Laporan Metoda Kuadrat Compress
Laporan Metoda Kuadrat Compress
ANALISA VEGETASI
METODE KUADRAT
OLEH :
KELOMPOK 3
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan demikian pada suatu daerah vegetasi umumnya akan terdapat suatu
luas tertentu, dan daerah tadi sudah memperlihatkan kekhususan dari vegetasi
secara keseluruhan.yang disebut luas minimum area.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Ukuran, jumlah dan penyebaran sampel yang diambil dalam suatu daerah
harus ditentukan terlebih dahulu untuk memastikan bahwa pengambilan sampel
cukup mewakili ukuran petak sampel (kuadrat-kuadrat). Kuadrat yang digunakan
untuk mengambil sampel tumbuhan dalam suatu komunitas harus dalam dimensi
yang mewakili seluruh spesies yang ada dalam komunitas itu. Jumlah sampel
yang diambil harus cukup besar mengenai kerapatan dan kelimpahan tumbuhan
pada lokasi manapun. Pengambilan sampel yang tidak tepat akan menghasilkan
perkiraan yang berlebihan atau kurang (Odum, 1998).
Langkah pertama dari metoda ini adalah membuat kurva spesies area. setelah
luas minimum area suatu satuan petak contoh yang dianggap mewakili suatu tipe
komunitas tertentu telah kita peroleh, maka selanjutnya kita dapat melakukan
penarikan contoh tersebut. Kuadrat yang dimaksud dalam metode ini adalah
ukuran luas yang diukur dengan satuan kuadrat seperti m 2, cm2 ataupun satuan
luas lainnya (Saridan dan Abdurahman, 1997).
Keragaman spesies dapat diambil untuk menandai jumlah spesies dalam suatu
daerah tertentu atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah total individu dari
seluruh spesies yang ada. Hubungan ini dapat dinyatakan secara numerik sebagai
indeks keragaman atau indeks nilai penting. Jumlah spesies dalam suatu
komunitas adalah penting dari segi ekologi karena keragaman spesies tampaknya
bertambah bila komunitas menjadi makin stabil (Michael, 1994).
Nilai penting merupakan suatu harga yang didapatkan dari penjumlahan nilai
relative dari sejumlah variabel yangb telah diukur (kerapatan relative, kerimbunan
relative, dan frekuensi relatif). Jika disususn dalam bentuk rumus maka akan
diperoleh:
Nilai Penting = Kr + Dr + Fr
Harga relative ini dapat dicari dengan perbandingan antara harga suatu
variabel yang didapat dari suatu jenis terhadap nilai total dari variabel itu untuk
seluruh jenis yang didapat, dikalikan 100% dalam table. Jenis-jenis tumbuhan
disusun berdasarkan urutan harga nilai penting, dari yang terbesar sampai yang
terkecil. Dan dua jenis tumbuhan yang memiliki harga nilai penting terbesar dapat
digunakan untuk menentukan penamaan untuk vegetasi tersebut (Syafei, 1990).
BAB II
METODOLOGI
Alat dan bahan yang digunakan pada acara “Minimal Area” ini adalah :
Meteran 1 buah, Pancang 4 buah, Tali rapiah 1 gulung, Alat tulis, dan Buku
identifikasi 1 buah. Bahan yang digunakan komunitas tumbuhan tertentu.
Langkah kerja yang pertama kali dilakukan yaitu, ditentukan suatu areal tipe
vegetasi yang akan menjadi objek untuk dianalisis, luas petak contoh ditentukan
dari hasil pembuatan Kurva Species Area dan banyaknya petak contoh tergantung
dari biaya, waktu dan tenaga. Tetapi dari berbagai pengalaman, pada dasarnya
ukuran petak contoh seluas 1 x 1m² dibuat untuk menganalisis tumbuhan herba,
10 x 20 m² dibuat untuk tumbuhan semak atau terdapat pohon tingkatan sampling
yang tingginya < 30 m dan 100 m² untuk komunitas yang berbentuk hutan.
Bentuk contoh berupa lingkaran, empat persegi panjang atau bujur sangkar. Petak
tergantung pada komunitas yang akan diamati. Penentuan awal petak contoh
dilakukan secara acak atau secara sistematis atau kombinasi keduanya yaitu
pertama dibuat acak dan selanjutnya dilakukan secara sistematis. Didalam setiap
petak contoh dicatat data setiap individu jenis yang ada. Data yang diperoleh
dihitung. Besar Indeks Nilai Penting (INP) ditentukan dari masing-masing jenis
dengan menjumlahkan parameter masing-masing jenis tersebut. Perbandingan
Nilai Penting (SDR) ditentukan. SDR menunjukkan jumlah INP dibagi dengan
besaran yang membentuknya. SDR dipakai karena jumlahnya tidak lebih dari
100% sehingga mudah untuk diinterpretasikan.
