Anda di halaman 1dari 15

JMARS: Jurnal Mosaik Arsitektur - ISSN 2746-5896 (Online)

Vol. 10, No. 2, Tahun 2022


DOI 10.26418/jmars.v10i2.57203

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.

PANTI ASUHAN ANAK DI KOTA PONTIANAK


DENGAN PENDEKATAN DESAIN INKLUSIF
Mardiyanto1, Tri Wibowo Caesariadi2, Uray Fery Andi3
1
Mahasiswa, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura.
changmardiyanto@gmail.com
2
Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura
3
Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura

Naskah diajukan pada: 13 Agustus 2022 Naskah revisi akhir diterima pada: 31 Agustus 2022

Abstrak
Kebutuhan lembaga seperti panti asuhan dibutuhkan di seluruh Indonesia untuk kesejahteraan serta perlindungan
terhadap hak anak-anak. Kota Pontianak memiliki jumlah penduduk terbanyak di Provinsi Kalimantan Barat dengan
kesejahteraan serta perlindungan terhadap hak anak-anak belum dapat dikatakan layak. Perancangan ini menggunakan
pendekatan desain inklusif. Desain inklusif merupakan pendekatan desaian yang berfokus dalam pemenuhan kebutuhan
anak-anak baik secara sosial maupun kebutuhan fisik dibutuhkan sebuah fasilitas dan produk yang durancang untuk
seluruh pengguna secara umum, tanpa batasan fisik, rentang usia dan jenis kelamin. Tujuan perancangan ini adalah
merancang sebuah panti asuhan yang dapat memenuhi kebutuhan anak yatim piatu dan anak berkebutuhan khusus.
Perancangan dilakukan dengan menggunakan metode Design Thinking yaitu dengan mengumpulkan ide dari berbagai
literatur untuk memperoleh sebuah solusi. Hasil perancangan ini berupa panti asuhan yang dapat mewadahi kebutuhan
anak panti asuhan berupa bangunan dengan ruangan yang tertata secara zonasi, bentuk bangunan yang dirancang tipis
agar mendapatkan pencahayaan dan penghawaan alami secara maksimal, taman sebagai ruang terbuka untuk kegiatan
sosial anak, dan fasilitas pengembangan diri bagi anak berupa ruang keterampilan dan kebun hidroponik. Panti asuhan
juga menggunakan fasilitas ruang dengan railing, guiding block, huruf braille, perabot yang efisien untuk digunakan
semua orang termasuk untuk anak penyandang difabel dengan pendekatan desain inklusif.

Kata-kata Kunci: Perancangan, Panti Asuhan, Desain Inklusif, Pontianak

Abstract
Institutions such as orphanages are needed throughout Indonesia for the welfare and protection of children's
rights. Pontianak City has the largest population in West Kalimantan Province with the welfare and protection of
children's rights cannot be said to be feasible. This design uses an inclusive design approach. Inclusive design is a
design approach that focuses on meeting the needs of children both socially and physically, it requires a facility and
product for everyone (as users) in general, without physical limitations, age range and gender. The purpose of this
design is to design an orphanage that can meet the needs of orphans and children with special needs. The design is
carried out using the Design Thinking method, namely by collecting ideas from various literatures to obtain a solution.
The results of this design are an orphanage that can accommodate the needs of orphanage children in the form of
buildings with rooms arranged in a zoning manner, the shape of the building is made thin to maximize natural lighting
and ventilation, the park as an open space for children's social activities, and self-development facilities for children in
the form of recreation rooms and hydroponic gardens. The orphanage also uses room facilities with railings, guiding
blocks, braille letters, efficient furniture for everyone to use, including for children with disabilities with an inclusive
design approach.

