomis)
• Lakukan peregangan secara teratur
• Olah raga teratur  disamakan kalimatnya
5) Level of evidence
3
6) Referensi
Adams A, Eschman J, et al. Acupressure for Chronic Low Back Pain: A
Single System Study. Department of Physical Therapy, Youngstown
State University, 2017

d. Nyeri lutut (ICD10: M19.9)


1) Titik yang digunakan: ST35, EX-LE2 dan EX-LE4.

2) Teknik rangsang: penekanan dilakukan selama 10 menit


3) Outcome:

217
- VAS turun 2 setelah tindakan
- Range of movement bertambah 30 derajat setelah 12 kali tindakan
akupresur
-
4) Edukasi:
- Hindari faktor penyebab
- Jika ada tanda-tanda peradangan dilutut, konsultasi ke dokter
5) Level of edivence: 3
6) Referensi: Zhang Y, Shen C, Peck K et al. Training Self-Administered
Acupressure Exercise among Postmenopausal Women with Osteoarthritic
Knee Pain: A Feasibility Study and Lessons Learned. Research article.
Hindai Publishing Corporation. 2012.

e. Nyeri bahu
1) Titik yang digunakan: LI15 dan TE14

2) Teknik rangsang: penekanan selama 20 menit


3) Outcome: skor VAS turun 2, perbaikan Range of motion (ROM)
4) Edukasi:
- Melakukan peregangan
- Olahraga teratur
5) Level of edivence: 3

218
6) Referensi: Shin C, Lee. Effects of aromatherapy acupressure on
hemiplegic shoulder pain and motor power in stroke patients: a pilot
study. Altern complement med. 2007.

f. Nyeri gigi (ICD10: Infeksi gigi K04.7)


1) Titik yang digunakan: LI4, SI18, ST6 dan GB21

219
2) Teknik rangsang: penekanan selama 30 detik pada setiap titik dengan
kekuatan 1/3 ujung distal ibu jari tangan menjadi putih
3) Outcome: skor VAS turun 2
4) Edukasi:
- Menjaga kesehatan gigi (oral hygiene)
- Pengobatan gigi bila diperlukan
5) Level of edivence: 2B
6) Referensi: Grillo C, Wada R, Sousa M. Acupuncture in the Management
of Acute Dental Pain. J Acupunct meridian stud. 2014.

g. Nyeri haid
1) Titik yang digunakan : SP6 dan SP8

220
2) Teknik rangsang: penekanan dengan ibu jari selama 20 menit untuk
kedua kaki, akupresur dilakukan dilakukan 1x sehari selama 3 hari
pertama sikus haid.
3) Outcome : skor VAS turun 2
4) Edukasi :
 Olahraga teratur
 Istirahat yang cukup
 Makan makanan bergizi
5) Level of edivence : 3
6) Referensi : The effect of acupressure on severity primary dysmenorrhea,
Garloghi S, Torkzahrani S, Doi: 10.2147/PPA.S27127, 2012.

h. Nyeri otot (myalgia) (ICD10: M79.1)


1) Titik yang digunakan:
a) Secara umum adalah: LI4 dan LR3
b) Nyeri otot betis: BL57
c) Nyeri otot bahu: LI15 dan TE14
d) Nyeri pinggang: BL23

221
2) Teknik rangsang: penekanan selama 30 detik pada setiap titik dengan
kekuatan 1/3 ujung distal ibu jari tangan menjadi putih
3) Outcome: VAS turun 2
4) Edukasi:
- Peregangan secara teratur
- Olahraga teratur
- Hindari aktivitas fisik yang berlebihan
5) Level of evidence: 4
6) Referensi: Kurmod akupresur 2018, Kemenkes

222
2. Pernafasan : sesak nafas (long case), batuk (umum) (ICD10: sesak R06.0)
1) Titik Yang Digunakan
• LU1, BL13, BL14, LU10, PC6 bilateral, dan CV12

223
2) Teknik Rangsang
Didahului relaksasi di leher dan bahu 3 menit, kemudian pressing dan
sirkuler tiap titik selama 3 menit.
3) Outcome
Penilaian menggunakan visual analogue scale dyspnea score
(Martinez et al 2000)
4) Edukasi
• Menghindari faktor penyebab
• Tidak merokok
• Menjaga berat badan tetap ideal
• Rutin olahraga

5) Level of evidence: 2B

6) Referensi
Saadawy, D. Effect of Acupressure on Dyspnea and Fatigue among
Patients with Chronic Obstructive Pulmonary Disease. Journal of
Education and Practice, Vol.4, No.22, 2013.

3. Penyakit kulit : urtikaria


1) Titik Yang Digunakan
• LI11, SP10, SP6, ST36

224
2) Teknik Rangsang
Penekanan selama 30 detik pada setiap titik dengan kekuatan 1/3
ujung distal ibu jari tangan menjadi putih
3) Outcome
VAS gatal turun 2 tingkat.
4) Edukasi:
• Hindari paparan terhadap alergen yang telah diketahui
• Hindari terpapar langsung dengan alergen (contoh: stimulan fisik
dan kimia)

225
• Perhatikan kadaluarsa dari makanan dan minuman yang
dikonsumsi
• Hindari binatang peliharaan
• Sedapat mungkin menggunakan penyejuk ruangan (AC)
5) Level of evidence
3A
6) Referensi:
Chen C, Yu H, et al, Acupuncture Treatment of Urticaria, Arc
Dermatol,doi: 10,1001/Arch derm.134.11.1397, 1998

4. Memulihkan stamina, kebugaran, pasca perawatan dan pasca operasi


1) Titik yang digunakan: ST36, LI4, GB39, LR3, SP6, LI10

226
2) Teknik rangsang: penekanan sebanyak 30 kali
penekanan selama 30 detik pada setiap titik dengan kekuatan 1/3 ujung
distal ibu jari tangan menjadi putih
3) Outcome: memperbaiki quality of life
4) Edukasi:
- Istirahat yang cukup
- Makan makanan bergizi seimbang
- Olahraga teratur
5) Level of edivence: 4
6) Referensi: kurmod akupresur 2018 kemkes

5. Gangguan sistem kemih : ngompol (anak dan lansia)


1) Titik yang digunakan: SP6

227
2) Teknik rangsang: penekanan selama 30 detik pada setiap titik dengan
kekuatan 1/3 ujung distal ibu jari tangan menjadi putih
3) Outcome: frekuensi buang air kecil berkurang
4) Edukasi:
- Toilet training
- Minum air putih cukup
- Menghindari minum kopi, soda dan alkohol
5) Level of edivence: 3
6) Referensi: Lucas et al. Guidelines on urunary incontinence. European
association of urology 013:48-49.

6. Gangguan sistem reproduksi pria : disfungsi ereksi
1) Titik yang digunakan: CV2, ST30, GV1

228
GV1

GV1
2) Teknik rangsang: penekanan selama 30 menit
3) Outcome:
 International score disfungsi erection
 Minimal dapat melakukan hubungan seksual
4) Edukasi:
- Melakukan senam kegel
- Turunkan berat badan
- Hindari merokok dan minum alkohol
- Kurangi stress dan istirahat cukup
5) Level of edivence: 3
6) Referensi
Engelhardt et al. Acupuncture in teh treatment of psychogenic erectile
dysfunction: first result of a perspective randomized placebocontrolled
study. International Journal of impotence Research (2003) 15. 343-346.

7. Gangguan sistem pencernaan :


a. Dispepsia (ICD10: K30)
1) Titik yang digunakan: ST36 dan SP3

229
2) Teknik rangsang:
Penekanan pada ST36 dan SP3 selama 30 menit bilateral
3) Outcome: penurunan skor NRS untuk nausea
4) Edukasi :
- Makan teratur sesuai jadwal
- Makan makanan yang bergizi seimbang
- Istirahat cukup
- Olahraga teratur
5) Level of edivence: 3b
6) Referensi: Octaviani R, Achiriyati D. Acupressure On zusanli (ST36)
and Taibai (SP3) in Reducing Nausea for Patients With Dyspepsia at
banyumas Hospital. Nurse media journal of Nursing. 2014.

b. Sembelit (konstipasi)
1) Titik yang digunakan: LI4, LR3, ST36, SP15 dan CV6

230
2) Teknik rangsang: penekanan selama 1 menit pada masing-masing titik
3) Outcome: frekuensi buang air besar bertambah
4) Edukasi:
- Minum air putih yang cukup (2 liter perhari)
- Perbanyak makan serat (sayur dan buah)
- Olahraga teratur
- Tidur yang cukup
5) Level of edivence: 3
6) Referensi: Abbasi P, Mojalli M et al. Effect of acupressure on
constipation in patients undergoing hemodialysis: A randomized
double-blind controlled clinical trial. Avicenna journal of phytomedicine.
2019.

231
Lembar Penugasan MI.6

Panduan Praktik

Materi Inti 6

TATA LAKSANA KASUS AKUPRESUR

1. Peserta dibagi menjadi berpasangan


2. Masing-masing pasangan berperan sebagai model dan terapis
3. Peran terapis melakukan pemijatan terhadap model sesuai dengan kasus, secara
bergantian, mengikuti arahan fasilitator
4. Fasilitator menunjukkan cara melakukan akupresur untuk mengatasi kasus-kasus
gangguan kesehatan sesuai modul
5. Peserta menyampaikan tanggapan terhadap hasil pemijatan

232
SIMULASI

TATALAKSANA ALUR PELAYANAN AKUPRESUR DI PUSKESMAS

1. Peserta dibagi ke dalam kelompok masing-masing 4 orang


2. Peserta berperan sebagai:
a. Pasien
b. Petugas loket pendaftaran
c. Dokter Puskesmas
d. Petugas akupresur
3. Skenario:
Pasien datang ke Puskesmas untuk mendaftar ke petugas loket. Dokter memeriksa
pasien berdasarkan diagnosa kedokteran barat (Pilihan kasus berdasarkan hasil undian
dari fasilitator). Kemudian, dokter mengarahkan pasien ke poliklinik alternatif
komplementer. Petugas akupresur melakukan terapi kepada pasien.

4. Masing-masing kelompok mendiskusikan tatalaksana pelayanan akupresur yang akan


disimulasikan
5. Setiap kelompok memerankan tatalaksana alur pelayanan akupresur di puskesmas
sesuai dengan peran setiap peserta yang telah ditentukan
6. Peserta yang lain mengamati dan memberi komentar
7. Fasilitator menyampaikan kesimpulan

233
MATERI PENUNJANG 1

MEMBANGUN KOMITMEN PEMBELAJARAN


(BUILDING LEARNING COMMITMENT)

I. DESKRIPSI SINGKAT
Dalam suatu pelatihan tatap muka, terutama pelatihan dalam kelas(in class
training), dimana bertemu sekelompok orang yang terdiri dari trainer/fasilitator, panitia
dan peserta latih belum saling mengenal sebelumnya,berasal dari tempat yang
berbeda,dengan latar belakang sosial budaya, pendidikan/pengetahuan, pengalaman,
serta sikap dan perilaku yang berbeda pula. Apabila hal ini tidak diantisipasi sejak awal
pelatihan kemungkinan akan mengganggu kesiapan peserta dalam memasuki proses
pelatihan yang bisa berakibat pada kelancaran proses pembalajaran selanjutnya.
BLC pada suatu pelatihan sangatlah penting karena BLC adalah proses
mempersiapkan peserta mengikuti proses pembelajaran secara individual,kelompok
maupun menyeluruh dan mengubah diri kearah yang positif, meliputi intelektual dan
emosional.
Mengelola pelatihan orang dewasa dapat dikatakan gampang-gampang sulit.
Betapa tidak. Orang dewasa secara emperis sudah menguasai konsep atau pengetahuan
dengan caranya sendiri terlepas dari benar dan salah. Bahkan sekalipun salah biasanya
diyakini dengan ngotot bahwa itu yang paling baik dan benar. Mereka protek diri dan sulit
menerima hal baru dari luar. Oleh karena itu perlu strategi khusus untuk membuka dan
membuat orang dewasa welcome atau care dengan informasi baru.
Pada awal memasuki suatu pelatihan, sering para peserta menunjukkan suasana
kebekuan (freezing), karena berbagai hal dimana salah satunya adalah belum tentu
pelatihan yang diikuti merupakan pilihan pribadinya. Mungkin saja kehadirannya di
pelatihan karena terpaksa, menuruti perintah atasan atau tidak ada lagi calon lainnya,
dan ini sering terjadi pada pelatihan bagi pegawai institusi pemerintah. Mungkin juga
terjadi, pada saat pertama hadir sudah memiliki angapan merasa sudah tahu semua yang
akan dipelajari atau membayangkan kejenuhan yang akan dihadapi.
Untuk mengantisipasi semua itu, perlu dilakukan suatu proses pencairan
(unfreezing) diantara semua komponen yang terlibat didalam pelatihan tersebut untuk
mencoba menghilangkan hambatan hambatan yang sudah disebutkan diatas tadi.
Sebagai salah satu solusi yang diusulkan untuk mengatasi hal tersebut diatas
adalah membangun komitmen pembelajaran yang biasa disingkat dalam terminology
BLC. Membangun Komitmen Belajar (BLC) adalah salah satu metode atau proses untuk
mencairkan kebekuan tersebut. BLC bukan team building ataupun dinamika kelompok,
akan tetapi merupakan bagian kecil ataupun dapat disebutkan sebagai entry point dari
kedua proses tersebut.
BLC juga mengajak peserta mampu mengemukakan harapan harapan mereka
dalam pelatihan ini, serta merumuskan nilai nilai dan norma yang kemudian disepakati
bersama untuk dipatuhi selama proses pembelajaran. Jadi inti dari BLC juga adalah
terbangunnya komitmen dari semua peserta untuk berperan serta dalam mencapai
harapan dan tujuan pelatihan, serta mentaati norma yang dibangun berdasarkan
pembauran nilai nilai yang dianut dan disepakati. Proses BLC adalah proses melalui
tahapan dari mulai saling mengenal antar pribadi, mengidentifikasi dan merumuskan

234
harapan dari pelatihan ini, sampai terbentuknya norma kelas yang disepakati bersama
serta kontrol kolektifnya.
Pada proses BLC setiap peserta harus berpartisipasi aktif dan dinamis.
Keberhasilan atau ketidak berhasilan proses BLC akan berpengaruh pada proses
pembelajaran selanjutnya. Metode yang digunakan games/permainan, diskusi kelompok
dan pleno.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu membangun suasana belajar yang kondusif
dan membuat kesepakatan belajar.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu:
1. Mengenal sesama peserta, fasilitator, dan penyelenggara
2. Mengidentifikasi harapan terhadap pelatihan
3. Membuat kesepakatan nilai, norma, dan kontrol kolektif
4. Membuat kesepakatan organisasi dalam kelas

III. POKOK BAHASAN dan SUB POKOK BAHASAN


Pokok Bahasan 1. Perkenalan.
Pokok Bahasan 2. Pencairan.
Pokok Bahasan 3. Harapan kelas, kekhawatiran mencapai harapan dan komitmen
menjadi normakelas .
Pokok Bahasan 4. Kontrol kolektif.

IV. LANGKAH LANGKAH/PROSES PEMBELAJARAN

Langkah 1.Perkenalan (20 menit)


 Memperkenalkan diri dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
 Mengajak peserta untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
 Memandu peserta untuk proses perkenalan dengan metode : games

Langkah 2.Pencairan (20 menit)


 Fasilitator menyiapkan kursi sejumlah peserta dan disusun melingkar.
 Fasilitator meminta semua peserta duduk dikursi dan satu diantaranya duduk ditengah
lingkaran.
 Peserta yang duduk di tengah lingkaran diminta memberi aba-aba,agar peserta yang
disebut identitasnya pindah duduk,misalnya dengan menyeru:”Semua peserta berbaju
merah pindah”Pada keadaan tersebut akan terjadi pertukaran tempat duduk dan
saling berebut. Hal tersebut menggambarkan suasana “storming”, atau seperti “badai”
yang merupakan tahap awal dari suatu pembentukan kelompok.
 Ulangi lagi, setiap peserta yang duduk di tengah lingkaran untuk menyerukan identitas
yang berbeda, misalnya peserta yang berkaca mata atau yang berbaju batik dan lain-
lain. Lakukan permainan tersebut selama 10 menit.
 Fasilitator memandu peserta untuk merefleksikan perasaannya dalam permainan
tersebut serta pengalaman belajar apa yang diperolehnya.
 Fasilitator membuat rangkuman bersama-sama peserta,agar terjadi proses yang
dinamis.

