Anda di halaman 1dari 17

Canopy7 (1) (2021)

Canopy: Journal of Architecture


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/Canopy

CHILDREN ORPHANAGE AND CREATIVE HUB DI KOTA SEMARANG


DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR PERILAKU

Unsani Lutfiana

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ _________________________________________________________
Sejarah Artikel:
Diterima
Children Orphanage and Creative Hub adalah suatu bangunan yang
Disetujui
dirancang sebagai tempat kegiatan pengasuhan dan pelatihan anak jalanan yang
Dipublikasikan
ada di area Kota Semarang. Hal ini bertujuan untuk membantu pemerintah Kota
________________Semarang dalam menanggulangi semakin banyaknya anak jalanan yang ada di
Keywords:
sekitar Kota Semarang dan juga merupakan fasilitas untuk komunitas peduli
Children Orphanage;
Creative Hub;
anak jalanan agar dapat memberikan pelatihan dan berkumpul dengan anak
Arsitektur Perilaku; jalanan. Fasilitas yang akan diberikan pada Children Orphanage and Creative
Kota Semarang Hub menunjang untuk pengasuhan, pendampingan, rehabilitasi, area pelatihan,
___________________ fasilitas pendidikan serta pengelola. Selanjutnya pada perencanaan dan
perancangan “Children Orphanage and Creative Hub”, penulis melakukan
proses pengumpulan data baik langsung maupun tidak langsung. Setelah data
yang dibutuhkan tekumpul, langkah selanjutnya yaitu proses analisa sehingga
memperoleh hasil yang terbaik. Selama proses analisa, pendekatan desain
arsitektur Arsitektur Perilaku yang digunakan. Analisa yang dilakukan terbagi
ke dalam 5 (lima) aspek perencanaan dan perancangan arsitektur yaitu aspek
fungsional, aspek kontekstual, aspek kinerja, aspek struktural, dan aspek
arsitektural. Hasil dari pengumpulan data, analisa, dan pendekatan yang
dilakukan, didapatkan rekomendasi desain sebuah “Children Orphanage and
Creative Hub” yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Dalam melakukan
proses desain selanjutnya, aspek-aspek perencanaan dan perancangan arsitektur
yang telah dianalisa dijadikan sebagai pedoman untuk merancang bangunan
yang sesuai.

© 2021 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2252-679X
Gedung E3 Lantai 2 FT Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229