Keywords: Design, Orphanage, Inclusive Design, Pontianak

584
JMARS: Jurnal Mosaik Arsitektur, Vol. 10, No. 2, Tahun 2022

1. Pendahuluan
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang tinggi dan menempati
urutan ke-empat sebagai negara dengan jumlah penduduk terbanyak yakni mencapai 260 juta jiwa
(Investment Indonesia, 2022), dan terdapat 1.24 % atau 3.2 juta dari penduduk Indonesia merupakan
anak yatim piatu (Republika, 2022) serta 1.6% atau 4.1 juta anak terlantar (News.Detik.Com, 2022).
Dengan jumlah anak terlantar maupun yatim piatu yang semakin meningkat setiap tahunnya,
dibutuhkan sebuah lembaga usaha sosial yang bertanggung jawab untuk memberikan kesejahteraan
sosial dan sebagai pengganti (orang tua/keluarga) bagi anak-anak terlantar dan yatim piatu. Panti
asuhan merupakan lembaga perlindungan anak yang memiliki tanggung jawab memberikan
perlindungan terhadap hak anak-anak serta berperan sebagai wakil orang tua. Kebutuhan sebuah
lembaga seperti panti asuhan dibutuhkan di seluruh Indonesia untuk kesejahteraan serta perlindungan
terhadap hak anak-anak. Salah satunya yang menarik perhatian adalah Kabupaten/Kota Pontianak.
Kota Pontianak memiliki jumlah penduduk terbanyak di Provinsi Kalimantan Barat. Namun,
kesejahteraan serta perlindungan terhadap hak anak-anak belum dapat dikatakan layak. Menurut
Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Kalimantan Barat (2017) tentang Data Anak Jalanan
dan Terlantar di Provinsi Kalimantan Barat, Kota Pontianak terdapat 60 anak balita terlantar, 29 anak
jalanan, 122 anak terlantar, dan 1,155 anak panti asuhan. Jumlah anak terlantar bahkan anak yatim di
Kota Pontianak terbesar kedua setelah Kabupaten/Kota Mempawah.
Dalam pemenuhan kebutuhan anak-anak baik secara sosial maupun kebutuhan fisik dibutuhkan
sebuah fasilitas dan produk yang dirancang untuk seluruh pengguna secara umum, tanpa batasan
fisik, rentang usia dan jenis kelamin, yaitu dengan menerapkan sebuah konsep Desain Inklusif.
Desain Inklusif adalah sebuah pendekatan desain yang menghasilkan fasilitas bagi semua kalangan
pengguna baik anak-anak berkebutuhan khusus hingga anak-anak pada umumnya (normal). Desain
inklusif digunakan untuk menjadi solusi yang menjawab isu permasalahan pada penulisan ini. Desain
inklusif diterapkan pada perancangan Panti Asuhan Anak di Kota Pontianak dengan memperhatikan
perbedaan karakteristik dan kebutuhan tiap Anak Asuh. Penerapan desain inklusif bertujuan untuk
menciptakan desain ruangan yang mudah untuk diakses dan digunakan dengan semaksimal mungkin,
tanpa menyulitkan pengguna. Maka Perencanaan dan Perancangan Bangunan Panti Asuhan Anak di
Kota Pontianak Dengan Pendekatan Desain Inklusif menjadi pilihan dalam perancangan.
Perancangan ini dapat memfasilitasi kegiatan setiap anak-anak asuh agar mendapatkan pelayanan,
bimbingan dan keterampilan untuk menjadi manusia yang berkualitas.

2. Kajian Pustaka
Panti asuhan atau sering juga disebut dengan panti sosial asuhan anak merupakan suatu
lembaga kesejahteraan sosial anak (LKSA) yang menampung, mendidik dan memelihara anak-anak
yatim, yatim piatu dan anak terlantar. Berdasarkan Departemen Sosial Republik Indonesia (2004: 4),
Panti Sosial Asuhan anak adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai
tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial pada anak telantar dengan
melaksanakan penyantunan dan pengentasan anak telantar, memberikan pelayanan pengganti orang
tua/wali anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial kepada anak asuh agar anak dapat
memperoleh kesempatan yang luas, memadai serta tepat dalam pengembangan kepribadiannya
sesuai dengan yang diinginkan setiap orang agar anak menjadi bagian dari generasi yang meneruskan
cita-cita bangsa dan sebagai insan yang aktif dalam membangun negara kesatuan republik Indonesia.
Desain Inklusif merupakan sebuah pendekatan desain untuk menghasilkan fasilitas dan juga
produk untuk semua orang (sebagai pengguna) secara umum, tanpa batasan fisik, usia, dan juga jenis
kelamin. Pendekatan desain inklusif membuat sebuah lingkungan menjadi lebih baik dalam
merespon keberagaman manusia (perbedaan). Desain Inklusif juga bisa dikatakan Desain Universal
karena tujuan dari prinsip ini adalah untuk mengevaluasi desain yang ada, membimbing proses

585
JMARS: Jurnal Mosaik Arsitektur, Vol. 10, No. 2, Tahun 2022

desain dan mendidik desainer dan konsumen tentang karakteristik produk yang lebih bermanfaat
untuk lingkungan.
Beberapa prinsip Pendekatan Desain Inklusif/Desain Universal berdasarkan Story (2011)
dalam Limantoro (2014) di antaranya kesetaraan dalam penggunaan (Equitable Use), fleksibilitas
pengguna (Flexibility in Use), penggunaan yang sederhana dan intuitif (Simple and Intuituve Use),
informasi yang jelas (Perceptible Information), memberi toleransi terhadap kesalahan (Tolerance for
Error), memerlukan upaya fisik yang rendah (Low Physical Effort), dan ukuran dan ruang untuk
penerapan dan penggunaan (Size and Space for Approach and Use).

