JURNAL INKLUSI
Berkala terbit dua kali setahun pada bulan Juli dan Oktober (ISSN 2086-2105); berisi tulisan
tentang gagasan konseptual, kajian dan aplikasi teori, tulisan praktis, dan hasil penelitian
dengan fokus kajian bidang pendidikan anak usia dini dan pendidikan luar biasa.
Pengarah
E. Nurzaman A.M.
Pembina
Agus Djaja Dihadja
Penanggungjawab
Joko Ahma
Ketua Penyunting
Agus Mulyadi
Wakil Ketua Penyunting
Hasan Rochjadi
Penyunting Pelaksana
Dadang Garnida
Beny Iskandar
Agus Supriatna
Alamat Penyunting dan Tata Usaha : PPPPTK TK dan PLB Bandung, Jl. Dr. Cipto No. 9 Bandung 40171,
Telp. (022) 4230068 – 4237041, Fax (022) 4230068, Laman : www.tkplb.org. Jurnal Inklusi diterbitkan
oleh PPPPTK TK dan PLB. Terbit pertama kali pada tahun 2009.
Penyunting menerima sumbangan tulisan yang berlum pernah diterbitkan di media cetak lain.
Naskah diketik di kertas HVS A4 dengan spasi ganda, panjang 10-20 halaman . Naskah yang masuk
dievaluasi oleh penyunting ahli. Penyunting dapat melakukan perubahan tulisan yang dimuat untuk
keseragaman format, tanpa mengubah maksud dan isinya.
i
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
DAFTAR ISI
halaman
1. Hermansyah :
PENGEMBANGAN STRATEGI INTERNALISASI NILAI KEBERSAMAAN
PADA PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR NEGERI PUTERACO INDAH
KOTA BANDUNG .................................................................................................. 375
2. Dasih :
PENGGUNAAN PENSIL WARNA UNTUK MENINGKATKAN MINAT
MENULIS PADA ANAK ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS 1 DI SLB
NEGERI SUBANG .................................................................................................... 394
3. Eros Rosita :
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN KONSTUKTIF
PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS IV DI SLB NEGERI SUBANG ................ 402
5. Sri Kisdayarti :
PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM ORGANISASI
TERHADAP MUTU PELAYANAN PADA SEKOLAH LUAR BIASA
DI KABUPATEN SUBANG ....................................................................................... 418
6. Wasdi :
PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN MEMBACA PEMAHAMAN
PADA SISWA SD KELAS IV DI KECAMATAN PEGADEN KABUPATEN SUBANG....... 429
7. Agus Supriatna :
KAJIAN PEMBELAJARAN BERBASIS TEKS BAHASA INDONESIA DALAM
KURIKULUM 2013 …………………………………………………………..............................… 438
8. Beni Iskandar :
UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU TK MELALUI KEPEMIMPINAN KEPALA
SEKOLAH,
KOMPETENSI GURU DAN IKLIM SEKOLAH DI KOTA BANDUNG.......................… 455
ii
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
ABSTRACT
The Development of Strategies to Internalized Togetherness Value in Putraco
Indah Public Elementary Schools Students Bandung City. The focus of the
research was how to develop strategies to internalized togetherness values in
students appropriate with the school’s needs. Locus of this research was in the
Puteraco Indah Public Elementary School in Bandung City. This research applied
qualitative approach with case study method. The results indicated that: 1)
strategies to internalized togetherness values in Puteraco Indah Public
Elementary School was stated in school vision and mission in Medium-Term
School Plan; 2) strategies to internalized togetherness values in Puteraco Indah
Public Elementary School was implemented through integrated curricular and
extracurricular activities; 3) the development of internalization strategies was
conducted by using the approach of cooperative learning and joyful learning.
ABSTRAK:
Pengembangan Strategi Internalisasi Nilai kebersamaan pada Peserta Didik
Sekolah Dasar Negeri Puteraco Indah Kota Bandung. Penelitian ini bertujuan
mengembangkan strategi internalisasi nilai-nilai kebersamaan yang sesuai
dengan kebutuhan sekolah lokasi penelitian di SDN Inklusif Puteraco Indah kota
Bandung. Pendekatan yang digunakan yaitu kualitatif dengan metode studi
kasus. Hasil penelitian menunjukkan: 1) strategi internalisasi nilai-nilai
kebersamaan yang dimiliki SDN Puteraco Indah mengacu pada visi dan misi
sekolah 2) pelaksanaan strategi inetrnalisasi nilai-nilai kebersamaan dilakukan
melalui kegiatan kurikuler dan ektrakurikuler yang terpadu, dan 3)
pengembangan strategi internalisasi nilai-nilai kebersamaan menempatkan nilai
kebersamaan sebagai nilai inti (core value) yang diinternalisasikan melalui
pendekatan cooperative learning dan joyful learning.
bagi anak berkebutuhan khusus, meskipun nilai-nilai Pancasila, terutama sila keadilan
dalam bentuk dan derajat yang berbeda- sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, yang
beda. secara essensial mengusung nilai
kebersamaan.
Pendidikan nasionalbertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar Dalam perspektif sosiologis, nilai-nilai
menjadi manusia yang beriman dan kebersamaan salah satunya dapat
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dikembangkan melalui pendidikan inklusif.
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, Pelaksanaan pendidikan inklusif dalam
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara wujud sekolah inklusif nyatanya masih
yang demokratis serta bertanggung jawab dihadapkan pada persoalan penolakan
(pasal 3 UU No. 20 tahun 2003). Tujuan sosial. Fenomena ini menunjukkan bahwa
pendidikan nasional tersebut dijadikan belum semua orang tua peserta didik
acuan dalam perumusan visi pendidikan memahami dan mau menerima keberadaan
sebagaimana tertuang dalam Rencana ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) untuk
Straregis Kementerian Pendidikan Nasional bersekolah di sekolah umum.
2010-2014 yaitu “Terselenggaranya layanan
prima Pendidikan untuk membentuk Insan Masalah persepsi negatif ini tidak hanya
Indonesia Cerdas dan ditunjukkan oleh orang tua pesera didik yang
Komprehensif”.Ketercapaian visi secara akademis awam tentang pendidikan,
pendidikan nasional salah satunya tetapi nyatanya dikalangan praktisi
ditentukan oleh komitmen pemerintah pendidikan juga tidak jarang menunjukkan
dalam memberikan hak-hak yang sama sikap dan persepsi yang kurang
kepada setiap anak usia sekolah untuk menguntungkan terhadap ABK. Hasil telaah
mendapatkan layanan pendidikan yang kasus menemukan tiga alasan keengganan
bermutu. sekolah umum menerima ABK, yaitu: (1)
guru-guru di sekolah umum belum
Ditinjau dari sisi hak-hak anak, setiap memahami dan belum terbiasa mengajar
individu warga negara mempunyai hak yang ABK; (2) sekolah umum belum memiliki
sama untuk memperoleh pendidikan yang kurikulum, program pembelajaran dan
bermutu, termasuk di dalamnya warga metode khusus untuk belajar ABK; dan (3)
negara yang memiliki kelainan fisik, adanya kekhawatiran dari sebagian orang
emosional, mental, intelektual dan /atau tua peserta didik reguler dengan kehadiran
sosial, berhak memperoleh pendidikian ABK di sekolah umum. Kondisi seperti ini
khusus(Pasal. 5 ayat 1 dan 2 UU No. 20 memaksa orang tua ABK menyekolahkan
tahun 2003). Hal ini sejalan dengan anaknya di SLB yang jaraknya cukup jauh
pandangan filosofis pendidikan berbasis dari rumahnya (Irawan, 2009: 21).
keadilan sosial yang secara konseptual
dirumuskan sebagai pendidikan yang Masalah aksesibilitas layanan pendidikan
menganut prinsip keseimbangan dan bagi ABK dan kelompok termarjinalkan
pemerataan hak dan kewajiban pendidikan masih terbentur dengan persoalan
berdasarkan pada kemajemukan, keyakinan kesalahan pemahaman, persepsi dan
beragama, gender, ekonomi, abilitas pribadi, perlakuan sebagian masyarakat . Misalnya,
dan akses informasi dari semua warga kasus kesulitan mencari sekolah inklusif bagi
negara. (Mulyana, ABK, sulitnya akses pendidikan bagi
dalamhttp://pmibandung.woedpress.com/2 masyarakat miskin (Komisi Hukum Nasional,
007/07). Pendidikan berbasis keadilan sosial 2007), sulitnya aksesibilitas pendidikan bagi
pada dasarnya merupakan penjabaran dari masyarakat terpencil (Suryadi, 2006: 32).
376
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
pada bangsa dan negara atas ridho Allah kebersamaan mempertimbangkan kajian
SWT. Disamping itu, sekolah undang-undang sistem pendidikan nasional
mengembangkan program motivasi untuk dan peraturan menteri pendidikan nasional
mendorong anak agar terpacu untuk saling nomor 70 tahun 2009 tentang pendidikan
tolong menolong dan berlomba-lomba inklusif. Sekolah juga mulai meyesuaikan
dalam kebaikan (Alqura’n surat 2, dengan beberapa elemen penting dalam
albaqarah:148). perubahan kurikulum dari kurikulum KTSP
2006 ke kurikulum 2013. Beberapa elemen
Upaya menginternalisasikan nilai-nilai perubahan tersebut memiliki pengaruh
kebersamaan terkandung dalam program positif terhadap upaya internalisasi nilai-
pendidikan karakter perencanaan program nilai kebersamaan seperti : 1) pembelajaran
internalisasi nilai-nilai kebersamaan menekankan pada domain sikap,
melibatkan kerja sama sinergis antara kepala pengetahuan, dan keterampilan secara
sekola, guru, peserta didik, dan orang tua terpadu; 2) pendekatan yang digunakan
peserta didik. Bentuk kerja sama sinergis yaitu tematik terintegrasi untuk semua
tersebut disesuaikan dengan tugas pokok tingkatan kelas di sekolah dasar; 3) untuk
dan fungsi masing-masing serta kewenangan jenjang sekolah dasar domain sikap memiliki
yang dimiliki berdasarkan rasa saling percaya porsi irisan yang lebih besar dari domain
di antara berbagai pihak. lainnya; 4) pendekatan saintifik digunakan
dalam pembelajaran; dan 5) menggunakan
Pendidikan nilai yang menjadi pokus strategi penilaian autentik dalam sistem
sekolah untuk ditamankan dalam suasana penilaiannya. (BPSDMPK dan PMP, 2013)
kebersamaan yaitu : pertama, program
pembiasaan untuk saling menyapa dan Pendidikan nilai kebersamaan dijadikan
mengucapkan salam di antara warga sekolah sebagai bagian dari implementasi kebijakan
yang dipadu dengan pemodelan dan nasional mengenai pendidikan budaya dan
keteladanan dengan harapan memiliki efek karakter bangsa . Sekolah menempatkan
untuk ditiru anak. Kedua, program ABK strategi internalisasi nilai-nilai kebersamaan
awareness, yang memiliki makna strategis sebagai bagian yang terintegrasi pada semua
untuk memberikan kesadaran kepada mata pelajaran, melalui kegiatan
peserta didik reguler maupun orang tua ekstrkurikuler (keagamaan, olahraga,
peserta didik dengan tujuan agar memiliki pramuka, kesenian, dan lain-lain) dan
persepsi yang sama dalam memandang strategi optimalisasi penggunaan sarana
keberadaan ABK. Ketiga, membangun prasarana sebagai wahana internalisasi nilai-
kesepahaman dan kebersamaan antara nilai kebersamaan. Di antara sekian kegiatan
orang tua peserta didik reguler dengan sekolah ditemukan tiga program internalisasi
orang tua ABK terutama yang berkaitan yang memberikan kontribusi lebih besar
dengan perlunya saling membantu kearah pengembangan nilai-nilai
memberikan dukungan kepada anak- kebersamaan yaitu: (1) kegiatan
anaknya agar terjalin kebersamaan dalam pembelajaran di kelas melalui strategi tutor
interaksi sosial, baik akademik maupun non sebaya dan cooperatiave learning; (2)
akademik. kegiatan ekstrakurikuler, termasuk pramuka
dan keagamaan, dan (3) pembelajaran
Strategi internalisasi nilai-nilai kebersamaan olahraga. Ketiga ragam jenis kegiatan ini
di SDN Puteraco Indah kota Bandung memiliki potensi untuk dikembangkan
dirumusakan berdasarkan berbagai kearah terjadinya internaliasi nilai-nilai
pertimbangan. Dari sisi aspek yuridis, kebersamaan yang lebih intensif.
perumusan strategi internalisasi nilai-nilai
379
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
pendekatan penanaman nilai. Pendekatan sebaya. Bentuk bantuan yang diberikan oleh
pengkondisian dimaksudkan untuk peserta didik reguler kepada ABK dalam
mengambangkan nuansa kebersamaan pembelajaran seperti, menunjukan soal-soal
terutama antara peserta didik reguler latihan yang harus dikerjakan, mengajak
dengan ABK. Pendekatan penanaman nilai berpartisipasi dalam kerja kelompok, dan
merupakan pendekatan tradisional yang mendorong terlibat aktif dalam kerja sama
dalam konteks pendidikan di Indonesia lazim kelompok. Pelaksanaan strategi seperti ini
digunakan untuk pewarisan nilai-nilai dapat mewujudkan suasana kebersamaan
kepada peserta didik usia sekolah dasar. antar peserta didik, toleransi, tolong
menolong, dan saling menghargai
Pendekatan pembelajaran koperatif perbedaan.
(cooperative learning) mendapatkan tempat
tersendiri dalam kaitannya dengan Sarana dan Prasarana
pengelolaan kelas inklusif di SDN Puteraco
Indah kota Bandung. Walaupun masih Hasil analisis SWOT dalam rangka
kurang jelas varian teknik yang merumuskan pengembangan strategi
digunakannya, cooperative learning internalisasi nilai-nilai kebersamaan pada
terimplementasikan dalam strategi peserta didik, komponen sarana, dan
pembelajaran tutor sebaya. Pembelajaran prasarana termasuk dalam kategori faktor
kooperatif dilaksanakan melalui berbagai internal kelemahan yang dimiliki oleh
macam metode pengajaran yang sekolah. Hal ini merujuk pada fakta
mengkondisikan peserta didik bekerja dalam keterbatasan sarana prasarana yang dimiliki
kelompok kecil untuk saling membantu satu oleh sekolah. Oleh karena itu, strategi yang
dengan lainnya. ditempuh yaitu dengan mengoptimalkan
dan mengefektifkan penggunaan halaman
Setting Pelaksanaan sekolah dan sarana lainnya seperti mushola
sebagai wahana internalisasi nilai-nilai
Strategi internalisasi nilai-nilai kebersamaan kebersamaan. Mushola digunakan oleh guru
pada peserta didik di SDN Puteraco Indah agama untuk praktik beribadah bagi peserta
dilaksanakan dalam berbagai setting dan didik sambil menanamkan nilai-nilai
situasi. Internalisasi nilai-nilai kebersamaan kebersamaan melalui shalat berjamaah.
dilakukan melalui pembelajaran di kelas, di Adapun halaman sekolah memiliki multi
luar kelas (Outdoor Learning ), dan kegiatan fungsi, disamping untuk kegiatan upacara
ekstrakurikuler. Internalisasi nilai-nilai bendera, olahraga, pembelajaran outdoor
kebersamaan juga dilakukan melalui learning juga berfungsi sebagai tempat
moment-moment kegiatan yang memiliki bermain disaat waktu istirahat. Sekolah
nilai strategis terjadinya internalisasi seperti mengkondisikan agar interaksi antar sesama
kegiatan upacara bendera. Setting tempat peserta didik, termasuk dengan ABK dapat
duduk memiliki peranan penting dalam berlangsung dalam berbagai aktivitas di
pelaksanaan strategi internalisasi nilai-nilai halaman tengah sekolah tersebut.
kebersamaan. Pengaturan tempat duduk
didesain dalam rangka pembauran antara Sistem Evaluasi
peserta didik reguler dengan ABK. Setiap
ABK duduk berdampingan dengan peserta Evaluasi untuk memantau proses dan
didik reguler, sehingga kehadiran ABK tidak ketercapaian hasil internalisasi nilai-nilai
terkumpul dalam satu area. Pengkondisian kebersamaan dilakukan pihak sekolah secara
semacam ini juga dimaksudkan untuk periodik. Hal ini dimaksudkan untuk
memudahkan pelaksanaan strategi tutor mengetahui perkembangannya dalam
382
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
rentang waktu satu semester dan hasilnya kebersamaan pada peserta didik. Rambu-
digunakan untuk mengambil kebijakan rambu yang dihasilkan ini diharapkan
selanjutnya. Dari hasil telaah dokumen, dijadikan acuan oleh pihak sekolah dalam
belum ditemukan adanya sistem evaluasi melakukan perumusan strategi internalisasi
yang lebih terfokus pada penilaian proses nilai-nilai kebersamaan melalui
dan hasil dari internalisasi nilai-nilai penyempurnaan RKJM (Rencana Kerja
kebersamaan. Ditinjau dari sisi analisis Jangka menengah) dan KTSP (kurikulum
SWOT, komponen sistem evaluasi ini Tingkat Satuan Pendidikan). Adapun rambu-
merupakan area yang perlu dilakukan rambu hasil rumusan konsep pengembangan
pembenahan dan pengembangan. strategi internalisasi nilai-nilai kebersamaan
tersebut sebagai berikut :
Rumusan Konsep Pengembangan Strategi
Internalisasi Nilai-Nilai Kebersamaan pada 1. Strategi internalisasi nilai-nilai
Peserta Didik yang Sesuai dengan kebersamaan pada peserta didik, baik
Kebutuhan SDN Inklusif Puteraco Indah dalam tataran program maupun
Kota Bandung pelaksanaannya merupakan komponen
yang terintegrasi dalam strategi sekolah
Rumusan konsep pengembangan strategi yang mengacu pada visi dan misi
internalisasi nilai-nilai kebersamaan kebersamaan;
dihasilkan melalui prosedur analisis SWOT
model pierce (2003). Analisis SWOT 2. Strategi internalisasi nilai-nilai
diperlukan untuk penentuan skala prioritas kebersamaan dalam tahap awal
pengembangan strategi dan melihat posisi diarahkan agar peserta didik reguler
pengembangannya sesuai kebutuhan memahami dan menyadari bahwa setiap
sekolah. Hasil analisis lingkungan internal anak berhak atas pendidikan bersama
dan eksternal dengan memperhatikan dengan teman-teman sebayanya, setiap
kekuatan (strength), kelemahan (weakness), anak berhak untuk diperlakukan secara
peluang (opportunity), dan ancaman adil (dimensi hak-hak anak);
(threats), telah menempatkan kebutuhan
pengembangan strategi internalisasi nilai- 3. Peserta didik reguler khususnya kelas
nilai kebersamaan di SDN Inklusif Puteraco tinggi, dikondisikan sebagai pelindung,
Indah pada posisi strategi agregatif dengan pembimbing, dan berperan sebagai
pertimbangan lebih banyak faktor kekuatan peserta didik motivator bagi ABK;
dan peluang yang dimiliki daripada
kelemahan dan ancamannya. Fokus 4. Mengembangkan pembelajaran
penentuan strateginya lebih diarahkan pada cooperative learning dalam suasana joyful
upaya pengembangan strategi yang sudah learning dalam rangka membangun nilai
dimiliki. Pengembangan strategi internalisasi kebersamaan (dimensi damai, harmonis,
nilai-nilai kebersamaan peserta didik telah dan akomodatif);
mengahasilkan dua rumusan konsep
5. Menyentuh semua aspek
pengembangan yaitu rumusan konsep
perkembangan ABK sesuai dengan
pengembangan strategi sekolah dan
ekspektasi dan konteks sekolah;
rumusan konsep pengembangan strategi
pembelajaran. 6. Memberikan perhatian khusus pada
permasalahan individu ABK (pelayanan
Rumusan konsep pengembangan strategi
responsif);
sekolah dijabarkan dalam bentuk rambu-
rambu strategi internalisasi nilai-nilai
383
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
No Tema Tujuan
384
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
6 Hak dan Kewajiban Mengenali dan memahami bahwa setiap anak memiliki
hak dan kewajiban dalam rangka mengembangkan
kesadaran kemauan dan kemampuan memperlakukan
sesama sesuai dengan hak dan kewajibannya yang
dilandasi kebersamaan
7 Kerja sama Memahami hakikat kerja sama dan mampu
menunjukkan kemampuan kerja sama dalam situasi
kebersamaan
yang ramah anak, di mana setiap anak dapat
Strategi pembelajaran dalam rangka tumbuh dan berkembang secara nyaman,
internalisasi nilai-nilai kebersamaan banyak mengetahui dan mendukung
dikembangkan dengan menerapkan berbagai anak yang berlainan (Kauffman.j.
pembelajaran Joyful learning, pendekatan dan Shevin.M.S. 1995).
penanaman nilai, dan pembelajaran berbuat
(Action Learning Approach) yang dikemas Visi yang inklusif memiliki urgensi tinggi
dalam bentuk bahan pengayaan atau dalam rangka mengusung nilai kebersamaan
suplemen pembelajaran, baik untuk melalui penerimaan sepenuhnya semua
kurikuler maupun ekstrakurikuler. peserta didik yang masuk dalam lingkungan
Komponen strategi yang terdapat di sekolah menjadi anggota komunitas sekolah,
dalamnya terdiri dari dua bagian. Bagian dan satu sama lain dikondisikan saling
pertama yaitu bahan pengayaan dan rambu- berpartisipasi secara wajar (Suparno, 2010).
rambu pembelajaran untuk guru dan bagian Visi sekolah yang inklusif menjadi acuan
kedua yaitu saran implementasi berupa dalam perumusan tujuan strategis sekolah
model strategi pembelajaran internalisasi yang pada tataran praktis akan memberikan
nilai-nilai kebersamaan. pengaruh terhadap kualitas praktik
pendidikan inklusif. Dalam kerangka
PEMBAHASAN menajemen strategis, visi sekolah yang
merupakan komponen penting dari rumusan
Urgensi Visi yang Inklusif dalam strategi pada dasarnya jiwa sekolah yang
Pengembangan Strategi Internalisasi Nilai akan mengarahkan kemana sekolah akan
Kebersamaan di Sekolah Inklusif dibawa.
