Anda di halaman 1dari 133

BUKU TUGAS AKHIR (612502A)

PROTOTYPE ALAT PROTEKSI DAN PENDETEKSI


JENIS GANGGUAN TEGANGAN PADA SHORE
CONNECTION TERMINAL TELUK LAMONG

HAVID FEBRI MUTAQIN


NRP. 0418040011

DOSEN PEMBIMBING
ANNAS SINGGIH SETIYOKO, S.T., M.T.
II MUNADHIF, S.ST., MT.

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK KELISTRIKAN KAPAL


JURUSAN TEKNIK KELISTRIKAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
SURABAYA
2022
HALAMAN JUDUL

BUKU TUGAS AKHIR (612502A)

PROTOTYPE ALAT PROTEKSI DAN PENDETEKSI


JENIS GANGGUAN TEGANGAN PADA SHORE
CONNECTION TERMINAL TELUK LAMONG

HAVID FEBRI MUTAQIN


NRP. 0418040011

DOSEN PEMBIMBING
ANNAS SINGGIH SETIYOKO, S.T., M.T.
II MUNADHIF, S.ST., MT.

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK KELISTRIKAN KAPAL


JURUSAN TEKNIK KELISTRIKAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
SURABAYA
2022

i
(Halaman Ini Sengaja Dikosongkan)

ii
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
PROTOTYPE ALAT PROTEKSI DAN PENDETEKSI JENIS GANGGUAN
TEGANGAN PADA SHORE CONNECTION TERMINAL TELUK
LAMONG

Disusun Oleh:
Nama: Havid Febri Mutaqin
NRP: 0418040011

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan


Program Studi D4 Teknik Kelistrikan Kapal
Jurusan Teknik Kelistrikan Kapal
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

Disetujui oleh Tim penguji Tugas Akhir Tanggal Ujian : 1 Juli 2022
Periode Wisuda : September 2022

Menyetujui,

Dosen Penguji NIDN Tanda Tangan

1. Ii Munadhif, S.ST., M.T. (0010079102) (…………..………)


2. Ir. Joessianto Eko Poetro, M.T. (0019116403) (………………..…)

3. Dimas Pristovani R., S.ST., M.T. (……….) (………….….……)

Dosen Pembimbing NIDN Tanda Tangan

1. Annas Singgih Setiyoko, ST., M.T. (0013067104) (…………...………)


2. Ii Munadhif, S.ST., M.T. (0019116403) (……………...……)

Menyetujui Mengetahui
Ketua Jurusan, Koordinator Program Studi,

Hendro Agus Widodo, S.ST., M.T. Dr. Yuning Widiarti, S.T., M.T.
NIP. 196907131995011001 NIP. 198005162006042001

iii
(Halaman Ini Sengaja Dikosongkan)

iv
No. : F.WD I. 021
Date : 3 Nopember 2015
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT Rev. : 01
Page : 1 dari 1

Yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : Havid Febri Mutaqin


NRP. : 0418040011
Jurusan/Prodi : Teknik Kelistrikan Kapal / D4 – Teknik Kelistrikan
Kapal

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa :


Tugas Akhir yang akan saya kerjakan dengan judul :
PROTOTYPE ALAT PROTEKSI DAN PENDETEKSI JENIS GANGGUAN
TEGANGAN PADA SHORE CONNECTION TERMINAL TELUK LAMONG
Adalah benar karya saya sendiri dan bukan plagiat dari karya orang lain.
Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah tersebut,
maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan yang berlaku.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan penuh tanggung jawab.

Surabaya, 30 Juni 2022


Yang Membuat Pernyataan,

(Havid Febri Mutaqin)


NRP. 0418040011

v
(Halaman Ini Sengaja Dikosongkan)

vi
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah SWT yang berkat limpahan rahmat, karunia, serta
hidayah-Nya, sehingga penulis diberi untuk menyelesaikan tugas akhir dengan
judul “Prototype Alat Proteksi Dan Pendeteksi Jenis Gangguan Tegangan Pada
Shore Connection Terminal Teluk Lamong”. Tugas akhir ini ditulis untuk
memenuhi syarat untuk menyelesaikan perkuliahan Program studi D4 Teknik
Kelistrikan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya. Keberhasilan Penulis
tidak lepas dari peran berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima
kasih yang sebesar-sebesarnya kepada:

1. Kedua orang tua dan keluarga, Yang senantiasa memberikan do’a dan
dukungannya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini
dengan baik.
2. Bapak Watoni (Alumni Prodi Teknik Kelistrikan Kapal) dan Bapak Ja’far
Ubaidillah (Alumni Prodi Teknik Otomasi) atas waktu, ilmu, dan
kesempatan sehingga tugas akhir ini dapat terwujud.
3. Rekan-rekan Prodi D4 Teknik Kelistrikan Kapal Angkatan 2016, 2017 &
2018 atas berbagai dukungan yang diberikan selama empat tahun ini.
4. Bapak Ir. Eko Julianto, M.Sc., FRINA selaku Direktur Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya.
5. Bapak Hendro Agus Widodo, S.ST., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik
Kelistrikan Kapal.
6. Ibu Dr. Yuning Widiarti, S.T., M.T. selaku Koordinator Progam Studi
Teknik Kelistrikan Kapal.
7. Bapak Annas Singgih Setiyoko, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing 1,
atas waktu, ilmu, bimbingan, dan dukungannya selama proses pengerjaan
tugas akhir ini.

vii
8. Bapak Ii Munadhif, S.ST., M.T., selaku dosen pembimbing 2, atas waktu,
ilmu, bimbingan, dan dukungannya selama proses pengerjaan tugas akhir
ini.
9. Dan semua pihak, yang tak dapat Penulis sebutkan satu persatu, atas bantuan
dan dukungannya sehingga tugas akhir ini dapat selesai.

Penulis menyadari dengan sepenuh keterbukaan bahwa tugas akhir ini masih
memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik, masukan, dan saran yang
membangun akan selalu diiharapkan oleh penulis sebagai pertimbangan untuk
penelitian yang akan datang. Akhir kata, semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat
bagi kemaslahatan.

Surabaya, 30 Juni 2022

Penulis

viii
PROTOTYPE ALAT PROTEKSI DAN PENDETEKSI JENIS
GANGGUAN TEGANGAN PADA SHORE CONNECTION
TERMINAL TELUK LAMONG

Havid Febri Mutaqin

ABSTRAK

Pada dunia transportasi laut, energi listrik menjadi aspek utama, tidak sedikit
peralatan pada kapal yang menggunakan energi listrik, sehingga kapal perlu
mempunyai pembangkit sendiri, ini menimbulkan masalah primer yaitu polusi
emisi, maka Shore Connection diciptakan untuk mengatasi masalah tersebut.
Problematika sekunder dari penciptaan Shore Connection ini ada pada masalah
teknis, instalasi dan keamanan juga kualitas daya harus diperhatikan, kualitas daya
berbanding lurus dengan kualitas tegangan. Pada penelitian ini mengangkat tentang
pengaplikasian monitoring kualitas daya, proteksi over dan Under voltage, proteksi
gagal fasa, dan proteksi dari kegagalan grounding pada Shore Connection. Kualitas
daya dimonitor dengan menggunakan metode fuzzy sugeno sehingga didapatkan
monitor daya sesuai rule IEEE yaitu : short duration rms variation—yang meliputi
sag,swell, dan interruption Voltage—dan long duration rms variation—yang
meliputi sustained-interuption, Undervoltage, dan overvoltage. Metode kontrol
dilakukan dengan relai yang mentrigger UVT dan mengamankan jaringan dari
gangguan. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah, relai dapat
mengamankan Shore Connection dari gangguan Undervoltage dengan nilai
tengangan 22-198 V, overvoltage dengan nilai tegangan lebih dari 242V, juga
berhasil mengamankan dari kebocoran pembumian dengan nilai arus 10% ICT yaitu
40A dengan rata rata durasi waktu trip 0,465s, juga dapat mengamankan phase
failure satu fasa atau pun dua fasa.

ix
(Halaman Ini Sengaja Dikosongkan)

x
PROTOTYPE ALAT PROTEKSI DAN PENDETEKSI JENIS
GANGGUAN TEGANGAN PADA SHORE CONNECTION
TERMINAL TELUK LAMONG

Havid Febri Mutaqin

ABSTRACT

In the world of marine transportation, electrical energi is the main aspect, not a
few equipment on ships that use electrical energi, so ships need to have their own
generators. The ship generation sistem causes a primary problem, namely emission
pollution, so a Shore Connection was created to overcome this problem. The
secondary problems of creating a Shore Connection are technical, installation and
security issues as well as power quality which must be considered, power quality is
directly proportional to Voltage quality. This research discusses the application of
power quality monitoring, over and Under voltage protection, phase failure
protection, and protection from grounding failure on Shore Connection. Power
quality is monitored using the fuzzy sugeno method so that a power monitor is
obtained according to IEEE rules, namely: short duration rms variation—which
includes sag, swell, and interruption Voltage—and long duration rms variation—
which includes sustained-interruption, Under voltage, and over voltage. The
kontrol method is carried out with a relay that triggers UVT and secures the
network from interference. The results obtained from this study are, the relay can
secure the Shore Connection from Under voltage interference with a Voltage value
of 22-198 V, over voltage with a Voltage value of more than 242V, also successfully
secures from earth leakage with a current value of 10% ICT which is 40A with an
average duration trip time of 0.465s, can also secure single-phase or two-phase
phase failure.

xi
(Halaman Ini Sengaja Dikosongkan)

xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ...................................................................... v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
ABSTRACT ............................................................................................................. xi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvii
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 4
1.4 Manfaat Tugas Akhir................................................................................ 4
1.5 Batasan Masalah ....................................................................................... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 7
2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................................. 7
2.2 Daya.......................................................................................................... 8
2.3 Tegangan AC .......................................................................................... 10
2.4 Nilai Per Unit.......................................................................................... 16
2.5 Dasar Proteksi Tenaga Listrik ................................................................ 17
2.6 Arus ........................................................................................................ 19
2.7 Fuzzy Logic............................................................................................. 19
2.8 Database ................................................................................................. 27
2.9 Shore connection .................................................................................... 28
2.10 Arduino uno ............................................................................................ 33
2.11 Real time clock (RTC) ............................................................................ 34
2.12 Sensor Daya PZEM ................................................................................ 35
2.13 Current Transformer (CT) ..................................................................... 35
2.14 Relay ....................................................................................................... 36
2.15 Phase Failure Relay (PFR) .................................................................... 37
2.16 Ground Fault Relay ................................................................................ 37

xiii
2.17 Over voltage Relay.................................................................................. 38
2.18 Under voltage Relay ............................................................................... 39
2.19 Buzzer...................................................................................................... 39
2.20 Perhitungan Error .................................................................................. 39
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ................................................................ 41
3.1 Alur Penelitian ........................................................................................ 41
3.2 Tahap Identifikasi ................................................................................... 42
3.3 Analisis kebutuhan Sistem ...................................................................... 43
3.4 Desain dan Perancangan Sistem ............................................................. 44
3.5 Perancangan Hardware........................................................................... 46
3.6 Perancangan Software ............................................................................. 57
3.7 Perancangan dan Pembuatan Mekanik ................................................... 65
3.8 Integrasi Sistem....................................................................................... 66
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 69
4.1. Model Pengujian ..................................................................................... 69
4.2. Pengujian Parsial ..................................................................................... 69
4.3. Pengujian Integrasi ................................................................................. 88
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 95
5.1. Kesimpulan ............................................................................................. 95
5.2. Saran ....................................................................................................... 96
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 97
LAMPIRAN .......................................................................................................... 99
Lampiran 1 Program Database berbasis WEB ................................................ 99
Lampiran 2 Program Arduino ....................................................................... 101
Lampiran 3 Biodata Penulis .......................................................................... 110

xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Tabel Toleransi Beberapa Peralatan Elektronik..................................... 2
Tabel 2. 1. Kondisi Gangguan Tegangan .............................................................. 12
Tabel 2. 2. Spesifikasi Arduino UNO ................................................................... 34
Tabel 3. 1.Daftar Kebutuhan Komponen .............................................................. 44
Tabel 3. 2 Tabel Pin Out pada Mikrokontroler ..................................................... 67
Tabel 4. 1. Hasil Pengujian PSU ........................................................................... 70
Tabel 4. 2. Pengujian PZEM Line R ..................................................................... 71
Tabel 4. 3. Pengujian PZEM Line S...................................................................... 71
Tabel 4. 4. Pengujian PZEM Line T ..................................................................... 72
Tabel 4. 5. Pengujian Sensor SCT013 .................................................................. 73
Tabel 4. 6. Tabel Perhitungan ADC Burden ......................................................... 74
Tabel 4. 7. Pengujian Relay Modul 4 Channel ..................................................... 76
Tabel 4. 8. Pengujian Buzzer ................................................................................. 77
Tabel 4. 9. Pengujian UVT ................................................................................... 79
Tabel 4. 10. Pengujian Relay – PZEM Sag/Under voltage ................................... 83
Tabel 4. 11. Pengujian Relay – PZEM Swell/Overvoltage ................................... 84
Tabel 4. 12. Pengujian Relay – SCT013 ............................................................... 85
Tabel 4. 13. Pengujian Fuzzy ................................................................................ 86
Tabel 4. 14. Perbandingan Fuzzy .......................................................................... 88
Tabel 4. 15. Pengujian Over & Under Voltage ..................................................... 89
Tabel 4. 16. Pengujian Ground Failure ................................................................ 90
Tabel 4. 17. Pengujian Phase Failure ................................................................... 92
Tabel 4. 18. Pengujian Database .......................................................................... 93
Tabel 4. 19. Pengujian Integrasi ............................................................................ 94

xv
(Halaman Ini Sengaja Dikosongkan)

xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Gelombang Sinus Murni .................................................................. 10
Gambar 2. 2 Gelombang Sinus 3 Fasa .................................................................. 11
Gambar 2. 3 Gelombang Sinus 1 Fasa .................................................................. 12
Gambar 2. 4 Gelombang Tegangan Sag (Syahrin, 2020) ..................................... 13
Gambar 2. 5 Gelombang Tegangan Swell (Syahrin, 2020) ................................... 14
Gambar 2. 6 Gelombang Voltage Interruption (Syahrin, 2020) ........................... 14
Gambar 2. 7 Gelombang Sustined-Interruption (Syahrin, 2020) .......................... 15
Gambar 2. 8 Gelombang Over Voltage (Syahrin, 2020) ....................................... 15
Gambar 2. 9 Gelombang Under Voltage (Syahrin, 2020) .................................... 16
Gambar 2. 10 Representasi Kurva Segitiga (Syahrin, 2020) ................................ 21
Gambar 2. 11 Representasi Kurva Trapesium (Syahrin, 2020) ............................ 22
Gambar 2. 12 Fungsi Keanggotaan Kendaraan (Syahrin, 2020) .......................... 23
Gambar 2. 13 Fungsi Keanggotaan Umur (Syahrin, 2020) .................................. 24
Gambar 2. 14 Tahapan Fuzzy Logic ...................................................................... 25
Gambar 2. 15 Standar Sistem Sambungan Daya Tegangan Rendah (IEC PAS
80005-3 dalam Yankumara, 2021) ........................................................................ 29
Gambar 2. 19 SLD Shore Connection................................................................... 32
Gambar 2. 20 Layout Shore Connection ............................................................... 33
Gambar 2. 21 Arduino UNO (Manual, 2021) ....................................................... 33
Gambar 2. 22 Real Time Clock (Module, 2010) ................................................... 35
Gambar 2. 23 Sensor PZEM 004T (Permadi, 2021) ............................................. 35
Gambar 2. 24 Current Transformer ...................................................................... 36
Gambar 2. 25 Relay (FEC, 2019) .......................................................................... 37
Gambar 2. 26 Buzzer (se.com) .............................................................................. 39
Gambar 3. 1 Flowchart Penelitian ........................................................................ 41
Gambar 3. 2 Diagram Blok Sistem ....................................................................... 45
Gambar 3. 3 Diagram Blok Sistem Kontrol .......................................................... 46
Gambar 3. 5 Pemodelan Interruption dan S-Interruption..................................... 48
Gambar 3. 6 Pemodelan Undervoltage dan Sag Voltage ...................................... 48
Gambar 3. 7 Pemodelan Overvoltage dan Swell Voltage ..................................... 49

xvii
Gambar 3. 8 Wiring PSU ....................................................................................... 49
Gambar 3. 9 Wiring PZEM ................................................................................... 50
Gambar 3. 10 Wiring SCT013 ............................................................................... 51
Gambar 3. 11 Rangkaian Bantu SCT .................................................................... 51
Gambar 3. 12 Wiring RTC DS3231 ...................................................................... 52
Gambar 3. 13 Wiring Relay Modul ....................................................................... 52
Gambar 3. 14 Wiring ESP8266 Nodemcu ............................................................. 53
Gambar 3. 15 Wiring Buzzer ................................................................................. 53
Gambar 3. 16 Wiring LCD20x4 I2C ..................................................................... 54
Gambar 3. 17 Wiring UVT .................................................................................... 54
Gambar 3. 18 Diagram Alir Prinsip Kerja Alat ..................................................... 55
Gambar 3. 19 Diagram Blok Power Supply .......................................................... 56
Gambar 3. 20 Diagram Blok Komunikasi ............................................................. 57
Gambar 3. 21 Interface Program ........................................................................... 58
Gambar 3. 22 Diagram Alir Logika Fuzzy ............................................................ 59
Gambar 3. 23 FIS Matlab ...................................................................................... 61
Gambar 3. 24 Membership Function Input Magnitude (Vrms)............................. 62
Gambar 3. 25 Membership Function Input Timer ................................................. 62
Gambar 3. 26 Membership Function Output Kondisi ........................................... 63
Gambar 3. 27 Rule Base Fuzzy.............................................................................. 64
Gambar 3. 28 Pemrograman pada VSCode ........................................................... 65
Gambar 3. 29 Perancangan Panel pada AutoCAD ................................................ 65
Gambar 3. 30 Realisasi Pembuatan Mekanik ........................................................ 66
Gambar 3. 31 Perangkat Terintegrasi .................................................................... 66
Gambar 4.1 Dokumentasi Pengujian Suplai Unit .................................................. 70
Gambar 4.2 Dokumentasi Pengujian Sensor PZEM ............................................. 72
Gambar 4.3 Dokumentasi Pengujian Sensor SCT013 ........................................... 73
Gambar 4.4 Grafik Regresi Rangkaian Burden ..................................................... 74
Gambar 4.5 Dokumentasi Pengujian RTCDS3231 ............................................... 75
Gambar 4.6 Timestamp 3231 ................................................................................. 75
Gambar 4.7 Dokumentasi Pengujian Relay Modul ............................................... 76
Gambar 4.8 Dokumentasi Pengujian Komunikasi ESP8266 dan Database ......... 77

xviii
Gambar 4.9 Dokumentasi Pengujian Buzzer ......................................................... 78
Gambar 4.10 Dokumentasi Pengujian LCD 20X4 I2C ......................................... 78
Gambar 4.11 Dokumentasi Pengujian UVT ......................................................... 79
Gambar 4.12 Pemodelan Sinyal Normal ............................................................... 80
Gambar 4.13 Pemodelan Sinyal Interruption ....................................................... 81
Gambar 4.14 Pemodelan Sinyal Sustained-Interruption ...................................... 81
Gambar 4.15 Pemodelan Sinyal Sag ..................................................................... 82
Gambar 4.16 Pemodelan Sinyal Undervoltage ..................................................... 82
Gambar 4.17 Pemodelan Sinyal Swell .................................................................. 83
Gambar 4.18 Pemodelan Sinyal Overvoltage ....................................................... 83
Gambar 4.19 Pengujian PZEM Dengan Relay ...................................................... 84
Gambar 4.20 Dokumentasi Uji Coba SCT013-Relay ........................................... 85
Gambar 4.21 Dokumentasi Pengujian Fuzzy Kondisi Undervoltage.................... 87
Gambar 4.22 Dokumentasi Pengujian FIS Kondisi Undervoltage ....................... 87
Gambar 4.23 Tampilan LCD Pengujian Fuzzy Kondisi Swell .............................. 87
Gambar 4.24 a. FIS Sugeno .................................................................................. 88
Gambar 4.24 b. FIS Mamdani ............................................................................... 88
Gambar 4.25 Dokumentasi Pengujian Over Voltage ............................................ 90
Gambar 4.26 Dokumentasi Pengujian Ground Fault ........................................... 91
Gambar 4.27 Dokumentasi Monitor Panel Ketika Ground Fault ......................... 91
Gambar 4.28 Kondisi Phase Failure Hilang Fasa R ............................................ 92
Gambar 4.29 Dokumentasi GUI WEB Monitoring .............................................. 93
Gambar 4.30 Dokumentasi Integrasi .................................................................... 94

xix
(Halaman Ini Sengaja Dikosongkan)

xx
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada era modern dewasa ini, listrik menjadi salah satu kebutuhan primer bagi
seluruh umat manusia. Kebutuhan yang semakin meningkat dan peralatan
elektronik yang semakin marak membuat energi listrik semakin penting perannya.
Listrik bisa dibangkitkan melalui banyak metode, mayoritas listrik darat di
Indonesia dibangkitkan dari pembangkitan menggunakan tenaga uap, total daya
yang dihasilkan per 2020 adalah 35.220 MW tenaga uap dan terbesar kedua adalah
20.537 MW untuk tenaga mesin gas (Kementrian ESDM, 2020). Pembangkitan
lainnya adalah menggunakan tenaga diesel, mikrohidro, tenaga surya, panas bumi,
dan metode lainnya. Seiring dengan berkembangnya era industry 4.0 kapal sebagai
fungsi transportasi—barang maupun makhluk hidup—semakin berkembang pesat
pula. Tercatat jumlah kunjungan kapal di pelabuhan Indonesia pada tahun 2019
naik 10,97% dibandingkan dengan periode 2018, sehingga mencapai 895,53 ribu
unit kapal (BPS, 2019).
Banyaknya kapal yang melakukan bongkar maupun muat dan berlayar di lautan
membuat emisi akibat kendaraan laut meningkat. Menurut Fourth IMO GHG Study
(2020), emisi kendaraan laut—termasuk karbondioksida (CO2), metana (CH4), dan
nitrogen oksida (N2O) yang dinyatakan dalam CO2e— adalah sebesar 1076 juta
ton pada tahun 2018, mengalami peningkatan sebesar 9,6% dari tahun 2012 yang
nilainya sebesar 977 juta ton. Untuk mengurangi pencemaran akibat emisi
kendaraan laut tersebut maka dirancang sistem yang dapat mengoneksikan listrik
darat ke kapal selama kapal bersandar di pelabuhan, hal ini kemudian dinamai
Shore connection. Shore connection merupakan merupakan penyediaan tenaga
listrik dari pelabuhan ke kapal di dermaga, dimana mesin utama dan mesin
bantunya dimatikan. Shore Power dapat menghemat konsumsi bahan bakar—yang
seharusnya digunakan untuk daya kapal saat di pelabuhan—serta mengurangi
polusi udara di pelabuhan akibat konsumsi bahan bakar dari permesinan bantu kapal
(Putra, 2016). Penggunaan Shore connection ini cukup membantu mengurangi

1
emisi gas hasil pembakaran kapal dikarenakan pada saat shore connection telah
dipasang mesin kapal dalam kondisi mati.
Pengadaan shore connection tersebut bukan berarti tidak ada problem yang
terjadi. Tenaga listrik yang mengalami penurunan dan kenaikan tegangan menjadi
salah satu problematika yang terjadi pada shore connection. Pada Terminal Jamrud
Tanjung Perak maupun pada Terminal Teluk Lamong tidak jarang terjadi
permasalahan pada shore connection yang diakibatkan beberapa permasalahan
seperti over load current, atau fluktuasi tegangan yang mengakibatkan Shunt trip
pada mccb, pada shore connection kepemilikan salah satu dok di lamongan juga
pernah mengalami permasalahan kegagalan sistem grounding sehingga
mengakibatkan adanya tegangan pada body kapal yang mana itu akan menjadi
potensi hazard di lapangan kerja.
Pentingnya kualitas daya listrik pada shore connection juga perlu di analisis,
peralatan pada kapal juga memiliki toleransi kenaikan dan penurunan tegangan
maka monitoring daya listrik pada shore connection sebagai pengganti generator
kapal perlu dilakukan. Toleransi beberapa peralatan elektronik dapat dilihat pada
Tabel 1.1.