3. Metode
Metode yang digunakan dalam Perancangan Panti Asuhan Anak di Kota Pontianak Dengan
Pendekatan Desain Inklusif menggunakan metode Design Thinking. Metode Design Thinking adalah
sebuah metode perancangan yang tidak hanya berfokus pada pengguna. Metode ini dilakukan dengan
mengumpulkan ide dari berbagai literature dan dianalisis untuk mendapatkan solusi permasalahan.
Metode design thinking digunakan untuk mencari solusi yang paling efektif dan efisien untuk
memecahkan suatu masalah yang dilakukan dalam 5 tahap di antaranya:
a) Emphatize (Empati), tahap pertama dalam mendapatkan pemahaman mengenai objek
perancangan pendekatan Desain Inklusif.
b) Define (Penetapan), tahap ini dilakukan dengan menyesuaikan kondisi pada lapangan yang
telah diamati secara teori sehingga mendapatkan kesimpulan tentang kebutuhan serta
permasalahan yang ada.
c) Ideate (Ide), tahap idete dilakukan untuk menerapkan ide rancangan pada panti asuhan dengan
konsep pendekatan Desain Inklusif.
d) Prototype (Prototipe), tahap prototipe dikenal sebagai produk atau rancangan awal yang akan
dibuat. Pada tahan ini, perancang membuatgambar kerja seperti layout, hingga pada detail
perancangan.
e) Test (Uji Coba), tahap ini dilakukan dengan asistensi akhir ke dosen pembimbing dan kepada
penguji di sidang akhir, dan menerima kritik dan saran yang diberikan, guna untuk produk
mencapai desain yang lebih baik.

4. Hasil dan Pembahasan


Panti Asuhan Anak di Kota Pontianak Dengan Pendekatan Desain Inklusif memiliki konsep
yang berasal dari latar belakang dan permasalahan, yaitu Anak yang terlantar dan anak penyandang
difabel. Anak terlantar adalah anak yang secara fisik, mental, spritual, dan sosial tidak terpenuhi
kebutuhannya secara cukup atau wajar, hal-hal yang dibutuhkan anak-anak terlantar di antaranya
merupakan tempat tinggal, kegiatan bermain, belajar/sekolah. Maka Panti Asuhan merupakan solusi
untuk menyelesaikan masalah anak-anak terlantar, tentunya Panti Asuhan. Anak penyandang difabel
merupakan anak dengan kelainan secara fisik dan/atau mental, yang dapat menganggu atau menjadi
rintangan dan hambatan bagi anak untuk melakukan beberapa hal dengan selayaknya. Maka dari itu
Pendekatan Desain Inklusif dibutuhkan untuk memfasilitasi anak penyandang difabel dalam
melakukan kegiatan dengan lebih layak.

Fungsi Perancangan
Fungsi pada perancangan ini dibagi menjadi 3 (tiga) di antaranya fungsi utama, fungsi
pendukung, dan fungsi tersier. Fungsi sekunder panti asuhan adalah sebagai wadah pengembangan
diri anak untuk mendukung kemampuan anak untuk mendukung bakat anak. Fungsi tersier panti
asuhan adalah sebagai studi percontohan tentang penerapan desain inklusif terhadap bangunan di
Pontianak.

586
JMARS: Jurnal Mosaik Arsitektur, Vol. 10, No. 2, Tahun 2022

Analisis Internal
Analisis internal dilakukan untuk mendapatkan aspek-aspek penting terkait ruang-ruang secara
internal pada panti asuhan. Faktor pada analisis internal di antaranya adalah pelaku dan kegiatan
dalam perancangan. Hasil analisis dari data terkait kegiatan pelaku akan menghasilkan kebutuhan
ruang. Hasil analisis data yang berupa kebutuhan ruang akan dianalisis kembali dan menghasilkan
persyaratan, besaran, Hubungan, dan Organisasi Ruang.

Gambar 1. Hubungan Ruang


Sumber: Penulis, 2022

Lokasi Perancangan
Mengacu kepada isu pemerataan pembangunan sehingga pemilihan lokasi mempertimbangkan
kepadatan penduduk. Maka lokasi perancangan Panti Asuhan Anak di Kota Pontianak Dengan
Pendekatan Desain Inklusif berada di jalan Parit H. Husein II, Kecamatan Pontianak Tenggara, Kota
Pontianak, Kalimantan Barat. Pemilihan lokasi ini bertujuan untuk pemerataan penduduk sesuai
dengan tujuan pemerintah berdasarkan Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 10 tahun 2008
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kota Pontianak Tahun 2005-2025.