Rumusan Visi yang inklusif merupakan Strategi adalah prosedur mental yang
bagian dari komponen strategis menuju berbentuk tatanan langkah yang
praktik sekolah inklusif yang berkualitas.SDN menggunakan upaya ranah cipta untuk
Puteraco Indah sebagai sekolah inklusif mencapai tujuan tertentu (Lawson dalam
menekankan visinya pada pembentukkan Dimyati, 2006:37). Atas dasar pertimbangan
insan yang saleh. Makna nilai kebersamaan tingginya urgensi visi dalam perumusan
yang dikondisikan yaitu tidak membedakan strategi sekolah, manajemen SDN Puteraco
perlakuan kepada teman sebaya Indah memandang perlu untuk lebih
berdasarkan kondisi fisik, sosial, kemampuan mengeksplisitkan rumusan visinya sesuai
akademik, serta etnis dan agama dalam dengan nilai inti yang diusung yaitu
rangka menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan sebagai bagian dari prinsip
kebersamaan. Visi sekolah tersebut secara perbaikan berkelanjutan (continuous for
substansial sesuai dengan hakikat improvement).
pendidikan inklusif yaitu mewujudkan dunia
385
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
Rumusan visi inklusif yang ditopang dengan Dalam pemahaman filosofis , konsep
komitmen sekolah terhadap visi yang pendidikan yang berkeadilan sosial dapat
diusungnya akan mengarahkan gerak dirumuskan sebagai pendidikan yang
langkah sekolah menuju tujuan pendidikan menganut prinsip keseimbangan dan
inklusif yaitu mewujudkan dunia yang ramah pemerataan hak dan kewajiban pendidikan
anak, di mana setiap anak dapat tumbuh berdasarkan pada kemajemukan keyakinan
dan berkembang secara nyaman, banyak beragama, gender, ekonomi, abilitas pribadi,
mengetahui dan mendukung berbagai anak dan akses informasi dari semua warga
yang berlainan. Strategi pengkondisian yang negara. Dengan demikian, realita sosial yang
telah ditetapkan oleh sekolah sejalan pruralis dan heterogen dapat benar-benar
dengan upaya pendidikan inklusif untuk dijadikan sebagai kekuatan akar rumput
mewujudkan dunia, di mana lebih banyak (grass root) dalam membangun model
orang yang mempunyai kesempatan pendidikan yang berkeadilan sosial,dimana
bermain dan bekerja satu sama lainnya kepentingan masyarakatbenar-benar
(Kauffman,. dan Shevin,MS. 1995). terayomi (Mulyana, dalam
http://pmibandung.woedpress.com/2007/0
Pendidikan Inklusif sebagai perwujudan 7).
Pendidikan Berbasis Keadilan Sosial
Praktik pendidikan inklusif dalam wujud
Penelitian ini menemukan adanya sekolah inklusif membutuhkan dukungan
kesesuaian antara praktik pendidikan inklusif dari semua pihak. Guru sebagai ujung
dalam wujud sekolah inklusif dengan tombak dalam pelaksanaan pembelajaran
konsepsi pendidikan berbasis keadilan sosial. memiliki pengaruh signifikan terhadap
Keadilan sosial merupakan sila terakhir dari keberhasilan pendidikan peserta didiknya.
Pancasila yang merupakan dasar falsafah Melalui sikap positif guru ABK akan lebih
negara. Pancasila juga merupakan banyak kesempatan dalam bidang
pandangan hidup (way of life) bangsa yang pendidikan untuk belajar bersama teman
mengikat kodrat keragaman bangsa sebanyanya dan akan lebih mendapatkan
Indonesia dalam ikatan visi yang sama. keuntungan pendidikan semaksimal
Sebagai dasar dan falsafah negara sudah mungkin (Elisa,S. 2013)
seharusnya nilai-nilai pancasila menjadi
rujukan dalam berbagai produk perundang- Pendidikan inklusif sebagai implementasi
undangan baik secara materil maupun dari konsep pendidikan berbasis keadilan
formal. Pasal 5 ayat 1 dan 2 Undang-Undang sosial merupakan produk dari trasformasi
nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem dan perkembangan paradigma dalam
Pendidikan Nasional memberikan bidang pendidikan. Terminologi pendidikan
penekanan pada hak setiap individu warga khusus (special education) model segregasi
negara dengan segala perbedaan telah mengalami pergesesar menuju
karakteristik dan kebutuhannya untuk pendidikan kebutuhan khusus (special need
mendapatkan layanan pendidikan yang education) yang terwadahi melalui sistem
berkualitas. Adapun Peraturan Menteri pendidikan inklusif. Dicermati dari sisi
Pendidikan Nasional nomor 70 tahun 2009 pendekatan, pendidikan inklusif dalam
memberikan jaminan keberadaan sekolah wujud sekolah inklusif memiliki komitmen
inklusif ditiap-tiap kabupaten kota di untuk memberikan layanan pembelajaran
Indonesia. kepada customer utamanya, yaitu peserta
didik sesuai dengan karakteristik dan
kebutuhannya. Sebagai bagian dari layanan
386
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
pembelajaran yang berkualitas, setting kelas telah terbukti secara empiris. Beberapa
inklusif di SDN puteraco Indah kota Bandung penelitian tentang cooperative learning
didesain dalam pola pengintegrasian telah menemukan bahwa pembelajaran
bertujuan, dengan menempatkan posisi koperatif dapat berpengaruh positif pada
tempat duduk ABK berdampingan dengan pencapaian akademik, harga diri, keaktifan
peserta didik reguler yang berperan sebagai belajar, perkembangan keterampilan sosial,
siswa motivator. Pengintegrasian ABK dalam dan persamaan pencapaian siswa (Cohen,
kelas reguler memiliki dua tujuan. Pertama, 1994; Johnson & Johnson, 1989; Kagan,
untuk menghargai hak asasinya sebagai 1992, Slavin, 1996). Pembelajaran koperatif
anggota masyarakat secara penuh dalam juga telah terbukti manfaatnya menyentuh
kehidupan sehari-hari. Kedua, untuk aspek sosial kebersamaan, disamping aspek
meningkatkan kualitas interaksi sosial anak akademik peserta didik (Mitchell S, 2003).
tersebut serta pengembangan kemampuan
akademiknya melalui kontak sehari-hari SWOT analysis yang penulis lakukan dalam
dengan teman sebayanya (Cassadi,J.M. konteks penelitian ini, merekomendasikan
2011). joyful learning untuk dipadukan dengan
cooperatif learning dalam pelaksaanaan
Peran Cooperatif Learning dan Joyfull strategi pembelajaran nilai-nilai
Learning dalam Internalisasi Nilai kebersamaan. Joyful Learning memiliki
Kebersamaan urgensi tinggi dalam upaya menciptakan
suasana pembelajaran yang kondusif sesuai
Temuan penelitian yang terkait dengan dengan kebutuhan belajar anak. Hati dan
metode dan pendekatan pembelajaran di pikiran anak-anak dan remaja sangat
sekolah setting penelitian memunculkan terbuka terhadap keingintahuan untuk
praktik pembelajaran cooperative learning belajar dan terpesona oleh kompleksitas
dengan teknik tutor sebaya. Kebersamaan kehidupan. Sekolah harus menyediakan
melalui penanaman nilai respect and semua pengalaman belajar ini. Pendidik
responsibility (Lickona, 1992 : 69), kerja mempunyai tanggung jawab untuk mendidik
sama, tolong menolong dan berbelas kasih dan menginspirasi keseluruhan dimensi pada
mendapat perhatian khusus dari pihak anak, pikiran, hati, dan jiwa serta
sekolah. Pilihan sekolah terhadap mengembangkan pembelajaran yang
cooperative learning dalam rangka menyenangkan bagi peserta didik (Copra V.,
penanaman nilai tolong menolong dan kerja Chabra S.2013).
sama merupakan pilihan yang tepat.
Pembelajaran koperatif ditunjang berbagai Pelaksanaan pembelajaran dalam setting
macam metode pengajaran yang kelas inklusif di SDN Puteraco Indah
mengkondisikan peserta didik bekerja dalam memerlukan dukungan pembelajaran yang
kelompok kecil untuk saling membantu satu joyful melalui implementasi berbagai
dengan yang lainnya. Pada kelas koperatif, metode, seperti role play dan games yang
peserta didik diharapkan dapat saling bertujuan. Prinsip belajar sambil bermain
membantu, mendiskusikan, dan merupakan upaya untuk memadukan antara
berargumentasi dalam rangka mengasah kegiatan belajar dengan kegiatan-kegiatan
pengetahuan yang dikuasai dan menutup yang bernuansakan permainan
kesenjangan dalam pemahaman masing- (Sumaatmadja, 2002: 35). Dalam proses
masing (Slavin, 2009: 4). Manfaat cooperatif pembelajaran setting kelas inklusif, kegiatan
learning terhadap peningkatan kompetensi yang berbentuk permainan dijadikan sebagai
dan terbangunnya interaksi sosial yang sehat
387
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
media sekaligus pendekatan untuk mencapai menerima otoritas orang tua; 5) dapat
kompetensi kebersamaan. menerima tanggung jawab, dan 6) sudah
mulai mempunyai nurani (rasa bersalah dan
Peran Peserta Didik Reguler Kelas Tinggi malu), walaupun belum mantap.
terhadap ABK dalam Kelas Inklusif
Karakteristik anak sesuai dengan fase-fase
Penelitian ini menempatkan peserta didik tahapan perkembangan moral anak agar
reguler sekolah dasar inklusif kelas tinggi dapat berkembang secara optimal
(kelas IV, V, dan VI) sebagai sasaran memerlukan adanya dorongan,
internalisasi nilai-nilai kebersamaan. pengkondisian, dan stimulan.
Pengembangan strategi internalisasi nilai- Pengembangan strategi internalisasi nilai-
nilai kebersamaan diarahkan untuk nilai kebersamaan dengan sasaran peserta
mengkondisikan agar peserta didik reguler didik sekolah dasar inklusif kelas tinggi
kelas tinggi memiliki kemauan dan merupakan bagian dari upaya untuk
kemampuan untuk untuk dapat menerima mengoptimalkan potensi perkembangan
dan bergaul dengan ABK. moral pada diri anak agar dapat
terimplementasikan dalam wujud pola pikir,
Pertimbangan peneliti dalam menentukan pola ucap, dan pola tindak sesuai dengan
peserta didik reguler kelas tinggi sebagai karakteristik tahapan peer oriented morality.
sasaran utama dalam strategi internalisasi
nilai-nilai kebersamaan berkaitan dengan Penentuan peserta didik reguler kelas tinggi
teori-teori tahapan perkembangan moral di SDN iklusif Puteraco Indah kota Bandung
anak. Kajian teori tahapan perkembangan sebagai sasaran utama strategi internalisasi
moral anak pada umumnya menggolongkan nilai-nilai kebersamaan sesuai dengan
anak usia sekolah dasar kelas tinggi ke komitmen pengembangan sekolah inklusif,
dalam fase ketiga yaitu fase memenuhi terutama dalam dimensi kepekaan sosial.
harapan lingkungan ( peer-oriented Dalam setting sekolah inklusif, teman-teman
morality). Bronfenbrener’s Theory sebaya berperan sebagai pelindung atau
menyatakan : “ Peer-oriented morality. This pembimbing bagi peserta didik ABK (L
is basically a morality of conformity, where Giorcelli-Building Inclusive School
rights and wrong is determined not by Conference, Agustus 2002). Dalam
authority, but by one’s peers ... “ pendidikan yang berlatar sekolah inklusif,
(http:///webspace.ship.edu/cgboer/genpsy pembelajaran ditekankan pada penanaman
moraldev.). Menurut Bronfenbrener’s, pada sikap empati, respect, apresiasi terhadap
tahap peer-oriented morality kebenaran itu latar belakang sosial budaya yang berbeda.
ditentukan oleh lingkungan sebayanya. Sekolah inklusif merupakan tempat di mana
Kohlberg menyebutnya dengan istilah fase komunitasnya belajar tentang bagaimana
good boy/nice girl. Menurut Lickona (1994) sikap toleransi terhadap keberagaman
masa ini dapat berlangsung dari usia 8,5 diposisikan dan dihargai (Sukinah, 2010).
sampai dengan 14 tahun, dengan ciri-ciri
sebagai berikut: 1) ingin mendapatkan Banyak manfaat yang diperoleh dari praktik
penghargaan sosial dari orang lain; 2) sudah pendidikan inklusif dalam wujud sekolah
mengerti konsep goden rules, harus inklusif. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
memperlakukan orang lain seperti kamu Muryantinah, MH. (2013) menunjukkan
mengharapkan orang lain adanya perbedaan yang signifikan antara
memperlakukanmu; 3) dapat mengerti apa penyesuaian diri peserta didik tuna rungu di
yang dibutuhkan orang lain; 4) dapat sekolah inklusif dengan penyesuaian diri
388
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
peserta didik tunarungu di Sekolah Luar penilaian yang bersifat non tes
Biasa. Penyesuaian diri peserta didik menggunakan strategi penilaian jangka
tunarungu di sekolah inklusif lebih baik panjang (long term evaluation). Strategi
dibanding dengan di sekolah Luar Biasa. penilaian jangka panjang ini digunakan
Kemampuan penyesuaian diri peserta didik dalam kerangka strategi sekolah yang sudah
tunarungu di sekolah inklusif tersebut tidak mempertimbangkan komponen-kompon
terlepas dari adanya penerimaan yang baik strategi lain seperti, pembiasaan,
dari peserta didik lainnya. Oleh karena itu, pengkondisian, support system, dan kerja
pembelajaran dalam kelas-kelas inklusif sama orang tua dalam bentuk co- parenting.
harus tercipta suasana belajar yang koperatif
antara peserta didik reguler dengan ABK. Adapun penilaian yang dilakukan untuk
Anak-anak harus dikondisikan memiliki sikap setiap kegiatan pembelajaran yang terkait
empati terhadap ABK. Dengan demikian, dengan tema tertentu lebih bersifat refleksi
ABK akan merasa nyaman dalam belajar dan nilai-nilai yang telah dipahami peserta didik
tidak merasa inferior (Trimo, 2012). sebagai hasil dari pengalaman belajar yang
telah dilakukan peserta didik. Pengamatan
GPK (Guru Pembimbing Khusus) sebagai perkembangan sikap dan perilaku yang
Instrumen Input dan Center of Education ditunjukkan oleh peserta didik terkait
dengan nilai-nilai kebersamaan mengacu
Kelas inklusif yang mengusung nilai-nilai pada sistem penilaian implementasi
kebersamaan tidak sekedar pendidikan budaya dan karakter bangsa. Hal
mengintegrasikan peserta didik reguler ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa
dengan pesesta didik ABK. Inklusif sebagai internalisasi nilai-nilai kebersamaan
suatu pendekatan dalam pengelolaan merupakan bagian dari implementasi
pembelajaran mengutamakan layanan kebijakan nasional pendidikan budaya dan
pembelajaran yang sesuai dengan karakter bangsa di sekolah.
karakteristik dan kebutuhan peserta didik.
Efektivitas pelaksanaan internalisasi nilai- Kata-kata kunci yang digunakan untuk
nilai kebersamaan di sekolah inklusif indikator pencapaian kompetensinya yaitu:
membutuhkan strategi pengelolaan yang Belum terlihat- mulai terlihat-mulai
profesional. Sekolah inklusif sangat berkembang- sudah terlihat/membudaya.
memerlukan kehadiran instrumen input Hasil pengamatan sikap dan perilaku anak
yang memadai. Salah satu instrumen input dihubungkan dengan tahapan dalam proses
dimaksud yaitu GPK (Guru Pembimbing internalisasi nilai: menerima-menjalankan-
Khusus) yang bertugas mendampingi menghargai-menghayati-mengamalkan.
pengelola sekolah inklusif dan memiliki
kompetensi dalam penanganan ABK. GPK Target jangka pendek setelah dilakukan
juga memiliki peran sebagai center of pembelajaran dengan menggunakan strategi
education yang mempunyai tugas penting pembelajaran tema tertentu yaitu sampai
dalam pendampingan ABK (Indrawati, P. ditunjukkannya sikap dan perilaku
2013). “menghargai nilai” yang berkorelasi dengan
kata kunci “mulai terlihat”. Adapun jabaran
Pengembangan Sistem Evaluasi dari masing-masing kata kunci
perkembangan sikap dan perilaku peserta
Sistem evaluasi dalam rangka internalisasi didik adalah sebagai berikut.
nilai-nilai kebersamaan hasil
pengembangkan menekankan pada
389
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
390
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
391
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
392
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
393
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
Oleh :
Dasih
(Guru SLB Negeri Subang)
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi dengan kurang berminatnya menulis bagi anak
tunagrahta, terutama meliputi aspek menulis.Siswa kurang meminati materi
tersebut hal itu tentunya tidak terlepas akibat dari hambatan
intelegensinya.Penyajian materi menulis yang menarik dan motivasi yang tinggi
terhadap siswa tunagrahita sangat diperlukan agar materi dapat diberikan
dengan baik dan menumbuhkan minat siswa, Anak tunagrahita pada umumnya
menunnjukkan suatu keadaan yang mengalami keterbatasan kecerdasan
intelektualnya jika dibandingkan dengan anak pada umumnya sehingga berakibat
pada prilakunya terutama pada minat belajar. Minat merupakan salah satu aspek
psikis manusia yang dapat mendorong untuk mencapai tujuan. Salah satu media
yang diduga dapat meningkatkan minat belajar menulis permulaan yaitu
penggunaan pensil warna. Tujuan yang diperoleh dari penelitian ini untuk
menegtahui proses kegiatan menulis pada anak tunagrahita di kelas I SLB Negeri
Subang melalui kegiatan pensil warna dan mengetahui peningkatan minat
menulis anak setelah diberikan kegiatan menggunakan pensil warna. Temuuan
yang diperoleh dari penelitian ini pada siklus I berupa siswa mampu melakukan
menulis secara mandiri dan mengikuti langkah pertama pada menulis permulaan
yaitu menulis diudara walaupun hasil yang diperoleh kurang maksimal. Pada
Siklus II siswa sudah mulai terlihat dengan ketekunan dan keseriusannya dalam
menulis walaupun hasil yang diperoleh kurang maksimal. Pada Siklus III siswa
sudah mampu menulis permulaan dengan minat yang tinggi dan hasil belajar
yang optimal. Hal tersebut dapat terlihat dari perolehan nilai persentase dari
setiap siklusnya diantaranya pada siklus I kemapuan menulis menggunakan
pensil warna berkisar 60-65%, pada siklus II berkisar antara 66,66% sedangkan
pada siklus III terlihat peningkatan berkisar 80%. Dengan hasil tersebut
menunjukan adanya peningkatan kemampuan menulis anak tunagrahita ringan
kelas I melalui penggunaan pensil warna.