Tabel 1. 1 Tabel Toleransi Beberapa Peralatan Elektronik


Peralatan Vmin Tmax
PLC 60% 260 ms
AC kontrol relay 65% 20 ms
AC drive 50 hp 75% 50 ms
Personal Computer 60% 50 ms
Motor Starter 50% 50 ms
(Sumber : Mc. Graw Hill dalam Syahrin, 2020)

Penyebab gangguan tegangan AC tersebut bisa diakibatkan oleh beberapa hal


seperti berikut : permasalahan pada penyedia sumber listrik (PLN) seperti over
speed generator, gangguan hubung singkat, perubahan beban secara tiba-tiba
(penambahan maupun pengurangan), surja alih hubung, ataupun surja petir.

2
Masalah masalah yang mengakibatkan tidak seimbangnya atau menurunnya
kualitas daya listrik tersebut perlu dianalisis untuk selanjutnya dilakukan perbaikan
daya listrik. Seiring dengan dianalisisnya kualitas daya listrik pada shore
connection, proteksi daya akibat kegagalan daya listrik harus juga dilakukan agar
tidak merusak peralatan pada kapal yang sedang sandar, juga mengurangi resiko
hazard pada saat jam kerja. Maka pada tugas akhir ini penyusun mengambil
bahasan tentang proteksi dan pendeteksi jenis ganguan tegangan pada shore
connection, gangguan tegangan yang diteliti adalah dua jenis gangguan, yaitu short
duration rms variation—yang meliputi sag,swell, dan interruption voltage—dan
long duration rms variation—yang meliputi sustained-Interruption, undervoltage,
dan overvoltage. Proteksi yang diteliti pada tugas akhir ini adalah proteksi terhadap
tegangan kurang atau lebih, proteksi gagal fasa, dan proteksi gagal pentanahan.
Sebagai objek penelitian, diharap topik yang akan akan dibahas kali ini bisa
memberi manfaat untuk waktu yang akan datang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, terdapat beberapa rumusan masalah, yaitu:

1. Bagaimana merancang alat proteksi dan pendeteksi jenis gangguan tegangan


berbasis Mikrokontroler?
2. Bagaimana cara kerja alat proteksi dan pendeteksi jenis gangguan tegangan
berbasis Mikrokontroler?
3. Bagaimana cara mendeteksi jenis gangguan tegangan dengan metode Fuzzy pada
alat proteksi dan pendeteksi jenis gangguan tegangan berbasis Mikrokontroler
dan kinerja prototype alat proteksi dan pendeteksi jenis gangguan tegangan ini?

3
1.3 Tujuan

Ditinjau dari rumusan masalah yang ada, tujuan yang ingin dicapai pada tugas
akhir ini adalah:

1. Merancang alat proteksi dan pendeteksi jenis gangguan tegangan berbasis


Mikrokontroler.
2. Mengetahui cara kerja alat proteksi dan pendeteksi jenis gangguan tegangan
berbasis Mikrokontroler.
3. Mengetahui cara mendeteksi jenis gangguan tegangan dengan metode Fuzzy
pada alat proteksi dan pendeteksi jenis gangguan tegangan berbasis
Mikrokontroler dan kinerja prototype alat proteksi dan pendeteksi jenis
gangguan tegangan ini.

1.4 Manfaat Tugas Akhir

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :

1. Penelitian ini dapat diterapkan pada sisi Low Voltage Shore connection untuk
proteksi dan analisis daya pada shore connection.
2. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan dasar analisis kualitas daya yang
digunakan pada shore connection sehinga ketika terjadi penurunan kualitas
dapat melakukan tracking lebih lanjut.
3. Penelitian ini mampu memberikan kemudahan kepada Operation and
Maintenance untuk melakukan monitoring berbagai parameter pada Shore
connection secara cepat dan tepat.
4. Terciptanya sistem monitoring berbasis WEB pada panel Shore connection
Terminal Teluk Lamong.
5. Penelitian ini dapat menjadi referensi penelitian selanjutnya, apabila dalam
penelitian ini masih terdapat kekurangan dan ingin mengembangkan ke tingkat
yang lebih kompleks.

4
1.5 Batasan Masalah

1. Lokasi Shore connection pada penelitian ini adalah pada Terminal Teluk
Lamong
2. Penelitian ini sebatas mengidentifikasi dan mendeteksi variasi gangguan
tegangan dan kemudian proteksi pada shore connection, bukan untuk
mengatasi secara kontrol gangguan tersebut.
3. Proteksi yang dimaksud adalah proteksi gangguan under/over voltage dan
proteksi gagal fasa, dan gagal pentanahan, variasi gangguan yang diteliti pada
tugas akhir ini adalah voltage sag, voltage swell, voltage interruption, voltage
sustained-Interruption, under voltage, dan over voltage.
4. Pengujian alat ini adalah pada sumber listrik yang memiliki frekuensi 50 Hz.

5
(Halaman Ini Sengaja Dikosongkan)

6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu

Referensi pengerjaan Tugas Akhir ini yaitu beberapa penelitian yang pernah
dilakukan diantaranya adalah :

1. Penelitian yang dilakukan oleh (Nafilah, Anggriawan and Wahjono, 2020)


dalam jurnalnya yang berjudul “Rancang Bangun Identifikasi Jenis Kedip
Tegangan Berbasis IoT” melakukan penelitian tentang kedip tegangan atau
voltage sag yang disambungkan langsung ke internet dalam keadaan realtime
(IoT). Konsep yang digunakan adalah dengan menggunakan input waktu dan
tegangan terukur Vrms, kemudian dideteksi jenis gangguan kedip yang
berlangsung, ada tiga jenis gangguan kedip yang ditentukan, yaitu : instaneous,
momentary, dan temporary. Pengujian gangguan tegangan adalah dengan
menggunakan push button untuk menonaktifkan solid state relay sehingga
membuka aliran arus pada sensor tegangan.
2. Penelitian yang dilakukan oleh (Aryaguna and Anggriawan, 2021) merupakan
jurnal Inovtek seri Elektro yang berjudul “Identifikasi Jenis Gangguan Pada
Jaringan Distribusi Menggunakan Metode Artificial Neural Network”
metodenya adalah dengan menggunakan syaraf buatan atau disebut dengan
Artificial Neural Network, input masukannya adalah tegangan dan waktu, yang
dideteksi pada jurnal ini adalah voltage sag dan swell. Pada saat pengujian,
simulasi alat ini adalah dengan menggunakan Matlab sehingga didapatkan
akurasi yang sangat baik.
3. Penelitian yang dilakukan oleh (Siringoringo, Sofwan and Nugroho, 2019) yang
berjudul “Over/Under voltage Relay Menggunakan Mikrokontroler Pada
Tegangan 1 Phasa 220VAC” membahas tentang proteksi pada jaringan listrik
tegangan rendah 220v, menggunakan sensor ZMPT101B sebagai inputnya dan
Mikrokontroler STM32F1. Jurnal ini menggunakan sumber daya dari trafo CT
220V untuk catu daya relay. Yang diproteksi adalah tegangan lebih sampai
dengan 225V dan batas under sampai dengan 215V, ketika mencapai batas-batas

7
yang telah ditentukan maka relay akan membuka aliran arus dan LED indicator
menyala.
4. Penelitian dalam jurnal prosiding yang berjudul “Sistem Proteksi Jaringan
Listrik 3 Phasa Dengan Over Under voltage Relay dan Thermal Over Load Relay
Secara Real Time Berbasis Raspberry pi” oleh (Aulia and Gunawan, 2021) yang
membahas tentang relay proteksi under dan over voltage sekaligus phase failure
relay dan ditambah dengan thermal overload relay menggunakan raspberry pi,
menggunakan sensor tegangan ZMPT101B dan sensor arus ACS712 di masing
masing beban, dan Arduino mega sebagai perangkat komunikasi sensor ke
raspberry pi, peralatan dan fitur yang digunakan sudah cukup kompleks dan
hasil pengujiannya dari masing-masing peralatan sudah berjalan dengan hasil
baik.

2.2 Daya
Daya merupakan salah satu istilah yang paling penting dan paling sering
digunakan pada istilah kelistrikan. Istilah daya digunakan untuk menunjukkan
satuan turunan pada kelistrikan, berikut merupakan pengertian daya dan
lingkupnya.

2.2.1 Pengertian daya

Dalam sistem ketenaga listrikan, jumlah energi yang digunakan untuk


melakukan usaha dan kerja disebut dengan daya. Menurut pendapat ahli Daya
adalah energi yang dikeluarkan untuk melakukan usaha (Alto Belly dalam
Soewandi, 2018). Daya listrik dalam satuan internasional (SI) adalah Watt (W) atau
bisaanya menggunakan satuan Horse Power (HP). Satu Tenaga kuda atau Horse
Power setara dengan 746 Watt, sedangkan Watt secara teori adalah unit daya listrik
yang Satu Watt nya memiliki daya setara dengan perkalian tegangan V dan arus I.

2.2.2 Kualitas daya listrik

Kualitas daya listrik merupakan suatu istilah dari konsep yang memberikan
gambaran tentang baik atau buruknya mutu daya listrik diakibatkan oleh beberapa

8
jenis gangguan yang ada pada sistem kelistrikan. Menurut Roger C Dugan (2004),
kualitas daya listrik adalah setiap masalah daya listrik yang berbentuk
penyimpangan tegangan, arus atau frekuensi yang mengakibatkan kegagalan atau
pun kesalahan operasi pada peralatan peralatan yang terjadi pada konsumen energi
listrik.
Sistem distribusi atau suplai daya listrik dapat dikendalikan oleh kualitas
tegangan listrik dan tidak dapat dikendalikan oleh arus karena pada jaringan listrik,
arus berada pada sisi beban yang bersifat individual atau sesuai pemakaian,
sehingga pada dasarnya kualitas daya adalah kualitas tegangan itu sendiri (Dugan
et al., 2004).
Kualitas daya listrik yang baik tentu akan menunjang produksi atau
kelangsungan kegiatan rumahan/industri. Dalam hal ini monitoring tegangan yang
secara dasar dapat dikatakan sebagai kualitas daya itu sendiri sangatlah penting.
Monitoring dapat dilakukan untuk analisis daya terhadap standar kualitas daya yang
diperlukan peralatan, sehingga dapat dilakukan evaluasi secara berkala.

2.2.3 Gangguan kualitas daya listrik

Gangguan daya listrik yang kerap terjadi adalah gangguan-gangguan yang


disebabkan oleh peristiwa-peristiwa elektromagnetik pada sistem energi listrik,
menurut Roger C. Dugan (2004) gangguan daya listrik dijabarkan sebagai berikut:
a. Gejala Peralihan (Transient), yaitu suatu gejala perubahan variabel (tegangan,
arus dan lain-lain) yang terjadi selama masa transisi dari keadaan operasi tunak
(steady state) menjadi keadaan yang lain.
b. Gejala Perubahan Tegangan Durasi Pendek (Short-Duration Variations), yaitu
suatu gejala perubahan nilai tegangan dalam waktu yang singkat yaitu kurang
dari 1 (satu) menit.
c. Gejala Perubahan Tegangan Durasi Panjang (Long-Duration Variations), yaitu
suatu gejala perubahan nilai tegangan, dalam waktu yang lama yaitu lebih dari 1
(satu) menit.
d. Ketidakseimbangan Tegangan, adalah gejala perbedaan besarnya tegangan
dalam sistem tiga fasa serta sudut fasanya.

9
e. Distorsi Gelombang, adalah gejala penyimpangan dari suatu gelombang
(tegangan dan arus) dari bentuk idealnya berupa gelombang sinusoidal.
f. Fluktuasi Tegangan, adalah gejala perubahan besarnya tegangan secara
sistematik.
g. Gejala Perubahan Frekuensi Daya yaitu gejala penyimpangan frekuensi daya
listrik pada suatu sistem tenaga listrik.
2.3 Tegangan AC

2.3.1 Pengertian tegangan AC

Tegangan atau beda potensial terjadi ketika muatan listrik positif mengalami
perpindahan sepanjang lintasan di dalam medan listrik. Dalam penelitian tugas
akhir kali ini yang akan dibahas adalah tegangan bolak balik atau bisaa disebut
tegangan AC. Tegangan bolak balik memiliki dua polaritas yaitu negatif dan positif
yang selalu berubah ubah bergantian dari positif ke negatif dan sebaliknya diukur
dari netral (N). tegangan di Indonesia normalnya memakai frekuensi 50 Hz, tetapi
untuk penggunaan di pelabuhan (shore connection) untuk kapal-kapal internasional
sudah terdapat pengonversi frekuensi tegangan dari 50Hz ke 60 Hz di beberapa
pelabuhan di Indonesia, contohnya adalah pada Terminal Teluk Lamong di
Pelabuhan Indonesia (PELINDO) Regional 3.
Bentuk tegangan AC dapat berupa gelombang sinus murni, kotak, gergaji, dan
segitiga. Bisaanya bentuk gelombang AC yang digunakan berbentuk gelombang
sinus murni seperti pada Gambar 2.1. Sementara tegangan DC memiliki gelombang
yang bernilai konstan, tegangan AC akan terus berubah-ubah setiap waktu.

Gambar 2. 1 Gelombang Sinus Murni

10
2.3.2 Tegangan AC 3 Phasa

Listrik AC 3 phase merupakan jaringan listrik yang menggunakan tiga kawat


phase (R, S, T) dan satu kawat netral. Tegangan listrik jaringan 3 phase memiliki 2
macam tegangan yaitu tegangan antar phase (Vpp) yang umumnya bernilai 380V
dan tegangan phase to netral (Vpn) yang nilainya adalah 220V. Pada jaringan 3
phase terdapat perbedaan sudut fasa sebesar 120o antar fasanya, tetapi tegangan
dan frekuensinya tetap sama. Gelombang listrik 3 fasa digambarkan seperti pada
Gambar 2.2.

Gambar 2. 2 Gelombang Sinus 3 Fasa

2.3.3 Tegangan AC 1 Phasa

Listrik AC 1 fasa merupakan instalasi yang menggunakan dua kawat penghantar


yaitu satu kawat fasa dan satu kawat netral. Secara umum listrik satu fasa memiliki
tegangan 220V. Listrik 1 fasa umum digunakan untuk konsumsi rumahan atau
industry yang digunakan untuk suplai daya alat elektronik. Bentuk gelombang
listrik 1 fasa dapat digambarkan seperti pada Gambar 2.3. dibawah sebagai berikut
:

11
Gambar 2. 3 Gelombang Sinus 1 Fasa

2.3.4 Kondisi Tegangan AC

Kondisi tegangan bolak balik apabila ditinjau dari nilai RMS (root main square)
nya secara umum memiliki dua kondisi, yaitu kondisi normal dan kondisi tidak
normal atau gangguan. Kedua kondisi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Kondisi Tegangan Normal
Kondisi Tegangan Normal merupakan kondisi tegangan yang relatif aman untuk
peralatan dan memiliki rentang nilai diatas 0.9 pu hingga dibawah 1.1 pu.
b. Kondisi Tegangan Tak Normal (Gangguan)
Kondisi Tegangan Tak Normal (Gangguan) merupakan kondisi diluar nilai
kondisi tegangan normal sehingga jika dibiarkan dapat merusak peralatan. Tabel
2.1. merupakan tabel yang menjelaskan bahwa kondisi tegangan AC berdasarkan
nilai RMS dan durasinya dibagi menjadi kondisi normal dan enam jenis kondisi
gangguan tegangan.
Tabel 2. 1. Kondisi Gangguan Tegangan
Kategori Durasi Waktu Besaran Tegangan
Normal - >0,9 pu & <1,1 pu
Short Duration RMS Variation
Interruption 0,01 – 60 s <0,1 pu
sag 0,01 – 60 s 0,1 – 0,9 pu
swell 0,01 – 60 s 1,1 – 1,2 pu
Long Duration RMS Variation
Sustained-
Interupion >60 s <0.1 pu
Under voltage >60 s 0,1 – 0,9 pu
Over voltage >60 s 1,1 – 1,2 pu
(Sumber : IEEE, 1994)

12
2.3.5 Gangguan Tegangan AC

Gangguan tegangan AC berdasarkan waktu terjadinya dibagi menjadi dua


keadaan, yaitu Short duration RMS varitaions dan Long duration RMS variations.

a. Short duration RMS variation


Short duration RMS variation adalah gangguan tegangan AC yang durasi
gangguannya kurang dari sama dengan satu menit. Variasi tegangan durasi pendek
merupakan salah satu gangguan yang ada di jaringan distribusi. Menurut IEEE Std.
1159-2009 dalam Anggriawan (2021), variasi tegangan durasi pendek dibagi
menjadi tiga jenis yaitu instaneous, momentary, dan temporary. Karakteristik
variasi tegangan durasi pendek dapat dilihat pada Tabel 2.1. yang menunjukkan tipe
variasi tegangan berdasarkan durasi dan besarnya tegangan. Dimana gangguan ini
dibagi menjadi 3 jenis gangguan yaitu:

1. Voltage Sag
Voltage sag merupakan variasi penurunan tegangan rms dengan besar antara
10% sampai dengan 90% dari tegangan nominal dan berlangsung selama 0.5 siklus
hingga 1 menit. Penyebab terjadinya voltage sag bisaanya terkait kesalahan sistem
atau bisa juga disebabkan karena adanya beban terlalu besar atau starting motor.
Bentuk Gelombang Voltage sag dapat diamati pada Gambar 2.4 dibawah ini.

Gambar 2. 4 Gelombang Tegangan Sag (Syahrin, 2020)

13
2. Voltage Swell
Voltage Swell merupakan variasi kenaikan tegangan rms dengan besar antara
110% sampai dengan 180% dari tegangan nominal dan berlangsung selama 0,5
siklus hingga 1 menit. Penyebab gangguan voltage swell sama halnya dengan
voltage sag yaitu kesalahan pada sistema, namun bisaanya kesalahan pada sistem
lebih cenderung pada voltage sag. Voltage swell juga dapat disebabkan oleh
pelepasan beban dan switching kapasitor bank. Bentuk gelombang dari gangguan
voltage swell dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Gambar 2. 5 Gelombang Tegangan Swell (Syahrin, 2020)


3. Voltage Interruption
Gangguan terjadi ketika tegangan suplai sampai kurang dari 10% dari tegangan
nominal selama jangka waktu 0.01 detik sampai 1 menit. Ganggun Interruption
dapat disebabkan oleh gangguan sistem tenaga, kerusakan peralatan dan
malfunctions kontrol. Bentuk gelombang dari gangguan Interruption dapat dilihat
pada Gambar 2.6.

Gambar 2. 6 Gelombang Voltage Interruption (Syahrin, 2020)

14
b. Long duration RMS variation
Long duration RMS variation adalah gangguan tegangan AC yang durasi
gangguannya lebih dari sama dengan satu menit. Variasi tegangan durasi panjang
merupakan salah satu gangguan yang ada di jaringan distribusi. Dalam Aryaguna
and Anggriawan (2021), gangguan ini dibagi menjadi 3 jenis gangguan yaitu:
1. Sustained – Interruption
Gangguan terjadi ketika nilai tegangan suplai mulai 0 pu sampai < 0.1 pu dari
tegangan nominal selama jangka waktu lebih dari satu menit. Sustained-
Interruption dapat disebabkan oleh kerusakan peralatan, gangguan sistem tenaga,
atau malfungsi kontrol yang menyebabkan pemutusan daya menuju beban selama
lebih dari 1 menit. Bentuk gelombang dari Sustained Interruption dapat dilihat pada
Gambar 2.7.

Gambar 2. 7 Gelombang Sustined-Interruption (Syahrin, 2020)


2. Overvoltage
Overvoltage didefinisikan sebagai peningkatan tegangan lebih dari 1,1 pu dari
tegangan nominal sampai 1,2 pu dari tegangan nominal untuk durasi lebih dari 1
menit. Overvoltage dapat disebabkan oleh operasi pensaklaran beban seperti
switching dari sebuah beban besar atau kapasitor bank, overvoltage juga dapat
disebabkan oleh kegagalan AVR dan kesalahan sistem operasi eksitasi. Bentuk
gelombang dari Overvoltage dapat dilihat pada Gambar 2.8.

Gambar 2. 8 Gelombang Over Voltage (Syahrin, 2020)

15
3. Undervoltage
Undervoltage didefinisikan sebagai penurunan tegangan dari 0,1 pu hingga 0,9
pu dari tegangan nominal untuk durasi lebih dari 1 menit. Undervoltage dapat
disebabkan oleh keadaan overload atau beban lebih pada rangkaian dan operasi
pensaklaran beban, pemutusan kapasitor bank, pengawatan yang kurang sempurna
pada sistem, atau kesalahan sistem operasi eksitasi. Bentuk gelombang dari
Undervoltage dapat dilihat pada Gambar 2.9.