235
Langkah 3.Merumuskan harapan terhadap pelatihan dan norma yang disepakati.
(20 menit)
 Fasilitator membagi peserta dalam kelompok kecil @ 5-6 orang,kemudian
menjelaskan penugasan kelompok yaitu :
 Masing-masing kelompok menentukan harapan terhadap pelatihan ini serta
kekhawatiran dalam mencapai harapan tersebut. Mula-mula secara individu,
kemudian hasil setiap individu dibahas dan dilakukan kesepakatan sehingga menjadi
harapan kelompok.
 Setiap kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Peserta lainnya
diminta untuk memberikan tanggapan dan masukan.
 Fasilitator memandu peserta untuk membahas harapan dan kekhawatiran dari setiap
kelompok tersebut sehingga menjadi harapan kelas yang disepakati bersama.
 Berdasarkan harapan kelas yang telah disepakati kemudian fasilitator memandu
peserta untuk merumuskan norma kelas yang disepakati bersama. Peserta difasilitasi
sedemikian rupa agar semua berperan aktif dan memberikan komitmennya untuk
metaati norma kelas tersebut.

Langkah 4.Menentukan Kontrol Kolektif (20 menit)


 Fasilitator memandu brainstorming tentang sanksi apa yang harus diberlakukan bagi
orang yang tidak mematuhi atau melanggar norma yang telah disepakati. Tuliskan
hasil brainstorming dipapan flipchart agar bisa dibaca oleh semua peserta. Peserta
difasilitasi sedemikian rupa sehingga aktif dalam melakukan brainstorming.
 Fasilitator memandu membahas hasil brainstorming,sehingga dapat dirumuskan
sanksi yang disepakati kelas.
 Fasilitator meminta salah seorang peserta untuk menuliskan dengan jelas rumusan
sanksi yang telah disepakati tersebut pada kertas flipchart serta menempelnya
didinding agar bisa dibaca dan dipergunakan sebagaimana mestinya.

Langkah 5.Penutupan sesi (10 menit)


 Fasilitator memandu peserta membuat rangkuman dari semua proses dan hasil
pembelajaran selama sesi ini.
 Fasilitator memberi ulasan singkat tentang materi yang terkait dengan BLC.
 Fasilitator meminta peserta untuk berdiri membentuk lingkaran sambil berpegangan
tangan,dan mengucapkan ikrar bersama untuk mencapai harapan kelas dan
mematuhi norma yang telah disepakati.
 Mengakhiri sesi dengan tepuk tangan bersama.
 Fasilitator mengucapkan salam dan mengajak semua peserta saling bersalaman.

VI. URAIAN MATERI

Dalam sesi BLC, lebih banyak menggunakan metode games/permainan,penugasan


individu dan diskusi kelompok.Hanya di akhir sesi ada ulasan singkat tentang materi
yang terkait dengan BLC.

Komitmen
Adalah keterikatan,keterpanggilan seseorang terhadap apa yang dijanjikan atau yang
menjadi tujuan dirinya atau kelompoknya yang telah disepakati dan terdorong berupaya
sekuat tenaga untuk mengaktualisasinya dengan berbagai macam cara yang
baik,efektif dan efisien.
Komitmen belajar/pembelajaranadalah keterpanggilan seseorang/kelompok/kelas
(peserta pelatihan) untuk berupaya dengan penuh kesungguhan mengaktualisasikan

236
apa yang menjadi tujuan pelatihan/pembelajaran. Keadaan ini sangat menguntungkan
dalam mencapai keberhasilan individu/kelompok/kelas, karena dalam diri setiap orang
yang memiliki komitmen tersebut akan terjadi niat baik dan tulus untuk memberikan
yang terbaik kepada individu lain, kelompok dan kelas secara keseluruhan.
Dengan terbangunnya BLC, juga akan mendukung terwujudnya saling percaya, saling
kerja sama, saling membantu, saling memberi dan menerima, sehingga tercipta
suasana/ lingkungan pembelajaran yang kondusif

Harapan
Adalah kehendak/keinginan untuk memperoleh atau mencapai sesuatu. Dalam
pelatihan berarti keinginan untuk memperoleh atau mencapai tujuan yang dinginkan
sebagai hasil proses pembelajaran.
Dalam menentukan harapan harus realistis dan rasional sehingga kemungkinan untuk
mencapainya besar. Harapan jangan terlalu tinggi dan jangan terlalu rendah.
Harapan juga harus menimbulkan tantangan atau dorongan untuk mencapainya, dan
bukan sesuatu yang diucapkan secara asal asalan. Dengan demikian dinamika
pembelajaran akan terus terpelihara sampai akhir proses.

Norma
Merupakan nilai yang diyakini oleh suatu kelompok atau masyarakat, kemudian menjadi
kebiasaan serta dipatuhi sebagai patokan dalam perilaku kehidupan sehari hari
kelompok/masyarakat tersebut. Norma adalah gagasan, kepercayaan tentang kegiatan,
instruksi, perilaku yang seharusnya dipatuhi oleh suatu kelompok.
Norma dalam suatu pelatihan, adalah gagasan, kepercayaan tentang kegiatan, instruksi,
perilaku yang diterima oleh kelompok pelatihan, untuk dipatuhi oleh semua anggota
kelompok(peserta, pelatih/ fasilitator dan panitia).

Kontrol Kolektif
Merupakan kesepakatan bersama tentang memelihara agar kesepakatan terhadap
norma kelas ditaati. Biasanya ditentukan dalam bentuk sanksi apa yang harus
diberlakukan apabila norma tidak ditaati atau dilanggar

VII.REFERENSI DAN BAHAN BELAJAR

1. David W.Johnson, Frank P. Johnson, PT Indeks Jakarta, 2012 Dinamika Kelompok


Teori dan Keterampilan.
2. Departemen Kesehatan RI, 2006. Modul TOT Pelatihan Pengelola Program
Kesehatan Indera Pendengaran.
3. Departemen Kesehatan RI, 2005. Modul TOT Pelatihan Pengelola Program
Kesehatan Indera Penglihatan.
4. Pusdiklat Departemen Kesehatan RI, 2001. Membangun Komitmen Belajar.
5. Lembar petunjuk penugasan

VIII. LAMPIRAN
- Lembar Kerja

237
LAMPIRAN

Lembar Kerja 1

Menentukan Harapan Pembelajaran dan kekhawatiran untuk mencapai harapan tersebut.

Tahap 1: Menentukan harapan kelompok dan kekhawatiran mencapai harapan.

1. Peserta dibagi dalam kelompok kecil @ 5-8 orang.


2. Mula mula peserta bekerja secara individu. Secara sendiri sendiri setiap peserta
mengidentifikasi apa yang menjadi harapannya terhadap pelatihan ini. Tuliskan pada
kertas catatan masing masing 3 harapan yang menjadi prioritas. Tuliskan juga
kekhawatiran untuk mencapai harapan
3. Kemudian diskusikan harapan masing-masing peserta dalam kelompok dipandu oleh
ketua kelompok.
4. Dengan metode brainstorming setiap peserta menyampaikan pendapatnya tentang
usulan harapan kelompok berdasarkan hasil renungan dan analisis dari harapan
harapan semua anggota kelompok.
5. Kelompok diharapkan dapat menentukan harapan kelompok dan kekhawatiran
sebagai hasil kesepakatan bersama. Setiap kelompok menentukan 3 harapan yang
menjadi prioritas kelompok.
6. Tuliskan harapan kelompok dan kekhawatiran pada kertas flipchart.
Tahap 2: Menentukan harapan kelas.

1. Setiap kelompok mempresentasikan harapan dan kekhawatiran kelompoknya.


2. Fasilitator memandu brainstorming untuk menentukan harapan kelas berdasarkan
hasil analisis dari semua harapan kelompok dan kekhawatirannya.
3. Buat kesepakatan kelas untuk menentukan 5 harapan yang menjadi prioritas kelas
serta kekhawatiran mencapai harapan.
4. Tuliskan hasilnya pada kertas flipchart.

Hasil pada setiap kelompok

Harapan Kekhawatiran Harapan Kekhawatiran


individu kelompok
Individu kelompok

238
Hasil kelas

Harapan kelompok Harapan kelas

Kelompok 1.

Kelompok 2.

Kelompok 3.

Kelompok 4.

Tahap 3. Menentukan norma kelas

Dalam menentukan norma kelas,peserta difasilitasi untuk melakukan brainstorming.


Fasilitasi dapat dilakukan oleh fasilitator atau diplih salah seorang dari peserta untuk
memandu kelas.

1. Setiap peserta diminta mengemukakan pendapatnya tentang norma kelas


berdasarkan harapan kelas yang sudah disepakati (norma untuk mencapai harapan
kelas)
2. Tuliskan pendapat peserta pada kertas flipchart agar terbaca oleh semua orang.
Dapat juga diminta salah seorang peserta mengetik di komputer dan ditayangkan.
3. Pendapat peserta tidak boleh dikomentari dahulu.
4. Setelah semua pendapat peserta tertulis, kemudian dikompilasi/dipilah, yaitu
pendapat yang serupa digabung jadi satu.
5. Hasil penggabungan kemudian dibahas, sehingga menjadi beberapa butir norma.
6. Buatlah kesepakatan bersama dan menjadikannya sebagai norma kelas yang harus
ditaati.
7. Tuliskan norma kelas yang sudah disepakati pada kertas flipchart dan tempelkan di
dinding agar dapat dibaca semua orang.

239
Norma Kelas yang disepakati

Norma yang disepakati



Lembar Kerja 2. Menentukan Kontrol Kolektif

1. Peserta kembali ke dalam kelompok kecil


2. Norma yang di sepakati dibahas untuk ditentukan apa kontrol kolektif apabila ada
yang tidak mentaati norma kelas
3. Hasil kelompok kemudian di presentasikan
4. Fasilitator memandu peserta untuk menentukan kontrol kolektif yang disepakati
bersama (kelas). Tuliskan hasil kesepakatan kontrol kolektif pada kertas flipchart.

Norma
Kontrol Kolektif

Hasil kelompok




Kontrol Kolektif

Hasil kesepakatan
kelas


240
MATERI PENUNJANG 2

RENCANA TINDAK LANJUT (RTL)

I. DESKRIPSI SINGKAT
Secara makro bahwa proses pembelajaran dikelas adalah langkah awal dalam
memperoleh kompetensi pengetahuan, sikap, perilaku dan psikomotor terkait dengan
substansi materi diklat.Kemudian langkah berikutnya upaya menerapkan kompetensi
tersebut ditempat kerja peserta latih. Seluruh kompetensi yang diperoleh dalam dalam
kelas akan mubazir jika tidak diimplementasikan di tempat kerja. Segera setelah peserta
latih tiba di instansi asal, mereka dibebani tugas dan tanggungjawab yang tertunda
selama meninggalkan pelatihan, lalu kemudian, mereka sibuk mengerjakan tugas
tersebut. Sementara berkas-berkas pelatihan mungkin saja terabaikan dan bisa jadi
terlupakan.
Untuk mengantisipasi kemunginan terjadinya masalah tersebut, rencana tindak lanjut
(RTL) perlu disiapkan sebagai salah satu materi pelatihan penunjang, sehingga
mempunyai dampak positif bagi peningkatan metode kerja dan ethos kerja mantan
peserta latih untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi. Selanjutnya dampak ini
diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan ditanah air kita.
RTL berupa rumusan (item-item) rencana kegiatan terkait pelatihan yang harus
dirancang diakhir pembelajaran, sehingga peserta latih menyadari bahwa masih ada
tugas tambahan yang harus dikerjakan setelah bertugas kembali ditempat kerjanya.
Rencana kegiatan paska pelatihan harus dirumuskan secara seksana, dengan
mempertimbangkan kesiapan sarana prasarana, sdm dan biaya ditempat tugas serta
metode pendekatan yang perlu ditempuh agar rumusan RTL dapat direalisir sebagamana
mestinya .
Masing-masing jenis kegitan dalam RTLdijabarkan kedalam variabel tujuan,
sasaran, cara melaksanakan, tempat dan waktu, pelaksana, sumber biaya dan indokator
keberhasilan sehingga terlihat suatu perencanaan yang selektif, perioritas dan realistis

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti sesi ini, peserta latih mampu menyusun rencana tindak lanjut
setelah mengikuti pelatihan.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu :
1. Menjelaskan konsep RTL
2. Menjelaskan komponen RTL
3. Menyusun RTL paska pelatihan.

III. POKOK BAHASAN


A. Konsep RTL: a. Pengertian RTL
b. Tujuan RTL
c. Ciri-ciri RTL
B. Ruang lingkup RTL

241
C. Cara penyusunan RTL

IV. BAHAN BELAJAR


1. BPP-SDM Kesehatan ; Rencana Tindak Lanjut ; Modul TOT NAPZA, Pusdiklat SDM
Kesehatan ; Jakarta ; 2009
2. Ditjen PP & PL, Depkes RI ; Rencana Tindak Lanjut, Kurmod Surveilance ; Subdit
Surveilans ; Jakarta ; 2008
3. Depkes RI ; Modul – 1, Perencanaan Pengendalian Penyakit Kanker ; Direktorat
PTM ; Jakarta ; 2007
4. Indonesian-Australian Spesialist Project (IA-STP) ; Metode Pelatihan Bagi Tenaga
Pelatih, Rencana Aksi ; Jakarta ; 2010
5. Instrumen tentang perumusan RTL pada saat Pelatihan
6. Instrumen tentang penyusunan RTL resmi paska pelatihan

V. LANGKAH-LANGKAH/ PROSES PEMBELAJARAN


Pokok bahasan akan dikemukakan secara runtut oleh fasilitator kepada peserta
pelatihan. Di lain pihak peserta latih akan mendengar, mencatat dan mengikuti arahan
dan petunjuk fasilitator. Secara rinci proses pembelajaran ini dikemukakan sesuai
langkah-langkah sebagai berikut :
Langkah 1
1. Kegiatan fasilitator
b. Kegiatan bina situasi kelas
- Memperkenalkan diri
- Menyampaikan ruang lingkup bahasan

2. Menanyakandan menggali pendapat peserta latih tentang pengertian mereka tentang


Konsep RTL:
a. Pengertian RT
b. Tujuan RTL
c. Ciri-ciri RTL
Ruang lingkup RTL
Cara penyusunan RTL

3. Kegiatan peserta
c. Mempersiapkan diri dan alat tulis menulis yang diperlukan
d. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator
e. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting

Langkah 2
1. Kegiatan fasilitator
d. Penyampaian materi sub pokok bahasan-1, tentang pengertian RTL secara
umum, dan menjelaskan rencana-rencana kegiatan paska pelatihan.
e. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang
kurang jelas
f. Menjawab pertanyaan yang diajukan peserta

2. Kegiatan peserta

242
d. Mengajukan pertanyaan yang diminta fasilitator sesuai dengan kesempatan
yang diberikan.
e. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator
f. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang penting.

Langkah 3
1. Kegiatan Fasilitator
a. Menjelaskan materi sub pokok bahasan-2, tentang “ Tujuan Penyusunan RTL“
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang
kurang jelas.

2. Kegiatan peserta
a. Mengajukan pertanyaan yang diminta fasilitator sesuai dengan kesempatan
yang diberikan
b. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang penting

Langkah 4
1. Kegiatan Fasilitor.
a. Menjelaskan materi sub pokok bahasan-3, tentang “ Ciri-ciri yang harus dimiliki
RTL“
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang
kurang jelas.

2. Kegiatan peserta.
a. Mengajukan pertanyaan yang diminta fasilitator sesuai dengan kesempatan
yang diberikan
b. Mendengar, mencatat dan bertanya tentang hal-hal yang kurang jelas.

Langkah 5
1. Kegiatan Fasilitator
a. Menjelaskan materi sub pokok bahasan–4, tentang “ Ruang lingkup RTL“
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang
kurang jelas.

2. Kegiatan peserta
a. Mengajukan pertanyaan sesuai dengan kesempatan yang diberikan
b. Mendengar, mencatat dan bertanya tentang hal-hal yang kurang jelas

Langkah 6
1. Kegiatan Fasilitator
a. Menjelaskan materi sub pokok bahasan-5, tentang “Cara penyusunan RTL“,
dan menjelaskan perbedaan rumusan RTL kelompok di kelas dengan RTL resmi
paska pelatihan.
b. Meminta kelas untuk membentuk kelompok, jumlah kelompok sesuai dengan
asal jumlah propinsi atau instansi sejenis, serta memilih ketua, sekretaris dan
penyaji.

