Anda di halaman 1dari 7

NOTULA

Internalisasi Implementasi Peraturan


BPKP Nomor 2 Tahun 2023 tentang
1 Nama Kegiatan :
Manajemen Penugasan Pengawasan
di Lingkungan BPKP.

Nota Dinas Nomor KP.02.05/ND-


2 Dasar Penugasan :
107/PW33/1/2023 tanggal 4 Juli 2023

3 Unit Penyelenggara : Bidang P3A

Aula Perwakilan BPKP Maluku Utara/


4 Tempat/ Tanggal/ Waktu : 5 Juli 2022/ Pukul 13.30 s.d selesai
(WIT)

5 Penyaji/ Narasumber : Mohamad Ikhlas

6 Moderator : Risky Dharma Yudhistira

7 Notulis : Yosafat Cornelius Poernomo

1. Dasar Hukum dan Landasan


 Peraturan BPKP Nomor 2 Tahun 2023 tentang Manajemen Penugasan
Pengawasan (MPP) di Lingkungan BPKP.

2. Alur PPM
 Pembukaan oleh Kepala Perwakilan BPKP
 Overview MPP oleh Moderator
 Pemaparan materi teknis internalisasi MPP oleh penyaji
 Sesi diskusi & tanya jawab

3. Pembukaan oleh Kepala Perwakilan


Manajemen Penugasan Pengawasan BPKP adalah keseluruhan proses
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian, dan
pengoordinasian, Pengawasan BPKP. Cakupan Pengawasan BPKP tersebut
meliputi penugasan asurans, konsultansi dan pengawasan lain yang
independen danobjektif, didesain untuk memberikan nilai tambah
danmeningkatkan proses tata kelola, manajemen risiko, kepatuhan, serta
pengendalian. Penerbitan Peraturan BPKP Nomor 2 Tahun 2023 tentang
Manajemen Penugasan Pengawasan (MPP) di Lingkungan BPKP sebagai
tindak lanjut dan upaya perbaikan atas permasalahan yang dialami/terjadi
dalam pelaksanaan kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh BPKP baik di
tingkat pusat dan perwakilan.

4. Overview MPP oleh Moderator


a. Implikasi Penajaman Arahan Kepala BPKP Dalam Internalisasi MPP
 Kepala Perwakilan BPKP Maluku Utara bertanggungjawab atas
efektivitas internalisasi dan disiplin pelaksanaan Perban MPP di
lingkungan perwakilan BPKP Maluku Utara. Dalam hal ini Kepala
Perwakilan wajib menginklusikan substansi Peraturan BPKP Nomor 2
Tahun 2023 tentang Manajemen Penugasan Pengawasan (MPP) di
Lingkungan BPKP mulai dari tahapan perencanaan sampai dengan
pemantauan tindak lanjut hasil pengawasan penyelenggaraan
keuangan daerah. Disarankan untuk dapat melaksanakan MPP pada
salah satu produk pengawasan dengan sebaik-baiknya untuk
direplikasikan pada pengawasan lainnya. Upaya peningkatan
pemahaman lebih lanjut dapat dilakukan dengan melaksanakan
program pelatihan mandiri (PPM).
b. Bidang P3A yang bertanggungjawab atas Program, Analisis, Evaluasi dan
Pelaporan menjadi mediator antara perwakilan BPKP dengan help-desk
yang disediakan Biro Manajemen, Kinerja, Organisasi dan Tata Kerja
(MKOT)
c. Penerapan MPP memiliki ruang lingkup penugasan asurans, penugasan
konsultansi, penugasan pengawasan lain, dan kegiatan manajerial
penugasan pengawasan. Penugasan asurans terdiri atas audit, reviu,
evaluasi dan pemantauan. Penugasaan konsultasi terdiri atas asistensi
dan bimbingan. Penugasan pengawasan lain terdiri atas sosialisasi,
pengumpulan dan evaluasi bukti dokumen elektronik, analitik data,
pemberian keterangan ahli, telaah, penelitian awal, lokakarya, seminar
dan kegiatan edukasi lainnya, penyusunan naskah kebijakan
Pengawasan, dan penilaian. Sedangkan kegiatan manajerial penugasan
pengawasan terdiri atas perencanaan, analisis, evaluasi, dan pelaporan
kinerja, Program Penjaminan dan Peningkatan Kualitas, pengelolaan
sumber daya, pengelolaan data dan informasi serta transformasi digital,
dan penyelenggaraan manajemen risiko, sistem pengendalian intern
pemerintah dan reformasi birokrasi.
d. Atas seluruh tahapan kegiatan penugasan pengawasan akan dilakukan
program penjaminan dan peningkatan kualitas melalui mekanisme
penilaian intern dan penilaian ekstern. Untuk level perwakilan BPKP,
tanggung jawab berada pada lingkup penilaian intern dengan
melaksanakan reviu berjenjang dalam seluruh proses/tahapan
penugasan.
e. Terdapat 4 (empat) area yang memiliki tantangan dalam penerapan MPP
yaitu penjaminan kualitas perencanaan penugasan, pelaksanaan agenda
prioritas pengawasan daerah (APPD), penjaminan kualitas pelaporan
penugasan dan Evaluasi atas Implementasi MPP.