1
PENDAHULUAN Di Indonesia tepatnya di Kota
Semarang yang merupakan ibukota
Anak adalah pemegang dan penerus Jawa Tengah dan termasuk kota
asset bangsa, berhak mendapatkan besar yang menjadi pusat dan tujuan
perhatian dari pemerintah, karena banyak orang untuk mencari nafkah,
masa depan sebuah Negara sangat namun karena persaingan yang padat
tergantung pada kualitas generasi sehingga menambah angka warga
saat ini dan yang akan datang maka yang tidak mampu termasuk
dari itu, sebuah Negara harus meningkatkan pengangguran,
mengedepankan kesejahteraan bagi pengemis dan juga anak jalanan.
anak-anak, agar dapat terbentuk Dalam menangani permasalahan
generasi yang berkualitas untuk terkhusus anak jalanan di Kota
menjadi pemegang Negara ini di Semarang sudah memiliki beberapa
masa yang akan datang. panti atau lembaga yang menaungi
Kesejahteraan hanya didapatkan oleh anak-anak yang tidak mendapatkan
anak-anak, jika sebuah Negara hak nya namun belum terdapat
dengan dibantu oleh semua pihak tempat yang menjadi wadah khusus
dapat menghormati dan memberikan untuk menangani anak jalanan
yang menjadi hak-hak dari anak- dengan usia 13-18 tahun. Kota
anak tersebut di dalam pasal 2 Semarang juga memiliki dasar
Undang-undang Nomor 4 tahun 1979 hukum dari Peraturan Daerah Kota
tentang Kesejahteraan Anak. Semarang Nomor 5 Tahun 2014
tentang Penanganan Anak Jalanan,
Saat anak-anak tidak mendapatkan
Gelandangan, dan Pengemis di Kota
hak-haknya, anak-anak tersebut pada
Semarang.
saat memegang masa depan sebuah
Dari penjelasan di atas menunjukkan
bangsa akan cenderung mengalami
bahwa anak berhak memiliki
atau menjadi masalah. Salah satu
kehidupan yang layak untuk
masalah yang sering muncul di
mendapatkan kasih sayang,
banyak tenpat dan juga di Indonesia
bertempat tinggal, menuntut ilmu,
adalah permasalahan tentang anak
terpenuhi kebutuhannya dalam masa-
jalanan. Permasalahan anak jalanan
masa pertumbuhan termasuk anak
ini seringkali dipandang sebagai
jalanan. Di Kota Semarang yang
masalah yang negatif terhadap
merupakan salah satu kota besar di
pembangunan.
Indonesia dan merupakan ibukota
Undang Undang Nomor 23 Tahun
Jawa Tengah perlu adanya
2002 tentang perlindungan anak
penanganan yang tepat dan suatu
menjelaskan bahwa anak jalanan
fasilitas untuk memberikan
adalah anak yang menghabiskan
kehidupan anak-anak jalanan dalam
sebagian besar waktunya di jalanan.
masa pertumbuhan nya. Dalam
Dapat disimpulkan bahwa anak
fasilitas tersebut harus
jalanan adalah anak laki-laki dan
memperhatikan kondisi, kebutuhan
perempuan yang menghabiskan
dan penanganan anak jalanan yang
sebagian besar waktunya untuk
diterapkan dalam fasilitas sehingga
bekerja atau hidup di jalanan dan
dalam perencanaan dan
tempat-tempat umum, seperti
perancangannya diperlukan
misalnya pasar, mall, terminal bis,
pendekatan arsitektur perilaku.
stasiun kereta api, taman kota.
Children Orphanage and Creative

2
Hub di Kots Semarang dengan dapatkan dan terkumpul kemudian
Pendekatan Arsitektur Perilaku baru ke tahap analisa dan
merupakan salah satu inovasi suatu kesimpulan. Kesimpulan dari
bangunan yang memberikan fasilitas pembahasan dan analisa nantinya
untuk anak-anak jalanan di usia merupakan konsep dasar yang
pertumbuhan yaitu usia 13-18 tahun digunakan dalam perencanaan dan
untuk menjadi tempat tinggal dan perancangan Children Orphanage
tempat mengembangkan kreativitas and Creative Hub di Kota Semarang
dengan menyesuaikan perilaku anak. dengan Pendekatan Arsitektur
Lokasi yang berada di Kota Perilaku sebagai landasan dalam
Semarang ditempatkan pada wilayah desain grafis arsitektur. Dalam
yang memiliki persebaran anak pengumpulan data, akan diperoleh
jalanan banyak dan mudah diakses data yang kemudian akan di
oleh wilayah lainnya. Untuk kelompokkan kedalam 2 kategori
bangunan Children Orphanage and yaitu data primer dan data sekunder.
Creative Hub ini merupakan
penggabungan dari panti sosial
asuhan anak dan creative hub ALUR PIKIR
sehingga selain anak jalanan
menerima pengasuhan dan segala
kebutuhannya, anak jalanan berhak
untuk mendapatkan perlatihan
kreativitas agar mampu
mengembangkan bakat anak ke hal
yang lebih baik untuk masa
depannya.

METODE PEMBAHASAN
Dalam Laporan progam
perencanaan dan perancangan
arsitektur (LP3A) ini, menggunakan
metode deskriptif. Metode deskriptif
ini akan memaparkan, menjelaskan,
dan menguraikan mengenai
persyaratan desain, ketentuan desain
terhadap perencanaan dan
perancangan Children Orphanage Gambar 1. Alur Pikir
and Creative Hub di Kota Semarang LANDASAN KONSEP
dengan Pendekatan Arsitektur
Perilaku. Dari persyaratan desain Children Orphanage and Creative
dan ketentuan desain, diperlukan Hub merupakan bangunan yang
data-data lapangan mengenai hal-hal bertujuan sebagai tempat pusat
yang berkaitan dan di butuhkan pengasuhan, rehabilitasi dan
dalam proses perencanaan Children bimbingan, pendidikan dan pelatihan
Orphanage and Creative Hub di untuk para anak jalanan yang ada di
Kota Semarang dengan Pendekatan Kota Semarang. Selain itu Children
Arsitektur Perilaku setelah di Orphanage and Creative Hub juga
merupakan suatu tempat untuk