243
c. Meminta masing-masing kelompok merumuskan RTL yang mengacu pada
variable RTL yang diberikan serta menuliskan hasil-hasil diskusi kelompoknya
kedalam flipchart atau dengan laptop
d. Memberikan bimbingan tentang jalannya proses diskusi

2. Kegiatan peserta.
a. Membentuk kelompok diskusi, memilih ketua, sekretaris dan penyaji serta
melakukan diskusi sesuai dengan bimbingan fasilitator.
b. Mendengar, mencatat dan bertanya tentang hal-hal yang kurang jelas
c. Menyusun hasil-hasil diskusi ke dalam flipchart atau laptop.
d. Mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang penting.

Langkah 7
Penutup
1. Kegiatan fasilitator
d. Menutup acara pemberian sesi dengan ucapan penghargaan atas waktu dan
perhatian yang telah diberikan selama sesi penyampaian materi berlangsung,
e. Mengucapkan permohonan maaf jika terdapat sesuatu yang tidak berkenan
selama proses pembelajaran.
f. Mengucapkan salam penutup sesi

2. Kegiatan peserta.
c. Memberi sahutan atas ucapan salam fasilitator
d. Memberikan komentar tertulis tentang jalannya penyampaian materi oleh
narasumber dalam selembar kertas

VI. URAIAN MATERI


Rencana tindak lanjut (RTL) menjadi materi penunjang dalam suatu pelatihan, dan
disampaikan diakhir sesi pembelajaran. Materi ini sangat penting, untuk merefleksikan
kembali kompetensi diklat yang diperoleh dikelas ditempat kerja. Pada saat dikelas (sesi
terakhir), RTL dipersiapkan dalam bentuk rumusan format standar, lalu setelah tiba
ditempat tugas. RTL disusun sendiri oleh mantan peserta latih sebagai dokumen resmi
yang akan dilaporkan kepada atasan mantan peserta latih.

A. Pengertian RTL
Pada Diklat Indonesian Australian-Specialist Training Project, 2010 (IA-STP) istilah
rencana tindak lanjut disebut rencana aksi, yakni suatu rencana mantan peserta latih
ditempat tugas tentang kegiatan apa saja yang akan dilakukan dalam hubungannya
penerapan kompetensi yang diperoleh dari pelatihan. Kompetensi pelatihan berupa
kemampuan bidang pengetahuan. sikap dan perilaku serta psikomotor sangat
diharapkan dapat diimplementasikan ditempat kerja sehingga memberi manfaat bagi
instansi peserta latih. Rencana kegiatan RTL dapat mencakup antara lain:
a. Sosialisasi terhadap teman sekerja, atasan dan atau instansi mantan peserta
latih untuk menjadi pemahaman dan pertimbangan dalam merencanakan
penerapan kompetensi materi pelatihan ditempat kerjanya.

244
b. Penerapan kompetensi materi pelatihan berupa pengetahuan, sikap dan perilaku
serta psikomotor pada metode atau prosedur kerja terkait tugas pokok dan
fungsi mantan peserta latih.
c. Perencanaan pengadaan sarana penunjang yang dibutuhkan dalam
merealisasikan penerapan kompetensi pelatihan baik berupa ruangan kerja,
perangkat keras seperti komputer dan laptop maupun perangkat lunak
pendukungnya serta instrumen lain yang diperlukan.
d. Perencanaan pelatihan sejenis untuk menambah tenaga dengan kompetensi
sejenis sehingga jumlah penyandang kompetensi lebih banyak dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsi di instansi mantan peserta latih.

Perumusan RTL pada saat Pelatihan


Perumusan RTL pada saat pelatihan (sesi terakhir, di kelas) adalah perumusan RTL
menurut format standar yang dilakukan dengan cara diskusi kelompok diantara
peserta latih (kelompok dibagi menurut instansi sejenis atau perpropinsi). Melalui
diskusi kelompok, rumusan rencana kegiatan yang dihasilkan akan lebih banyak,
akan tetapi perlu diketahui bahwa seluruh rencana kegiatan tersebut cocok atau
dapat diterapkan secara individual, karena kreasi kegiatan yang muncul dalam
diskusi dilatar belakangi kondisi dan situasi yang berbeda, seperti komitmen
pimpinan instansi serta kesiapan daya dukung tenaga dan sarana & prasarana yang
tersedia.
Rumusan RTL pada saat pelatihan hendaknya dituangkan dalam tabel yang
memuat variabel; Jenis kegiatan, tujuan kegiatan, sasaran kegiatan, metode/cara
pelaksanaan kegiatan, tim pelaksana, tempat dan waktu pelaksanaan serta rincian
alokasi biaya.

Perumusan RTL resmi paska pelatihan


Perumusan RTL resmi paska pelatihan dikerjakan secara individual oleh setiap
mantan peserta latih. Rumusan rencana kegiatan diperoleh dengan cara menseleksi
hasil rumusan RTL perkelompok pada saat masih dikelas. Seleksi atas hasil
rumusan RTL perkelompok tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi
dan situasi yang ada pada instansi mantan peserta latih, sebagai berikut :
- Penerapan kompetensi dapat menanggulangi / meminimalisir masalah-masalah
prioritas organisasi tempat tugas mantan peserta latih sehingga menimbulkan
komitmen yang tinggi dari pimpinan.
- Pelaksanaan pelatihan sejenis untuk menambah tenaga dengan kompetensi
sejenis di instansi mantan peserta latih, memiliki daya ungkit yang tinggi untuk
mempercepat menanggulangi masalah prioritas
- Tersedianya sumberdaya kesehatan pada instansi mantan peserta latih seperti
kesiapan tenaga pelaksana kegiatan serta sarana dan prasarana penunjang,

Rumusan RTL resmi paska pelatihan disusun dengan mengacu pada dokumen
resmi sesuai dengan outline, yang terdiri dari ; Latar belakang, tujuan kegiatan,
sasaran, metodologi / cara pelaksanaan kegiatan, tim pelaksana, waktu dan tempat
serta biaya. Selanjutnya “rumusan RTL pada saat pelatihan“ disertakan sebagai
lampiran. Hal penting lain tentang tentang latarbelakang tersebut adalah
dikemukakannya peraturan per undang undangan sebagai landasan pelaksanaan

245
kegiatan khususnya dalam peningkatan kompetensi tenaga kesehatan untuk
melaksanakan tupoksi serta uraian tentang kontribusi peran kompetensi yang
diperoleh dari pelatihan menanggulangi/meminimalisir masalah-masalah prioritas
organisasi tempat tugas mantan peserta.
Dengan demikian rumusan RTL resmi paska pelatihan ini dianggap sebagai laporan
resmi dalam mengikuti pelatihan, diajukan sebagai pertanggungjawaban kepada
atasan serta sebagai suatu dokumen resmi tentang rencana kegiatan yang akan
dilakukan setelah diklat ditempat asal instansi peserta latih, atau rumusan RTL ini
dapat dimanfaatkan sebagai bagian dari bahan pertimbangan dalam penyusunan
rencana umum asal instansi peserta latih yang dibuat tiap awal tahun anggaran

B. Tujuan RTL,
Tujuan akhir dari RTL adalah peningkatan kinerja khususnya peningkatan kualitas
tenaga kesehatan dalam melakukan tugas pokok dan fungsinya. Peningkatan kinerja
dapat dicapai dengan penerapan kompetensi sebagai suatu standar proses.
Selanjutnya pelaksanaan tugas pokok dan fungsi berdasarkan standar proses yang
meningkatkan mutu dan cakupan pelayanan kesehatan dan derajat kesehatan
masyarakat. Selaras dengan tujuan akhir tersebut, secara spesifik tujuan RTL adalah
sebagai berikut :
a. Teridentifikasinya rencana kegiatan tentang penerapan kompetensi diklat yang
diperoleh dari pelatihan di instansi asal peserta latih
b. Diketahuinya metode / cara pelaksanaan rencana kegiatan tentang penerapan
kompetensi diklat yang diperoleh dari pelatihan di instansi asal peserta latih
Kemudian dapat ditambahkan bahwa rencana kegitan yang tercantum RTL
merupakan indikator penilaian pada waktu melakukan evaluasi paska pelatihan
(EPP).

C. Ciri-ciri RTL
Dalam merumuskan rencana kegiatan dalam suatu RTL, hendaknya kegiatan-
kegiatan tersebut dirancang sedemikian rupa sehingga memenuhi keritaria sebagai
berikut :
1. Sederhana dan spesifik
Sederhana artinya setiap rencana kegiatan yang dicantumkan dalam RTL
hendaknya mudah dilaksanakan, yakni metodenya sederhana, dibuat mudah
dilakukan dan tidak mewah (biaya pengadaan atau pelaksanaan kegitannya tidak
mahal) sehingga penerapannya tidak menimbulkan kesulitan bagi pelaksana atau
tidak menimbulkan kecemburuan dari lingkungan sendiri atau masyarakat.
Spesifik artinya rencana kegiatannya tidak mengambang, tapi bersifat khusus.
Kegiatan spesifik merupakan bagian dari rangkaian kegiatan pokok, misalnya
pada diagnosis penyakit sebagai kegiatan pokoknya, maka kegiatan
spesifiknyakegiatan seperti; anamnese, pemeriksaan klinis, konfirmasi
laboratorium dan lain-lain.
2. Measurable
Measurable artinya rencana kegiatan dapat diukur dan mempunyai satuan ukuran
seperti satuan jumlah, satuan waktu serta memiliki indikator proses seperti trend
yang menurun / meningkat yang dinyatakan dalam bentuk %, rate & ratio.

246
Misalnya sosialisasi kegiatan akupresur ditempat kerja dilakukan terhadap seluruh
atau 5 orang perawat puskesmas.
3. Achievable
Kegiatan memiliki ciri achievable, jika kegiatan tersebut dilaksanakan, maka
tujuan kegiatan akan dapat dicapai. Misalnya sosialisasi kegiatan akupresur
ditempat kerja bertujuan agar setiap perawat juga memiliki kompetensi yang
sejenis yaitu terampil melaksanakan akupresur terhadap pasien apabila mantan
peserta latih tidak berada ditempat. Dengan demikian tujuan menggantikan peran
mantan peserta latih dapat dicapai sekalipun yang bersangkutan berhalangan.
4. Relevant
Relevant artinya rencana kegiatan berhubungan langsung dengan kompetensi
pelatihan serta tugas pokok dan fungsi mantan peserta latih ditempat kerja.
Sosialisasi kegiatan akupresur ditempat kerja adalah kompetensi diklat mantan
peserta latih yang diharapkan diterapkan ditempat kerja dalam kaitannya dengan
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi.
5. Timely
Timely artinya setiap rencana kegiatan yang dicantumkan dalam RTL tepat
waktunya dilakukan dan dapat dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu.
Penerapan kegiatan akupresure ditempat kerja merupakan program Yankestrad
sebagaimana yang tertera dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan RI
2010-2014.

D. Ruang lingkup RTL


Ruang lingkup Rencana Tindak lanjut (RTL) sebaiknya minimal mencakup :
1. Menetapkan kegiatan apa saja yang akan dilakukan
2. Menetapkan tujuan setiap kegiatan yang ingin dicapai
3. Menetapkan sasaran dari setiap kegiatan
4. Menetapkan metode yang akan digunakan pada setiap kegiatan
5. Menetapkan waktu dan tempat penyelenggaraan kegiatan
6. Menetapkan siapa pelaksana atau penanggung jawab dari setiap kegiatan
7. Menetapkan besar biaya dan sumbernya.

E. Cara menyusun RTL


Sebagaimana telah dikemukakan dalam pokok bahasan “ pengertian RTL “ yakni
terdapat 2 jenis RTL, pertama RTL pada saat Pelatihan dan yang kedua RTL resmi
paska pelatihan.

Perumusan RTL pada saat Pelatihan.


Perumusan RTL pada saat pelatihan dilakukan pada sesi terakhir didalam kelas
dengan dipandu oleh fasilitator. RTL dirumuskan dengan cara berdiskusi (kelompok
dibagi menurut instansi sejenis atau perpropinsi). RTL dirumuskan menurut format
standar sebagai berikut :

No Jenis Tujuan Sasaran Cara Tim Tempat Waktu Biaya


kegiatan kegiatan kegiatan pelaksanaan Pelaksana
1
2

247
3
4

a. Cara penentuan jenis rencana kegiatan


Dalam menentukan rencana kegiatan, dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Identifikasi masalah ditempat kantor anda, yang dengan melihat kesenjangan
antara capaian dengan target / tujuan yang telah ditetapkan, yaitu dengan
melihat laporan tahunan atau profil kesehatan.
2) Tetapkan masalah prioritas. Jika masalah prioritas dalam tidak dicantumkan
laporan atau profil tersebut, maka tetapkan masalah prioritas (masalah urgen,
serius, dan perkembangannya memburuk), dengan cara memberi nilai / bobot
pada setiap masalah yang diidentifikasi, kemudian tentukan pada score paling
tinggi ( inilah masalah prioritas )
3) Tentukan penyebab masalah prioritas yang dikarenakan kealpaan
kompetensi SDM dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi mantan peserta
latih.
4) Pilih rencana kegiatan yang dapat ditanggulangi atau diminimalisir dengan
penerapan kompetensi diklat mantan peserta latih
5) Rancang tahapan rencana kegiatan penerapan kompetensi yang dibutuhkan
untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Sebagai contoh untuk penerapan
kompertensi baru disuatu instansi baru, tahapan kegiatannya antara lain :
- Sosialisasi kompetensi / keterampilan baru kepada atasan, teman sekerja
dan pimpinan intansi
- Pengadaan sarana dan prasarana fisik penunjang rencana kegiatan
seperti ruangan khusus, perangkat keras (komputer dan asesorisnya)
serta perangkat lunak yang diperlukan
- Pelaksanaan pelatihan sejenis atau pelatihan teknis terkait transfer of
competency
- Evaluasi penerapan kompetensi mantan peserta latih
6) Usulkan rencana kegiatan terpilih dalam diskusi kelompok
Rumusan rencana kegiatan yang dihasilkan akan banyak dalam suatu
diskusi kelompok, karena kreasi kegiatan yang muncul dalam diskusi dilatar
belakangi kondisi dan situasi yang berbeda, seperti komitmen pimpinan
instansi serta kesiapan daya dukung tenaga dan sarana & prasarana yang
tersedia.

b. Cara penetapan tujuan kegiatan,


Tujuan yang baik adalah tujuan yang dapat dicapai dan dalam waktu tertentu.
Kondisi atau keadaan yang ingin dicapai dari setiap kegiatan yang direncanakan
dikaitkan dengan harapan setelah kegiatan tersebut dilaksanakan. Biasanya
keinginan yang ingin dicapai dalam suatu kegiatan cukup dinyatakan dalam
capaian indikator proses. Misalnya tujuan pelaksanaan pelatihan sejenis
(kompetensi mantan peserta latih), bertujuan seluruh dokter yang terlatih
akupunktur medik dasar terampil mempraktikkan ilmu yang didapatkan.
c. Cara penetapan sasaran kegiatan
Sasaran kegiatan adalah seseorang atau kelompok tertentu yang menjadi objek
kegiatan yang direncanakan dan dinyatakan dalam satuan jumlah orang

248
d. Cara penetapan metode/cara pelaksanaan kegiatan,
Metode/cara pelaksanaan kegiatan adalah bagaimana kegiatan tersebut
dilaksanakan. Misalnya: Jika jenis kegiatan sosialisasi, maka cara
pelaksanaannya dengan pertemuan/tatap muka. Pada kegiatan pengadaan
sarana dan prasarana, maka cara pelaksanaannya dengan penunjukan
langsung atau pelelangan barang/jasa oleh panita dan seterusnya.
e. Cara penetapan tim pelaksana,
Penetapan tim pelaksana dengan dilakukan menginventarisir kalangan struktural
dan staf terkait jenis kegiatan yang direncanakan. Keikutsertaan dalam tim
pelaksana ini sangat sensitive kerana berhubungan dengan kesejahteraan dan
keadilan, Dengan demikian pemilihan tim pelaksana sebaiknya dikonsultasikan
dengan atasan dan pimpinan institusi. Hal penting yang perlu diperhatikan
mengajukan timpelaksana ini adalah kemampuan, dedikasi dan kerjasama
f. Cara penetapan tempat
Prinsip efektifitas dalam arti tempat yang dipilih memiliki daya dukung yang
optimal dalam penyelenggaraan kegiatan, serta efisien dan hemat sesuai
dengan alokasi biaya agar tidak menimbulkan keresahan.
g. Cara penetapan waktu pelaksanaan
Tetapkan waktu yang memastikan bahwa seluruh pejabat dan staf yang terlibat,
hadir dan berkontribusi maksimal dalam penyelenggaraan kegiatan. Untuk itu
perlu penjajakan dan konfirmasi sebelumnya. Penetapan waktu yang baik
adalah dengan dilengkapi dengan tanggal pelaksanaan yang fit, dan
diinformasikan selumnya, sehingga memastikan tim pelaksana dapat bertugas
sebagaimana mestinya.
h. Cara perkiraan alokasi biaya
Rancangan biaya harus logis dan realitis, sesuai item-item kegiatan yang
dibutuhkan. pos–pos pengeluaran mengacu pada daftar harga yang ditetapkan
fihak yang berwenang.