Gambar 2. 9 Gelombang Under Voltage (Syahrin, 2020)

2.4 Nilai Per Unit


2.4.1 Nilai Per Unit sistem 1 fasa

Nilai per unit merupakan nilai perhitungan nilai fisik sebenarnya dengan nilai
dasar yang mempunyai dimensi sama. Contoh nilai per unit dari tahanan,
impedansi, tegangan, dan arus dapat dirumuskan sebagai berikut :
R sebenarnya
Rpu = pu (2.1)
R dasar

Untuk nilai tegangan per unit dirumuskan sebagai berikut,

V sebenarnya
Vpu = pu (2.2)
V dasar

Sama halnya dengan satuan lainnya dapat dihitung seperti rumus diatas,

I sebenarnya
Ipu = pu (2.3)
I dasar

16
2.4.2 Nilai Per Unit sistem 3 fasa

Pada rumusan 3 fasa, jika notasi L adalah nilai Line (R, S, atau T) dan F
merupakan nilai fasa, persamaan untuk sistem tiga fasa dapat dihitung dalam nilai
per unit tegangan dan nilai per unit Volt Ampere (VA) sebagai berikut :

VL
Vpu = VL (dasar) pu (2.4)

Dan,
VA 3F
VApu = VA 3F (dasar) pu (2.5)

VL dan VA 3F adalah nilai sebenarnya, perhitungan arus per unit (Ipu) atau
Impedansi per unit (Zpu) juga sama dengan rumus perhitungan diatas.

2.5 Dasar Proteksi Tenaga Listrik

Suatu sistem tenaga listrik tidak selamanya berjalan ideal, karena dalam
kenyataannya dapat terjadi suatu kondisi abnormal (seperti adanya gangguan atau
terjadinya short circuit). Kondisi abnormal tersebut dapat membahayakan sistem
secara keseluruhan, schingga diperlukan adanya sistem proteksi yang dapat
meminimalisasi efek dari kondisi abnormal tersebut.
Fungsi dari sistem proteksi adalah untuk mengidentifikasi gangguan dan
memisahkan bagian jaringan yang terganggu dari bagian lain yang masih normal
(tidak terganggu) serta sekaligus mengamankan bagian yang masih normal tersebut
dari kerusakan atau kerugian yang lebih besar. Gangguan pada sistem tenaga listrik
dapat terjadi di pembangkit, jaringan transmisi maupun jaringan distribusi,
Dimanapun gangguan itu terjadi, sistem proteksi harus dapat mengidentifikasi dan
memisahkan bagian yang terganggu secepat mungkin.
Relay proteksi sebagai komponen utama sistem proteksi tenaga listrik dalam
melaksanakan tugasnya yaitu untuk mengidentifikasi gangguan, harus memenuhi
beberapa persyaratan keandalan yaitu (Syahrin, 2020):

17
a. Sensitivitas
Sensitivitas merupakan kemampuan sistem proteksi untuk mengidentifikasi
adanya ketidaknormalan atau gangguan yang berada di dalam daerah yang
diproteksinya.
b. Selektivitas
Koordinasi dari sistem proteksi, dimana jika terjadi gangguan relay hanya
membuka pemutus tenaga yang diperlukan saja (tidak menyebabkan
pemutusan/pemadaman jaringan yang lebih luas).
c. Keamanan
Kemampuan sistem proteksi untuk menjamin peralatan proteksi akan bekerja
jika terjadi suatu gangguan dan tidak akan bekerja jika tidak terjadi gangguan.
d. Kecepatan
Ketika terjadi gangguan, komponen proteksi harus dapat memberikan respon
waktu yang tepat, sesuai dengan koordinasi yang diinginkan.

Ada dua syarat dasar yang harus dipenuhi agar sistenm proteksi dapat bekerja
mengisolasi bagian sistem yang terganggu yaitu :
a. Sistem tenaga listrik harus memiliki pemutus tenaga dengan jumlah yang cukup
untuk dapat melakukan tugas isolasi.
b. Setiap pemutus tenaga harus dilengkapi dengan suatu alat kontrol yang dapat
mendeteksi kondisi abnormal, dan membuka pemutus tenaga yang diperlukan
untuk mengisolasi kondisi abnormal tersebut (selective fault clearance).

Untuk dapat menerapkan prinsip selectivity, suatu sistem tenaga listrik yang terdiri
dari banyak pemutus tenaga harus diatur dan dikoordinasikan sedemikan rupa
sehingga pada saat terjadinya kondisi abnormal, relay dapat membuka hanya
pemutus tenaga yang diperlukan saja, hal inilah yang disebut dengan selective fault
clearance. Relay proteksi harus diberi informasi yang memungkinkan relay untuk
membedakan antara kondisi abnormal yang berada di dalam zona proteksinya
(dimana harus terjadi tripping), dan gangguan eksternal atau arus beban normal
(dimana tidak boleh terjadi tripping). Informasi ini diperoleh dari sistem tenaga

18
listrik, seperti arus. tegangan dan sudut fasa antara keduanya yang diukur pada saat
terjadi gangguan.

2.6 Arus

Arus listrik didefinisikan sebagai laju aliran sejumlah muatan listrik yang melalui
suatu luasan penampang melintang. Menurut konvensi, arah arus listrik dianggap
searah dengan aliran muatan positif. Arus listrik diukur dalam satuan Ampere (A),
adalah satu Coulomb per detik. Arus listrik dirumuskan pada persamaan 2.6. berikut
(Hartono and Munaf, 2018):
𝑑𝑞
I= (2.6)
𝑑𝑡

Keterangan : I = Arus Listrik (A)


dq = Jumlah muatan (c)
dt = waktu (detik)

2.7 Fuzzy Logic

Fuzzy Logic adalah suatu cabang ilmu Artificial Intellegence, yaitu suatu
pengetahuan yang membuat alat dapat meniru kecerdasan manusia sehingga
diharapkan alat tersebut dapat melakukan hal-hal yang memerlukan kecerdasan
(Sasmoko and Mahendra, 2017). Fuzzy logic merupakan bentuk representasi
pengetahuan yang cocok untuk sesuatu yang tidak dapat didefinisikan secara tepat,
tapi tergantung pada konteks. Jika pada logika bisaa nilai kebenaran satu
proposisi/pernyataan hanya ada dua macam yaitu 1 dan 0 maka dalam Fuzzy logic
nilai kebenaran bisa diperluas dengan bilangan yang nilainya berada diantara nilai
0 sampai nilai 1.

2.7.1 Komponen Fuzzy Logic

Dalam Fuzzy Logic memiliki beberapa komponen yang memiliki peranan


masing-masing, antara lain:
a. Variabel linguistic
Merupakan variabel yang memiliki nilai linguistik. Contoh variabel linguistik
adalah kecepatan, waktu, tegangan, dll

19
b. Nilai Linguistik
Nilai dari variabel linguistik. Dimana nilai dari variabel ini berupa kata/kalimat
dan bukan angka. Contoh dari nilai linguistic untuk kecepatan adalan pelan, normal,
cepat
c. Nilai kuantitatif dan derajat keanggotaan
Nilai kuantitatif merupakan nilai eksak yang mewakili nilai linguistik. Nilai
kuantitatif ditentukan oleh derajat keanggotaan dari sebuah predikat yang memiliki
interval 0-1
d. Fungsi Keanggotaan
Fungsi keanggotaan Fuzzy Logic digunakan untuk menghitung derajat
keanggotaan suatu himpunan Fuzzy. Fungsi keanggotaan adalah suatu kurva yang
menunjukkan pemetaan titik input data kedalam nilai keanggotaannya (derajat
keanggotaan).

e. Rule dan implikasi


Implikasi merupakan cara untuk menyatakan rule. Misalkan diberikan
komposisi rule A dan rule B, maka implikasi dinyatakan dalam:

“IF A THEN B ... ”

2.7.2 Fungsi Keanggotaan (Membership Function)

Fungsi keanggotaan atau membership function adalah suatu kurva yang


menunjukkan pemetaan titik-titik input data kedalam nilai keanggotaannya atau
sering juga disebut dengan derajat keanggotaan yang memiliki interval 0 sampai 1.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendapatkan nilai keanggotaan adalah
dengan melalui pendekatan fungsi. Terdapat beberapa kurva yang digunakan untuk
mendefinisikan fungsi keanggotaan diantaranya dapat dilihat dibawah ini:

A. Representasi Kurva Segitiga


Representasi kurva segitiga merupakan gabungan dari 2 representasi linear. 2
representasi yang dimaksud yaitu garis linear naik dan linear turun, dimana

20
fungsinya ditentukan oleh 3 parameter yaitu {a, b, c} dengan aturan persamaan
yang dapat dilihat pada persamaan 2.9 dibawah ini:

0; 𝑥≤𝑎
(𝑥−𝑎)
; 𝑎 ≤𝑥 ≤𝑏
(𝑏−𝑎)
Segitiga (x;a,b,c) = (𝑐−𝑥)
(2.9)
; 𝑏 ≤𝑥 ≤𝑐
(𝑐−𝑏)
{ 0; 𝑐 ≥𝑥

Atau dengan menggunakan min dan max, dapat didefinisikan dengan persamaan
2.10.
(𝑥−𝑎) (𝑐−𝑥)
Segitiga (x; a,b,c) = max (min (𝑏−𝑎) , (𝑐−𝑏) , 0) (2.10)

Parameter {a, b, c} dengan a < b < c menentukan koordinat x dari 3 sudut fungsi
keanggotaan segitiga. Fungsi keanggotaan segitiga dapat digambarkan seperti
dalam Gambar 2.12.

Gambar 2. 10 Representasi Kurva Segitiga (Syahrin, 2020)

B. Representasi Kurva Trapesium


Representasi kurva trapesium memiliki bentuk mirip seperti kurva segitiga,
tetapi memiliki beberapa titik yang mempunyai nilai keanggotaan 1. Sehingga
ditentukan oleh 4 parameter yaitu {a, b, c, d} dengan aturan yang dapat dilihat pada
persamaan 2.11.

21
0; 𝑥 ≤ 𝑎 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑥 ≥ 𝑑
(𝑥−𝑎)
; 𝑎 ≤𝑥 ≤𝑏
(𝑏−𝑎)
µ [x] = (2.11)
1; 𝑏 ≤𝑥 ≤𝑐
(𝑑−𝑥)
{ ; 𝑐 ≥𝑥
(𝑑−𝑐)

Atau dengan menggunakan min dan max, dapat didefinisikan dengan persamaan
2.12.
(𝑥−𝑎) (𝑑−𝑥)
Segitiga (x; a,b,c) = max (min (𝑏−𝑎) , 1, , 0) (2.12)
(𝑑−𝑐)

Dalam persamaan 2.12 parameter {a, b, c, d} dengan a < b < c < d menentukan
koordinat x dari 3 sudut fungsi keanggotaan trapesium. Fungsi keanggotaan
trapesium dapat dilihat pada Gambar 2.13.

Gambar 2. 11 Representasi Kurva Trapesium (Syahrin, 2020)

2.7.3 Proposisi Fuzzy

Proposisi merupakan suatu pembuktian dimana perbedaan utama dari proposisi


klasik dan proposisi Fuzzy terdapat pada rentang nilai kebenarannya. Jika proposisi
klasik dinyatakan benar atau salah, maka proposisi Fuzzy dinyatakan dalam derajat
kebenarannya. Proposisi Fuzzy dapat diklasifikasikan dalam 4 tipe diantaranya:

a. Proposisi Fuzzy tidak bersyarat dan tidak terukur


Proposisi Fuzzy tidak bersyarat dan tidak terukur diekspresikan dengan
persamaan 2.13.

22
P : v adalah F (2.13)

Dengan υ adalah variabel yang memberikan nilai υ dari himpunan semesta V.


Sedangkan F merupakan himpunan Fuzzy dalam V. Untuk setiap nilai υ dari υ
memiliki derajat keanggotaan F(υ) terhadap F yang juga merupakan derajat
kebenaran dari proposisi p disimbolkan dalam persamaan 2.14.

P : T(p) = F(u) (2.14)

Misal υ kecepatan kendaraan dengan fungsi keanggotaan untuk sifat tinggi


seperti terlihat pada Gambar 2.14.

Gambar 2. 12 Fungsi Keanggotaan Kendaraan (Syahrin, 2020)

Maka proposisi terbentuk adalah kecepatan kendaraan (υ) adalah tinggi (F),
dengan derajat kebenaran T(p) = F(υ), sehingga jika kecepatan kendaraan A (x) =
85 maka derajat kebenaran proposisi T(p) = F(υ) = 1 dan jika kecepatan kendaraan
υ = 70 maka derajat kebenaran T(p) = F(υ) = 0,5.

b. Proposisi Fuzzy tidak bersyarat dan terukur


Proposisi Fuzzy tidak bersyarat dan terukur diekspresikan dengan persamaan
2.15.

p : ν adalah F adalah S (2.15)

23
Yang mana v adalah variabel yang memberikan nilai v dari himpunan semesta
V. Sedangkan F merupakan himpunan Fuzzy dalam V dan S adalah ukuran
kebenaran Fuzzy. Secara umum derajat kebenaran T(p) dari proposisi p untuk setiap
nilai v ∈ v yang disimblkan dengan persamaan 2.16.

p : T(p) = S(F(υ)) (2.16)

Contoh proposisinya adalah Umur Joko adalah Muda adalah Benar Sekali. Dan
misal umur Joko 32 tahun, akan merupakan anggota himpunan Fuzzy muda dengan
derajat keanggotaan 0.6, dan proposisi tersebut memiliki derajat kebenaran dengan
ukuran kebenaran Fuzzy Benar Sekali 0.36. seperti pada Gambar 2.15.

Gambar 2. 13 Fungsi Keanggotaan Umur (Syahrin, 2020)

c. Proposisi Fuzzy bersyarat dan tidak terukur


Proposisi Fuzzy bersyarat dan tidak terukur diekspresikan dengan persamaan
2.17.

p : Jika x adalah A maka y adalah B (2.17)

Yang mana x, y merupakan variabel yang nilainya berada dalam himpunan X,Y
dan A, B adalah himpunan Fuzzy dalam himpunan X,Y. Contoh proposisinya
adalah Jika Joko Gemuk maka Ukuran Celananya adalah Besar.

24
d. Proposisi Fuzzy bersyarat dan terukur
Proposisi Fuzzy bersyarat dan terukur diekspresikan dengan persamaan 2.18.

p : Jika x adalah A maka y adalah B adalah S (2.18)

Yang mana x, y merupakan variabel yang nilainya berada dalam himpunan X,Y
dan A, B adalah himpunan Fuzzy dalam himpunan X,Y dan S merupakan ukuran
kebenaran Fuzzy. Contoh proposisinya adalah Jika Joko Gemuk maka Ukuran
Celananya adalah Besar adalah Benar Sekali.

2.7.4 Fuzzy Inference Sistem (FIS)

Sistem kendali logika Fuzzy atau disebut juga dengan FIS atau Fuzzy Inference
Sistem merupakan sistem yang dapat melakukan penalaran dengan prinsip seperti
manusia melakukan penalaran. Terdapat beberapa jenis FIS yaitu Mamdani,
Sugeno, dan Tsukamoto. Sistem kendali Fuzzy Logic terdiri dari beberapa tahap
yaitu Fuzzification, Inference, dan Defuzzification. Tahap dari fuzzzy logic dapat
dilihat pada Gambar 2.16. Blok diagram Fuzzy logic.

Gambar 2. 14 Tahapan Fuzzy Logic


a. Fuzzification
Suatu proses untuk mengubah suatu masukan dari bentuk tegas (crisp) menjadi
nilai samar yang disajikan dalam bentuk himpunan Fuzzy dengan suatu fungsi
keanggotaan masing -masing.
b. Inference
Inferense atau evaluasi rule merupakan acuan untuk menjelaskan hubungan
antara variabel-variabel masukan dengan variable keluaran. Variabel yang

25
diproses dan dihasilkan berbentuk Fuzzy. Untuk menjelasakan hubungan antara
masukan dan keluaran maka diperlukan suatu rule base seperti “IF – THEN”
c. DeFuzzyyfication
Merupakan proses pengubahan variabel keluaran yang masih berbentuk Fuzzy
(samar) menjadi data crisp (tegas) sehingga dapat dibaca dengan mudah.

2.7.5 Metode Penegasan (Defuzifikasi)


Input dari proses defuzifikasi adalah suatu himpunan Fuzzy yang diperoleh dari
komposisi aturan-aturan Fuzzy, sedangkan output yang dihasilkan merupakan suatu
bilangan pada domain himpunan Fuzzy tersebut

Defuzzifikasi atau penegasan merupakan metode untuk memetakan nilai dari


himpunan Fuzzy ke dalam nilai crisp. Masukkan proses defuzzifikasi adalah
himpunan Fuzzy. Terdapat beberapa metode defuzzifikasi antara lain :

a. Metode bisector
Metode bisektor berfungsi untuk penyelesaian crisp yang diperoleh
dengan cara mengambil nilai pada domain Fuzzy yang memiliki nilai
keanggotaan setengah dari jumlah total nilai keanggotaan pada
daerah Fuzzy.
b. Metode Mean of Maximum (MOM)
Pada metode ini, penyelesaian crisp diperoleh dengan cara
mengambil nilai rata-rata domain Fuzzy yang memiliki nilai
maksimum.
c. Metode Largest of Maximum (LOM)
Pada metode ini, penyelesaian crisp diperoleh dengan cara
mengambil nilai terbesar pada domain Fuzzy yang memiliki nilai
maksimum.

26
2.8 Database

Basis data (database) merupakan kumpulan data yang disimpan secara


sistematis di dalam komputer yang dapat diolah atau dimanipulasi menggunakan
perangkat lunak (program aplikasi) untuk menghasilkan informasi. Pendefinisian
basis data meliputi spesifikasi berupa tipe data, struktur data dan juga batasan-
batasan pada data yang akan disimpan. Basis data merupakan aspek yang sangat
penting dalam sistem informasi karena berfungsi sebagai gudang penyimpanan data
yang akan diolah lebih lanjut. Basis data menjadi penting karena dapat
mengorganisasi data, menghidari duplikasi data, menghindari hubungan antar data
yang tidak jelas dan juga update yang rumit.
Proses memasukkan dan mengambil data ke dan dari media penyimpanan data
memerlukan perangkat lunak yang disebut dengan sistem manajemen basis data
(database mikrokontroler Sistem atau DBMS). DBMS merupakan sistem perangkat
lunak yang memungkinkan pengguna basis data (database user) untuk memelihara,
mengontrol dan mengakses data secara praktis dan efisien. Dengan kata lain, semua
akses ke basis data akan ditangani oleh DBMS. DBMS ini menjadi lapisan yang
menghubungkan basis data dengan program aplikasi untuk memastikan bahwa
basis data tetap terorganisasi secara konsisten dan dapat diakses dengan mudah.
My SQL database merupakan basis data sumber terbuka yang paling popular
dan banyak digunakan untuk aplikasi berbasis WEB seperti WEBsite dinamis dan
e-commerce. Pada tahun 2012, MySQL merupakan basis data yang paling banyak
digunakan di dunia dan yang utama digunakan untuk basis data Open Source.
Penggunaan MySQL sebagai basis data utama untuk aplikasi WEB sering
dipadukan dengan PHP sebagai bahasa skrip mengorientasikan obyek. MySQL
adalah salah satu komponen penting dari WEB service solution yaitu platform
pengembangan WEB sumber terbuka dimana Linux sebagai sistem operasi, Apache
sebagai WEB Server, MySQL sebagai basis data dan PHP sebagai bahasa skrip.
XAMPP adalah perangkat lunak , yang mendukung banyak sistem operasi,
merupakan kompilasi dari beberapa program. Fungsinya adalah sebagai server
yang berdiri sendiri (localhost). Nama XAMPP merupakan singkatan dari X (empat
sistem operasi apapun), Apache, MySQL, PHP dan Perl. Program ini tersedia dalam

27
GNU General Public License dan bebas, merupakan WEB server yang mudah
digunakan yang dapat melayani tampilan halaman WEB yang dinamis. Untuk
mendapatkanya dapat mendownload langsung dari WEB resminya.
Apache merupakan aplikasi WEB server. Tugas utama Apache adala
menghasilkan halaman WEB yang benar kepada user berdasarkan kode PHP yang
dituliskan oleh pembuat halaman WEB..Jika diperlukan juga berdasarkan kode
PHP yang dituliskan,maka dapat saja suatu database diakses terlebih dahulu
(misalnya dalam MySQL) untuk mendukung halaman WEB yang dihasilkan.
MySQL, merupakan aplikasi database server. Perkembangannya disebut SQL
yang merupakan kepanjangan dari Structured Query Language. SQL merupakan
bahasa terstruktur yang digunakan untuk mengolah database. MySQL dapat
digunakan untuk membuat dan mengelola database beserta isinya..Kita dapat
memanfaatkan MySQL untuk menambahkan, mengubah, dan menghapus data yang
berada dalam database.

PHP bahasa pemrograman WEB. Bahasa pemrograman PHP merupakan bahasa


pemrograman untuk membuat WEB yang bersifat server-side scripting. PHP
memungkinkan kita untuk membuat halaman WEB yang bersifat dinamis. Sistem
manajemen basis data yang sering digunakan bersama PHP adalah MySQl.

2.9 Shore connection

Shore connection merupakan sistem penyuplaian energi dari darat menuju kapal
ketika kapal sandar di pelabuhan. Sistem ini membutuhkan panel shore connection
yang dibangun sedemikian rupa untuk dapat menyuplai daya bagi peralatan di kapal
dengan tepat sehingga tetap menjaga kontinuitas sistem kelistrikan di kapal.
Sumber energi mesin kapal saat sandar yang sebelumnya berupa bahan bakar
minyak, kemudian digantikan dengan energi listrik yang disediakan oleh fasilitas
shore connection pada pelabuhan. Dengan memanfaatkan shore connection, maka
biaya operasional kapal akan berkurang karena penggunaan BBM mesin kapal juga
berkurang. Selain penghematan biaya, sore connection juga mendukung prinsip
eco-friendly karena melakukan konversi BBM Auxiliary Engine menjadi

28
elektrifikasi sehingga dapat mengurangi emisi gas karbon saat melakukan aktifitas
layanan di pelabuhan (ABB Marine & Ports, 2019).

2.11.1 Standar Shore Connection


Standar Shore Connection menurut IEC PAS 80005-3 LVSC (dalam
Yankumara, 2021), menjelaskan mengenai sambungan daya dengan menggunakan
tegangan rendah untuk menyuplai kapal dengan daya dari darat. Standar sistem
sambungan daya dengan tegangan rendah ditunjukkan pada Gambar 2.18. berikut
ini.