Gambar 2. Lokasi Perancangan


Sumber: Penulis, 2022
587
JMARS: Jurnal Mosaik Arsitektur, Vol. 10, No. 2, Tahun 2022

Analisis Eksternal
Analisis eksternal dilakukan untuk mendapatkan aspek-aspek penyusun bangunan secara
eksternal terkait tentang respon eksternal terhadap bangunan. Terdapat beberapa aspek pada analisis
eskternal di antaranya analisis tapak yang terdiri dari perletakan, orientasi, zonasi, sirkulasi, dan
vegetasi.

Gambar 3. Analisis Tapak


Sumber: Penulis, 2022

Dari analisis perletakan dihasilkan 2 jalur masuk ke tapak bangunan, yaitu Jalan Raya utama Jl.
Parit H. Husein II pada barat laut dan jalan gang permukiman pada timur laut. Sehingga perletakan
bangunan diberi ruang gerak yang cukup luas untuk sirkulasi dan memperkuat view dari jalan raya
ke arah bangunan. Maka perletakan bangunan berada mundur dari jalur masuk/entrance.
Analisis zonasi bangunan pada site dipengaruhi oleh beberapa kondisi lingkungan, di antaranya
adalah jalur sirkulasi berupa jalan raya dan juga orientasi site terhadap lingkungan sekitarnya. Zona
berwarna hijau adalah zona public, zona berwarna jingga adalah zona semi public. zona berwarna
biru adalah semi privat. zona berwarna ungu adalah zona privat, dan zona berwarna kuning adalah
zona servis.
Pada Analisis orientasi, bentuk bangunan dirancang merespon terhadap keadaan iklim dan
kondisi eksisting. Terutama antara orientasi utama yang dipilih yaitu pada arah Barat Laut, namun
terdapat jalan raya dengan tingkat kebisingan tinggi dan banyak cahaya sinar matahari sore yang
kurang nyaman bagi pelaku atau pengguna Panti Asuhan Anak di Kota Pontianak dengan
Pendekatan Desain Inklusif, sehingga dirancang memiliki orientasi kedua dengan memperhatikan
kenyamanan pelaku atau pengguna Panti Asuhan Anak di Kota Pontianak dengan Pendekatan Desain
Inklusif
Jalur sirkulasi pada tapak memiliki 2 jalur sirkulasi, yaitu jalan Parit H. Husein II, dan Jalan
gang Sebagai sirkulasi alternatif. Dengan pertimbangan dari analisis zonasi dan eksisting sirkulasi
pada tapak perancangan, sirkulasi kendaraan dibuat tidak jauh dari bangunan, supaya memerikan
kesan kedekatan dengan bangunan, untuk menciptakan suasana hidup dengan aktivitas sirkulasi di
tapak yang tidak terlalu besar. Maka rancangan pola pergerakan kendaraan dibuat hanya berada pada
bagian pinggiran luar area bangunan, yaitu area yang dekat dengan jalur sirkulasi. Entrance dan way
out diberikan pada arah Barat Daya menyesuaikan dengan eksisting jalan raya yaitu Jalan Parit H.
Husein II dan entrance yang berfungsi juga sebagai way out diberikan pada arah timur laut sebagai
fungsi penunjang sirkulasi bagi pelaku pada Panti Asuhan di Kota Pontianak dengan Pendekatan
Desain Inklusif.
588
JMARS: Jurnal Mosaik Arsitektur, Vol. 10, No. 2, Tahun 2022

Pada analisis vegetasi, perletakan vegetasi peneduh bangunan banyak didominasi oleh
pepohonan peneduh untuk meneduhkan bangunan yang berada di sekeliling bangunan, terutama pada
area yang terkena paparan sinar matahari sore secara langsung dari arah Barat, dan diselingi oleh
tanaman Buffer sebagai penangkal kebisingan dan polusi bau yang tak sedap. Perletakan Vegetasi
Taman Merupakan Area Semi Publik yang banyak digunakan sebagai area berkegiatan di outdoor.
Vegetasi di daerah ini banyak diisi oleh tanaman estetika seperti bunga Johar, Asoka, Zinnia, Kenikir
Gemitir, Krisan, Bougenville, Puring, Matahani, Bunga Anggrek, Tembelekan, Dedelion.

Analisis Struktur
Analisis struktur dilakukan untuk menentukan pengunaan sistem struktur dan material yang
digunakan pada perancangan panti asuhan di Kota Pontianak dengan pendekatan desain inklusif.
Dari hasl analisis struktur, panti asuhan menggunakan sistem struktur rangka beton, dengan pondasi
tiang pancang beton, dan konstruksi atap baja.