Rumusan kegiatan ad a. sampai dengan ad.h diusulkan dalam diskusi kelompok,


untuk dimasukkan dalam format standar. RTL bentuk format standar ini dapat
digunakan sebagai pertimbangan dalam menyusun RTL resmi pasca pelatihan
secara individual.

Perumusan RTL resmi paska pelatihan


Sebagai kelanjutan perumusan RTL kelompok, maka disusun RTL resmi pasca
pelatihan dikerjakan secara individual oleh setiap mantan
Cara perumusan RTL ini sama dengan perumusan RTL kelompok, akan tetapi cara
penyusunan dalam bentuk narasi (variabelnya diurut dari atas ke bawah / tidak lagi
berbentuk tabel). Selanjutnya dibutuhkan pertimbangan-pertimbangan lain sesuai
dengan kondisi dan situasi instansi tempat kerja sebagai berikut :
a. Konfirmasikan hasil identifikasi masalah, penetapan masalah prioritas, penyebab
masalah sampai dengan penetapan usulan rencana telah anda lakukan dengan
atasan anda (lihat perumusan RTL dikelas)
b. Catat saran atasan dan teman-teman sekerja serta masukan RTL resmi paska
pelatihan
c. Susun RTL Resmi Paska Pelatihan, dengan sistematika sebagai berikut
1) Cover, Daftar Isi

249
2)Latar belakang,
(Kemukakan peraturan per undang-undangan yang melandasi pelaksanaan
rencana kegiatan yang anda usulkan, kemudian uraikan masalah prioritas
terkait dengan pelaksanaan tupoksi anda, serta peran kompetensi anda untuk
menanggulangi dan meminimalisir masalah prioritas tersebut )
3) Tujuan kegiatan
4) Sasaran
5) Metodologi/cara pelaksanaan kegiatan
Cara perumusannya sama
6) Tim pelaksana
dengan cara penyusunan
7) Waktu
8) Tempat serta biaya. RTL kelompok dikelas
9) Lampiran
(lampirkan instrumen pendukung materi)
d. Laporkan kepada atasan sebagai pertanggungan jawab pelaksanaan tugas
mengikuti pelatihan.

VII. REFERENSI
1. BPP-SDM Kesehatan ; Rencana Tindak Lanjut ; Modul TOT NAPZA, Pusdiklat SDM
Kesehatan ; Jakarta ; 2009
2. Ditjen PP & PL, Depkes RI ; Rencana Tindak Lanjut, Kurmod Surveilance ; Subdit
Surveilans ; Jakarta ; 2008
3. Depkes RI; Modul – 1, Perencanaan Pengendalian Penyakit Kanker ; Direktorat PTM ;
Jakarta ; 2007
4. Departemen Kesehatan RI ; Pedoman Penyusunan Kurikulum Modul Pelatihan
Berorientasi Pembelajaran; Pusdiklatkes- BPP-SDM ; Jakarta ; 2004
5. Indonesian-Australian Spesialist Project ( IA-STP) ; Metode Pelatihan Bagi Tenaga
Pelatih, Rencana Aksi ; Jakarta ; 2010

VIII. LAMPIRAN
1. Lembar Kerja

LEMBAR KERJA
 Peserta dibagi dalam kelompok, masing-masing anggota berasal dari propinsi
yang sama.
 Disetiap kelompok dipilih Ketua, Sekretaris dan Penyaji.
 Fasilitator menyampaikan penugasan penyusunan RTL
 Ketua kelompok memandu dan melibatkan seluruh anggota kelompok untuk
menyusun RTL dengan:
a. Menganalisis situasi
b. Menetapkan kegiatan
c. Menentukan tujuan per kegiatan
d. Menentukan sasaran per kegiatan
e. Menentukan cara dan metode pada setiap kegiatan
f. Menentukan waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan
g. Menentukan biaya apabila ada kegiatan ada yang harus dibiayai
h. Menentukan pelaksana atau penanggung jawab dari masing-masing
kegiatan.
 Hasil diskusi dituangkan dalam matrik RTL yang dipelajari dalam modul atau
dikembangkan lagi sesuai kebutuhan.
250
 Masing-masing kelompok mempersiapkan bahan presentasi.
MATERI PENUNJANG 3

ANTI KORUPSI

I. DESKRIPSI SINGKAT

Korupsi yang terjadi di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan dan berdampak buruk
luar biasa pada hampir seluruh sendi kehidupan. Korupsi telah menghancurkan sistem
perekonomian, sistem demokrasi, sistem politik, sistem hukum, sistem pemerintahan,
dan tatanan sosial kemasyarakatan di negeri ini. Upaya pemberantasan korupsi yang
telah dilakukan selama ini belum menunjukkan hasil yang optimal. Korupsi dalam
berbagai tingkatan tetap saja banyak terjadi seolah-olah telah menjadi bagian dari
kehidupan kita yang bahkan sudah dianggap sebagai hal yang biasa. Jika kondisi ini
tetap kita biarkan berlangsung maka cepat atau lambat korupsi akan menghancurkan
negeri ini.
Korupsi harus dipandang sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) yang oleh
karena itu memerlukan upaya luar biasa pula untuk memberantasnya. Upaya
pemberantasan korupsi– yang terdiri dari dua bagian besar, yaitu (1) penindakan, dan
(2) pencegahan–tidak akan pernah berhasil optimal jika hanya dilakukan oleh
pemerintah saja tanpa melibatkan peran serta masyarakat.
Dalam rangka mempercepat pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2013
tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi perlu disusun Strategi
Komunikasi Pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan korupsi di Kementerian
Kesehatan sebagai salah satu kegiatan reformasi birokrasi yang dilaksanakan
Kementerian Kesehatan agar para Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kementerian
Kesehatan terhindar dari perbuatan korupsi.
Salah satu upaya yang dilakukan dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi
adalah dengan memberikan pengertian dan kesadaran melalui pemahaman terhadap
konsep serta penanaman nilai-nilai anti korupsi yang selanjutnya dapat menjadi budaya
dalam bekerja. Agar muatan tentang anti korupsi dapat tersampaikan secara standar
pada setiap pelatihan bagi para PNS di lingkungan Kementerian Kesehatan maka perlu
disusun modul anti korupsi sebagai pegangan fasilitator dalam menyampaikan materi.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami Anti Korupsi.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu menjelaskan:
1. Konsep korupsi
2. Konsep anti korupsi
3. Upaya pencegahan korupsi dan pemberantasan korupsi
4. Tata cara pelaporan dugaan pelanggaran tindak pidana korupsi
5. Gratifikasi

251
III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN
A. Konsep Korupsi
1. Definisi korupsi
2. Ciri-ciri korupsi
3. Bentuk/jenis korupsi
4. Tingkatan korupsi
5. Faktor penyebab korupsi
6. Dasar hukum tentang korupsi
B. Konsep anti korupsi
1. Definisi Anti Korupsi
2. Nilai-nilai Anti Korupsi
3. Prinsip-prinsip Anti Korupsi
C. Upaya pencegahan korupsi dan pemberantasan korupsi
1. Upaya Pencegahan Korupsi
2. Upaya Pemberantasan Korupsi
3. Strategi Komunikasi Anti Pemberantasan Korupsi
D. Tata cara pelaporan dugaan pelanggaran tindak pidana korupsi (TPK)
1. Laporan
2. Penyelesaian Hasil Penanganan Pengaduan Masyarakat
3. Pengaduan
4. Tata Cara Penyampaian Pengaduan
5. Tim Penanganan Pengaduan Masyarakat Terpadu di Lingkungan Kemenkes
6. Pencatatan Pengaduan
E. Gratifikasi
1. Pengertian Gratifikasi
2. Aspek Hukum
3. Gratifikasi dikatakan sebagai Tindak Pidana Korupsi (TPK)
4. Contoh Gratifikasi
5. Sanksi Gratifikasi

IV. BAHAN BELAJAR


Modul dan bahan tayangan (slide power point)

V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Berikut merupakan langkah-langkah kegiatan pembelajaran:

Langkah 1

Pengkondisian Peserta

Langkah pembelajaran:

1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan
menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan.

252
2. Sampaikan tujuan pembelajaran materi ini dan pokok bahasan yang akan
disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.

Langkah 2
Penyampaian Materi
Langkah pembelajaran:

Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok bahasan dan sub
pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang. Fasilitator menyampaikan materi
dengan metode ceramah tanya jawab, kemudian curah pendapat.

Langkah 3

Latihan Kasus

Langkah pembelajaran:

1. Fasilitator menyampaikan paparan kasus korupsi yang sering terjadi


2. Fasilitator membagi peserta menjadi beberapa kelompok tiap kelompok terdiri dari 5
atau 6 orang peserta, untuk kasus yang sama dikerjakan oleh 2 atau 3 kelompok
3. Peserta berdiskusi didalam tiap kelompok
4. Fasilitator meminta wakil dari setiap kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi
kelompoknya (hanya satu kelompok untuk satu kasus) dan kelompok lainnya dengan
kasus yang sama dapat memberikan komentar atau sebagai penyanggah.
5. Fasilitator mengulas hasil diskusi yang terjadi di dalam tiap penyajian hasil untuk tiap
jenis kasus

Langkah 4

Rangkuman dan Kesimpulan

Langkah pembelajaran:

1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap


materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.
3. Fasilitator membuat kesimpulan.

VI. URAIAN MATERI


Pokok Bahasan 1
A. Konsep Korupsi
Korupsi sesungguhnya sudah lama ada terutama sejak manusia pertama kali
mengenal tata kelola administrasi. Pada kebanyakan kasus korupsi yang
dipublikasikan media, seringkali perbuatan korupsi tidak lepas dari kekuasaan,
birokrasi, ataupun pemerintahan. Korupsi juga sering dikaitkan pemaknaannya
dengan politik.
Dasar atau landasan untuk memberantas dan menanggulangi korupsi adalah
memahami pengertian korupsi itu sendiri. Pada bagian ini dibahas mengenai

253
pengertian korupsi berdasarkan definisi umum dan pendapat para pakar.

1. Definisi Korupsi
Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin “corruptio” (Fockema Andrea: 1951)
atau “corruptus” (Webster Student Dictionary: 1960). Selanjutnya dikatakan
bahwa “corruptio” berasal dari kata “corrumpere”, suatu bahasa Latin yang
lebih tua. Dari bahasa Latin tersebut kemudian dikenal istilah “corruption,
corrupt” (Inggris), “corruption” (Perancis) dan “corruptie/korruptie” (Belanda).
Arti kata korupsi secara harfiah adalah kebusukan, keburukan, kebejatan,
ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian.

Ada banyak pengertian tentang korupsi, di antaranya adalah berdasarkan


Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), didefinisikan “penyelewengan atau
penggelapan uang negara atau perusahaan, dan sebagainya untuk keperluan
pribadi”.

Selanjutnya untuk beberapa pengertian lain, disebutkan bahwa (Muhammad Ali:


1998):
a. Korup artinya busuk, suka menerima uang suap/ sogok, memakai
kekuasaan untuk kepentingan sendiri dan sebagainya;
b. Korupsi artinya perbuatan busuk seperti penggelapan uang, penerimaan
uang sogok, dan sebagainya; dan
c. Koruptor artinya orang yang melakukan korupsi.

Dengan demikian arti kata korupsi adalah sesuatu yang busuk, jahat dan
merusak, berdasarkan kenyataan tersebut perbuatan korupsi menyangkut:
sesuatu yang bersifat amoral, sifat dan keadaan yang busuk, menyangkut
jabatan instansi atau aparatur pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam
jabatan karena pemberian, menyangkut faktor ekonomi dan politik dan
penempatan keluarga atau golongan ke dalam kedinasan di bawah kekuasaan
jabatan.

2. Ciri-Ciri Korupsi
Ada 6 ciri korupsi adalah sebagai berikut:
a. dilakukan oleh lebih dari satu orang;
b. merahasiakan motif; ada keuntungan yang ingin diraih;
c. berhubungan dengan kekuasaan/ kewenangan tertentu;
d. berlindung di balik pembenaran hukum;
e. melanggar kaidah kejujuran dan norma hukum
f. mengkhianati kepercayaan

3. Jenis/Bentuk Korupsi
Berikut ini adalah berbagai bentuk korupsi yang diambil dari Buku Saku yang
dikeluarkan oleh KPK atau Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK: 2006).

254
No. Bentuk Korupsi Perbuatan Korupsi

1. Kerugian Keuangan Negara

 Secara melawan hukum melakukan perbuatan mem-perkaya diri sendiri atau


orang lain atau korporasi;
 Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau korporasi,
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada

2. Suap Menyuap

 Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada Pegawai Negeri atau penyelenggara


negara .... dengan maksud supaya berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu
dalam jabatannya;
 Memberi sesuatu kepada Pegawai Negeri atau penyelenggara negara karena
atau berhubungan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam
jabatannya;
 Memberi hadiah atau janji kepada Pegawai Negeri dengan mengingat
kekuasaan atau wewenang yang mele-kat pada jabatan atau kedudukannya atau
oleh pemberi hadiah/janji dianggap melekat pada jabatan atau kedu-dukan
tersebut;

3. Penggelapan Dalam Jabatan

 Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan


menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk
sementara waktu, dengan disimpan karena jabatannya, atau uang/ surat
berharga tersebut diambil atau digelapkan oleh orang lain atau membantu dalam
melakukan perbuatan tersebut;
 Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang di-tugaskan menjalankan
suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan
sengaja memalsu buku-buku atau daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaan
adminstrasi;
 Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang di-tugaskan menjalankan
suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan
sengaja menggelapkan, merusakkan atau membuat tidak da-pat dipakai barang,
akta, surat atau daftar yang digu-nakan untuk meyakinkan atau membuktikan di
muka pejabat yang berwenang, yang dikuasai karena jabatannya;

4. Pemerasan

 Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud menguntungkan


diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau dengan
menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu,
membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan atau untuk
mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri;

255
 Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada wak-tu menjalankan tugas,
meminta atau menerima pekerjaan atau penyerahan barang, seolah-olah
merupakan utang kepada dirinya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bu-kan
merupakan utang;

5. Perbuatan Curang

 Pemborong, ahli bangunan yang pada waktu membuat ban-gunan, atau penjual
bahan bangunan yang pada waktu me-nyerahkan bahan bangunan, melakukan
perbuatan curang yang dapat membahayakan keamanan orang atau barang, atau
keselamatan negara dalam keadaan perang;
 Setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau menyerahkan bahan
bangunan, sengaja membiarkan perbuatan curang;

6. Benturan Kepentingan Dalam Pengadaan

Pegawai negeri atau penyelenggara negara baik lang-sung maupun tidak langsung
dengan sengaja turut serta dalam pemborongan, pengadaan atau perse-waan yang
pada saat dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau sebagian ditugaskan untuk
mengurus atau mengawasinya.

7. Gratifikasi

Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau peny-elenggara dianggap pemberian


suap, apabila ber-hubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan
kewajiban tugasnya.

4. Tingkatan Korupsi
Ada 3 (tiga) tingkatan korupsi seperti uraian di bawah ini
a. Materi Benefit

Penyimpangan kekuasaan untuk mendapatkan keuntungan material baik


bagi dirinya sendiri maupun orang kain. Korupsi pada level ini merupakan
tingkat paling membahayakan karena melibatkan kekuasaan dan
keuntungan material. Ini merupakan bentuk korupsi yang paling banyak
terjadi di Indonesia.

b. Penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power)

Abuse of power merupakan korupsi tingkat menengah dan merupakan


segala bentuk penyimpangan yang dilakukan melalui struktur kekuasaan,
baik pada tingkat negara maupun lembaga-lembaga struktural lainnya
termasuk lembaga pendidikan tanpa mendapatkan keuntungan materi.

c. Pengkhianatan terhadap kepercayaan (betrayal of trust)

 Pengkhianatan merupakan korupsi paling sederhana


 Orang yang berkhianat atau mengkhianati kepercayaan atau amanat
yang diterimanya adalah koruptor.

256
 Amanat dapat berupa apapun, baik materi maupun non materi
 Anggota DPR yang tidak menyampaikan aspirasi rakyat atau
memanfaatkan jabatan untuk kepentingan pribadi merupakan bentuk
korupsi.