KATA KUNCI : Penggunaan Pensil Warna Untuk Meningkatkan Minat Menulis Pada Anak
Tunagrahita Ringan Kelas I di SLB Negeri Subang
adaptasi tingkah laku dan berlangsung permulaan di kelas 1 diberikan atau biasa
dalam masa perkembangan. Kecerdasan disebut rendahnya minat siswa, sehingga
rata-rata ditentukan oleh tes intelegensi. muncul rasa tidak tertarik pada materi ini
Misalnya anak berumur 12 tahun baru dapat dan akhirnya menghambat pada materi –
mengerjakan pekejaan anak umur materi lain yang harus diberikan.Penyajian
tujuh tahun atau lima tahun. Kekurangan materi menulis yang menarik dan motivasi
dalam ber adaptasi dalam tingkah laku yang tinggi terhadap siswa tunagrahita
maksudnya adalah anak tidak atau kurang sangat diperlukan agar materi dapat
mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan diberikan dengan baik dan menumbuhkan
seperti yang dapat dilakukan oleh anak usia minat siswa, salah satu media yang dapat
di bawahnya. diberikan sebagai sarana motivasi pada
siswa dalam menulis yaitu dengan
Walaupun demikian, anak tunagrahita menggunakan pensil warna. Penggunaan
ringan ataupun sedang tetap memerlukan pensil warna diduga dapat meningkatkan
layanan pendidikan yang disesuaikan dengan minat siswa dalam menulis permulaan. Para
kemampuan yang dimiliki anak agar psikolog telah melakukan beberapa
berkembang secara optimal dan diharapkan eksperimen yang menyimpulkan bahwa
dapat menyesuaikan diri dengan penggunaan warna yang tepat untuk belajar
lingkunganya. Kelemahan anak tunagrahita dapat meningkatkan proses belajar
sedang antara lain dalam hal kemampuan mengajar untuk siswa maupun gurunya. Hal
berpikir abstrak. Mereka sulit ini disebabkan warna menimbulkan kesan
membayangkan sesuatu, oleh karena itu tertentu dalam menciptakan suasana belajar
perhatian mereka lebih tertarik apabila yang menyenangkan. Dengan hal tersebut
dalam KBM selalu disajikan lebih kongkrit penulis mencoba menggunakan kegiatan
atau nyata dengan berbagai variasi. pensil warna untuk meningkatkan minat
menulis anak tunagrahita ringan di kelas I
Sekolah Dasar merupakan salah stau SLB Negeri Subang.
pendidikan dasar yang harus diikuti oleh
setiap anak tidak terkecuali anak tunagrahita B. TUJUAN PUSTAKA
ringan. Sekolah mewajibkan siswa 1. Konsep Dasar Anak Tunagarahita
menguasai berbagai materi pelajaran, salah Anak tunagrahita pada umumnya
satunya bahasa Indonesia. Ruang lingkup menunnjukkan suatu keadaan yang
mata pelajaran Bahasa Indonesia pada mengalami keterbatasan kecerdasan
standar kompetensi dan kompetensi dasar intelektualnya jika dibandingkan dengan
2006 mencakup komponen kemampuan anak pada umumnya. Ketunagrahitaan
berbahasa dan kemampuan bersastra yang mengacu pada fungsi intelektualnya yang
meliputi aspek-aspek mendengarkan, jelas di bawah rata – rata disertai dengan
berbicara, membaca, menulis. kekurangan dalam tingkah laku penyesuaian
dan terjadi dalam periode
Berdasarkan pengamatan terhadap anak perkembangannya.
tunagrahita ringan siswa dalam
pembelajaran terutama pada mata pelajaran American Asociation on Mental
Bahasa Indomesia meliputi aspek menulis, Deficiency/AAMD dalam B3PTKSM, (p. 20),
siswa kurang meminati materi terebut hal mendefinisian Tunagrahita sebagai kelainan:
itu tentunya tidak terlepas akibat dari Definisi dari American Association on Mental
hambatan intelegensinya. Siswa merasa Deficiency (AAMD) adalah bahwa
bosan dan jenuh ketika materi menulis Tunagrahita mengacu pada fungsi intelektual
395
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
umum yang nyata berada di bawah rata-rata Lain halnya penggolongan tunagrahita
bersamaan dengan kekurangan dalam secara klinis, Tunagrahita dapat digolongkan
adaptasi tingkah laku dan berlangsung atas dasar tipe atau ciri-ciri jasmaniah secara
dalam masa perkembangan. Kecerdasan berikut:
rata-rata ditentukan oleh tes intelegensi. 1) Sindroma Down/mongoloid; dengan ciri-
Misalnya anak berumur 12 tahun baru dapat ciri wajah khas mongol, mata sipit dan
mengerjaan pekejaan anak umur miring, lidah dan bibir tebal dan suka
tujuh tahun atau lima tahun. Kekurangan menjulur, jari kaki melebar, kaki dan
dalam adaptasi tingkah laku maksudnya tangan pendek, kulit kering, tebal,
adalah tidak atau kurang mampu melakukan kasar dan keriput, dan susunan geligi
pekerjaan-pekerjaan seperti yang dapat kurang baik.
dilakukan oleh anak usia di bawahnya. 2) Hydrocephalus (kepala besar berisi
cairan); dengan ciri kepala besar, raut
Kelemahan anak tunagrahita sedang antara muka kecil, tengkorak sering menjadi
lain dalam hal kemampuan berpikir abstrak. besar.
Mereka sulit membayangkan sesuatu, oleh 3) Microcephalus dan Makrocephalus;
karena itu perhatian mereka lebih tertarik dengan ciri-ciri ukuran kepala tidak
apabila dalam KBM selalu mengkaitkan proporsional (terlalu kecil atau terlalu
dengan kehidupan keseharian anak dan juga besar).
disampaiakan dalam suasana belajar yang
menyenangkan sehingga tidak terjadi b. Karakteristik Anak Tunagarahita Ringan
penekanan psikologi dalam diri anak. Karakteristik anak tunagrahita menurut
Brown et al (1991 : 485-486, 1996 )
a. Klasifikasi Anak Tunagrahita menyatakan:
Sedangkan penggolongan Tunagrahita untuk 1) Lamban dalam mempelajari hal-hal
Keperluan Pembelajaran menurut B3PTKSM yang baru, mempunyai kesulitan
sebagai berikut: dalam mempelajari pengetahuan
1) Taraf perbatasan (borderline) dalam abstrak atau yang berkaitan, dan selalu
pendidikan disebut sebagai lamban cepat lupa apa yang dia pelajari tanpa
belajar (slow learner) dengan IQ 70 – latihan yang terus menerus.
85. 2) Kesulitan dalam menggeneralisasi dan
2) Tunagrahita mampu didik (educable mempelajari hal-hal yang baru.
mentally retarded) dengan IQ 50 – 75 3) Kemampuan bicaranya sangat kurang
atau 75. bagi anak tunagrahita berat.
3) Tunagrahit mampu latih (trainable 4) Kebanyakan anak dengan tunagrahita
mentally retarded) dengan IQ 30 – 50 berat mempunyai ketebatasan dalam
atau IQ 35 – 55. gerak fisik, ada yang tidak dapat
4) Tunagrahita butuh rawat (dependent berjalan, tidak dapat berdiri atau
or profoundly mentally retarded) bangun tanpa bantuan. Mereka lambat
dengan IQ dibawah 25 atau 30. dalam mengerjakan tugas-tugas yang
sangatsederhana, sulit menjangkau
Sedangkan penggolonagan anak tunagrahita sesuatu , dan mendongakkan kepala.
menurut kriteria prilaku daptif tidak 5) Kurang dalam kemampuan menolong
berdasarkan taraf intelegensi, tetapi diri sendiri. Sebagian dari anak
terhadap kematangan sosial. Hal ini juga tunagrahita berat sangat sulit untuk
terbagi menjadi 4 (empat) tahap, yakni : 1) mengurus diri sendiri, seperti:
ringan; 2) sedang; 3) berat; 4) sangat berat. berpakaian, makan, dan mengurus
396
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
397
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
perasaan dan ide kedalam bentung lambing anak melakukan kegiatan menulis dengan
– lambing grafis. tujuan –tujuan tertentu yang disengaja
misalnya mencatat pelajaran,mencatat
Proses belajar menulis terkait erat dengan kegiatan dibuku harian,menulis surat untuk
proses belajar membaca, proses ini pada teman dan sebagainya.Pada tingkatan ini
hakikatnya merupakan suatu proses anak sudah dapat menikmati kegiatan
neurofisiologis.pada saat menulis akan menulisnya .
terjadi peningkatan aktivitas pada sususnan
saraf pusat dan bagian –bagian organ 5) Menulis matang ( mature writing)
tubuh.Pelajaran menulis mencakup (1) pada tahap ini anak sudah mampu
menulis dengan tangan, (2) mengeja, (3) menuangkan dan mengekspresikan pikiran
menulis ekspresif (Lovitt,1989:225). Menulis dan perasaannya melalui tulisan dengan baik
dengan tangan disbut juga menulis ia telah mampu memilih kata dengan
permulaan. tepat,menyusun kalimat dengan runtut,dan
mengembangkan paragraf dengan
b. Tingkatan Menulis baik,tahap inilah yang memberikan
Ada lima tingkatan dalam mennulis, kebebasan berekspresi pada anak untuk
diantaranya : menghasilkan tulisan – tulisan kreatif yang
sangat mencengangkan hasilnya
1) Timbulnya pemahaman baca
tulis(emergent literacy),anak mulai
menyadari adanya kegiatan baca tulis,anak 3. Minat
mulai menyenangi jika ada orang melakukan Minat merupakan salah satu aspek psikis
baca tulis.semula anak hanya memandangi manusia yang dapat mendorong untuk
tapi lama kelamaan ia akan mencoba mencapai tujuan. Seseorang yang memiliki
menirukan .Anak mulai memegang minat terhadap suatu obyek, cenderung
pensil,kemudian mencoret –coret pada untuk memberikan perhatian atau merasa
kertas atau media lain. senang yang lebih besar kepada obyek
tersebut. Minat, menurut Slameto (1991 :
2) Menulis permulaan (beginning 182), adalah “suatu rasa lebih suka dan rasa
writing).Kegiatan ini biasa disebut dengan keterikatan pada suatu hal atau aktivitas,
hand writing, yaitu cara merealisasikan tanpa ada yang menyuruh”. Minat pada
simbol- simbol bunyi dan cara menulisnya dasarnya adalah penerimaan akan suatu
dengan baik. hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu
dari luar diri. Semakin kuat atau dekat
3) Pembinaan kelancaran menulis dengan hubungan tersebut, semakin besar
(building fluency). Pada tahap ini symbol- minat.Faktor yang mungkin terpenting
simbol bunyi bahasa misalnya huruf-huruf dalam membangkitkan minat adalah
yang telah dikenali secara konkret mulai pemberian kesempatan bagi siswa untuk
dihubung-hubungkan lebih lanjut menjadi aktif berpartisipasi dalam kegiatan belajar.
kesatuan yang lebih besar dan memiliki Seiring dengan pengalaman belajar yang
makna. menimbulkan kebahagiaan, minat anak akan
terus tumbuh. Apabila anak memperoleh
4) Menulis untuk kesenangan dan keterikatan kepada kegiatan-kegiatan dari
belajar (writing for pleasure /reading to pelajaran yang dialaminya, ia akan merasa
learn),sudah timbul kesenangan pada diri senang.
anak akan perlunya menulis,pada tahap ini
398
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
1 AS 80 DAFTAR PUSTAKA
2 BS 85
Abdurrahman Muljono dan S, Sudjadi.
3 CS 90
(1994). Pendidikan Luar Biasa Umum.
Jakarta : Departemen Pendidikan dan
Dengan mengacu kepada data - data yang
Kebudayaan Direktorat Jendral
diperoleh pada pembelajaran di siklus III,
Pendidikan Tinggi
ketuntasan belajar klasikal yang diperoleh
100 % dari 80 % yang dipersyaratka dan di Abdul Rahman Shaleh dan Mahlib Abdul
rata - ratakan mempunyai nilai 83. Wahab. (2004). Psikologi Suatu
Berdasarkan hasil perhitungan dan data Pengantar Dalam Perspektif Islam.
yang diperoleh dari tiga siklus guru mampu Jakarta : Kencana
memberikan materi dengan baik sehingga Amin, Moh. (1995). Ortopedagogik Anak
siswa tunagrahita mampu menulis Tunagrahita. Jakarta : Depdikbud
permulaan dengan motivasi yang tinggi.
Asrori,Muhammad. (2007). Penelitian
E. KESIMPULAN DAN SARAN Tindakan Kalas. Bandung : Wacana
1. Kesimpulan Prima
Secara umum penelitian ini dapat Astati. (2001). Pendidikan Luar Biasa di
disimpulakan, bahwa siswa tunagrahita Sekolah Umum. Bandung : CV.
ringan kelas D1 dengan menggunakan pensil Pendawa
warna mampu meningkatkan minat siswa
sehingga memberikan hasil pembelajaran Aqib, Z. (2007). Penelitian Tindakan Kelas
berupa tulisan yang baik. Dengan minat yang Untuk Guru. Bandung Yrama Widya
tinggi hasil belajar akan baik karena dengan BSNP. (2006). Standar Kompetensi dan
adanya dorongan berupa perilaku mampu Kompetensi Dasar Sekolah luar Biasa
melakukan tugas dengan baik. erubahan Tunagrahita Ringan. Jakarta :
prilaku berupa minat belajar pada siswa Departemen Pendidikan Nasional
400
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
401
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
Oleh :
Eros Rosita
(Guru SLB Negeri Subang)
ABSTRAK
seorang guru dapat membantu transfer sebagainya. Istilah lain bagi Anak
belajar. Oleh karena itu fakta, prinsip, Berkebutuhan Khusus adalah anak luar biasa
keterampilan, dan sikap yang diperlukan dan anak cacat
untuk terjadinya transfer belajar sudah
dikuasai oleh siswa yang sedang belajar. Tunagrahita adalah individu yang memiliki
intelegensi yang signifikan berada dibawah
Biggie (1989) merangkum perbedaan rata-rata dan disertai dengan
penting antara teori belajar perilaku dengan ketidakmampuan dalam adaptasi prilaku
teori belajar kognitif. Seorang guru penganut yang muncul dalam masa perkembangan.
teori belajar perilaku berkeinginan klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada
mengubah perilaku siswanya, sedangkan tingkatan IQ. Tunagrahita ringan (IQ : 51-70),
guru yang menganut teori belajar kognitif Tunagrahita sedang (IQ : 36-51), Tunagrahita
ingin mengubah struktur kognitif berat (IQ : 20-35), Tunagrahita sangat berat
(pemahaman) siswanya. (IQ dibawah 20). Pembelajaran bagi individu
tunagrahita lebih di titik beratkan pada
Sesungguhnya ada dua kutub dalam kemampuan bina diri dan sosialisasi.
pendidikan saat ini, yaitu tabula rasa dan
konstruktivisme. Menurut rujukan tabula Pengertian Tunagrahita menurut American
rasa, siswa diibaratkan kertas putih yang Asociation on Mental Deficiency (AAMD)
dapat ditulisi apa saja oleh gurunya atau dalam B3PTKSM meliputi fungsi intelektual
ibarat wadah kosong yang dapat diisi apa umum di bawah rata-rata (Sub-Average),
saja oleh gurunya. Dengan pendapat ini yaitu IQ–84 ke bawah berdasarkan tes yang
seakan-akan siswa bersifat pasif dan muncul sebelum usia 16 tahun dan
memiliki keterbatasan dalam belajar. menunjukkan hambatan dalam perilaku
Menurut rujukan konstruktivisme, setiap adaptif. Sedangkan pengertian Tuna Grahita
orang yang belajar sesungguhnya menurut Japan League for Mentally
membangun pengetahuannya sendiri. Jadi Retarded dalam B3PTKSM merujuk pada
siswanya dapat aktif dan terus fungsi intelektualnya lamban, yaitu IQ–70
meningkatkan diri dalam kondisi tertentu. kebawah berdasarkan tes inteligensi baku.
Kekurangan dalam perilaku adaptif. Terjadi
Berdasarkan hasil tersebut maka rumusan pada masa perkembangan, yaitu anatara
permasalahannya : “Bagaimana masa konsepsi hingga usia 18 tahun.
meningkatkan hasil belajar siswa melalui Pengklasifikasian atau penggolongan Anak
metode yang tepat untuk anak Tuna Grahita untuk keperluan pembelajaran
berkebutuhan khusus (Tunagrahita) dengan menurut American Association on Mental
pendekatan pembelajaran yang bersifat Retardation dalam Special Education in
konstruktif di SDLB-C SLB Negeri Subang, Ontario Schools adalah berdasarkan
Kabupaten Subang, Jawa Barat ? Educable, dimana anak pada kelompok ini
Anak Berkebutuhan Khusus (Heward) adalah masih mempunyai kemampuan dalam
anak dengan karakteristik khusus yang akademik setara dengan anak reguler pada
berbeda dengan anak pada umumnya tanpa kelas 5 Sekolah dasar.
selalu menunjukan pada ketidakmampuan Struktur kognitif seseorang pada suatu saat
mental, emosi atau fisik. Yang termasuk meliputi segala sesuatu yang telah dipelajari
kedalam Anak Berkebutuhan Khusus antara oleh seseorang (Ausubel dalam Kalusmeier,
lain : Tuna Netra, Tuna Rungu, Tuna Grahita, 1994). Hasil belajar sendiri dapat
Tuna Daksa, Tuna Laras, Kesulitan Belajar, dikelompokkan menjadi :
Gangguan Prilaku, Anak Berbakat, Anak
dengan Gangguan Kesehatan, dan
403
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
secara aktif dibangun oleh siswa sendiri 2. perluasan konsepsi, konsep lama yang
melalui pengalaman nyata. Senada dengan mengalami perkembangan menjadi
pernyataan ini, penelitian pendidikan konsep baru;
mengungkapkan bahwa proses belajar 3. konseptualisasi ulang (restrukturisasi),
merupakan proses konstruktif yang terjadi perubahan signifikan dalam
menghendaki partisipasi aktif dari siswa, bentuk dan hubungan antar konsep.
sehingga peran guru sekarang berubah dari
sumber dan pemberi informasi menjadi Penilaian dalam KTSP menganut prinsip
pendiagnosis dan fasilitator belajar siswa. berkelanjutan dan komprehensif guna
Lebih lanjut dikemukakan bahwa mendukung upaya memandirikan siswa
pembelajaran dalam pandangan untuk belajar, bekerja sama, dan menilai diri
konstruktivisme mengandung empat sendiri. Penilaian bukan menghakimi siswa,
kegiatan inti, yaitu : tetapi untuk mengetahui perkembangan
pengalaman belajar siswa.