3
mengatasi banyaknya anak jalanan di anak jalanan agar memiliki
kota Semarang yang bekerja sama kondisi yang lebih baik dengan
dengan Dinas Sosial dan aparat sistem rehabilitasi dan bimbingan
keamanan, dan juga merupakan bertahap.
wadah untuk pihak yayasan social c. Pusat Pendidikan dan Pelatihan
dan komunitas social khususnya Minat Bakat Anak Jalanan
yang peduli dengan anak-anak agar Yaitu dengan memberikan
mampu berinteraksi dan membantu fasilitas pendidikan formal untuk
dalam pelatihan dan pendidikan anak anak jalanan dengan memberikan
jalanan. Children Orphanage and sistem pendidikan luar sekolah
Creative Hub berfokus pada 3 aspek sehingga kondisi belajar lebih
yaitu pengasuhan, rehabilitasi dan terfokus. Pelatihan untuk minat
bimbingan, serta pendidikan dan bakat anak dalam bidang
pelatihan minat bakat anak jalanan. keterampilan seperti tari, music,
Dengan melihat pertumbuhan jumlah lukis, olahraga dan bidang
anak jalanan yang ada di kota lainnya.
Semarang yang hampir menyebar ke
seluruh kecamatan di Kota Arsitektur Peilaku
Semarang. Dan pengaruh anak Arsitektur berwawasan perilaku
jalanan terhadap kondisi lingkungan adalah Arsitektur yang manusiawi,
di titik-titik jalan tertentu. Sudah ada yang mampu untuk memahami dan
beberapa lembaga, komunitas dan mewadahi perilaku-perilaku manusia
fasilitas yang menangani hal yang ditangkap dari berbagai macam
tersebut, namun masih kurang nya perilaku, baik itu perilaku pencipta,
kapasitas dikarenakan lemabaga- pemakai, pengamat juga perilaku
lembaga tersebut menampung secara alam sekitarnya. Arsitektur adalah
keseluruhan anak yang dalam penciptaan suasana, perkawinan
kondisi kurang baik, sehingga tidak guna dan citra dengan manfaat yang
sebegitu terfokus dengan anak ditimbulkan dari hasil rancangan.
jalanan. Children Orphanage and Manfaat tersebut diperoleh dari
Creative Hub merupakan suatu
pengaturan fisik bangunan yang
bangunan pusat pendidikan dengan sesuai dengan fungsinya dan juga
sekala regional dalam bidang menghasilkan suatu daya yang
pengasuhan, rehabilitasi dan menyebabkan kualitas hidup kita
bimbingan, pendidikan dan pelatihan semakin meningkat.
anak jalanan, dengan memiliki
beberapa program utama yaitu: Dalam konsep arsitektur perilaku ini
a. Pusat Pengasuhan Anak Jalanan mengedepankan upaya tatar perilaku
Yaitu dengan memberikan yang akan berimplikasi pada desain
fasilitas dan kebutuhan yang bangunan Children Orphanage and
anak-anak perlukan, mulai dari Creative Hub yang mempengaruhi
tempat tinggal, pakaian, makanan tata perilaku menghadapi perilaku
dan kebutuhan anak lainnya. Anak Jalanan sebelum mendapatkan
b. Pusat Rehabilitasi dan pengasuhan, pelatihan, dan
Bimbingan Anak Jalanan implikasinya dalam desain.
Yaitu dengan memberikan
fasilitas untuk memperbaiki dan
membangun psikis dan mental KONSEP RANCANGAN