5. Faktor Penyebab Korupsi


Agar dapat dilakukan pencegahan dan pemberantasan korupsi maka perlu
diketahui faktor penyebab korupsi. Secara umum ada dua penyebab korupsi
yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Berikut adalah faktor-faktor penyebab korupsi:
a. Penegakan hukum tidak konsisten: penegakan hukum hanya sebagai
make-up politik, sifatnya sementara, selalu berubah setiap berganti
pemerintahan.
b. Penyalahgunaan kekuasaan/ wewenang, takut dianggap bodoh kalau tidak
menggunakan kesempatan.
c. Langkanya lingkungan yang antikorup: sistem dan pedoman antikorupsi
hanya dilakukan sebatas formalitas.
d. Rendahnya pendapatan penyelenggara negara. Pendapatan yang
diperoleh harus mampu memenuhi kebutuhan penyelenggara negara,
mampu mendorong penyelenggara negara untuk berprestasi dan
memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat.
e. Kemiskinan, keserakahan: masyarakat kurang mampu melakukan korupsi
karena kesulitan ekonomi. Sedangkan mereka yang berkecukupan
melakukan korupsi karena serakah, tidak pernah puas dan menghalalkan
segala cara untuk mendapatkan keuntungan.
f. Budaya memberi upeti, imbalan jasa, dan hadiah.
g. Konsekuensi bila ditangkap lebih rendah daripada keuntungan korupsi:
saat tertangkap bisa menyuap penegak hukum sehingga dibebaskan atau
setidaknya diringankan hukumannya.
h. Budaya permisif/ serba membolehkan; tidak mau tahu: menganggap biasa
bila ada korupsi, karena sering terjadi. Tidak peduli orang lain, asal
kepentingannya sendiri terlindungi

Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan Republik Indonesia


mengidentifikasi beberapa sebab terjadinya korupsi, yaitu: aspek individu
pelaku korupsi, aspek organisasi, aspek masyarakat tempat individu, dan
korupsi yang disebabkan oleh sistem yang buruk.

a. Aspek Individu Pelaku Korupsi


Korupsi yang disebabkan oleh individu, yaitu sifat tamak, moral kurang kuat
menghadapi godaan, penghasilan kurang mencukupi untuk kebutuhan yang
wajar, kebutuhan yang mendesak, gaya hidup konsumtif, malas atau tidak
mau bekerja keras, serta ajaran-ajaran agama kurang diterapkan secara
benar.

257
Aspek-aspek individu tersebut perlu mendapatkan perhatian bersama.
Sangatlah ironis, bangsa kita yang mengakui dan memberikan ruang yang
leluasa untuk menjalankan ibadat menurut agamanya masing-masing,
ternyata tidak banyak membawa implikasi positif terhadap upaya
pemberantasan korupsi.

Demikian pula dengan hidup konsumtif dan sikap malas. Perilaku konsumtif
tidak saja mendorong untuk melakukan tindakan korupsi, tetapi
menggambarkan rendahnya sikap solidaritas sosial, karena terdapat
pemandangan yang kontradiktif antara gaya hidup mewah di satu sisi dan
kondisi kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pokok bagi masyarakat miskin
pada sisi lainnya.

b. Aspek Organisasi
Pada aspek organisasi, korupsi terjadi karena kurang adanya keteladanan
dari pimpinan, tidak adanya kultur organisasi yang benar, sistem
akuntabilitas di pemerintah kurang memadai, kelemahan sistem
pengendalian manajemen, serta manajemen yang lebih mengutamakan
hirarki kekuasaan dan jabatan cenderung akan menutupi korupsi yang
terjadi di dalam organisasi.

Hal tersebut ditandai dengan adanya resistensi atau penolakan secara


kelembagaan terhadap setiap upaya pemberantasan korupsi. Manajemen
yang demikian, menutup rapat bagi siapa pun untuk membuka praktik
korupsi kepada publik.

c. Aspek Masyarakat Tempat Individu dan Organisasi Berada


Aspek masyarakat tempat individu dan organisasi berada juga turut
menentukan, yaitu nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat yang kondusif
untuk melakukan korupsi.

Masyarakat seringkali tidak menyadari bahwa akibat tindakannya atau


kebiasaan dalam organisasinya secara langsung maupun tidak langsung
telah menanamkan dan menumbuhkan perilaku koruptif pada dirinya,
organisasi bahkan orang lain.

Secara sistematis lambat laun perilaku sosial yang koruptif akan


berkembang menjadi budaya korupsi sehingga masyarakat terbiasa hidup
dalam kondisi ketidaknyamanan dan kurang berpartisipasi dalam
pemberantasan korupsi.

d. Korupsi yang Disebabkan oleh Sistem yang Buruk


Sebab-sebab terjadinya korupsi menggambarkan bahwa perbuatan korupsi
tidak saja ditentukan oleh perilaku dan sebab-sebab yang sifatnya individu
atau perilaku pribadi yang koruptif, tetapi disebabkan pula oleh sistem yang
koruptif, yang kondusif bagi setiap individu untuk melakukan tindakan
korupsi. Sedangkan perilaku korupsi, sebagaimana yang umum telah
diketahui adalah korupsi banyak dilakukan oleh pegawai negeri dalam
bentuk penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, sarana jabatan, atau

258
kedudukan. Tetapi korupsi dalam artian memberi suap, juga banyak
dilakukan oleh pengusaha dan kaum profesional bahkan termasuk Advokat.

Lemahnya tata-kelola birokrasi di Indonesia dan maraknya tindak korupsi


baik ilegal maupun yang ”dilegalkan” dengan aturan-aturan yang dibuat oleh
penyelenggara negara, merupakan tantangan besar yang masih harus
dihadapi negara ini. Kualitas tata kelola yang buruk ini tidak saja telah
menurunkan kualitas kehidkupan bangsa dan bernegara, tetapi juga telah
banyak memakan korban jiwa dan bahkan ancaman akan terjadinya lost
generation bagi Indonesia.

Dalam kaitannya dengan korupsi oleh lembaga birokrasi pemerintah,


beberapa faktor yang perlu mendapatkan perhatian adalah menyangkut
manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) dan penggajian pegawai yang
ditandai dengan kurangnya penghasilan, sistem penilaian prestasi kerja
yang tidak dievaluasi, serta tidak terkaitnya antara prestasi kerja dengan
penghasilan.

Korupsi yang disebabkan oleh sistem yang koruptif inilah yang pada
akhirnya akan menghambat tercapainya clean and good governance. Jika
kita ingin mencapai pada tujuan clean and good governance, maka perlu
dilakukan reformasi birokrasi yang terkait dengan pembenahan sistem
birokrasi tersebut.

Jika awalnya kepentingan bertahan hidup menjadi motif seseorang atau


sejumlah orang melakukan tindak pidana korupsi, pada tahap berikutnya
korupsi dimotivasi oleh bangunan sistem, yang hanya bisa terjadi karena
dukungan kerjasama antar sejumlah pelaku korkupsi, pada berbagai
birokrasi sebagai bentuk korupsi berjamaah.

6. Dasar Hukum tentang Korupsi


Beberapa peraturan perundangan yang berkaitan dengan korupsi adalah
sebagai berikut:

a. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (1);
b. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi;
c. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XI/
MPR/ 1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme;
d. UU no. 28 Th. 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bebas dari
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851);
e. UU no. 31 Th. 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3874); sebagaimana telah diubah
dengan UU no. 20 Th. 2001.

259
Pokok Bahasan 2
B. Konsep Anti Korupsi

1. Definisi Anti korupsi


Anti korupsi merupakan kebijakan untuk mencegah dan menghilangkan peluang
bagi berkembangnya korupsi.

Anti korupsi adalah pencegahan. Pencegahan yang dimaksud adalah bagaimana


meningkatkan kesadaran individu untuk tidak melakukan korupsi dan bagaimana
menyelamatkan uang dan aset negara.

Peluang bagi berkembangnya korupsi dapat dihilangkan dengan melakukan


perbaikan sistem (sistem hukum, sistem kelembagaan) dan perbaikan manusianya
(moral dan kesejahteraan).

2. Nilai- nilai Anti Korupsi


Nilai-nilai anti korupsi yang akan dibahas meliputi kejujuran, kepedulian,
kemandirian, kedisiplinan, pertanggung-jawaban, kerja keras, kesederhanaan,
keberanian, dan keadilan. Nilai-nilai inilah yang akan mendukung prinsip-prinsip
anti korupsi untuk dapat dijalankan dengan baik. Berikut ini adalah uraian secara
rinci untuk tiap nilai anti korupsi

a. Kejujuran
Menurut Sugono kata jujur dapat didefinisikan sebagai lurus hati, tidak
berbohong, dan tidak curang. Jujur adalah salah satu sifat yang sangat penting
bagi kehidupan pegawai, tanpa sifat jujur pegawai tidak akan dipercaya dalam
kehidupan sosialnya (Sugono: 2008).

Nilai kejujuran dalam kehidupan dunia kerja yang diwarnai dengan budaya kerja
sangat-lah diperlukan. Nilai kejujuran ibaratnya seperti mata uang yang berlaku
dimana-mana termasuk dalam kehidupan di dunia kerja. Jika pegawai terbukti
melakukan tindakan yang tidak jujur, baik pada lingkup kerja maupun sosial,
maka selamanya orang lain akan selalu merasa ragu untuk mempercayai
pegawai tersebut.

Sebagai akibatnya pegawai akan selalu mengalami kesulitan dalam menjalin


hubungan dengan orang lain. Hal ini juga akan menyebabkan ketidaknyamanan
bagi orang lain karena selalu merasa curiga terhadap pegawai tersebut yang
terlihat selalu berbuat curang atau tidak jujur. Selain itu jika seorang pegawai
pernah melakukan kecurangan ataupun kebohongan, akan sulit untuk dapat
memperoleh kembali kepercayaan dari pegawai lainnya. Sebaliknya jika terbukti
bahwa pegawai tersebut tidak pernah melakukan tindakan kecurangan maupun
kebohongan maka pegawai ter-sebut tidak akan mengalami kesulitan yang
disebabkan tindakan tercela tersebut. Prinsip kejujuran harus dapat dipegang
teguh oleh setiap pegawai sejak masa-masa ini untuk memupuk dan membentuk
karakter mulia di dalam setiap pribadi pegawai.

b. Kepedulian
Menurut Sugono definisi kata peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan

260
menghiraukan (Sugono: 2008). Nilai kepedulian sangat penting bagi seorang
pegawai dalam kehidupan di dunia kerja dan di masyarakat. Sebagai calon
pemimpin masa depan, seorang pegawai perlu memiliki rasa kepedulian
terhadap lingkungannya, baik lingkungan di dalam dunia kerja maupun
lingkungan di luar dunia kerja.

Rasa kepedulian seorang pegawai harus mulai ditumbuhkan sejak berada di


dunia kerja. Oleh karena itu upaya untuk mengembangkan sikap peduli di
kalangan pegawai sebagai subjek kerja sangat penting. Seorang pegawai
dituntut untuk peduli terhadap proses belajar mengajar di dunia kerja, terhadap
pengelolalaan sumber daya di dunia kerja secara efektif dan efisien, serta
terhadap berbagai hal yang berkembang di dalam dunia kerja. pegawai juga
dituntut untuk peduli terhadap lingkungan di luar dunia kerja.

Beberapa upaya yang bisa dilakukan sebagai wujud kepedulian di antaranya


adalah dengan menciptakan sikap tidak berbuat curang atau tidak jujur. Selain
itu jika seorang pegawai pernah melakukan kecurangan ataupun kebohongan,
akan sulit untuk dapat memperoleh kembali kepercayaan dari pegawai lainnya.
Sebaliknya jika terbukti bahwa pegawai tersebut tidak pernah melakukan
tindakan kecurangan maupun kebohongan maka pegawai tersebut tidak akan
mengalami kesulitan yang disebabkan tindakan tercela tersebut.

c. Kemandirian
Kondisi mandiri bagi pegawai dapat diartikan sebagai proses mendewasakan diri
yaitu dengan tidak bergantung pada orang lain untuk mengerjakan tugas dan
tanggung jawabnya. Hal ini penting untuk masa depannya dimana pegawai
tersebut harus mengatur kehidupannya dan orang-orang yang berada di bawah
tanggung jawabnya sebab tidak mungkin orang yang tidak dapat mandiri
(mengatur dirinya sendiri) akan mampu mengatur hidup orang lain. Dengan
karakter kemandirian tersebut pegawai dituntut untuk mengerjakan semua
tanggung jawab dengan usahanya sendiri dan bukan orang lain (Supardi: 2004).

d. Kedisiplinan
Menurut Sugono definisi kata disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada
peraturan (Sugono:2008). Dalam mengatur kehidupan dunia kerja baik kerja
maupun sosial pegawai perlu hidup disiplin. Hidup disiplin tidak berarti harus
hidup seperti pola militer di barak militier namun hidup disiplin bagi pegawai
adalah dapat mengatur dan mengelola waktu yang ada untuk dipergunakan
dengan sebaik-baiknya untuk menyelesaikan tugas baik dalam lingkup kerja
maupun sosial dunia kerja.

Manfaat dari hidup yang disiplin adalah pegawai dapat mencapai tujuan
hidupnya dengan waktu yang lebih efisien. Disiplin juga membuat orang lain
percaya dalam mengelola suatu kepercayaan. Nilai kedisiplinan dapat
diwujudkan antara lain dalam bentuk kemampuan mengatur waktu dengan baik,
kepatuhan pada seluruh peraturan dan ketentuan yang berlaku di dunia kerja,
mengerjakan segala sesuatunya tepat waktu, dan fokus pada pekerjaan.

261
e. Tanggung Jawab
Menurut Sugono definisi kata tanggung jawab adalah keadaan wajib
menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut,
dipersalahkan dan diperkarakan) (Sugono: 2008).

Pegawai adalah sebuah status yang ada pada diri seseorang yang telah lulus
dari penkerjaan terakhirnya yang melanjutkan pekerjaan dalam sebuah lembaga
yang bernama organisasi. Pegawai yang memiliki rasa tanggung jawab akan
memiliki kecenderungan menyelesaikan tugas lebih baik dibanding pegawai
yang tidak memiliki rasa tanggung jawab. pegawai yang memiliki rasa tanggung
jawab akan mengerjakan tugas dengan sepenuh hati karena berpikir bahwa jika
suatu tugas tidak dapat diselesaikan dengan baik dapat merusak citra namanya
di depan orang lain. pegawai yang dapat diberikan tanggung jawab yang kecil
dan berhasil melaksanakannya dengan baik berhak untuk mendapatkan
tanggung jawab yang lebih besar lagi sebagai hasil dari kepercayaan orang lain
terhadap pegawai tersebut. pegawai yang memiliki rasa tanggung jawab yang
tinggi mudah untuk dipercaya orang lain dalam masyarakat misalkan dalam
memimpin suatu kepanitiaan yang diadakan di dunia kerja.

Tanggung jawab adalah menerima segala sesuatu dari sebuah perbuatan yang
salah, baik itu disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung jawab tersebut
berupa perwujudan kesadaran akan kewajiban menerina dan menyelesaikan
semua masalah yang telah di lakukan. Tanggung jawab juga merupakan suatu
pengabdian dan pengorbanan.

f. Kerja Keras
Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan. Kata ”kemauan” menimbulkan
asosiasi dengan ketekadan, ketekunan, daya tahan, tujuan jelas, daya kerja,
pendirian, pengendalian diri, keberanian, ketabahan, keteguhan, tenaga,
kekuatan, kelaki-lakian dan pantang mundur. Adalah penting sekali bahwa
kemauan pegawai harus berkembang ke taraf yang lebih tinggi karena harus
menguasai diri sepenuhnya lebih dulu untuk bisa menguasai orang lain. Setiap
kali seseorang penuh dengan harapan dan percaya, maka akan menjadi lebih
kuat dalam melaksanakan pekerjaannya. Jika interaksi antara individu pegawai
dapat dicapai bersama dengan usaha kerja keras maka hasil yang akan dicapai
akan semakin optimum.

Bekerja keras merupakan hal yang penting guna tercapainya hasil yang sesuai
dengan target. Akan tetapi bekerja keras akan menjadi tidak berguna jika tanpa
adanya pengetahuan. Di dalam dunia kerja, para pegawai diperlengkapi dengan
berbagai ilmu pengetahuan.

g. Sederhana
Gaya hidup pegawai merupakan hal yang penting dalam interaksi dengan
masyarakat di sekitarnya. Gaya hidup sederhana sebaiknya perlu dikembangkan
sejak pegawai me-ngenyam masa penkerjaannya. Dengan gaya hidup
sederhana, setiap pegawai dibiasakan untuk tidak hidup boros, hidup sesuai
dengan kemampuannya dan dapat memenuhi semua kebutuhannya. Kerap kali

262
kebutuhan diidentikkan dengan keinginan semata, padahal tidak selalu
kebutuhan sesuai dengan keinginan dan sebaliknya.