Gambar 2. 15 Standar Sistem Sambungan Daya Tegangan Rendah (IEC PAS 80005-3 dalam
Yankumara, 2021)

dengan keterangan sebagai berikut:


1. Sistem daya di darat 7. Penghubung darat ke kapal dan
2. Transformator sisi darat dan NGR perlengkapan antarmuka
3. Proteksi relay sisi darat 8. Peralatan kontrol kapal
4. Pemutus rangkaian sisi darat 9. Proteksi relay sisi kapal
5. Pemutus rangkaian distribusi sisi 10. Pemutus rangkaian sisi kapal
darat 11. Transformator sisi kapal (jika
6. Peralatan kontrol darat diperlukan)
12. Pemutus rangkaian penerima sisi
kapal

29
Adapun beberapa kualifikasi untuk shore connection adalah sebagai berikut:
1. Persyaratan sistem kelistrikan
Sesuai IEC 60092-201 dalam Yankumara et al., 2021 batas hubung singkat pada
bagian sistem distribusi pada darat, kapal, dari penggunaan motor induksi dan
generator adalah maksimal senilai 16kA rms. Untuk gangguan hubung singkat
proteksinya harus sesuai untuk arus gangguan maksimum, peralatan harus
mempunyai kualifikasi arus minimum 16kA untuk satu detik dan arus puncak
40kA. Untuk tegangan dari darat yang nominalnya dapat berbeda pada setiap
pelabuhan, setiap peralatan yang memerlukan konversi ke tegangan nominal harus
dipasang pada kapal.
2. Kualitas suplai daya tegangan rendah sisi darat
Kualitas suplai daya pada sisi darat dapat dikontrol dari tegangan dan frekuensi
yang dihasilkan, standarisasi yang diterapkan untuk tegangan sisi darat ke kapal
adalah dilengkapi nominal 400VAC dan/atau 440VAC dan/atau 690VAC yang
terpisah dari sistem distribusi di darat. Untuk standarisasi frekuensi, frekuensi kerja
(Hz) dari kapal harus sesuai/sama dengan sistem kelistrikan di darat. Jika tidak,
maka pengubah frekuensi harus terpasang di darat. Persyaratan kualitas suplai daya
dari darat ke kapal adalah sebagai berikut :
a. Toleransi tegangan dan frekuensi
i. Frekuensi tidak boleh melebihi ±5% secara terus menerus saat terbeban atau
tidak
ii. Pada kondisi tanpa beban tegangan di titik sambungan darat tidak boleh
lebih dari 6% dari nilai tegangan nominal.
iii. Pada kondisi terbeban tegangan di titik sambungan darat tidak boleh kurang
dari 6% dari nilai tegangan nominal.
b. Transien tegangan dan frekuensi
i. Pada sambungan daya darat ke kapal saat mengalami perubahan respon
tegangan dan frekuensi harus ditetapkan dan didokumentasikan di setiap
instalasinya.
ii. Perubahan maksimum beban yang diharapkan ketika dihubungkan dengan
daya darat ke kapal harus ditentukan dan didokumentasikan untuk setiap

30
kapal, ketika terjadi perubahan (kenaikan, penurunan, maupun terputus)
harus diidentifikasi.
iii. Perbandingan antara poin i) dan ii) harus diverifikasi bahwa masih berada
pada toleransi tegangan sebesar +20% dan 15% serta perubahan frekuensi
berada pada batas ±10%, kedua hal tersebut tidak diperbolehkan melebihi
ketentuan.

c. Distorsi harmonic
Pada kondisi tanpa beban, batas distorsi harmonik tidak boleh melebihi 3%
untuk distorsi harmonik bagian (individual) dan 5% untuk distorsi harmonik
secara keseluruhan.

3. Persyaratan komponen sistem


a. Pemutus Rangkaian dan Pemutus Hubung
Persyaratan pemasangan pemutus rangkaian dan pemutus hubung harus
disediakan secara terpisah. Pemasangannya juga harus memiliki nilai nominal
lebih dari proyeksi beban puncak.
b. Transformator
Untuk persyaratan transformator Sisi sekunder harus berkonfigurasi bintang
dengan busing netral (Dyn; gulungan primer terhubung delta, lilitan sekunder
terhubung bintang, dengan ketentuan untuk terhubung ke netral). Proteksi
hubung singkat untuk setiap transformator suplai harus dilengkapi dengan
pemutus rangkaian atau sekering pada rangkaian primer dan sekunder. Suhu
trafo suplai harus dipantau. Selain itu, proteksi beban lebih harus disediakan
untuk rangkaian primer dan sekunder.
c. Resistor Pembumian Netral
Nilai nominal untuk resistor pembumian netral min 16A 5s, 5A kontinu.
Pemutus sisi darat harus terputus ketika kehilangan kontinuitas, maka
kontinuitas resistor pembumian netral harus selalu di monitor terus menerus dan
berkala. Batas gangguan pembumian tidak boleh menimbukan tegangan loncat,
atau harus dibawah 25V di setiap lokasi dalam sistem sambungan darat ke kapal.

31
d. Peralatan Ikat Konduktor Pembumian
Konduktor pembumian peralatan yang diakhiri di keluaran kotak kontak
listrik darat harus dihubungkan ke kapal dan dilanjutkan ke kapal untuk
menciptakan sambungan ekuipotensial antara darat dan kapal. Hal ini
memungkinkan perlu sambungan ke bus pembumian switchgear kapal dan atau
sambungan ke lambung kapal

2.11.2 SLD Shore connection Terminal Teluk Lamong

Pada proses perancangan shore connection diperlukan gambar diagram satu


garis atau single line diagram (SLD). Berikut ini pada Gambat 2.18. merupakan
single line diagram shore connection di Terminal Teluk lamong:

Gambar 2. 19 SLD Shore Connection

2.11.3 Layout panel Shore connection

Pada proses perancangan shore connection diperlukan pula gambar layout panel
shore connection dermaga. Berikut ini pada Gambat 2.19. merupakan layout panel
shore connection di Terminal Teluk lamong :

32
Gambar 2. 20 Layout Shore Connection

2.10 Arduino uno

Arduino uno adalah board mikrokontroller berbasis ATmega328 atau ATmega


168. Arduino uno memiliki 14 pin digital input / output (Dimana 6 dapat digunakan
sebagai output PWM), 6 input analog, resonator keramik 16 MHz, koneksi USB,
jack listrik, header ICSP, dan reset button. Arduino uno dibangun berdasarkan
kebutuhan diperlukan untuk mendukung mikrokontroler, sumber daya bisa
menggunakan power USB juga dengan adaptor atau baterai. Arduino uno berbeda
dari semua papan sebelumnya dalam hal tidak menggunakan FTDI chip driver
USB-to-serial. Sebaliknya, fitur Atmega16U2 (Atmega8U2 sampai versi R2)
diprogram sebagai konverter USB-to-serial. Revisi 2 dari Uno memiliki resistor
pulling 8U2 HWB yang terhubung ke tanah, sehingga lebih mudah untuk
menggunakan mode DFU.

Gambar 2. 21 Arduino UNO (Manual, 2021)

33
Spesifikasi Arduino uno Adalah Sebagai Berikut (Manual, 2021):

Tabel 2. 2. Spesifikasi Arduino UNO


Mikrokontroler ATmega328
operasi tegangan 5V
input tegangan disarankan 7-11 V
batas input tegangan 6-20V
pin i/o digital 14 (6 PWM)
pin analog 6
arus dc pin i/o 50mA

32 KB (ATmega328 dan 0,5


memori flash
KB digunakan oleh bootloader)

SRAM 2 KB (AATmega328)
EEPROM 1 KB (AATmega328)
Clock Speed 16 MHz

2.11 Real time clock (RTC)

RTC merupakan jam waktu nyata yang akan menghitung dan menyimpan data
terkait waktu pada suatu alat. RTC sama halnya dengan jam pada umumnya.
Bisaanya RTC merupakan microchip yang terpisah dengan alat utama. Microchip
ini berupa CMOS (Complementary Metal-Oxide Semiconductor). Nilai waktu yang
dimaksud dapat berupa tanggal maupun jam. RTC yang sumbernya berasal dari
sumber eksternal seperti baterai mampu trus menghitung dan bekerja bahkan ketika
alat utama dimatikan. Hal ini berarti dengan menggunakan RTC, kita dapat melacak
garis waktu yang panjang bahkan ketika alat utama dimatikan. RTC dapat
digunakan sebagai alarm maupun dikombinasikan dengan sistem lain agar dapat
berfungsi ketika pada jam tertentu. Perangkat RTC dapat dilihat seperti Gambar
2.21.

34
Gambar 2. 22 Real Time Clock (Module, 2010)

2.12 Sensor Daya PZEM

Modul PZEM merupakan sensor yang dapat mengukur parameter-parameter


kelistrikan. Adapun parameter yang dapat diukur PZEM, meliputi : Tegangan AC
1 fasa, Arus AC, Daya Aktif, Energi, Frekuensi, Power Factor.

Gambar 2. 23 Sensor PZEM 004T (Permadi, 2021)

PZEM memiliki external transformer, sesuai Gambar 2.22, sehingga


memudahkan dalam pengukuran besaran arus yang tinggi. Output dari PZEM
menggunakan komunikasi Serial TTL sehingga dapat dengan mudah
berkomunikasi dan mengirim data ke perangkat elektronik lain atau mikrokontroler
seperti Arduino atau STM32 atau perangkat lain yang menggunakan komunikasi
serial.

2.13 Current Transformer (CT)

Tansformator Arus (CT) berfungsi merubah besaran arus , dari arus yang besar
ke arus yang kecil. Atau memperkecil besaran arus listrik pada sistem tenaga listrik
menjadi arus untuk sistem pengukuran dan proteksi. CT (Current Transformer)

35
adalah salah satu tipe trafo instrumentasi yang menghasilkan arus disekunder
dimana besarnya sesuai dengan ratio dan arus. Ada 2 standart yang paling banyak
diikuti pada CT (Current Transformer) yaitu : IEC 60044-1 ( BSEN 60044-1 ) &
IEEE C57.13 ( ANSI ) , meskipun ada juga standart Australia dan Canada. Current
Transformer umumnya terdiri dari sebuah inti besi yang dililiti oleh konduktor
beberapa ratus kali. Output dari skunder biasanya adalah atau 5 ampere, ini
ditunjukan dengan rasio yang dimiliki oleh CT (Current Transformer) tersebut.
Misal 100 : 1 berarti sekunder CT akan mengeluarkan output ampere jika sisi primer
dilalui arus 100 Ampere. Jika 400 : 5 akan mengeluarkan output 5 ampere jika sisi
primer dilalui arus 400 Ampere. Dari kedua macam output tersebut yang paling
banyak ditemui, dipergunakan dan lebih murah adalah yang 5 ampere. Pada tertulis
class dan burden, dimana masing masing mewakili parameter yang dimiliki oleh
CT tersebut. Class menunjukan tingkat akurasi, misalnya class 1.0 berarti CT
tersebut mempunyai tingkat kesalahan 1%. Burden menunjukkan kemampuan CT
untuk menerima sampai batas impedansi tertentu. CT standart IEC menyebutkan
burden 1.5 VA (Volt Ampere) , 3 VA . 5 VA dst . Burden ini berhubungan dengan
penentuan besar kabel dan jarak pengukuran.

Gambar 2. 24 Current Transformer

2.14 Relay

Relay merupakan saklar yang bekerja secara elektronik. Relay terdiri dari 4
bagian utama yaitu coil elektromagnetik, kontak relay, rumah relay, dan spring.
Saklar ini bekerja jika coil relay mendapat tegangan sesuai spesifikasi. Penggunaan
relay umumnya sebagai pengendali on/off suatu rangkaian, pengontrol sistem
tegangan menengah menggunakan tegangan rendah, pengontrol beban arus
menengah menggunakan arus rendah, fungsi logika. Pada penelitian ini, penulis

36
menggunakan Relay 24VDC, yang nantinya akan bertugas sebagai sensor phase
failure dan sebagai penghubung output beban. Perangkat relay ditunjukkan pada
Gambar 2.23. berikut :

Gambar 2. 25 Relay (FEC, 2019)

2.15 Phase Failure Relay (PFR)

PFR atau kepanjangan dari Phase Failure Relay adalah sebuah alat atau
komponen yang sering digunakan untuk mengontrol kondisi tegangan 3 fasa yang
mengalir pada suatu rangkaian.Alat ini sebenarnya mempunyai prinsip kerja yang
hampir sama dengan TOR atau Thermal Overload Relay yang bisaa digunakan
untuk merngamankan motor listrik dari kemungkinan beban lebih.
Di dalam alat PFR ini terdapat sebuah relay yang akan berkerja apabila ada salah
satu fasa yang lepas atau kurang kencang sehingga membuat suplai tegangan dan
arus memjadi tidak stabil.Walaupun begitu alat ini masih ada sistem toleransinya
jadi apabila semisal ada suatu fasa yang lepas atau kurang kencang alat ini tidak
langsung berkerja melainkan akan mengontrol seberapa besar tegangan jatuh atau
perbedaan tegangan antara fasa satu dengan yang lainnya atau bisa disebut ada
jangka waktunya.
2.16 Ground Fault Relay

Pada dasarnya relay gangguan tanah adalah rel arus lebih yang dipergunakan
untuk mengamankan gangguan ke tanah yaitu 1 (satu) fasa atau 2 (dua) fasa ke
tanah. Relay gangguan tanah (Ground Fault Relay) berfungsi untuk memproteksi
jaringan tenaga listrik terhadap gangguan antara fasa atau 3 fasa dan hanya bekerja
pada satu arah saja . Relay ini terpasang pada jaringan tegangan tinggi, tegangan
menengah, juga pada pengaman transformator tenaga dan berfungsi untuk

37
mengamankan peralatan listrik akibat adanya gangguan fasa ke tanah. Proteksi
terhadap gangguan tanah lebih sensitif daripada gangguan antar fasa. Proteksi ini
dapat dilakukan menggunakan relay yang hanya akan merespon terhadap adanya
arus residu sistem, karena komponen residual hanya muncul bilamana arus
gangguan mengalir ketanah. Secara keseluruhan, penyetelan rendah terhadap relay
gangguan tanah memungkinkan bagi relay gangguan tanah menjadi sangat berguna,
tidak hanya terhadap gangguan tanah, tetapi lebih jauh terhadap hampir semua
gangguan, tetapi mungkin dibatasi oleh besarnya impedansi pentanahan atau oleh
tahanan pentanahan. Komponen residual diekstrasi dengan cara menghubungkan
CT (Current Transformer) jaringan secara paralel.
Pengaturan arus relay gangguan tanah bisaanya dipiIih sekitar 10% dari niIai
arus gangguan tanah terkeciI untuk mengantisipasi apabiIa terdapat tahanan
gangguan saat terjadi gangguan tanah (Is = 10% x ICT). (Sarimun dalam Kathelya,
2016).
2.17 Over voltage Relay

Terdapat beberapa jenis pengukuran tegangan dalam suatu sistem tenaga listrik
ditinjau dari bentuk gelombangnya, yaitu tegangan nominal, tegangan maksimum,
dan tegangan puncak maksimum. Tegangan nominal yaitu tegangan pengenal pada
sistem. Tegangan nominal ini dinyatakan sebagai tingkat efektifdan bisaanya
tertera pada pada papan sistem. Kenyataan dilapangan, sistem bekerja pada
tegangan yang tidak sama dengan tegangan nominalnya, suatu sistem terkadang
bekerja dibawah atau diatas tegangan nominalnya. Susatu sistem apabila bekerja
diatas tegangan nominalnya, maka sistem dinyatakan memikul tegangan lebih. Hal
ini dapat menyebabkan kerusakan pada sistem itu sendiri, sehingga diperlukan
suatu alat yang dapat melindungi agar sistem tidak rusak akibat tegangan yang
tidak stabil tersebut.
Over voltage Relay merupakan pengaman yang digunakan untuk memproteksi
sistem dari ketidak seimbangan tegangan ketika tegangan mencapai batas atas atau
bernilai lebih dari 1,2 pu. Cara kerjanya adalah dengan memutus aliran arus pada
breaker ketika tengangan mencapai limit dari setting yang ditentukan dalam waktu
yang ditentukan pula.

38
2.18 Under voltage Relay

Under voltage Relay merupakan pengaman yang digunakan untuk memproteksi


sistem dari ketidak seimbangan tegangan ketika tegangan mencapai batas atas atau
bernilai kurang dari setting yang telah ditentukan. Under voltage relay secara garis
besar cara kerjanya sama dengan over voltage relay hanya saja under voltage relay
ini memutus arus ketika kondisi tegangan berada dibawah batas minimum yang
telah disetting atau melebihi dibawah 0,9 pu.

2.19 Buzzer

Buzzer merupakan komponen indikator yang dapat mengeluarkan suara,


beberapa buzzer juga dilengkapi lampu indikator. Penggunaan buzzer pada
penelitian ini sebagai peringatan kepada operator ketika terdapat keadaan gangguan
pada panel shore connection. Sehingga ketika terjadi phase failure, maka buzzer
akan aktif. Perangkat Buzzer ditunjukkan pada Gamber 2.24. berikut dibawah :

Gambar 2. 26 Buzzer (se.com)

2.20 Perhitungan Error

Untuk mengetahui tingkat error pada saat pengujian komponen dapat dihitung
melalui rumus berikut :
𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 𝒕𝒆𝒓𝒃𝒂𝒄𝒂 − 𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 𝒔𝒆𝒃𝒆𝒏𝒂𝒓𝒏𝒚𝒂
Error = X 𝟏𝟎𝟎%
𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 𝒔𝒆𝒃𝒆𝒏𝒂𝒓𝒏𝒚𝒂

𝐄𝐫𝐫𝐨𝐫𝟏 + 𝐄𝐫𝐫𝐨𝐫𝟐 + ⋯ + 𝐄𝐫𝐫𝐨𝐫𝐍


𝐑𝐚𝐭𝐚 − 𝐑𝐚𝐭𝐚 𝐄𝐫𝐫𝐨𝐫 =
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐍 𝐄𝐫𝐫𝐨𝐫

39
(Halaman Ini Sengaja Dikosongkan)

40
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alur Penelitian

Alur penelitian yang akan dilakukan dalam tugas akhir ini adalah seperti pada
Gambar 3.1.

Mulai
A

Identifikasi Masalah Perancangan &


dan Studi Literatur pembuatan mekanik

Sinkronisasi
Hardware dan
Analisis kebutuhan
Software
sistem

Pengujian Sistem
Desain dan
perancangan sistem
Tidak
Pengujian
B
Berhasil?
Perancangan &
B
Pembuatan Hardware
Ya

Analisis data
Perancangan &
Pembuatan Software
Kesimpulan dan saran

A
Selesai

Gambar 3. 1 Flowchart Penelitian

Diagram alir penelitian menunjukkan proses penelitian yang akan dilakukan


selama pembuatan sistem. Proses penelitian yang dilakukan dimulai dari
identifikasi masalah yang terdapat pada lokasi penelitian. Setelah masalah tersebut
teridentifikasi, kemudian studi literatur dilakukan agar masalah dapat dipahami dan
ditemukan solusi yang tepat. Setelah studi literatur ditempuhm selanjutnya adalah
untuk menganalisis kebutuhan sistem untuk mengetahui komponen-komponen
yang akan digunakan untuk penelitian ini. Lalu hasil dari analisis tersebut

41
digunakan untuk landasan pembuatan desain dan perancangan sistem dan kemudian
digunakan untuk perancangan perangkat kerasm perangkat lunak,dll.
Setelah perancangan selesai dilakukan, maka untuk mengetahui keberfungsian
alat maka dilakukan langkah pertama yaitu sinkronisasi hardware, software, dan
mekanik. Setelah semua di sinkronisasi maka dilakukan pengujian sistem kemudian
dilakukan penulisan buku tugas akhir, apabila pengujian mengalami error, maka
perlu identifikasi ulang dan melakukan perbaikan pada perancangan.

3.2 Tahap Identifikasi

Pada tahap identifikasi ini merupakan awalan untuk pelaksanaan penelitian.


Identifikasi terhadap permasalahan dan tujuan perlu dilakukan, beberapa tahapan
pada tahap ini Antara lain :

3.2.1 Identifikasi Masalah

Identifikasi Masalah dilakukan untuk mengetahui dengan jelas problematika


yang akan diangkat dalam proses penyusunan sistem. Permaslahan yang diangkat
dalam tugas akhir ini adalah terkait pendeteksi jenis gangguan tegangan dan
proteksi panel shore connection pada terminal teluk lamong. Pendeteksi dilakukan
untuk memonitoring kualitas daya secara real-time pada suplai daya shore
connection. Fokus pada tugas akhir ini adalah monitoring kualitas daya dan
sekaligus proteksi dari gangguan daya langsung yang terjadi pada panel shore
connection.

3.2.2 Penetapan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas, terdapat


beberapa perumusan masalah yang menjadi tujuan utama dalam penelitian tugas
akhir ini. Rumusan masalah dalam penelitian tugas akhir ini berkaitan dengan
pendeteksian jenis gangguan tegangan dengan metode Fuzzy logic Sugeno.
Pembacaan sensor tegangan yang kemudian dipadukan dengan input dari real time
clock menghasilkan enam parameter keluaran jenis gangguan tegangan. Rumusan

42
masalah lain pada penelitian ini adalah bagaimana untuk mengirim data yang telah
diproses pada alat ini ke server dan database yang akan dirancang melalui XAMPP.

3.2.3 Studi Literatur

Studi literatur pembuatan tugas akhir ini menggunakan beberapa referensi dari
jurnal, tugas akhir, buku, lapangan, maupun manual book. Literatur yang diambil
untuk pematangan konsep dan penentuan alat yang pertama yaitu penelitian oleh
Nafilah (2020), yang digunakan untuk pematangan tentang konsep kedip sehingga
didapatkan keselarasan antara standar yang digunakan dengan literatur lain. Yang
kedua adalah penelitian oleh Aryaguna dan Angriawan (2021), penelitian ini
digunakan untuk mematangkan konsep jenis gangguan tegangan waktu singkat
yang diuji dengan software matlab. Literatur yang lain yaitu Aulia dan Gunawan
(2021), yang meneliti tentang gangguan tegangan periode panjang, juga dapat
dipelajari dari penelitian ini adalah aktuator yang bisa diaplikasikan untuk
menunjang keberhasilan penyelesaian tugas akhir ini. Manual-manual book juga
banyak dipelajari pada tugas akhir ini antara lain manual book PZEM, manual book
SCT dan juga sensor atau komponen yang lainnya. Studi literatur ini dilakukan
setelah tahapan penetapan masalah dan dengan cara mengkaji beberapa literasi atau
sejumlah bacaan referensi.