1. berkaitan dengan pengetahuan awal
atau prakonsepsi (prior knowledge) Untuk itu kegiatannya dilakukan secara
siswa; komprehensif dan seimbang antara
2. mengandung kegiatan pengalaman penilaian proses dan hasil. Posisi guru
nyata (experience); sebagai constructive evaluators yang
3. melibatkan interaksi sosial (social merefleksikan bagaimana siswa belajar,
interaction); bagaimana siswa menghubungkan apa yang
4. terbentuknya kepekaan terhadap mereka ketahui dengan berbagai konteks,
lingkungan (sense making). dan bagaimana perkembangan belajar siswa
dalam berbagai konteks belajar. Melalui
Dalam pandangan konstruktivisme, belajar penilaian siswa memperoleh kesempatan
adalah proses perubahan konsepsi. Oleh untuk dapat mengembangkan penilaian diri
karena itu belajar dipandang sebagai suatu (self assessment) dan penilaian sesama (peer
kegiatan yang rasional. Belajar hanya akan assessment).
terjadi apabila seseorang mengubah atau
berkeinginan mengubah pikirannya. Dalam Penilaian mengukur keterampilan dan
perubahan konsepsi, siswa dipandang performansi dengan kriteria yang jelas
sebagai pemroses informasi dan pemroses (performance-based) dengan berbagai alat
pengalaman. Bukan hanya sebagai tempat secara berkesinambungan sebagai bagian
penampung pengalaman dan informasi. Ini integral dari proses pembelajaran. Siswa,
berarti, kemampuan siswa untuk belajar dan orang tua, dan sekolah memperoleh
apa yang dipelajari siswa bergantung pada manfaat dari kegiatan penilaian untuk
konsepsi yang terdapat dalam pengalaman mendiagnosis kesulitan belajar, umpan balik
tersebut. Gagasan yang baru tidak begitu pembelajaran, dan/atau untuk menentukan
saja ditambahkan pada gagasan yang telah prestasi siswa.
ada, tetapi mereka saling berinteraksi yang Metode
kadang-kadang memerlukan perubahan.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan
Perubahan konsepsi ini dikelompokkan kelas, sehingga langkah pelaksanaannya
menjadi tiga, yaitu : mengikuti prinsip-prinsip dasar penelitian
1. pembedaan, artinya konsep baru tindakan kelas. Rancangan penelitian
muncul dari konsep lebih umum yang tindakana ini dipilih untuk memecahkan
sudah ada; masalah penerapan metode pembelajarana
405
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
Jumlah 13 13 16
4. Refleksi
Rata-rata 6,50 6,50 8,00
Hasil dan Pembahasan
Jumlah
siswa
2 1 1 2
1,8
mencapai
1,6 criteria
1,4
1,2 A Presentase
1 B siswa
0,8 C 50% 50% 100%
mencapai
0,6 D
0,4
criteria
0,2 Skala nilai : 0 s.d. 10
0
Siklus I Siklus II Siklus III
407
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
a. Penggunaan metode pembelajaran Kekurang yang muncul pada siklus ini adalah
sudah tepat sesuai dengan kurangnya perhatian dan bimbingan guru
karakteristik materi pelajaran. kepada siswa secara menyeluruh, baik dalam
b. Kelemahan yang ditemukan pada proses pembelajaran, demonstrasi kegiatan,
metode ini adalah dalam alokasi waktu tanya jawab maupun dalam interaksi
yang kurang untuk dapat lainnya.
melaksanakan seluruh prosedur
metode pembelajaran yang 3. Siklus III
bersesuaian. Aktivitas siswa sudah tergolong baik, peran
c. Hasil evaluasi yang diperoleh oleh serta siswa dalam proses pembelajaran-pun
siswa dari siklus I sampai dengan siklus sudah tampak. Demikian pula dengan
III sudah menunjukkan perbaikan. perhatian dan bimbingan guru kepada siswa
secara menyeluruh yang menjadi
kekurangan pada siklus sebelumnya sudah
Fokus Refleksi : Penggunaan Metode diperbaiki pada siklus ini. Nilai rata-rata yang
pembelajaran dicapai pada siklus ini adalah 8,00. Nilai rata-
rata ini sudah berada diatas target
1. Siklus I pencapaian kriteria yang ditetapkan oleh
Secara kuantitatif, nilai rata-rata yang sekolah, yaitu 7,00. Jumlah siswa yang
dicapai pada siklus I baru mencapai 5,50. mencapai target pencapaian kriteria
Nilai rata-rata ini masih jauh dibawah target mencapai 100% yaitu 2 orang siswa dari 2
pencapaian kriteria yang ditetapkan oleh orang siswa yang hadir dalam Penelitian
Sekolah, yaitu 7,00. Jumlah siswa yang Tindakan Kelas (PTK) ini.
mencapai kriteria adalah 0% yaitu tidak
satupun siswa dari 2 orang siswa yang KESIMPULAN DAN SARAN
mengikuti Penelitian Tindakan Kelas ini. Kesimpulan
Berdasarkan hasil refleksi, penyebab utama Konstruksi Resosialisasi dan Desosialisasi,
dari kurangnya hasil yang diharapkan pada khususnya di Sekolah Luar Biasa (SLB)
siklus I ini adalah kurangnya aktivitas guru membutuhkan apresiasi khusus dari
dalam melibatkan peran serta siswa dalam gurunya. Proses pembelajaran yang baik
proses pembelajaran. harus dilaksanakan sesuai dengan tujuan
dan materi pelajaran. Siswa tidak akan
2. Siklus II termotivasi untuk mempelajari materi
Aktivitas siswa sudah mulai terlihat pada pelajaran apabila metode pembelajaran
siklus ini, peran serta siswa dalam yang digunakan monoton dan tidak menarik.
pembelajaran-pun sudah mulai nampak. Metode pembelajaran ini telah berhasil
Nilai rata-rata yang dicapai pada siklus ini
membawa perubahan sikap dan
adalah 6,50. Nilai rata-rata ini sudah pengetahuan bagi siswa. Hal ini berpengaruh
menunjukkan adanya perbaikan terhadap hasil belajar dari serangkaian siklus
dibandingkan dengan siklus sebelumnya, Penelitian Tindakan Kelas yang telah penulis
meskipun masih berada dibawah target laksanakan.
pencapaian kriteria yang ditetapkan sekolah,
yaitu 7,00. Jumlah siswa yang mencapai Penelitian tindakan kelas yang telah
target pencapaian kriteria pada siklus ini dilakukan memperoleh temuan baru yang
mencapai 50% yaitu 1 orang siswa dari 2 dirasakan oleh peneliti. Diantaranya banyak
orang siswa yang hadir dalam Penelitian hal yang tadinya belum diketahui
Tindakan Kelas ini. penyebabnya, dengan melakukan penelitian
408
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
Oleh:
Nenden Siti Maryani
(SLB Negeri Subang)
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan di SLB Negeri Subang Kabupaten Subang. Penelitian
ini dilaksanakan pada mata pelajaran Program Khusus Bina Komunikasi Persepsi
bunyi dan Irama (BKPBI) dengan menggunakan pendekatan multisensory dan
dalam pelaksanaannya menggunakan tiga siklus perbaikan pembelajaran. Yaitu,
hari senin tanggal 9 Nopember pelaksanaan untuk siklus 1, hari senin tanggal 16
Nopember unyuk siklus II, dan hari senin tanggal 23 Nopember untuk siklus III.
Tujuannya yaitu untuk memperoleh gambaran tentang meningkatkan
kemampuan berkomunikasi melalui pendekatan multisensori pada anak
tunarungu SDLB Kelas 3 di SLB Negeri Subang.Observasi terhadap guru selama
pembelajaran Program khusus Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama.
Menunjukan adanya pengaruh yang segnifikan antara pendekatan multisensri
dengan peningkatan kemampuan berkomunikasi, walaupun peningkatannya
hanya sedikit. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari perolehan nilai rata –rata
anak tunarungu pada setiap siklus, yaitu siklus I; 3,2 siklus II 5,0, dan untuk siklus
III yaitu 5,6. Ini berarti bahwa pendekatan multisensori memiliki pengaruh yang
segnifikan terhadap peningkatan berkomunikasi anak Tunarungu pada mata
pelajaran program khusus Bina Komunikasi Persepsi bunyi dan Irama (BKPBI)
dilakukan dalam penelitian ini dilaksanakan makna yang nantinya dapat memecahkan
dalam kegiatan yang berbentuk siklus masalah.
dengan mengacu pada model yang
diadaptasi dari Kemmis dan Mc Taggart Deskripsi Hasil Pelaksanaan Siklus II
(1990:14). tiap siklus terdiri dari empat Pada pelaksanaan siklus II dilaksanakan pada
komponen, yaitu a) perencanaan (planing), hari senin tanggal 16 bulan Nopember
b) tindakan (acting), c) pengamatan 2008yang meliputi kegiatan perencanaan,
(Observing), dan d) tindakan (reflecting). pelaksanaan, obervasi tindakan dan refleksi.
Untuk komponen tindakan dan pengamatan Pada siklus pertama pemanfaatan indra
untuk model ini dijadikan sebagai satu mulai diperkenalkan. melalui pengamatan
kesatuan dengan penggunaan observasi adapun yang
HASIL DAN PEMBAHASAN diamatinya adalah prilaku siswa dalam
Deskripsi Hasil Pelaksanaan Siklus I berkomunikasi dan hasil belajar siswa
dengan dilakukannya komunikasi melalui
Pada pelaksanaan siklus I yang dilaksanakan pendekatan multisensori dioperoleh data
pada hari senin tanggal 9 bulan Nopember yaitu dalam melakukan komunikasi dengan
2008 yang meliputi kegiatan perencanaan, teman sejawat prilaku pertama yang diamati
pelaksanaan, obervasi tindakan dan refleksi. adalah posisi percakapan dimana anak dapat
Pada siklus pertama pemanfaatan indra melakukan posisi tersebut dengan baik yaitu
mulai diperkenalkan. melalui pengamatan beratatapan mata dan saling berhadapan.
dengan penggunaan observasi adapun yang
diamatinya adalah prilaku siswa dalam Pemanfaatan indra pendengaran mulai
berkomunikasi dan hasil belajar siswa terlihat cukup karena telah terlebih dahulu
dengan dilakukannya komunikasi melalui melakukan latihan kesadaran bunyi melalui
pendekatan multisensori dioperoleh data tinggi – rendahnya bunyi, panjang – pendek
yaitu dalam melakukan komunikasi dengan bunyi.. Pemanfaatan indra penglihatan mulai
teman sejawat prilaku pertama yang diamti baik karena pelatihan salah satunaya dalam
adalah posisi percakapan dimana anak dapat memahami pengucapan dengan artikulasi
melakukan posisi tersebut dengan baik yaitu yang benar. Pemanfaatan indra kinestetik
beratatapan mata dan saling berhadapan. dan indra taktil dirasakan cukup walaupun
Pemanfaatan indra pendengaran sangat ada gerakan – gerakan yang masih kurang
kurang karena tingkat kesadaran bunyi familiar bila digunakan dalam lingkungan
bahasa yang rendah sehingga masih perlu masyarakat. Pemahaman bahasa yang cukup
latihan – latihan misalnya saja dnegan hal tesebut disebabkan setiap siswa
membedakan bunyi panjang – pendek, tinggi melakukan banyak komunikasi sehingga
– rendah dan sebagainya. adanya penambahan bahasa.
Pemanfaatan indra penglihatan cukup baik Deskripsi Hasil Pelaksanaan Siklus III
walaupun siswa harus banyak belajar dalam Pada pelaksanaan siklus III dilaksanakan
membaca gerak bibir. Pemanfaatan indra pada hari senin tanggal 23 bulan nopember
kinestetik dan inra taktil dirasakan cukup 2008 yang meliputi kegiatan perencanaan,
walaupun ada gerakan – gerakan yang pelaksanaan, obervasi tindakan dan refleksi.
mungkin kurang familiar bila digunakan Pada siklus pertama pemanfaatan indra
dalam lingkungan masyarakat. Pemahaman mulai diperkenalkan. melalui pengamatan
bahasa yang kurang atau sangat rendah dengan penggunaan observasi adapun yang
sehingga perlu perluasan bahasa serta diamatinya adalah prilaku siswa dalam
berkomunikasi dan hasil belajar siswa
413
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
414
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
Untuk evaluasi hasil belajar, pada siklus 1II Proses komunikasi yang memanfaatkan
ini menunjukan bahwa kemampuan siswa semua sensori, dimana sensori yang satu
belum maximal. Hal ini dapat dilihat dari akan memperkuat sensori yang lainnya
perolehan nilai hasil belajar siswa masih berfungsi dengan baik, sehingga
sebagaimana tertera pada tabel 4.9 komunikasi dabat berjalan cukup baik,
walaupun ada beberapa sisa yang sagat
Tabel 4.9. rendah sekali dalam penguaaan bahasanya.
Rekaputulasi Perolehan Nilai Siswa Siklus 1II
Dengan penggunaan multisnsori akan
No. Nama Siswa Nilai meningkatkan pemahaman terhadap suatu
1. Devita 5,7 percakapan sehingga dapat dimengerti dan
dipahami. Nggermanto, A, (2005 : 57)
2. Julia 6,1 menyatakan bahwa “ dengan menggunakan
kombinasi penglihatan (mata), bunyi
3. Zamaludin 5.3 (telinga), gerak (tangan dan kaki), bau
(hidung), dan rasa (lidah), akan tercipta
Jumlah 17,1
memori yang kuat.”
Rata-rata 5,7
Dengan demikian pemberian rangsangan
berupa penglihatan dan pendengaran yang
diberikan secara bersamaan dengan
PEMBAHASAN diberikan rangsangan kinestetis dan taktil
dapat memudahkan anak tunarungu dalam
Ketunarunguan pada anak memunculkan berkomunikasi dan dapat memahami
dampak luas pada kehidupan diri yang percakapan yang dilakukan.
bersangkutan.Daniel Ling (Sadja”ah : 2005 :
1) menyatakan bahwa : Berdasarkan data-data yang diperoleh dari
pelaksanaan tindakan sebagaimana
Ketunarnguan memberikan dampak inti diuraikan diatas, maka dapat disimpulkan
yang diderita oleh yang bersangkutan yaitu bahwa pelaksanaan tindakan melalui
gangguan/hambatan perkembangan bahsa. pendekatan multisensori dalam
Hambatan perkembangan bahasa pembelajaran memahami bunyi-bunyi
memunculkan dampak – dampak lain yang bahasa pada mata pelajaran Program
sangat kompleks seperti aspek pendidikan, Khusus BKPBI, dapat berjalan secara efektif
hambatan emosi – sosial, perkembangan dan efisien. Hal ini dapat dilihat dari
intelegensi dan akhirnya hambatan dlam peningkatan hasil pelaksanaan tindakan,
aspek kepribadian. baik berdasarkan hasil pengamatan maupun
Hambatan pada pendengaran hasil belajar siswa. Peningkatan hasil
mengakibatkan juga pada hambatan pelaksanaan tindakan tersebut dapat dilihat
komunikasi. komunikasi merupakan suatu pada grafik 4.1
dasar dalam meningkatkan pengetahuan
salah satu bpendekatan yang dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi yaitu
melalui pendekatan multisensori.
Pendekatan multisensori berarti
memfungsikan semua indra/sensori seperti
penglihatan, pendengaran, kinestetik dan
taktil secara terpadu dalam berkomunikasi.
415
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
KESIMPULAN
Dari grafik di atas dapat di simpulkan bahwa, Kesimpulan ini menggambarkan tentang
penampilan guru dalam mengajar semakin hasil keseluran penelitian tindakan kelas
baik pada siklus keII tentang peningkatan komunikasi anak
tunarungu melalui pendekatan multisensori.
Sementara perolehan hasil evaluasi hasil Proses komunikasi dengan melibatkan
belajar siswa juga menunjukan peningkatan berbagi sensori, dimana sensori yang satu
sebagaimana terjadi pada penampilan akan memperkuat sensori lainnya, sehingga
mengajar guru tetapi masih belum penerimaan informasi secara lisan dalam
memuaskan masih perlu ada perbaikan agar bentuk bahasa akan mudah dimengerti dan
memperoleh hasil yang lebih memuaskan. dipahami. Dalam penelitian ini, pemberian
Peningkatan hasil evaluasi belajar siswa rangsangan berupa penglihatan dan
tunagrahita tersebut dapat dilihat pada pendengaran yang diberikan bersamaan
grafik 4 dengan rangsangan kinestetik dan taktil
diharapkan dapat memudahkan anak
Grafik 4.2
Laju Peningkatan Hasil Evaluasi Belajar Siswa tunarungu dalam berkomunikasai dengan
orang lain. Adapun kelebihan dari
pemanfaatan pendekatan ini sebagai berikut
:
8
1. Setiap indra yang berfungsi pada organ
6 Devi tubuh dapat berkembang secara
ta optimal
4
2. Semua indra dapat terus dilatih hingga
2 julia membatu proses komunikasi anak
tunarungu dengan baik
0
3. Mempermudah anak tunarunu
siklus 1 siklus II siklus Zam
berkomunikasi dengan orang lain
III alud
in 4. Mengembangkan kemampuan
berbahasa anak tunarungu melalui
komunikasi dengan orang lain
Berdasarkan Grafik 4.2 , tampaklah bahwa
hasil evaluasi belajas siswa tunarungu Kelebihan – kelebihan tersebut dapat dilihat
peningkatannya berdasarkan pengamatan
melalui tiga siklus penelitian yang terus
416
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
417
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
Oleh :
Sri Kisdaryati
(Sekolah Luar Biasa Negeri Subang)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan kepala
sekolahdan iklim organisasi terhadap mutu pelayanan pada Sekolah Luar Biasa
di Kabupaten Subang.Teknik pengumpulan data menggunakan instrument yang
berbentuk angket dengan metode survei, data dikumpulkan melalui tiga
instrument dengan menggunakan skala Likert. Instrumen divalidasi dengan uji
validitas butir dan koefisien reliabilitas. Validitas butir dihitung dengan korelasi
Product moment sedangkan koefisien reliabilitas instrumen dihitung dengan
rumus Alpha Cronbach. Persyaratan analisis data diuji dengan normalitas
populasi (Liliefors). Analisis data digunakan teknik korelasi sederhana dan uji
linearitas dan akhirnya uji analisis jalur. Hasil penelitian menunjukkan: (1)
kepemimpinan kepala sekolah (X1) mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap mutu pelayanan (X3) dengan persamaan regresi X3 12,122 0,915 X1 ,
koefisien korelasi 0,723 dan koefisien jalur 0,635. Artinya semakin bermutu
kepemimpinan kepala sekolah, maka semakin bermutu pula pelayanan
pendidikan.(2) iklim organisasi (X2) mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap mutu pelayanan (X3) dengan persamaan regresi X3 45, 411 0, 685X 2 ,
koefisien korelasi 0,540 dan koefisien jalur 0,408. Artinya semakin bermutu iklim
organisasi, maka semakin bermutu pula pelayanan pendidikan, dan (3)
kepemimpinan kepala sekolah (X1) mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap iklim organisasi (X2) dengan persamaan regresi X 2 90, 776 0, 452 X1 ,
koefisien korelasi 0,216 dan koefisien jalur 0,216. Artinya semakin proporsional
kepemimpinan kepala sekolah, maka semakin bermutu pula iklim organisas.
Hasil penelitian tersebut memberi implikasi bahwa mutu pelayanan dapat
ditingkatkan dengan memperbaiki kualitas dan keterampilan kepala sekolah.
Kepala Sekolah menggunakan kepemimpinan yang sesuai dengan kondisi
sekolah serta guru-guru yang ada di dalam unit.Mengoptimalkan hubungan antar
personal di dalam organisasi atau sekolah, sehingga dengan hubungan yang
harmonis tersebut dapat mewujudkan iklim organisasi sekolah yang mendukung
terhadap keberhasilan proses belajar mengajar dan pencapaian tujuan
pendidikan.