Dengan menerapkan prinsip hidup sederhana, pegawai dibina untuk


memprioritaskan kebutuhan di atas keinginannya. Prinsip hidup sederhana ini
merupakan parameter penting dalam menjalin hubungan antara sesama
pegawai karena prinsip ini akan mengatasi permasalahan kesenjangan sosial, iri,
dengki, tamak, egois, dan yang sikap-sikap negatif lainnya lainnya. Prinsip hidup
sederhana juga menghindari seseorang dari keinginan yang berlebihan.

h. Keberanian
Jika kita temui di dalam dunia kerja, ada banyak pegawai yang sedang
mengalami kesulitan dan kekecewaan. Meskipun demikian, untuk
menumbuhkan sikap keberanian demi mempertahankan pendirian dan
keyakinan pegawai, terutama sekali pegawai harus mempertimbangkan
berbagai masalah dengan sebaik-baiknya. Nilai keberanian dapat dikembangkan
oleh pegawai dalam kehidupan di dunia kerja dan di luar dunia kerja. Antara lain
dapat diwujudkan dalam bentuk berani mengatakan dan membela kebenaran,
berani mengakui kesalahan, berani bertanggung jawab, dan lain sebagainya
prinsip akuntabilitas dapat mulai diterapkan oleh pegawai dalam kehidupan
sehari-hari sebagai pegawai Misalnya program-program kegiatan arus dibuat
dengan mengindahkan aturan yang berlaku di dunia kerja dan dijalankan sesuai
dengan aturan.
i. Keadilan
Berdasarkan arti katanya, adil adalah sama berat, tidak berat sebelah, tidak
memihak. Bagi pegawai karakter adil ini perlu sekali dibina agar pegawai dapat
belajar mempertimbangkan dan mengambil keputusan secara adil dan benar.

3. Prinsip-prinsip Anti Korupsi

Setelah memahami nilai-nilai anti korupsi yang penting untuk mencegah faktor
internal terjadinya korupsi, berikut akan dibahas prinsip-prinsip Anti-korupsi yang
meliputi akuntabilitas, transparansi, kewajaran, kebijakan, dan kontrol kebijakan,
untuk mencegah faktor eksternal penyebab korupsi.

Ada 5 (lima) prinsip anti korupsi:

a. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan kerja. Semua
lembaga mempertanggung jawabkan kinerjanya sesuai aturan main baik dalam
bentuk konvensi (de facto) maupun konstitusi (de jure), baik pada level budaya
(individu dengan individu) maupun pada level lembaga (Bappenas: 2002).
Lembaga-lembaga tersebut berperan dalam sektor bisnis, masyarakat, publik,
maupun interaksi antara ketiga sektor.

Akuntabilitas publik secara tradisional dipahami sebagai alat yang digunakan


untuk mengawasi dan mengarahkan perilaku administrasi dengan cara

263
memberikan kewajiban untuk dapat memberikan jawaban (answerability)
kepada sejumlah otoritas eksternal (Dubnik: 2005). Selain itu akuntabilitas
publik dalam arti yang paling fundamental merujuk kepada kemampuan
menjawab kepada seseorang terkait dengan kinerja yang diharapkan (Pierre:
2007). Seseorang yang diberikan jawaban ini haruslah seseorang yang
memiliki legitimasi untuk melakukan pengawasan dan mengharapkan kinerja
(Prasojo: 2005).

Akuntabilitas publik memiliki pola-pola tertentu dalam mekanismenya, antara


lain adalah akuntabilitas program, akuntabilitas proses, akuntabilitas keuangan,
akuntabilitas outcome, akuntabilitas hukum, dan akuntabilitas politik
(Puslitbang, 2001). Dalam pelaksanaannya, akuntabilitas harus dapat diukur
dan dipertanggungjawabkan melalui mekanisme pelaporan dan
pertanggungjawaban atas semua kegiatan yang dilakukan. Evaluasi atas
kinerja administrasi, proses pelaksanaan, dampak dan manfaat yang diperoleh
masyarakat baik secara langsung maupun manfaat jangka panjang dari
sebuah kegiatan.

b. Transparansi
Transparansi adalah satu prinsip penting anti korupsi lainnya adalah
transparansi. Prinsip transparansi ini penting karena pemberantasan korupsi
dimulai dari transparansi dan mengharuskan semua proses kebijakan
dilakukan secara terbuka, sehingga segala bentuk penyimpangan dapat
diketahui oleh publik (Prasojo: 2007).

Selain itu transparansi menjadi pintu masuk sekaligus kontrol bagi seluruh
proses dinamika struktural kelembagaan. Dalam bentuk yang paling sederhana,
transparansi mengacu pada keterbukaan dan kejujuran untuk saling
menjunjung tinggi kepercayaan (trust) karena kepercayaan, keterbukaan, dan
kejujuran ini merupakan modal awal yang sangat berharga bagi para pegawai
untuk dapat melanjutkan tugas dan tanggungjawabnya pada masa kini dan
masa mendatang (Kurniawan: 2010).

Dalam prosesnya, transparansi dibagi menjadi lima yaitu 1) proses


penganggaran, 2) proses penyusunan kegiatan, 3) proses pembahasan, 4)
proses pengawasan, dan 5) proses evaluasi.

1) Proses penganggaran bersifat bottom up, mulai dari perencanaan,


implementasi, laporan pertanggung-jawaban dan penilaian (evaluasi)
terhadap kinerja anggaran.

2) Proses penyusunan kegiatan atau proyek pembangunan terkait dengan


proses pembahasan tentang sumber-sumber pendanaan (anggaran
pendapatan) dan alokasi anggaran (anggaran belanja).

3) Proses pembahasan membahas tentang pembuatan rancangan


peraturan yang berkaitan dengan strategi penggalangan (pemungutan)
dana, mekanisme pengelolaan proyek mulai dari pelaksanaan tender,

264
pengerjaan teknis, pelaporan finansial dan pertanggungjawaban secara
teknis.

4) Proses pengawasan dalam pelaksanaan program dan proyek


pembangunan berkaitan dengan kepentingan publik dan yang lebih khusus
lagi adalah proyek-proyek yang diusulkan oleh masyarakat sendiri. Proses
lainnya yang penting adalah proses evaluasi.

5) Proses evaluasi ini berlaku terhadap penyelenggaraan proyek dijalankan


secara terbuka dan bukan hanya pertanggungjawaban secara administratif,
tapi juga secara teknis dan fisik dari setiap out put kerja-kerja
pembangunan.

Hal-hal tersebut merupakan panduan bagi pegawai untuk dapat melaksanakan


kegiatannya agar lebih baik. Setelah pembahasan prinsip ini, pegawai sebagai
individu dan juga bagian dari masyarakat/ organisasi/institusi diharapkan dapat
mengimplementasikan prinsip transparansi di dalam kehidupan keseharian
pegawai.

c. Kewajaran
Prinsip anti korupsi lainnya adalah prinsip kewajaran. Prinsip fairness atau
kewajaran ini ditujukan untuk mencegah terjadinya manipulasi (ketidakwajaran)
dalam penganggaran, baik dalam bentuk mark up maupun ketidakwajaran
lainnya. Sifat-sifat prinsip kewajaran ini terdiri dari lima hal penting yaitu
komprehensif dan disiplin, fleksibilitas, terprediksi, kejujuran, dan informatif.

Komprehensif dan disiplin berarti mempertimbangkan keseluruhan aspek,


berkesinam-bungan, taat asas, prinsip pembebanan, pengeluaran dan tidak
melampaui batas (off budget), sedangkan fleksibilitas artinya adalah adanya
kebijakan tertentu untuk mencapai efisiensi dan efektifitas. Terprediksi berarti
adanya ketetapan dalam perencanaan atas dasar asas value for money untuk
menghindari defisit dalam tahun anggaran berjalan. Anggaran yang terprediksi
merupakan cerminan dari adanya prinsip fairness.

Prinsip kewajaran dapat mulai diterapkan oleh pegawai dalam kehidupan di


dunia kerja. Misalnya, dalam penyusunan anggaran program kegiatan
kepegawaian harus dilakukan secara wajar. Demikian pula dalam menyusun
Laporan pertanggung-jawaban, harus disusun dengan penuh tanggung-jawab.

d. Kebijakan
Prinsip anti korupsi yang keempat adalah prinsip kebijakan. Pembahasan
mengenai prinsip ini ditujukan agar pegawai dapat mengetahui dan memahami
kebijakan anti korupsi. Kebijakan ini berperan untuk mengatur tata interaksi
agar tidak terjadi penyimpangan yang dapat merugikan negara dan masyarakat.
Kebijakan anti korupsi ini tidak selalu identik dengan undang-undang anti-
korupsi, namun bisa berupa undang-undang kebebasan mengakses informasi,
undang-undang desentralisasi, undang-undang anti-monopoli, maupun lainnya
yang dapat memudahkan masyarakat mengetahui sekaligus mengontrol

265
terhadap kinerja dan penggunaan anggaran negara oleh para pejabat negara.

Aspek-aspek kebijakan terdiri dari isi kebijakan, pembuat kebijakan, pelaksana


kebijakan, kultur kebijakan. Kebijakan anti-korupsi akan efektif apabila di
dalamnya terkandung unsur-unsur yang terkait dengan persoalan korupsi dan
kualitas dari isi kebijakan tergantung pada kualitas dan integritas pembuatnya.

Kebijakan yang telah dibuat dapat berfungsi apabila didukung oleh aktor-aktor
penegak kebijakan yaitu keKemenkesan, kejaksaan, pengadilan, pengacara,
dan lembaga pemasyarakatan.

Eksistensi sebuah kebijakan tersebut terkait dengan nilai-nilai, pemahaman,


sikap, persepsi, dan kesadaran masyarakat terhadap hukum atau undang-
undang anti korupsi. Lebih jauh lagi, kultur kebijakan ini akan menentukan
tingkat partisipasi masyarakat dalam pemberantasan korupsi.

e. Kontrol Kebijakan
Prinsip terakhir anti korupsi adalah kontrol kebijakan. Kontrol kebijakan
merupakan upaya agar kebijakan yang dibuat betul-betul efektif dan
mengeliminasi semua bentuk korupsi. Pada prinsip ini, akan dibahas mengenai
lembaga-lembaga pengawasan di Indonesia, self-evaluating organization,
reformasi sistem pengawasan di Indonesia, problematika pengawasan di
Indonesia.

Bentuk kontrol kebijakan berupa partisipasi, evolusi dan reformasi. Kontrol


kebijakan berupa partisipasi yaitu melakukan kontrol terhadap kebijakan
dengan ikut serta dalam penyusunan dan pelaksanaannya dan kontrol
kebijakan berupa oposisi.

Pokok Bahasan 3
Upaya Pencegahan Korupsi dan Pemberantasan Korupsi

Korupsi masih terjadi secara masif dan sistematis. Praktiknya bisa berlangsung dimanapun,
di lembaga negara, lembaga privat, hingga di kehidupan sehari-hari. Melihat kondisi seperti
itu, maka pencegahan menjadi layak didudukkan sebagai strategi perdananya. Pada bab
sebelumnya telah dijelaskan pengertian korupsi, faktor-faktor penyebab korupsi, nilai-nilai
yang perlu dikembangkan untuk mencegah seseorang melakukan korupsi atau perbuatan-
perbuatan koruptif. dan prinsip-prinsip upaya pemberantasan korupsi. Ada yang
mengatakan bahwa upaya yang paling tepat untuk memberantas korupsi adalah
menghukum seberat-beratnya pelaku korupsi. Dengan demikian, bidang hukum khususnya
hukum pidana akan dianggap sebagai jawaban yang paling tepat untuk memberantas
korupsi.

266
Merupakan sebuah realita bahwa kita sudah memiliki berbagai perangkat hukum untuk
memberantas korupsi yaitu peraturan perundang-undangan. Kita memiliki lembaga serta
aparat hukum yang mengabdi untuk menjalankan peraturan tersebut baik keKemenkesan,
kejaksaan, dan pengadilan. Kita bahkan memiliki sebuah lembaga independen yang
bernama Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang kesemuanya dibentuk salah satunya
untuk memberantas korupsi. Namun korupsi tetap tumbuh subur dan berkembang dengan
pesat. Sedihnya lagi, dalam realita ternyata lembaga dan aparat yang telah ditunjuk tersebut
dalam beberapa kasus justru ikut menumbuh suburkan korupsi yang terjadi di Indonesia.
Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa bekal penkerjaan (termasuk Pekerjaan Agama)
memegang peranan yang sangat penting untuk mencegah korupsi. Yang cukup
mengejutkan, negara-negara yang tingkat korupsinya cenderung tinggi, justru adalah
negara-negara yang masyarakatnya dapat dikatakan cukup taat beragama.

Ada yang mengatakan bahwa untuk memberantas korupsi, sistem dan lembaga
pemerintahan serta lembaga-lembaga negara harus direformasi. Reformasi ini meliputi
reformasi terhadap:

sistem

kelembagaan maupun pejabat publiknya

ruang untuk korupi harus diperkecil

transparansi dan akuntabilitas serta

akses untuk mempertanyakan apa yang dilakukan pejabat publik harus ditingkatkan

Pada bagian atau bab ini, akan dipaparkan berbagai upaya pencegahan dan
pemberantasan korupsi yang dapat dan telah dipraktikkan di berbagai negara. Ada
beberapa bahan menarik yang dapat didiskusikan dan digali bersama untuk melihat upaya
yang dapat kita lakukan untuk memberantas korupsi.

1. Upaya Pencegahan Korupsi

Berikut akan dipaparkan berbagai upaya atau strategi yang dilakukan untuk
memberantas korupsi yang dikembangkan oleh United Nations yang dinamakan the
Global Program Against Corruption dan dibuat dalam bentuk United Nations Anti-
Corruption Toolkit (UNODC : 2004).

a) Pembentukan Lembaga Anti-Korupsi


Salah satu cara untuk memberantas korupsi adalah dengan membentuk
lembaga yang independen yang khusus menangani korupsi. Sebagai contoh di
beberapa negara didirikan lembaga yang dinamakan Ombudsman. Peran
lembaga ombudsman yang kemudian berkembang pula di negara lain antara

267
lain menyediakan sarana bagi masyarakat yang hendak mengkomplain apa
yang dilaku-kan oleh Lembaga Pemerintah dan pegawainya. Selain itu
lembaga ini juga mem-berikan edukasi pada pemerintah dan masyarakat serta
mengembangkan standar perilaku serta code of conduct bagi lembaga
pemerintah maupun lembaga hukum yang membutuhkan. Salah satu peran
dari ombudsman adalah mengembangkan kepedulian serta pengetahuan
masyarakat mengenai hak mereka untuk mendapat perlakuan yang baik, jujur
dan efisien dari pegawai pemerintah (UNODC: 2004).

Indonesia sudah memiliki Lembaga yang secara khusus dibentuk untuk


memberantas korupsi. Lembaga tersebut adalah Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK). Apa saja yang sudah dilakukan oleh Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) untuk mencegah dan memberantas korupsi? Adakah yang
masih harus diperbaiki dari kinerja KPK yang merupakan lembaga independen
anti-korupsi yang ada di Indonesia? Ada beberapa negara yang tidak memiliki
lembaga khusus yang memiliki kewenangan seperti KPK Namun tingkat
korupsi di negara-negara tersebut sangat rendah. Mengapa? Salah satu
jawabannya adalah lembaga peradilannya telah berfungsi dengan baik dan
aparat penegak hukumnya bekerja dengan penuh integritas.

Pengadilan adalah jantungnya penegakan hukum yang harus bersikap


imparsial (tidak memihak), jujur dan adil. Banyak kasus korupsi yang tidak
terjerat oleh hukum karena kinerja lembaga peradilan yang sangat buruk. Bila
kinerjanya buruk karena tidak mampu (unable), mungkin masih dapat
dimaklumi. Ini berarti pengetahuan serta ketrampilan aparat penegak hukum
harus ditingkatkan. Yang menjadi masalah adalah bila mereka tidak mau
(unwilling) atau tidak memiliki keinginan yang kuat (strong political will) untuk
memberantas korupsi, atau justru terlibat dalam berbagai perkara korupsi. Di
tingkat departemen, kinerja lembaga-lembaga audit seperti Inspektorat
Jenderal harus ditingkatkan. Selama ini ada kesan bahwa lembaga ini sama
sekali ‘tidak punya gigi’ ketika berhadapan dengan korupsi yang melibatkan
pejabat tinggi.