3.3 Analisis kebutuhan Sistem

Pada penelitian tugas akhir ini memiliki beberapa analisis kebutuhan sistem.
Analisis kebutuhan sistem yang diperlukan terdiri dari beberapa subsistem yaitu:
subsistem power supply yang digunakan untuk memberikan daya yang kontinyu
kepada kontrol, kemudian subsistem prosesor yang merupakan otak dari alat-alat
yang dibaca dan aktuator yang digerakkan, subsistem sensor yang digunakan
sebagai pembaca utama kondisi alat yang sedang dimonitor atau gangguan yang
sedang terjadi, subsistem alarm yaitu terdiri dari buzzer dan lampu-lampu indikator,
ketika terjadi gangguan alarm akan berbunyi dan lampu indikator akan padam,
subsistem lainnya yaitu subsistem aktuator berupa relay dan juga UVT. Subsistem-
subsistem yang telah dirancang tersebut kemudian dijadikan satu-kesatuan

43
ssehingga alat bisa terintegrasi dan bisa beroperasi dengan baik. Kemudian alat dan
komponen yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :
Tabel 3. 1.Daftar Kebutuhan Komponen
No Nama Jumlah Satuan
1 Panel 40x30x15 1 Pcs
2 Terminal Block 1 Pcs
3 Arduino uno 1 Pcs
4 PZEM-004T 3 Pcs
5 SCT013 1 Pcs
6 RTC DS1302 1 Pcs
7 LCD 16x4 1 Pcs
8 Modul I2C 1 Pcs
9 Indicator Lamp 8 Pcs
(pilot)
10 Buzzer 1 pcs
11 Router 1 pcs
12 ESP8266 1 pcs
13 Relay modul 4ch 1 pcs
14 UVT MCCB 1 pcs
15 Kabel Jumper M-M 1 Set
16 kabel Jumper M-F 1 Set
17 kabel 2x2,5 Nyyhy 5 meter
18 Power Supply 1 pcs
19 Batery/Accu 1 pcs
20 Buck Converter 2 pcs
21 SCC Supply 1 pcs
22 kabel 2,5 nyaf 20 meter
23 MCB 1 Phase 1 pcs
24 Isolasi Elektrik 5 pcs
25 Fuse 10A 10 pcs
26 Kabel Ducting 4 meter

3.4 Desain dan Perancangan Sistem

Desain dan perancangan sistem merupakan tahapan yang digunakan untuk


memberikan gambaran umum atas sistem yang dibuat dalam tugas akhir ini,
sehingga dapat dijadikan pedoman dalam pengerjaannya.

44
3.4.1 Diagram Blok Sistem

Tahap pertama dalam desain dan perancangan sistem adalah pembuatan


diagram blok dari sistem kerja alat agar dapat memahami setiap proses-proses yang
dilakukan. Selain itu juga agar mengetahui input dan output suatu sistem.

SECONDARY POWER
POWER SUPPLY SUPPLY

12V dc
TCP/IP
SERVER
CLIENT
Serial TCP/IP
GROUND SCT013 ADC
Serial WIFI-MODUL
ESP8266
CLIENT
Serial
INCOMING PZEM-004T MIKROKONTROLER
Serial
ARDUINO UNO BUZZER
CLIENT
RTC DS3231
I2C l2C
Input LCD 20X4

Digital Digital Digital Digital


I/O I/O I/O I/O

OVER UNDER GROUND PHASE


VOLTAGE VOLTAGE FAULT FAILURE
RELAY RELAY RELAY RELAY

Digital I/O Serial

UVT/SHUNT Indicator Lamp

Gambar 3. 2 Diagram Blok Sistem

Gambar 3.2 merupakan diagram sistem pada penelitian tugas akhir ini. Pada
gambaran sistem diatas, yang termasuk input adalah power meter PZEM 004T
untuk sensor pada Line, kemudian SCT013 adalah sensor arus untuk pendeteksian
jalur ground, dan RTC untuk input waktu jika tejadi gangguan tegangan.
Kemudian pengolahan input diproses di dalam Arduino uno termasuk
pengolahan Fuzzy Sugeno. Kemudian output dari sistem ini adalah relay proteksi
yang meliputi Over voltage Relay, Under voltage relay, Ground Fault Relay, dan
Phase Failure Relay, output lainnya adalah Realtime Monitoring berbasis WEB
yang dihubungkan dengan ESP8266, Led indicator, Buzzer, dan data yang
dimasukkan kedalam database MySQL juga ditampilkan pada LED 20x4 (waktu,
voltase L-N, Arus, kondisi). Aktuator relay akan terhubung dengan Under voltage
Trip atau Shunt trip yang akan dipasang built in pada MCCB panel shore
Connection.

45
3.4.2 Diagram Blok Sistem Kontrol

Untuk melakukan kontrol pada suatu sistem, perlu adanya diagram blok sistem
kontrol. Hal itu dimaksudkan agar dapat memahami parameter yang menjadi acuan
pengontrolan (input) dan sesuatu yang akan dikontrol (plant). Pada penelitian ini
terdapat 2 diagram blok sistem kontrol.

SENSOR DAYA
PZEM-004T RELAI PROTEKSI
ARDUINO UNO

(Fuzzy Inference XAMPP (WEB)


System)
REAL TIME CLOCK
DS3231

Gambar 3. 3 Diagram Blok Sistem Kontrol

Pada Gambar 3.3. menunjukkan diagram sistem kontrol pada sistem, sistem
kontrol menggunakan metode Fuzzy untuk mengetahui jenis gangguan tegangan,
jenis gangguan tegangan diambil dari lamanya gangguan berlangsung dan tegangan
yang terukur. Menggunakan parameter input sensor daya PZEM 004T dan real time
clock dan output relay proteksi dan data yang dimasukkan ke XAMPP yang
berbasis WEB.

3.5 Perancangan Hardware

Setelah membuat desain dan perancangan sistem, perancangan selanjutnya


adalah perancangan hardware. Pada sistem ini terdapat beberapa komponen yang
digunakan dalam perancangannya. Dari beberapa komponen dirancangan menjadi
suatu kesatuan hardware. Tujuannya adalah untuk menunjang kinerja sistem yang
akan dibuat. Sesuai dengan penjelasan pada diagram blok sistem, hardware yang
digunakan ditampilkan pada Gambar 3.4.

46
GROUND

INCOMING

Gambar 3. 4 Perancangan Hardware

Prosesor yang digunakan adalah mikrokontroller Arduino UNO. Kemudian


bagian sisi kiri merupakan input yang digunakan untuk menjadi masukan yang akan
diproses, pada sisi atas terdapat subsistem power supply yaitu Accu, power supply,
Solar Charger Controller yang digunakan sebagai pengatur daya juga sekaligus
sebagai UPS DC, agar kontroller tidak mati ketika daya padam. Bagian kanan dan
bawah mikrokontroller terdapat keluaran atau output yang beroperasi sesuai
program yang telah deprogram.

3.5.1 Rancangan Model Sinyal Gangguan

Rancangan model sinyal yang dibuat akan diimplementasikan pada regulator


power supply. Model sinyal gangguan yang akan diuji pada tugas akhir kali ini ada
beberapa model gangguan Antara lain Interruption, sag, swell, sustained-
Interruption, under voltage, over voltage. Model sustained interruption dan
interruption yang ditunjukkan pada gambar 3.5.

47
Gambar 3. 5 Pemodelan Interruption dan S-Interruption

Kemudian pemodelan sinyal pada gambar 3.6 berikut ini adalah pemodelan
sinyal untuk voltage sag dan undervoltage. Dimana kondisi ini berlaku ketika sinyal
berada pada kisaran 22V dan 198V, yang membedakan adalah variabel waktu
Antara keduanya, untuk undervoltage adalah untuk durasi Long Time (LT)
sementara sag adalah untuk Short Time (ST) dan Medium Time (MT) yang akan
dijelaskan pada perancangan fuzzy..

Gambar 3. 6 Pemodelan Undervoltage dan Sag Voltage

Pemodelan sinyal gangguan yang ketiga adalah pemodelan sinyal untuk swell
dan overvoltage dimana kondisi kedua sinyal ini berada pada kisaran 242V sampai
dengan 264V. Perbedaan antara kedua kondisi ini adalah pada waktunya, Swell
berada pada waktu short time (ST) dan medium time (MT) sementara Overvoltage
berada pada kondisi long time (LT). gambar sinyal gangguan ditunjukkan pada
gambar 3.7.

48
Gambar 3. 7 Pemodelan Overvoltage dan Swell Voltage

Pemodelan-pemodelan sinyal yang telah dijelaskan di atas direncanakan akan


dimodelkan dengan menggunakan power supply regulator sehingga bisa
didapatkan gelombang yang diinginkan dan pengecekan sinyal keluaran dapat dicek
melalui osiloskop sehingga didapatkan dengan jelas gambar sinyal pengujian.

3.5.2 Rancangan Wiring Power Supply

Pada Penyelesaian projek tugas akhir ini menggunakan power supply PSU 5A
13,3V dan supply dari battery 12Ah 12V. Dua supply digunakan karena dalam
sistem proteksi ini energi pensuplai mikrokontroller yang mengirim data ke
database tidak boleh ter-interrupt sehingga supply yang ada dimanajemen
menggunakan kontroler SCC. Tegangan 13,3V digunakan karena untuk charging
Accu 12V harus menggunakan voltase yang lebih tinggi untuk menciptakan beda
potensial sehingga baterai terisi. Output power supply akan digunakan sebagai
sumber dari Arduino uno.

Output ->

Gambar 3. 8 Wiring PSU

49
3.5.3 Wiring Diagram Sensor PZEM 004-T

PZEM 004-T pada projek tugas akhir ini digunakan sebagai sensor utama yang
mendeteksi tegangan fasa-netral pada line R-S-T. Pengukuran tegangan
menggunakan metode fasa-netral karena sensor ini memiliki datasheet pengukuran
maksimum yaitu 260VAC, sementara ketika pengukuran dilakukan L-L adalah
380V, maka pada wiring sensor PZEM yang akan dikoneksikan ke sumber AC
adalah L-N. Pin VCC dari PZEM dihubung langsung dengan 5v dari Arduino, GND
dari PZEM juga dihubung dengan GND dari Arduino, pin yang digunakan oleh
PZEM adalah pin TX dan RX untuk setiap PZEM nya. Pin (8, 9) Arduino untuk
PZEM line R, pin (10, 11) Arduino untuk PZEM line S, pin (12, 13) Arduino untuk
PZEM line T. Berikut merupakan gambar wiring untuk sensor PZEM 004-T.

Gambar 3. 9 Wiring PZEM

3.5.4 Wiring Diagram Sensor SCT-013

Sensor SCT yang digunakan pada Tugas Akhir ini adalah yang berskala 100A
: 50mA. Sensor SCT013 digunakan untuk pendeteksian kegagalan fasa pada sistem,
perangkat ini dipasang pada sisi grounding netral rangkaian ssehigga ketika ada ada
arus sesuai perhitungan yang melalui jalur ground maka akan memberi respon pada
relay agar memutus rangkaian untuk mengamankan sistem. Pin Yang digunakan
SCT013 ini adalah VCC, GND, dan pin A0 untuk pembacaan data. SCT013 ini
dihubung dengan rangkaian bantu kemudian rangkaian bantu masuk ke pin A0
Arduino.

50
Gambar 3. 10 Wiring SCT013

3.5.5 Rancangan Rangkaian bantu SCT-013

Rangkaian bantu SCT013 merupakan rangkaian yang dibuat untuk melakukan


pembacaan arus yang diubah menjadi tegangan yang bisa dibaca oleh Arduino yang
dapat membaca hingga 5VDC yang diidentitaskan sebagai AREF Arduino.
Rangkaian ini terdiri dari susunan Resistor R1, R2 dan Burden resistor, yang input
nya dari SCT-013 dan memiliki sumber daya 5V dan satu kabel output yang
disambung langsung dengan pin A0 Arduino.

Gambar 3. 11 Rangkaian Bantu SCT

3.5.6 Wiring diagram RTC DS-3231

RTC DS3231 adalah input yang memberi inputan berupa waktu realtime.
Waktu di setting dengan program Arduino. Input yang diberikan RTC ini nantinya
akan dikirim ke database untuk merekam setiap satuan waktu yang disimpan
sebagai kondisi terkini saat itu. Inputan RTC juga akan digunakan untuk dasar
pengolahan fuzzy pada pemrograman Arduino. Pin RTC yang digunakan ada 4 pin
yaitu VCC, GND, SCA yang disambung ke pin A4, dan SDL yang disambung
langsung dengan A5 Arduino.

51
Gambar 3. 12 Wiring RTC DS3231

3.5.7 Wiring Diagram Relay Module

Relay modul yang bertindak sebagai aktuator pada projek tugas akhir ini
digunakan sebagai alat kontrol dari empat kemungkinan kondisi, yaitu : over
voltage, under voltage, ground fault, dan phase failure. Output dari relay modul ini
dihubung seri dan akan disambungkan dengan UVT yang berperan sebagai
perangkat utama agar MCCB bisa trip. Pin yang digunakan adalah VCC, GND, dan
4 pin trigger relay yang dihubungkan dengan pin digital 2,3,4, dan pin 5 Arduino.

Gambar 3. 13 Wiring Relay Modul

3.5.8 Wiring Diagram ESP-8266

Pada projek tugas akhir ini ESP8266 digunakan sebagai pengirim data dari
Arduino ke server sehingga dapat disimpan di database pada MySQL. ESP8266
dihubung secara kabel dengan Arduino Uno pada pin RX dan TX, yaitu digital pin

52
0 dan pin 1 untuk menerima data kemudian akan dihubung secara nirkabel ke router
dan router dapat menghubungkan ESP ke server dengan IP yang telah diatur.

Gambar 3. 14 Wiring ESP8266 Nodemcu


3.5.9 Wiring Diagram Buzzer

Buzzer digunakan sebagai pemberi peringatan jika terjadi kondisi gangguan


yang telah disetting sesuai dengan kontrol relay. Sehingga ketika terjadi keadaan
malfungsi, alat tidak hanya mengambil tindakan utama, akan tetapi juga memberi
peringatan secara audio sehingga operator mengetahui bahwa panel shore
connection sedang mengalami masalah. Pengabelan Buzzer adalah positif buzzer
dihubung dengan pin 6 dan negative buzzer dihubung dengan pin GND Arduino.

Gambar 3. 15 Wiring Buzzer

3.5.10 Wiring Diagram LCD 20x4 I2C


LCD 20x4 digunakan sebagai media untuk monitoring keadaan yang terjadi
secara realtime. LCD 20x4 I2C merupakan modul yang dapat dikontrol oleh
Arduino. Wiring LCD 20x4 yang berperan sebagai output ini adalah dengan
menghubungkan SDA dan SCL pada Arduino dan pada modul ini secara selaras,
kemudian memasang GND dan VCC pada port Arduino sesuai pinout.

53
Gambar 3. 16 Wiring LCD20x4 I2C
3.5.11 Wiring Diagram UVT

UVT yang merupakan alat yang secara langsung berhubungan dengan MCCB
adalah komponen yang digunakan untuk memberi pengamanan apabila kondisi
gangguan terjadi. UVT memiliki prinsip kerja yang apabila ia dialiri arus listrik
yang bertegangan 220V maka MCCB dapat dioperasikan ke posisi on, tetapi
apabila voltase 220V itu hilang maka UVT akan membuat trip MCCB.
Penyambungan UVT pada tugas akhir ini adalah dihubung langsung dengan relay
module yang dirangkai seri untuk masing-masing proteksinya sehingga tercapai
kondisi yang diinginkan.

Gambar 3. 17 Wiring UVT

3.5.12 Prinsip Kerja Alat

Setelah perancangan hardware pada Gambar 3.8, kemudian prinsip kerjanya


dapat dilihat pada gambar 3.18.

54
Mulai
A B

ESP8266
Input Sensor Pengecekan
B
Incoming Ulang

Server /
Database

Y Relay Open
Client
Apakah Terjadi Phase
Failure & Ground Failure Indicator On

Relay Closed

Shunt/UVT Closed

Proses deteksi Metode


B
Fuzzy

Y
Apakah Terjadi Over/ Relay Open
Under Voltage? Indicator on

C Supply listrik ke UVT/ UVT/Shunt Trip


Shunt

Selesai A

Gambar 3. 18 Diagram Alir Prinsip Kerja Alat

Pada Gambar 3.18 dipaparkan diagram blok prinsip kerja alat, pada dasarnya
alat ini diaplikasikan untuk mendeteksi jenis gangguan yang berasal dari sumber
penyuplai daya atau transformator distribusi. Sebelum panel shore connection ini
menyuplai daya ke kapal, maka kualitas daya tegangan harus dipastikan dalam
kondisi baik. Apabila terjadi kondisi yang dianggap sebagai kondisi gangguan,
maka panel shore connection ini tidak bisa menyuplai listrik dari darat ke kapal.
Jenis gangguan tegangan yang akan di deteksi adalah : sag, swell, interruption,
sustained-interuption, under voltage, over voltage, dan juga memproteksi dari
gagal fasa dan gagal pentanahan.

55
Prinsip kerja alat ini adalah ketika alat mulai dijalankan, sensor daya dan sensor
tegangan akan mendeteksi masukan, kemudian masukan itu diproses pada
controller apakah ada gangguan gagal fasa atau gagal pembumian, ketika terjadi
gagal pembumian atau gagal fasa maka relay tidak bisa menutup dan akan dalam
kondisi terbuka sebelum meninjau ulang kondisi sumber. Ketika kondisi peninjauan
sudah sesuai maka relay akan menutup dan akan menutup juga UVT/Shunt trip
yang digunakan, kemudian MCCB yang menuju ke beban sudah bisa digunakan.
Kemudian alat meninjau kembali apakah ada kondisi over/under voltage, ketika
terjadi keadaan yang telah disetting, maka relay akan membuka dan membuka pula
UVT/Shunt trip yang digunakan. Sementara itu alat yang dihubungkan ke database
akan terus merekam kondisi real-time yang terjadi untuk nantinya bisa dianalisis
kondisi kualitas daya pada shore connection.

3.5.13 Prinsip Kerja Power Supply

Power supply yang digunakan adalah power supply DC dari sumber 220V dan
backup power supply yang berasal dari aki/Accu 12V, dengan sistem paralel, jadi
tidak ada sela ketika sumber 220V mengalami padam daya, setelah battery juga
diberi pengamanan dengan diode agar tidak ada reverse power yang bisa merusak
sumber, alat yang digunakan untuk parallel adalah Solar Charge Controller atau
SCC yang bisaa digunakan untuk solar panel, yang sistem kerjanya ditunjukkan
pada diagram blok berikut.

POWER SUPPLY
SOLAR CHARGE
CONTROLLER ARDUINO UNO
(SCC)
BATERY/ACCU Diode

Gambar 3. 19 Diagram Blok Power Supply

3.5.14 Perancangan Hardware Komunikasi Sistem

Hardware Komunikasi sistem secara garis besar ditunjukkan dalam gambar


3.20. Mula-mula komunikasi dikirimkan dari Arduino ke WEB Server oleh ESP

56
8266, router sebagai pusat penghubung antara pengirim dan penerima tersebut.
Data yang dikirimkan kemudian oleh interface web diambil untuk ditampilkan
sehingga menjadi tampilan matang database dan tampilan realtime.

Gambar 3. 20 Diagram Blok Komunikasi


Pada Gambar 3.20. router berperan sebagai perangkat utama yang
menghubungkan seluruh perangkat komunikasi nirkabel. Perangkat client bisa
diakses melalui laptop, komputer, ponsel, dan perangkat lainnya yang dapat
mendeteksi IP dan tersambung pada jaringan local. Server yang digunakan
menggunakan laptop aktif dengan manajemen database yang aktif juga
menggunakan XAMPP control panel.

3.6 Perancangan Software

Perancangan software adalah tahap merancang program pada masing-masing


software yang digunakan. Pemrograman Arduino menggunakan Arduino IDE.
Kemudian perancangan interface realtime berbasis WEB juga penyimpanan data
kedalam MySQL dengan XAMPP juga VSCode. User interface atau GUI akan
ditampilkan melalui WEB dengan tampilan yang akan dirancang sesuai kebutuhan
data yang akan dimuat. Perancangan interfae GUI adalah ditunjukkan pada gambar
3.21.

57
Gambar 3. 21 Interface Program

3.6.1 Diagram Blok Fuzzy Logic

Yang dikontrol oleh metode Fuzzy pada penelitian tugas akhir kali ini adalah
untuk pendeteksian variasi gangguan tegangan yang akhirnya mengeluarkan tujuh
variabel hasil yaitu :
1. Normal 5. S-Interruption
2. Interruption 6. Undervoltage
3. Sag 7. Overvoltage
4. Swell

Mulai

(Inisialisasi Fuzzy Magnitude)


1. Ketika Vrms <= 22V maka kondisi = VLM
2. Ketika Vrms >22V & <198V maka kondisi = LM
3. Ketika Vrms >=198V & <=242V maka kondisi = NM
4. Ketika Vrms >22V maka kondisi = HM

(Inisialisasi Fuzzy Timer)


1. Ketika timer >0,00s & <30s maka kondisi = ST
2. Ketika timer >=30s & >=60s maka kondisi = MT
3. Ketika timer >60s maka kondisi = LT

Jika kondisi VLM Y


Kondisi = 2
&&
Interuption
Kondisi ST

T
Jika kondisi VLM Y Kondisi = 2
&&
Interuption
Kondisi MT

Jika kondisi VLM Y Kondisi = 5


&&
S-Interuption
Kondisi LT

B C

58
B C D

Y
Jika kondisi LM
&&
Kondisi = 3 Fuzzifikasi
Sag
Kondisi ST

T
Inferensi
Jika kondisi LM Y Kondisi = 3
&&
Sag
Kondisi MT
Defuzzifikasi
T

Jika kondisi LM Y Kondisi = 6


&& Penentuan Kondisi
Under Voltage
Kondisi LT Tegangan

T
Selesai
Y Kondisi = 1
Jika Kondisi NM
Normal

Jika kondisi HM Y Kondisi = 4


&&
Swell
Kondisi ST

Jika kondisi HM Y Kondisi = 4


&&
Swell
Kondisi MT

T
Jika kondisi HM Y Kondisi = 7
&&
Over Voltage
Kondisi LT
T

Gambar 3. 22 Diagram Alir Logika Fuzzy


Diagram kerja fuzzy dimulai dari pendeteksian tegangan oleh sensor daya
PZEM 004T kemudian dalam inisialisasi akan dibaca apakah tegangan kurang dari
22V, apabila kurang dari 22V maka kondisinya adalah Very Low Magnitude
(VLM), kemudian apabila tidak maka akan dilakukan pembacaan selanjutnya yaitu
apabila tegangan Antara 22V dan 198V maka akan digolongkan dalam LM atau

59
low magnitude, apabila tidak maka akan dilanjutkan ke tahap pendeteksian
tegangan apabila berada dalam range 198V – 242V maka kondisinya adalah normal
atau NM, kemudian jika kondisi tegangan terjadi diantara 242V dan 264V maka
digolongkan kedalam HM atau high magnitude.
Setelah penggolongan pengukurang tegangan dilakukan, kemudian dilakukan
seleksi durasi waktu, apabila waktu berada diantara 0.01s dan 30s maka akan dicatat
sebagai short time (ST), apabila tercatat waktu diantara 30s dan 60s maka
digolongkan kedalam medium time (MT), dan apabila berada pada kisaran kebih
dari 60s maka digolongkan kedalam long time (LT).
Untuk pengkategorian kondisi, terdapat beberapa aturan, apabila kondisi
tegangan VLM dan waktu ST atau tegangan VLM dan waktu MT maka masuk
kedalam kondisi 2 atau interruption, apabila tegangan dalam VLM dan waktu LT
maka digolongkan kedalam kondisi 5 atau sustained interruption (s-Interruption),
kemudian ketika kondisi tegangan LM dan waktu ST atau kondisi tegangan LM dan
waktu MT maka dikategorikan kondisi 3 atau sag, ketika tegangan dalam kondisi
LM dan waktu dalam LT maka masuk kedalam kategori 6 atau undervoltage,
kondisi normal terjadi apabila NM terpenuhi, itu artinya tidak ada gangguan daya,
kondisi 4 atau swell terjadi ketika tegangan dalam HM dan waktu dalam ST atau
MT, dan kondisi 7 terjadi ketika tegangan dalam kondisi HM dan waktu pada
kondisi LT maka ini disebut kokndisi over voltage. Kemudian dilakukan
pengolahan kedalam logika fuzzy dan akan ditentukan kondisi tegangan atau daya
yang sedang terjadi.