Analisis Utilitas
Sistem utilitas di dalam proses perancangan panti asuhan anak di Kota Pontianak dengan
pendekatan desain inklusif terdiri dari jaringan air bersih, air kotor dan drainase, jaringan listrik,
informasi dan komunikasi, jaringan tata udara, jaringan pemadaman kebakaran dan keamanan
bangunan. Jaringan air bersih menggunakan sistem up feed dan down feed, dengan minimal
kebutuhan air 19.740 Liter/5 hari. Kebutuhan standar konsumsi listrik berdasarkan 18.96 Kva.
Menggunakan pengghawaan udara berupa kipas angin dan sistem keamanan terhadap kebakaran
dengan menggunakan APAR.

Analisis Fisika Bangunan


Analisis fisika bangunan meliputi persyaratan-persyaratan yaitu pencahayaan, penghawaan dan
akustika dalam bangunan. Terdapat beberapa rancangan yang diterapkan oleh perancang untuk
memanfaatkan fisika bangunan di antaranya konsep ventilasi silang, teritisan dan vegetasi sebagai
peneduh, pemilihan jenis dan warna material bangunan, bukaan sebagai pencahayaan alami, dan
penahan kebisingan.

Gambar 4. Konsep Fisika Bangunan


Sumber: Penulis, 2022

Cross ventilation atau yang dikenal sebagai ventilasi silang adalah sistem penghawaan alami
dengan memanfaatkan tekanan udara yang berbeda untuk pergantian udara pada bukaan atau celah
udara yang berjumlah lebih dari 2 dalam suatu ruangan dengan posisi kedua celah udara yang saling
berhadapan. Celah udara pada sistem penghawaan ini tidak harus berupa ventilasi, akan tetapi juga
589
JMARS: Jurnal Mosaik Arsitektur, Vol. 10, No. 2, Tahun 2022

berlaku untuk jendela dan pintu. Letak celah juga tidak harus selalu berada di dinding atau jendela,
namun bisa berada di atap atau area atas bangunan. Teritisan merupakan perpanjangan atap yang
digunakan sebagai peneduh bangunan dari paparan sinar matahari secara langsung terhadap
bangunan. Selain menghindarkan paparan sinar matahari secara langsung peletakan vegetasi pada
tapak juga membuat penghawaan menjadi lebih sejuk (dalam kondisi ini vegetasi membantu
menyaring udara).
Penggunaan material dinding atau kulit bangunan ini mempertimbangkan beberapa aspek di
antaranya adalah kenyamanan, efisiensi, dan estetika material itu sendiri. Beberapa faktor ini
memiliki aspek-aspek penting tersendiri. Kenyamanan mencakup seperti warna yang berkaitan
dengan Fisika Bangunan, kedekatan manusia terhadap material tersebut. Efisiensi mencakup biaya
pengerjaan, kemudahan perawatan, kemudahan mendapat material dan kekuatan material. Estetika
mencakup keindahan material tersebut yang berkaitan dengan warna, tekstur, dan pola yang
diberikan oleh material tersebut. Untuk memaksimalkan pencahayaan alami pada bangunan, maka
digunakan jendela sebagai bukaan untuk cahaya masuk pada tiap-tiap ruangan yang terhubung
langsung dengan ruangan luar, dan untuk tiap ruangan yang tidak terhubung langsung dengan
ruangan luar seperti lorong, maka digunakan ventilasi dan skylight untuk mendapatkan pencahayaan
alami. Pada perancangan ini menggunakan penanaman vegetasi untuk menghadang kebisingan yang
dari luar bangunan. Menurut Jones (1980), vegetasi jenis pepohonan dengan tinggi lebih dari 4 meter
berperan sebagai pelindung dari tingkat kebisingan untuk area lantai dasar bangunan. Solusi dari
permasalahan ruang dengan kapasitas pelaku yang banyak yaitu dari peletakan pasangan dinding dan
langit-langit akustik.