Reformasi birokrasi dan reformasi pelayanan publik adalah salah satu cara
untuk mencegah korupsi. Semakin banyak meja yang harus dilewati untuk
mengurus suatu hal, semakin banyak pula kemungkinan untuk terjadinya
korupsi. Salah satu cara untuk menghindari praktik suap menyuap dalam
rangka pelayanan publik adalah dengan mengumumkan secara resmi biaya
yang harus dikeluarkan oleh seseorang untuk mengurus suatu hal seperti
mengurus paspor, mengurus SIM, mengurus ijin usaha atau Ijin Mendirikan
Bangunan (IMB) dsb. Salah satu hal yang juga cukup krusial untuk mengurangi
risiko korupsi adalah dengan memperbaiki dan memantau kinerja Pemerintah
Daerah. Sebelum Otonomi Daerah diberlakukan, umumnya semua kebijakan
diambil oleh Pemerintah Pusat. Dengan demikian korupsi besar-besaran
umumnya terjadi di Ibukota negara atau di Jakarta. Dengan otonomi yang
diberikan kepada Pemerintah Daerah, kantong korupsi tidak terpusat hanya di
ibukota negara saja tetapi berkembang di berbagai daerah. Untuk itu kinerja
dari aparat pemerintahan di daerah juga perlu diperbaiki dan dipantau atau

268
diawasi terbukti melakukan korupsi.

Selain sistem perekruitan, sistem penilaian kinerja pegawai negeri yang


menitikberatkan pada pada proses (proccess oriented) dan hasil kerja akhir
(result oriented) perlu dikembangkan. Untuk meningkatkan budaya kerja dan
motivasi kerja pegawai negeri, bagi pegawai negeri yang berprestasi perlu
diberi insentif yang sifatnya positif. Pujian dari atasan, penghargaan, bonus
atau jenis insentif lainnya dapat memacu kinerja pegawai negeri.

b) Pencegahan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat


Salah satu upaya pencegahan korupsi adalah memberi hak pada masyarakat
untuk mendapatkan akses terhadap informasi (access to information). Sebuah
sistem harus dibangun di mana kepada masyarakat (termasuk media)
diberikan hak meminta segala informasi yang berkaitan dengan kebijakan
pemerintah yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak. Hak ini dapat
meningkatkan keinginan pemerintah untuk membuat kebijakan dan
menjalankannya secara transparan. Pemerintah memiliki kewajiban melakukan
sosialisasi atau diseminasi berbagai kebijakan yang dibuat dan akan dijalankan.
Isu mengenai public awareness atau kesadaran serta kepedulian publik
terhadap bahaya korupsi dan isu pemberdayaan masyarakat adalah salah satu
bagian.

c) Pencegahan Korupsi di Sektor Publik


Salah satu cara untuk mencegah korupsi adalah dengan mewajibkan pejabat
publik untuk melaporkan dan mengumumkan jumlah kekayaan yang dimiliki
baik sebelum maupun sesudah menjabat. Dengan demikian masyarakat dapat
memantau tingkat kewajaran peningkatan jumlah kekayaan yang dimiliki
khususnya apabila ada peningkatan jumlah kekayaan setelah selesai menjabat.

Untuk kontrak pekerjaan atau pengadaan barang baik di pemerintahan pusat,


daerah maupun militer, salah satu cara untuk memperkecil potensi korupsi
adalah dengan melakukan lelang atau penawaran secara terbuka. Masyarakat
harus diberi otoritas atau akses untuk dapat memantau dan memonitor hasil
dari pelelangan atau penawaran tersebut. Untuk itu harus dikembangkan
sistem yang dapat memberi kemudahan bagi masyarakat untuk ikut memantau
ataupun memonitor hal ini yang sangat penting dari upaya memberantas
korupsi.

Salah satu cara untuk meningkatkan public awareness adalah dengan


melakukan kampanye tentang bahaya korupsi. Sosialisasi serta diseminasi di
ruang publik mengenai apa itu korupsi, dampak korupsi dan bagaimana
memerangi korupsi harus diintensifkan. Kampanye tersebut dapat dilakukan
dengan menggunakan media massa (baik cetak maupun tertulis), melakukan
seminar dan diskusi

Spanduk dan poster yang berisi ajakan untuk menolak segala bentuk korupsi
‘harus’ dipasang di kantor-kantor pemerintahan sebagai media kampanye
tentang bahaya korupsi bahkan memasukkan materi budaya anti korupsi

269
menajdi bagian dari pembelajaran pada pelatihan bagi aparatur sipil negara.
Salah satu cara untuk ikut memberdayakan masyarakat dalam mencegah dan
memberantas korupsi adalah dengan menyediakan sarana bagi masyarakat
untuk melaporkan kasus korupsi.

Sebuah mekanisme harus dikembangkan di mana masyarakat dapat dengan


mudah dan bertanggung-jawab melaporkan kasus korupsi yang diketahuinya.
Mekanisme tersebut harus dipermudah atau disederhanakan misalnya via
telepon, surat atau telex. Di beberapa Negara, pasal mengenai ‘fitnah’ dan
“pencemaran nama baik” tidak dapat diberlakukan untuk mereka yang
melaporkan kasus korupsi dengan pemikiran bahwa bahaya korupsi dianggap
lebih besar dari pada kepentingan individu. Pers yang bebas adalah salah satu
pilar dari demokrasi. Semakin banyak informasi yang diterima oleh masyarakat,
semakin paham mereka akan bahaya korupsi. Media memiliki fungsi yang
efektif untuk melakukan pengawasan atas perilaku pejabat publik.

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau NGOs baik tingat lokal atau
internasional juga memiliki peranan penting untuk mencegah dan
memberantas korupsi. Mereka adalah bagian dari masyarakat sipil (civil society)
yang keberadaannya tidak dapat diremehkan begitu saja. Sejak era reformasi,
LSM baru yang bergerak di bidang Anti-Korupsi banyak bermunculan. Sama
seperti pers yang bebas, LSM memiliki fungsi untuk melakukan pengawasan
atas perilaku pejabat publik.

Mengacu pada berbagai aspek yang dapat menjadi penyebab terjadinya


korupsi sebagaimana telah dipaparkan dalam bab sebelumnya, dapat dikatakan
bahwa penyebab korupsi terdiri atas faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal merupakan penyebab korupsi yang datangnya dari diri pribadi
atau individu, sedangkan faktor eksternal berasal dari lingkungan atau sistem.
Upaya pencegahan korupsi pada dasarnya dapat dilakukan dengan
menghilangkan, atau setidaknya mengurangi, kedua faktor penyebab korupsi
tersebut. Faktor internal sangat ditentukan oleh kuat tidaknya nilai-nilai anti
korupsi tertanam dalam diri setiap individu. Nilai-nilai anti korupsi tersebut
antara lain meliputi kejujuran, kemandirian, kedisiplinan, tanggung jawab, kerja
keras, sederhana, keberanian, dan keadilan.

Nilai-nilai anti korupsi itu perlu diterapkan oleh setiap individu untuk dapat
mengatasi faktor eksternal agar korupsi tidak terjadi. Untuk mencegah
terjadinya faktor eksternal, selain memiliki nilai-nilai anti korupsi, setiap individu
perlu memahami dengan mendalam prinsip-prinsip anti korupsi yaitu
akuntabilitas, transparansi, kewajaran, kebijakan, dan kontrol kebijakan dalam
suatu organisasi/ institusi/ masyarakat. Oleh karena itu hubungan antara
prinsip-prinsip dan nilai-nilai anti korupsi merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan.

2. Upaya Pemberantasan Korupsi

270
Tidak ada jawaban yang tunggal dan sederhana untuk menjawab mengapa korupsi
timbul dan berkembang demikian masif di suatu negara. Ada yang menyatakan
bahwa korupsi ibarat penyakit ‘kanker ganas’ yang sifatnya tidak hanya kronis tapi
juga akut. Ia menggerogoti perekonomian sebuah negara secara perlahan, namun
pasti. Penyakit ini menempel pada semua aspek bidang kehidupan masyarakat
sehingga sangat sulit untuk diberantas. Perlu dipahami bahwa dimanapun dan
sampai pada tingkatan tertentu, korupsi memang akan selalu ada dalam suatu
negara atau masyarakat.

Dalam pemberantasan korupsi sangat penting untuk menghubungkan strategi atau


upaya pemberantasan korupsi dengan melihat karakteristik dari berbagai pihak
yang terlibat serta lingkungan di mana mereka bekerja atau beroperasi. Tidak ada
jawaban, konsep atau program tunggal untuk setiap negara atau organisasi.

Upaya yang paling tepat untuk memberantas korupsi adalah dengan


memberikan pidana atau menghukum seberat-beratnya pelaku korupsi. Dengan
demikian bidang hukum khususnya hukum pidana akan dianggap sebagai
jawaban yang paling tepat untuk memberantas korupsi.

Untuk memberantas korupsi tidak dapat hanya mengandalkan hukum (pidana)


saja dalam memberantas korupsi.

Padahal beberapa kalangan mengatakan bahwa cara untuk memberantas korupsi


yang paling ampuh adalah dengan memberikan hukuman yang seberat-beratnya
kepada pelaku korupsi. Kepada pelaku yang terbukti telah melakukan korupsi
memang tetap harus dihukum (diberi pidana), namun berbagai upaya lain harus
tetap terus dikembangkan baik untuk mencegah korupsi maupun untuk
menghukum pelakunya

Adakah gunanya berbagai macam peraturan perundang-undangan, lembaga serta


sistem yang dibangun untuk menghukum pelaku korupsi bila hasilnya tidak ada?
Jawabannya adalah: jangan hanya mengandalkan satu cara, satu sarana atau satu
strategi saja yakni dengan menggunakan sarana penal, karena ia tidak akan
mempan dan tidak dapat bekerja secara efektif. Belum lagi kalau kita lihat bahwa
ternyata lembaga serta aparat yang seharusnya memberantas korupsi justru ikut
bermain dan menjadi aktor yang ikut menumbuhsuburkan praktik korupsi.

3. Strategi Komunikasi Pemberantasan Korupsi (PK)

a. Adanya Regulasi
KEPMENKES No: 232 Menkes/SK/VI/2013, Tentang Strategi Komunikasi
Pemberantasan Budaya Anti Korupsi Kementerian Kesehatan Tahun 2013

 Penyusunan dan sosialisasai Buku panduan Penggunaan fasilitas kantor


 Penyusunan dan sosialisasi Buku Panduan Memahami Gratifikasi
 Workshop/ pertemuan peningkatan pemahaman tentang antikorupsi dengan
topik tentang gaya hidup PNS, kesederhanaan, perencanaan keuangan
keluarga sesuai dengan kemampuan lokus

271
 Penyebarluasan nilai-nilai anti korupsi (disiplin dan tanggung jawab)
berkaitan dengan kebutuhan pribadi dan persepsi gratifikasi
 Penyebarluasan informasi tentang peran penting dann manfaat whistle
blower dan justice collaborator

b. Perbaikan Sistem
 Memperbaiki peraturan perundangan yang berlaku, untuk mengantisipasi
perkembangan korupsi dan menutup celah hukum atau pasal-pasal karet
yang sering digunakan koruptor melepaskan diri dari jerat hukum.
 Memperbaiki cara kerja pemerintahan (birokrasi) menjadi simpel dan
efisien. Menciptakan lingkungan kerja yang anti korupsi. Reformasi
birokrasi.
 Memisahkan secara tegas kepemilikan negara dan kepemilikan pribadi,
memberikan aturan yang jelas tentang penggunaan fasilitas negara untuk
kepentingan umum dan penggunaannya untuk kepentingan pribadi.
 Menegakkan etika profesi dan tata tertib lembaga dengan pemberian
sanksi secara tegas.
 Penerapan prinsip-prinsip Good Governance.
 Mengoptimalkan pemanfaatan teknologi, memperkecil terjadinya human
error.

c. Perbaikan Manusianya (Sumber Daya Manusia/SDM)


KPK terus berusaha melakukan pencegahan korupsi sejak dini. Berdasarkan
studi yang telah dilakukan, ditemukan bahwa ada peran penting keluarga
dalam menanamkan nilai anti korupsi. Berdasarkan kajian yang telah dilakukan,
ditemukan bahwa ada peran penting keluarga dalam proses pencegahan
korupsi. Keluarga batih menjadi pihak pertama yang bisa menanamkan nilai
anti korupsi saat anak dalam proses pertumbuhan. "Keluarga batih itu adalah
pihak pertama yang bisa menanamkan nilai anti korupsi ke anak. Seiring anak
tumbuh, nilai anti korupsi itu semakin mantap. KPK menekankan pencegahan
korupsi sejak dini. Sebabnya, ketika seseorang sudah beranjak dewasa dan
memiliki pemahaman sendiri, penanaman nilai anti korupsi akan susah
ditanamkan. Ketika orang sudah dewasa, apalagi dia adalah orang yang
pandai dan cerdas, sangat susah menanamkan nilai anti korupsi karena
mereka sudah punya pemahaman sendiri.

 Memperbaiki moral manusia sebagai umat beriman. Mengoptimalkan


peran agama dalam memberantas korupsi. Artinya pemuka agama
berusaha mempererat ikatan emosional antara agama dengan umatnya
dan menyatakan dengan tegas bahwa korupsi adalah perbuatan tercela,
mengajak masyarakat untuk menjauhkan diri dari segala bentuk korupsi,
mendewasakan iman dan menumbuhkan keberanian masyarakat untuk
melawan korupsi.
 Memperbaiki moral sebagai suatu bangsa. Pengalihan loyalitas (kesetiaan)
dari keluarga/ klan/ suku kepada bangsa. Menolak korupsi karena secara
moral salah (Klitgaard, 2001). Morele herbewapening, yaitu

272
mempersenjatai/ memberdayakan kembali moral bangsa (Frans Seda,
2003).
 Meningkatkan kesadaran hukum, dengan sosialisasi dan penkerjaan anti
korupsi.
 Mengentaskan kemiskinan. Meningkatkan kesejahteraan.
 Memilih pemimpin yang bersih, jujur dan anti korupsi, pemimpin yang
memiliki kepedulian dan cepat tanggap, pemimpin yang bisa menjadi
teladan.

Pokok Bahasan 4
C. Tata Cara Pelaporan Dugaan Pelanggaran Tindak Pidana Korupsi

Dalam menjalani aktivitas sehari-hari dilingkup perusahaan mungkin kita melihat ada
beberapa “oknum” pejabat yang melakukan tindak pidana korupsi namun kita binggung
bagaimana cara melaporkan kasus tersebut..

Pengertian Laporan/Pengaduan dapat kita temukan didalam Pasal 1 angka 24 dan 25


UU No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

Laporan adalah pemberitahuan yang disampaikan oleh seorang karena hak atau
kewajiban berdasarkan undang-undang kepada pejabat yang berwenang tentang telah
atau sedang atau diduga akan terjadinya peristiwa pidana.(Pasal 1 angka 24 KUHAP)

Sedangkan yang dimaksud dengan pengaduan adalah:

Pengaduan adalah pemberitahuan disertai permintaan oleh pihak yang


berkepentingan kepada pejabat yang berwenang untuk menindak menurut hukum
seorang yang telah melakukan tindak pidana aduan yang merugikannya.(Pasal 1
angka 25 KUHAP).

1. Laporan
Dari pengertian di atas, laporan merupakan suatu bentuk pemberitahuan kepada
pejabat yang berwenang bahwa telah ada atau sedang atau diduga akan terjadinya
sebuah peristiwa pidana/ kejahatan. Artinya, peristiwa yang dilaporkan belum tentu
perbuatan pidana, sehingga dibutuhkan sebuah tindakan penyelidikan oleh pejabat
yang berwenang terlebih dahulu untuk menentukan perbuatan tersebut merupakan
tindak pidana atau bukan. Kita sebagai orang yang melihat suatu tidak kejahatan
memiliki kewajiban untuk melaporkan tindakan tersebut.

Jika Anda ingin melaporkan suatu tindak pidana korupsi yang terjadi di lingkungan
kementerian Kesehatan, saat ini kementerian Kesehatan melalui Inspektorat
jenderal sudah mempunyai mekanisme pengaduan tindak pidana korupsi.

Mekanisme Pelaporan :

a. Tim Dumasdu pada unit Eselon 1 setiap bulan menyampaikan laporan


penanganan pengaduan masyarakat dalam bentuk surat kepada Sekretariat
Tim Dumasdu. Laporan tersebut minimal memuat informasi tentang nomor dan

273
tanggal pengaduan, isi ringkas pengaduan, posisi penanganan dan hasilnya
penanganan.
b. Sekretariat Tim Dumasdu menyusun laporan triwulanan dan semesteran untuk
disampaikan kepada Menteri Kesehatan dan Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dan pihak-pihak terkait lainnya.