3.6.2 Perancangan FIS Matlab

Untuk melakukan pemrograman fuzzy logic pada Arduino IDE, maka harus
dilakukan simulasi pengujian Fuzzy sugeno yang akan diterapkan. Fuzzy sugeno ini
dibuat berdasarkan peraturan yang dirujuk dalam buku tugas akhir ini yaitu aturan
dari IEEE. Fungsi perancangan FIS Matlab pada penelitian tugas akhir ini adalah
untuk memvalidasi keandalan metode yang digunakan apabila diterapkan pada
program Arduino. Berikut merupakan hasil perancangan yang telah dilakukan pada
software Matlab.

60
Gambar 3. 23 FIS Matlab
Pada gambar 3.23 menunjukkan bahwa sistem ini meunjukkan 2 macam
variabel input dan satu variabel output.
a. Variabel Input
1. Magnitude Vrms
Magnitude Vrms ini merupakan nilai tegangan yang terbaca oleh
sensor secara realtime. Nilai terbaca pada sensor merupakan nilai
efektif atau nilai rms untuk tegangan. Magnitude sebagai variabel
yang utama kemudian diturunkan untuk klasifikasi waktu.
2. Timer
Waktu pada projek tugas akhir ini adalah merupakan durasi waktu
dari perubahan relative nilai teagangan nominal diluar batas toleransi
yang sesuai dengan standard. Standard normal yang diambil adalah
220V dengan toleransi 10% sehingga nilai nominal yang didapat
adalah >198V sampai <242V.

61
b. Variabel Output
1. Kondisi
Merupakan nilai yang menyatakan suatu kondisi dari tegangan pada
sistem. Nilai ini merupakan nomer urut dari kategori kondisi
tegangan pada tabel 2.1.

Gambar 3. 24 Membership Function Input Magnitude (Vrms)


Perancangan Magnitude Vrms dibagi menjadi 4 label yang menggambarkan
kondisi sinyal pada saat normal maupun gangguan, yaitu:
a. VLM (Very Low Magnitude)
Merupakan keadaan dimana X < 0.1 pu
b. LM (Low Magnitude)
Kategori dimana keadaan tegangan pada 0.1 pu ≤ X ≤ 0.9 pu
c. NM (Normal Magnitude)
Keadaan normal yang merupakan kodisi tidak ada gangguan yang
terdeteksi pada rentang 0.9 pu < X < 1.1 pu
d. HM (High Magnitude)
Keadaan yang termasuk dalam HM adalah X ≥ 1.1 pu
Keterangan :
X = nilai tegangan terukur
Pu = per unit sistem

Gambar 3. 25 Membership Function Input Timer

62
Dari gambar membership function diatas yang menjadi kondisi variabel waktu
adalah dapat dilihat sebagai berikut :
a. ST (Short Time)
Rentang waktu yang termasuk dalam short time adalah 0.01 ≤ X ≤ 30
b. MT (Medium Time)
Rentang nilai yang temasuk dalam MT adalah 30 ≤ X ≤ 60
c. LT (Long Time)
Rentang nilai yang temasuk dalam LT adalah X > 60

Keterangan :
X = Nilai waktu dalam sekon

Gambar 3. 26 Membership Function Output Kondisi


Dari Gambar 3.26 dapat dilihat bahwa output kondisi memiliki 7 label yang
dapat dikategorikan berdasarkan nomer urut, diantaranya yaitu :
a. Normal =1
b. Interruption =2
c. Sag =3
d. Swell =4
e. Sustained – Interruption =5
f. Under voltage =6
g. Over voltage =7

Adapun keterangan wilayah dari tiap-tiap output yaitu: Output 1 adalah


keadaan fuzzy yang bernilai 0,4-1, output 2 adalah yang bernilai 2-3, output 3

63
adalah yang bernilai 3-4, output 4 adalah yang bernilai 4-5, output 5 adalah yang
bernilai 5-6, output 6 adalah yang bernilai 6-7, output 7 adalah yang bernilai 7-7,6.
Rulebase yang dimiliki program fuzzy ini pada dasarnya memiliki 12 Rules,
tetapi akan disederhanakan menjadi 10 rule dikarenakan terdapat 3 rule yang sama
sehingga dapat dijadikan 1 rule. Kondisi rule dapat dilihat pada Gambar 3.27
Berikut :

Gambar 3. 27 Rule Base Fuzzy


Dalam proses fuzzy logic, nilai input pertama yang berupa magnitude vrms dan
nilai input kedua berupa timer akan terus diproses secara terus menerus sehingga
didapatkan hasil identifikasi yaitu kondisi tegangan.

3.6.3 Perancangan Program Database

Perancangan program database dilakukan dengan menggunakan aplikasi local


host php myadmin, pemrograman dilakukan dengan menggunakan VSCode
kemudian kodingan disinkronkan dengan local IP melalui xampp browser. Koneksi
dengan WEB menggunakan komunikasi TCP/IP dengan ESP8266 sebagai Bridge,
maka penyinkronan software WEB dengan software Arduino IDE perlu dilakukan
sehingga komunikasi perangkat dengan databases dapat berlangsung, data yang
didapatkan akan di kirim selama 5000 mili second sekali ke database, GUI dibuat
dan ini yang nantinya dapat diakses oleh client untuk memonitoring kapalnya.
Gambar 3.28 merupakan dokumentasi program perancangan untuk database.

64
Gambar 3. 28 Pemrograman pada VSCode

3.7 Perancangan dan Pembuatan Mekanik

3.7.1. Perancangan dan Desain Mekanik

Perancangan mekanik panel dilakukan dengan membuat gambaran sketch pada


software Autocad, dimensi setiap komponen dan dimensi panel ditambahkan
seshingga dapat mengetahui kebutuhan kabel dan kebutuhan bahan-bahan lain
seperti skun, kabel ducting dll. Berikut merupakan desain perancangan mekanik
yang telah dibuat pada autocad :

Gambar 3. 29 Perancangan Panel pada AutoCAD

3.7.2. Realisasi Pembuatan Mekanik

Pembuatan mekanik kemudian dilakukan dengan menggunakan alat dan bahan


yang telah dicantumkan pada sub bab perancangan alat. Dilakukan pembelian alat
dan bahan, kemudian pengukuran lalu wiring kabel sehingga menjadi sistem yang
siap di charging. Dokumentasi realisasi panel terdapat pada Gambar 3.30.

65
Gambar 3. 30 Realisasi Pembuatan Mekanik

3.8 Integrasi Sistem

Pada tahapan integrasi sistem, seluruh perancangan hardware akan


dipasangkan dan software akan diintegrasikan kedalam hardware sehingga
didapatkan sistem kerja yang terpadu, rancangan integrasi hardware digambarkan
kedalam Gambar 3.31.

Gambar 3. 31 Perangkat Terintegrasi

66
Pada gambar 3.31 digambarkan diagram wiring keseluruhan sistem. Seluruh
perangkat yang terintegrasi memiliki pengabelan sesuai yang telah dijelaskan pada
subbab 3.5. tabel pengabelan secara umum dapat dililhat pada Tabel 3.2.

Tabel 3. 2 Tabel Pin Out pada Mikrokontroler

Pin Pin
No Komponen No Komponen
Out Out
1 VCC power 11 5 Relai 5
2 GND ground 12 6 Relai Buzzer
3 A0 SCT013 13 8 TX PZEM 1
4 A4 SDA 14 9 RX PZEM 1
5 A5 SCL 15 10 TX PZEM 2
6 0 RX ESP 16 11 RX PZEM 2
7 1 TX ESP 17 12 TX PZEM 3
8 2 Relai1 18 13 RX PZEM 3
9 3 Relai 2 19 SDA LCD, RTC
10 4 Relai 3 20 SCL LCD, RTC

67
(Halaman Ini Sengaja Dikosongkan)

68
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Model Pengujian


Pada bab ini akan dibahas hasil pengujian dan pembahasan dari penyusunan
alat penelitian tugas akhir beserta analisisnya. Sehingga pada bab ini dilakukan
beberapa pengujian guna memastikan bahwa komponen ataupun sistem yang
terdapat pada Tugas Akhir mampu berjalan sesuai perencanaan yang telah dibuat.
Adapun tahap-tahap pengujian sistem alat yang telah dibuat sebagai berikut:
a. Pengujian Parsial Sistem
Pengujian integrasi sistem dapat berupa pengujian hardware maupun
pengujian software. Pengujian parsial merupakan pengujian terhadap
beberapa komponen yang telah dirangkai. Pengujian parsial sistem
dilakukan demi mendapatkan data yang baik dan untuk meminimalisir
kesalahan sebelum menyatukan sistem menjadi satu kesatuan. Hal ini
juga dilakukan untuk mempermudah dalam hal troubleshoot keika terjadi
permasalahan
b. Pengujian Integrasi Sistem
Pada pengujian ini merupakan pengujian akhir yaitu ketika sistem telah
dirangkai menjadi satu kesatuan baik berupa software sistem maupun
hardware sistem yang sebelumnya telah dibuat perbagian. Pada
pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kehandalan sistem dalam
melakukan identifikasi gangguan tegangan mulai dari pembacaan sensor
tegangan, pengujian Aktuator maupun pengiriman data logger ke
MySQL.

4.2. Pengujian Parsial


Pada proses pengujian hardware memiliki tujuan untuk mengetahui tingkat
keakuratan setiap komponen-komponen yang digunakan serta dapat
mengetahui nilai persentase error yang dihasilkan. Sehingga dapat diketahui
tingkat kelayakan dari sensor yang digunakan pada Tugas Akhir ini.

69
Berikut pengujian tingkat keakuratan komponen-komponen yang digunakan
pada Tugas Akhir ini :

4.2.1. Pengujian Power Supply Unit


Pengujian Power Supply Unit ini dilakukan dengan cara membandingkan nilai
tegangan yang terbaca pada output power supply dengan nilai tegangan yang
terbaca pada Multimeter digital. Pada pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
tingkat keakuratan output power supply dalam membaca nilai tegangan dan
melakukan pengujian apakah backup power supply bekerja dengan baik sehingga
dapat dinyatakan layak dalam penggunaannya. Wiring diagram pengujian
berdasarkan pada gambar 3.8. Kemudian dokumentasi pengujian bisa dilihat pada
Gambar 4.1 Sedangkan data hasil pengujian ditampilkan pada Tabel 4.1 dibawah.

Tabel 4. 1. Hasil Pengujian PSU


PERSEN
Nilai Eksperimental
NO Nilai Aktual PSU (V) ERROR
PSU (V)
(%)
1 13,34 13,30 0,30
2 13,33 13,30 0,23
3 13,20 13,30 0,75
4 13,34 13,30 0,30
5 13,35 13,30 0,38
6 13,32 13,30 0,15
7 13,33 13,30 0,23
8 13,30 13,30 0,00
9 13,35 13,30 0,38
10 13,30 13,30 0,00
RATA RATA PERSEN ERROR 0,27

Gambar 4.1 Dokumentasi Pengujian Suplai Unit

70
4.2.2. Pengujian Sensor Daya PZEM
Pengujian sensor PZEM-004 ini dilakukan dengan cara membandingkan nilai
tegangan yang terbaca pada sensor PZEM-004 dengan nilai arus yang terbaca pada
Multimeter digital. Pada pengujian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat
keakuratan sensor PZEM-004 dalam membaca nilai tegangan, sehingga dapat
dinyatakan layak dalam penggunaannya. PZEM yang diuji terdiri dari tiga sensor
yang masing masing dipasang di setiap line sehingga didapat tiga tabel pengujian.
Wiring diagram pengujian berdasarkan pada gambar 3.9. Kemudian dokumentasi
pengujian bisa dilihat pada gambar 4.2 Sedangkan data hasil pengujian ditampilkan
pada tabel 4.2 sampai 4.4 dibawah.

Tabel 4. 2. Pengujian PZEM Line R


PEMBACAAN PERSEN
PEMBACAAN
NO VOLTMETER ERROR
SENSOR (V)
(V) (%)
1 228,4 227,7 0,31
2 228,3 227,8 0,22
3 228,3 227,7 0,26
4 228,3 228 0,13
5 228,1 227,9 0,09
6 228,4 227,8 0,26
7 228 227,7 0,13
8 228,2 227,7 0,22
9 228,3 227,9 0,18
10 228,4 228 0,18
RATA RATA PERSEN ERROR 0,198

Ketika dibandingkan dengan pembacaan pada miltimeter, hasil pengujian sensor


daya PZEM 004T adalah sensor dapat bekerja dengan baik membaca tegangan
dengan error persen 0,198 atau kurang dari 1 persen.

Tabel 4. 3. Pengujian PZEM Line S


PEMBACAAN PERSEN
PEMBACAAN
NO VOLTMETER ERROR
SENSOR (V)
(V) (%)
1 228,3 227,7 0,26
2 228,3 227,8 0,22
3 228,2 227,7 0,22
4 228 228 0,00
5 228,1 227,9 0,09

71
PEMBACAAN PERSEN
PEMBACAAN
NO VOLTMETER ERROR
SENSOR (V)
(V) (%)
6 228 227,8 0,09
7 228,2 227,7 0,22
8 228,3 227,7 0,26
9 228,1 227,9 0,09
10 228,3 228 0,13
RATA RATA PERSEN ERROR 0,158

Setelah dilakukan pengujian dengan membandingkan hasil keluaran sensor


terhadap multimeter, sensor dinyatakan dapat bekerja dengan baik dengan persen
error sebesar 0,158 atau kurang dari satu persen yang berarti akurasi sensor akurat.

Tabel 4. 4. Pengujian PZEM Line T


PEMBACAAN PERSEN
PEMBACAAN
NO VOLTMETER ERROR
SENSOR (V)
(V) (%)
1 220,7 220,3 0,18
2 220,7 220,5 0,09
3 220,7 220,4 0,14
4 220,7 220,3 0,18
5 220,6 220,6 0,00
6 220,7 220,3 0,18
7 220,6 220,4 0,09
8 220,6 220,4 0,09
9 220,6 220,5 0,05
10 220,7 220,6 0,05
RATA RATA PERSEN ERROR 0,104

Hasil yang didapatkan ketika menguji sensor daya fasa T juga tidak jauh berbeda,
persen error yang didapatkan adalah 0,104 persen yang berarti sensor akurat.

Gambar 4.2 Dokumentasi Pengujian Sensor PZEM

72
4.2.3. Pengujian Sensor Arus SCT013
Pengujian sensor SCT013 ini dilakukan dengan cara membandingkan nilai arus
yang terbaca pada sensor SCT013 dengan nilai arus yang terbaca pada Multimeter
digital. Pada pengujian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keakuratan sensor
SCT013 dalam membaca nilai arus, sehingga dapat dinyatakan layak dalam
penggunaannya. Wiring diagram pengujian berdasarkan pada gambar 3.10.
Kemudian dokumentasi pengujian bisa dilihat pada gambar 4.3 Sedangkan data
hasil pengujian ditampilkan pada tabel 4.5 dibawah.

Tabel 4. 5. Pengujian Sensor SCT013


SENSOR PERSEN
MULTIMETER
NO ARUS ERROR
TERBACA (A)
TERBACA (A) (%)
1 0,4 0,39 2,50
2 0,38 0,4 5,26
3 0,39 0,41 5,13
4 0,39 0,38 2,56
5 0,41 0,4 2,44
6 0,38 0,39 2,63
7 0,38 0,38 0,00
8 0,39 0,41 5,13
9 0,4 0,4 0,00
10 0,41 0,39 4,88
RATA RATA PERSEN ERROR 3,053

Pada tabel disajikan hasil pembacaan sensor arus pada kolom kedua dan
pembacaan pada multimeter pada kolom ketiga. Pembacaan sensor arus SCT013
memiliki besar error 3,053 persen atau kurang dari 5%, yang berarti sensor bekerja
cukup akurat untuk mendeteksi arus pada jaringan.

Gambar 4.3 Dokumentasi Pengujian Sensor SCT013

73
Selain Perhitungan presentasi error yang dilakukan pada sensor arus SCT013,
juga dilakukan perhitungan konversi oleh rangkaian bantu sensor arus SCT013,
dikarenakan sensor arus ini memerlukan rangkaian bantu yang biasa disebut
rangkaian burden untuk dapat dijadikan input yang compatible untuk Arduino.
Penambahan pengujian rangkaian burden ini adalah dengan menghitung keluaran
arus SCT013 sesuai dengan rasionya yaitu 100A:5mA, kemudian keluaran yang
diperoleh dimasukkan kedalam perhitungan rangkaian burden dan dihitung
tegangan keluarannya menggunakan electronic workbench, keluaran tegangan yang
didapatkan kemudian di konversikan kedalam satuan Analog arduino. Satuan
analog arduino memiliki perbandingan dimana 5V adalah bernilai 1023, jadi
tegangan keluaran rangkaian burden dilakukan perbandingan analog-digital
converter, sehingga diperoleh hasil sebagaimana Tabel 4.6 sebagai berikut. Dan
hasil regresinya tertera pada Gambar 4.4.

Tabel 4. 6. Tabel Perhitungan ADC Burden


I I V
I SCT V
NO Load SCT Out
(A) ADC
(A) (mA) (mV)
ex 100 0,050000 50 5000 1023
1 0,45 0,000225 0,225 22,5 5
2 0,91 0,000455 0,455 45,5 9
3 1,36 0,000680 0,68 68 14
4 1,64 0,000820 0,82 82 17
5 1,82 0,000910 0,91 91 19
6 2,09 0,001045 1,045 104,5 21
7 2,27 0,001135 1,135 113,5 23
8 2,55 0,001275 1,275 127,5 26
9 2,73 0,001365 1,365 136,5 28

Regresi Rangkaian Burden


30
28
25 26
23
20 21
19
17
15 14
10 9
5 5
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3
Gambar 4.4 Grafik Regresi Rangkaian Burden

74
4.2.4. Pengujian RTC DS3231
Pengujian RTC DS3231 ini dilakukan dengan cara mengupload program yang
telah selesai pada arduino IDE dan membandingkan waktu yang tertera pada serial
monitor RTC dengan waktu yang tertera pada layar personal komputer. Pada
pengujian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keakuratan RTC DS3231,
sehingga dapat dinyatakan layak dalam penggunaannya. Wiring diagram pengujian
berdasarkan pada gambar 3.12. Kemudian dokumentasi pengujian bisa dilihat pada
gambar 4.5 Sedangkan data hasil pengujian yang berupa timestamp ditampilkan
pada Gambar 4.6 dibawah.

Gambar 4.5 Dokumentasi Pengujian RTCDS3231

Gambar 4.6 Timestamp 3231

Pada serial monitor yang ditampilkan menunjukkan akurasi RTC dalam


menunjukkan waktu realtime. Pada sisi kiri adalah waktu realtime universal yang
dideteksi pada perangkat laptop, kemudian waktu pada RTC ditunjukkan pada
kolom sisi paling kanan. Terdapat perbedaan rata-rata 5 detik pembacaan RTC
terhadap waktu realtime yang tertera.

75
4.2.5. Pengujian Relay
Pengujian relay ini dilakukan dengan cara membandingkan nilai digital yang
terbaca pada relay dengan respon relay. Pada pengujian ini dilakukan untuk
mengetahui keberfungsian relay, sehingga dapat dinyatakan layak dalam
penggunaannya. Wiring diagram pengujian berdasarkan pada gambar 3.13.
Kemudian dokumentasi pengujian bisa dilihat pada gambar 4.7 Sedangkan data
hasil pengujian ditampilkan pada tabel 4.7 dibawah.

Tabel 4. 7. Pengujian Relay Modul 4 Channel


RESPON KONTAK
NO PEMROGRAMAN KETERANGAN
NO NC
1 LOW OPEN CLOSE Berfungsi Normal
2 HIGH CLOSE OPEN Berfungsi Normal

Gambar 4.7 Dokumentasi Pengujian Relay Modul

Pada Gambar 4.7 dapat dideskripsikan bahwa pengujian dilakukan dengan


menginputkan perintah pada serial monitor sehingga relay dapat beroperasi. Pada
gambar, relay sedang berada pada kondisi HIGH mulai dari relay 1 sampai dengan
relay 4. Pengujian relay-relay tersebut dilakukan satu per satu kemudian diulang
sampai beberapa kali sehingga didapatkan hasil yang valid kebenaran dari respon
relay tersebut.
4.2.6. Pengujian ESP 8266 dan Database MySQL
Pengujian ESP 8266 ini dilakukan dengan mengirim sebuah char data (paket
data) dengan tulisan tertentu kemudian dikirim ke database MySQL kemudian

76
dilakukan pegecekan ke MyphpAdmin apakah data berhasil terkirim atau tidak.
Dengan pengecekan pengiriman data ini dapat diketahui apakah ESP 8266 dapat
bekerja dengan baik, sehingga dapat dinyatakan layak dalam penggunaannya.
Wiring diagram pengujian berdasarkan pada gambar 3.14. Kemudian dokumentasi
pengujian bisa dilihat pada gambar 4.8.

Gambar 4.8 Dokumentasi Pengujian Komunikasi ESP8266 dan Database

4.2.7. Pengujian Buzzer

Pengujian Buzzer ini dilakukan dengan memberikan nilai HIGH pada Buzzer
dengan melakukan pemrograman pada serial monitor. Pengujian Buzzer ini
dilakukan untuk mengetahui fungsi tidaknya buzzer yang akan digunakan pada
Tugas Akhir, sehingga komponen dapat dikatakan layak untuk digunakan. Wiring
diagram pengujian berdasarkan pada gambar 3.15. Kemudian dokumentasi
pengujian bisa dilihat pada gambar 4.9 Sedangkan data hasil pengujian ditampilkan
pada tabel 4.8 dibawah.