4
Lokasi Perencanaan warga
b. Sebelah Selatan: Jalan
. Dalam menentukan lokasi ada
Nongkosawit Raya, Kios-kios
beberapa pertimbangan potensi fisik
dan Lahan Kosong
dalam menunjang kegiatan kawasan
c. Sebelah Timur : Lahan
Children Orphanage and Creative
Kosong dan beberapa rumah
Hub. Tapak terpilih berdasarkan
warga
penilaian skoring dari kriteria yang
d. Sebelah Barat : Jalan Raya
di tentukan Berdasarkan analisa dan
Manyaran-Gunungpati, Polsek
pembobotan alternative tapak, maka
Gunungpati, Pusat Souvenir dan
tapak yang terpilih adalah tapak yang
lahan kosong.
terletak di Jalan Raya Manyaran-
Gunungpati, Kecamatan Gunungpati,
Kota Semarang, Jawa Tengah
dengan luas +21.300 m2 dan
termasuk dalam BWK VIII. Tata
guna lahan pada tapak tersebut
termasuk dalam BWK VIII dengan
peruntukan konservasi, rekreasi,
pendidikan, perdagangan dan jasa,
permukiman dan campuran Gambar 3. Kondisi jalan utama Jalan Raya
perdagangan jasa permukiman. Manyaran-Gunungpati
Tapak tersebut memiliki data sebagai
berikut:
a. Lokasi: Jalan Raya Manyaran-
Gunungpati, Kecamatan
Gunungpati, Kota Semarang
b. BWK: VIII Luas : +21.300 m2
c. KDB: 50 %
d. KLB: 1.8 untuk bangunan
fasilitas umum pendidikan Gambar 4. Jalur Nongkosawit Raya
e. Jumlah lantai: maksimal 3 lantai
f. GSB: 29 meter untuk fasilitas Design Site
umum pendidikan (Ruas Jalan Aksesibilitas
Arteri Primer)
Untuk aksesibilitas pada taka
diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Sisi barat tapak di Jalan Raya
Manyaran-Gunungpati yang
merupakan ruas jalan arteri
primer dan memiliki jalan yang
relatif lebar dan area pedestrian
digunakan untuk Main Entrance
Gambar 2. Tapak Terpilih
menuju tapak. Dan unutk sisi
Dengan batas-batas tapak sebagai selatan tapak yaitu Jalan
berikut: Nongkosawit Raya digunakan
a. Sebelah Utara : Lahan sebagai Side Entrance menuju
kosong dan beberapa rumah tapak.

5
b. Pada bagian Main Entrance akan
diberikan beberapa fasilitas
umum untuk aktivitas komunal
dan ada taman.

Gambar 6. Kebisingan pada Tapak

Konsep Keruangan
Gambar 5. Aksesbilitas pada Tapak Organisasi Ruang

Kebisingan

Dari analisis kebisingan yang di


lakukan, maka muncul hasil sebagai
berikut:

a. Perletakan bangunan minimal 20


meter dari jalan raya dengan
tingkat kebisingan relatif tinggi
b. Pada sekeliling tapak dberikan
tanaman yang dapat
meminimalisir kebisingan seperti
Gambar 73. Organisasi Ruang
pohon mahoni, pohon
flamboyant Kelompok Ruang
c. Kemudian material bangunan Dilihat dari kebutuhan ruang
yang digunakan adalah material yang ada pada pengelompokan
yang dapat memiliki daya akustik Pelaku Children Orphanage and
baik sehingga dapat mengurangi Creative Hub terbagi menjadi
kebisingan, seperti pengunaan beberapa kelompok yaitu
struktur beton, pasangan bata,
a. Kelompok Pelaku Utama
dan lain-lain, serta penggunaan
thick panel, carpet pada bagian 1) Anak jalanan yang di asuh
interior bangunan. dan dilatih