2 3
4 5
BAB III
ANALISIS DATA
A. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Nama, jumlah individu, jumlah plot, nilai Kerapatan Mutlak (KM),
Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Mutlak (FM), Frekuensi Relatif (FR) dan
Nilai Penting (NP) dari masing-masing spesies.
Jumlah Jumlah KR FR
No Spesies KM FM NP
Individu Plot (%) (%)
211,
4 Spesies 4 208 5 41,6 1 23,8 235,1
3
kerapatanmutlak
2. KR = kerapatan total x 100%
Spesies 1
0.4
KR = 98,4 x 100% = 0,4%
Spesies 2
14,6
KR = 98,4 x 100% = 14,8%
Spesies 3
29,2
KR = 98,4 x 100% = 29,6%
Spesies 4
208
KR = 98,4 x 100% = 211,3%
Spesies 5
12,6
KR = 98,4 x 100% =12,8%
Spesies 1
2
FM = 5 = 0.4
Spesies 2
5
FM = 5 =1
Spesies 3
5
FM = 5 =1
Spesies 4
5
FM = 5 =1
Spesies 5
4
FM = 5 = 0.8
frekuensi mutlak
4. FR = frekuensi total x 100%
Spesies 1
0,4
FR = 4,2 x 100% = 9,5%
Spesies 2
1
FR = 4,2 x 100% = 23,8%
Spesies 3
1
FR = 4,2 x 100% = 23,8%
Spesies 4
1
FR = 4,2 x 100% = 23,8%
Spesies 5
0,8
FR = 4,2 x 100% = 19%
5. NP = KR + FR
Spesies 1
NP = 0,4+ 9,5 = 9,9
Spesies 2
NP = 14,8 + 23,8 = 38,6
Spesies 3
NP = 29,6 + 23,8 = 53,4
Spesies 4
NP = 211,3 + 23,8 = 235,1
Spesies 5
NP = 12,8 + 19 = 31,8
Kingdom : Plantae
Divisi :
Spermatophyta
Kelas :
Dicotyledoneae
Ordo : Poales
Family : Poaceae
Genus : Axonopus
Spesies : Axonopus
compressus (Swartz) Beauv.
Sistem perakaran tunggang. Akar
jukut pahit memiliki warna coklat
keputih-putihan. Batangnya tidak
berongga, bentuknya tertekan ke arah
lateral sehingga agak pipih, tidak berbulu, tumbuh tegak berumpun, sering
membentuk geragih yang pada setiap ruasnya dapat membentuk akar dan
tunas baru, di lapangan sering tumbuh rapat membentuk “sheet”.
Daunnya berbangun daun lanset, pada bagian pangkal meluas dan lengkung,
ujungnya agak tumpul, permukaan sebelah atas ditumbuhi bulu-bulu halus
yang tersebar sedang sebelah bawah tidak berbulu, ukuran panjangnya 2,5-
37,5 cm dan ukuran lebar 6-16 mm.
3. Spesies 3
Daun berbentuk bulat telur, tepi daun rata , warna daun hijau,
batang bersegi
tumbuh menjalar,
berakar serabut
4. Spesies 4
Berdaun
tunggal dengan tepi daun bergerigi. Daun berwarna hijau dan batang
berwarna coklat kemerahan. Memiliki bunga berbentuk seperti terompet
berwarna putih pada mahkotanya.
5. Spesies 5
Daun terlihat
B. Pembahasan
1. Ukuran petak
2. Bentuk petak
3. Jumlah petak
4. Cara meletakan petak di Lapangan
NP
Pada tabel 1 dan grafik diatas Nilai Penting yang tertinggi adalah
pada spesies 4 sebesar 235,1. sehingga jenis tumbuhan yang memiliki
harga nilai penting terbesar dapat digunakan untuk menentukan penamaan
untuk vegetasi tersebut (Syafei, 1990) yaitu vegetasi spesies 4.
INP = FR + KR + DR
Kekurangan : dalam mengelolah rumus-rumus yang ada.