Tabel 4. 8. Pengujian Buzzer


NO PEMROGRAMAN RESPON KETERANGAN
1 LOW Mati Berfungsi Normal
2 HIGH Berbunyi Berfungsi Normal

77
Gambar 4.9 Dokumentasi Pengujian Buzzer

4.2.8. Pengujian LCD 20X4 I2C

Pengujian LCD I2C ini dilakukan dengan memberikan program pada Arduino
untuk memberikan perintah menampilkan tulisan yang telah diatur dalam program.
Pengujian LCD I2C ini dilakukan untuk mengetahui fungsi tidaknya LCD I2C yang
akan digunakan pada Tugas Akhir, sehingga komponen dapat dikatakan layak
untuk digunakan. Berdasarkan hasil pengujian yang didapatkan, dengan
memberikan perintah pada LCD I2C, dapat diketahui LCD I2C bekerja dengan baik
dan layak digunakan. Wiring diagram pengujian berdasarkan pada gambar 3.16.
Kemudian dokumentasi pengujian bisa dilihat pada gambar 4.10.

Gambar 4.10 Dokumentasi Pengujian LCD 20X4 I2C

78
4.2.9. Pengujian UVT
Pengujian UVT dilakukan dengan memberikan tegangan pada kedua kaki
kutubnya sehingga UVT dapat memberikan respon ketika dikenai tegangan, juga
dengan memasang UVT pada MCCB kemudian dilakukan pengetest an posisi
MCCB ketika UVT dialiri arus juga ketika UVT tidak dialiri arus sehingga
didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 4. 9. Pengujian UVT
POSISI
KONDISI RESPON RESPON
NO AWAL KETERANGAN
UVT KONTAK MCCB
MCCB
1 CHARGING HIGH OFF ON BENAR
2 CHARGING HIGH ON ON BENAR
3 CHARGING HIGH TRIP ON BENAR
5 STANDBY LOW ON TRIP BENAR
6 STANDBY LOW TRIP TRIP BENAR
7 STANDBY LOW ON TRIP BENAR

Dengan dokumentasi yang didapatkan pada Gambar 4.11 sebagai berikut :

Gambar 4.11 Dokumentasi Pengujian UVT

4.2.10. Pengujian Simulasi Pemodelan Sinyal


Pemodelan sinyal dibuat untuk mengetahui sinyal yang akan diuji pada alat
yang terintegrasi. Pembuatan pemodelan sinyal dilakukan pada software Matlab M-
File. Sinyal yang dimodelkan adalah sinyal yang menjadi hasil output alat yang
akan dibuat ini, yaitu : Normal. Sag, Swell, Under voltage, Over voltage,
Interruption, Sustained – Interruption. Tujuannya adalah untuk nantinya dilakukan

79
pengujian input sinyal yang diinginkan menggunakan Regulator Power Supply.
Hasil dari pembuatan pemodelan sinyal pada Matlab ada pada Gambar 4.12 sampai
Gambar 4.18.
Pemodelan sinyal dilakukan dengan memasukkan rumus pada m-file matlab,
pada rumus yang diprogram pada matlab tertera pada baris awal yaitu:
xlabel(‘Time(sec)’) adalah mendefinisikan sumbu x dari grafik yang digunakan
untuk waktu (sec). kemudian u inline adalah nilai tegangan yang disimulasikan
memiliki waktu lebih dari 0s , lalu t merupakan waktu setting gelombang yang
diinginkan secara berurutan adalah awal mula gelombang, titik tengah gelombang,
dan waktu akhir pengujian gelombang, menggunakan tanda pisah titik dua “:”.
Tegangan yang digunakan adalah 220V, pada program diinisialisasikan sebagai ‘A’
atau amplitude. Bentuk gelombang dan derajat gelombang (leading atau legging)
ditunjukkan oleh rumus V, dimana V adalah pengalian A dengan phi, frekuensi dan
time atau waktu. Kemudian rumus yang telah ditulis di plot kedalam matlab plotter
dengan menambahkan fungsi plot, sumbu Y adalah amplitude, sumbu X adalah
waktu, dan keterangan nama gelombang adalah sesuai yang akan di cetak.

Gambar 4.12 Pemodelan Sinyal Normal


Pemodelan sinyal Interruption identic dengan sinyal sustained Interruption,
hanya saja pada variabel waktu yang membedakan, sustained Interruption memiliki
nilai waktu yang lebih panjang sesuai standard yaitu lebih dari 60s. Terdapat
penambahan rumus pada matlab mengenai penambahan gangguan yang terjadi,
yaitu pada baris ke-4 dan 5 dimana baris tersebut menginisialisasikan dimulainya
gangguan pada fungsi waktu dan juga jenis gangguan yang terjadi pada rumusan

80
baris ke-5. Pada interruption gangguan disimulasikan terjadi pada waktu ke 0.04
sekon sampai 0.14 sekon, sementara sustained-interuption disimulasikan waktu
gangguan terjadi pada detik ke 1 s/d detik ke-62.

Gambar 4.13 Pemodelan Sinyal Interruption

Gambar 4.14 Pemodelan Sinyal Sustained-Interruption


Selanjutnya adalah pemodelan sinyal Sag dan Undervoltage yang identic juga,
bentuk sinyal yang dibuat adalah gangguan tegangan dibawah nominal,
berdasarkan Gambar 4.16 dapat dilihat, bahwa nilai yang diambil adalah 180 Vrms.
Dimana untuk durasi gangguan adalah bervariasi mulai dari 0.01 detik hingga 90
detik. Tetapi sesuai standart maka dibedakan menjadi voltage sag dengan durasi 0,1
detik dan undervoltage dengan durasi 61 detik. Program dan output pemodelan
sinyal untuk voltage sag dapat dilihat pada Gambar 4.15. Untuk undervoltage dapat
dilihat pada Gambar 4.16. Formula yang digunakan ketika kondisi sag
ditambahkan—jika dibandingkan dengan kondisi normal—rumusan ketika kondisi
gangguan pada baris 4 dan 5. Ditambahkan pengurangan tegangan sebesar 40V dan
waktu terjadi gangguan adalah 0 – 0.14 detik. Sementara ketika kondisi under
voltage memiliki rentang waktu gangguan detik pertama sampai detik ke-62 dengan
pengurangan tegangan 50V yang berarti nilainya 170V.

81
Gambar 4.15 Pemodelan Sinyal Sag

Gambar 4.16 Pemodelan Sinyal Undervoltage

Selanjutnya adalah pemodelan sinyal Swell dan Overvoltage yang identik juga,
bentuk sinyal yang dibuat adalah gangguan tegangan diatas nominal, berdasarkan
desain yang sebelumnya telah dibuat dapat dilihat, bahwa nilai yang diambil adalah
260 Vrms. Dimana untuk durasi gangguan adalah bervariasi mulai dari 0.01 detik
hingga 90 detik. Tetapi sesuai standart maka dibedakan menjadi voltage swell
dengan durasi 0,1 detik dan overvoltage dengan durasi 62 detik. Program dan
output pemodelan sinyal untuk voltage swell dapat dilihat pada Gambar 4.17. Untuk
overvoltage dapat dilihat pada Gambar 4.18. Ditambahkan program simulasi
gangguan pada baris ke-4 dan ke-5, dimana baris ke-4 berisi nomimnal penambahan
tegangan dan durasi gangguan yang akan disimulasikan dan baris ke-5 merupakan
rumusan penambahan gangguan. Pada simulasi swell gangguan terjadi pada detik
ke 0.04 sampai detik ke 0.14, sementara pada kondisi over voltage gangguan terjadi
pada detik ke-5 sampai detik ke-67.

82
Gambar 4.17 Pemodelan Sinyal Swell

Gambar 4.18 Pemodelan Sinyal Overvoltage

4.2.11. Pengujian Sensor Daya PZEM dengan Relay


Pada pengujian ini merupakan pengujian untuk mengetahui kinerja dari
hubungan relay dan sensor yang sebelumnya telah diupload pada program Arduino.
Kemudian akan dibahas kondisi eksperimental yang diinginkan dengan kondisi
actual yang didapat pada saat pengujian alat. Dokumentasi pegujian integrasi relay
dengan pzem dapat dilihat pada Gambar 4.19.
Pengujian pertama merupakan pengujian respon relay apabila dikenai tegangan
Sag/Undervoltage. Hasil pengujian ini dapat dilihat pada Tabel 4.10.
Tabel 4. 10. Pengujian Relay – PZEM Sag/Under voltage
Setting
No Respon Relay Waktu (sec) Kondisi
Point (V)
1 198 LOW 2,37 BENAR
2 198 LOW 1,63 BENAR
3 198 LOW 2,4 BENAR
4 198 LOW 1,19 BENAR
5 198 LOW 2,41 BENAR

83
Kemudian pengujian selanjutnya merupakan pengujian respon relay apabila
dikenai tegangan Swell/Overvoltage. Hasil pengujian ini dapat dilihat pada Tabel
4.11.
Tabel 4. 11. Pengujian Relay – PZEM Swell/Overvoltage
Setting
No Respon Relay Waktu (sec) Kondisi
Point (V)
1 246 LOW 1,19 BENAR
2 246 LOW 2,19 BENAR
3 246 LOW 2,04 BENAR
4 246 LOW 2,22 BENAR
5 246 LOW 2,03 BENAR

Gambar 4.19 Pengujian PZEM Dengan Relay

4.2.12. Pengujian Sensor Arus SCT013 dengan Relay


Pengujian SCT013 dengan relay ini menguji respon relay terhadap arus
yang diberi masukan oleh sensor arus SCT013. Pada program di setting batas
atas arus yang diberikan adalah 0.9A, arus diuji dengan variabel kontrol berupa
resistor geser berkapasitas hambatan 354ohm. Diamati respon kontak yang
diberikan oleh relay. Sehingga didapatkan tabel pengujian yang tertera pada
Tabel 4.12.

84
Tabel 4. 12. Pengujian Relay – SCT013
ARUS PEMBACAAN RESPON
NO WAKTU HASIL
SETTING ARUS RELAY

1 0,9 1,1 LOW 0,42 BENAR


2 0,9 1,3 LOW 0,54 BENAR
3 0,9 1,2 LOW 0,33 BENAR
4 0,9 1,1 LOW 0,43 BENAR
5 0,9 1,3 LOW 0,46 BENAR
6 0,9 1,26 LOW 0,34 BENAR
7 0,9 1,28 LOW 0,54 BENAR
8 0,9 1,3 LOW 0,32 BENAR
9 0,9 1,32 LOW 0,43 BENAR
10 0,9 1,34 LOW 0,45 BENAR

Dokumentasi yang diambil pada Gambar 4.20 menunjukkan pengujian SCT


yang membaca arus pada kabel line beban sehingga dapaat terbaca besaran arus
yang didapatkan, ketika besaran arus lebih besar dari setting point trip, relay akan
merespon dengan menonaktifkan kontak.

Gambar 4.20 Dokumentasi Uji Coba SCT013-Relay

4.2.13. Pengujian Fuzzy


Pengujian fuzzy pada penelitian tugas akhir ini menguji tujuh keluaran fuzzy
yaitu normal yang memiliki identitas nomor 1, Interruption yang memiliki identitas
nomor 2, sag memiliki identitas nomor 3, swell memiliki nomor 4, sustained
Interruption memiliki identitas nomor 5, under voltage dan over voltage yang
masing-masing memiliki nomor 6 dan 7. Pengujian FUZZY tersebut dilakukan
dengan menggunakan power supply regulator 3 fasa, yang dapat diatur voltasenya
sehingga mencapai voltase setting yang diinginkan, sehingga didapatkan hasil data
seperti pada tabel 4.13.

85
Tabel 4. 13. Pengujian Fuzzy
TEGANGAN (V) PERSEN
OUTPUT TIMER OUT
NO KONDISI ERROR
V1 V2 V3 FUZZY (s) MATLAB
(%)
1 220,4 224 219,6 1 0 NORMAL 1 0 .00
2 244,7 247,8 240,9 4 11 SWELL 4 0 .00
3 244,7 247,8 240,9 7 61 OVERVOLTAGE 7 0 .00
4 219 222,3 217,7 1 0 NORMAL 1 0 .00
5 192 195,3 190 3 12 SAG 3 0 .00
6 194 196,3 192 6 68 UNDERVOLTAGE 6 0 .00
7 6,54 3,9 1,23 2 25 INTERRUPTION 2 0 .00
8 6,2 3,1 0,98 5 63 INTERRUPTION 5 0 .00
9 201,4 212,5 200 1 0 NORMAL 1 0 .00
10 245 250,7 243,3 4 39 SWELL 4 0 .00
11 245,2 249,4 241 7 71 OVERVOLTAGE 7 0 .00
12 2,32 0,56 0,98 2 12 INTERRUPTION 2 0 .00
13 3,4 0,61 0,82 5 91 INTERRUPTION 5 0 .00
14 196 198 195,4 3 31 SAG 3 0 .00
15 195,3 197 192,7 6 80 UNDERVOLTAGE 6 0 .00

Hasil data tersebut didapatkan dengan melihat pada serial monitor Arduino IDE
dan dengan melihat tampilan pada layar LCD 20x4 pada panel shore connection,
output alat yang didapatkan dibandingkan dengan output Matlab sehingga
didapatkan kokndisi yang sesungguhnya, apakah sudah sesuai dengan simulasi atau
belum sesuai, hasil yang didapatkan adalah seluruh pengujian sudah seuai dengan
hasil simmulasi pada software. Respon relay ditandai dengan aktifnya buzzer yang
terdapat pada panel shore connection sehingga gangguan yang mengharuskan mccb
trip dapat ditandai dengan peringatan audio juga visual buzzer yang berkedip ketika
berioperasi. Dokumentasi yang didapatkan seperti pada Gambar 4.21, 4.22 dan 4.23
dibawah ini :

86
Gambar 4.21 Dokumentasi Pengujian Fuzzy Kondisi Undervoltage

Gambar 4.22 Dokumentasi Pengujian FIS Kondisi Undervoltage

Gambar 4.23 Tampilan LCD Pengujian Fuzzy Kondisi Swell

Pengujian metode selanjutnya adalah dengan membandigkan metode fuzzy


sugeno yang diterapkan dengan metode fuzzy mamdani. Pembandingan dilakukan
pada simulasi software matlab, sehingga hasilnya adalah diketahui perbedaan nilai
yang didapatkan ketika menggunakan metode fuzzy sugeno dengan hasil fuzzy

87
mamdani. Data yang didapatkan setelah melakukan uji coba simulasi adalah pada
Tabel 4.14 sebagai berikut.
Tabel 4. 14. Perbandingan Fuzzy
MAGNITUDE TIMER OUT OUT
NO SELISIH
(V) (S) SUGENO MAMDANI
1 220 45 1 0,311 0,689
2 220 60 1 0,49 0,51
3 16 10 2 1,5 0,5
4 16 60 5 4,52 0,48
5 150 15 3 2,5 0,5
6 150 70 6 5,5 0,5
7 250 10 4 3,5 0,5
8 250 70 7 6,64 0,36

Dari data yang disajikan pada tabel dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan jika metode disimulasikan menggunakan fuzzy mamdani. Didapatkan
hasil decimal atau hasil koma ketika menggunakan fuzzy mamdani, didapatkan
perbedaan rata-rata 0,505 dari selisih hasil kedia metode fuzzy tersebut, berbeda
dengan fuzzy sugeno yang mengambil nilai rata-rata terkuat untuk diambil
pembulatan sehingga mendapatkan hasil yang pasti. Dikumentasi yang diambil
ketika ssimulasi pengujian menggunakan Fuzzy Inference System pada matlab
adalah sebagai berikut.

Gambar 4.24 a. FIS Sugeno Gambar 4.24 b. FIS Mamdani

4.3. Pengujian Integrasi


Pengujian Integrasi merupakan pengujian antar subsistem sehingga didapatkan
data kesesuaian kinerja antara sensor dengan aktuator yang digunakan. Pengujian
integrasi pada tugas akhir ini adalah pengujian ground failure, phase failure,

88
pengujian database, pengujian overvoltage, pengujian undervoltage, dan pengujian
keseluruhan sistem.

4.3.1. Pengujian Under & Over voltage


Pengujian Undervoltage dan Over voltage dilakukan dengan melakukan
pengaturan sumber yang menuju incoming panel. Pengaturan dilakukan dengan
memutar regulator tegangan pada power supply 3 fasa. Regulator tegangan diputar
kearah kiri (arah nol) untuk mengurangi nilai tegangan, ketika multimeter membaca
tegangan kurang dari 198V selama kurang dari 60 detik akan terjadi kondisi sag
kemudian ketika kondisi tersebut terjadi lebih dari 60 detik maka akan dideteksi
terjadi under voltage. Pengujian selanjutnya adalah regulator tegangan diputar
kearah kanan (kearah maksimal) ketika multimeter membaca pada nilai lebih dari
242V selama kurang dari 60 detik maka akan dideteksi kondisi swell kemudian
apabila kondisi tersebut dideteksi lebih dari 60 detik maka akan diidentifikasi
sebagai gangguan tegangan over voltage. Pada Tabel 4.15 akan disajikan data yang
menunjukkan pengujian undervoltage dan overvoltage ini.

Tabel 4. 15. Pengujian Over & Under Voltage


TEGANGAN PERSEN
OUT RESPON
NO TIMER KONDISI ERROR
V1 V2 V3 FUZZY UVT
(%)
1 223,40 221,60 220,80 1 - NORMAL HIGH 0.00
2 184,70 188,10 184,50 3 31 SAG HIGH 0.00
UNDER
3 184,30 187,80 184,90 6 63 LOW 0.00
VOLTAGE
4 204,50 201,40 200,70 1 - NORMAL HIGH 0.00
5 246,80 252,10 248,90 4 56 SWELL HIGH 0.00
OVER
6 246,80 252,10 248,90 7 121 LOW 0.00
VOLTAGE
7 222,50 220,70 218,50 1 - NORMAL HIGH 0.00

Dokumentasi pengujian over dan under voltage ini adalah seperti pada Gambar 4.25
dibawah. Pada gambar 4.25 menunnjukkan pembacaan avo meter adalah pada
angka 246V, 252V, dan 248V. Maka pada deteksi waktu 56s masih terdeteksi
sebagai swell/kedip dan pada deteksi waktu 121V dideteksi sebagai over voltage.

89
Gambar 4.25 Dokumentasi Pengujian Over Voltage

4.3.2. Pengujian Ground Failure


Ground failure diuji dengan memberikan beban satu fasa ke sumber, dengan
sumber satu fasa juga, sehingga didapati jaringan netral memiliki arus dan dapat
diukur besar arus yang melewati kawat netral, kawat ground juga tidak boleh
disambungkan. Penelitian kali ini menggunakan solid ground untuk metode
grounding yang digunakan, perhitungan arus ground sesuai dengan referensi yang
dijelaskan pada bab 2 adalah dengan menghitung 10% dari ICT, pada shore
conection ini menggunakan arus maksimal CT 400A karena Breaker yang
digunakan adalah 400A juga, maka arus ketika terjadi Ground fault seharusnya
10
adalah x 400 = 40A. Akan tetapi untuk pengujian ground failure ini tidak
100

memiliki beban yang memenuhi arus maksimal 40A, beban yang dimiliki adalah
lampu pijar dengan daya sebesar 600 Watt dengan arus maksimal 2,73A, maka
pengujian dilakukan dengan arus pemisalan sesuai dengan spesifikasi beban guna
mengetahui apakah setpoint yang diterapkan dapat bekerja untuk menonaktifkan
UVT agar tidak terjadi kerusakan alat maupun kecelakaan kerja. Hasil yang
diperoleh tercantum pada Tabel 4.16 sebagai berikut :
Tabel 4. 16. Pengujian Ground Failure
I
SETPOINT RESPON WAKTU PERSEN
NO GROUND ERROR (%)
TRIP (A) RELAY RESPON (s)
(A)
1 2,68 2,5 HIGH 0,44 0 .00
2 2,7 2,5 HIGH 0,3 0 .00
3 2,65 2,5 HIGH 0,54 0 .00
4 2,63 2,5 HIGH 0,33 0 .00
5 2,7 2,5 HIGH 0,4 0 .00
6 2,68 2,5 HIGH 0,6 0 .00

90
I
SETPOINT RESPON WAKTU PERSEN
NO GROUND ERROR (%)
TRIP (A) RELAY RESPON (s)
(A)
7 2,65 2,5 HIGH 0,68 0 .00
8 2,68 2,5 HIGH 0,55 0 .00
9 2,7 2,5 HIGH 0,36 0.00
10 2,7 2,5 HIGH 0,45 0.00

Dokumentasi yang didapatkan terdapat pada Gambar 4.26 dan 4.27 dibawah
sebagai berikut :

Gambar 4.26 Dokumentasi Pengujian Ground Fault

Gambar 4.27 Dokumentasi Monitor Panel Ketika Ground Fault

91
4.3.3. Pengujian Phase Failure
Pada penelitian tugas akhir ini pengujian phase failure dilakukan dengan
menghilangkan salah satu aliran dari fasa sehingga dikondisikan salah satu fasa
tidak memiliki tegangan dan tidak dialiri arus, kemudian melihat respon dari relay
phase failure. Sehingga didapatkan hasil pada Tabel 4.17 sebagai berikut.
Tabel 4. 17. Pengujian Phase Failure
TEGANGAN (V) PERSEN
RESPON
NO ERROR
V1 (r-n) V2 (s-n) V3 (t-n) RELAY 3 (%)
1 1,5 200,1 199,1 HIGH 0.00
2 4,5 221,3 1,5 HIGH 0.00
3 223,4 0,7 220,7 HIGH 0.00
4 202,7 203,5 0,4 HIGH 0.00
5 0,7 204 201,5 HIGH 0.00
6 0,6 0,3 203,8 HIGH 0.00
7 222,4 225,8 0,9 HIGH 0.00
8 220,7 0,5 222,4 HIGH 0.00

Dengan dokumentasi pengujian yang diperoleh adalah seperti pada Gambar


4.28 sebagai berikut :

Gambar 4.28 Kondisi Phase Failure Hilang Fasa R

4.3.4. Pengujian Database


Pengujian database pada penelitian tugas akir ini dilakukan dengan
menghubungkan ESP8266, computer server, juga computer client, dilakukan
monitoring data Antara computer server dengan computer client apakah data yang
masuk telah sesuai dengan kondisi panel secara relay. Sehingga didapatkan Tabel
4.18. pada kolom gangguan terdapat kode A-D yang memiliki keterangan, A
merupakan gangguan yang berupa undervoltage, B merupakan gangguan over
voltage, C merupakan gangguan yang berupa phase failure, dan D adalah gangguan
Ground Failure.