2) Anak jalanan yang dilatih

b. Kelompok Pengelola

1) Pengelola Children
Orphanage and Creative Hub

6
2) Pegawai Children Orphanage Sumber : Analisis Penulis, 2020

3) Pegawai Children Creative Dari hasil perhitungan


Hub besaran ruang didapat luasan total
lantai bangunan 14.265,47 m2.
4) Pegawai Pendidikan Luar
Sekolah
Konsep Zoning
c. Kelompok Pengunjung

d. Kelompok Relasi

Kelompok Hubungan Ruang

Gambar 9. Konsep Zoning pada bangunan


yang akan dirancang

Pembagian zona dibagi menjadi


beberapa kategori kelompok ruang
Gambar 8. Kelompok Hubungan Ruang
yaitu Area hijau, Area Pengunjung,
Area Kegiatan Utama( terdiri dari
Bangunan Children Orphanage,
Besaran Ruang
Bangunan Creative Hub, Bangunan
Jumlah total keseluruhan Pengelola dan PLS), Area Servis
program ruang Children Orphanage
and Creative Hub yaitu: Konsep Siteplan
Bangunan yang akan dirancang
Tabel 1. Kebutuhan Ruang diatas Lokasi Site, mengacu pada
Keseluruhan sumbu-sumbu imajiner yang ditarik
No. Ruangan Besaran
Ruangan sejajar dengan Jalan Raya Manyaran-
1 Fasilitas Utama 4136.11 m2 Gunungpati dan Jalan Nongkosawit
2 Fasilitas Pengelola 574.1 m2 Raya. Dari axis tersebut, didapatkan
3 Fasilitas Penunjang 1868.72 m2
4 Fasilitas Servis 2929.44 m2 pembagian area yaitu green area
Total 9508.37 m2 yang merupakan area mengelilingi
Sirkulasi 25 % 2377.10 m2 site sejajar dengan sumbu untuk area
11885.47
Besaran Ruang Fasilitas
m2 hijau barrier bangunan. Kemudian
bangunan Creative Hub yaitu
bangunan untuk kegiatan umum dan
No. Ruangan Besaran
Ruangan pelatihan yang ada di depan. Pada
1 Area
1360 m2
bagian site entrance langsung
Parkir menuju ke area parkir pengelola dan
Total 1360 m2
Sirkulasi 75 % 1020 m2 juga ke center 3 bangunan utama.
Besaran Ruang Fasilitas 2380 m2 Dan di beberapa titik ditempatkan

7
taman baik di area depan, area paling banyak digunakan sebagai
tengah di samping bangunan media komunikasi karena bentuk
Creative Hub dan area belakang yang paling mudah ditangkap
dekat bangunan Children Orphanage dan dimengerti oleh manusia.
dan bangunan pengelola &PLS. Dari bangunan yang diamati oleh
manusia syarat-syarat yang harus
dipenuhi adalah :

1) Pencerminan fungsi
bangunan

2) Menunjukan skala da
proporsi yang tepat serta
dapat dinikmati.

3) Menunjukkan bahan dan


Gambar 40. Situasi hasil rancangan pada struktur yang akan digunakan
Lokasi Site
dalam bangunan.

Konsep Arsitektural b. Mewadahi aktivitas penghuninya


dengan nyaman dan
Dalam konsep arsitektur
menyenangkan.
perilaku ini mengedepankan upaya
tatar perilaku yang akan berimplikasi 1) Nyaman berarti nyaman
pada desain bangunan Children secara fisik dan psikis.
Orphanage and Creative Hub.
2) Menyenangkan secara fisik
Berikut tata perilaku bias timbul dengan adanya
menghadapi perilaku Anak Jalanan pengolahanpengolahan pada
sebelum mendapatkan pengasuhan, bentuk atau ruangan yang ada
pelatihan, dan implikasinya dalam disekitar
desain
c. Memenuhi nilai estetika,
Penerapan tema arsitektur perilaku komposisi dan estetika bentuk.
untuk perencanaan dan perancangan Keindahan dalam Arsitektur
Children Orphanage and Creative harus memiliki beberapa unsure,
Hub yaitu: antara lain ;

a. Mampu berkomunikasi dengan 1) Keterpaduan (unity)


manusia dan lingkungan:
Rancangan dapat dipahami Yang berarti tersusunnya
penginderaan ataupun beberapa unsur menjadi satu
pengimajinasian pengguna kesatuan yang utuh dan
bangunan. Bentuk adalah yang serasi.