KATA KUNCI : Mutu Pelayanan pada Sekolah Luar Biasa di Kabupaten Subang
418
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
Dalam penyelenggaraan pendidikan, setiap yang lebih baik (School as a place for better
warganegara berhak memperoleh hak yang learning). Berdasarkan fakta di lapangan SLB
sama untuk mendapatkan pendidikan yang di Kabupaten Subang menunjukkan bahwa
bermutu. Hal ini sesuai amanah Undang- 1) Pengalaman kerja kepala sekolah yang
Undang Dasar 1945 tanpa melihat dari masih minim, 2) Lemahnya disiplin kerja
golongan-golongan tertentu: kaya, miskin, kepala sekolah dan guru dalam
sehat jasmani, atau cacat fisik dan mental. melaksanakan tugasnya, 3) Kemampuan
kepala sekolah dalam memimpin masih
Ketunaan fisik ataupun mental semuanya rendah, 4) Keterampilan kepala sekolah
memiliki hak dalam layanan pendidikan dalam menyelesaikan permasalahan belum
khusus sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20 memuaskan, 5) Kepemimpinan kepala
Tahun 2003 Pasal 32 Ayat (1). Dinyatakan sekolah yang otoriter.
bahwa, "Pendidikan khusus merupakan
pendidikan bagi peserta didik yang memiliki Mutu layanan pendidikan dipengaruhi pula
tingkat kesulitan dalam mengikuti proses oleh hubungan antar manusia di dalam
pembelajaran karena kelainan fisik, organisasi atau sekolah, seperti halnya
emosional, mental, sosial, dan atau memiliki hubungan kepala sekolah dengan guru, guru
potensi kecerdasan dan bakat istimewa." dengan guru serta para siswa yang
harmonis. Sehingga dengan hubungan yang
Hal ini menunjukkan bahwa anak harmonis tersebut dapat mewujudkan iklim
berkebutuhan khusus berhak pula organisasi sekolah yang mendukung
memperoleh kesempatan yang sama dengan terhadap keberhasilan proses belajar
anak lainnya (reguler) dalam pendidikan. mengajar dan pencapaian tujuan
Selama ini, layanan pendidikan bagi anak pendidikan..
berkebutuhan khusus di Indonesia
disediakan melalui tiga macam lembaga Pada kenyataannya di lapangan, suasana
pendidikan yaitu, Sekolah Luar Biasa (SLB), lingkungan kerja di SLB yang tidak kondusif
Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), dan seperti teman yang tidak saling mendukung,
Pendidikan Terpadu. SDLB menampung sering terjadi konflik antar guru, kebijakan
berbagai jenis anak berkebutuhan khusus. pimpinan yang kurang mendukung serta
Sedangkan pendidikan terpadu adalah siswa yang tingkah lakunya menjengkelkan.
sekolah reguler yang juga menampung anak Di lain pihak ada dari mereka yang menurun
berkebutuhan khusus, dengan kurikulum, semangatnya dalam mengajar, merasa
guru, sarana pengajaran, dan kegiatan bosan, jenuh dengan pekerjaan.
belajar mengajar yang sama. Namun selama Menunjukkan iklim organisasi yang kurang
ini baru menampung anak dengan hambatan berpihak pada mutu pelayanan.
penglihatan (tunanetra), itupun
perkembangannya kurang menggembirakan Masalah Penelitian
karena banyak sekolah reg\uler yang
keberatan menerima anak berkebutuhan Identifikasi Masalah
khusus.
Beberapa masalah yang dapat diidentifikasi
Permasalahan kepemimpinan kepala adalah sebagai berikut:
Sekolah Luar Biasa (SLB) di Kabupaten
1. Iklim organisasi sekolah. Hasil dari
Subang saat ini adalah kepala sekolah
wawancara pendahuluan terdapat 40
seringkali terjebak dalam kegiatan rutinitas
guru Sekolah Luar Biasa
dan belum melakukan upaya peningkatan
mengemukakan bahwa iklim
mutu sekolah sebagai tempat pembelajaran
419
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
420
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
mendengarkan saran orang lain, dan luwes Dengan konstelasi masalahnya terlihat pada
dalam berkomunikasi. gambar berikut :
2) Collegial (pertemanan)
Collegial menggambarkan keakraban, X1
pertemanan, antusias bekerja dalam r13
kepentingan peningkatan kompetensi p31
professional. Perilaku pegawai terlihat: r12 p21 X3
berteman baik dengan yang lain, semangat p32
untuk bekerja sama, akrab dalam diskusi. r23
X2 Gambar 1.
422
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
p Ftabel
h
Sumber varians dk JK RJK
i 0,05 0,01
t
Total 112 2746665 -
Regresi (a) 1 2735312,58 -
Regresi (b) 1 5938,91 5851,68 120,9 3,94 6,90
Sisa 110 5413,09 49,209
Tuna cocok 31 2,677 0,086 0,001245 1,62 1,98
Galat 78 5410,413 69,364
pelayanan adalah langsung dan signifikan.
Dari persamaan tersebut dapat diartikan
Keterangan : bahwa peningkatan satu skor kepemimpinan
**) = regresi sangat signifikan karena F kepala sekolah menyebabkan peningkatan
hitung = 120,9 > F tabel α = 0,01 = 6,90 sebesar 0,915 skor mutu pelayanan pada
*) = regresi dikatakan linear karena F konstanta 12,122. Artinya semakin
hitung = 0,0012 < F tabel α = 0,01 = 1,98 meningkat kepemimpinan kepala sekolah,
dk = derajat kebebasan maka mutu pelayanan akan semakin
JK = jumlah kuadrat meningkat juga. Dari hasil hipotesis
RJK = rata-rata jumlah kuadrat menyatakan terdapat pengaruh
kepemimpinan kepala sekolah dengan mutu
Perhitungan regresi X3 atas X1 pada tabel di pelayanan, artinya bahwa kepemimpinan
atas menunjukkan bahwa persamaan regresi kepala sekolah berperan besar dalam
meningkatkan mutu pelayanan.
X3 12,122 0,915 X1 sangat signifikan,
karena F hitung = 120,9 > F tabel = 6,90 dan
linear karena F hitung = 0,0012 < F tabel = Kekuatan hubungan kepemimpinan kepala
1,98. Dengan demikian persamaan regresi sekolah (X1) dengan mutu pelayanan
X3 12,122 0,915 X1 dapat ditunjukkan oleh koefisien korelasi product
dipertanggungjawabkan untuk menarik moment r13 = 0,723. Uji signifikan koefisien
kesimpulan mengenai pengaruh dapat dilihat pada tabel berikut :
kepemimpinan kepala sekolah dengan mutu
Korelasi N r13 r2 p31 dk thitung ttabel 0,05 ttabel 0,01
X3 dengan X1 112 0,723 0,52 0,635 110 10,975** 0,671 2,390
)
3
423
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
X3 45, 411 0, 685X 2
Ftabel
Dk JK RJK Fhitung 0,05 0,01
Total 112 2746665 -
Regresi
1 2735313 -
(a)
Regresi
1 3318,14 3318,14 45,43213 3,94 6,90
(b)
Sisa 110 8033,86 73,0351
Tuna 7,65
31 0,247 0,002 1,62 1,98
cocok
Galat 78 8026,21 102,90
X3 45, 411 0, 685X 2 dapat
Keterangan :
**) = regresi sangat signifikan karena F dipertanggungjawabkan untuk menarik
hitung = 45,432> F tabel α = 0,01 = 6,90 kesimpulan mengenai pengaruh iklim
*) = regresi dikatakan linear karena F organisasi dengan mutu pelayanan adalah
hitung = 0,002 < F tabel α = 0,01 = 1,98 langsung dan signifikan. Dari persamaan
dk = derajat kebebasan tersebut dapat diartikan bahwa peningkatan
JK = jumlah kuadrat satu skor iklim organisasi menyebabkan
RJK = rata-rata jumlah kuadrat peningkatan sebesar 0,685 skor mutu
pelayanan pada konstanta 45,411. Artinya
Perhitungan regresi X3 atas X2, menunjukkan semakin meningkat iklim organisasi, maka
bahwa persamaan regresi mutu pelayanan akan semakin meningkat
juga. Dari hasil hipotesis menyatakan
X3 45, 411 0, 685X 2 sangat signifikan, terdapat pengaruh iklim organisasi dengan
karena F hitung = 45,432> F tabel = 6,90 dan mutu pelayanan, artinya bahwa iklim
linear karena F hitung = 0,002 < F tabel = organisasi berperan besar dalam
1,98. Dengan demikian persamaan regresi meningkatkan mutu pelayanan.
424
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
Kekuatan hubungan iklim organisasi (X2) 0,540. Uji signifikan koefisien dapat dilihat
dengan mutu pelayanan ditunjukkan oleh pada tabel berikut :
koefisien korelasi product moment r23 =
Korelasi N r23 r2 p32 dk thitung ttabel 0,05 ttabel 0,01
X3 dengan X2 112 0,540 0,292 0,408 110 6,728 **) 0,671 2,390
Koefisien determinasi adalah kuadrat dari
Keterangan : koefisien korelasi iklim organisasi (X2)
**) = koefisien korelasi sangat signifikan dengan mutu pelayanan (X3) yaitu sebesar
X3 = mutu pelayanan 0,2902 (29,02%) artinya kenaikan dan
X2 = iklim organisasi penurunan mutu pelayanan ditentukan oleh
n = jumlah sampel kenaikan atau penurunan iklim organisasi.
r13 = koefisien korelasi
r2 = koefisien determinasi Pengaruh Kepemimpinan Kepala sekolah
p31 = koefisien jalur terhadap Iklim Organisasi
dk = derajat kebebasan
Dari hasil perhitungan analisis regresi
Berdasarkan uji signifikansi korelasi dapat sederhana untuk variabel iklim organisasi
disimpulkan bahwa koefisien korelasi iklim atas kepemimpinan kepala sekolah
organisasi (X2) dengan mutu pelayanan (X3) diperoleh persamaan regresi
diperoleh r23 = 0,540 adalah sangat
X 2 90, 776 0, 452 X1 Uji signifikansi dan
signifikan. Dengan demikian terdapat
pengaruh langsung iklim organisasi (X2) linearitas persamaan regresi dapat dilihat
dengan mutu pelayanan (X3) atau dengan pada tabel berikut :
kata lain semakin tinggi iklim organisasi (X2) Tabel 3
maka semakin tinggi pula mutu pelayanan Analisis varians untuk Pengujian
(X3), sehingga hipotesis tersebut dapat Signifikansi dan Linearitas Regresi
diterima karena teruji kebenarannya. X 2 90, 776 0, 452 X1
Ftabel
Sumber varians dk JK RJK Fhitung
0,05 0,01
Total 112 2944785 -
Regresi (a) 1 2937708,22 -
Regresi (b) 1 1448,66 1448,66 28,312 3,94 6,90
Sisa 110 5628,34 51,167
Tuna cocok 31 0,688 0,022 0,0003 1,62 1,98
Galat 78 5627,652 72,149
426
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
428
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
Oleh :
Wasdi
(SLB Negeri Subang)
ABSTRAK
Fokus penelitian ini adalah membuat instrumen asesmen membaca pemahaman
pada siswa kelas IV di Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang. Dilatarbelakangi
dengan permasalahan keberadaan siswa yang mengalami kesulitan membaca
pemahaman di sekolah dasar yang tidak mampu mengikuti proses belajar akibat
hambatan yang dimilikinya. Menggunakan metode penelitian mixed methods
dengan desain penelitian a two-phase design dan strategi transformatif
sekuensial, penelitian tahap pertama merumuskan draf awal instrumen asesmen
membaca pemahaman yang meliputi mencari data komponen-komponen yang
terkandung dalam instrumen dan merancang instrumen asesmen yang cocok.
Penelitian tahap kedua melakukan pengujian instrumen asesmen untuk
mengungkap kesulitan membaca pemahaman pada siswa dan apakah instrumen
asesmen dapat digunakan oleh guru. Hasil temuan penelitian tahap pertama
dengan subjek penelitian tiga orang ahli yang melakukan validasi, diperoleh hasil
bahwa komponen-komponen yang harus terkandung adalah: petunjuk tata cara
melaksanakan asesmen membaca pemahaman, format administrasi, teks
bacaan, tes memahami isi bacaan, dan tes ketepatan membaca. Kelima
komponen tersebut kemudian dirancang dalam tiga bagian yaitu petunjuk tata
cara melaksanakan asesmen membaca pemahaman, administrasi asesmen
membaca pemahaman, dan lembar asesmen membaca pemahaman. Pada tahap
kedua dengan sampel penelitian guru dan siswa kelas IV, terbukti bahwa
instrumen yang dibuat dapat digunakan. Hal ini dibuktikan dengan adanya hasil
peroleh skor yang berbeda terhadap tes memahami isi bacaan dan tes ketepatan
membaca. Dengan dibuatnya profil data siswa yang memiliki kesulitan membaca
dalam bentuk administrasi yang dibuat guru menunjukkan bahwa instrumen ini
dapat digunakan oleh guru.
429
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
430
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
431
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
f. Guru mencatat setiap kesalahan yang methods ini menggunakan a two - phase
dilakukan siswa. design (dua tahap desain). Sedangkan
g. Hitunglah berapa frekuensi kesalahan strategi yang digunakan adalah strategi
dari masing-masing bentuk analisis transformatif sekuensial.
kesalahan membaca.
Alasan daripada pengunaan metode ini
3. Penyajian Grafik Analisis Kesalahan adalah bahwa masalah-masalah yang
Membaca dihadapi dalam penelitian ini begitu
Data hasil rekap analisis kesalahan komplek sehingga bila menerapkan hanya
membaca dapat disajikan dalam bentuk satu pendekatan saja tentu tidak memadai
grafik. Penyajian grafik bertujuan untuk untuk menjabarkan kompleksitas ini.
memudahkan dalam membaca hasil Dengan menggunakan dua pendekatan
asesmen mulai dari tahap identifikasi sekaligus akan memberikan pemahaman
hingga ketepatan membaca. yang lebih luas terhadap masalah-masalah
yang diteliti.
4. Penafsiran
Buatlah penafsiran terhadap hasil Prosedur pengumpulan data meliputi dua
tes memahami isi teks bacaan dan tes tahap penelitian yaitu tahap pertama
ketepatan membaca. Penfasiran digunakan mengenai pengembangan draf awal model
untuk menjelaskan kesimpulan tentang instrumen asesmen membaca pemahaman
profil kesulitan siswa dalam memahami isi dan tahap kedua adalah pengujian
teks bacaan dan kemampuan membacanya instrumen asesmen membaca pemahaman.
melalui analisis kesulitan membaca. Tahap pengembangan draf awal model
instrumen asesmen membaca pemahaman
5. Rekomendasi terdiri dari : (a) studi pendahuluan yang
Buatlah rekomendasi berdasarkan meliputi studi literatur dan studi lapangan,
hasil penafsiran data asesmen membaca (b) penyusunan draf awal instrumen, dan (c)
pemahaman. Rekomendasi ditujukan penilaian dari para ahli (judgement expert).
kepada guru itu sendiri sebagia acuan untuk Data yang terkumpul berupa data kualitatif.
penyusunan program pembelajaran yang Tekhnik pengumpulan data pada tahap
sesuai dengan kebutuhan siswa. pertama adalah (a) tes uji coba
Rekomendasi juga bisa diberikan kepada pendahuluan, wawancara dan diskusi,
oranng tua siswa untuk mengetahui quesioer dalam bentuk angket tertutup dan
kemampuan anaknya dalam keterampilan terbuka.
membaca pemahaman.
Pada tahap yang kedua adalah tahap
METODE pengujian instrumen asesmen membaca
pemahaman. Tahap ini terdiri dari : (a)
Metode yang digunakan dalam penelitian tahap pengujian instrumen apakah dapat
ini adalah metode penelitian yang mengungkap kesulitan membaca pada
menggunakan kombinasi dua pendekatan siswa sekolah dasar kelas IV di Kecamatan
sekaligus (kualitatif dan kuantitatif) atau Pagaden Kabupetan Subang, dan (b) tahap
sering disebut dengan metode campuran pengujian apakah instrumen asesmen
(mixed methods). Desain penelitian mixed membaca pemahaman dapat digunakan
432
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
guru. Tekhnik pengumpulan data pada yang duduk di kelas IV dan guru kelas IV
tahap kedua adalah (a) tes uji coba atau guru Bahasa Indonesia yang ada di
instrumen asesmen membaca pemahaman, sekolah tersebut.
(b) wawancara dan diskusi, (c) quesioer
dalam bentuk angket tertutup dan terbuka Teknik pengambilan sampel dari populasi
dan (d) observasi. (sampling) menggunakan random sampling.
Tekhnik pengambilan sampel random
Analisis data dan prosedur-prosedur validasi sampling yang digunakan adalah sistem
dilakukan berdasarkan pendekatan cluster atau area untuk uji coba terbatas
kuantitatif (analisis angka-angka secara dan sistem random sederhana untuk uji
deskriptip dan inferensial) dan kualitatif coba luas. Pengambilan sekolah dasar
(deskripsi dan analisis teks). diambil dengan sistem cluster pada
pelaksanaan uji coba terbatas, dengan
Lokasi penelitian tentang pengembangan rincian: (a) satu sekolah dasar yang sangat
instrumen membaca pemahaman yang bagus, (b) satu sekolah dasar berprestasi
dapat mengungkap kesulitan membaca ini bagus, dan (c) satu sekolah dasar lagi
mengambil lokasi sekolah-sekolah dasar berprestasi sedang. Penilaian ini diambil
yang ada di Kecamatan Pagaden Kabupaten dari pandangan kepala Dinas Pendidikan
Subang. Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang.
tes, (c) format hasil tes memahami isi b. Model instrumen asesmen
bacaan, (d) format tabel pengamatan membaca pemahaman Yang cocok
analisis kesalahan membaca / analisis varian Model instrumen asesmen membaca
eror, (e) format rekap hasil pengamatan pemahaman yang cocok dan dapat
analisi kesalahan membaca, (f) format grafik digunakan oleh guru menggunakan
kesalahan membaca, (g) format penafsiran, sistematika sebagai berikut: (a) bagian
dan (h) format rekomendasi. pertama: petunjuk tata cara melaksanakan
asesmen membaca emahaman, (b) bagian
3) Komponen teks bacaan kedua: administrasi asesmen membaca
Komponen teks bacaan berisi satu teks pemahaman, dan (c) bagian ketiga : lembar
bacaan utuh. Tema dalam teks bacaan asesmen membaca pemahaman. Ketiga
disesuaikan dengan lingkungan sosial siswa bagian dari model instrumen asesmen
sehingga siswa memiliki dasar pengetahuan membaca berisi komponen-komponen
tentang tema yang dibaca. Teks yang sesuai instrumen asesmen membaca.
untuk kelas IV adalah teks yang terdiri rata-
rata 9 kata dalam satu kalimat dan jumlah c. Instrumen Asesmen Membaca
kata yang dibaca adalah 200 -250 kata. Pemahaman dapat Digunakan oleh Guru
Hasil penelitian tentang pengembangan
4) Komponen tes memahami isi bacaan instrumen asesmen membaca pemahaman
Dalam komponen tes memahami isi bacaan dapat digunakan oleh guru. Indikator dari
terdiri dari: (a) pertanyaan, (b) kunci dapat digunakannya instrumen asesmen
jawaban, (c) lembar jawaban, (d) bobot membaca ini adalah :
penilaian, dan (e) kriteria penilaian.
Pertanyaan terdiri dari empat jenis
pertanyaan, yaitu : (a) pertanyaan eksplisit 120% PEROLEHAN
SKOR
tentang fakta, (b) pertanyaan eksplisit 100% ANGKET
PADA KOMP.
tentang sekuen/urutan, (c) pertanyaan 80% A
PEROLEHAN
SKOR
60%
eksplisit tentang argumentatif, dan (e) ANGKET
40% PADA KOMP.
pertanyaan implisit. 20%
B
PEROLEHAN
SKOR
Dalam komponen ini terdapat tiga klasifikasi 0% ANGKET
PADA KOMP.
tingkat kemampuan memahami isi bacaan, 1 2 3 4 5 6 7 8 9 C
PEROLEHAN
SKOR
yaitu : (a) independen leval jika siswa ANGKET
PADA KOMP.
memperoleh skor 90%-100%, (b) D
434
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
2) Dari hasil pengamatan ketika guru Diperoleh hasil skor rata-rata siswa mampu
melakukan asesmen membaca pemahaman mengerjakan soal tes memahami isi bacaan
dengan menggunakan instrumen asesmen dengan benar adalah sebesar 14,67 atau
membaca pemahaman terhadap siswa di 69%. Diperoleh rata-rata skor tertinggi
kelasnya masing-masing, semua guru adalah 19.88 atau 94.66%, sedangkan skor
mampu melaksanakan asesmen membaca rata-rata terendah hanya 7,22 atau 34%.
pemahaman dan membuat administrasi
asesmen sesuai petunjuk yang terdapat 2) Dari hasil analisis tingkat
dalam instrumen asesmen membaca kemampuan memahami isi bacaan,
pemahaman. diperoleh data:
1) Dari hasil pengolahan data tes (a) 42 siswa dari 200 siswa atau 21% berada
memahami isi bacaan, diperoleh data pada indevenden level, (b) 38 siswa dari 200
sebagai berikut: siswa atau 19% berada pada intruksional
level, dan (c) 120 siswa dari 200 siswa atau
Hasil Tes Memahami Isi Bacaan
35 60% berada pada frustasional level.