Skematik Tata Ruang


Skematik tata ruang luar merupakan penataan ruang yang mengacu pada analisis eksternal,
menghasilkan gambaran konsep tatanan ruang luar Panti Asuhan Anak di Kota Pontianak Dengan
Pendekatan Desain Inklusif. Perancangan ini menunjukan tapak dengan fokus pada kenyamanan
ruang alami yaitu dari penyediaan ruang terbuka hijau yang besar di antara massa bangunan.
Penyediaan ruang terbuka dan peletakan vegetasi berasal dari analisis vegetasi tapak. Peletakan dan
orientasi massa menyesuaikan dari analisis tapak.
Berdasarkan analisis internal dan eksternal terkait hubungan ruang, organisasi ruang, analisis
tapak, struktur dan fisika bangunan, menghasilkan gambaran konsep tatanan ruang dalam Panti
Asuhan Anak di Kota Pontianak Dengan Pendekatan Desain Inklusif. Tatanan tersebut terbagi
menjadi 3 massa yang dibagi berdasarkan zona yaitu publik, privat, dan servis. Massa bangunan
dirancang menjadi satu kesatuan untuk mempermudah sirkulasi pelaku pada Panti Asuhan Anak di
Kota Pontianak Dengan Pendekatan Desain Inklusif.

Gambar 5. Skematik Tata Ruang


Sumber: Penulis, 2022
590
JMARS: Jurnal Mosaik Arsitektur, Vol. 10, No. 2, Tahun 2022

Gubahan Bentuk
Gubahan bentuk terdiri dari 5 (lima) tahap di antaranya tahap pola gubahan, pemisahan massa,
reposisi bangunan, aplikasi focal point dan form follow function, aplikasi gubahan atap.

Gambar 6. Gubahan Bentuk


Sumber: Penulis, 2022

Pola gubahan bentuk bangunan merupakan bentuk bangunan yang didapat dari analisis tapak
pada perancangan. Bentuk kotak yang didapat dari hasil analisis tapak membentuk huruf U untuk
mendapatkan bangunan yang tipis. Bangunan yang tipis mempermudah dalam pengaplikasian
konsep fisika bangunan pada perancangan ini yaitu memanfaatkan pencahayaan alami dan
penghawaan alami. Pemisahan massa bangunan bertujuan untuk membagi massa bangunan
berdasarkan zonasi bangunan. Massa bangunan dipisah dalam 3 bangunan yaitu bangunan publik,
bangunan privat dan bangunan servis. Pembagian bangunan ini berfungsi memberikan kesan
bangunan yang lebih kecil, sehingga mempermudah untuk cahaya matahari dan sirkulasi udara alami
masuk ke dalam bangunan. Reposisi bangunan merupakan pergeseran bangunan pada gubahan
bentuuk. Reposisi bangunan bertujuan untuk memperluas area samping bangunan sebagai ruang
terbuka hijau. Ruang terbuka hijau juga berfungsi untuk meneduhkan dan menyejukan bangunan
dengan vegetasi.
Pada tahap ke-empat dilakukan penerapan focal point dan form follow function. Focal point
adalah pengaplikasian titik fokus, bertujuan untuk mempertegas dan meningkatkan estetika.
Penerapan focal point dengan bentuk melengkung pada tampak depan bangunan untuk
menginformasikan kepada para pelaku dan pengunjung terhadap entrance bangunan. Penerapan
focal point juga menambahkan estetika pada gubahan bentuk bangunan. Form follow function
merupakan prinsip yang terkait dengan arsitektur modernis dan desain industri di abad ke-20. Prinsip
ini adalah desain bentuk bangunan atau objek harus didasarkan pada fungsi yang ditujukan.
Penerapan form follow function dilakukan pada bangunan dengan memperhatikan penataan ruang-
ruang. Transformasi Gubahan Bentuk ke-5 (lima) adalah pengaplikasian gubahan atap. Transformasi
gubahan atap merespon kondisi lingkungan yang ada di Kota Pontianak yang memiliki tingkat curah
hujan tinggi, sehingga bentuk atap dibuat memiliki kemiringan. Bentuk dinding pada area yang
banyak terkena cahaya matahari sore untuk menutupi area taman bangunan sehingga memberikan
kenyamanan bagi pelaku dalam beraktivitas.

Implementasi Konsep Filosofi


Konsep filosofi yang diangkat pada perancangan ini adalah filosofi dari sebuah gerbang
berbentuk lengkung yang banyak ditemui pada bangunan ibadah. Filosofi gerbang ini diartikan oleh
perancang sebagai tempat yang menerima siapapun tanpa memandang latar belakang. Sehingga
bangunan pada perancangan ini dirancang memberikan kesan yang terbuka layaknya sebuah gerbang
sehingga memberikan kesan tanpa batasan antara manusia dan bangunan.