Kelebihan : dengan metode ini kita bisa mengetahui jumlah spesies
karena biar kita mengetahui jumlah spesies yang beragam. Metode yang
paling mudah menggunakan metode kuadran karena dalam metode ini
mudah di kerjakan dan tidak membutuhkan waktu yang lama dalam
pengerjaannya.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada hasil ptaktikum yang telah dilakukan dapa ditarik kesimpulan
Spsies 4 merupakan spesies yang memiliki kerapatan, penyebaran,
frekuensi dan dominansi paling tinggi, sedangkan Hevea brasiliensis
Muell. Arg merupakan spesies yang memiliki kerapatan, penyebaran,
frekuensi dan dominansi paling rendah dalam komunitas sekitar lapangan
laboratorium Pend. biologi FKIP. Semakin besar nilai Kerapatan Mutlak
dan Kerapatan relatif maka spesies tersebut semakin banyak dan
mendominasi pada areal tersebut. Nilai Penting yang tertinggi adalah pada
spesies spesies 4 sebesar 235,1. sehingga jenis tumbuhan yang memiliki
harga nilai penting terbesar dapat digunakan untuk menentukan penamaan
untuk vegetasi tersebut yaitu vegetasi Spesies 4.
Keanekaragaman di sekitar lapangan depan BAAK cukup sedikit
sekitar 5 spesies yaitu Hevea brasiliensis Muell. Arg., Axonopus
compressus (Swartz) Beauv., Spesies 3, Spesies 4, dan Spesies 5.
B. SARAN
Pada praktikum ini kita harus teliti dalam pembuatan plot serta perhitungan
agar hasil yang di harapkan dapat tercapai sesuai dengan pengamatan.
DAFTAR PUSTAKA
Andre. 2009. Apa dan Bagaimana Mempelajari Analisa Vegetasi.
www.boymarpaung.wordpress.com. (Diakses 7 November
2011)
Rima, Tri. S, dkk. 2003. Buku ajar Ekologi Umum. Fakultas MIPA. Universitas
Tanjungpura: Pontianak.
Saridan , A, P. Sisit dan Abdurahman. 1997. Identifikasi jenis pohon pada plot
permanent. proyek Ster di Berau, Kalimantan Timur. Dipterocarpa.
Badan Litbang Kehutanan , Balai Penelitian Kehutanan samarinda :
Kalimantan timur Vol 1,1
1. Laporan Sementara
Hasil Pengamatan
Tabel 1. Nama, jumlah individu, jumlah plot, nilai Kerapatan Mutlak (KM),
Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Mutlak (FM), Frekuensi Relatif (FR) dan
Nilai Penting (NP) dari masing-masing spesies.
Jumlah Jumlah KR FR
No Spesies KM FM NP
Individu Plot (%) (%)
211,
4 Spesies 4 208 5 41,6 1 23,8 235,1
3
kerapatanmutlak
2. KR = kerapatan total x 100%
Spesies 1
0.4
KR = 98,4 x 100% = 0,4%
Spesies 2
14,6
KR = 98,4 x 100% = 14,8%
Spesies 3
29,2
KR = 98,4 x 100% = 29,6%
Spesies 4
208
KR = 98,4 x 100% = 211,3%
Spesies 5
12,6
KR = 98,4 x 100% =12,8%
jumlah satuan petak contoh yang diduduki oleh jenis
3. FM = jumlah banyaknya petak contoh yang dibuat
Spesies 1
2
FM = 5 = 0.4
Spesies 2
5
FM = 5 =1
Spesies 3
5
FM = 5 =1
Spesies 4
5
FM = 5 =1
Spesies 5
4
FM = 5 = 0.8
frekuensi mutlak
4. FR = frekuensi total x 100%
Spesies 1
0,4
FR = 4,2 x 100% = 9,5%
Spesies 2
1
FR = 4,2 x 100% = 23,8%
Spesies 3
1
FR = 4,2 x 100% = 23,8%
Spesies 4
1
FR = 4,2 x 100% = 23,8%
Spesies 5
0,8
FR = 4,2 x 100% = 19%
5. NP = KR + FR
Spesies 1
NP = 0,4+ 9,5 = 9,9
Spesies 2
NP = 14,8 + 23,8 = 38,6
Spesies 3
NP = 29,6 + 23,8 = 53,4
Spesies 4
NP = 211,3 + 23,8 = 235,1
Spesies 5
NP = 12,8 + 19 = 31,8