30
25 3) Dari hasil tes ketepatan membaca,
JML
20
15
SIS diperoleh hasil:
10 WA
5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Sekolah Dasar
Grafik 02
Perolehan Nilai pada Pengujian Instrumen
Asesmen Membaca Pemahaman
435
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
WOR BY WORD
REPETISI
SUBSITUSI
INSERSI
OMISI
HESITASI
REVERSAL
pertama dengan subjek penelitian dari tiga
orang ahli yang melakukan validasi
terhadap draf instrumen asesmen
membaca pemahaman, diperoleh hasil
TIPE KESALAHAN MEMBACA bahwa komponen-komponen yang harus
Grafik 04 terkandung adalah: (a) petunjuk tata cara
Analisis Hasil Tes Ketapatan Membaca melaksanakan asesmen membaca
pemahaman, (b) format administrasi, (c)
(a) kesalahan mengganti huruf atau kata teks bacaan, (d) tes memahami isi bacaan,
(subsitusi ) dari 30 siswa sebanyak 102 kata dan (e) tes ketepatan membaca. Kelima
atau rata-rata 3 kata tiap siswa dari 236 komponen tersebut kemudian dirancang
kata, (b) kesalahan menambah kata (insersi dalam tiga bagian: (a) petunjuk tata cara
) dari 30 siswa sebanyak 205 kata atau rata- melaksanakan asesmen membaca
rata 7 kata tiap siswa dari 236 kata, (c) pemahaman, (b) administrasi asesmen
kesalahan menghilangkan kata (omisi) dari membaca pemahaman, dan (c) lembar
30 siswa sebanyak 182 kata atau rata-rata 6 asesmen membaca pemahaman.
kata tiap siswa dari 236 kata, (d) kesalahan
tertukas posisi (repetisi ) dari 30 siswa Pada tahap kedua dengan sampel penelitian
sebanyak 69 kata atau rata-rata 2 kata tiap guru kelas IV dan siswa kelas IV, setelah
siswa dari 236 kata, (e) kesalahan dengan dilakukan pengujian kepada siswa terbukti
mengulang (reversal) dari 30 siswa bahwa instrumen yang dibuat dapat
sebanyak 67 kata atau rata-rata 3 kata tiap mengungkap kesulitan membaca. Hal ini
siswa dari 236 kata, (f) kesalahan dibuktikan dengan adanya hasil peroleh
melakukan penghentian membaca bukan skor yang berbeda terhadap tes memahami
pada tempatnya (hesitasi) dari 30 siswa isi bacaan dan tes ketepatan membaca.
sebanyak 96 kata atau rata-rata 3 kata tiap Perbedaan perolehan skor ini menunjukkan
siswa dari 236 kata, dan (g) kesalahan tingkat kemampuan siswa dalam
membaca kata demi kata (word by word ) mengerjakan tes. Dengan dibuatnya profil
dari 30 siswa sebanyak 121 kata atau rata- data siswa yang memiliki kesulitan
rata 4 kata tiap siswa dari 236 kata. membaca dalam bentuk administrasi yang
dibuat guru menunjukkan bahwa instrumen
Dari analisis hasil tes ketepatan membaca, ini dapat digunakan oleh guru.
guru juga dapat mengetahui jenis-jenis
kesalahan yang dilakukan siswa. Dengan
demikian instrumen asesmen membaca
pemahaman ini dapat mengungkap
kesulitan membaca pemahaman pada siswa
436
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
DAFTAR PUSTAKA
McLoughin, James A. and Rena B. Lewis,
Abdurrahman, M. (1999). Pendidikan Bagi (1986). Assesing Special Students :
Anak Berkesulitan Belajar (cet. Scond Edition, A Bell And Howell
Pertama). Jakarta: Depdikbud dan PT Company, Columbus, Ohio.
Rineka Cipta.
Rahardja, J. (2006). Pengantar Pendidikan
Creswell, John.W. (2010), Research Design Luar Biasa. University Of Tsukuba:
Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Criced.
Mixed (Edisi Ketiga).
Yogyakarta:Pustaka Pelajar. Soendari, T. et.all. (2008). Modul
Pengajaran Asesmen Anak
Lerner, Janet W.(1988). Learning Berkebutuhan Khusus. Bandung : PLB
Disabilities: Theoris, Diagnosis, and FIP UPI.
Teaching Strategis: Fifth Edition.
Houghton Miffin Company USA.
437
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
Oleh :
H. Agus Supriatna
(Widyaiswara PPPPTK TK dan PLB Bandung)
ABSTRAK
Dilatarbelakangi rendahnya hasil uji literasi siswa, maka paradigma mengajar yang
berpusat pada guru mutlak harus berubah menjadi yang berpusat kepada siswa.
Kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik dan penilaian autentik, serta
mengedepankan sikap, pengetahuan, dan keterampilan menjanjikan pola
pembelajaran berpusat pada siswa. Peran guru bahasa Indonesia sebagai katalisator
carrier of knowledge menduduki peran strategis dalam proses
menumbuhkembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan berbahasa siswa
melalui pendekatan berbasis teks. Pendekatan berbasis teks dengan genre yang
sudah dipetakan pada level SD, SMP, dan SMA memiliki struktur dan ciri kebahasan
yang berbeda satu sama lain. Semakin banyak genre teks yang dikuasai, maka
banyak pula struktur berpikir siswa yang dapat digunakan dalam kehidupan sosial
dan akademiknya. Di samping itu, siswa dapat mengonstruksi ilmu pengetahuan
melalui kemampuan mengobservasi, mempertanyakan, mengasosiasikan,
menganalisis, dan menyajikan hasil analisis. Dengan demikian, akan lahir manusia-
manusia yang siap menantang kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
budaya serta perubahan masyarakat pada tataran lokal, nasional, regional, dan
global pada “Indonesia Emas” tahun 2045.
438
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
439
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
Pada tahun 2012, berdasarkan hasil Berikut perbandingan perolehan hasil PISA
pencapaian level PISA Bahasa ada kenaikan tahun 2009 dengan 2012 dengan jumlah
secara signifikan sudah bisa tembus ke level negara peserta lainnya.
4. Akan tetapi, dibandingkan dengan
negara-negara lain masih jauh dari harapan,
2012 2009
karena dilihat dari rangking masih di bawah
Rangking Negara Score Rangking Negara Sco
Tunisia dan Qatar yang masing-masing 1 Shanghai-China 570 1 Shanghai-China 60
menduduki rangking 60 dan 63. Tahun 2009 2 Singapore 545 2 Korea 53
Qatar di bawah Indonesia dan tahun 2012 3 Hongkong-china 542 4 Hongkong-china 53
bisa tembus ke level 6. Berikut disajikan 5 Korea 536 5 Singapore 52
7 Japan 523 8 Japan 52
tabel-tabel dan grafik yang mendukung
44 Turkey 449 41 Turkey 46
data-data tersebut. 50 Thailand 438 50 Thailand 42
60 Tunisia 396 56 Tunisia 40
63 Qatar 393 57 Indonesia 40
Below Level Level Level Level Level Level Level
Negara Level 1a 1b 2 3 4 5 64
6 Indonesia 388 61 Qatar 37
Shanghai-China ⱡ 2.5 0.3! 11 25.3 35.7 21.3 3.8
Singapore 0.4 5.5 1.7 16.4 30.8 31 12.6 1.6
Hongkong-china 0.6 8.4 2.5 18.1 29.9 28.7 10.4 1.4
Korea 0.5 7.5 1.9 16.7 25.4 26.8 16.2 5 Sumber: Kememdikbud: 2014
Japan 0.6 6.7 2.4 26.6 26.7 28.4 1.48 3.9
Turkey 0.6 16.6 4.5 30.8 28.7 14.5 4.1 0.3!
Thailand 1.2 7.7 24.1 36 23.5 6.7
Di samping
0.8 ⱡ
hasil penelitian di atas,
Tunisia 6.2 15.5 27.6 31.4 15.6 3.5 penelitian
ⱡ ⱡ khusus kemampuan membaca
Qatar 13.6 18.9 24.6 21.9 13.5 5.8 yang0.2dilaksanakan oleh TIMSS tahun 2011,
1.4
ⱡ
Indonesia 4.1 16.3 34.8 31.6 11.5 1.5!
hasil ⱡ membaca siswa Indonesia masih
rendah dapat dilihat dari tabel berikut ini.
Saudi Arabia
Indonesia
Morocco
440
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
Berdasarkan grafik di atas, lebih dari 95% sebabnya, tidak mengherankan jika dalam
siswa Indonesia hanya mampu sampai level proses pembelajaran, siswa diminta fokus
menengah, sementara lebih dari 50% memahami paragraf, seperti
siswa Taiwan mampu mencapai level tinggi pengembangan paragraf dari sebuah
dan advance. kalimat (ide) utama. Lalu, siswa ditugasi
menyusun kalimat penjelasnya atau
Berangkat dari data-data di atas, mencari ide utama pada paragraf tertentu,
Pemerintah memberlakukan Kurikulum serta dapat juga siswa diminta membuat
2013 yang berorentasi pada skala nasional paragraf dengan kalimat utama yang sudah
dan internasional. Skala nasional, ditentukan oleh guru. Tidak jelas paragraf
mengubah paradigma mengajar para guru jenis apa yang hendak dikembangkan.
untuk mengubah kebiasaan pola Padahal, jika dilihat dari kelengkapan
pembelajaran gaya lama yang berpusat makna, pikiran, gagasan yang dikandung,
pada guru dengan pola yang berpusat satuan bahasa yang berupa tekslah yang
kepada siswa. Maka dari itu, kita kenal sepantasnya menjadi basis pembelajaran.
dengan pendekatan saintifik dengan tiga Dalam konteks itulah, Kurikulum 2013
model pembelajaran Project Based khusus untuk mata pelajaran bahasa
Learning, Problem Based Learning, dan Indonesia lebih ditekankan pada
Discovery Learning. Di samping itu, guru pembelajaran berbasis teks.
semua mata pelajaran di setiap Satuan
Pendidikan diwajibkan membudyakan baca- C. Apa itu berbasis teks?
tulis siswa.
Satuan bahasa yang mengandung makna,
Khusus mata pelajaran Bahasa Indonesia, pikiran, dan gagasan adalah teks. Teks tidak
mengingat perannya sangat penting dan selalu berwujud bahasa tulis, sebagaimana
mengemban misi agar siswa mampu lazim dipahami. Teks dapat berwujud, baik
memproduksi dan menggunakan teks sesuai teks tulis maupun teks lisan (bahkan dalam
dengan tujuan dan fungsi sosialnya. Dalam multi modal: perpaduan teks lisan dan tulis
pembelajaran bahasa yang berbasiskan serta gambar/ animasi/film). Teks itu sendiri
teks, bahasa Indonesia diajarkan bukan memiliki dua unsur utama. Pertama, adalah
sekadar sebagai pengetahuan bahasa, konteks situasi penggunaan bahasa yang di
melainkan sebagai teks yang berfungsi dalamnya ada register yang melatarbelakngi
untuk menjadi sumber aktualisasi diri lahirnya teks, yaitu adanya sesuatu (pesan,
penggunanya pada konteks sosial-budaya pikiran, gagasan, ide) yang hendak
akademis. Teks dipandang sebagai satuan disampaikan (field).
bahasa yang bermakna secara kontekstual.
Sasaran atau kepada siapa pesan, pikiran,
Pendekatan pembelajaran bahasa Indonesia gagasan, atau ide itu disampaikan (tenor),
pada Kurikulum sebelumnya berbasis dalam format bahasa yang bagaimana
paragraf. Hal ini, tampak dari kandungan pesan, pikiran, gagasan, atau ide itu
materi, satuan bahasa yang mengandung dikemas (mode). Terkait dengan format
makna, pikiran, dan gagasan yang menjadi bahasa, teks dapat berupa deskripsi,
materi pembelajaran bahasa Indonesia prosedural, naratif, cerita petualangan,
hanya sampai pada satuan paragraf. Itulah anekdot, dan lain-lain. Unsur kedua adalah
441
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
konteks situasi, yang di dalamnya ada struktur berpikir sehingga dalam setiap
konteks sosial dan konteks budaya penguasaan jenis teks tertentu. Dengan
masyarakat tutur bahasa yang menjadi demikian, siswa akan memiliki kemampuan
tempat teks tersebut diproduksi. berpikir sesuai dengan struktur teks yang
dikuasainya. Semakin banyak macam teks
Terkait perbedaan antara satu jenis teks yang sudah dikuasaisiswa, maka akan
tertentu dan jenis teks lain. Perbedaan mampu menguasai berbagai struktur
dapat terjadi, misalnya pada struktur teks berpikir. Bahkan, satu topik tertentu dapat
itu sendiri. Sebagai contoh, teks deskripsi disajikan dalam jenis teks yang berbeda dan
dengan teks prosedural berbeda tentunya dengan struktur berpikir yang
strukturnya meskipun kedua teks tersebut berbeda pula. Dengan cara itu, siswa
termasuk ke dalam kategori jenis teks kemudian dapat mengonstruksi ilmu
faktual. Apabila teks deskripsi memiliki ciri pengetahuannya melalui kemampuan
tidak terstruktur dan tidak bersifat mengobservasi, mempertanyakan,
generalisasi, teks prosedural justru bersifat mengasosiasikan, menganalisis, dan
terstruktur dan dapat digeneralisasi. menyajikan hasil analisis secara memadai
sebagaimana langkah-langkah penedekatan
Jika pada teks deskripsi strukturnya terdiri pembelajaran saintifik.
atas pernyataan umum yang diikuti
pernyataan deskriptifnya, struktur teks Ganre sudah mulai diperkenalkan sejak
prosedural terdiri atas tujuan langkah- siswa duduk di Sekolah Dasar. Hal ini
langkah. Begitu pula kedua jenis teks disebabkan pendekatan saintifik pun sudah
tersebut berbeda dengan teks diterapakan di Sekolah Dasar dengan
cerita/naratif. Di samping jenisnya berbeda pembelajaran tematik sejak kelas I sampai
dengan kedua jenis teks di atas, yaitu masuk dengan kelas VI. Dengan demikian, peran
ke dalam kategori teks jenis sastra, juga guru SD cukup berat, di samping konsep
strukturnya berbeda, teks yang terakhir ini tematik perlu dikuasai, juga ketika
terdiri atas judul, orientasi (kapan, siapa, memadukan pembelajaran bahasa
dan di mana), komplikasi (masalah apa yang Indonesia dengan pembelajaran lain jangan
terjadi dan mengapa terjadi), serangkaian diabaikan konsep berbasis teks pun perlu
peristiwa, resolusi/klimaks, dan koda diterapkan. Berikut disajikan tabel genre
(bagaimana cerita berakhir). untuk jenjang SD/MI.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat
dikatakan bahwa struktur teks membentuk
442
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
Sastra Non-Sastra
GENRE
Genre Cerita Genre Faktual Genre Tanggapan
Laporan
Sederhana
Cerita Buku Permainan Ucapan
Kelas 2 -
Naratif harian (taksonomik- /Dolanan
menjawab Terima kasih
pertanyaan) Daerah
Laporan
Informatif
Dongeng
(judul, kelas
Cara
Kelas 3 umum/ iri-ciri Undangan -
melakukan/
Puisi deskripsi
membuat
dengan
sesuatu
subjeudul &
ilustrasi)
Surat Pribadi
Kelas 4 Instruksi -
Penceritaa Wawancara
SurEl
443
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
Cerita n Pengamatan/
Petualanga
n Sejarah komentar
(Power Point)
(tulis)
444
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
Sastra Non-Sastra
GENRE
Genre Cerita Genre Faktual Genre Tanggapan
Jenis Naratif Non-naratif Laporan Prosedural Transaksional Ekspositori
Teks Mencerita- Merefleksika Melaporkan Mengajar/mengar Menegosiasi Menjelaskan
kan n kejadian/isu ahkan hubungan, info dan/atau
Kelas kejadian kejadian/isu barang & menganalisis
layanan
445
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
Tantangan
(Debat):
membantah
sebuah sudut
pandang
tentang suatu
masalah
446
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
1 2 3 4
447
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
448
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
yang dituntut dalam jenis teks yang kegiatan pembelajaran, tetapi perlu dilihat
dimaksud. kembali susunan Kompetensi Dasar yang
tertuang dalam silabus. Dasar penyusunan
▪ Tahap pembuatan teks secara Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
mandiri; siswa diharapkan dapat bukanlah buku siswa, tetapi silabus yang
mengaktualisasikan diri dengan sudah disiapakan oleh Pemerintah. Dalam
menggunakan dan mengkreasikan teks praktiknya, materi Pembelajaran 1 ini bisa
sesuai dengan jenis dan ciri-ciri seperti yang berkembang menjadi lebih dari tiga
ditunjukkan pada model. kegiatan pembelajaran. Berikut disajikan
matrik Kompetensi Dasar untuk pelajaran
kesatu.
Sebagai contoh berikut disajikan urutan
materi yang tertuang dalam Buku Siswa
kelas X pelajaran 1. Pelajaran 1 terdiri atas 3
Kompetensi Dasar Alokasi Waktu
1 2
3.1 Memahami struktur dan kaidah teks laporan hasil observasi baik 4 Mg x 4 jp
melalui lisan maupun tulisan
4.1 Menginterpretasi makna teks laporan hasil observasi baik secara
lisan maupun tulisan
3.2 Membandingkan teks laporan hasil observasi baik melalui lisan 4 Mg x 4 jp
maupun tulisan
4.2 Memproduksi teks laporan hasil observasiyang koheren sesuai
dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan maupun
tulisan
3.3 Menganalisis teks laporan hasil observasi baik melalui lisan maupun 4 Mg x 4 jp
tulisan
4.3 Menyunting teks laporan hasil observasi sesuai dengan struktur dan
kaidah teks baik secara lisan maupun tulisan
1 2
3.4 Mengidentifikasi teks laporan hasil observasi baik secara lisan 4 Mg x 4 jp
maupun tulisan
4.4 Mengabstraksi teks laporan hasil observasi baik secara lisan maupun
tulisan
3.5 Mengevaluasi teks laporan hasil observasi berdasarkan kaidah-kaidah 4 Mg x 4 jp
teks baik melalui lisan maupun tulisan
4.5 Mengonversi teks laporan hasil observasi ke dalam bentuk yang lain
sesuai dengan struktur dan kaidah teks baik secara lisan maupun tulisan
449
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
450
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
451
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
452
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
453
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
--------------. 2014. Bahasa Indonesia Ekspresi --------------. 2014. Bahasa Indonesia Ekspresi
Diri dan Akademik Kelas X Diri dan Akademik Kelas XI SMA/MA/
MA/MA/SMK /MAK : Buku Siswa. SMK/MAK: Buku Siswa. Jakarta:
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Kebudayaan
454
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
Oleh
Beny Iskandar
(Widyaiswara PPPPTK TK dan PLB Bandung)
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan di TK Kota Bandung. Hasil studi pendahuluan memperoleh
temuan bahwa Kepemimpinan Kepala Sekolah TK KotA Bandung belum optimal.
Belum optimalnya Kepemimpinan Kepala Sekolah dikarenakan komunikasi dua arah
yang kurang terjalindengan baik. Berdasarkan hal tersebut, maka masalah yang
dirumuskan adalah sebagai berikut: Bagaimana Kepemimpinan Kepala Sekolah,
Kompetensi Guru dan Iklim Sekolah terhadap Kinerja Guru TK. Seberapa besar
pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kompetensi Guru dan Iklim Sekolah
terhadap Kinerja Guru TK, baik secara parsial maupun simultan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa upaya meningkatkan kinerja guru TK melalui Kepemimpinan
Kepala Sekolah berada pada kategori baik, Kompetensi Guru berada pada kategori
baik, Iklim Sekolah berada pada kategori sangat baik dan Kinerja Guru TK berada
pada kategori sangat baik. Beberapa saran dapat dikemukakan sebagai berikut:
Kegiatan kepala sekolah dalam menyusun program jangka panjang, menengah dan
pendek, Mekanisme monitoring dan evaluasi pelaksanaan program oleh kepala
sekolah, Guru hendaknya selalu berusaha untuk selalu mengembangkan
kemampuan diri, Sekolah hendaknya dapat memberikan suasana yang kondusif
dalam pembelajaran.
KATA KUNCI: Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kompetensi Guru Iklim Sekolah, dan Kinerja Guru.