92
Tabel 4. 18. Pengujian Database

Dokumentasi pengujian database adalah seperti pada Gambar 4.29 sebagai


berikut:

Gambar 4.29 Dokumentasi GUI WEB Monitoring

4.3.5. Pengujian Keseluruhan Sistem


Pada poin ini akan dibahas pengujian integrasi dan membahas hasil yang
diperoleh apakah sudah sesuai dengan pemrograman yang diaplikasikan ke
Mikrokontroler.

93
Tabel 4. 19. Pengujian Integrasi

Data yang didapatkan dari pengujian integrasi seperti pada tabel 4.19. adalah
keadaan yang didapatkan dengan membandingkan fuzzy pada Matlab, output fuzzy
yang telah di upload pada Arduino, dan juga hasil respon UVT terhadap gangguan
yang terjadi. Didapatkan hasil yang sudah sesuai antara tiga hal tersebut sehingga
integrasi alat sudah berjalan dengan baik. Dokumentasi pengujian ditunjukkan pada
Gambar 4.30.

Gambar 4.30 Dokumentasi Integrasi

94
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini dibahas mengenai kesimpulan serta saran. Kesimpulan serta
didapat setelah melakukan analisis Tugas Akhir pada bab sebelumnya.

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapat beberapa kesimpulan
seperti berikut:
1. Proses perancangan alat proteksi dan pendeteksi jenis gangguan
tegangan berbasis mikrotontroller dimulai dari perencanaan sistem
Kemudian melakukan pembuatan dan merangkai subsistem, mulai
perancangan desain, hardware, software, dan mekanik. Setelah semua
subsistem dirangkai kemudian dilakukan sinkronisasi kepada seluruh
sistem sehingga dapat bekerja sesuai fungsi masing-masing, kemudian
dilakukan pengujian sistem dan dilakukan analisis sistem dengan
feedback apakah alat perlu dilakukan perbaikan atau tidak.
2. Alat proteksi yang dibuat memiliki cara kerja membaca tegangan dengan
sensor daya kemudian tegangan akan dideteksi dengan sistem fuzzy untuk
diklasifikasikan kedalam tujuh kategori output fuzzy ( Normal,
Interruption, Sag, Swell, Sustained-Interruption, Under voltage Over
voltage) juga akan dideteksi. Arus ground akan dideteksi melalui sensor
SCT013 dan didapatkan batas Ground 10% dari ICT yaitu 400A,
sehingga setting arus ground adalah 400 x 10% = 40A. Kontrol dari
output adalah menggunakan Relay dan data yang diolah akan diinputkan
ke database di mysql, output relay 1-4 secara berururutan adalah : Under
voltage, Over voltage, Phase Failure, Ground fault. Database akan
dimasukkan ke MySql melalui router dan ESP8266 yang dapat diakses
melalui ip local yang telah disetting.
3. Pendeteksian jenis variasi tegangan oleh fuzzy logic adalah dengan
membuat 7 membership function, mf1–mf4 adalah untuk mendefinisikan

95
kondisi tegangan, mf5–mf7 adalah untuk definisi kondisi waktu hitung,
terdapat 12 rule yang memberi 7 jenis outputan, kemudian dimasukkan
rumus defuzzyfikasi sugeno sehingga didapat hasil keluaran yang tegas.
Kinerja yang dihasilkan setelah pengujian adalah alat dapat dengan baik
memproteksi shore connection dengan mengetripkan MCCB, juga dapat
dengan baik mendeteksi jenis gangguan yang terjadi pada panel shore
connection. Database yang dibuat juga dapat merekam data secara
realtime kondisi pada panel, jadi alat bekerja dengan baik.

5.2. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat diberikan agar
penelitian ini dapat dikembangkan antara lain :
1. Pengembangan penyimpanan data dapat dilakukan yang sebelumnya dari
Local IP menjadi berbasis Online dengan membeli Server hosting,
segingga data ketika menggunakan shore connetion dapat dipantau
dimanapun oleh pihak pemilik kapal atau pihak penyedia, sehingga
perekaman lebih mudah karena menggunakan dokumen digital.
2. Sensor yang digunakan dapat ditingkatkan sehingga pembacaan dapat
mencapai 360V sehingga diperoleh data yang lengkap dari pembacaan fasa
L-L.
3. Penambahan deteksi arus lebih, suhu, dan phase squence untuk menunjang
sistem proteksi yang lebih aman ketika penggunaan shore connection.
4. Peningkatan kontroller yang digunakan sehingga layak untuk
diaplikasikan ke dunia industri.

96
DAFTAR PUSTAKA
ABB Marine & Ports (2019) ‘Shore connection solutions shaping a sustainable
world’, p. 20.
Aryaguna, A. A. and Anggriawan, D. O. (2021) ‘Identifikasi Jenis Gangguan
Pada Jaringan Distribusi Menggunakan Metode Artificial Neural
Network’, 3(April).
Aulia, R. and Gunawan, A. (2021) ‘Sistem Proteksi Jaringan Listrik 3 Phasa
Dengan Over Under voltage Relay dan Thermal Over Load Relay Secara
Real Time Berbasis Raspbery PI’, 9.
Dugan, R. C. et al. (2004) Electrical power sistems. 2nd edn, Power Sistems. 2nd
edn. McGraw-Hill Companies. doi: 10.1007/978-3-319-51118-4_1.
FEC (2019) ‘Relay modules 1-channel features’, Future Electronics Corporation,
(5 V), pp. 1–2.
Hartono and Munaf, F. (2018) PENGUKURAN DAN ANALISIS KUALITAS
DAYA LISTRIK DI PT. TECHPACK ASIA. UNIVERSITAS
MUHAMADIYAH SEMARANG.
IEEE (1994) IEEE Recommended Practice for Monitoring Electric Power
Quality, IEEE Std 1159-1995.
IMO (2020) ‘Fourth IMO Greenhouse Gas Study: Executive Summary’, IMO
Greenhouse Gas Study, 4(1), p. 46.
Kementrian ESDM (2020) Hingga Juni 2020, Kapasitas Pembangkit di Indonesia
71 GW. doi: 286.Pers/04/SJI/2020.
M, N. W., Anggriawan, D. O. and Wahjono, E. (2020) ‘RANCANG BANGUN
IDENTIFIKASI JENIS KEDIP TEGANGAN BERBASIS IOT’, Seminar
Nasional Terapan Riset Inovatif (SENTRINOV) Ke-6, 06(1).
Manual, P. R. (2021) ‘Arduino ® UNO R3 Target areas : Arduino ® UNO R3
Features’, pp. 1–13.
Module, C. I. R. C. (2015) ‘RX-8025 SA / NB’.
Permadi, B. N. (2021) Aplikasi SCADA pada Panel Shore Connection Berbasis
Outseal Mega.
Putra, A. P. (2016) Perencanaan Shore Power Connection pada Pelabuhan
Terminal Teluk Lamong Untuk Mewujudkan Pelabuhan Hijau
(Greenport). Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Sarimun, W. (2016) Proteksi Sistem Distribusi Tenaga Listrik, Journal of
Chemical Information and Modeling. Available at:
https://doi.org/10.1016/j.tmaid.2020.101607%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.i
jsu.2020.02.034%0Ahttps://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1111/cjag.
12228%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.ssci.2020.104773%0Ahttps://doi.org/1
0.1016/j.jinf.2020.04.011%0Ahttps://doi.o.
Sasmoko, D. and Mahendra, A. (2017) ‘RANCANG BANGUN SISTEM
PENDETEKSI KEBAKARAN BERBASIS IoT dan SMS GATEWAY
MENGGUNAKAN ARDUINO’, Simetris : Jurnal Teknik Mesin, Elektro
dan Ilmu Komputer, 8(2), p. 469. doi: 10.24176/simet.v8i2.1316.
Sianipar, R. (2015) ‘Mengurangi Gangguan Kedip Tegangan Pada Peralatan
Industri’, jurnal JETri, 13(1), pp. 43–60.
Siringoringo, F. G., Sofwan, A. and Nugroho, A. (2019) ‘Over/Under voltage

97
Relay Menggunakan Mikrokontroler Pada Tegangan 1 Phasa 220Vac’,
Transient: Jurnal Ilmiah Teknik Elektro, 8(1).
Soewandi (2018) RANCANG BANGUN PANEL KAPASITOR BANK SARANA
UNTUK MODUL PEMBELAJARAN PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA
GEDUNG FAKULTAS TEKNIK MUHAMMADIYAH SEMARANG,
Universitas Muhamadiyah Semarang. Universitas Muhamadiyah
Semarang.
Statistik, B. P. (2019) Statistik Transportasi Laut. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Syahrin, A. A. (2020) Rancang Bangun Identifikasi Gangguan Tegangan
Berbasis Fuzzy Logic. Politeknik Elektronika Negeri Surabaya.
Yankumara, A. N. et al. (2021) ANALISIS TEKNIS DAN BISNIS PENERAPAN
SHORE CONNECTION DI PELABUHAN TERMINAL TELUK LAMONG
- SURABAYA. PPNS.

98
LAMPIRAN

Lampiran 1 Program Database berbasis WEB


Link pemrograman WEB shore connection dapat diunduh pada laman berikut
https://gitlab.com/fhavid29/web-ta
Berikut merupakan gambaran interface laman pada link tersebut.

99
(Halaman Ini Sengaja Dikosongkan)

100
Lampiran 2 Program Arduino
#include <DS3231.h>
#include <Wire.h>
#include <SoftwareSerial.h>
#include <PZEM004Tv30.h>
#include <LiquidCrystal_I2C.h>
#include "EmonLib.h" // Include Emon Library

//================================================================
Time t;
DS3231 rtc(SDA, SCL);

String waktu ;

//================================================================
//KOMUNIKASI DENGAN ESP
SoftwareSerial mySerial(0, 1); // RX, TX

String eVR, eVS, eVT, ei1, ei2, ei3, eIgr,


ehitung, ekondisiInt, eKWH,
ewaktu, er ;
//================================================================

//PIN PZEM
PZEM004Tv30 pzem1(12, 13); // PZEM T
PZEM004Tv30 pzem2(10, 11); // PZEM S
PZEM004Tv30 pzem3(8, 9); // PZEM R

//================================================================
//LAYAR
LiquidCrystal_I2C lcd(0x27, 20, 4);

//================================================================
// SCT 013
EnergyMonitor emon1; // SCT13

int pin_sct = A0;

//================================================================
//PIN RELAY
int RELAY1 = 2;
int RELAY2 = 3;
int RELAY3 = 4;
int RELAY4 = 5;

//================================================================
//BUZZER
int BUZER = 6;

//================================================================
//float pzem
float VR, VS, VT, v1, v2, v3, V1, V2, V3; //RST
float I1, I2, I3, i1, i2, i3;
float WH1, WH2, WH3;
float KWH;
float Igr;

101
//================================================================
//DEFINE PROGRAM FUZZY
#define normal 1.0f
#define interuption 2.0f
#define sag 3.0f
#define swell 4.0f
#define sustaininterupt 5.0f
#define undervoltage 6.0f
#define overvoltage 7.0f
//================================================================
float magnitude_R, magnitude_S, magnitude_T;
float timer;
float mf1, mf2, mf3, mf4, mf5, mf6, mf7,
kondisi,
r1, r2, r3, r4, r5, r6, r7, r8, r9, r10, r11, r12;
unsigned int kondisiInt;
String keluaran, trip ;
//================================================================
//MILLIS HITUNG

unsigned long previousMillis = 0;


unsigned long currentMillis = 0;
float flag_on1 = 0.0, flag_on2 = 0.0, flag_on3 = 0.0, mulai = 0.0;
int hitung = 0, tampil = 0;

//================================================================
//MILLIS ESP
unsigned long printPeriode = 1000; //Refresh rate
unsigned long previousMillise = 0;
unsigned long currentMillise = 0;

//================================================================

void setup()
{
//SETUP KIRIM
DATA==============================================================
mySerial.begin(9600);

//MEMULAI RTC == == == == == == == == == == == == == == == == ==
rtc.begin();

//MENGATUR WAKTU RTC


// rtc.setDOW(SUNDAY); // Set Day-of-Week to SUNDAY
// rtc.setTime(11, 56, 0); // Set the time to 12:00:00
(24hr format)
// rtc.setDate(14, 6, 2022); // Set the date to January
1st, 2014

// SETUP SCT013
==================================================================
//calib - Cur Const= Ratio/BurdenR. 2000/100 = 20
emon1.current(pin_sct, 20);

// SETUP RELAY
==================================================================

102
// RELAY 1 = UNDERVOLTAGE ; RELAY 2 = OVERVOLTAGE ; RELAY 3 =
PHASE FAILURE ; RELAY 4 = GROUND FAIURE

pinMode(RELAY1, OUTPUT);
digitalWrite(RELAY1, HIGH);
pinMode(RELAY2, OUTPUT);
digitalWrite(RELAY2, HIGH);
pinMode(RELAY3, OUTPUT);
digitalWrite(RELAY3, HIGH);
pinMode(RELAY4, OUTPUT);
digitalWrite(RELAY4, HIGH);

// SETUP BUZER
==================================================================
pinMode(BUZER, OUTPUT);
digitalWrite(BUZER, LOW);

// SETUP LCD 20X4


==================================================================
lcd.init(); // initialize the lcd
lcd.init();
lcd.backlight();

void loop() {
// =======================================================
// KIRIM DATA KE ESP8266
// =======================================================

//DARI PZEM
==================================================================
eVR = String(V1);
eVS = String(V2);
eVT = String(V3);
//==============================================================
ei1 = String(i1, 3);
ei2 = String(i2, 3);
ei3 = String(i3, 3);
eIgr = String(Igr);
ehitung = String(hitung);
ekondisiInt = String(kondisiInt);
eKWH = String(KWH);
// egangguan = String(keluaran);
er = String (trip);

// ADA 11 DATA , DIMULAI DARI DATA KE 0


mySerial.println('*' + eVR + ',' + eVS + ',' + eVT + ',' + ei1 +
',' + ei2 + ',' + ei3 +
',' + eIgr + ',' + ehitung + ',' + ekondisiInt
+ ',' + eKWH + ',' + er + '#');

// =======================================================
// PEMBACAAN SENSOR PZEM-004T
// =======================================================

v1 = pzem1.voltage();

103
V1 = v1; //* sqrt(3);
v2 = pzem2.voltage();
V2 = v2 ;//* sqrt(3);
v3 = pzem3.voltage();
V3 = v3 ;//* sqrt(3);

I1 = pzem1.current();
I2 = pzem2.current();
I3 = pzem3.current();
i1 = I1 / 12.113; // CAL
// i2 = I2 / 12.113; //
i2 = I2 ; //
i3 = I3 / 12.113; //

WH1 = pzem1.energy();
WH2 = pzem2.energy();
WH3 = pzem3.energy();
KWH = (WH1 + WH2 + WH3) / (1000);

//MEMANGGIL VOID FUZZY


fuzzy();

//==============================================================
// PROGRAM RTC DS3231
//==============================================================

t = rtc.getTime();
waktu = rtc.getTimeStr();

//=============================================
// PROGRAM UNDERVOLTAGE (RELAY 1)
//=============================================

if (kondisiInt == 6) {
digitalWrite (RELAY1, LOW);
}
else {
digitalWrite (RELAY1, HIGH);
}

//=============================================
// PROGRAM OVER VOLTAGE (RELAY 2)
//=============================================

if (kondisiInt == 7) {
digitalWrite (RELAY2, LOW);
}
else {
digitalWrite (RELAY2, HIGH);
}

//=============================================
// PROGRAM GROUND FAILURE (RELAY 4)
//=============================================
double Irms = emon1.calcIrms(1480);

Igr = Irms;

104
// SETTING I GROUND
==================================================================
if (Irms > 40) {
digitalWrite (RELAY4, LOW);
}

//==========================================
// PROGRAM PHASE FAILURE (RELAY 3)
//==========================================

if ((VR <= 20.00) || (VS <= 20.00) || (VT <= 20.00) ) {


digitalWrite(RELAY3, LOW);
}
else {
digitalWrite(RELAY3, HIGH);
}

//=======================================================
// PROGRAM BUZZER ALARM + ALERT
//=======================================================

if (digitalRead (RELAY1) == LOW) {


digitalWrite (BUZER, HIGH);
trip = "A" ;
}
else if (digitalRead (RELAY2) == LOW) {
digitalWrite (BUZER, HIGH);
trip = "B" ;
}
else if (digitalRead (RELAY3) == LOW) {
digitalWrite (BUZER, HIGH);
trip = "C" ;
}
else if (digitalRead (RELAY4) == LOW) {
digitalWrite (BUZER, HIGH);
trip = "D" ;
}
else {
digitalWrite (BUZER, LOW);
trip = "-" ;
}

//==============================================================
//MEMANGGIL VOID LAYAR

layar();

void fuzzy() {

//MAGNITUDE PZEM
float magnitude_R = V1;
float magnitude_S = V2;
float magnitude_T = V3;
float timer = hitung;

105
//fuzzyfikasi magnitude
// INTERUPT / SUS-INTERUPT
==================================================================
if (((magnitude_R <= 22.0) || (magnitude_S <= 22.0) ||
(magnitude_T <= 22.0))) {
mf1 = 1.0;
mf2 = 0;
mf3 = 0;
mf4 = 0;
}

if ((mf1 == 1.0) & (flag_on1 == 0.0)) {


hitung = 0.0;
flag_on1 = 1.0;
}

if ((mf1 == 1.0) & (flag_on1 == 1.0)) {


mulai = HIGH;
}

if (mf1 == 0.0) {
flag_on1 = 0.0;
}

// SAG & UNDER VOLT


==================================================================
if (((magnitude_R > 22.0) & (magnitude_R < 198.0)) ||
((magnitude_S > 22.0) & (magnitude_S < 198.0))
|| ((magnitude_T > 22.0) & (magnitude_T < 198.0))) {
mf1 = 0;
mf2 = 1.0;
mf3 = 0;
mf4 = 0;
}

if ((mf2 == 1.0) & (flag_on2 == 0.0)) {


hitung = 0.0;
flag_on2 = 1.0;
}

if ((mf2 == 1.0) & (flag_on2 == 1.0)) {


mulai = HIGH;
}

if (mf2 == 0.0) {
flag_on2 = 0.0;
}

// NORMAL
==================================================================
if (((magnitude_R >= 198.0) & (magnitude_R < 242.0)) &
((magnitude_S >= 198.0) & (magnitude_S < 242.0))
& ((magnitude_T >= 198.0) & (magnitude_T < 242.0))) {
mf1 = 0;
mf2 = 0;
mf3 = 1.0;

106
mf4 = 0;
}

if ((mf1 == 0.0) & (mf2 == 0.0) & (mf4 == 0.0)) {


mulai = LOW;
}

// SWELL & OVERVOLT


==================================================================
if ((magnitude_R >= 242.0) || (magnitude_S >= 242.0) ||
(magnitude_T >= 242.0)) {
mf1 = 0;
mf2 = 0;
mf3 = 0;
mf4 = 1.0;
}

if ((mf4 == 1.0) & (flag_on3 == 0.0)) {


hitung = 0.0;
flag_on3 = 1.0;
}

if ((mf4 == 1.0) & (flag_on3 == 1.0)) {


mulai = HIGH;
}

if (mf4 == 0.0) {
flag_on3 = 0.0;
}

// FUZZYFIKASI TIMER
==================================================================
// SHORT TIME
==================================================================
if (timer <= 30.0) {
mf5 = 1.0;
mf6 = 0;
mf7 = 0;
}

// MEDIUM TIME
==================================================================
else if ((timer > 30.0) & (timer < 60.0)) {
mf5 = 0;
mf6 = 1.0;
mf7 = 0;
}

// LONG TIME
==================================================================
else if (timer >= 60.0) {
mf5 = 0;
mf6 = 0;
mf7 = 1.0;
}

//==============================================================

107
// inferensi dan komposisi

r1 = min (mf3, mf5);


r2 = min (mf1, mf5);
r3 = min (mf2, mf5);
r4 = min (mf4, mf5);
r5 = min (mf1, mf6);
r6 = min (mf2, mf6);
r7 = min (mf4, mf6);
r8 = min (mf1, mf7);
r9 = min (mf2, mf7);
r10 = min (mf4, mf7);
r11 = min (mf3, mf6);
r12 = min (mf3, mf7);
//=============================================================
// defuzzifikasi

kondisi = ((r1 * normal) + (r2 * interuption) + (r3 * sag) + (r4


* swell) + (r5 * interuption) +
(r6 * sag) + (r7 * swell) + (r8 * sustaininterupt) +
(r9 * undervoltage) + (r10 * overvoltage) +
(r11 * normal) + (r12 * normal)) / (r1 + r2 + r3 + r4
+ r5 + r6 + r7 + r8 + r9 + r10 + r11 + r12);

kondisiInt = int(kondisi);

// MILLIS HITUNG
==================================================================
currentMillis = millis();

if (currentMillis - previousMillis >= 1000) {


previousMillis = currentMillis;

if (mulai == HIGH) {
hitung++;
}

else {
hitung = 0.0;
}
}
}

//PROGRAM TAMPILAN LCD 20X4


==================================================================

void layar() {

lcd.clear();
lcd.setCursor(0, 0);
lcd.print("KONDISI :");
lcd.print(kondisiInt);
lcd.setCursor(11, 0);
lcd.print(keluaran);

lcd.setCursor(0, 1);
lcd.print("TIMER :");
lcd.print(hitung);

108
lcd.setCursor(0, 2);
lcd.print("IGr :"); lcd.print(Igr); lcd.print("A");

lcd.setCursor(0, 3);
lcd.print("WH :"); lcd.print(KWH); lcd.print("kWH");

//PRINT KELUARAN
==================================================================
=========================================================
if (kondisiInt == 2) {
keluaran = "Interupt" ;
}
if (kondisiInt == 3) {

keluaran = "Sag";
}
if (kondisiInt == 4) {
keluaran = "Swell";
}
if (kondisiInt == 5) {
keluaran = "S-Interupt";
}
if (kondisiInt == 6) {
keluaran = "UndrVolt";
}
if (kondisiInt == 7) {
keluaran = "OvrVolt";
}
if (kondisiInt == 1) {
keluaran = "Normal";
}
}

109
(Halaman Ini Sengaja Dikosongkan)

110
Lampiran 3 Biodata Penulis

Nama : Havid Febri Mutaqin


Tempat, Tanggal Lahir : Blitar, 29 Februari 2000
Alamat : Jl. Jend Sudirman, Rt.02/04 Ds.Rejowinangun
qKec. Kademangan, Kab.Blitar 66161
E-Mail : fhavid29@gmail.com
No. HP : 085852374694
Agama : Islam
Hobi : Menulis, Membaca, Olah Raga
Motto : Jangan Pernah Berhenti Belajar
Riwayat Pendidikan :
2018 – 2022 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Program Studi D4 Teknik Kelistrikan Kapal
2015 – 2018 MAN 2 Kota Kediri
Jurusan MIPA
2012 – 2015 MTsN Kota Blitar

111

Anda mungkin juga menyukai