5. Pemaparan materi teknis internalisasi MPP oleh Penyaji


a. Penerbitan Peraturan BPKP Nomor 2 Tahun 2023 tentang Manajemen
Penugasan Pengawasan (MPP) di Lingkungan BPKP dilandasi oleh
banyaknya permasalahan hukum yang terjadi dalam pelaksanaan
kegiatan pengawasan oleh BPKP dan permasalahan kinerja pengawasan.
b. Permasalahan hukum yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan
pengawasan oleh BPKP antara lain:
1) Penugasan dilakukan walaupun ada indikasi permasalahan hukum
2) Penghitungan Reviu BPKP dipandang kurang tepat
3) Metode pemeriksaan fisik yang dilakukan tidak sesuai
4) KKA tidak didokumentasikan dengan rapih dan berkualitas dan tidak
ada arsip digital
5) Auditor dianggap tidak melakukan konfirmasi kepada Auditi dalam
proses Audit PKKN dan/atau tidak membuat berita acara konfirmasi
6) Penugasan yang dilakukan BPKP bertentangan dengan Kesepakatan
Bersama antara Kemendagri dengan APH
7) Penggugat menganggap terbitnya LHPKKN bertentangan dengan
LHA BPK dan LHA Inspektorat yang telah ditindaklanjuti oleh
Penggugat
8) BPKP keliru dalam menggunakan keterangan para pihak untuk
menarik simpulan hasil audit
9) Penggugat menganggap LHAPKKN BPKP didasarkan pada data yang
tidak benar karena ada pihak yang tidak mau menandatangani BA
Klarifikasi
10) Pemohon mempermasalahkan tidak dikabulkannya permohonan
informasi kepada Perwakilan BPKP untuk memperoleh Salinan
Laporan Hasil Audit PKKN
11) BPKP sebagai Turut Tergugat karena Penggugat tidak memperoleh
laporan hasil auditnya
c. Permasalahan kinerja sendiri terdapat setiap tahapan penugasan
pengawasan mulai dari perencanaan pengawasan s.d.
pengkomunikasiaan hasil pengawasan pada tiap komponen input, proses,
output dan outcome.
d. Adapun masih terdapat beberapa Area of Improvement (AoI) dalam
proses penyusunan Peraturan BPKP Nomor 2 Tahun 2023 tentang
Manajemen Penugasan Pengawasan (MPP) di Lingkungan BPKP, antara
lain:
1) Desain atau pedoman disusun tanpa kajian teoritis, regulasi dan best
practices;
2) Tidak dilakukan piloting atas draft pedoman;
3) Tidak dimintakan masukan secara luas, permintaan masukan hanya
formalitas atau tidak dipertimbangkan;
4) Proses Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) atas
penyusunan pedoman tidak optimal;
5) Tidak sesuai dengan hasil legal drafting (LD) Biro Hukum dan
Komunikasi;
6) Pedoman diterbitkan dalam bentuk suplemen dan tidak dalam bentuk
peraturan;
7) Tidak melalui proses LD.
e. Peraturan BPKP Nomor 2 Tahun 2023 tentang Manajemen Penugasan
Pengawasan (MPP) di Lingkungan BPKP memuat 8 (delapan) arah
perubahan untuk perbaikan proses bisnis
penugasan pengawasan, antara lain:
a. Operasionalisasi SAIPI menjadi variabel, dimensi, indikator, dan
parameter pengawasan yang berkualitas;
b. Penguatan peran dan fungsi evaluasi pada PAEP kedeputian dan P3A
perwakilan BPKP;
c. Peningkatan kesadaran akan pentingya desain pengawasan guna
memitigasi risiko dalam pelaksanaan penugasan pengawasan;
d. Memperjelas tanggung jawab dan akuntabilitas QC;
e. Memperjelas tanggung jawab dan akuntabilitas QA;
f. Peningkatan transparansi dan akuntabilitas pengambilan keputusan
penugasan sehubungan dengan risiko penugasan dan batasan
tanggung jawab;
g. Pengembangan saluran komunikasi isu sensitif kepada mitra (surat
atensi);
h. Pengembangan saluran komunikasi dilema etik yang mungkin dihadapi
auditor.