591
JMARS: Jurnal Mosaik Arsitektur, Vol. 10, No. 2, Tahun 2022

Gambar 7. Implementasi Filosofi Gerbang Terhadap Bangunan


Sumber: Penulis, 2022

Bentuk gerbang diimplementasikan pada komposisi massa bangunan yang membentuk huruf
U. Bentuk U melambangkan bentuk sebuah gerbang yang berdiri pada perancangan ini. Tiga massa
dan beragam motif menyatakan keberadaan anak-anak yang berasal dari berbagai kalangan dan
berada pada satu bangunan sebagai satu keluarga.
Pada tampak bangunan, penerapan filosofi gerbang diterapkan pada tampak depan bangunan.
Tampak depan diberikan focal point berupa bentuk lengkung untuk mempertegas entrance
bangunan. Bentuk lengkung digunakan untuk memberikan kesan yang lembut bagi anak. Tampak
depan juga memiliki bentuk menyerupai gerbang seperti seperti pada analisa sebelumnya untuk
mempertegas filosofi dari bentuk gerbang. Tampak depan juga dirancang menggunakan pola
berbentuk lingkaran yang memberikan kesan ramah dan menyenangkan. Dinding pada bangunan
depan menggunakan material bata merah yang diekspos untuk memberikan kesan hangat.

Implementasi Desain Inklusif


Implementasi desain inklusif pada perancangan ini mengacu pada prinsip desain inklusif, di
antaranya adalah kesetaraan dalam pengunaan sebuah produk atau equitable use, flesibilitas produk
dalam penggunaaannya atau Flexibility in Use, produk yang sederhana dan intuitif bagi pengguna
atau Simple and Intuituve Use, memberikan informasi yang mudah ditangkap pengguna atau
Perceptible Information, kemungkinan kesalahan dalam penggunaan yang kecil atau Tolerance for
Error, produk yang mudah untuk digununakan atau Low Physical Effort, dan penyesuaian ukuran
yang nyaman bagi pengguna atau Size and Space for Approach and Use.

Gambar 8. Skema Desain Inklusif Pada Penyandang Difabel


Sumber: Penulis, 2022

592
JMARS: Jurnal Mosaik Arsitektur, Vol. 10, No. 2, Tahun 2022

Siteplan
Panti Asuhan Anak di Kota Pontianak Dengan Pendekatan Desain Inklusif memiliki 3 area
bangunan yang saling berhubungan yaitu area publik, area privat dan area servis. Akses menuju
tapak dicapai melalui 2 sirkulasi eksisting yaitu jalan Parit H. Husein II sebagai sirkulasi entrance
utama dan Komp. Mutiara Gading sebagai sirkulasi entrance servis. Memiliki area parkir umum di
area depan bangunan yang dikelilingi pagar, dan memiliki area parkir pengelola di area dalam Panti
Asuhan. Halaman panti Asuhan dirancang berpusat di tengah bangunan untuk mempermudah
pencapaian pada area tersebut.

Gambar 9. Siteplan
Sumber: Penulis, 2022
593
JMARS: Jurnal Mosaik Arsitektur, Vol. 10, No. 2, Tahun 2022

Denah
Panti Asuhan Anak di Kota Pontianak Dengan Pendekatan Desain Inklusif memiliki 3 area
yaitu area publik, privat dan servis, ketiga area ini saling terhubung sehingga memiliki sebuah denah
yang mencakup semuanya. Pada area publik memliki lantai 2 yang difungsikan sebagai ruang privat
dan dihubungkan melalui area servis.

Gambar 10. Denah


Sumber: Penulis, 2022
594
JMARS: Jurnal Mosaik Arsitektur, Vol. 10, No. 2, Tahun 2022

Tampak
Panti Asuhan Anak di Kota Pontianak Dengan Pendekatan Desain Inklusif merupakan
bangunan yang memiliki 3 massa dalam satu bangunan dengan penerapan bentuk yang sama dari
bagian kaki (panggung) hingga bagian atap (kepala). Warna yang diterapkan pada bangunan ini
menggunakan warna bata merah dan warna putih pada dinding, dan warna abu-abu pada atap.

Tampak Depan

Tampak Kanan

Tampak Kiri

Tampak Belakang
Gambar 11. Tampak
Sumber: Penulis, 2022

595
JMARS: Jurnal Mosaik Arsitektur, Vol. 10, No. 2, Tahun 2022

Potongan
Gambar potongan berfungsi memperlihatkan bagian-bagian dari benda yang tertutup dari
tampak luar (bisa berbentuk rumit dan berongga), sehingga bagian yang berbentuk rumit/kompleks
dan berongga atau bagian yang tersembunyi dapat terlihat dengan lebih jelas.