8
2) Keseimbangan

Yaitu suatu nilai yang ada


pada setiap objek yang daya
tarik visualnya seimbang

3) Proporsi Gambar 62. Taman Tengah

Merupakan hubungan
tertentu antara ukuran bagian
terkecil dengan ukuran
keseluruhan.

4) Skala
Gambar 73. Taman Belakang
Kesan yang ditimbulkan c. Pengelompokan area parkir
bangunan itu mengenai mobil, parkir motor dan parker
ukuran besarnya. sepeda
d. Di tempatkan area kegiatan
5) Irama outdoor
e. Desain bangunan yang berirama
Yaitu pengulangan unsur- di setiap 3 bangunan
unsur dalam perancangan
bangunan. Seperti
pengulangan garis-garis,
lengkung, bentuk masif,
perbedaan warna yang akan
sangat mempengaruhi kesan
yang ditimbulkan dari Gambar 84. Desain 3 Bangunan di
perilaku pengguna bangunan. Center Point
f. Membedakan akses masuk tiap
Implementasi pada desain yaitu bangunan sesuai dengan tingkat
sebagai berikut: privasi tempat tersebut
a. Penempatan 2 akses masuk- g. Adanya titik dan ruang
keluar ke tapak berkumpul anak-anak
b. Penempatan area hijau setiap titik h. Ditempatkan beberapa pengaman
di tapak dibeberapa titik kegiatan seperti
di sekitar kamar-kamar anak
dengan diberi pagar tralis dan
pada area kolam renang di beri
pembatas pagar

Gambar 51. Taman Depan

9
Gambar 95. Pagar Pembatas di Kolam
Renang

Konsep Utilitas
Gambar16. Skema Sistem Jaringan
Aspek-aspek yang diterapkan pada Air Bersih yang digunakan dalam
bangunan juga berperan penting bangunan
demi berdirinya sebuah bangunan
secara sistematis dan terstruktur.
Oleh karena itu, ada aspek-aspek
yang diperhatitkan dalam
perancangan Children Orphanage
and Creative Hub adalah sebagai
berikut:

a. Air Bersih
Gambar17. Sistem Distribusi Air
1) Sumber air bersih berasal dari
Bersih yang digunakan dalam
PDAM maupun air sumur bangunan
artetis dengan menggunakan
sistem Down Feed (sistem 2) Selain itu, juga terdapat
gravitasi), dimana air bersih utilitas pemanenan air hujan
dari sumber tersebut atau rainharvesting yang
ditampung pada bak dapat dimanfaatkan kembali
penampungan air (ground setelah melalui proses filtrasi.
tank) yang kemudian
dipompa penampungan diatas
(tandon air) dan
didistribusikan ke bagian –
bagian yang membutuhkan
air bersih melalui pipa
distributor dengan
memanfaatkan gaya gravitasi
bumi.
Gambar18. Skema Sistem
rainharvesting digunakan dalam
bangunan

10
b. Air Kotor dibuang ke saluran kota.

Limbah yang dihasilkan


bangunan Children Orphanage
and Creative Hub dikelola
dengan sebagai berikut:
1. Untuk grey water dialirkan
ke dalam intake yang
berfungsi untuk menyaring
benda-benda tergenang
dalam air kemudian Gambar 20. Skema Sistem Pengolahan Air
dipompa menuju Water Dapur yang digunakan dalam bangunan

Treatment Plant (WTP) 3. Untuk limbah padat dapat


atau Instalasi Pengolahan diterapkan cara seperti
Air (IPA) untuk gambar berikut.
menghasilkan air bersih
melalui proses koagulasi,
flokulasi, sendimentasi,
filtrasi dan desinfeksi dan
ditampung sebelum di
distribusikan kembali untuk
washtafel, jet shower, flush,
menyiram tanaman, air
kolam dan lain-lain.