455
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
Indonesia seperti ini, dapat terwujud hokum dan sesuai dengan moral dan
melalui penyelenggaraan pendidikan di etika.menilai kinerja guru adalah suatu
sekolah. proses menentukan tingkat keberhasilan
guru dalam melaksanakan tugas-tugas
Undang-undang RI no 14 tahun 2005 pokok mengajar dengan menggunakan
tentang guru dan dosen menyebutkan patokan-patokan tertentu.
bahwa, guru adalah pendidik professional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, Kinerja atau prestasi kerja (performance)
membimbing, mengarahkan, melatih dapat diartikan sebagai pencapaian hasi
menilai dan mengevaluasi peserta didik. kerja sesuai dengan aturan dan standar
Oleh karena itu guru merupakan tokoh yang berlaku pada masing-masing
uatam dalam penyelenggaraan pendidikan, organisasi. Organisasi dalam hal ini adalah
karena guru adalah pihak yang sekolah. Simamora (2000:10)
berhubungan langsung dengan anak dalam mengemukakan bahwa kinerja merupakan
proses pembelajaran dan penentu utama suatupersyaratan-persyaratan tertentu
dalam mewujudkan peserta didik yang yang akhirnya secara langsung dapat
berkualitas. Selain itu, guru tercermin dari output yang dihasilkan, baik
bertanggungjawab dalam pembentukan yang berupa jumlah maupun kualitas.
watak peserta didik melalui pengembangan Output yang dihasilkan menurut Simamora
dan peningkatan kepribadian serta dapat berupa fisik maupun non fisik yang
menanamkan nilai-nilai moral. Maka guru menyebutnya berupa karya, yaitu suatu
dituntut untuk memiliki kompetensi sosial hasil/pekerjaan baik berupa fisik/material
dan kepribadian yang baik selain maupun non fisik/ non material.
kompetensi pedagogik. Untuk itu
diperlukan pengelola tenaga pendidik/guru Kinerja yang rendah sangat berpengaruh
yang memiliki kinerja yang baik sesuai terhadap hasil kerja, seperti halnya apa
dengan tuntutan dan kebutuhan yang terjadi pada guru-guru TK di Kota
masyarakat. Guru merupakan salah satu Bandung dapat dilihat dari kepala sekolah
sumber daya manusia yang ada di sekolah. yang kurang kepemimpinan, kompetensi
Kinerja guru TK mempunyai peran penting guru yang kurang serta sekolah kurang
dalam pencapaian tujuan sekolah. mengoptimalkan iklim sekolah. Hal ini yang
menyebabkan terdapat kecenderungan
Menurut Mangkunegara (2004:67) kinerja melemahnya kinerja guru.
adalah hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai oleh seorang Masih belum optimalnya kinerja guru
pegawai dalam melaksanakan tugasnya secara teoritis terkait dengan
sesuai dengan tanggung jawab yang kepemimpinan, motivasi dan budaya
diberikan kepadanya. Kinerja merupakan organisasi terhadap kinerja. Selain itu
hasil kerja yang dapat dicapai oleh kinerja guru secara langsung maupun tidak
seseorang atau sekelompok orang dalam langsung ditentukan oleh berbagai
suatu organisasi, sesuai dengan tanggung kebijakan kepala sekolah yang
jawab dan wewenang masing-masing, mempengaruhi kompetensi guru (Veitzal
dalam rangka mencapai tujuan organisasi Rivai, 2011:548). Faktor-faktor tersebut
bersangkutan secara legal, tidak melanggar sifatnya beragam seperti masalah motivasi,
456
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
system kerja dan juga kompetensi. Dalam Peran kepala sekolah menjadi sangat
penelitian ini, dugaan penulis lebih kepada penting dalam mengoptimalkan berbagai
faktor kepemimpinan, kompetensi guru, sumber daya di dalam penyelenggaraan
iklim sekolah dan kinerja guru TK di Kota pendidikan di sekolah, karena kepala
Bandung. sekolah dapat menstimuler, membimbing
mengarahkan dan memotivasi guru-guru
Pendidikan merupakan persoalan utama dalam melaksanakan tugasnya. Untuk
bagi setiap kemajuan dan perkembangan memanamkan perannya ini kepala sekolah
manusia pada khusunya dan bangsa pada harus menunjukkan sikap persuasif dan
umumnya. Kemajuan dalam bidang keteladanan. Sikap persuasif dan
pendidikan akan menentukan kualitas keteladanan inilah yang akan mewarnai
sumber daya manusia dan perkembangan kepemimpinan termasuk di dalamnya
bangsa ke arah yang lebih baik dan maju. pembinaan yang dilakukan oleh kepala
Peningkatan kualitas pendidikan tidaklah sekolah terhadap guru yang ada di sekolah
mudah, melainkan membutuhkan waktu tersebut.
yang panjang dan keterlibatan semua
komponen, diantaranya peran serta kepala Peningkatan kualitas pendidikan akan
kepala sekolah sebagai pemimpin dan guru terkait pula dengan upaya peningkatan
sebagai ujung tombak pendidikan. kompetensi guru. Karena apabila kita lihat
kontribusi logika peningkatan mutu ini,
Peningkatan kemampuan dan wawasan maka akan terjadi keterkaiatan sebagai
para tenaga kependidikan khususnya guru berikut. Upaya mendidik adalah upaya
sangat dipengaruhi oleh atasannya dalam membangun masa depan bangsa yang lebih
hal ini kepala sekolah. Kepala sekolah baik yang memiliki daya saing tinggi di era
menempati posisi utama sebagai pemimpin global nanti, dan upaya ini hanya akan
formal dalam organisasi sekolah yang tercapai bila pendidikan harus senantiasa
memilki berbagai peranan, wewenang dan ditingkatkan sesuai dengan tuntutan
tanggung jawab atas penyelenggaraan pembangunan. Peningkatan kualitas
pendidikan di sekolahnya. pendidikan berawal dari upaya
memperbaiki dan meningkatkan kualitas
Atas dasar data tersebut di atas, masih pembelajaran guru dan anak dalam kelas.
banyak kepala sekolah yang dinilai kurang Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan
kinerjanya. Status ini membuat prihatin apabila guru dapat melakukannya. Dan
berbagai kalangan karena kepala sekolah untuk dapat melakukannya, maka ia harus
merupakan teladan dan panutan bagi guru. memiliki kompetensi yang berkenaan
Jika yang panutannya memberi contoh dengan tugas-tugas pembelajaran. Karena
kurang baik, bagaimana akan terjadi pada pekerjaan guru termasuk pekerjaan
penyelenggaraan pendidikan. Maka dari profesional yang memerlukan persyaratan
itu, kepala sekolah sebagai pengelola tertentu yang dituntut oleh profesi
penyelanggaraan pendidikan di sekolah tersebut.
harus menjadi pendidikan yang profesional Aidin Adlan (2000:32) mengemukakan
yang dibutuhkan oleh seluruh bangsa bahwa dalam menjalankan kewenangan
Indonesia. professionalnya, kompetensi guru dibagi
dalam tiga bagian yaitu: 1) komptensi
457
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
458
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
459
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
rata-rata 3,49 Skor rata-rata tersebut upaya yang dilakukan oleh guru-guru yaitu
sesuai dengan tabel kriteria penafsiran berusaha mengembangkan dirinya dengan
termasuk kategori baik. Namun demikian mengikuti pelatihan, seminar serta mengikuti
jika dilihat dari masing-masing dimensi, musyawarah guru mata pelajaran untuk
khusus dimensi komunikasi dua arah belum meningkatkan kompetensinya /
optimal, karena skor rata-ratanya terendah kemampuannya.
2,64.
3. Iklim Sekolah TK di Kota Bandung
Hal ini dikarenakan kepala sekolah telah
mengerti dan memahami situasi dan kondisi Sesuai dengan hasil penelitian yang
guru TK di Kota Bandung, senantiasa dilakukan diperoleh gambaran iklim sekolah
berusaha menciptakan hubungan atau dengan skor rata-rata 3,94. Skor rata-rata
komunikasi dua arah. Kepala sekolah tersebut sesuai dengan tabel kriteria
senantiasa melakukan pengarahan kepada penafsiran termasuk kategori baik.
guru-guru, melakukan pembinaan dan
mendelegasikan tugas dan wewenang Namun demikian jika dilihat dari masing-
tertentu secara penuh, sehingga bawahan masing dimensi, khususnya dimensi sekolah
dapat membuat keputusan-keputusan memberikan kesejahteraan sesuai dengan
sendiri tentang cara pelaksanaan tugas. aturan belum optimal, karena skor rata-
Perintah yang diberikan oleh kepalasekolah ratanya terendah 4,07.
terlebih dahulu didiskusikan dengan guru,
sehingga guru tahu maksud dan tujuan Hal ini dikarenakan penyelenggara
perintah tersebut. Penghargaan lebih pendidikan beserta pimpinan sekolah
digunakan untuk memotivasi guru daripada senantiasa melakukan koordinasi, serta
ancaman hukuman. mendorong dan menghargai guru untuk
bersikap inovatif dalam melaksanakan
2. Kompetensi Guru TK di Kota Bandung tugasnya, serta mau menerima dan
mempertimbanghkan ide-ide yang datang
Sesuai dengan hasil penelitian yang dari seluruh anggota organisasi untuk
dilakukan diperoleh gambaran kompetensi kemajuan sekolah. Pembagian tugas,
guru dengan skor rata-rata 3,97 Skor rata- wewenang, hak dan kewajiban antara
rata tersebut sesuai dengan tabel kriteria penyelenggara, pengelola, guru, karyawan
penafsiran termasuk kategori baik. dan anak secara tertulis dan terperinci yang
disosialisasikan kepada seluruh warga
Namun demikian jika dilihat dari masing- sekolah, selain itu guru dilibatkan dalam
masing dimensi, khususnya dimensi penyusunan visi, misi, tujuan dan strategi
menguasai hubungan konsep antar mata sekolah untuk meningkatkan kualitas
pelajaran belum optimal karena skor rata- sekolah.
ratanya terendah 3,84.
4. Kinerja Guru TK di Kota Bandung
Hal ini dikarenakan guru senantiasa berusaha
melakukan tindakan dan mengatasi segala Sesuai dengan hasil penelitian yang
tantangan dan hambatan dalam upaya untuk dilakukan diperoleh gambaran iklim sekolah
mencapai tujuan pendidikan, salah satu dengan skor rata-rata 4,41. Skor rata-rata
460
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
Hal ini ditunjukkan oleh kemampuan dan Kepala sekolah dalam melaksanakan
kemauan guru sebagai pengajar, pengabdian kepemimpinannya senantiasa
guru yang tulus, penguasaan dan memahami memperhatikan kematangan guru dalam
materi pelajaran dan metode belajar, memberikan tugas, melakukan komunikasi
menggunakan sumber belajar yang relevan, dan memelihara hubungan antar pribadi
melakukan evaluasi, disiplin dalam mengajar serta meberikan pengarahan, membimbing
dan senantiasa berusaha untuk menjadi dan mengevaluasi setiap hasil kerja guru
panutan anak, berupaya memotivasi anak dan melibatkan guru dalam memecahkan
dan berinteraksi dengan baik, melakukan suatu masalah serta melaksanakan
bimbingan kepada anak terutama anak yang pendelegasian untuk tugas-tugas tertentu
mengalami kesulitan belajar, selalu ingin kepada guru secara penuh termasuk dalam
mengembangkan kemampuan keguruan, pengambilan keputusan.
mampu mengajar dan mengelola kelas, sadar
akan tanggung jawabnya sebagai pengajar, 6. Kompetensi Guru berpengaruh Positif
memberikan kontribusi untuk terhadap Kinerja Guru TK di Kota
mengembangkan sekolah dan tertib Bandung
administrasi pengajaran, walaupun masih
kurang dalam memfasilitasi pengembangan Secara signifikan membuktikan ada
peserta didik dalam mengaktifikasikan pengaruh positif kompetensi guru terhadap
kemampuannya. kinerja guru TK dengan nilai signifikan 0,051
dengan kekuatan pengaruh sebesar 0,318.
5. Kepemimpinan Kepala Sekolah Berdasarkan olah data dengan
berpengaruh Positif Terhadap Kinerja menggunakan analisis jalur (Path Analysis)
Guru TK Kota Bandung diperoleh pengaruh langsung
kepemimpinan kepala sekolah sebesar
Secara signifikan membuktikan ada 10,11%, pengaruh tidak langsung sebesar
pengaruh positif kepemimpinan kepala 10,20% dan total pengaruh sebesar 20,31%.
sekolah terhadap kinerja guru dengan nilai Hal ini mengandung arti bahwa kualitas
signifikan 0,060 dengan kekuatan pengaruh unjuk kerja itu ditentukan oleh kualitas
sebesar 0,324. Berdasarkan olah data penguasaan pengetahuan, sikap dan
dengan menggunakan analisis jalur (Path keterampilan. Semakin tinggi kualitas
Analysis) diperoleh pengaruh langsung penguasaan pengetahuan, sikap dan
kepemimpinan kepala sekolah TK sebesar keterampilan, semakin tinggi pula unjuk
10,50%, pengaruh tidak langsung sebesar kerjanya, begitu pula sebaliknya. Jadi ada
10,30% dan total pengaruh sebesar 20,80%. korelasi positif tinggi antara tingkat
461
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
462
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
463
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
464
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
Oleh :
Dede Supriyanto dan Hasan Rochyadi
(Widyaiswara PPPPTK TK dan PLB Bandung)
ABSTRAK
Paradigma pendidikan inklusi saat ini masih terus berkembang dan beradaptasi menuju sebuah
sistem pendidikan yang ideal untuk diimplementasikan. Konsep pendidikan inklusi sebagai
sebuah pemikiran filosofis mendalam sudah sewajarnya akan terus bertransformasi sesuai
dengan realitas dengan tidak menghilangkan esensi yang mendasari pemikiran tersebut.
Berbagai penelitian dan fakta empiris yang mengungkap manfaat nyata pendidikan inklusi bagi
masyarakat jumlahnya belum cukup memadai untuk mendukung dan menyumbang kontribusi
dalam merasionalisasi perlunya inklusivitas dalam sebuah sistem pendidikan. Tulisan ini
merupakan hasil kajian deskriptif hasil kuesioner elektronik dengan aplikasi google doc dari 20
orang responden yang terdiri dari guru kelas, guru pembimbing khusus (GPK), guru mata
pelajaran, pegawai tata usaha, kepala sekolah, dan anggota tim pengembang pendidikan inklusi
dari 7 provinsi di Indonesia. Kuesioner terdiri dari 10 pertanyaan pilihan dan 2 pertanyaan isian.
Hasil dari kuesioner menunjukkan secara umum tanggapan positif muncul dari siswa reguler
terhadap adanya siswa berkebutuhan khusus di kelas. Adapun kemungkinan nilai-nilai positif
yang muncul di dalam kelas antara lain siswa belajar bertoleransi, berempati dan tolong
menoling, sedangkan kemungkinan nilai negatif yang muncul antara lain Siswa akan melihat
dan meniru perilaku "menyimpang" yang kemungkinan akan dilakukan oleh siswa
berkebutuhan khusus, siswa menjadi suka mengganggu dan mengejek, serta adanya
kecemburuan sosial yang diakibatkan perhatian guru yang lebih besar kepada siswa
berkebutuhan khusus. Penerimaan seluruh siswa dalam implementasi pendidikan yang ramah
merupakan salah satu komponen yang penting, oleh karena itu guru dan seluruh warga sekolah
harus berusaha menciptakan kondisi yang membiasakan siswa hidup dalam keberagaman
sebagai bekal untuk hidup di masyarakat luas yang jauh lebih heterogen.
KATA KUNCI : pendidikan inklusi, kebermaknaan siswa berkebutuhan khusus, respon siswa
465
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
466
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
Tabel 1.1
Antusiasme Siswa Reguler
No. Jawaban Responden Prosentase
1. Antusias 58%
2. Tidak antusias 26%
3. Sangat antusias 16%
Tabel 1.2
Siswa Reguler Mengeluh dengan Keberadaan Siswa Berkebutuhan Khusus
4) Keinginan siswa reguler untuk duduk bersama dengan siswa berkebutuhan khusus di
kelas.
Tabel 1.4
Siswa Reguler Ingin Duduk Bersama dengan Siswa Berkebutuhan Khusus
5) Keinginan siswa reguler untuk bekerja sama dengan siswa berkebutuhan khusus di
kelas.
Tabel 1.5
Siswa reguler ingin bekerja sama dengan siswa berkebutuhan khusus
467
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
6) Keinginan siswa reguler untuk membantu siswa berkebutuhan khusus dalam proses
pembelajaran tertentu.
Tabel 1.6
Siswa Reguler Ingin Membantu Siswa Berkebutuhan Khusus Dalam Proses Pembelajaran
Tertentu
7) Persepsi siswa reguler yang merasa guru lebih memperhatikan siswa berkebutuhan
khusus dibanding kepada mereka
Tabel 1.7
Persepsi Siswa Reguler Yang Merasa Guru Lebih Memperhatikan Siswa Berkebutuhan Khusus
Dibanding Kepada Mereka
468
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
10) Pengalaman positif yang dialami siswa dengan siswa berkebutuhan khusus
Tabel 1.10
Pengalaman Positif Siswa dengan Siswa Berkebutuhan Khusus
No. Jawaban Responden Prosentase
B. Nilai-nilai positif dan negatif yang diperoleh siswa berkenaan dengan keberadaan
siswa berkebutuhan khusus
Adapun dalam pertanyaan uraian diketahui beberapa nilai positif dan negatif
yang menurut responden diperoleh dengan kehadiran siswa berkebutuhan khusus di
kelas. Berikut ini adalah rincian dari data tersebut:
1) Nilai-nilai positif yang diperoleh siswa reguler dengan keberadaan siswa
berkebutuhan khusus.
Tabel 1.11
Nilai-nilai Positif yang diperoleh Siswa dengan Keberadaan Siswa Berkebutuhan Khusus
469
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
470
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
471
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
472
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
Dewanta, Idang .2013. Padang Gelar Staub, D., C. Peck, I. Schwartz, and C.
Seminar Pendidikan Inklusi. Artikel. Gallucci. 1995. Multiple Case Studies
Dimuat di : www.shnews.co. of Friendships at Inclusive Schools.
Diunduh pada 20 Oktober 2013. Unpublished manuscript.
473
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
Oleh :
Nita Harini
(Widyaiswara PPPPTK TK dan PLB Bandung)
ABSTRAK
Kehadiran anak ditengah keluarga merupakan sesutu yang didambakan dan
dinantikan, namun pada kenyataannya tidak semua anak terlahir sesuai dengan apa
yang diinginkan. Ketika apa yang dinantikan bertolak belakang dengan apa yang
diinginkan biasanya dapat menimbulkan ketidakpuasan bahkan tidak sedikit yang
menjadi depresi. Hadirnya anak berkebutuhan khusus, dalam penelitian ini yaitu
anak dengan downsyndrome, ditengah-tengah keluarga dapat menjadi
problematika tersendiri yang tidak bisa dihindarkan. Berdasarkan banyaknya kasus
orang tua yang mengalami kesulitan dalam menghadapi anak downsyndrome, maka
penelitian ini bertujuan untuk membantu orang tua untuk dapat mengenal,
memahami, dan menangani anak mereka sendiri di rumah dengan optimal.
Penelitian ini menerapkan metode intervensi dini berbasis keluarga, dimana
keluarga berperan banyak dalam penanganan anak karena merupakan inti
terpenting dalam pemberian layanan pada anak. Hasil penelitian ini secara
signifikan menunjukkan perubahan tidak hanya pada perkembangan kemampuan
anak tetapi juga pada sikap orang tua terhadap penanganan anak mereka. Orang
tua menjadi lebih terbuka wawasannya tidak hanya dalam pengetahuan tetapi juga
dalam keterampilan penanganan anak dengan downsyndrome.