Gambar 12. Potongan


Sumber: Penulis, 2022

Suasana Ruang
Suasana ruang adalah gambar yang menunjukan hasil dari perancangan terkait suasana dari
ruang luar dan ruang dalam. Suasana ruang memperlihatkan hasil perancangan melalui
penggambaran perpektif. Gambar ini memperlihatkan tampilan bangunan luar bangunan hingga
detail terhadap pemilihan warna, material, perabot, dinding, lantai hingga detail penerapan
pendekatan inklusif seperti railing, guiding block, dan lain-lain. Berikut adalah gambar suasana
ruang pada Panti Asuhan di Kota Pontianak Dengan Pendekatan Desain Inklusif.

596
JMARS: Jurnal Mosaik Arsitektur, Vol. 10, No. 2, Tahun 2022

Gambar 13. Suasana Eksterior


Sumber: Penulis, 2022

Gambar 14. Suasana Interior


Sumber: Penulis, 2022

Gambar 15. Detail Kamar Inklusif


Sumber: Penulis, 2022
597
JMARS: Jurnal Mosaik Arsitektur, Vol. 10, No. 2, Tahun 2022

5. Kesimpulan
Panti asuhan anak di Kota Pontianak dengan pendekatan desain inklusif merupakan
perancangan yang berangkat dari isu mengenai anak-anak terlantar dan anak penyandang difabel
yang tinggal di panti asuhan dengan fasilitas kurang memadai bagi pengguna dan menggunakan
pendekatan desain inklusif sebagai solusi dalam perancangan. Perancangan ini berfokus untuk
memfasilitasi kenyamanan pelaku panti asuhan, termasuk untuk anak penyandang difabel dengan
pendekatan desain inklusif. Penerapan pendekatan desain inklusif dilakukan dengan cara
mengaplikasikan prinsip-prinsip desain inklusif terhadap program ruang, tapak perancangan, fasilitas
bangunan hingga perabot dan menghasilkan panti asuhan yang dapat mewadahi kebutuhan anak
panti asuhan berupa bangunan dengan ruangan yang tertata secara zonasi, bentuk bangunan yang
dirancang tipis agar mendapatkan pencahayaan dan penghawaan alami secara maksimal, taman
sebagai ruang terbuka untuk kegiatan sosial anak, dan fasilitas pengembangan diri bagi anak berupa
ruang keterampilan dan kebun hidroponik. Panti asuhan juga menggunakan fasilitas ruang dengan
railing, guiding block, huruf braille, perabot yang efisien untuk digunakan semua orang termasuk
untuk anak penyandang difabel dengan pendekatan desain inklusif.

Ucapan Terima Kasih


Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan penulisan jurnal ini, kepada Podi Arsitektur Universitas Tanjungpura, kepada
para dosen yaitu Bapak Hamdil Khaliesh, S.T., M.T. selaku dosen penguji utama, kepada Ibu Emilya
Kalsum, S.T., M.T. selaku dosen penguji kedua, yang telah memberikan bimbingan, saran, kritik,
serta saran dalam penulisan ini. Terima kasih kepada kedua orang tua dan keluarga serta kerabat
yang selalu mendukung dan mendoakan saya dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.

Daftar Acuan
Departemen Sosial Republik Indonesia. (2004). Acuan Umum Pelayanan Sosial. Anak di Panti Sosial Asuhan Anak.
Jakarta: Departemen Sosial Republik Indonesia
Dinas Komunikasi dan Informasi Provinsi Kalimantan Barat. (2017). Anak Jalanan dan Terlantar di Provinsi
Kalimantan Barat. Pontianak: Dinas Komunikasi dan Informasi Provinsi Kalimantan Barat
Investment Indonesia. (2022, February 18). Budaya Penduduk. Retrieved from https://www.indonesia-
investments.com/id/budaya/penduduk/item67?
Jones, J. (1980). Design Methods: Seeds of Human Future. New York: John Wiley & Sons
Limantoro, C. (2014). Studi Penerapan Desain Universal Pada Restoran Boncafe di Surabaya. Dimensi Interior, 12(1),
38–50
News.Detik.Com. (2022, February 20). Mensos Khofifah: Ada 41 Juta Anak Terlantar Butuh Perlindungan. Retrieved
from https://news.detik.com/berita/d-3174621/mensos-khofifah-ada-41-juta-anak-terlantar-butuh-perlindungan
Pemerintah Kota Pontianak. (2008). Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kota Pontianak Tahun 2005 s/d
2025. Pontianak: Pemerintah Kota Pontianak
Republika. (2022, February 18). Anak Yatim di Indonesia Capai 32 Juta. Retrieved from
https://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/04/01/mkk1kp-anak-yatim-di-indonesia-capai-32-juta
Sekretariat Daerah Kota Pontianak. (2008). Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 10 tahun 2008 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Kota Pontianak Tahun 2005-2025. Pontianak: Sekretariat Daerah Kota Pontianak

598

Anda mungkin juga menyukai