6. Diskusi & Tanya Jawab


 Pak Her Notoraharjo (Korwas Bidang Investigasi)
Tanggapan
a. Terkait permasalahan hukum ”auditor dianggap tidak melakukan
konfirmasi kepada auditi dalam proses Audit PKKN dan/atau tidak
membuat berita acara konfirmasi”, konfirmasi bukan merupakan
metodologi audit yang wajib/mandatory dilakukan dalam menyimpulkan
sebuah kondisi menjadi temuan. Selama dengan penggunaan
metodologi audit lain, telah didapatkan bukti yang kuat, maka tidak
menjadi masalah.
b. Terkait permasalahan hukum “penggugat menganggap terbitnya
LHPKKN bertentangan dengan LHA BPK dan LHA Inspektorat yang
telah ditindaklanjuti oleh penggugat”, perbedaan tersebut wajar karena
memang standar/pedoman audit yang digunakan oleh BPKP dan BPK
berbeda baik secara metodologi maupun tujuan.
c. Terkait permasalahan hukum “penugasan yang dilakukan BPKP
bertentangan dengan Kesepakatan Bersama antara Kemendagri
dengan APH”, Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Audit Investigatif BPKP
sendiri mengakomodir bahwa dalam hal telah dilakukan audit
investigatif atas suatu suatu objek pengawasan, maka BPKP tidak
diperkenankan/diperbolehkan untuk masuk melakukan kegiatan audit
atas objek pengawasan yang sama, kecuali dalam keadaan tertentu.
 Pak Daniel Matondang (Korwas Bidang IPP)
Pertanyaan
Apakah terdapat dokumen output keluaran baru pada masing-masing
tahapan terkait dengan internalisasi Peraturan BPKP Nomor 2 Tahun 2023
ini?
Jawaban
Tidak dapat disimpulkan karena Peraturan BPKP Nomor 2 Tahun 2023
tentang Manajemen Penugasan Pengawasan (MPP) di Lingkungan BPKP
ini merupakan pedoman umum. Untuk pedoman teknis masih dalam proses
penyusunan.
 Pak Deny Ermawan (Korwas Bidang AN)
Pertanyaan
Apa yang menjadi substansi penting dalam MoU antara APH dan
Kemendagri?
Jawaban:
Salah satu hal penting yang disepakati dalam MoU antara APH dan
Kemendagri adalah bahwa dalam hal terdapat permasalahan dalam tubuh
satker (Kementerian/Lembaga) dan OPD (Pemerintah Daerah), alternatif
penyelesaian diutamakan untuk ditangani oleh Aparat Pengawasan Internal
K/L/D tersebut.
 Pak Galih
Pertanyaan
Bagaimana definisi dan apa perbedaan dari Opini Makro dan Opini
penugasan serta penerapannya dalam pelaksanaan kegiatan pengawasan
yang dilakukan oleh BPKP?
Jawaban:
Opini Makro adalah penilaian atau kesimpulan tentang hasil penugasan
yang secara menyeluruh memberikan tinjauan proses tata kelola,
manajemen risiko, kepatuhan serta pengendalian, dan penanganan
hambatan kelancaran pembangunan. Berdasarkan SAIPI 2021 dan
pedoman telaah sejawat eksternal (TSE) AAIPI tahun 2019, Opini makro
merupakan output yang terdapat dalam penugasan terkait Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Untuk lebih teknisnya masih
menunggu pedoman teknis turunan/pelaksanaan dari Peraturan BPKP
Nomor 2 Tahun 2023 ini.

6 Juli 2023

Mengetahui
Subkoordinator Kepegawaian Notulis

Gema Puja Yuniarso Yosafat Cornelius Poernomo


NIP 19870602 200901 1 001 NIP 20000617 202202 1 002

Anda mungkin juga menyukai