474
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
475
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
476
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
477
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
Secara umum, penelitian ini dilaksanakan dalam lima tahap, yaitu: 1) tahap identifikasi, 2)
pelaksanaan asesmen, 3) penyusunan program, 4) intervensi, dan 5) pengalihtanganan
478
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
Cara ini diharapkan dapat menjadi satu gizi untuk Nisa dengan memberikan
jalan bagi asesor untuk dapat lebih dekat sayur dan buah secara teratur.
dengan anak sehingga proses asesmen
dapat berjalan dengan baik. Berdasarkan hasil asesmen ini pula, asesor
melakukan analisis terhadap potensi dan
1. Asesmen Keluarga kelemahan pada keluarga. Analisis potensi
Secara rinci, hasil asesmen terhadap digunakan sebagai modal dasar dalam
keluarga, baik dari hasil observasi dan melakukan intervensi, sementara
wawancara adalah sebagai berikut: kelemahan menjadi patokan aspek apa yang
perlu diintervensi. Adapun potensi yang
1. Keseharian dan kualitas hubungan dimiliki keluarga ini antara lain:
keluarga
Hubungan antar keluarga cukup dekat • ayah memiliki semangat yang tinggi
satu sama lain. Dalam kesehariannya, untuk pengasuhan Nisa didalam
keluarga ini merupakan keluarga yang rumah, selalu memiliki pandangan
humoris, senang bercanda dan hangat. positif dan tidak mudah menyerah,
Keluarga ini sering berkumpul dan khususnya dalam perkembangan
berkegiatan bersama di dalam rumah, Nisa, mau mengerahkan segala
seperti karokean, makan bersamadi upaya demi kebaikan Nisa, dan
rumah, dan lain-lain. sudah memiliki rasa percaya diri
(confidencce) yang baik.
2. Peran keluarga dalam pengasuhan anak • Ibu sudah mampu menerima
Ibu memiliki peran yang utama dalam kondisi Nisa, meski dengan
mengasuh nisa, namun masih banyak berbagai kekhawatiran yang masih
waktunya yang tersita untukmengurusi sering dirasakan, kemampuan
rumah tangga, sehingga peran sosialisasinya bagus, dan memiliki
pengasuhan anak juga dipegangoleh kepribadian yang terbuka
kakak. Sementara itu, ayah lebih
• Kakak sudah mampu menerima
berperan sebagai pencari nafkah untuk
kondisi Nisa, sangat menyayangi
mencukupi kebutuhan keluarga, namun
dan ikut serta dalam pengasuhan
seringkali ayah juga berperan sebagai
Nisa.
motivator dan pengambil keputusan,
khususnya bagi ibu.
2. Asesmen Anak
3. Kesehatan dan perlindungan keluarga
Berdasarkan hasil asesmen tersebut, asesor
Ayah dan ibu sangat memperhatikan
menganalisis potensi dan kelemahan yang
kesehatan anak dan perlindungan
ada pada anak, serta menentukan skala
terhadap keluarga. Ibu dan ayah selalu
prioritas pada aspek yang akan diintervensi.
mengupayakan layanan kesehatan
Penentuan skala prioritas ini juga
terbaik bagi Nisa, misalnya dengan
didiskusikan dengan orangtua, sebagai
membawanya secara berkala ke dokter
pihak yang lebih memahami anak dan
anak yang memang menangani Nisa
nantinya akan melaksanakan program
sejak kecil sehingga sudah mengetahui
interveni bagi anak. Berdasarkan analisis
kondisi Nisa. Dalam masalah gizi, ibu
dan diskusi dengan orangtua, maka diambil
sudah sangat memperhatikan asupan
479
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
prioritas untuk intervensi yang dirasakan anak berdasarkan hasil asesmen dapat
penting untuk saat ini adalah aspek motorik dilihat di bawah ini:
dan bahasa. Untuk lebih jelasnya, profil
480
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
481
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
482
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
Program intervensi yang telah disusun bersama-sama dengan orangtua adalah sebagai berikut:
MOTORIK HALUS
Kebutuhan Kondisi Anak Target KegiatanBahan dan
alat
Dapat • Mampu memasukkan • Mampu meronce • Meron • Manik-
memakai dan balok pada pasaknya dengan manik-manik ce manik
melepaskan • Mampu mencoret bentuk yang lebih kecil • Mengg • Buku
baju lingkaran tak beraturan • Mencoret garis ambar gambar/pa
berkancing • Mampu menyusun vertikal dan • Menyu pan
menara dari 4 kubus horizontal sun gambar
• Menyusun menara balok • Balok-balok
dari delapan kubus
MOTORIK KASAR
Kebutuhan Kondisi Anak Target Kegiatan
Bahan dan
alat
Mampu • Mampu jalan lurus • Anak mampu jalan • Permainan • Bola
melakukan ke depan mundur ular-ularan • Keranjang/
mobilitas • Mampu • Anak mampu melompat • Kereta api kardus
dengan mengangkat kedua dengan dua kaki • Permainan •
ataupun tanpa tumit bersamaan • Anak mampu berjalan lempar-
rintangan • Mampu melempar melewati rintangan tangkap
dengan baik &menendang bola • Anak mampu melempar bola
dalam secara tak dan menendang bola
aktivitas beraturan pada sasaran
kehidupan
sehari-hari
BAHASA
483
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
485
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
486
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
487
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
inovasi yang lebih variatif dalam melakukan Kegiatan yang dilakukan dalam
berbagai aktifitas lain, misalnya untuk pengembangan aspek motorik halus adalah
kegiatan melompat, ayah memasang karet memilah biji-bijian, menyusun balok,
di rumah untuk mendorong anak agar mau mencoret dengan pensil, merobek kertas,
melompat. Kegiatan ini dilakukan diluar memasukan balok pada batang, serta
program yang sudah disusun bersama, dan menjahit di papan jahit. Hal ini dilakukan
diluar pengamatan pelaksana intervensi. untuk mengingkatkan konsentrasi anak,
Hal ini menunjukkan adanya inisiatif dan koordinasi mata-tangan, dan mengontrol
kemandirian pada orangtua untuk gerakan anak.
melakukan intervensi di rumah.
Kegiatan yang dilakukan dalam
Ayah juga membuat beberapa mainan pengembangan aspek bahasa adalah
edukatif untuk membantu anak dalam bermain peran (dengan menggunakan
melakukan berbagai tugas, misalnya papan berbagai media, seperti boneka, sarung
jahit yang terbuat dari tripleks, balok-balok tangan yang diberi gambar wajah pada
yang terbuat dari kayu, dan kartu-kartu setiap jari, dll), menceritakan buku
gambar. Ini menunjukkan kreatifitas bergambar, serta bermain kartu gambar
orangtua dalam menghasilkan ide dan yang berisi kosakata binatang. Hal ini
produk berbagai alat bantu untuk dilakukan untuk menambah kosakata anak,
mendorong Nisa dalam belajar. Ini melatih anak untuk mengucapkan bunyi
merupakan pencapaian yang luar biasa bagi kata sederhana, dan menstimulasi anak
keluarga tersebut. untuk dapat mengeluarkan suara dalam
bentuk kata.
2. Perkembangan Anak
Hasil asesmen yang telahdilakukan Prosedur yang digunakan pertama-tama
dianalisis lebih jauh untuk menentukan adalah dengan memberikan bantuan
prioritas dalam penyusunan program penuh, kemudian memberikan sedikit
intervensi. Aspek perkembangan yang bantuan, dan jika anak sudah bisa, dapat
diambil sebagai prioritas dalam pelaksanaan mendorong anak untuk melakukan secara
intervensi dini adalah aspek motorik kasar, mandiri. Seluruh kegiatan tersebut
motorik halus, dan aspek bahasa. dilakukan dalam tiga tahap, yaitu modeling,
pengalihtanganan dan intervensi secara
Kegiatan yang dilakukan dalam mandiri oleh orangtua.
pengembangan aspek motorik kasar antara
lain lempar tangkap bola, bermain bola Pada tahap modeling, pelaksana intervensi
basket (memasukan bola ke dalam melakukan intervensi kepada anak,
keranjang), bermain ular-ularan (belajar sementara orangtua memperhatikan proses
jalan maju dan mundur), senam irama intervensi tersebut. Pada tahap
(dengan berbagai posisi dan gerakan), dan pengalihtanganan, orangtua mulai terlibat
naik turun tangga. Hal ini dilakukan untuk dalam proses intervensi, dan pelaksana
meningkatkan keseimbangan, kekuatan intervensi memberikan kesempatan bagi
gerak, keakuratan gerak, koordinasi mata- orangtua untuk dapat berperan lebih aktif
tangan, dan variasi gerakan. daripada pelaksana intervensi sendiri. Pada
tahap terakhir, orangtua melakukan
intervensi terhadap anak secara mandiri,
488
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
dan pelaksana intervensi memberikan dilihat dari kontak anak dengan ibu
kebebasan bagi orangtua untuk saat ini yang lebih sering karena ibu
mengembangkan kreatifitas dan inovasiya betul-betul membimbing anakdalam
dalam berbagai variasi kegiatan yang setiap aktivitas bermain, sementara
dilakukan. dulu ibu lebih sering membiarkan
anakmain sendiri.
Melalui proses intervensi sedemikian rupa,
dalam jangka waktu kurang lebih 3 bulan,
terdapat perkembangan yang cukup positif KESIMPULAN DAN SARAN
terlihat pada anak, yaitu: A. Kesimpulan
1) Dalam aspek motorik kasar: anak Penanganan anak bagi anak dengan
dapat melompat meski masih dengan kebutuhan khusus merupakan tindakan
satu kaki, dapat mengikuti beberapa penting yang harus dilakukan dalam
gerakan dalam senam irama dengan mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh
tepat (seperti merentangkan tangan, anak. Penelitian dan berbagai literatur
mengangkat tangan, jongkok-berdiri, terkini menunjukan bahwa Intervensi Dini
dan jalan di tempat), serta dapat naik- Berbasis Keluarga merupakan layanan yang
turun tangga meski masih perlu paling sesuai dan dianggap paling dapat
bantuan. mengembangkan potensi yang dimiliki oleh
2) Dalam aspek motorik halus: anak anak dan juga pemahaman serta
dapat menyusun hingga 6 balok, keterampilan pada orang tua juga.
dapat memasukan tali pada papan
jahit, dapat memilah biji dengan dua Berdasarkan hasil IDBK yang telah dilakukan
jari (ibu jari dan telunjuk), dapat oleh kelompok, kami merasakan kepuasan
memasukan potongan puzle, meski tersendiri ketika dapat membantu satu
harus dibantu, serta menggambar keluarga dengan anak downsindrome.
lingkaran. Selama melakukan proses IDBK, walaupun
3) Dalam aspek bahasa: anak dapat dengan jangka waktu yang terbatas, kami
menyebutkan dua suku kata, yaitu dapat melihat perkembangan yang
“dua” dengan melakukan hitungan signifikan terutama pada keluarga.
terhadap suatu benda.
4) Perubahan perilaku anak yang lebih Kemajuan yang kami lihat dan rasakan
terbuka pada pelaksana intervensi, terutama dari pemahaman orang tua
dan terlihat lebih ceria saat bermain terhadap anak dengan downsindrom dan
bersama pelaksana intervensi, ayah, juga keterampilan orang tua dalam
ibu dan kaka. Hal ini terlihat dari menangani anak mereka sendiri di rumah,
ekspresi anak yang riang. bahkan yang membuat kami kagum adalah
5) Terlihat perbedaan hubungan bapak dari anak downsindrom ini sampai
kedekatan yang cukup jauh dari hasil membuat sendiri alat-alat permainan
observasi di awal kunjungan dengan edukatifnya sendiri, seperti papan jahit,
akhir proses intervensi. Nampak balok-balok, dan lain-lain.
terjalin kedekatan yang lebih intens
antara ibu dan anak. Hal ini dapat
489
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
Hal ini membuktikan bahwa orang tua Heward, William (1979). Working with
memang sudah memiliki kesadaran dalam Parent with Handicapped Children. US:
penanganan anak mereka dengan serius. Merril.
Selain dari perkembangan pemahaman dan
keterampilan orang tua, kami juga melihat Lassenberry & Rehfeldt. ( 2004). Mediation
beberapa perkembangan pada anak, of Parent Stress Through Parent
walaupun belum maksimal, namun sangat Attribution and Self-efficacy:
berarti bagi kami. Contoh perkembangan Implications for the Parents of
anak yang sangat menggembirakan antara Children with Autism Spectrum
lain, anak sudah dapat menggabungkan dua Disorders. USA: University of
suku kata menjada satu kata dan anak Kentucky
sudah mulai mampu berjalan melalui Zaenal Alimin. (tanpa tahun). Dampak dari
rintangan tanpa bantuan. Ketunagrahitaan. Bandung: Prodi
PKKh SPS UPI.
B. Saran
Kepada tim yang akan melakukan intervensi
dini berbasis keluarga, hendaknya
memposisikan diri secara sejajar dengan
pihak keluarga dan menjadi satu tim yang
solid bersama keluarga. Proses pendekatan
dengan pihak keluarga merupakan poin
utama, sehingga penciptaan kesan pertama
yang baik bagi keluarga sangatlah penting.
DAFTAR RUJUKAN
490
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
1. Artikel yang ditulis untuk INKLUSI meliputi hasil telaah (hanya atas undangan) dan
hasil penelitian di bidang pendidikan. Naskah diketik dengan Microsoft Word, huruf
Times New Roman, program ukuran 12 pts, dengan spasi ganda, dicetak pada kertas
A4 dengan panjang maksimum 15 halaman, dan diserahkan dalam bentuk print-out
sebanyak 3 eksemplar beserta soft-copy-nya. Pengiriman naskah juga dapat dilakukan
sebagai attachment e-mail ke alamat: haryono_eko76@yahoo.com
2. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris. Sistematika artikel hasil penelitian
adalah judul, nama penulis, abstrak disertai kata kunci, pendahuluan, metode, hasil
dan pembahasan, simpulan serta daftar rujukan.
3. Judul artikel dalam bahasa Indonesia tidak boleh lebih dari 14 kata, sedangkan judul
dalam bahasa Inggris tidak boleh lebih dari 12 kata. Judul dicetak dalam huruf kapital
di tengah-tengah, dengan ukuran huruf 14 poin.
4. Nama penulis artikel dicantumkan tanpa gelar akademik, disertai lembaga asal, dan
ditetapkan di bawah judul artikel. Dalam hal naskah ditulis oleh tim, penyunting hanya
berhubungan dengan penulis utama atau penulis yang namanya tercantum pada
urutan pertama. Penulis utama harus mencantumkan alamat korespondensi atau e-
mail.
5. Abstrak dan kata kunci ditulis dalam dua bahasa (Indonesia dan Inggris). Panjang
masing-masing abstrak 75-100 kata, sedangkan jumlah kata kunci 3-5 kata. Abstrak
minimal berisi judul, tujuan, metode, dan hasil penelitian.
6. Bagian pendahuluan berisi latar belakang, konteks penelitian, hasil kajian pustaka, dan
tujuan penelitian. Seluruh bagian pendahuluan dipaparkan secara terintegrasi dalam
bentuk paragraf-paragraf, dengan panjang 15-20% dari total panjang artikel.
7. Bagian metode berisi paparan dalam bentuk paragraf tentang rencana penelitian,
sumber data, teknik pengumpulan data, dan analisis data yang secara nyata dilakukan
peneliti, dengan panjang 10-15% dari total panjang artikel.
8. Bagian hasil penelitian berisi paparan hasil analisis yang berkaitan dengan
pertanyaan penelitian. Setiap hasil penelitian harus dibahas. Pembahasan berisi
pemaknaan hasil dan pembandingan dengan teori dan/atau hasil penelitian sejenis.
Panjang paparan hasil dan pembahasan 40-60% dari panjang artikel.
9. Bagian simpulan berisi temuan penelitian yang berupa jawaban atas pertanyaan
penelitian atau berupa intisari hasil pembahasan. Simpulan disajikan dalam bentuk
paragraf.
10. Daftar rujukan hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk, dan semua sumber yang
dirujuk harus tercantum dalam daftar rujukan. Sumber rujukan minimal 80% berupa
pustaka terbitan 10 tahun terahir. Rujukan yang digunakan adalah sumber-sumber
primer yang berupa artikel-artikel penelitian dalam jurnal atau laporan penelitian
(termasuk skripsi, tesis, disertasi). Artikel yang dimuat di Jurnal Inklusi disarankan
untuk digunakan sebagai rujukan.
464
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
11. Perujukan dan pengutipan menggunakan teknik rujukan berkurung (nama akhir,
tahun). Pencantuman sumber pada kutipan langsung hendaknya disertai keterangan
tentang nomor halaman tempat asal kutipan. Contoh : (Davis,2003: 47).
12. Daftar rujukan disusun dengan tata cara seperti contoh berikut ini dan diurutkan
secara alfabetis dan kronologis.
Buku:
Anderson, D.W.;Vault V.D.;&Dickson,C.E.1999. Problem and Prospects for the Decades
Aheand: Competency Based Teacher Education. McCutchan Publishing Co.
Buku kumpulan artikel:
Saukah, A.& Waseso, M.G(Eds.). 2002. Menulis Artikel untuk Jurnal Ilmiah (Edisi ke-4,
cetakan ke-1). Malang: UM Press.
Artikel dalam buku kumpulan artikel:
Russel, T.1998. An Alternative Conception: Representing Representation. Dalam
P.J.Black & A. Lucas (Eds.) Children’s Informal Ideas in Science (hlm.62-84).
London: Routledge.
Artikel dalam jurnal atau majalah:
Kansil, C.L.2002, Orientasi Baru Penyelenggaraan Pendidikan Program Profesional
dalam Memenuhi Kebutuhan Dunia Industri. Transfor,XX (4): 57-61.
Artikel dalam Koran:
Pitunov, B. 13 Desember, 2002. Sekolah Unggulan ataukah sekolah pengunggulan?
Majapahit Pos, hlm. 4 & 11.
Tulisan/berita dalam Koran (tanpa nama pengarang):
Jawa Pos. 22 April, 1995. Wanita Kelas Bawah Lebih Mandiri,hlm. 3.
Dokumen resmi:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1978. Pedoman Penulisan Laporan
Penelitian. Jakarta: Depdikbud. Undangan-undangan Republik Indonesia Nomor 2
tentang Sistem pendidikan Nasional. 1990. Jakarta: PT Armas Duta Jaya.
Buku terjemahan:
Ary,D.;Jacobs,L.C.; & Razavieh,A. 1976. Pengantar Penelitian. Terjemahan oleh Arief
Furchan. 1982. Surabaya: Usaha Nasional.
Skripsi, tesis, disertasi, laporan penelitian:
Koncoro, T. 1996. Pengembangan Kurikulum Pelatihan Magang di STM Nasional
Malang Jurusan Bangunan.Program Studi Bangunan Gedung: Suatui Studi
berdasarkan Kebutuhan Dunia Usaha Jasa Konstruksi. Tesis tidak diterbitkan.
Malang: PPS IKIP MALANG.
Makalah seminar , lokakarya, penataran:
Waseso, M.G. 2001 Isi dan Format Jurnal Ilmiah. Makalah disajikan dalam Seminar
Lokakarya Penulisan Artikel dan Pengolahan Jurnal Ilmiah, Universitas
Lambungmangkurat, Banjarmasin, 9-11 Agustus.
465
Jurnal INKLUSI PPPPTK TK dan PLB Bandung 2014
Kumaidi. 1998. Pengukuran Bekal Awal Belajar dan Pengembangan Tesnya. Jurnal Ilmu
Pendidikan. (Online), Jilid 5, No. 4, (http://www.malang.ac.id, diakses 20 Januari
2000).
Internet (bahan diskusi):
Wilson, D. 20 November 1995. Summary of Citining Internet Sites. NETTRAIN
Discussion List,(Online), (NETTRAIN@ubvm.cc.buffalo.edu, diakses 22 November
1995).
Internet (e-mail pribadi):
Naga, d.s (ikip-jkt@indo.net.id). 1 Oktober 1997. Artikel untuk JIP. E-mail kepada ali
saukah (jippsi@mlg.ywcn.or.id).
13. Tata cara penyajian kutipan, tabel, dan gambar mengikuti ketentuan dalam Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah atau mencontoh langsung tata cara yang digunakan dalam
artikel yang telah dimuat. Artikel berbahasa Indonesia menggunakan Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan istilah-istilah yang dibakukan oleh
Pusat Bahasa.
14. Semua naskah ditelaah secara anonim oleh mitra bestari (review) yang ditujukan oleh
penyunting menurut bidang kepakarannya. Penulis artikel diberi kesempatan untuk
melakukan perbaikan (revisi) naskah atas dasar rekomendasi/saran dari mitra bestari
atau penyunting. Kepastian pemuatan atau penolakan naskah akan diberitahukan
secara tertulis.
15. Segala sesuatu yang menyangkut perizinan penyuntingan atau penggunaan software
komputer untuk pembuatan naskah atau ihwal lain yang terkait dengan HAKI yang
dilakukan oleh penulis artikel, berikut konsekuensi hukum yang mungkin timbul
karenanya, menjadi tanggung jawab penuh penulis artilkel.
466