Gambar 21. Skema Sistem Pengolahan


Limbah Padat yang digunakan dalam
bangunan

c. Jaringan Listrik
Sumber utama listrik bangunan
creative hub ini adalah dari PLN
yang dialirkan ke dalam MDP di
ruang panel kemudian masuk ke
SDP di tiap lantai melalui shaft
vertical, dari SDP akan masuk
Gambar19. Skema Sistem Pengolahan Grey ke KWHmeter dan masuk ke
Water yang digunakan dalam bangunan
saklar. Selain itu juga
2. Untuk air limbah dari dapur menggunakan mesin generator
dan kantin dapat diolah sebagai pengganti sumber listrik
dengan mengendapkan sisa cadangan ketika listrik padam
lemak dan tepung baru dan energi alternatif dari panel
surya. Selain itu terdapat

11
pemanfaatan terhadap Penghawaan buatan pada
penggunaan sumber energi ruang-ruang utama seperti
alternatif (Solar Cell) yang raung kerja pengelola dan
dapat dimanfaatkan sebagai ruang kegiatan penunjang,
lampu jalan. menggunakan AC VRV
d. Jaringan Pemadam Kebakaran yang merupakan jenis AC
Pada bangunan Children multi split dan bisa
Orphanage and Creative Hub, digunakan untuk lebih dari
distribusi air pada jaringan satu indoor AC serta dapat
kebakaran adalah air dari mengatur jadwal dan
Ground Water Tank ditarik temperatur yang diinginkan
menuju ke ruang pompa secara terkomputerisasi.
kemudian di pompakan ke Roof Untuk area tidur anak dan
Tank melalui shaft, kemudia air beberapa ruangan anak-anak
dari Roof Tank didiatribusikan ditempatkan kipas angina.
secara gravitasi ke setiap lantai f. Penangkal Petir
menggunakan beberapa alat Pada bangunan Children
untuk memadamkan api ketika Orphanage and Creative Hub
terjadi kebakaran yaitu: yang lebih dari satu lantai, hal
1. Sprinkler ini menjadi pertimbangan dalam
2. Hydrant Box keamanan dari sambaran petir
3. Hydrant Pillar sehingga pada atap bangunan di
4. Fire Extinguisher instal penangkal petir dengan
e. Pengkondisian Udara radius 95 meter, sekaligus
1. Pengkondisian udara alami sebagai pengamanan sekitar site.
Secara pasif bangunan
Children Orphanage and g. Keamanan
Creative Hub menggunakan Sistem keamanan yang
void untuk membentuk digunakan pada bangunan
stack effect. Sehingga ruang- Children Orphanage and
ruang public seperti selasar Creative Hub menerapkan
dan center area tidak teknologi dan sumber daya
memerlukan penghawaan manusia, maksudnya selain
buatan, karena telah petugas keamanan yang
mendapat suplay udara berpatroli setiap selang waktu
bersih dari celah-celah tertentu juga digunakan
dinding yang masuk, peralatan canggih yang
kemudian udara panas di berbentuk CCTV yang
alirkan ke atas void untuk ditempatkan dibeberapa sudut
dikeluarkan. ruangan di setiap bangunan dan
2. Pengkondisian udara buatan dipantau dibeberapa pos
keamanan. Dengan penerapan

12
teknologi ini diharapkan b) Pondasi footplat
creative hub tetap merasa aman Pondasi foot plat adalah
tanpa kehadiran fisik petugas jenis pondasi beton
keamanan yang bertugas yang digunakan untuk
disekeliling mereka. kondisi tanah dengan
daya dukung tanah
Konsep Struktur (sigma) pada : 1,5 –
2,00 kg/cm2. Pondasi
a. Sistem Modul
foot plat ini biasanya
1. Modul vertikal yang
digunakan pada rumah
digunakan pada Creative
atau bangunan gedung 2
Hub adalah 4.5 meter untuk
– 4 lantai, dengan syarat
jarak floor to floor
kondisi tanah yang baik
sedangkan pada Children
dan stabil.
Orphanage dan Bangunan
Pengelola dan PLS adalah
4.2 m untuk jarak floor to
floor.
2. Modul horizontal berupa
sistem modul bentuk grid
sedangkan beberapa ruang
ada yang harus disesuaikan
terhadap eksplorasi
arsitektural yang didasarkan
atas pendekatan arsitektur
perilaku