2. Penyelesaian Hasil Penanganan Pengaduan Masyarakat


Sekretariat Tim Dumasdu secara periodik melakukan monitoring dan evaluasi
(money) terhadap hasil ADTT/Investigasi, berkoordinasi dengan Bagian Analisis
Pelaporan dan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (APTLHP). Pelaksanaan money
dan penyusunan laporan hasil money dilakukan sesuai dengan Standar
Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku pada Inspektorat Jenderal.

Penyelesaian hasil penanganan dumas agar ditindaklanjuti sesuai dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, berupa:

a. Tindakan administratif;
b. Tuntutan perbendaharaan dan ganti rugi;
c. Tindakan perbuatan pidana;
d. Tindakan pidana;
e. Perbaikan manajemen.

3. Pengaduan
Pengaduan yang dapat bersumber dari berbagai pihak dengan berbagai jenis
pengaduan, perlu diproses ke dalam suatu sistem yang memungkinkan adanya
penanganan dan solusi terbaik dan dapat memuaskan keinginan publik terhadap
akuntabilitas pemerintahan. Ruang lingkup materi dalam pengaduan adalah adanya
kepastian telah terjadi sebuah tindak pidana yang termasuk dalam delik aduan,
dimana tindakan seorang pengadu yang mengadukan permasalahan pidana delik
aduan harus segera ditindak lanjuti dengan sebuah tindakan hukum berupa
serangkaian tindakan penyidikan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Artinya dalam proses penerimaan pengaduan dari masyarakat, seorang pejabat
yang berwenang dalam hal ini internal di Kementerian Kesehatan khususnya
Inspektorat Jenderal, harus bisa menentukan apakah sebuah peristiwa yang
dilaporkan oleh seorang pengadu merupakan sebuah tindak pidana delik aduan
ataukah bukan.

4. Tata Cara Penyampaian Pengaduan


Prosedur Penerimaan Laporan kepada Kemenkes adalah Berdasarkan Permenkes
Nomor 49 tahun 2012 tentang Pengaduan kasus korupsi, beberapa hal penting
yang perlu diketahui antaranya.

Pengaduan masyarakat di Lingkungan Kementerian Kesehatan dikelompokkan


dalam:

a. Pengaduan masyarakat berkadar pengawasan; dan


b. Pengaduan masyarakat tidak berkadar pengawasan.

274
Pengaduan masyarakat berkadar pengawasan adalah: mengandung informasi atau
adanya indikasi terjadinya penyimpangan atau penyalahgunaan wewenang yang
dilakukan oleh aparatur Kementerian Kesehatan sehingga mengakibatkan kerugian
masyarakat atau negara.
Pengaduan masyarakat tidak berkadar pengawasan merupakan pengaduan
masyarakat yang isinya mengandung informasi berupa sumbang saran, kritik yang
konstruktif, dan lain sebagainya, sehingga bermanfaat bagi perbaikan
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat.
Masyarakat terdiri atas orang perorangan, organisasi masyarakat, partai politik,
institusi, kementerian/ lembaga pemerintah, dan pemerintah daerah. Pengaduan
masyarakat di lingkungan Kementerian Kesehatan dapat disampaikan secara
langsung melalui tatap muka, atau secara tertulis/surat, media elektronik, dan
media cetak kepada pimpinan atau pejabat Kementerian Kesehatan.
Pengaduan masyarakat berkadar pengawasan dapat disampaikan secara langsung
oleh masyarakat kepada Sekretariat Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan.
Pengaduan masyarakat tidak berkadar pengawasan dapat disampaikan secara
langsung oleh masyarakat kepada sekretariat unit utama dilingkungan Kementerian
Kesehatan.
Pengaduan masyarakat di lingkungan Kementerian Kesehatan harus ditanggapi
dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak pengaduan diterima.

5. Tim Penanganan Pengaduan Masyarakat Terpadu di Lingkungan Kemenkes


Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/ Per/ VIII/ 2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Inspektorat Jenderal
mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern di lingkungan Kementerian
Kesehatan, sehingga dalam rangka melaksanakan fungsi tersebut perlu suatu
pedoman penanganan pengaduan masyarakat yang juga merupakan bentuk
pengawasan. Selain itu untuk penanganan pengaduan masyarakat secara
terkoordinasi di lingkungan Kementerian Kesehatan telah dibentuk Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 134/ Menkes/ SK/ III/ 2012 tentang Tim Penanganan
Pengaduan Masyarakat Terpadu di Lingkungan Kementerian Kesehatan (Tim
Dumasdu) yang anggotanya para Kepala bagian Hukormas yang ada pada masing-
masing Unit Eselon I di Kementerian Kesehatan.

Pengaduan masyarakat di lingkungan Kementerian Kesehatan ditangani oleh Tim


Penanganan Pengaduan Masyarakat Terpadu di Lingkungan Kementerian
Kesehatan yang dibentuk oleh Menteri berdasarkan kewenangan masing-masing.

Penanganan pengaduan masyarakat terpadu di lingkungan Kementerian


Kesehatan harus dilakukan secara cepat, tepat, dan dapat dipertanggungjawabkan
Penanganan pengaduan masyarakat meliputi pencatatan, penelaahan,
penanganan lebih lanjut, pelaporan, dan pengarsipan. Penanganan lebih lanjut
berupa tanggapan secara langsung melalui klarifikasi atau memberi jawaban, dan
penyaluran/ penerusan kepada unit terkait yang berwenang menangani. Ketentuan
lebih lanjut mengenai penanganan pengaduan masyarakat tercantum dalam

275
Pedoman Penanganan Pengaduan Masyarakat Terpadu di Lingkungan
Kementerian Kesehatan.

6. Pencatatan Pengaduan
Pada dasarnya pengaduan disampaikan secara tertulis. Walaupun peraturan yang
ada menyebutkan bahwa pengaduan dapat dilakukan secara lisan, tetapi untuk
lebih meningkatkan efektifitas tindak lanjut atas suatu perkara, maka pengaduan
yang diterima masyarakat hanya berupa pengaduan tertulis.

Pencatatan pengaduan masyarakat oleh Tim Dumasdu dilakukan sebagai berikut:

a. Pengaduan masyarakat (dumas) yang diterima oleh Tim Dumasdu pada Unit
Eselon I berasal dari organisasi masyarakat, partai politik, perorangan atau
penerusan pengaduan oleh Kementerian/ Lembaga/ Komisi Negara dalam
bentuk surat, fax, atau email, dicatat dalam agenda surat masuk secara
manual atau menggunakan aplikasi sesuai dengan prosedur
pengadministrasian/ tata persuratan yang berlaku. Pengaduan yang
disampaikan secara lisan agar dituangkan ke dalam formulir yang disediakan.
b. Pencatatan dumas tersebut sekurang-kurangnya memuat informasi tentang
nomor dan tanggal surat pengaduan, tanggal diterima, identitas pengadu,
identitas terlapor, dan inti pengaduan.
c. Pengaduan yang alamatnya jelas, segera dijawab secara tertulis dalam waktu
paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak surat pengaduan diterima,
dengan tembusan disampaikan kepada Sekretariat Tim Dumasdu pada
Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan.

Pokok Bahasan 5
E. GRATIFIKASI

1. Pengertian Gratifikasi
Bagi sebagian orang mungkin sudah mengetahui apa yang dimaksud dengan kata
Gratifikasi. Tapi Saya lebih senang menafsirkan kata tersebut dengan kata yang
mendefinisikan sesuatu yang berarti “gratis di kasih”. Gratifikasi menurut kamus
hukum berasal dari Bahasa Belanda, “Gratificatie”, atau Bahasa Inggrisnya
“Gratification“ yang diartikan hadiah uang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI,1998) Gratifikasi diartikan pemberian hadiah uang kepada pegawai di luar gaji
yang telah ditentukan.

Menurut UU No.31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi, Penjelasan Pasal 12 b ayat (1), Gratifikasi adalah Pemberian
dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi,
pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata,
pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut baik yang diterima
di dalam negeri maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan
sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik.

Ada beberapa contoh penerimaan gratifikasi, diantaranya yakni:

 Seorang pejabat negara menerima “uang terima kasih” dari pemenang lelang;

276
 Suami/ Istri/ anak pejabat memperoleh voucher belanja dan tiket tamasya ke luar
negeri dari mitra bisnis istrinya/ suaminya;
 Seorang pejabat yang baru diangkat memperoleh mobil sebagai tanda
perkenalan dari pelaku usaha di wilayahnya;
 Seorang petugas perijinan memperoleh uang “terima kasih” dari pemohon ijin
yang sudah dilayani.
 Pemberian bantuan fasilitas kepada pejabat Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif
tertentu, seperti: Bantuan Perjalanan + penginapan, Honor-honor yang tinggi
kepada pejabat-pejabat walaupun dituangkan dalam SK yang resmi),
Memberikan fasilitas Olah Raga (misal, Golf, dll); Memberikan hadiah pada
event-event tertentu (misal, bingkisan hari raya, pernikahan, khitanan, dll).

Pemberian gratifikasi tersebut umumnya banyak memanfaatkan momen-momen


ataupun peristawa-peristiwa yang cukup baik, seperti: Pada hari-hari besar
keagamaan (hadiah hari raya tertentu), hadiah perkawinan, hari ulang tahun,
keuntungan bisnis, dan pengaruh jabatan

Pengertian Gratifikasi menurut penjelasan Pasal 12B UU No. 20 Tahun 2001

Pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount),
komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan
wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya.

Gratifikasi tersebut baik yang diterima di dalam negeri maupun di luar negeri dan
yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik.

Pengecualian
Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 Pasal 12 C ayat (1) :
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12B ayat (1) tidak berlaku, jika
penerima melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi.

2. Aspek Hukum
Aspek hukum gratifikasi meliputi tiga unsur yaitu: (1) dasar hukum, (2) subyek hukum,
(3) Obyek Hukum. Ada dua Dasar Hukum dalam gratifikasi yaitu:

(1) Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 ; dan

(2) Undang-undang No 20 Tahun 2001

Menurut undang-undang Nomor 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan


Tindak Pidana Korupsi pasal 16: “setiap PNS atau Penyelenggara Negara yang
menerima gratifikasi wajib melaporkan kepada KPK”

Undang-undang nomor 20 tahun 2001, menurut UU No 20 tahun 2001 tentang


pemberantasan tindak korupsi pasal 12 C Ayat (1) tidak berlaku, jika penerima
melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada KPK. Ayat 2 penyampaian laporan

277
sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 wajib dilakukan oleh penerima gratifikasi paling
lambat 30 hari kerja terhitung sejak tanggal gratifikasi tersebut diterima.

Subyek Hukum terdiri dari: (1) Penyelenggara Negara, dan (2) Pegawai Negeri

Penyelenggara negara meliputi: pejabat negara pada lembaga tertinggi negara,


pejabata negara pada lembaga tinggi negara, menteri, gubernur, hakim, pejabat lain
yang memilikifungsi startegis dalam kaitannya dalam penyelenggaraan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.

Pegawai Negeri Sipil meliputi pegawai negeri spil sebagaimana yang dimaksud
dalam undang-undang kepegawaian, pegawai negeri spil sebagaimana yang
dimaksud dalam kitab undang-undang hukum pidana, orang yang menerima gaji
atau upah dari keuangan negara atau daerah, orang yang menerima gaji atau upah
dari suatu korporasi yang menerima bantuan dari keuangan negara atau daerah;
orang yang menerima gaji atau upah dari korporasi lain yang mempergunakan modal
atau fasilitas negara atau rakyat

Obyek Hukum gratifikasi meliputi: (1) uang (2) barang dan (3) fasilitas

3. Gratifikasi Dikatakan sebagai Tindak Pidana Korupsi


Gratifikasi dikatakan sebagai pemberian suap jika berhubungan dengan jabatannnya
dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya, dengan ketentuan sebagai
berikut:

Suatu gratifikasi atau pemberian hadiah berubah menjadi suatu yang perbuatan
pidana suap khususnya pada seorang penyelenggara negara atau pegawai negeri
adalah pada saat penyelenggara negara atau pegawai negeri tersebut melakukan
tindakan menerima suatu gratifikasi atau pemberian hadiah dari pihak manapun
sepanjang pemberian tersebut diberikan berhubungan dengan jabatan ataupun
pekerjaannya.

Bentuknya:

Pemberian tanda terima kasih atas jasa yang telah diberikan oleh petugas, dalam
bentuk barang, uang, fasilitas.

4. Contoh Gratifikasi
Contoh pemberian yang dapat digolongkan sebagai gratifikasi,antara lain:

 Pemberian hadiah atau uang sebagai ucapan terima kasih karena telah dibantu;
 Hadiah atau sumbangan dari rekanan yang diterima pejabat pada saat
perkawinan anaknya;
 Pemberian tiket perjalanan kepada pejabat/ pegawai negeri atau keluarganya
untuk keperluan pribadi secara cuma-cuma;
 Pemberian potongan harga khusus bagi pejabat/ pegawai negeri untuk
pembelian barang atau jasa dari rekanan;
 Pemberian biaya atau ongkos naik haji dari rekanan kepada pejabat/pegawai
negeri;

278
 Pemberian hadiah ulang tahun atau pada acara-acara pribadi lainnya dari
rekanan;
 Pemberian hadiah atau souvenir kepada pejabat/pegawai negeri pada saat
kunjungan kerja;
 Pemberian hadiah atau parsel kepada pejabat/pegawai negeri pada saat hari
raya keagamaan, oleh rekanan atau bawahannya.
Berdasarkan contoh diatas, maka pemberian yang dapat dikategorikan sebagai
gratifikasi adalah pemberian atau janji yang mempunyai kaitan dengan hubungan
kerja atau kedinasan dan/ atau semata-mata karena keterkaitan dengan jabatan atau
kedudukan pejabat/ pegawai negeri dengan si pemberi.

e. Sanksi Gratifikasi
Sanksi pidana yang menerima gratifikasi dapat dijatuhkan bagi pegawai negeri atau
penyelenggara negara yang :

1. menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau
janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan
dengan jabatannya, atau yang menurut pikiran orang yang memberi hadiah atau janji
tersebut ada hubungan dengan jabatannya;
2. menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau
janji tersebut diberikan untuk menggerakkan agar melakukan atau tidak melakukan
sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya;
3. menerima hadiah, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah tersebut
diberikan sebagai akibat atau disebabkan karena telah melakukan atau tidak
melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya;
4. dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum,
atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang memberikan
sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan, atau untuk
mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri;
5. pada waktu menjalankan tugas, meminta, menerima, atau memotong pembayaran
kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain atau kepada kas umum,
seolah-olah pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain atau kas umum
tersebut mempunyai utang kepadanya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan
merupakan utang;
6. pada waktu menjalankan tugas, meminta atau menerima pekerjaan, atau penyerahan
barang, seolah-olah merupakan utang kepada dirinya, padahal diketahui bahwa hal
tersebut bukan merupakan utang;
7. pada waktu menjalankan tugas, telah menggunakan tanah negara yang di atasnya
terdapat hak pakai, seolah-olah sesuai dengan peraturan perundangundangan, telah
merugikan orang yang berhak, padahal diketahuinya bahwa perbuatan tersebut
bertentangan dengan peraturan perundangundangan; atau
8. baik langsung maupun tidak langsung dengan sengaja turut serta dalam pemborongan,
pengadaan, atau persewaan, yang pada saat dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau
sebagian ditugaskan untuk mengurus atau mengawasinya.

279
I. REFERENSI

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan


Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi
2. Undang-undang Nomor 14 tahun 2008 Keterbukaan Informasi Publik
3. Instruksi Presiden nomor 1 tahun 2013
4. Peraturan Pemerintah No 61 tahun 2010 Pelaksanaan Undang-undang Nomor 14
Tahun 2008
5. Permenpan Nomor 5 tahun 2009
6. Permenkes No 49 tahun 2012 tentang Pedoman Penanganan Pengaduan
Masyarakat terpadu di lingkungan Kementerian Kesehatan.
7. Permenkes nomor 134 tahun 2012 tentang Tim Pengaduan Masyarakat
8. Permenkes Nomor 14 tahun 2014 Kebijakan tentang Gratifikasi bidang Kesehatan
9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 232/ Menkes/ SK/ VI/ 2013 Tentang Strategi
Komunikasi Penkerjaan dan Budaya Anti Korupsi
10. Dr. Uhar Suharsaputra, M.Pd Budaya Korupsi dan Pendidikan Tantangan bagi
Dunia Pendidikan
11. KPK, Buku Saku Gratifikasi

280

Anda mungkin juga menyukai