b. Sistem Struktur
Gambar 22. Detail pondasi Footplat
1) Sub structure
a) Pondasi Batukali 2) Super structure
Pondasi batu/garis Struktur kolom, balok, pelat
adalah jenis pondasi lantai beton bertulang
yang mendukung dengan beberapa
dinding secara keuntungan yaitu:
memanjang atau a) Mampu menahan gaya
digunakan untuk tekan serta bersifat
mendukung sederetan tahan terhadap korosi
kolom yang berjarak dan pembusukan.
dekat. Pondasi b) Beton segar mudah di
batu/garis memiliki cetak sesuai keinginan
kedalaman 1 – 1,5 m dan cetakannya juga
dan untuk bangunan 1 dapat di pakai lebih dari
lantai sekali tergantung dari

13
kualitas cetakan yang di anak-anak dengan adanya
buat. pengamanan tiap aksesnya.
c) Beton sudah pasti tahan
aus dan tahan bakar.
c. Sistem Transportasi dalam
Bangunan
1) Ramp
Kemiringan ramp di dalam
bangunan tidak boleh
melebihi rasio 1:12,
perhitungan kemiringan
tersebut tidak termasuk Gambar 24. Detail Tangga
awalan/akhiran ramp
(curb ramps/landing).
Sedangkan maksimal
kemiringan ramp yang ada
di luar bangunan adalah
1:15 atau 10 derajat.

Gambar 25. Pengamanan


di akses tangga

Gambar 23. Detail Ramp

2) Tangga
Pilihan material tangga
Children Orphanage and
Creative Hub yang sesuai
dengan penekanan design
arsitektur perilaku
Perletakan tangga pada
bangunan menekankan
aspek fungsional yang
menyesuaikan perilaku

14
Hasil Rancangan

15
16
DAFTAR PUSTAKA

Acwahana (2009) Pengertian dan Sistem Kerja AC VRV http://acwahana.com/pengertian-dan-


sistem-kerja-ac-vrv/

As.adi Muhammad, Deteksi Bakat & Minat Aanak Sejak Dini, (Yogyakarta: Garailmu, 2010),
hlm. 38-41

Chamidah Yuliana, Dasar Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur Studio Music Center
Di Rembang, (Surakarta: Penerbit Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2017) Hal 44

Ching, F. D. (1996). Arsitektur, Bentuk, Ruang dan Susunannya. Jakarta: Erlangga

Ghufron Ali, Adi Sasmito, Perancangan Jogja Art Centre, (Semarang:Penerbit Universitas
Pandanaran, 2011)

Journal UAJY,”Panti Asuhan dan Keterlantaran Anak”, diakses dari


http://e-journal.uajy.ac.id/163/3/2TA12924.pdf pada 6 Januari 2020

Library Binus,”Landasan Teori Panti Asuhan”, diakses dari


http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00163-DI%20Bab2001.pdf
pada 6 Januari 2020

Linawati, Konsep Perencanaan dan Perancangan Istana Anak Dengan Metode Bermain Sambil
Belajar (Surakarta:Penerbit Universitas Sebelas Maret, 2011), hal II-9

Menteri Sosial (2004) Keputusan Menteri Sosial RI No. 50/HUK/2004 tentang Standarisasi Panti
Sosial dan Pedoman Akreditasi Panti Sosial

Missilia Rubby, Pesanggahan Didik Nini Towok di Jogjakarta, (Yogyakarta: Penerbit Universitas
Islam Indonesia, 2015) Hal 43-44

Neufert, E. (1991). Data Arsitek. Erlangga


Pemerintah Daerah Kota Semarang (2011) Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 14 Tahun
2011

Peraturan Gubernur Jawa Tengah No 31 Tahun 2018 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah

PP Nomor 73 tentang Pendidikan Luar Sekolah


Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Penanganan Anak Jalanan,
Gelandangan, Dan Pengemis Di Kota Semarang
Peraturan Menteri Sosial Nomor 16 tahun 2019 tentang Standar Nasional Rehabilitasi Sosial
Permensos No. 108/HUK/2009 tentang sertifikasi bagi Pekerja Sosial Profesional dan Tenaga
Kesejahteraan Sosial

17

Anda mungkin juga menyukai